BAB IV ANALISIS PERANAN KYAI DALAM PEMBINAAN MENTAL AGAMA PADA REMAJA DI KECAMATAN GUBUG.
A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Mental Agama Pada Remaja di Kecamatan Gubug. Berangkat dari hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka akan diuraikan tentang pembinaan mental agama pada remaja di Kecamatan Gubug. Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian, penulis mencoba untuk meraba kemungkinan masalah tersebut dan sekaligus mengemukakan pembinaan yang dilakukan di Kecamatan Gubug. Pembinaan agama pada remaja tidak cukup hanya dipercayakan kepada keluarga saja, demikian juga tidak dapat dibenarkan jika hanya mengandalkan salah satu lembaga dari luar keluarga, karena remaja secara individual adalah dipandang sebagai bagian anggota masyarakat yang tidak terpisahkan dari lapangan pergaulan dan pergumulan sosial secara terbuka. Oleh karena itu pertumbuhan agama pada keluarga agama akan berkembang dengan baik, apabila situasi dan kondisi keluarga senantiasa diwarnai dengan jiwa agama yang kemudian didukung oleh lingkungan sosial yang baik dan memberikan motivasi keagamaan yang baik dengan memantulkan perilaku sosial yang sehat. (Muharram, 1987 : 11) Dengan terciptanya lembaga sosial itu remaja akan dapat mengatasi dan dibantu
melalui proses bimbingan
46
dan penyuluhan di dalam
47
menyelesaikan
masalah-masalah
yang
dihadapi
baik
masalah
yang
ditimbulkan oleh konflik keluarga dan sebagainya. Keharusan membina hubungan yang harmonis antara keluarga dan lembaga pendidikan lainnya dituntut oleh adanya cita-cita dan tujuan yang sama yaitu melindungi, mendidik, dan membimbing remaja kepada alam yang benar sesuai dengan ajaran agama. Nilai keberhasilan Kyai dalam pembinaan mental agama, tidak terlepas dari unsur-unsur pembinaan itu sendiri, yang terdiri dari materi pembinaan mental, metode pembinaan mental dan subyek atau pelaku pembinaan itu sendiri. Materi pembinaan mental agama yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi kehidupan remaja dan materinya juga dianggap sudah baik. Tanggapan remaja terhadap metode yang dilakukan oleh para Kyai dalam pelaksanaan pembinaan mental agama adalah sangat baik. Diterimanya metode pembinaan mental agama, dikarenakan baiknya metode yang diterapkan, seperti halnya para Kyai terjun langsung dalam proses pembinaan. Mengenai media, para Kyai mendapat kepercayaan untuk mengisi mimbar agama Islam melalui ceramah dan pengajian-pengajian umum sebagai media untuk memberikan fatwa kepada remaja dan umum untuk masyarakat. Untuk lebih jelasnya penulis mencoba menjabarkan secara terinci tugas keluarga, masyarakat, sekolah, dan lembaga-lembaga keagamaan (peranan Kyai) sebagai berikut :
48
1. Lembaga Pendidikan. Sekolah adalah sebagai lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan sangat besar bagi pembinaan pribadi remaja yang berbudi luhur dan bertaqwa kepada Allah SWT. Oleh sebab itu di usahakan mereka tidak masuk lembaga pendidikan non Islam, karena nantinya akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap serta perilaku remaja. Pertumbuhan agama pada anak didik yang sedang meningkat remaja akan berkembang dengan baik dan kepercayaan agamanya dapat bertahan dan lebih mendalam, khususnya di sekolah umum. Iklim pendidikan keagamaan harus ditingkatkan dengan memberi waktu tambahan untuk pembinaan mental keagamaan bagi siswa. Disamping itu guru yang harus menyadari betul-betul bahwa anakanak didik yang dihadapi itu telah membawa bekal agama dalam pribadinya masing-masing sesuai dengan pengalaman hidup yng dilaluinya dalam keluarga. Pengalaman dan rasa agama yang dibawa oleh anak itu sedemikian banyak macam dan ragamnya, sehingga tidak mudah bagi seorang guru agama yang tidak mengerti perkembangan jiwa agama yang dilalui anak pada umur-umur tertentu. Suatu anggapan yang salah yang sering terjadi baik dari pihak orang tua/keluarga, orang umum, bahkan guru pada umumnya, juga guru agama yang tidak mengerti, yaitu persangkaan bahwa pendidikan agama untuk sekolah dasar itu mudah,
49
