PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN BAITUL FALAH DESA REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh HASAN BARNADIP NIM 111 08 104
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI SALATIGA 2012 I
II
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari: Nama
: Hasan Barnadip
NIM
: 111 08 104
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN
“BAITUL-FALLAH
REKSOSARI”
KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 03 Oktober 2012 Pembimbing,
Dra. Hj Lilik Sriyanti, M. Si NIP.19681104 199803 1 003
III
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA JL. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 kode pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
SKRIPSI PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN “BAITULFALLAH REKSOSARI” KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 DISUSUN OLEH HASAN BARNADIP NIM : 11108148
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 8 November tahun 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Prof. Dr. Muh Zuhri MA
Sekretaris Penguji
: Drs.Djoko Sutopo M.Pd
Penguji I
: Drs. Alfred L,. M.Si
Penguji II
: Drs. Bahroni M. Pd
Penguji III
: Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si Salatiga, 8 November 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP.19580827 198303 1 002
IV
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: HASAN BARNADIP
NIM
: 111 08 104
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah
Salatiga, 03 Oktober 2012 Yang menyatakan,
Hasan Barnadip
V
ABSTRAK Barnadip, Hasan 2012. Pembinaan Mental Keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2012. Skripsi. Jurusan tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Hj Lilik Sriyanti, M. Si Kata kunci : pembinaan mental keagamaan Pembinaan mental keagamaan sudah ada sejak Nabi Muhammad malakukan penyebran agama islam kepada sahabat dengan cara ketauhidan dan mengajak untuk meyakini bahwa tuhan hanyalah allah SWT. Dengan demikian ajaran islam dapat menyatu dan menjadikan sesuatu yang melekat dalam jiwa seseorang untuk beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Dalam penelitian kali ini, penulis bertujuan agar dapat mengetahui bagaimana proses pembinaan mental keagamaan di panti asuhan baitul-fallah reksosari kecamatan suruh kabupaten semarang, serta mengetahui apakah faktarfaktor yang dapat berpengaruh dalam pembinaan mental keagamaan tersebut, dan permasalahan yang sering terjadi serta usaha untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu untuk mengetahui pembinaan mental keagamaan, sedangkan mengunakan beberapa cara pengumpulan data dengan menggunakan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi digunakan agar peneliti terjun langsung ke tempat penelitian dan bisa mengamai secara langusng bagaimana pembinaan mental keagamaan itu di lakukan, wawancara dengan beberapa anak asuh dan pengasuh agar dapat memperoleh data dan kesan dari perorangan sehingga peneliti ikut merasakan apa yang mereka rasakan, dan data dokumentasi digunakan untuk memperoleh data secara tertulis dari panti asuhan. Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa keadaan mental keagamaan anak asuh di panti asuhan baitul-fallah tergolong baik karena dari perilaku dan ibadah nya dapat di lihat keaktifanya, mengunakan beberapa caradalam pembinaan yaitu : pengajaran, tuntutan, dan kepedulian. Walapun dalam pelaksaannya menemukan beberapa kendala yang dapat menghambat proses pembinaan mental keagamaan, namun dengan keseriusan para pengasuh dalam membina, maka dapat di temukan solusi untuk meminimalisir hambatan tersebut
VI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Dengan ilmu hidup menjadi mudah Dengan seni hidup menjadi indah Dengan iman hidup menjadi terarah
Yang terpenting adalah melakukan yang terbaik sebagai langkah untuk menuju yang terbaik
( Tung Desem Waringin )
Aku persembahkan karyaku ini untuk : · Ibunda tercinta yang telah memberikan aku semua hal terbaiknya · Bapak tersayang yang telah mendidik aku sampai saat ini · Ibu Dra. Lilik Sriyani, M. Si yang selalu membimbingku dalam penelitian · Teman seperjuangan yang selalu menemaniku dari masuk Sekolah Tinggi sampai saat ini · Para pembaca semoga penelitian ini bermanfaat
VII
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah, yang telah memberikan kenikmatan yang banyak kepada hamba-hambaNya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Skripsi yang berjudul Pembinaan Mental Keagamaan di Panti Asuhan Baitul Falah Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah menyumbangkan bantuan berupa materi maupun dukungan moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Program Studi PAI. 4. Ibu Hj Lilik Sriyanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Maryatin, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi. 6. Kedua orang tuaku yang telah mencurahkan pengorbanannya dan doa restu demi keberhasilan studi penulis. 7. Para pengurus panti asuhan Baitul Falah desa Reksosari 8. Anak-anak panti asuhan Baitul Falah desa Reksosari
VIII
9. Teman-teman PAI angkatan 2008 khususnya kelas C. 10. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini. Semoga seluruh amal sholih mereka diterima oleh Allah dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini memberikan manfaat kepada diri penulis, dan lembaga panti asuhan.
Salatiga, 03 Oktober 2012 Penulis
IX
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................
I
HALAMAN LOGO .....................................................................................
II
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
III
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
IV
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................
V
ABSTRAK ................................................................................................
VI
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................
VII
KATA PENGANTAR .............................................................................. VIII DAFTAR ISI ............................................................................................. BAB I
X
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................
1
B. Fokus Penelitian ..................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .................................................................
5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................
5
E. Penegasan Istilah .................................................................
6
F. Metode Penelitian ................................................................
8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .....................................
8
2. Kehadiran Peneliti .........................................................
9
3. Lokasi Penelitian ............................................................
9
4. Sumber Data ..................................................................
10
5. Pengumpulan Data .........................................................
11
6. Analisis Data ..................................................................
13
X
BAB II
7. Pengecekan Keabsahan Data ..........................................
14
8. Tahap – tahap Penelitian ................................................
15
G. Sistematika Penulisan ..........................................................
17
KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pembinaan Mental Keagamaan ...........................
19
B. Tujuan Pembinaan Mental Keagamaan ................................
25
C. Metode Pembinaan Mental Keagamaan ...............................
28
D. Pengertian Panti Asuhan ......................................................
30
E. Landasan Hukum Panti Asuhan ...........................................
32
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari .....
34
1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari .......................................................................
34
2. Tujuan Pendirian Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari .......................................................................
35
3. Letak Goegrafis Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari........................................................................
36
4. Susunan Kepanitiaan.......................................................
37
5. Daftar Anak Asuh ...........................................................
38
6. Tata Tertib di Panti Asuhan ............................................
42
7. Daftar Kegiatan Anak Asuh ...........................................
43
8. Pembiayaan ....................................................................
46
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Mental Keagamaan di Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari............
47
C. Usaha Menanggulangi Hambatan dalam Pembinaan Mental Keagamaan.............................................
XI
48
BAB IV PEMBAHASAN A. Keadaan Mental Keagmaan Anak Asuh di Panti Asuhan “Baitul-Fallah Reksosari” ....................................................
51
B. Upaya yang Dilakukan untuk Membina Mental Keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari ...............................
53
C. Permasalahan yang Muncul dalam Proses Pembinaan
BAB V
Mental Keagamaan ..............................................................
59
D. Usaha yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan ..............
61
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
64
B. Saran ....................................................................................
66
LAMPIRAN
XII
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri lagi, sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini tergolong sangat memprihatinkan, ini terlihat jelas pada anak-anak yang seharusnya mengembangkan dan mengenyam dunia pendidikan umum, maupun pendidikan agama, malah bekerja membantu orang tuanya utnuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Itu semua dapat kila lihat realitanya di sekitar kita. Banyak sekali anak-anak yang membantu orang tuanya berdagang; beternak
ayam, sapi, kambing,
kerbau, berkebun, dan masih banyak lagi. Hal tersebut sering kita jumpai di manapun. Maka dari itu, pemerintah dan tokoh masyarakat, bekerja sama dalam program pendidikan, yang merupakan hasil awal dari kesadaran untuk saling membutuhkan, saling melengkapi, saling membantu. Karena manusia hidup akan selalu bersama-sama dengan manusia lainya, lingkungan sekitar Kesadaran bahwa manusia dalam hidup ini membutuhkan manusia lain yang menimbulkan hubungan sosial dan peranan dalam kehidupan, sehingga terjalin suatu perasaan akan saling membutuhkan dan menggantikan. Adanya keyakinan dalam diri pribadi seseorang yang terpanggil untuk melakukan yang terbaik bagi orang lain. Kesadaran untuk berbuat
baik sebanyak mungkin, 1
malahirkan sikap dasar untuk
mewujudkan keselarasan sosial, baik dalam diri prabadi masing-masing orang maupun masyarakat lingkunganya. Salah
satu
usaha
mewujudkan
hubungan
untuk
saling
membutuhkan dan berusahan untuk bermanfaat bagi orang lain yaitu dengan membina dan membimbing anak asuh di Panti Asuhan, yang memang membutuhkan bimbingan dan pembinaan secara langsung. Kebanyakan Panti Asuhan berfokus pada pendidikan Islam. Para pengasuh Panti Asuhan memang memilih pendidikan agama Islam yang menurutnya memang paling pokok untuk membentuk mental keagamaan Islam anak asuh supaya lebih bersikap baik terhadap dirinya dan lingkunganya. Panti Asuahn Baitul Fallah merupakan salah satu dari ribuan Panti Asuhan yang ada, yang selama ini banyak membantu anak asuhanya dalam melaksanakan kewajiban untuk menuntut ilmu. Panti Asuhan Baitul Fallah juga membina agama Islam, salah satu penggerak penyelenggaraan kegiatan-kegiatan keagamaan di daerah Reksosari seperti, pengajian rutinan, partisipasi sebagai salah satu amil zakat, dan kegiatan keagamaan lainya. Panti asuhan Baitul Fallah merupakan salah satu lembaga yang berada di lingkungan masyarakat Reksosari, dan memiliki pengaruh besar terhadap suasana religius masyarakat dan kegiatan-kegiatan keagamaan. Karena pengaruh tersebu, membuat penulis tertarik untuk meneliti di panti asuhan tersebut.
2
Anak-anak yang belajar di panti asuhan merupakan anak yang tergolong kekurangan, baik dalam hal perekonomian keluarga, kasih sayang dalam keluarga, perhatian di bidang pendidikan, atau memang orang tuanya sengaja menitipkan anaknya di panti asuhan, agar lebih terbantu dalam pembinaan anak-anaknya. Sebagai lembaga pendidikan sosial yang mengasuh anak yatim, piatu, yatim piatu, anak terabaikan dari kasih saying orang tuanya, kaum dhuafa, diharapkan para pengasuh dan pengurus Panti Asuhan dapat membina kebiasaan-kebiasaan yang baik dari diri anak asuhnya itu sendiri, membina mental keagamaan Islam, dan keharmonisan antara sesama keluarga panti asuhan, dan dengan sekitarnya. Dengan adanya latar belakang dan tingkat pendidikan yang berbeda dari keluarga asalnya, menimbulkan banyak variasi anak dalam melakukan kebiasaan-kebiasaan bertindak. Dan anak hanyalah orang yang harus kita jaga, kita bina, kita bantu pengembangan kejiwaanya, dalam rangka pembentukan kedewasaan diri dan penguatan mental, sehingga terhindar dari gangguan-gangguan mental yang dapat menyebabkan anak merasa tidak nyaman dalam bertindak. Hal tersebut dapat kita peroleh dengan pendidikan dan pembinaan mental mulai sejak dini. Memang tidak mudah dan banyak kendala-kendala yang dijumpai ketika berhadapan langsung dengan anak, dalam mendidik dan membina dalam proses kedewasaanya. kurangnya pengetahuan agama, sosial, dan minimnya anak dalam mengamalkan semua pengetahunaya itu sangat
3
berpengaruh dalam pembentukan mental keagamaan Islam. Itulah sebabnya Panti Asuhan Baitul Fallah ini didirikan untuk membantu kesulitan-kesulitan itu. Dari uraian di atas, maka penulis akan mencoba membahas permasalahan tersebut dengan mengadakan penelitian yang nantinya akan dibukukan,
dalam penelitian kali
ini,
penulis
mengambil
judul
“PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN BAITUL FALLAH DESA REKSOSARI, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG”. B. Fokus Penelitian Adapun fokus permasalahan yang menjadikan ruang lingkup dalam penelitian kali ini merupakan pembatasan dalam pembahasan, agar tidak melebar dan membuat pembahasan menjadi mentah dalam menyelesaikan masalah. Fokus masalah dalam tulisan ini sebagai berikut : 1.
Bagaimana mental keagamaan anak asuh di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012?
2.
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membina mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012?
3.
Permasalahan apa yang muncul dalam pembinaan mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012?
4
4.
Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembinaan mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian Dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas tujuan dalam penelitian kali ini. Sehingga pembaca benar-benar merasakan akan adanya tulisan ini. Tujuan dalam penelitian kali ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012 2. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan untuk membina mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012 3. Untuk mengetahui permasalahan yang muncul dalam pembinaan mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012 4. Untuk mengetahui solusi-solusi yang ditempuh dalam mengatasi permasalahan yang muncul dalam pembinaan mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012 D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian kali ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis maupun secara praktis.
5
1. Secara teoritis Secara
teori,
penelitian
kali
ini
diharapkan
menjadi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pembinaan mental keagamaan Islam, guna menambah perbendaharaan Keilmuan pada Jurusan Tarbiyah S-1 STAIN Salatiga 2. Secara praktis a. Dapat memberikan pengetahuan bagi anak asuh Panti Asuhan Baitul Fallah tentang bagaimana keadaan sebenarnya pembinaan mental keagamaan islam yang selama ini dia ikuti di Panti Asuhan, sehingga dapat menyikapi untuk proses pendewasaan b. Sebagai bahan referensi dan evaluasi bagi pengurus dan pengasuh Panti Asuhan Baitul Fallah untuk selalu memberikan yang terbaik bagi anak asuhnya sehingga tujuan pendidikanya benar-benar dapat tercapai dan bisa dirasakan c. Untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang pembinaan mental keagamaan Islam E. Penegasan Istilah Dalam pembahasan kali ini, Penulis akan menjelaskan beberapa istilah dalam penelitian yang merupakan kata kunci, sehingga pemaknaan dalam kata-katanya tidak bersifat ambigu (mempunyai arti lebih dari satu makna). Kata-kata tersebut diantaranya :
6
1. Pembinaan Mental Keagamaan a. Pembinaan : menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 578) pembinaan dapat
diartikan suatu kegiatan yang bertujuan
membentuk budi pekerti yang luhur, akhlak yang baik dalam hal tingkah laku, watak, ataupun kesusilaan. b. Mental : semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (autitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan
perasaan,
mengecewakan,
atau
mengembirakan,
menyenangkan dan sebagainya ( Daradjat, 1975:35) c. Keagamaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 10) merupakan segala yang berhubungan dengan agama Jadi dapat diartian Pembinaan Mental Keagamaan adalah segala usaha atau kegiatan yang diupayakan untuk membentuk, maupun memelihara mental anak asuh melalui kegiatan keagamaan dengan tujuan menjadikan anak asuh berbudi pekerti yang baik. 2. Panti Asuhan Baitul Fallah suatu lembaga atau instansi, yang terorganisasi dalam dunia pendidikan untuk mengembangkan potensi mental spiritual dan keluhuran tingkah laku yang diasuh oleh orang-orang yang sudah diakui oleh masyarakat dalam kemampuanya mengasuh siswanya, yang bertempat di Desa Reksosari, kecamatan suruh, kabupaten semarang.
7
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jika ditinjau dari segi tempat, maka penelitian kali ini menggunakan metode
pendekatan lapangan (field reserch), yang
dimaksudkan untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan studi mengenai suatu kegiatan sisoal dengan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai kegiatan tersebut. Metode penelitina yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian terhadap suatu proses, peristiwa atau perkembangan dimana bahanbahan atau data yang dikumpulkan adalah berupa keteraganketerangan kualitatif. Dalam proses penelitian kali ini, ada beberapa karakteristik yang dapat dirangkum dalam beberapa hal berikut ini : a. Peneliti mengadakan komunikasi langsung pada responden dengan memakai bahasa Indonesia yang memungkinkan untuk berkomunikasi lebih akrab dan mudah dipahami, sehingga terjalin hubungan yang baik antara peneliti dengan responden b. Data atau informasi dari satu pihak dicek kebenaranya dengan cara menguji keakuratan data tersebut dengan yang lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, dan seterusnya. Tujuan membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperolah dari berbagai
8
pihak, agar ada jaminan tingkat kepercayaan terhadap data yang diajukan.
Penggunaan
metode
ini
memungkinkan
untuk
menghindari dari aspek subjektivitas. 2. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data yang ada di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainya di sini mutlak diperlukan. 3. Lokasi penelitian a. Lokasi Penelitian Tempat penelitian
Panti Asuhan Baitul Fallah Desa Reksosari
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Pertimbangan pemilihan tempat penelitian sebagai berikut : 1) Letak yang strategis, dekat dengan jalan raya Suruh-Karanggede, yang hanya berjarak ± 100 meter dari jalan raya tersebut, sehingga mempermudah dalam transportasi penelitian untuk menjangkau Panti asuhan.
9
2) Suasana religius, yang dapat memberikan kenyamanan dalam proses penelitian. Adanya kegiatan-kegiatan Islam yang dapat diikuti oleh peneliti, sehingga suasana tidak berkesan membosankan dalam pross penelitian. 3) Panti asuhan yang berlatar belakang Islam, sehingga peran peneliti yang menempuh studi di STAIN Salatiga yang ikut serta dalam kegiatan di panti asuhan tersebut benar-benar bisa dimaksimalkan b. Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di Panti Asuhan Baitul Fallah Desa Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang di mulai pada bulan bulan Januari 2012, hal ini dikarenakan peneliti mendapatkan ijin penelitian pada bulan tersebut. 4. Sumber data Ada dua sumber data yang digunakan oleh Peneliti yaitu : a. Data Primer Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti mengunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang pembinaan keagamaan Islam di Panti Asuhan Baitu Fallah Reksosari. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari pembina keagamaan yaitu Pengasuh dan Anak asuhan di Panti Asuhan Baitul Fallah.
10
b. Data Sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat, perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi Pemerintah. Data ini dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis dan sebagainya. Peneliti mengunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasi temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan
melalui
wawancara
langsung
dengan
Pembina
keagamaan. Penulis akan menggunakan data sekunder berupa surat-surat pribadi, dan data profil panti asuhan, karena data-data tersebut sangat dibutuhkan
dalam
penelitian
kali
ini,
dan
mudah
dalam
pengumpulanya. 5. Pengumpulan Data a. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode penelitian yang ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lampau melalui sumber-sumber dokumen. Metode ini dimaksudkan untuk mencari data-data berupa fotofoto, gambar, dokumen, notulen rapat, catatan harian, agenda kegiatan, dan sebagainya. Data yang akan dikumpulkan melalui metode ini adalah
11
keadaan Panti Asuhan Baitul Fallah secara keseluruhan, diantaranya keadaan bangunan, kepengurusan, presensi anak asuh, dan jadwal kegiatan panti asuhan b. Pengamatan (Observasi) Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dan sistematik yang diselidiki. Metode ini digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan yang dapat mempengaruhi mental keagamaan anak asuh, secara pengamatan langsung untuk menemukan data yang dapat mendukung dan memperjelas keadaan Panti Asuhan Baitul Fallah. c. Wawancara Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2002:165). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembinaan keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Wawancara atau interview dalam penelitian kali ini di gunakan untuk memperoleh keterangan-keterangan dan pendapat secara langsun dari seorang responden. Penulis memperhatikan beberapa hal yang sekiranya memang penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan proses wawancara. Ada tiga hal yang merupakan kesatuan dalam wawancara, yaitu : orang,
12
tempat, dan waktu pelaksanaan wawancara (Sukandarumidi, 2004:93). Dalam hal ini, penulis memilih : 1. Lima responden yang memang dianggap menguasai tantang permasalahan, dan pelaku itu sendiri. Sehingga mendapatkan data yang bisa dijadikan acuan dalam pengumpulan data. Yaitu dua anak asuh, dua pengasuh, dan ketua Panti Asuhan Baitul Fallah. 2. Tempat pelaksanaan wawancara yang memang diharapkan dapat memberikan suasana nyaman bagi responden dan peneliti sendiri dalam melakukan wawancara. Disini penulis memilih panti asuhan sebagai tempat pelaksanaan waawncara. 3. Waktu merupakan hal yang dapat memberikan kesepakatan dalam melakukan melakukan wawancara. Akan tetapi apabila karena suatu hal tertunda,
wawancara sebaiknya tidak diberitahu secara
mendadak. 6. Analisis Data Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya mengunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan memilih data yang dapat mendukung penulis untuk memaparkan hasil dari penelitianya. Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk mengambarkan keadaan atau status fenomena dari data-
13
data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: a. Mengumpulkan semua data yang dapat ditemukan guna sebagai pendukung dalam penelitian b. Mendiskripsikan semua data tersebut c. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis d. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitiaan. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam pengecekan data digunakan dengan cara cek and ricek. yang mana data yang di peroleh dari pengamatan dicek kembali, yaitu dengan cara wawancara secara langsung kepeda subyek penelitian (Arikunto1998: 235). Ada empat kriteria yang digunakan dalam pengecekan dalam suatu penelitian yaitu: kepercayaan (kreadibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependebility), kepastian (konfermability) (Lexy J. Moleong, 2002: 324). Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dua macam kreteria pengecekan, dua macam tersebut yaitu : a.
Kepercayaan (kreadibility) Kreadibilitas data dimasudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa tekhnik untuk mencapai kreadibilitas ini antara lain : sumber data yang valid,
14
pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensi. Yang akan dilakukan penulis dalam pengecekan dengan cara kriteria ini antara lain dengan cara memilih data yang sekiranaya valid, dan terbaru yang ada di panti asuhan, dan diskusi dengan teman sejawat, karena keterbatasan penulis dalam mengungkapkan makna dari data-data yang dikumpulkanya b. Ketergantungan (dependibility) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan
menginterprestasikan jawabkan
secara
data
ilmiah.
kesalahan
dalam
sehingga Lebih
data
jelasnya
mengumpulkan dapat
dan
dipertanggung
adalah
dikarenakan
keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggung jawabkan melalui audit oleh auditor independent atau dosen pembimbing. Penulis melakukan kriteria ini dalam pengecekan data dengan cara
sesering
mungkin
melakukan
bimbingan
dengan
soden
pembimbing dan para pengurus Panti Asuhan Baitul Fallah, diharapkan dengan cara ini, penulis dapat mengetahui kesalahankesalahan dan memperbaikinya.
15
8. Tahap-tahap Penelitian a. Tahap Sebelum Kelapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, persiapan penelitian, penyiapan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian, dan kesiapan peneliti sendiri dalam malakukan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan sumber data dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pembinaan mental keagamaan di Panti asuhan Baitul Fallah pada tahun 2012. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara di Panti asuhan Baitul Fallah. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan fokus permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara kreadibilit dan depandibility yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami penelitian yang sedang diteliti.
