88
BAB IV
ANALISIS POLA PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA DI DESA LOWA COMAL PEMALANG Dalam analisis ini penulis berpijak pada perumusan masalah bab terdahulu, analisis yang pertama : Analisis Pembinaan Kegiatan Keagamaan Remaja Di Desa Lowa Comal Pemalang, Kedua: Analisis
Faktor-Faktor
Yang Menghambat Dan Menunjang Pembinaan Kegiatan Keagamaan Remaja Di Desa Lowa Comal Pemalang. Maka lebih lanjut, dibawah ini penulis kemukakan analisis tersebut satu persatu, yaitu: A. Analisis Pola Pembinaan Kegiatan Keagamaan Remaja Desa Lowa Comal Pemalang 1. Bentuk- bentuk kegiatan keagamaan reamaja Kegiatan keagamaan yang ada di Desa Lowa antara lain: a. Yasindan Tahlil Merupakan sebuah acara kegiatan keagamaan dengan bentuk membaca surat yasin dan tahlil secara bersama – sama untuk dihadiahkan kepada sanak saudara, para pendahulu yang sudah meninnggal. Kegiatan yasin dan tahlil ini rutin dilaksanakan pada malam senin, bertempat di rumah – rumah pendudduk remajadalam organisasi IPNU-IPPNU secara bergilir, kegiatan ini di lakukan setelah isya’ dan berlangsung satu bulan sekali,kegiatan ini biasa disebut kegiatan bulanan.
88
89
b. Berzanji Merupakan acara khusus pembacaan kitab Al – berzanji yaitu berisi kisah sejarah hidup nabi. Dalam membacakan kitab ini dibaca denngan menggunakan lagu seperti qiro’ah dan di selingi pembacaan sholawat nabi ( puji – pujian kepada nabi SAW ). kegiatan berzanji ini dilakukan setiap malam jumat diikuti oleh pemudi bertempat di rumah – rumah secara bergilir. kegiatan ini tidak hanya di ikuti oleh remaja putra setiap malam jum’at ba’da isya. Ini juga bisa disebut sebagai kegiatan mingguan dalam satu desa tetapi di ikuti oleh anakanak . c. Yasinan dan Berzanji Merupakan sebuah acara dengan bentuk membacakan surat yasin dan berzanji secara bersama – sama, untuk memdoakan kepada sanak saudara yang sudah meninggal. Acara ini merupakan kegiatan rutin dilakukan oleh ibu – ibu yang mana disertai dengan acara arisan dan bertempat di rumah – rumah penduduk remaja putri secara bergilir yang mendapat arisan. Dilakukan setiap hari Malam jum’at. Ini biasa disebut dengan kegiatan mingguan. d. Pengajian mingguan dan Tahunan Merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan satu minggu dan bertempat dimushola – mushola, maupun masjid. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan ramadhan, kegiatan ini dilaksanakan setelah subuh dan mendatangkan kyai baik dari desa sendiri 89
90
maupun dari desa tetangga. Namun untuk masjid selain pada bulan ramadhan sebagai kegiatan tahunan juga ada kegiatan mingguan yang biasa dilaksanakan pada malam selasa yang diisi oleh ustad sekitar. Dimana dalam materi pengajian ini bersifat fleksibel atrinya tergantung dari penceramahnya, isi materi ini menyangkut keagamaan dari mulai al – Qur’an, tauhid, fiqih dan akhlak. Selain itu juga setiap tahun sekali remaja jam’iyah putri melaksanakan kegiatan halal bihalal yang dimana dilaksanakan untuk meningkatkan silaturahmi atau rasa persaudaraan antar remaja satu dengan lainnya. Biasanya pada kegiatan ini mendatangkan ustad maupun kyai tetangga desa. Materinya menyangkut keagamaan fiqih, akhlak dan lain sebagainya. e. Hadroh seni (Rebana) Merupakan kegiatan seni yang dimana nyanyian sholawatsholawatnabi atau sejenisnya yang diiringi dengan alat musik rebana maupun orgen. Latihan kegiatan ini dilakukan tidak pasti kadang setiap minggu sekali, kadang satu bulan kadang juga hanya ketika akan tampil disebuah acara, baik acara pengajian maupun hajatan. f. Pelaksanaan ibadah makhdah Yaitu ibadah yang pelaksanaannya telah di contohkan langsung oleh nabi Muhammad SAW. Seperti sholat, puasa, zakat, haji dan lain – lain. Dalam ibadah khusus ini seorang
90
91
muslim tidak boleh mengurangi atau menambah – mambahi dari apa saja yang telah diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah , sehingga pelaksanaan yang bersifat khusus ini harus mengikuti contoh Rasulullah yang diperoleh melalui ketentuan dalam hadis yang shahih.1kegiatan ini juga bisa disebut sebagai kegiatan
rutinan
baik
harian,mingguan,bulanan
bahkan