hanya sekedar mengajar anak untuk pandai sholat, berdo'a, berpuasa, dan beberapa prinsip-prinsip pokok agama. Anggapan yang salah itulah yang menyebabkan kurang berhasilnya pendidikan agama di masa yang lalu. Pendidikan agama, sesungguhnya jauh lebih berat dapat pengajaran pengetahuan umum apapun. Beratnya tidak terletak pada ilmiahnya, akan tetapi pada isi dan tujuan pendidikan itu sendiri. Pendidikan agama itu ditujukan kepada pembentukan sikap, pembinaan kepercayaan agama, dan pembinaan akhlak, atau dengan ringkas
dikatakan
pembinaan
kepribadian
disamping
pembinaan
pengetahuan agama anak. Jadi pendidikan agama itu ditujukan kepada anak seutuhnya, mulai dari pembinaan sikap dan pribadinya, sampai pembinaan tingkah laku (akhlaq) yang sesuai dengan ajaran agama. Guru agama yang ideal, adalah yang dapat menunaikan dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai guru dan sebagai dokter jiwa yang dapat membekali anak dengan pengetahuan agama serta dapat membina kepribadian anak, menjadi seorang muslim yang dikehendaki oleh ajaran agama. Oleh karena itu, guru agama harus memenuhi persyaratan teknis dan ilmiah sebagai guru, disamping persyaratan kepribadian yang cukup untuk menjadi pembina jiwa agama. Dengan persyaratan itu diharapkan seorang guru agama akan dapat menumbuh suburkan keyakinan agama yang betul, yang dibawa oleh anak dari rumah dan memperbaiki sikap dan pendidikan yang terlanjur salah dalam keluarga dan pendidikan sebelumnya.
50
2. Lembaga Keagamaan Yang dimasudkan lembaga keagamaan disini adalah masjid dan pon-pes. Dalam upaya pembinaan agama dan remaja, lembaga keagamaaan tersebut hendaknya lebih dari tingkatkan peranannya yaitu tidak hanya dijadikan sebagai tempat pelaksanaan ibadah saja, tetapi juga difungsikan sebagai pusat pengkaderan remaja masjid, pengajian agama dan diskusi-diskusi keagamaan yang bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan remaja. Dengan fungsi onalisasi lembaga keagamaan itu, para remaja akan dapat menyalurkan aspirasinya dan sekaligus remaja juga mendapatkan peluang untuk mengembangkan bakat dan potensi yang ada dalam dirinya kearah yang positif. Disamping remaja dan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam lembaga keagamaan itu harus diorganisir dengan baik sehingga ikatan perkumpulan itu akan lebih terarah dan membuahkan manfaat yang berdaya guna bagi pembinaan mental agama dan akhlaq remaja. Setelah menyadari sedemikian besar peranan lembaga keagamaankeagamaan itu, maka kehadirannya menuntut perhatian dan tanggung jawab dari semua pihak dari berbagai lapisan masyarakat untuk mengisi lembaga keagamaan itu sarana pembinaan remaja dalam berbagai aspeknya. Untuk mencapai tujuan yang ada harus dilengkapi perpus yang lengkap dan memadai. Kerena dengan tersedianya perpus itu akan mendidik remaja untuk gemar membaca dan belajar sendiri, sekaligus
51
dapat meningkatkan pengetahuannya tentang ilmu keagamaan dan lain sebagainya. Yang bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan dan pembinaan mental agama dalam lembaga-lembaga keagamaan adalah setiap orang yang dipandang mempunyai keahlian dibidang ilmu keagamaan. Pendidikan agama yang dimaksudkan itu adalah Muballigh Figur seorang Muballigh dalam lembaga keagamaan adalah sangat besar pengaruhnya ucapan dan tingkahlaku perbuatannya, senantiasa menjadi ikutan bagi para pengikutnya. Itulah sebabnya seorang Muballigh tidak hanya memerlukan kelincahan berbicara, tetapi yang paling penting adalah sikap keteladanan yang baik dalam bentuk tingkah laku yang sehat sesuai dengan apa yang diucapkan. Demikian jika pembicara mental agama di Kecamatan Gubug ini dilaksanakan dengan baik, bukan tidak mungkin remaja kita akan selalu patuh untuk menjalankan syari'at-syari'at dan norma-norma agama, menjadi remaja yang bertaqwa kepada Allah SWT, dengan tekun disiplin beribadah. Tetapi kenyataannya Pelaksanaan Pembinaan Mental Agama di Kecamatan Gubug belum terlaksana secara maksimal, baik pendidikan dalam keluarga, sekolah, masyarakat maupun lembaga keagamaan.