16
d. Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing
untuk
mendapatkan
perbaikan,
saran-saran
demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini diterangkan mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini dijelakan mengenai telaah pustaka dan kerangka teoritik yang meliputi tentang pengertian pembinaan mental keagamaan, tujuan pembinaan mental keagamaan,
metode
pembinaan
mental keagamaan,
pengertian panti asuhan, dan landasan hukum panti asuhan BAB III
: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini diterangan mengenai gambaran umum Panti Asuhan
Baitul-Fallah
17
Reksosari
meliputi
sejarah
berdirinya panti asuhan, tujuan pendirian panti asuhan, letak geografis panti asuhan, susunan kepanitiaan, daftar anak asuh, jadwal kegiatan di panti asuhan, dan pembiayaan. Pada bab ini juga menerangkan faktor apa saja
yang
mempengaruhi
berlangsungnya
proses
pembinaan mental keagamaan di panti asuhan, usaha untuk menanggulangi hambatan dalam proses pembiaan mental keagamaan. BAB IV
: PEMBAHASAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai analisis data yang meliputi
keadaan
mental
keagamaan,
usaha
yang
dilakukan untuk membina mental keagamaan di panti asuhan,
permasalahan
yang
muncul
dalam
proses
pembinaan mental keagamaan, dan usaha yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses pembinaan mental kagamaan di Panti Asuhan BaitulFallah Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun 2012 BAB V
: PENUTUP Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pembinaan Mental Keagamaan Menurut Kamus besar bahasa indonesia (1994: 134) Kata bina barasal dari kata “Bina” yang memiliki arti membangun, mengusahakan supaya lebih baik, dimana kata tersebut diberi imbuhan awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’ yang mengandung arti kegiatan yang bertujuan membentuk budi pekerti yang luhur, akhlak yang baik dalam hal tingkah laku, watak, ataupun kesusilaan. Dari uraian di atas, ada dua kata kunci yang dapat menjadikan pembinaan dapat di realisasikan, kata tersebut adalah : 1. Usaha : dalam kata ini, dimaksudkan adalah, usaha yang dilakukan seseorang untuk orang yang dia bina, jadi pembinaan tidak dapat dilakukan oleh seseorang diri, ada pihak lain yang berpengaruh dalam kegiatan pembinaan 2. Lebih baik : pencapaian hasil dalam pembinaan sangatlah dapat dirasakan oleh diri seseorang yang dibina dan sekelilingnya, hasil yang lebih baik dari apa yang dibinakan merukapan suatu pencapaian tujuan dalam proses kegiatan pembinaan. Mental berarti “yang mengenai batin”. Mengenai mental, Zakiyah Daradjat (1975: 33) berpendapat “ Mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti semua unsur jiwa termasuk fikiran, emosi, sikap dan perasaan, yang dalam keseluruhandan
19
kebulatannya akan menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menyenangkan dan sebagainya”. Secara sederhana mental dapat diartikan sebagai kebulatan yang dinamik seseorang yang tercermin dalam cita-cita, sikap dan perbuatannya. Agama adalah sistem kepercayaan dan praktek dengan makna, suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga untuk menghadapi masalah terakhir di dunia ini (Hendropuspito, 1984:35) Menurut etimologi, kata agama berarti percaya atau kepercayaan, sedangkan menurut terminologi, agama adalah sebagai penghubung antara makhluk dengan kholiknya. Hubungan ini terwujud dalam sikap tampak pada ibadah yang dilakukan, dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya (Shihab, 1994 :210) Keagamaan berasal dari kata agama, yaitu kebutuhan jiwa (psikis) manusia yang mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan, kelakuan, dan cara menghadapi tiap-tiap masalah (Dzarojat, 1982:47) Keagamaan adalah suatu sistem crido (tata keyakinan) atas adanya yang mutlak itu, serta sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan alam lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan yang dimaksud Anshari, (1980:33)
20
Dalam penelitian tentang mental keagamaan kali ini, akan membahas empat dimensi yang mempengaruhi keagamaan seseorang. Keempat dimensi tersebut yaitu : 1. Dimensi akidah Dalam dimensi akidah ini, akan mengungkap tingkat keyakinan seseorang. Seperti yang sering kita dengar dengan adanya rukun iman (percaya kepada allah,malaikat, kitab, nabi dan rosul, kiamat (hari akhir), takdir (qodho dan qodar)). Dalam Q.S al-baqoroh ayat 1-3. Í= ø‹tóø9$Î/ tb qãZÏB÷sムtûïÏ%©!$# ÇËÈ z` ŠÉ)FßJ ù=Ïj9 “ W‰ èd ¡Ïm‹Ïù ¡|= ÷ƒu‘ Ÿw Ü= »tGÅ6 ø9$# y7 Ï9ºsŒ ÇÊÈ $O !9#
ÇÌÈ tb qà)ÏÿZムöN ßg»uZø%y—u‘ $®ÿÊEur no4qn=¢Á 9$#tb qãK‹É)ãƒur
Alif laam miim (1) Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (2) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka (3)
Setelah mencapai dimensi akidah, diharapkan adanya rasa, keyakinan, dan percaya akan adanya tuhan, malaikat, kitab, nabi dan rosul, hari akhir, dan takdir. Sehingga anak didik di panti asuhan meyakini tentang suatu hal yang tidak bisa di tangkap dengan panca indra.
2. Dimensi ilmu
21
Dalam dimensi keilmuan ini, penulis akan membahas seberapa jauh pengetahuan seseorang dalam keagamaan, sehingga orang yang melakukannya mengerti akan makna, rukun, tata cara segala kegiatan keagamaan yang dia lakukan. Dalam Q.S az-zumar:9 ö@ yd ö@ è% 3¾ÏmÎn/u‘ spuH÷q u‘ (#qã_ ötƒur notÅz Fy $# â‘x‹ øts† $VJ ͬ!$s%ur #Y‰ É` $y™ È@ ø‹©9$# uä!$tR#uä ìM ÏZ»s% uqèd ô` ¨Br&
ÇÒÈ É= »t7ø9F{ $#(#qä9'ré&ã©.x‹ tGtƒ $yJ ¯RÎ)3tb qßJ n=ôètƒ Ÿw tûïÏ%©!$#ur tb qçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#“ ÈqtGó¡ o„
(9) (apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Ilmu merupakan suatu anugrah yang tidak di miliki oleh makhluk lain. Karena hanya manusialah yang diberi akal untuk berfikir. Berawal dari sesuatu yang dipahami dan dapat dipelajari, m aka ilmu dapat kita raih. Dengan ilmu, kita dapat mengetahui antara yang salah dan yang benar, antara yang wajib dan yang sunah, antara halal dan yang haram. Di sinilah, perbedaan antara manusia dan makhluk lain terlihat jelas. Begitu juga dengan para anak asuh panti asuhan. Diharapkan untuk menuntut ilmu dan dipelajari. Sehingga menjadi manusia yang pintar dan berguna bagi sesama dan agama. 3. Dimensi ibadah
22
Ibadah merupakan salah satu kegiatan utama dalam keagamaan, yang dapat menghubungkan antara makhluk dengan tuhan-nya, dan sesama makhluk. Dari sinilah seseorang terlihat dengan jelas kepatuhanya terhadap ajaran-ajaran agama. Dalam Q.S adz-dzariyat:56 ÇÎÏÈ Èb r߉ ç7÷èu‹Ï9 žw Î)}§ RM} $#ur £` Ågø:$#àM ø)n=yz $tBur
(56) Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Dalam dimensi ini, diharapkan seseorang baribadah atau menyebah hanya pada allah SWT. Bukan karena adanaya perintah dari para pengasuh atau siapapun, dan juga bukan karena paksaan karena takut akan hukuman. Di panti asuhan ibadah merupakan kegiatan wajib bagi semua warganya. Tidak memandang jabatan, umur, jenis kelamin, kekayaan. Semua diharuskan untuk beribadah. Terutama ibadah wajib, seperti sholat dan puasa ramadhan. 4. Dimensi amal Pengalaman merupakan suatu pelajaran yang berharga untuk kita fahami dan perbaiki. Bagitu juga dengan amal atau sering kita dengar dengan kata lain tingkah laku. dalam dimensi ini, berkaitan dengan bagaimana seseorang melakukan dan merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dia yakini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Q.S AL-an’am ayat 132
23
ÇÊÌËÈ šc
qè=yJ ÷ètƒ $£J tã @ Ïÿ»tóÎ/ š•/u‘ $tBur 4(#qè=ÏJ tã $£J ÏiB ×M »y_ u‘yŠ 9e@ à6 Ï9ur
(132) Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. Dalam dimensi ini, diharapkan kita memikirkan mengapa kita belajar dan mencari ilmu sehingga ada dorongan untuk mengaplikasikan tentang apa yang kita pelajari, sehingga kita merasa tidak rugi dalam mencari ilmu. Riaz Hassan (2006: 43) berpendapat bahwa “mental keagamaan merupakan komitmen beragama yang dapat menjadikan salah satu bukti sekaligus ungkapan dari identitas muslim” . Penulis dapat mengambil keterangan bahwa mental keagamaan merupakan suatu bentuk bukti bahwa seseorang telah berperilaku sebagaimana orang yang beragama pada umumnya. Penulis juga menemukan pendapat lain (Richard 2007:22) berpendapat “When we use term religion and religious beliefs, practices, and feelings that are often, though not always, expressed institutionally and denominationally (e.g church attendance, participating in public religious rituals, reading sacred writing)”. Istilah religi dan religiusitas itu mengarah pada kepercayaan, kegiatan, yang bersifat religious ketuhanan yang sering diekspresikan secara institusional dan khusus misalnya datang ke gereja, berpartisipasi dalam ritual public keagamaan, membaca kitab, dan lain-lain.
24
Berdasarkan
definisi
masing-masing
istilah
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud pembinaan mental keagamaan adalah usaha yang diarahkan bagi terbentuknya kebulatan gerak-gerik yang dinamis sesuai dengan nilai-nilaiajaran agama Islam. Dalam arti yang luas, pembinaan mental agama adalah bagian dari dakwah yakni suatu usaha untuk merealisasikan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan manusia. Dengan demikian dalam pelaksanaan nya baik yang berhubungan dengan obyek, subyek , metode, materi dan media yang digunakan tidak berbeda dengan aktifitas dakwah (Amrullah 1986 ; 2) B. Tujuan Pembinaan Mental Keagamaan Dalam konteks kehidupan beragama pembinaan mental keagamaan adalah usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran, memelihara secara terus menerus terhadap tatanan nilai agama agar perilaku hidupnya senantiasa pada norma-norma yang ada dalam tatanan itu. (Su’udi 1986:1) Menurut Hamdani Khalifah, usaha tersebut dilakuakan untuk tujuan atau maksud tertentu sebagai berikut : “Maksud diadakannya pembinaan kehidupan moral manusia dan penghayatan keagamaan dalam kehidupan seseorang bukan sekedar mempercayai aqidah dan pelaksanaan tata upacara keagamaan saja, tetapi merupakan usaha yang terus menerus untuk menyempurnakan diri pribadi dalam hubungan vertikal kepada Tuhan dan horisontal kepada sesama manusia dan alam sekitarnya, sehingga mewujudkan keselarasan dan keseimbangan hidup menurut fitrah kejadiannya” (Khalifah 1984:16). Sedangkan Husein Segaf menyatakan bahwa tujuan pembinaan mental keagamaan tersebut dapat dijabarkan secara operasional, yaitu :
25
a. Memperkuat ketakwaan dan amal keagamaan di dalam masyarakat; b. Terwujudnya sikap masyarakat yang konstruktif dan responsif terhadap gagasan pembangunan c. Mempertahankan masyarakat dan mengamalkan Pancasila d. Memperkuat komitmen (keterkaitan) bangsa Indonesia, mengikis habis sebab-sebab dan kemungkinan, timbul serta berkembangnya ateisme, komunisme, kemusyrikan dan kesesatan masyarakat e. Menimbulkan sikap mental yang disadari oleh rahman dan rahim Allah, pergaulan yang rukun dan serasi, baik antar golongan, suku maupun antar agama; f. Mengembangkan generasi muda yang sehat, cakap, terampil dan taqwa kepada Allah SWT; g. Terwujudnya lembaga-lembaga ketaqwaan yang memberikan peranan terwujudnya tujuan pembangunan nasional; dan h. Timbulnya kegairahan dan kebanggaan hidup beragama dan mengenali motivasi keagamaan untuk lebih mendorong kemajuan gerak pembangunan bangsa Indonesia (Segaf 1989:29-30). Uraian diatas menunjukkan bahwa pembinaan mental keagamaan tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia menurut syariat Islam yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT dan memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat AlBayyinah ayat 5 dan surat Al- Baqarah ayat 201 :
26
(#qè?÷sãƒur no4qn=¢Á 9$#(#qßJ ‹É)ãƒur uä!$xÿuZãm tûïÏe$!$#ã&s! tûüÅÁ Î=øƒèC ©! $#(#r߉ ç6÷èu‹Ï9 žw Î)(#ÿrâÉDé&!$tBur
ÇÎÈ ÏpyJ ÍhŠs)ø9$#ß` ƒÏŠ y7 Ï9ºsŒur 4no4qx.¨“9$#
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Qs. Al-Bayyinah : 5)
$oYÏ%ur ZpuZ|¡ ym ÍotÅz Fy $# ’Îûur ZpuZ|¡ ym $u‹÷R‘‰ 9$# ’Îû $oYÏ?#uä !$oY/u‘ ãA qà)tƒ ` ¨B O ßg÷YÏBur
ÇËÉÊÈ Í‘$¨Z9$#z> #x‹ tã
Artinya : “Dan diantara mereka ada orang yang berdo’a : “ Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (Qs. Al- Baqarah : 201) Disamping itu pembinaan mental keagamaan juga dimaksudkan bagi terwujudnya keseimbangan hidup jasmani-rohani, material, spiritual atau yang lebih luas sama dengan dunia akherat. Pembangunan manusia seutuhnya merupakan realisasi dari keseimbangan tersebut. Perangkat dasar keseimbangan ini telah diatur dalam Q.S Al-Qashash ayat 77 yang berbunyi :
27
($u‹÷R‘‰ 9$#šÆ
ÏB y7 t7ŠÅÁ tR š[
Ys? Ÿw ur (notÅz Fy $#u‘#¤$!$#ª! $#š9t?#uä !$yJ ‹Ïù Æ÷ tGö/$#ur
Ÿw ©! $# ¨b Î) (ÇÚ ö‘F{ $# ’ÎûyŠ$|¡ xÿø9$# Æ÷ ö7s? Ÿw ur (šø‹s9Î) ª! $# z` |¡ ôm r& !$yJ Ÿ2
` Å¡ ôm r&ur
ÇÐÐÈ tûïω Å¡ øÿßJ ø9$#= Ïtä†
Artinya : “Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (pada orang lain)sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Qs. Al-Qashash : 77) C. Metode Pembinaan Mental Keagamaan Adapun
pembinaan
mental
keagamaan
dilihat
dari
sifat
pembinaannya, adalah melalui metode lisan yaitu media pembinaan (dakwah) yang dalam penyampaiannya melalui lisan, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab dan sebagainya, dan metode keteladanan (akhlak) yaitu pembinaan dengan melalui keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk sikap, kreatifitas, kemampuan menunjukkan prestasi maupun hidup rukun dalam masyarakat. Selain media tersebut, ada media yang lain yang dapat pula dimanfaatkan dalam pembinaan mental keagamaan. Media dimaksud seperti; lembaga pendidikan, lingkungan keluarga, seni budaya, hari-hari besar Islam dan juga organisasi Islam. sedangkan mengenai materi pembinaan adalah ajaran Islam itu tersendiri, yaitu semua ajaran 28
yang datang datang dari Allah yang dibawa Rasul SAW, meliputi aqidah dan syari’ah serta akhlaqul karimah (Sukir, 1993 : 168-169) Sebagaimana dijelaskan bahwa dalam arti yang lebih luas, pembinaan mental keagamaan merupakan bagian dari pada dakwah, karena pengertian dakwah dapat ditinjau dari dua segi : segi pembinaan dan segi pengembangan (Sukir 1993:20) Oleh karena itu, baik metode media maupun materi pembunaan mental keagamaan tidak berbeda jauh dengan aktifitas dakwah. Metode pembinaan mental keagamaan menurut Husein Segaf, dapat dilihat dari dua segi : sasaran yang dihadapi dan sifat pembinaan. Dari segi sasaran yang dihadapi, pembinaan mental keagamaan dapat dilakukan melalui metode individu dan metode kelompok (Segaf 1989:47). Metode individu disebut dengan personal approach (pendekatan pribadi), karena dalam pelaksanaannya secara langsung dilakukan pada pribadi yang bersangkutan, seperti dengan memberi nasehat, memberi penjelasan maupun dengan membantu memecahkan masalah yang yang dihadapi. Sedangkan metode kelompok, lebih menitik beratkan kepada komunikasi umat secara komprehensif, dengan menggunakan komunikasi massa. Hal ini disebabkan oleh karena jumlah umat yang demikian banyak memerlukan sentuhan menyeluruh dan sekaligus. Beberapa metode dalam pembinaan mental keagaman juga dapat kita beri secara langsung kepada orang yang kita bina selama meraka
29
mengikuti apa yang kita berikan (Az-Zahrani 2005:35). Metode yang dimaksud adalah : a. Pelajaran secara langsung b. Canda dan celotehan c. Pukulan dan hukuman d. Isyarat e. Suri tauladan f. Dialog g. Terapi D. Pengertian Panti Asuhan Panti asuhan yang
sering kita singkat dengan (PA) atau panti
sosial anak asuhan (PSAA) adalah suatu lembaga atau institusi yang mempuyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar dengan melaksanakan peraturan dan pengentasan anak terlantar, pelayanan pengganti orang tua atau wali dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial, sehingga anak asuh memperoleh
kesempatan
yang
luas,
tepat
dan
memadai
bagi
perkembangan kepribadian secara wajar (materi pelatihan manajemen panti asuhan) Panti asuhan memberikan pelayanan bagi anak-anak terlantar akibat disfungi sosial dari keluarga. Penyebabnya antara lain adalah : salah satu atau ke dua orang tua meninggal, dari keluarga miskin, keluarga retak,
30
dan memang anaknya sendiri yang memilih tinggal di panti asuhan dari pada di rumah. Maksud penyelenggaraan atau pendirian panti asuhan adalah terbentuknya manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai ketrampilan kerja yang mampu menopang hidup dirinya dan keluarganya. Sedangkan tujuan didirikanya panti asuhan anara lain : 1.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan anak asuh baik kebutuhan jasmani, rohani, maupun sosial
2.