tahunan.Para orangtua selalau memberikan perhatian dan bimbinngan agar anak – anaknya melaksanakan ajaran agama dengan baik dan konsekuen seperti sholat, puasa, dan zakat. Kebiasaan sholat berjamaah dilakukan di masjid atau di mushola dilakukan pada sholat magrib dan sholat isya’, sedangkan sholat subuh, dhuhur dan ashar biasanya dilakukan dirumah. Apabila umat beragama tidak melakukan sholat mereka akan menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Untuk pelaksanaan ibadah puasa, mereka mengajarkan anak –anaknya berlatih melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan sehingga
ketika menginjak dewasa anak – anak
mereka telah terbiasa untuk melaksanakan puasa. Dalam pelaksanaan zakat fitrah sendiri, para pedagang telah terbiasa melaksanakannya. Sedangkan untuk zakat mal, seperti zakat dari hasil laba dari perdagangan belum mendapat perhatian dari masyarakat. Hanya sedikit dari masyarakat
1
Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, (Jakarta:Pustaka Amani,1995), h.243
91
92
pedagang yang melaksanakan kewajiban zakat mal ini, hal ini dimunngkinkan masih sedikitnya masyarakat yang mengetahui masalah zakat mal tersebut. Ibadah haji pun pada dasarnya telah membudaya. Akan tetapi motivasi ibadah haji tersebut pada akhirnya sangat di tentukan oleh faktor ekonomi mereka. Bagi masyarakat yang sudah mampu tentu keinginan mereka untuk pergi haji dapat terlaksana. g.
Pelaksanaan ibadah ghoiru makhdah Yaitu pelaksanaan ibadah yang umum atau lebih bersifat kemasyarakatan. Ibadah ini dapat dilakukan tanpa harus diberikan contoh langsung dari Rasul, karena memang ibadah jenis ini dilaksanakan tergantung dari tempat dan situasi pada saat tertentu. Tidak ada dosa apabila terjadi pengurangan atau penambahana dalam ibadah ini , karena memang tidak ada tuntutan langsung dari Rasulullah.2 Sedangkan dalam pelaksanaan ibadah yang ghoiru makhdoh telah terlaksana dengan baik, hal ini tampak dari pola hubungan sesama antara satu dengan lainnya. Hal ini tampak dari kebiasaan mereka, diantaranya berjabat tangan apabila bertemu dengan sanak kerabat atau tetangga serta mengucap salam, memenuhi undangan tetangga yang sedang menpunyai
2
Ibid. , h.293
92
93
hajat, menolong tetangga yang terkena musibah, berta’ziyah kepada keluarga yang meninggal. Keinginan berbuat baik dan menolong sesama merupakan fitrah manusia yang di bawa sejak lahir, fitrah tersebut sebagai potensi spiritual yang ada pada diri remaja yang harus selalau di pupuk dan dikembangkan. Hari hasil analisis ini penulis menemukan kesamaan dalam penelitian dan teori yang di kemukakan oleh Rachmat Djatmika
Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak dapat melepaskan diri dari tetangga, karena pentinngnya tetangga dalam kehidupan bermasyarakat maka etika Islam mengajarkan agar manusia selalu berusaha menjaga hubungan yang baik dengan tetangga.3 Hal ini tercermin dalam kegiatan keagamaan remaja dapat berjalan dengan baik dan maksimal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi pendorongnya, diantaranya yaitu kesadaran remaja itu sendiri untuk melaksanakan kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat. Para remaja selalu meluangkan waktunya untuk mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat tersebut, seperti yasinan dan tahlil, berzanji, yasin dan berzanji, seni hadroh dan beberapa pengajian
3
Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta:Pustaka Panjimas,1996), h. 126-132
93
94
yang ada di desa ini. Dengan demikian remaja memperhatikan kehidupan ukhrawi disamping kehidupan duniawinya. 2. Tempat pembinaan kegiatan keagamaan remaja Berdasarkan hasil data yang penulis peroleh, bahwa tempat pembinaan kegiatan keagamaan Desa Lowa ada 2 yaitu: a. Pembinaan di Rumah b. Pembinaan di Masyarakat, melalui: 1) Pembinaan melalui Masjid 2) Pembinaan melalui Mushola 3) Pembinaan melalui Madrasah 4) Pembinaan melalui Kegiatan Rutinan Remaja Hal ini sesuai dengan pendapat kafrawi dalam bukunya Pola Bimbingan Masyarakat Islam menyebutkan bahwa tempat pembinaan keagamaan meliputi pendidikan formal, informal (keluarga)dan pendidikan non formal (masyarakat)yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.4 Jadi dapat disimpulkan bahwa pembinaan keagamaan remaja di desa Lowa itu sesuai dengan landasan teori yang ada, dimana pembinaan yang dilaksanakan di rumah termasuk jenis pendidikan informal (keluarga), sedangkan pembinaan kegiatan keagamaan remaja di masyarakat melalui lembaga masjid, mushola, madrasah maupun rutinan remaja termasuk jenis pendidikan non formal.