52
3. Lingkungan Masyarakat Di lingkungan masyarakat merupakan tempat bernaungnya lingkungan pendidikan lainnya, yang secara umum lingkungan masyarakat juga harus dapat menanamkan rasa perjuangan dan nilai-nilai yang berdasarkan agama sebagai alternatif dengan lingkungan masyarakat dalam hubungannya dengan pembinaan mental agama pada remaja adalah: a. Pihak ulama dan umara sebaiknya lebih banyak mengadakan pembinaan mental agama, baik yang bersifat untuk umum maupun khusus untuk para remaja. b. Para pemimpin-pemimpin agama, pengurus dan umara (pemerintahan desa) harus sadar, bahwa mereka tidak bisa bekerja tanpa mengikut sertakan para remaja, maka dalam kegiatan panitianya remaja diikut sertakan. Remaja-remaja diikut sertakan secara aktif dan diberi penghargaan yang wajar. Sedang yang tua-tua adalah menjadi penasehat. Juga lebih sering mengadakan pembinaan mental agama yang sifatnya khusus untuk remaja. Segala potensi yang ada dalam masyarakat seperti organisasi kepemudaan, karang taruna, irma dan organisasi sosial lainnya harus dioptimalkan dan harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai sarana sosial yang penting bagi pendidikan dan perkembangan remaja dalam berbagai aspeknya. Segala potensi masyarakat yang ada, harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi
53
sebagai sarana sosial yang positif bagi pendidikan dan perkembangan remaja dalam berbagai aspeknya.
B. Analisis Tentang Peranan Kyai Di Kecamatan Gubug Berdasarkan hasil penelitian lapangan dari bab III, menunjukkan bahwa peranan Kyai di Kecamatan Gubug melalui bidang-bidang yang terbagi menjadi tiga bidang pokok, yaitu : bidang tabligh, bidang pendidikan, dan bidang pembangunan. 1. Bidang Tabligh Peran para Kyai di Kecamatan Gubug dalam bidang Tabligh dapat dilihat dari hasil pengumpulan data baik melalui wawancara dan hasil observasi penulis di bab III, mereka secara ihlas bertabligh di masyarakat dengan berbagai macam bentuk dan media yang digunakan seperti: pengajian-pengajian umum, acara-acara syukuran, khitanan atau resepsi pernikahan, pengajian rutin maupun khutbah-khutbah jum'at. Bagi Kyai yang kurang aktif atau tidak aktif bertabligh disebabkan oleh kesibukannya untuk mengurusi pondok pesantren ataupun yayasan yang mereka miliki, sebab para Kyai di Kecamatan Gubug sebagian besar memang mempunyai atau mengasuh pondok pesantren atau mempunyai yayasan pendidikan agama, seperti: Madrasah Diniyah dan sekolahsekolah yang di bawah Departemen Agama. Walaupun demikian mereka masih melayani masyarakat lingkungannya untuk memberikan pembinaan
54
dan bimbingan kepada mereka. Lebih-lebih dalam menjalankan ajaran agama Islam. Lewat media yang ada para Kyai menyampaikan amanat tugas dakwah yang diperintahkan agama, baik melalui ceramah, pengajian umum, atau bagi Kyai yang mendapat kepercayaan untuk mengisi mimbar agama Islam di radio setempat, merekapun menggunakan media siaran radio untuk memberikan fatwanya, baik yang berkenaan dengan masalahmasalah ibadah, hukum (fiqih) atau masalah yang berhubungan dengan masalah sosial bermasyarakat, tetapi yang sering menjadi tekanan dalam menyampaikan tabligh ini adalah masalah ibadah dan akhlak, karena untuk saat sekarang sedang terjadi dekadensi moral, akibat dari pengaruh negatif arus informasi yang berasal dari budaya barat yang tidak bersifat Islami. Peranan Kyai di Kecamatan Gubug tidak hanya terbatas di lingkungan pesantren yang dipimpinnya mereka juga menyadari bahwa pada hakekatnya juga pemimpin masyarakatnya lebih-lebih soal agama. hal ini dapat diamati lewat peranannya di bidang tabligh ini, terbukti mereka sangat memperhatikan masyarakat dengan bimbingan ilmunya disamping mengasuh para santrinya. Ini yang dimaksud oleh Zamakhsyari Dhofir dalam bukunya tradisi pesantren, bahwa profil mereka (seorang Kyai) sebagai pengajar Islam membuahkan pengaruh yang melampui batas-batas desa dimana pesantren mereka berada). (Dhofier, 1982 : 5)