Tersedianya sarana dan prasarana yang dapa membantu anak asuh untuk mengembangkan kepribadianaya
3.
Terselesaikanya masalah anak terlantar Adapun panti asuhan sangatlah membantu dalam dunia pendidikan,
yang terutama di kalangan anak-anak. Itu dikarenakan peran panti asuhan sangatlah dirasakan bagi berbagai pihak. Berikut adalah peran panti asuhan, yaitu :
1.
Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak, meliputi : a.
Pemulihan atau mengmbalikan dan menanamkan fungsi sosial anak asuhanya
b.
Perlindungan yang ditujukan untuk menghindari anak dari keterlantaran, perlakuan kejam, dari pihak orang tua
31
c.
Penanaman pemahaman dan rasa tanggung jawab akan kelestaria lingkungan panti asuhan
d.
Pencegahan yang ditujukan pada menghindarkan anak asuhan dari perilaku menyimpang, di lain pihak mendorong lingkungan sosial untuk mengembangkan perilaku yang baik
2.
Sebagai pusa data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak
3.
Sebagai pusat pengembangan potensi anak
E. Landasan Hukum Panti Asuhan 1.
Undang-undang dasar 1945 tentang adanya panti asuhan a. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28 B ayat 2) b. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 38 ayat 1)
2.
Undang-undang No.23 tahun 2002 teantang perlindungan anak a. Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara jasmani, rohani, maupun sosial (pasal 9) b.
Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya sebagai termaksud pasal 9, sehingga mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai orang tua terhadap anaknya. Dalam
32
hal ditunjuk orang tua dan badan sebagai wali (pasal 10 ayat 1) 3.
Undang-undang No. 04 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaa, serta
mendapat perlindungan ari
kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4)
33
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari 1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari Pada awalnya, warga muhamadiyah desa Reksosari sering menyantuni anak yatim atau anak yang kurang mampu di lingkunganya menjelang idul fitri. Kemudian selang beberapa waktu didatalah anak–anak tersebut, dan di temukan beberapa anak yang benar – benar membutuhkan dana untuk melanjutkan pendidikanya. Ada beberapa warga yang berfikir agar anak yang kurang mampu tersebut untuk dititipkan ke Panti Asuhan yang berada di kota Salatiga, agar mereka dapat melanjutkan pendidikanya sebagai mana teman – temanya. Orang tua nya juga memperbolehkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan dip anti asuhan kota Salatiga. Pada saat krisis moneter atau biasa di sebut dengan kata-kata krismon yang bertepatan pada tahun 2005. beberapa instansi mengalami kemunduran, tidak terkecuali Panti Asuhan yang akan mendidik anak kurang mampu dari desa Reksosari tersebut, sehingga mereka mengalami kemunduran dan berhenti untuk sementara membimbing anak bimbinganya. Suatu saat ada seorang warga Reksosari yang bernama bapak Muhammad Sofwan, dan hingga sekarang menjabat sebagai ketua Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari berkeinginan untuk mendirikan
34
panti asuhan bersama beberapa warga Reksosari, dimana Panti Asuhan tersebut berada di lingkungan Reksosari itu sendiri. Dan keinginan bapak Sofwan tersebut di dukung oleh warga setempat. Selanjutnya
beberapa
warga
mengadakan
diskusi
yang
menghasilkan kepanitian pendirian panti asuhan. Beberapa warga mengajukan bantuan ke berbagai pihak dan menhasilkan tanah wakaf seluas 922
seharga Rp 65.000.000,- . pada tahun 2007 dibangunlah
2 bangunan. Kemudian bangunan tersebut dijadikan panti asuhan oleh pengurusnya, yang kemudian pada tahun 2008 resmi di beri nama Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari dengan nomer notaries 04/NOT/XI2008. 2. Tujuan Pendirian Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari tujuan didirikanya Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari bersesuaian dengan tujuan dari desa Reksosari dimana panti asuhan tersebut dapat dilihat dari penjelasan berikut Tujuan dari desa Reksosari menjadi desa yang dapat mensejahterakan masyarakatnya. Dengan memperhatikan segala potensi yang ada di dalamnya, bermodal dari letak yang begitu strategis, serta terciptanya suasana kenyamana dalam berbagai bidang (ekonomi, pendidikan, keagamaan, sosial), maka dapat dikatakan desa Reksosari dalam jangka panjang akan terus berusaha untuk mensejahterakan
masyarakatnya,
sehingga
dapat
membantu
pemerintahan dalam hal pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
35
Sesuai dengan tujuan desa Reksosari diatas,
Panti Asuhan
Baitul-Fallah Reksosari berusaha dan ikut andil dalam merealisasikan tujuan desa tersebut dengan berbagai usaha. tujuan dari pendirian panti asuhan tersebut yaitu : a. Mencerdaskan kehidupan dan memajukan kesejahteraan umum 1) Mensukseskan program wajib belajar Sembilan tahun 2) Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha esa dan akhlaqul karimah 3) Meningkatkan ketrampilan anak asuhnya b. Membimbing dan membina masyarakat khususnya keluarga yatim/yatim piatu, keluarga tiak mampu dan keluarga yang terlantar untuk mencapai kesejahteaan lahir dan batin c. Mengembangkan swadaya masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan 3. Letak Goegrafis Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari berada di RT 07 / RW 01, dukuh Reksosari, Kelurahan Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. dimana memiliki batas : a.
Sebelah utara
: persawahan desa Reksosari
b.
Sebelah timur
: desa Bawangan dan Kepundung
c.
Sebelah selatan
: jalan raya Suruh- Karanggede
d.
Sebelah barat
: desa Sangrahan
36
Berjarak kurang lebih 500meter dari jalan raya suruhkaranggede, bertempat di belakang MTs suruh. 4. Susunan Kepanitiaan Panti
Asuhan
Baitul-Fallah
Reksosari terdapat
susunan
keorganisasian yang masih berjalan sampai saat ini. Susunan kepanitiaan tersebut adalah : NO Jabatan 1 Pembina Ketua Anggota Anggota 2 Pengurus Ketua1 Ketua2 Sekretaris1 Sekretaris2 Bendahara1 Bendahara2 Seksi Pendidikan Seksi Usaha
Seksi Humas
Seksi Kesehatan Pembantu Umum
Pengasuh
NAMA
Alamat
Drs. H. Muh. Sukron H. Muh. Zaenuri Hj. Ramdhanah
Jatinom – Klaten Jetis – Salatiga Plumbon – Suruh
H.Muh. Sofwan H.Bimo Adi Sugito, SH Drs. Sri Ekanta Dian Nirwana Hj. Evi Primiarti,SH Siti Nurul Fadhilah
Reksosari – Suruh Plumbon – Suruh Reksosari – Suruh Reksosari – Suruh Plumbon – Suruh Reksosari – Suruh
Sugih Joko Muh.Nur iskandar,SE H.Ansharrudin Dzulfikar Muh. Husni Oko Ruchi Muh.Bisri Suwidi
Plumbon – Suruh Bawangan – Suruh Bandung Jakarta Reksosari – Suruh Plumbon – Suruh Reksosari – Suruh Reksosari – Suruh Reksosari – Suruh
dr.Eko Pamuji Ani Binti Ruchi
Salatiga Reksosari – Suruh
Ruwaidi Danduk Zaenal Abidin Muhammad Rifa'i
Reksosari – Suruh Pateran – Suruh Reksosari – Suruh Reksosari – Suruh
37
Harian 3
Pengawas Ketua Anggota Anggota
H.Muhtadi Halim, S.Ag Drs. Bahurrazi Zakariya NH,S Ag
Banggi – Suruh Reksosari – Suruh Reksosari – Suruh
5. Daftar Anak asuh Panti Asuhan Baitu-Fallah Reksosari membina 17 anak yang semuanya masih berada di bangku sekolah. Berikut data anak asuh Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari : Nama
: Bagas Mus Biantoro
Tanggal lahir
: 09 Agustus 1997
Alamat
: Pakelan, Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 1 MAN Suruh Nama wali
: Yahman
Nama
: Fathur Maula
Tanggal lahir
: 27 Juni 1998
Alamat
: Kopen, Kecamatan Boyolali
Sekolah kelas : 3 MTs Suruh Nama wali
: Abdul Manam
38
Nama
: Khoiruddin
Tanggal lahir
: 03 April 1997
Alamat
: Promasan, Kota Salatiga
Sekolah kelas : 1 MAN Suruh Nama wali
: Suharno
Nama
: M. Taslisul Huda
Tanggal lahir
: 20 September 1995
Alamat
: Promasan, Kota Salatiga
Sekolah kelas : 1 MAN Suruh Nama wali
: Romzah
Nama
: M. Akhiruddin
Tanggal lahir
: 19 Oktober 1997
Alamat
: Pakelan, Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 3 MTs Suruh Nama wali
: Zaiman
Nama
: Uswatun Khasanah
Tanggal lahir
:19 Desember 1995
Alamat
: Reksosari Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 2 MAN Suruh Nama wali
: Pujianto
39
Nama
: Umi Khamilah
Tanggal lahir : 15 Oktober 1998 Alamat
: Promasan, Kota Salatiga
Sekolah Kelas : 1 Man Suruh Nama Wali
: Muzayin
Nama
: Wulandari
Tanggal lahir
: 01 Oktober 1997
Alamat
: Reksosari, Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 1 MAN Suruh Nama wali
: Saifudin Zuhri
Nama
: Auliaturrohmah
Tanggal lahir
: 19 November 2000
Alamat
: Gundi, Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 1 MTs Suruh Nama wali
: Muhammad Alwi
Nama
: Anis Fitriyah
Tanggal lahir
: 25 Januari 2000
Alamat
: Pateran, Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 1 MTs Suruh Nama wali
: Zakki Sanalah
40
Nama
: Nur Khafifah
Tanggal lahir
: 09 Mei 2000
Alamat
: Pateran, Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 1 MTs Suruh Nama wali
: Muhlan
Nama
: Mugi Rahayu
Tanggal lahir
: 31 Desember 2000
Alamat
: Ngemplak, Kecamaan Suruh
Sekolah kelas : 1 MTs Suruh Nama wali
: Zaenuri
Nama
: Irfan Daroji
Tanggal lahir
:29 Oktober 2000
Alamat
: Pakelan, Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 1 MTs Suruh Nama wali
: Abrori
Nama
: Mustofa
Tanggal lahir
: 30 September 2000
Alamat
: Tegal Gondo, Kabupaten Klaten
Sekolah kelas : 1 MTs Suruh Nama wali
: Muhammad Fathoni
41
Nama
: Lutfi Ghozali
Tanggal lahir
: 21 Desember 2003
Alamat
: Delanggu, Kabupaten Klaten
Sekolah kelas : 4 MI Reksosari Nama wali
: Mawardhi Abdussalam
Nama
: Miftakhul Magfiroh
Tanggal lahir
: 02 Mei 2000
Alamat
: Promasan, Kota Salatiga
Sekolah kelas : 1 MTs Suruh Nama wali
: Komedi
Nama
: Nurul Nugroho
Tanggal lahir
: 04 Juni 1999
Alamat
: Pakelan, Kecamatan Suruh
Sekolah kelas : 2 MTs Nama wali
: Nur Salim
6. Tata Tertib di Panti Asuhan Untuk menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama, maka para pengasuh membuat tata tertib yang dimaksudkan agar anak didik melatih kedisiplinan dirinya sendiri. Tata tertib tersebut yaitu : a.