4
Kafrawi, Pola Bimbingan Masyarakat Islam, (Jakarta : Cv. Multy Yasa, 2001), hlm. 28
94
95
3. Materi pembinaan kegiatan keagamaan remaja Menurut pengakuan dari sebagian remaja mereka mendapatkan pembinaan kegiatan keagamaan di rumah dari orangtua dan juga anggota keluarga, namun materinya tidak terkonsep sebagaimana materi dalam pendidikan formal maupun non formal, di rumah remaja hanya menerapkan perilaku terpuji serta nasehat yang diberikan orangtua juga anggota keluarga dan mengimplementasikannya. Sedangkan materi yang diterapkan dalam pembinaan Kegiatan Keagamaan remaja di Masjid, mushola, Madrasah dan kegiatan rutinan
remaja meliputi: Safinatunnajah, Tarekh Islam, Bahasa Arab, Sulam Taufiq, Aqidatul Awam, akhlaqul banen,Mabadil Fiqiyah ,tajwid, tauhid,Al-Qur’an, Seni Hadzroh, Barzanji, dan Asmaul husna. Hal ini sesuai dengan landasan teori yang menyebutkan bahwa materi pembinaan kegiatan keagamaan meliputi materi Aqidah, materi Akhlak, materi Kisah-kisah terdahulu,materi janji dan ancaman, serta materi hukum-hukum.5 Jadi materi pembinaan kegiatan keagamaan remaja di Desa Lowa comal pemalang, sebagian diantaranya sesuai dengan teori yang ada, diantaranya sebagai berikut: a. Materi akhlaqul banen termasuk kategori materi Akhlaq b. Materi Mabadil Fiqiyah termasuk kategori materi hukumhukum
5
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2003), hlm 73.
95
96
c. Materi Aqidatul Awam termasuk kategori materi Aqidah d. Materi Tarekh Islam termasuk kategori materi Kisah-Kisah Terdahulu e. Materi Al-qur’an termasuk kategori materi janji dan ancaman, Janji dan ancaman adalah sesuatu yang berhubungan di dunia dan akhirat.6 Isi Alqur’an salah satunya juga berkaitan dengan janji Allah serta ancaman bagi orang-orang kafir yang menentang hukum ketetapan Allah S.W.T. Sedangkan materi lain seperti : seni hadzroh, barzanji dan asma’ul husna tidak terdapat dalam landasan teori, namun tetap termasuk materi yang diterapkan dalam pembinaan kegiatan keagamaanremaja di Desa Lowa baik melalui mushola, masjid maupun kegiatan rutinan remaja. 4. Metode Pola Pembinaan Kegiatan Keagamaan Remaja Metode yang diterapkan oleh orangtua di rumah, terkait pembinaan kegiatan keagamaan remaja antara lain: Metode nasehat, teladan, pembiasaan, teguran, doa, menciptan suasana harmonis dan metode dialog. Sedangkan metode yang diterapkan oleh masyarakat dan beberapa tokoh agama melalui pembinaan Kegiatan Keagamaan remaja di majlis Ta’lim, Mushola, dan Rutinan remaja, adalah : Metode ceramah, Metode tanya jawab, Metode kisah, metode teladan, metode 6
Muhammad Ra’fat Said, Rasulullah Profil Seorang Pendidik, (Jakarta: Firdaus, 1994), hlm. 78.