55
Oleh karena itu kedudukan para Kyai di masyarakat sebenarnya sangat strategis dan merupakan kelompok elit masyarakat, lebih-lebih dalam masyarakat yang kesadaran agamanya sudah maju. Mereka dimuliakan, dihormati, dimintai nasihat dan sebagainya. Dengan demikian keberadaan Kyai di Kecamatan Gubug dalam proses kegiatan dakwah terutama dalam bidang tabligh ini sangat menentukan bagi keberhasilan tujuan dakwah Islam di wilayah setempat. Hanya saja materi memang yang menjadi penekanan biasanya masalah ibadah, hukum (fiqih) dan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan akhirat. Seharusnya materi materi yang berhubungan soal sosial kemasyarakatan juga mendapat tekanan yang sama seperti bidang agama yang lain. Demikian juga dalam hal menggunakan media, para Kyai di Kecamatan Gubug hanya sebagian kecil saja yang mendapat kesempatan menggunakan media komunikasi elektronik, seperti radio dan media cetak, mereka hanya bertabligh sebatas media pengajian umum, khotbah-khotbah dan media pendidikan. 2. Bidang Pendidikan Pendidikan agama merupakan faktor yang sangat penting dan menjadi unsur penentu terhadap kemajuan dan perkembangan agama Islam. Makin maju pendidikan agama di masyarakat, maka akan semakin maju pula keberadaan agama di masyarakat itu. Karena pendidikan agama
56
adalah suatu kegiatan yang dapat mengarahkan sikap dan mental dan akan mampu mengubah perilaku untuk mencapai keberhasilan hidup. Peranan Kyai dalam dakwah di bidang pendidikan ini digunakan sebagai media untuk mencapai tujuan dakwah dengan jalan mendirikan tempat-tempat pendidikan seperti pondok pesantren, madrasah-madrasah diniyah dan madrasah-madrasah di bawah naungan Departemen Agama (Depag), seperti Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Di tempattempat pendidikan agama ini, para Kyai berdakwah dengan cara mendidik para murid-murid untuk ditanamkan akidah mereka sedini mungkin supaya nanti setelah terjun di dalam masyarakat dapat menjadi contoh dan menjadi tokoh yang mampu mengembangkan keyakinannya. Dengan demikian generasi penerus agama Islam tidak akan putus, kader-kader Islam tidak akan habis sepanjang tempat pendidikan agama masih ada muridnya. Berdasarkan hasil wawancara penulis, bahwa pondok-pondok yang mereka pimpin atau mereka asuh ini para Kyai ikhlas kepada Allah, dengan tekun mendidik dan membina para santrinya untuk mempelajari dan mengkaji ajaran Islam, baik itu mengenai soal-soal ibadah, mu'amalah, hukum (fiqih), aqidah, akhlak maupun ilmu-ilmu alat yang digunakan untuk menggali ajaran Islam dari sumbernya yang asli, yaitu kitab-kitab kuning, di samping Al-Qur'an dan al Hadist yang menjadi sumber utama. Di sinilah pentingnya keberadaan Kyai dalam menjalankan peranannya di bidang pendidikan ini. Mereka sangat menentukan bagi generasi penerus
57
pemimpin agama Islam yang akan melanjutkan memperjuangkan kelestarian agama Islam setelah generasi tua tidak aktif lagi. Menurut data yang penulis kumpulkan banyaknya tempat agama Islam tercatat ada 13 pesantren,
1 Madrasah Ibtidaiyah, 1 Madrasah
Tsanawiyah. Tempat-tempat pendidikan itu tersebar di seluruh Kecamatan Gubug. Di sini penulis mengambil sampel 5 desa dan semua sampel tiaptiap desa ada pondok pesantrennya. Masing-masing 5 desa adalah desa Kemiri, desa Kuwaron, desa Gubug, desa Genggang Tani dan desa Ngroto. Tetapi yang paling besar adalah pondok pesantren al Huda – al Hidayah, yang mempunyai santri lebih dari 172 santri. Akan tetapi ada suatu ganjalan dalam masalah pendidikan Islam ini, yaitu minat masyarakatnya yang sudah berlainan orientasinya, mereka tidak lagi memandang suatu pendidikan adalah salah satu kewajiban orangtua terhadap anaknya tetapi sudah dicampuri dengan niat untuk menjadikan anaknya sebagai seorang yang berpangkat. Jadi masyarakat telah terjadi pergeseran nilai dalam bidang pendidikan, masyarakat dalam memandang pentingnya pendidikan hanya sebatas lapangan pekerjaan, orang lebih senang mensekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah umum yang lebih menjanjikan masa depan yang lebih cerah daripada ke pondok pesantern untuk mempelajari ilimu-ilmu agama. Seharusnya masyarakat memandang suatu pendidikan agama adalah merupakan suatu kewajiban orang tua terhadap anaknya, Islam tidak melarang untuk belajar ilmu-ilmu selain agama, tetapi jangan sampi