Setiap santri harus bangun pukul 04.30 WIB
b.
Setiap santri diwajibkan shalat berjamaah 42
c.
Setiap santri wajib mengikuti kegiatan yang telah diadakan ole panti asuhan
d.
Setiap santri wajib menjaga kebersihan lingkungan panti asuhan
e.
Dilarang membawa barang elektronik dari rumah seperti HP, TV, radio, dll
f.
Ketika santri ingin menginggalkan atau keluar panti harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari pengasuh/pengurus
g.
Ketika santri ingin membawa temanya bermain ke panti harus meminta ijin terlebuh dahulu dari pengasuh/pengurus
h.
Setiap santri dilarang merokok di lingkungan panti
i.
Setiap santri diwajibkan untuk saling menghormati dan menyayangi sesama santri
7. Daftar kegiatan anak asuh a. Kegiatan Rutinitas: 1) Tiap hari senin – kamis, dan sabtu WAKTU
KEGIATAN
04.30 - 06.00
Bangun,sholat subuh, mengaji
06.00 - 07.00
Mandi, sarapan, kesekolah
07.00 - 13.30
Sekolah
13.30 - 15.00
Makan siang, bermain
15.00 - 17.00
Shalat ashar, MADIN
17.00 - 17.45
Mandi, bermain
17.45 - 19.30
Shalat maghrib, mengaji, shalat isya'
19.30 - 21.00
Belajar
21.00 -
Tidur
43
2) Setiap hari jum’at WAKTU
KEGIATAN
04.30 - 06.00
Bangun,sholat subuh, mengaji
06.00 - 07.00
Mandi, sarapan, kesekolah
07.00 - 11.00
Sekolah
11.00 - 12.30
Jum'atan (untuk pria)
12.30 - 15.00
Makan siang, istirahat
15.00 - 17.45
Shalat ashar, bermain, mandi
17.45 - 19.30
Shalat maghrib, mengaji, shalat isya'
19.30 - 21.00
Belajar
21.00 -
Tidur
3) Setiap hari minggu WAKTU
KEGIATAN
04.30 - 06.00
Bangun,sholat subuh, mengaji
06.00 - 09.00
Bersih-bersih bersama
09.00 - 12.00
Bermain
12.00 - 13.00
Shalat dhuhur, makan siang
13.00 - 15.00
Istirahat atau bermain
15.00 - 17.00
Shalat ashar, MADIN
17.00 - 17.45
Mandi, bermain
17.45 - 19.30
Shalat mahgrib, mengaji, shalat isya'
19.30 - 21.00
Belajar
21.00 -
Tidur
44
b. Jadwal Kegiatan Mingguan Anak 1)
Jadwal Masak
SENIN Wulan Tofa Ahmad
2)
SELASA Liya Huda
RABU Fitri Bagas
KAMIS Miftah Akhi Lutfi
JUM'AT Nur Udin Mugi
SABTU Sannah Irfan
MINGGU Mila Aan
kamis wulan huda
jum'at liya bagas
sabtu fitri tofa akhmad
Minggu Miftah Udin Mugi
jum'at sannah fitri miftah aan tofa lutfi huda
sabtu mila wulan mugi akhi bagas ahmad
Minggu Semua anak asuh panti asuhan
Buang Sampah
Senin Nur Akhi Lutfi
Selasa Sannah Aan
3)
rabu mila irfan
Menyapu dan Mengepel
Senin Sannah Liya Miftah Irfan Bagas Huda
Selasa Mila Fitri Nur Lutfi Udin Akhmad Akhi
rabu wulan sannah mugi tofa aan huda
kamis mila Liya nur udin irfan bagas
c. Kegiatan Berjangka 1) Pengajian tiap 35 hari sekali (selapanan), yang biasanya dihadiri masyarakat sekitar 2) Panitia zakat fitrah yang bertepatan pada bulan ramadhan 3) Perlombaan keagamaan yang biasanya terlaksana setelah akhirus sanah 4) Pelatihan ketrampilan tiap sebulan sekali
45
8. Pembiayaan Dalam pembiayaan rutinitas, panti asuhan memiliki daftar donatur tetap yang tiap bulanya memberikan dana dan menfasilitasi kebutuhan rumah tangga. Adapun data tersebut adalah : Donator tetap dari beberapa pengurus
= Rp 4.000.000,-
Infak dari wali anak asuh
= tidak menentu
Donator sukarela
= tidak menentu
Dan daftar pembelanjaan dalam periode 1 bulan sebagai berikut :
a. Makan No
Nama barang
Harga beli
Dalam satu bulan
Total harga
1
Beras
30000
30x
900000
2
Sayur dan lauk
34000
30x
1020000
3
Gula pasir
8000
30x
240000
4
Minyak goreng
3000
30x
90000
5
Gas
15000
8x
120000
6
Aqua gallon
3000
8x
24000
jumlah =
2394000
b. Lain-lain No
Nama barang
Harga beli
Dalam satu bulan
Total harga
1
Rinso
13000
2x
26000
2
Pasta gigi
10000
2x
20000
3
Sabun mandi
8000
2x
16000
4
Shampo
20000
2x
40000
5
Sikat gigi
50000
1x
50000
jumlah =
152000
c. Pendidikan No
Nama barang
Harga beli
Dalam satu bulan
Total harga
1
Bolpoint
17000
1x
17000
2
Pensil
17000
1x
17000
46
3
uang saku
17000
30x
510000
4
SPP
1080000
1x
1080000
jumlah =
1624000
total tiap bulan
=Rp4.170.000,-
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Mental Keagamaan di Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari Beradasarkan penelitian tentang pembinaan mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari menemukan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mendukung dan menghambat tercapainya tujuan pembinaan. Adapun faktor-faktor yang dapat mendukung proses pembinaan mental keagamaan sebagai mana yang telah dituturkan oleh Muhammad Rifa’I selaku pengasuh di panti asuhan tersebut (wawancara 07/08/12: 19.30) adalah sebagai berikut : ” Untuk pendukung di sini termasuk wilayah agamis ya, jadi cocok utnuk tempat membina agama, anaknya juga sudah terbiasa dengan kegiatan keagamaan, sehingga tidak perlu dipaksa mereka sudah melakukanya”. Selain faktor pendukung, ada juga factor yang dapat menghambat jalanya proses pembinaan mental keagamaan di panti asuhan. Faktor tersebut seperti paparan hasil dari wawancara (wawancara 07/08/12: 19.30) sebagai berikut : “Kalau penghambatnya itu kurangnya sarana dan prasarana panti, bedanya karater anak yang memang dari lata belakang yang berbeda, ada beberapa anak yang melanggar dan menyepelekan”.
47
C. Usaha Menanggulangi Hambatan dalam Pelaksaan Pembinaan Mental Keagamaan Pada dasarnya penghambat bukanlah sebuah kegagalan dalam suatu pencapaian, namun hanya sekedar tantangan dalam proses pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini, peneliti akan menyajikan beberapa data yang telah diperoleh dari hasi penelitian di penti asuhan baitul-fallah Reksosari tentang beberapa usaha untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ditemukan dalam proses pembinaan mental keagamaan. Dari hasil wawancara dengan bapak Muhammad Rifa’i selaku pengasuh Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari dapat diterangkan bahwa ada suatu usaha yang di lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Usaha tersebut adalah: “setiap hambatan memiliki cara tersendiri, contohnya kalau minim sarana tadi dengan menjelaskan dan mengajari sifat untuk berhemat dan mengajari juga cara mengunakan sarana sebagaimana mestinya, bukan sudah sedikit, masih saja rusak-rusak terus. Soal perbedaan karakter dengan mngajari saling menghormati dan memberi teladan untuk saling menyayangi, dan soal anak-anak yang bandel dengan menghukumnya dan memberi penjelasan tentang pentingnya aturan”. Dapat diambil poin-poin usahan tersebut sebagai berikut : 1. Untuk masalah kurangnya sarana dan prasarana panti asuhan a. Beberapa penjelasan tentang sifat hemat dan tidak neko-neko di ajarkan kepada anak asuh agar tidak meluapkan rasa iri yang begitu berlebihan sehingga menimbulkan beberapa tindakan yang kurang baik
48
b. Menjelaskan kegunaan dan kurang bergunanya suatu barang atau sarana kepada anak asuh, sehingga meraka tahu dan dapat menggunakan sesuatu sebagaimana mestinya 2. Untuk masalah perbedan karakter dan sifat antar sesama anak asuh a. Mengajarkan utuk saling menghormati dan bersifat sosial, karena kita hidup bersama dengan yang lainnya, hal ini dinilai berhasil dikarenakan jarangnya ada anak asuh yang bersifat pelit dan selalu terlihat saling pengertian antara sesama anak asuh walaupun watak yang berbeda terlihat jelas b. Member teladan atau contoh untuk saling menyayangi dan membantu. Karena dari diri pengasuh sendiri merupakan suatu panutan atau suri tauladan yang nantinya akan ditiru oleh anak asuh-anak asuhnya 3. Untuk masalah adanya beberapa anak asuh yang kurang memperhatikan tata tertib yang ada di panti asuhan a. Menghukum anak asuh yang melanggar aturan-aturan yang berada di panti asuhan, hal ini diharapkan di lain waktu anak asuh tersebut tidak lagi melakukan kesalahan yang sama b. Menjelaskan beberapa hal akan pentingnya sebuah aturan yang harus di taati oleh semuanya, dan beberapa kerugian ketika melanggarnya
49
BAB IV PEMBAHASAN A. Keadaan Mental Keagmaan Anak Asuh di Panti Asuhan “BaitulFallah Reksosari” Menurut pengasuh Panti Asuhan sendiri berpendapat bahwa mental keagmaan anak asuh di panti asuhanya itu tergolong sudah baik, karena dapat dirasakan ketika waktu beribadah, kedisiplinan, rasa tanggung jawab, dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari dapat denganjelas di lihat dari kebanyakan anak. Hal ini tertera dalam hasil wawancara dengan bapak Muhammad Rifa’I (07/08/2012: 16.25) yang selaku pengasuh di panti asuhan jawaban sebagai berikut : “kalau mental keagamaan anak-anak disini sudah termasuk bagus, kita bisa rasakan dari bagaimana cara dia beribadah yang tepat waktu, jarang sekali terlambat dalam shalat, tidak usah disuruh meraka berangkat sendiri, mengaji pun biasa meraka lakukan ketika ba’da duhur, dan jarang sekali anak-anak seusia meraka mengaji ba’da duhur. Cara mereka berperilaku juga sudah baik, saling memaafkan sesama, tidak pelit, dan saling menghargai”. Dalam hasil observasi yang yang dilakukan selama 3 hari proses peneitian yaitu pada tanggal 2-4 agustus 2012 memperoleh hasil yang sama tentang keaktifavan anak asuh di panti asuhan ini. Disini dilihat dari 17 anak, yang usia nya antara 9 tahun sampai dengan 21 tahun, dalam melakukan shalat lima waktu, hanya 3 anak yang tidak sempurna shalatnya. Ini menunjukan pembinaan mental di panti asuhan benar-benar memperoleh hasil yang baik.