96
97
pembiasaan, metode nasehat, metode dzikir istighosah, metode hafalan dan metode mauidzoh. Menurut Ulil Amri Syafri dalam bukunya Ilmu Pendidikan Karakter berbasis Al-Qur’an menyebutkan, bahwa model pendidikan tingkah laku seseorang antara lain: metode perintah, metode larangan, metode
targhib (motivasi), metode tarhib, metode ibrah (nasehat), metode hiwar (dialog), metode kisah, metode mauidzah, metode pembiasaan, metode qudwah (teladan). 7 Dapat disimpulkan bahwa sebagian metode pembinaan kegiatan keagamaan remaja di Desa Lowa sudah sesuai dengan teori yang ada dimana metode yang ada jika dikaitkan dengan teori menurut Ulil Amri Syafri, sebagai berikut : Metode teladan termasuk metode Qudwahyaitu memberikan contoh yang baik kepada anak, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan, Metode nasehat termasuk metode Ibrah, Metode tanya jawab termasuk metode Hiwar (dialog), Metode ceramah termasuk metode Mau’idzah, Metode targhib termasuk metode Targhib (motivasi). Sedangkan metode dzikir istighosah dan metode hafalan tidak disebutkan dalam teori namun tetap menjadi salah satu metode yang masih digunakan dalam membina moral remaja di Desa Lowa Comal Pemalang.
7
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an,( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.99.
97
98
B. Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Dan Menunjang Pola Pembinaan Kegiatan Keagamaan Remaja Desa Lowa Comal Pemalang Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang pola pembinaan kegiatan keagamaan remaja desa Lowa Comal Pemalang, ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal : 1. Faktor Internal Berdasarkan penuturan dari remaja bahwa faktor internal yang mempengaruhi pembinaan kegiatan keagamaan antara lain: a. Pola pikir yang salah dari remaja b. Kesadaran beragama c. Faktor bawaan dari sifat orangtua. 2. Faktor Eksternal Sedangkan faktor eksternalnya antara lain: a. Kesibukan orangtua b. Kurangnya pengertian orangtua tentang pendidikan c. Pengaruh teman sebaya d. Kontroversi pendapat dengan pihak anggota keluarga e. Kurangnya pendidikan agama f. Latar belakang orangtua yang bersifat apatis dan kurang memotivasi, g. Pengaruh film atau tayangan serta majalah yang tidak baik
98
99
h. Kecenderungan main HP i. Rasa malas pada diri remaja j. Perhatian masyarakat k. Struktur manajemen dalam suatu kepengurusan rutinan. l. Penggunaan metode yang menarik dalam pembinaan Madrasah maupun kegiatan rutin remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Abudin Nata dalam bukunya yang berjudul
Akhlak
Tasawuf,
menyebutkan
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi pembinaan tingkah laku seseorang meliputi faktor internal dan faktor eksternal.8 Faktor internal meliputi : Faktor hereditas (keturunan), Motivasi agama anak, Kesadaran diri.Sedangkan faktor eksternal meliputi : Lingkungan sosial, Teladan dan pendidikan dari orangtua, Pengaruh teman sebaya dan geng.9 Jadi faktor yang menjadi penghambat dan penunjang dalam pola pembinaan kegiatan keagamaan remaja Desa Lowa Comal Pemalang sesuai dengan teori yang ada. Dalam faktor internal, faktor bawaan sifat orangtua termasuk dalam kategori faktor hereditas yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain, jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.Sedangkan faktor pola pikir remaja dan 8
Abudin Nata, Akhlaq Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 167. Ibid., hlm. 167.
9
99
100
kesadaran beragama termasuk faktor kesadaran diri atas sikap dan perilaku yang menyadari akan hal-hal yang harus dijauhi dan dilakukan sebagai implementasi mentaati norma yang berlaku serta mempertimbangkan keseimbangan antara dorongan dalam dan luar diri. Faktor eksternal yang meliputi Perhatian masyarakat, pengaruh teman sebaya atau genk, Struktur manajemen dalam suatu kepengurusan rutinan. Penggunaan metode yang menarik dalam pembinaan di Madrasah maupun mushola termasuk dalam kategori faktor lingkungan sosial yang merupakan fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik didalam diri manusia yang dibina secara intensif melalui berbagai metode. Faktor eksternal lainnya seperti kurangnya pendidikan agama dari orangtua, kesibukan orangtua, Kurangnya pengertian orangtua tentang pendidikan, Latar belakang orangtua yang bersifat apatis dan kurang memotivasi, Kontroversi pendapat dengan pihak anggota keluarga termasuk dalam kategori faktor Teladan dan pendidikan dari orangtua dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik. Sedangkan Pengaruh film atau tayangan di situs internet serta majalah yang tidak baik dan kecenderungan HP termasuk dalam kategori kemajuan IPTEK yang membawa dampak positif serta
100
101
negatif bagi perkembangan moral remaja masa kini, sehingga peran orangtua sangat besar dalam menyaring buku/majalah serta tayangan yang tidak baik bagi perkembangan moral anak remajanya.
101