58
dalam
menuntut
ilmu-ilmu
umum
itu
kemudian
meninggalkan
mempelajari ilmu agama. walaupun bagaimana caranya, supaya tidak sampai meninggalkan pendidikan agama, misalnya di pondok pesantren sambil sekolah umum atau sekolah di sekolah-sekolah yang ada di bawah departemen agama dan sebagainya. Keadaan ini terbukti dari data yang ada tercatat perbandingan antara jumlah sekolah umum dan sekolah agama dan murid-muridnya. Dari data tercatat di Kecamatan Gubug jumlah Sekolah Dasar (SD) ada 50, Madrasah Ibtidaiyah (MI)
ada 1, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) ada 15, sedangkan Madrasah Tsanawiyah hanya 1 dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ada 9. Begitu juga murid yang ada tercatat, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 9512 orang, Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 187 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 1647 orang, Madrasah Tsanawiyah sebanyak
791 orang, Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 866 orang, dan juga tercatat jumlah santri di Kecamatan Gubug sebanyak 792 santri. 3. Bidang Pembangunan Pembangunan wilayah Kecamatan Gubug merupakan bagian dari keseluruhan pembangunan nasional, yang bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Pembangunan wilayah tidak mungkin dapat berhasil tanpa adanya partisipasi dari anggota masyarakat itu sendiri. Para Kyai di Kecamatan Gubug sebagai warga masyarakat juga tidak ketinggalan dalam mensukseskan program pembangunan yang telah
59
dicanangkan oleh pemerintah daerah baik di bidang mental spiritual maupun bidang fisik. Di bidang mental spiritual jelas para Kyai dengan giat mencerdaskan para santrinya lewat pesantren atau madrasah yang dipimpinnya
dan
melalui
ceramah-ceramah
pengajian
umum
di
masyarakat. Di bidang pembangunan fisik demikian juga telah mengambil bagian seoperti kebersihan lingkungan dan lain-lain. Berdasarkan hasil pengumpulan data, baik observasi maupun dengan wawancara tanggapan masyarakat di lingkungan ntempat tinggal para Kyai, menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka ikut aktif dalam mensukseskan pembangunan yang diprogramkan oleh pemerintah atau paling tidak ikut mendukung program pembangunan nasional, seperti KB, K3, Koperasi dan lain-lain. Para Kyai sebagai pemimpin agama di masyarakat juga menyadari bahwa ajaran Islam bukan hanya terbatas pada masalah ibadah, tetapi juga menyangkut semua aspek kehidupan manusia. Seperti kesehatan, ketertiban, perekonomian, sosial, budaya dan lain-lain. Oleh karena itu tinggal bagaimana para Kyai menggali, menterjemahkan ajaran itu untuk diaktualisasikan ke dalam masyarakat lingkungannya. Itulah tuntutan masyarakat terhadap para Kyai pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa Kyai menyebutkan bahwa motifasi mereka di dalam mendukung program pembangunan ini, karena program pembangunan itu selaras dengan ajaran Islam. Hakikat
60
tujuan pembangunan yang diprogramkan adalah membangun manusia seutuhnya. Program itu sesuai dengan ajaran Islam, oleh karena itu para Kyai dengan niat ibadah ikut mendukung dan berpartisipasi dalam mensukseskan pembangunan ini, peran mereka dalam berpartisipasi di bidang pembangunan ini seperti menekankan soal-soal yang berhubungan dengan
program
pembangunan
seperti:
kebersihan,
kesehatan,
kesejahteraan keluarga, kerukunan, keluarga berencana dan lain-lain. Dengan demikian para Kyai di Kecamatan Gubug sebenarnya ikut menentukan sekali dalam mensukseskan pembangunan nasional.