50
Dalam kegiatan harian juga terlihat antusian para anak asuh untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh para pengasuh. Dalam hal pendidikan seperti belajar bersama tiap malam, mengikuti MADIN tiap sore, dan mengikuti pelatihan ketarampilan yang diadakan setiap bulan satu kali. Dilihat dari data anak asuh yang kesemuanya masih di bangku sekolah, dapat dibaca bahwa mereka masih dalam masa pertumbuhan dan sangatlah membutuhkan bimbingan dari semua pihak. Dalam segi pendidikan, akhlak, kebutuhan, dan kasih sayang yang meraka berhak dapatkan. Di panti asuhan tersebut terdapat suasana religious dan tatanan kehidupan yang membuat warga panti asuhan yang tinggal di sana merasa nyaman, dan dapat dijadikan sebagai pemicu untuk mengembangkat kehidupan pribadinya mashing-masing Banyaknya kegiatan yang mereka lakukan
di panti asuhan,
membuat meraka merasa disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan dapat mengembangkan pengetahuan serta akhlak. Bahkan di hari libur, seperti hari minggu meraka dilatih untuk memebersihkan panti asuhan secara keseluruhan dan bersama-sama. Selain itu juga mental keagamaan anak asuh di panti asuhan mendapatkan semacam pengkuan dari pihak masyarakat, dengan adanya pelaksanaan MADIN yang bertempat di panti asuhan tersebut, dan selalu diikutsertakan dalam kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh
51
masyarakat desa seperti pengajian dan shalawatan. Ini menandakan bahwa masyarakat merasa nyaman dan melihat bahwa warga panti asuhan tergolong orang-orang yang baik. B. Upaya yang Dilakukan untuk Membina Mental Keagamaan di Panti Asuhan Baitul Fallah Reksosari Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam pembinaan mental keagamaan
yang dilakukan oleh para pengasuh Panti Asuhan Baitul-
Fallah Reksosari. Usaha tersebut dilakukan dari tiga sisi 1.
Sisi pengajaran Dalam hal ini, pembinaan di fokuskan dalam bagaimana pengasuh memeberikan wacana tentang apa yang dia sampaikan. Banyak hal yang harus di ajarkan kepada anak asuh. Dari hasil wawancra dengan bapak Muhammad Rifa’I yang berpendapat “Saya biasanya mengajarinya seperti sekolah pada umumnya. Contohnya dengan cara : clasikal, penafsiran, bandongan, pelatihan, dan riyadhloh”. Maka dari itu dapat kita lihat beberapa cara mengajar para pengasuh di panti asuhan yang bisa kita contoh yaitu : a) Klasikal Cara pengajaran ini diterapkan untuk mempermudah menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan tingkatanya, memepelajari kitab-kitab sesuai dengan kemampuanya, dan bertujuan bisa dipahami oleh anak asuh
52
Materi yang diberikan pada kelas awal berupa materi dasar dan merupakan materi pegangan materi-materi selanjutnya. Dan tingkatan di atasnya merupakan materi pengembangan dari kelas awal. Metode ini dilakukan selama 30menit yaitu setelah mengaji ba’da maghrib sapai dengan shalat isya’. Ini bukanlah waktu yang lama untuk melakukan pengajaran, tetapi pada kenyataanya dapat dilakukan dengan efektiv dan efisien b) Penafsiran Dalam pembelajaran seperti ini, anak asuh diajak untuk menafsirkan beberapa permalahan hidup dan lingkungan sekitra, sehingga mereka peka terhadap lingkunganya. Pengasuh mengajak untuk membayangkan dan mengartikan dari berbagai permasalahan dan keadaan. Pengajaran ini dilakukan ketika pengasuh memberikan nasihat dan motivasi kepada anak asuhnya c) Bandongan Pengajaran bandongan merupakan pengajaran yang bersifat transef ilmu semata, namun sangatlah penting dalam pengembangan wawasan. Dari semua tingkatan anak berkumpul untuk menyimak dan memperhatikan apa yang di katakana oleh pengasuh. Pengajaran ini merupakan pengajaran satu arah, karena
53
anak asuh diposisikan sebagai penyimak dan pendengar, tanpa adanya komunikasi dengan pengasuh atau nara sumber. d) Pelatihan Cara
pengajran
ini
diterapkan
guna
meningkatkan
kemampuan anak asuh. Tidak hanya diajari untuk mengetahui sesuatu, tetapi untuk mengerti dan bisa melakukanya. Pengasuh dan anak asuh aktif dalam mempraktikanya dan diulang-ulang yang diharapkan bisa menguasainya. Contoh dari pengajaran ini adalah : pelatihan qiro’ (seni baca alqur’an) khitobah, tahlil, dan pelatihan shalat e) Riyadhloh Pembelajaran ini bersifat tidak langsung ada interaksi antara pengsuh dengan anak asuhnya. Akan tetapi pembelajaran ini lebih mengarah pada peraturan dan perintah yang dimaksudkan untuk memberikan pelajaran bagi anak asuh. Dari perintah tersebut buka hanya sekedar untuk menaati peraturan, tetap terdapat suatu pembelajaran untuk berbuat baik ( beribadah ). Contoh dari pengajaran ini adalah perintah untuk puasan senin kamis, dan shalat sunnah
54
2. Sisi tuntunan Banyak orang mengira sebutan tuntunan hanya di perlukan oleh anak kecil atau masuh dalam masa balita. secara umum menang tuntunan bertujuan untuk menjadikan seseorang lebih mandiri dan memunculkan potensi yang ada dalam diri seseorang. Namu tuntunan
juga
dapat
menimbulkan
suatu
motivasi
untuk
mengembangkan kehidupanya. Dalam penelitian ini, menemukan sesuatu kelebihan yang tentang diperlakukanya
tuntunan
dalam
proses
pembinaan
mental
keagamnaan. Seperti dalam hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Rifa’i (07/08/2012: 16.25) yang mengatakan : “di panti asuhan ini anak-anak dituntun dari kesemuanya, mulai dari cara berbicara, beribadah, cara bersosial, menghormati sesamanya, dan belajarnya. Itu semua kita lakukan untuk mengembangkan kehidupanya yang kelak di kemudian hari mereka sudah dapat terbiasa melakukanya dengan baik dan bena., apalagi ketika belajar. Yang namanya masih seklolah mereka sangat membutuhkanya. Demi prestasi pendidikanya”. Dengan demikian dapat kita pelajari akan pentingnya tuntunan yang kita berikan kepada anak asuh, beberapa tidakan tuntunan yang dilakukan oleh pengasuh panti asuhan yaitu : a. Dituntun untuk selalu beribadah dan melakukanya dengan benar, b. Mengajari anak asuh ketika belajar bersama yang dilakukan pada malam hari, banyaknya anak yang
55
meminta untuk diajari ketika mendapatkan kesulitan dalam mata pelajaran. c. Tuntuntun untuk selalu memperhatikan lingkunganya dan menjaga kebersihan. Hal ini di maksudkan agar mereka terbiasa dengan pola hidup sehat dan menjaga segala yang ada di sekitarnya. Dari semua tuntunan tersebut, pengasuh secara langsung ikut andil dtingah-tengah anak asuhnya. Segingga pengasuh mengetahui secara pasti bagaimana hasil dari tuntunannya. 3. Sisi kepedulian Kepedulian akan segala kebutuhan anak asuh merupakan hal mutlak yang harus kita perhatikan, karena dengan inilah merada merasa akan tercukupinya segala kebutuhan lahir maupun batin. Seperti dalam hasil wawancara dengan Ny. Umami (07/08/2012: 16.25) menerangkan “sewajarnya kita harus peduli dengan apa yang mereka butuhkan, seperti kebutuhan sarana, makanan, kasih sayang, dan kebutuhan akan rasa aman”. Ada beberapa kebutuhan yang harus diperhatikan. Yaitu : a. Sarana Kebutuhan ini merupakan kebutuhan jasmani. Tanpa adanya sarana tentu saja akan menghambat dalam
56
proses pembinaan mental. Keutuhan sarana ini seperti buku, kitab, alat tulis, dan tempat untuk mereka tinggal. b. Makanan Dengan jelas makanan merupakan kebutuhan pokok yang dimana semua orang membutuhkanya. Hal ini sangatlah diperhatikan oleh pengasuh entah bagaimana caranya akan makanan anak asuhknya selalu tercukupi. Dalam kebutuhan makanan di panti asuhan ini belum pernah terjadi kekurangan. Karena begitu diperhatikanya. c. Kasih sayang Secara normal, kasih saying merupakan hak dari semua orang, apalagi di panti asuhan yang kesemua anaknya jauh dari orang tua dan rata-rata hidup dengan orang yang baru mereka kenal sejak di panti asuhan. Dengan saling menghargai, saling membantu, dan saling memberikan solusi ketika ada anak yang merasa kesulitan itulah rasa sayang akan perlahan-lahan muncul antar sesame anak dan semua warga panti asuhan d. Rasa aman Perlindugan dari berbagai gangguan merupakan hal yang
diperlukan
keagamaan,
dalam
pengasuh
proses
pembinaan
melakukannya
dengan
mental cara
memperkenalkan anak asuhnya kepada lingkungan sekitar,
57
dan masyarakat setempat, and membekali beberapa pengetahuan yang dimaksudkan agar anak asuh terhindar dari beberapa godaan yang dapat merugikan dirinya.
C. Permasalahan yang Muncul dalam Proses Pembinaan Mental Keagamaan Dalam suatu tindakan atau proses untuk mencapai tujuan wajar kalau terdapat beberapa hambatan-hambatan yang dapat menurunkan semangat untuk memperoleh tujuan tersebut. Beberapa temuan peneliti hasil dari observasi yang dilakukan pada tgl 2-4 agustus 2012 menyatakan bahwa ada tiga hambatan yang sangat berpengaruh dalam proses pembinaan mental keagamaan. Ketiga hal tersebut yaitu : 1. Minimnya sarana dan prasarana panti asuhan Memang pada kenyataanya panti asuhan bukanlah sebuah sebuah tempat yan dimana segala sesuatu ada di dalamnya. Jika dibandingkan dengan sekolah formal pada umunya saja panti asuhan hanyalah sekedar pelengkap untuk membantu dalam pencapaian prestasi belajar. Dari miminnya fasilitas yang ada membuat pengasuh dan anak asuhnya berusaha untuk menggunakan fasilitas seadanya. Sehingga banyak metode-metode yang ingin di lakukan pengasuh guna salah satu usaha pembinaan mental keagamaan harus diganti bahkan di ti tiadakan. metoda yang belum sempat terlaksana antara lain :
58
presentasi, menonton film edukasi, dan penggunaan perpustakaan panti asuhan. Banyaknya kekurang fahaman anak asuh yang bisa di jelaskan oleh pengasuh, sehingga mereka masih bertanya-tanya sampai saat ini. Dan membuat pengasuh merasa kurang akan penjelasan yang belum matang. 2. Karakter anak asuh yang berbeda-beda, baik segi perilaku maupun sifatnya. Anak asuh yang berasal dari daerah yang berbeda, keluarga yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, dan latar belakang yang berbeda membuat karakteristik meresa kerlihat jelas perbedaanya ketika berkumpul dan bersosial di panti asuhan. Sebagian besar dari anak asuh belum terbiasa dengan kehidupan yang mereka jalani di panti asuhan. Beberapa perbedaan karakter diantara anak asuh yang terlihat selama proses penelitian dan merupakan penghambat untuk proses pembinaan mental keagamaan yaitu : a.
Beberapa anak suka akan kebersihan dan beberapa memiliki sifat yang jorok
b.
Ada beberapa anak yang bersifat bandel dan suka membantah ketika di nasehati oleh pengasuh
c.
Tidak semua anak suka akan kegiatan keagamaan dan merasa menganggap hanya untuk menaati aturan-aturan saja
59
3. Masih adanya beberapa anak asuh yang menganggap tidak pentingnya aturan-aturan yang ada di panti asuhan, sehingga terbiasa untuk melanggarnya Aturan atau tata tertib dibuat untuk kenyamana bersama dan menghindari dari sifat egoisme (mementingkan diri sendiri). Namun Sewajarnya orang normal akan kesalahan, entah itu di sengaja taupun tidak disengajan dan melanggar aturan tersebut. Akan tetapi akan menjadi tidak wajar ketika kesalahan tersebut sering di lakukan dan seringnya malanggar tata tertib yang telah ada. Hal tersebut dapat terjadi ketika ada orang yang seharusnya malaksanakan aturan tersebut tetapi beranggapan bahwa tidak pentingnya menaati tata tertib. Aturan yang sering dilanggar oleh anak asuh yaitu : a.
Tidak boleh membawa elektronik dari rumah seperti HP, radio, tipe, dan sejenisnya
b.
Langsung pulang ke panti asuhan ketika jam sekolah telah selesai
c.
Meminta izin kepada pengasuh ketika ada kegiatan di luar lingkungan panti asuhan
D. Usaha yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan Setelah diadakan evaluasi oleh pengasuh tentang kegiatan di panti asuhan yang selama ini di jalani, maka pengasuh menemukan beberapa
60
hambatan yang sering dilakukan olek anak asuh nya, dah telah ditemukan pula solusi yang dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Ada beberapa usaha yang telah di lakukan pengasuh utnuk mengatasi hambatan-hambatan yang telah di sebutkan di atas tadi. Dengan ada nya solusi tentang hambatan tersebut merupakan suatu bukti akan ke seriusan pengasuh dalam proses pembinaan mental keagamaan di panti asuhannya Usaha tersebut yaitu : 1.
Untuk masalah kurangnya sarana dan prasarana panti asuhan Setelah mengetahui sebab minimnya asaran dan prasarana yang dikarenakan memang Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari tergolong panti asuhan yang baru berdiri dan kelengkapan masih dalam taraf pembangunan. Maka dari itu ada beberapa solusi yang telah di lakukan oleh pengasuh sendiri untuk meminimalisir adanya efek negatif dari kurangnya sarana dan prasarana tersebut usaha tersebut yaitu : a.
Beberapa penjelasan tentang sifat hemat dan tidak neko-neko di ajarkan kepada anak asuh agar tidak meluapkan rasa iri yang begitu berlebihan sehingga menimbulkan beberapa tindakan yang kurang baik. Penejelasan tersebut biasa dilakukan ketika memberikan nasihat sambil canda gurau dengan sengan anak asuh dan pada saat menyuruh anak asuh melakukan sesuatu seperti bersih-bersih, mengerjakan tugas,
61
dan memasak. Hal ini terkadang dapat menumbuhkan daya piker kreatif dalam adak tersebut b.
Menjelaskan kegunaan dan kurang bergunanya suatu barang atau sarana kepada anak asuh, sehingga meraka tahu dan dapat menggunakan sesuatu sebagaimana mestinya, hal ini di lakukan guna menghindari penyalah gunaan barang di panti asuhan. Wajar sekali jika dalam usia anak-anak sering menggunakan barang-barang seperti pisau, sapu, digunakan untuk bermain, manakut-nakuti teman.
2.
Untuk masalah perbedan karakter dan sifat antar sesama anak asuh Secara wajarnya perbedaan latar belakang kehidupan dan keluarga membuat semua anak asuh memiliki karakter yang berbeda dan terkadang berlawanan dengan temannya, ada yang pendiam ada juga yang hyper aktif, ada yang pemalu ada juga yang tidak, dan sebagainya. Usaha yang dilakukan yaitu : a.
Mengajarkan utuk saling menghormati dan bersifat sosial, karena kita hidup bersama dengan yang lainnya, hal ini dinilai berhasil dikarenakan jarangnya ada anak asuh yang bersifat pelit dan selalu terlihat saling pengertian antara sesama anak asuh walaupun watak yang berbeda terlihat jelas
b.
Memberi teladan atau contoh untuk saling menyayangi dan membantu. Karena dari diri pengasuh sendiri merupakan
62
suatu panutan atau suri tauladan yang nantinya akan ditiru oleh anak asuh-anak asuhnya. 3.
Untuk masalah adanya beberapa anak asuh yang kurang memperhatikan tata tertib yang ada di panti asuhan Adanya beberapa anak yang memang sering melanggar aturan menang dapat menyulitkan para pengasuh untuk membina mereka, akan tetapi ada beberapa cara yang di lakukan untuk mengatasi itu. Usaha tersebut yaitu : a.
Menghukum anak asuh yang melanggar aturan-aturan yang berada di panti asuhan, hal ini diharapkan di lain waktu anak asuh tersebut tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Cara ini cocok digunakan dengan anak yang membutuhkan paksaan untuk menaati aturan yang ada
b.
Menjelaskan beberapa hal akan pentingnya sebuah aturan yang harus di taati oleh semuanya, dan beberapa kerugian ketika melanggarnya. Cara ini biasa dilakukan ketika ada anak yang melanggar aturan dan hanya butuh dinasehati saja untuk tidak melakukanya lagi
63
BAB V PENUTUPAN A. KESIMPULAN Dari uraian yang telah disajikan dan didukung oleh teori-teori dan hasil penelitian tentang pembinaan menral keagamaan di Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Keadaan mental keagamaan anak asuh di Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari tergolong sudah baik. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa temuan data tentang bagaimana melakukan ibadahnya, perilakunya, hubungan sosialnya, dan adanya rasa saling menghargai antar sesama. Adanya sebuah pengakuan dari pihak masyarakat dengan diikut sertakan dalam kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat juga merupakan bukti bahwa mental warga Panti Asuhan Baitul-Fallah mendapatkan kedudukan di masyarakat.
2.
Beberapa usaha yang dilakukan pengasuh dalam hal pembinaan mental keagamaan diantaranya dengan cara pengajaran, tuntunan, dan kepedulian. Pengajaran yang dapat memberikan pengembangan wacana pengetahuan anak asuh yang diharapkan mengetahui tentang hal yang diajarkannya. Tuntunan yang dimana pengasuh selalu mendampingi dan mengawasi segala kegiatan anak asuhnya,
64
sehingga adanya pengawasan,
dan
nasihat
yang
bersifat
membangun. 3.
Ada beberapa permasalahan yang dapat menghambat dalam proses pembinaan mental keagamaan di Panti Asuhan Baitul-Fallah Reksosari. Permasalahan tersebut yaitu : a. Minimnya sarana dan prasarana, sehingga proses pembinaan mental keagamaan b. Karakteristik anak asuh yang berbeda-beda. Baik secara perilaku maupun sifatnya c. Masih adanya beberapa santri yang menganggap tidak pentingnya aturan-aturan yang ada di panti asuhan, sehingga terbiasa untuk melanggarnya 4. Pihak pengasuh juga menyadari akan hambatan yang mereka hadapi dalam proses pembinaan mental keagamaan di panti asuhannya, Adanya solusi atau usaha untuk mencegah beberapa hambatan yang telah disebutkan di atas merupakan salah satu bukti keseriusan para pengasuh panti asuhan. Yang dimana menjadi sebuah hasil dari evaluasi yang kemudian membuahkan beberapa ide tersebut. Walaupun beberapa pelanggaran tetap saja terkadang masih muncul di panti asuhan tersebut, karena keterbatasan para pengasuh yang bekerja dalam kegiatan harian secara sendirian. Kurang adanya kekompakan antara pengasuh dengan pengurus.
65
B. SARAN 1. Untuk pengasuh panti asuhan a. Selalu telaten dan sabar dalam menghadapi segalah keadaan dip anti asuhan, dengan demikian akan tercipta suasana yang nyaman dan selalu berfikir untuk dapat memberikan yang terbaik kepada anak asuhnya b. Tumbuhkan rasa saling percaya terhadap semua warga panti asuhan. Hal tersebut akan menjadikan kita selalu tenang dalam melakukan tugas dan tanggung jawab. 2. Untuk pengurus panti asuhan a. Tingkatkan sikap kesadaan, koordinasi, dan keterbukaan antar pengurus, karena anak asuh tidak hanya belajar dari pelajaran saja, tetapi juga pengalaman
yang dia dapat, sehingga dapat
menciptakan pembelajaran berharga bagi semua warga panti asuhan b. Lebih ditingkatkanya pelayanan terhadap anak asuh merupakan sebuah tanggung tanggung jawab yang harus di lakukan untuk pengembangan panti asuhannya 3. Untuk anak asuh panti asuhan a. Lebih patuhlah kepada pengasuh maupun pengurus, karena dengan itu kita dapat pengembangan potensi secara maksimal
66
b. Agar adanya kesadaran untuk melakukan kebaikan dan kewajiban sebagai muslim dengan tidak adanya keterpaksaan c. Untuk selalu menjaga nama baik panti asuhan di manapun berada. Karena dengan itulah, kida dapat diakui oleh masyarakat d. Belajar dengan giat, jangan setengah setengah untuk mengejar impian, dengan itu kita akan selalu berfikir optimis 4. Untuk pembaca a. Manfaatkan segala ilmu dan hasil dari penelitian ini dengan cara sebagaimana mestinya b. Jangan pernah melakukan tindak kecurangan berbentuk apapun, karena itu dapat membuat kita terbiasa untuk malakukanya
67
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Amrullah. 1986. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang Anshori, Ending Saiful. 1980. Kuliah Al-Islam Pai di Perguruan Tinggi. Jakarta: Bulan Bintang Az-Zahrani, Musyafir. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Darajat, Zakiyah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental _____________.1984. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Dirjen Bimas Department Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Hassan, Riaz. 2006. Keragaman Iman: Study Komparatif Muslim.jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Masyarakat
Hendropuspito. 1984. Sosiologi Agama. Bekasi: kanisius Maleong, J lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya Margono. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Rieneka Cipta Peck, Scott. 2007. Psikologi Baru Pengembangan Diri Meretas Jalan Baru Pertumbuhan Spiritualitas. Yogyakarta: Pustaka Baca Richards, Scott and Allen. 2007. A Spiritual Strategy for Counseling And Psychotheraphy. Washington DC: American Psychological Assosiation Segaf, Husein. 1989. Pendidikan Tanpa Kekerasan (Tipologi Kondisi, Kasus, dan Konsep). Yogyakarta: Tiara Wacana Jogja Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan ____________. 1997. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: Pustaka Hidayah Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta Sukandarumidi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
68
Sukir, Asmuni. 1993. Dasar Dasar Stratergi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_79.htm ( dikases pada 28 agustus 2012. 13.40 WIB ) http://www.fakta.or.id/index.php?option=com_content&view=article&Itemid=11 8&id=152:uu-no-23-tahun-2002-perlindungan-anak ( diakses pada 28 agustus 2012. 13.35 wib ) http://www.scribd.com/doc/36996268/19/a-Pengertian-Panti-Asuhan pada 28 agustus 2012. 13.15 WIB )
69
(
diakses
JADWAL HASIL PENELITIAN TENTANG PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN BAITUL-FALLAH REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
NO
TANGGAL
KEGIATAN PENELITIAN
1
18 Juni 2012
Survey dan permohonan ijin penelitian
2
21 Juni 2012
Observasi tentang : 1. Letak geografis 2. Keadaan panti asuhan 3. Sarana dan prasarana
3
02-04 Agustus 2012
Observasi tentang : 1. Keadaan anak asuh 2. Perilaku anak asuh 3. Cara pembinaan mental keagamaan 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi 5. Tindakan pengasuh untuk memberikan yang terbaik kepada anak asuhnya
4
04-06 Agustus 2012
Wawancara dengan 3 informan, yaitu anak asuh di panti asuhan tersebut
5
07 Agustus 2012
Wawancra dengan 2 informan, yaitu para
70
pengasuh panti asuhan 6
14 Agustus 2012
Meminta beberapa arsip guna pendataan dalam penelitian
7
03 September 2012
Penarikan kesimpulan dan memohon surat bukti penelitian
71
PEDOMAN OBSERVASI PENELITIAN TENTANG PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN “BAITUL-FALLAH REKSOSARI” KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
NO
OBYEK PENGAMATAN
1
2
NILAI 3
4
Datang ke mushola saat 1 beribadah
-
-
-
-
Melakukan dzikir sesudah 2 shalat
-
-
-
√
3 Rajin berpuasa ramadhan
-
-
-
-
4 Rajin mengaji
-
-
-
√
selalu mengucap do'a ketika 5 malakukan sesuatu
-
-
√
-
5 KETERANGAN Selalu di mushola ketika beribadah dan melakukan kegiatan keagamaan √ lainya Hampir setiap sesudah shalat melakukan dzikir bersamaan dengan pengasuh Selalu menjalankan ibadah puasa √ ramadhan Ada beberapa anak yang pernah tidak mengaji
-
Selalu mengucap salam ketika sepulang dan pergi dari panti 6 asuhan
-
-
-
√
-
cara menggunakan sarana dan 7 prasarana
-
-
-
√
-
8 taat kepada pengasuh
-
-
-
√
-
72
hanya terkadang melakukanya hanya beberapa anak yang selalu mengucapkan salam menggunakan sarana dan prasarana dengan baik selalu malaksanakan
ketika di suruh oleh pengasuh
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap
: Hasan Barnadip
Jenis Kelamin
: laki - laki
Tempat Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 01 Maret 1990
Agama
: Islam
Alamat
: Medayu RT 15 / RW 05 kecamatan Suruh kabupaten Semarang
Riwayat Pendidikan
: TK Citarum Semarang
(1995-1996)
SD N Reksosari 01
(1996-2002)
SMP N 3 Suruh
(2002-2005)
SMA N 2 SALATIGA
(2005-2008)
74
Verbatim Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan A. Indentitas Informan 1. Nama informan
:MR
2. Jenis kelamin
: laki-laki
3. Alamat
: Reksorari Kecamatan Suruh
4. Jabatan
: pengasuh panti asuhan
5. Waktu wawncara : selasa 07 agustus 2012, 18.25WIB B. Hasil wawancara Pertanyaan Menurut bapak, apakah yang dimaksud dengan pembinaan mental keagamaan ? Apakan penting diperlakukanya pembinaan mental keagamaan di panti asuhan ? Bagaimana keadaan mental keagamaan anak asuh di sini ?
Bagaimana cara bapak membina mental keagamaan di panti asuhan ini?
Jawaban usaha yang kita lakukan untuk menumbuhkan jiwa keberagamaan yang kuat pada anak asuh penting sekali, untuk menjadikan anak supaya lebih beriman dan berbudi pekerti luhur
Keterangan Pengertian tentang pembinaan mental keagamaan
kalau mental keagamaan anakanak disini sudah termasuk bagus, kita bisa rasakan dari bagaimana cara dia beribadah yang tepat waktu, jarang sekali terlambat dalam shalat, tidak usah di suruh meraka berangkat sendiri, mengaji pun biasa meraka lakukan ketika ba’da duhur, dan jarang sekali anak-anak seusia meraka mengaji ba’da duhur. Cara mereka berperilaku juga sudah baik, saling memaafkan sesama, tidak pelit, dan saling menghargai ada beberapa model ya, disini yang paling sering kita gunakan ada 3 cara, yang pertama seperti pengajaran di
Menjawab rumusan masalah no. 1
75
Menggunakan model pengajaran, tuntutan, dan kepedulian
Bagaimana bapak mengajari anak-anak tentang agama islam
Faktor Apa saja yang dapat mempengaruhi proses pembinaan pak?
sekolah-sekolah yang intinya kita memberikan ilmu kepada anak asuh dan mereka mengerti apa yang kita berikan, yang ke dua dengan tuntuna, yang ketiga dengan kepedulian yang harus kita berikan secara continue di panti asuhan ini anak-anak dituntun dari kesemuanya, mulai dari cara berbicara, beribadah, cara bersosial, menghormati sesamanya, dan belajarnya. Itu semua kita lakukan untuk mengembangkan kehidupanya yang kelak di kemudian hari mereka sudah dapat terbiasa melakukanya dengan baik dan bena., apalagi ketika belajar. Yang namanya masih seklolah mereka sangat membutuhkanya. Demi prestasi pendidikanya Saya biasanya mengajarinya seperti sekolah pada umumnya. Contohnya dengan cara : clasikal, penafsiran, bandongan, pelatihan, dan riyadhloh Untuk pendukung disini termasuk wilayah agamis ya, jadi cocok utnuk tempat membina agama, anaknya juga sudah terbiasa dengan kegiatan keagamaan, sehingga tidak perlu dipaksa mereka sudah melakukanya. Kalau penghambatnya itu kurangnya sarana dan prasarana panti, bedanya karater anak yang memang dari lata belakang yang berbeda, ada beberapa anak yang melanggar dan menyepelekan aturan yang ada di panti.
76
Bagaimana cara bapak untuk mengatasi itu semua (hambatan)?
setiap hambatan memiliki cara tersendiri, contohnya kalau minim sarana tadi dengan menjelaskan dan mengajari sifat untuk berhemat dan mengajari juga cara mengunakan sarana sebagaimana mestinya, bukan sudah sedikit, masih saja rusak-rusak terus. Soal perbedaan karakter dengan mngajari saling menghormati dan memberi teladan untuk saling menyayangi, dan soal anak-anak yang bandel dengan menghukumnya dan memberi penjelasan tentang pentingnya aturan.
77
Verbatim Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan A. Indentitas Informan 1. Nama informan
:MU
2. Jenis kelamin
: perempuan
3. Alamat
: Reksorari Kecamatan Suruh
4. Jabatan
: pengasuh panti asuhan
5. Waktu wawncara : selasa 07 agustus 2012, 19.15 WIB B. Hasil wawancara Pertanyaan menurut ibuk, apa yang dimaksud dengan mental keagamaan ? apakah anak asuh di sini sudah di bina mental keagamaannya? bagaimana cara ibuk membina mental keagamaan mereka ?
apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang ibu harapkan ?
bagaimana masyarakat
pandangan tentang
Jawaban itu merupakan sesuatu yang melekat dalam jiwa kita, dan menjadikan prinsip kita kuat untuk melakukan sesuat sudah sejak pertaman kali panti ini berdiri. Memang salah satu usaha kita juga untuk membina mental trutama keagamaan yang pertama dengan kasih sayang terlebih dahulu, karena kan mereka jauh dari orang tua, selayaknya kita menjadi orang tua ke dua bagi mereka, selanjutnya dengan ketelatenan dalam membimbing mereka mencari tahu apa yang dia butuhkan dan kekurangan, agar kita bisa member yang terbaik bagi mereka belum, kan panti asuhan ini tergolong panti asuhanyang baru berdiri, sewajarnya kita baru dalam taraf pengembangan, dan kita selalu berusaha untuk mengembangkan panti asuhan ini secara bersama-sama Alhamdulillah baik sekali, dengan dengan diajaknya
78
Keterangan
Usaha yang dilakukan dalam pembinaan mental keagamaan
Sudut pandang dari luar panti asuhan
pembinaan keagamaan asuhan ini ?
mental kegiata-kegiatan dan pendapat panti kemasyarakatan, kita juga masyarakat sekitar sering di ikut sertakan untuk membantu mereka, itu menandakan posisi kita diakui dan mendapatkan respon bagus dari masyarakat adakah usaha-usaha ibuk yang pertama kita lakukan untuk mengembangkan dengan menumbuhkan rasa panti asuhan ini ? sosial dan saling menghormati sesama, agar kita selalu menikmati apapun yang kita lakukan, selanjutnya dapat mimikirkan langkah selanjutnya seperti bakti sosial, ikut serta kegiatan kemasyarakatan, dan penambahan anak asuh baru di
79
Verbatim Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan A. Indentitas Informan 1. Nama informan
:MTH
2. Jenis kelamin
: laki-laki
3. Alamat
: Promasan, Kota Salatiga
4. Jabatan
: anak asuh
5. Waktu wawncara
: sabtu, 04 agustus 2012, 16.30 WIB
B. Hasil wawancara Pertanyaan Adik disini sejak kapan ?
Apakah adik selalu mengikuti kegiatan di panti asuhan ?
Bagaimana adik belajar ketika di panti asuhan
Kegiatan jenis apa yg adek paling suka?
Apakah adik selalu beribadah tepat waktu ?
Jawaban Sejak kelas 1 MTs mas, kayaknya saya angaktan pertama di panti asuhan Iya mas, tetapi terkadang kalau sakit atau badan kurang enak, saya ijin ke pak rifa’i untuk tidak mengikuti dulu, dari pada dipaksakan nanti juga tambah tidak enak lagi Kalau siang, di sini ada MADIN mas kecuali hari jum’at libur. Belajar tetang agama memang paling enak waktu MADIN itu, karena banyak temannya, bisa sambil bercanda, pelajaran tidak terlalu sulit dan gurunya juga enak Kalau saya perasaan sama semua, hanya terkadang males melakukanya atau terkadang juga malah pengen selalu melakukanya Kalau sholat 5 waktu sudah pasti, tapi terkadang juga tidak berjamaah tepat pada waktunya,seperti waktu sekolah, waktu santai, waktu banyak-banyaknya tugas kan
80
Keterangan
Model pengajaran dapat diterima oleh anak asuh
Mental keagamaan mulai terlihat dengan selalu shalat lima waktu
susah untuk tepat waktunya, cuman terkadang saja pas waktu-waktu itu. Tetapi kalau mengaji, saya selalu mengikuti tepatwaktu Apa yang adik inginkan Yang paling saya inginkan dari dari panti asuhan ? panti asuhan itu mudahmudahan bisa menjadi anak yang bisa berguna bagi semuanya dan tidak salah jalan telah berada di panti asuhan ini
81
Verbatim Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan A. Indentitas Informan 1. Nama informan
:UK
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Alamat
: Reksosari, Kecamatan Suruh
4. Jabatan
: anak asuh
5. Waktu wawncara
: sabtu, 04 agustus 2012, 16.45 WIB
B. Hasil wawancara Pertanyaan Adik disini sejak kapan ? Biaya adik selama di panti asuhan bagaimana ?
Apa adik selalu lengkap shalat lima waktunya ? (serta tepat pada waktunya) Pernah puasa sunnah juga ?
Bagaimana adik menjalani kegiatan di panti ? dengan ikhlas, terpaksa atau malah seneng dan pangen melakuknaya tiap saat ?
Jawaban Dari pertama kalin ini di bangun. Kalau makan, uang saku sekolah, sama perlengkapanperlengkapan sekolah di kasi panti mas, hampir semua ditanggun panti, paling-paling kalau saya pengen sesuatu, kudu nabung dulu. Sering mas, sering halanganya biasa urusan wanita, keseharian lima waktunya bisa, tetapi kalau tepat waktu, jarang mas. Kalau puasan senin kamis sering mas, samping ibadah, diniatin juga nabung, jadi tidak perlu jajan. Tapi kalau lainya puasa senin kamis tidak pernah mas, tidak tahu waktunya dan apa saja. Seneng mas, tapi kayaknya biasa saja, tidak ada yang begitu menarik, juga tidak pernah bosan, seperti mengaji, belajar bersama, memasak, itu semua saya lakukan dengan tulus, tidak ada paksaan, tetapi juga tidak begitu tertarik
82
Keterangan
Administrasi segala kebutuhan rutinitas dipenuhi panti asuhan
mental keagamaan sudah dimiliki dan terlihat pada anak asuh
Apa yang adik inginkan Agar dimasa setelah saya, dari panti asuhan ? panti asuhan ini bisa lebih baik dari saat ini... amien
83
Verbatim Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan A. Indentitas Informan 1. Nama informan
:BMB
2. Jenis kelamin
: laki-laki
3. Alamat
: Pakelan, Kecamatan Suruh
4. Jabatan
: anak asuh
5. Waktu wawncara : senin, 06 Agustus 2012, 16.40 WIB B. Hasil wawancara Pertanyaan Jawaban Adik berada di panti Dulu saya pak rifa’i untuk asuhan ini termotivasi belajar di panti asuhan, pak karena apa ? rifa’ i mengajak ketika bertemu saat sepulang sekolah, secara kebetulan beliau juga tergolong masih saudara dengan saya. Aya menuruti ajak pak rifa’i Apa yang membuat adik Suasana nyaman, banyak betah berada di panti teman, ada kegiatan-kegiatan asuhan? yang bermanfaat, dan selalu tercukupi kebutuhan. Bagaimana adik mengaji Sering sekali di nasehati untuk dan belajar di sini? berbuat baik dan membiasakan untuk berakhlakul karimah dalam mengaji, kalau belajar hanya sekedar mengulang palajaran yang tadi di sampaikan di sekolah Shalat adik penuh beserta Shalat sering tepat waktu mas, tepat waktu tidak ? pcmen misal ada halangan saja saya shalatnya telat contohnya ada les tambahan saat sekolah, disuruh belanja ke pasar membeli kebutuhan panti asuhan Apa ibadah yang sering Puasa senin kamis terkadang, adik lakukan selain shalat paling hanya mengikuti
84
Keterangan
Anak merasa nyaman tinggal di panti asuhan
? Pelajaran berharga dapatkan asuhan ?
kegitan pengajian, dan shalawatan. apa yang paling Kesetia kawanan, dan salng yang adik mengingatkan untuk beribadah selama di panti dan berbuat baik. Itu yang paling penting bagi saya mas.
85