BAB IV ANALISIS TRADISI PEMBACAAN SHALAWAT MUDHARIYAH DI DESA BANYUMUDAL MOGA PEMALANG Pada bab ini, akan dipaparkan tentang analisis tradisi pembacaan shalawat mudhariyah di desa Banyumudal Moga Pemalang. Analisis berdasarkan pada data yang diperoleh penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif. Dengan demikian, dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian memberikan analisis berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti, dan hasil analisis ini diharapkan mampu memberi gambaran dan pemahaman tentang tradisi pembacaan shalawat mudhariyah di desa Banyumudal Moga Pemalang. A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Pembacaan Shalawat Mudhariyah di Desa Banyumudal 1. Perencanaan Pembacaan Shalawat Mudhariyah Dalam
perencanaan
pembacaan
shalawat
mudhariyah
ini
mencakup tempat, waktu dan pelaku kegiatan. Berdasarkan data yang penulis terima dari ustad Khusaeri di desa Banyumudal, kegiatan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah bertempat di setiap mushola desa Banyumudal. Mengenai waktu pelaksanaan pembacaan shalawat mudhariyah yaitu sekitar pukul 17.00 atau menjelang maghrib, dengan tujuan yaitu mengambil waktu yang rata-rata masyarakat bisa
74
mengikuti kegiatan ini semua, karena rata-rata pada sore hari masyarakat Banyumudal sudah berada di rumah masing-masing.1 Sedangkan untuk pelaku dalam kegiatan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ditekankan kepada seluruh pemuda desa Banyumudal yang dengan sukarela mengikuti kegiatan ini tanpa adanya paksaan atau yang lainnya dari pihak penyelenggara. Pelaku rata-rata berumur sekitar 10-30 tahun. Pada tahun 2006, kegiatan ini mulai diadakan di desa Banyumudal sampai sekarang, kegiatan ini bertujuan untuk meramaikan mushola desa Banyumudal karena akhir-akir ini para pemuda generasi penerus bangsa dan agama sudah termakan atau dirusak oleh tontonan yang bahkan sudah menjadi tuntunan yaitu televisi. Maka dari itu, pihak dari majelis taklim Sabilul Muhtadin melihat hal ini sebagai hal yang sangat berbahaya untuk ke depannya. Pembina majelis yaitu ustad Khuzaeni mengadakan kegiatan dengan pembacaan asmaul khusna serentak di setiap mushola desa Banyumudal dengan waktu menjelang maghrib. Kegiatan ditambah dengan pembacaan shalawat mudhariyah setelah mendapat ijazah dari KH.Ahmad Sa‟idi bin Kh.Sa‟id Cikura Bojong Tegal. Pelaksanaan kegiatan pembacaan shalawat mudhariyah di desa Banyumudal berjalan dengan efisien dan efektif, hal ini dipengaruhi dengan perencanaan yang disusun dengan baik yang disesuaikan
1
Khusaeri. Ustad. Wawancara. Banyumudal. 21 Maret 2016.
75
dengan waktu dan tempat yang sesuai dengan keadaan masyarakat desa Banyumudal. 2. Strategi Pelaksanaan Strategi pelaksanaan kegiatan pembacaan shalawat mudhariyah lebih mengacu pada mengajarkan anak-anak dan pemuda desa Banyumudal untuk lebih bisa mengamalkan ajaran agama yang baik dan benar berdasarkan al-qur‟an, hadis, ijma‟ ulama dan qiyas. Di desa Banyumudal seseorang yang telah selesai pendidikan di pondok pesantren apalagi yang laki-laki akan diterjunkan di masyarakat untuk mengamalkan ilmunya, salah satunya yaitu mengajarkan pada anak-anak desa Banyumudal tentang shalawat mudhariyah. Anak-anak yang belum mengenal tentang shalawat mudhariyah awalnya diajari mengenai shalawat mudhariyah ini, kemudian dilatih untuk selalu melanggengkan membaca shalawat mudhariyah dengan tujuan untuk lebih mencintai Rasulullah SAW dan mengharap syafaat beliau di hari akhir kelak. Tujuan
yang
lain
yaitu
masyarakat
berharap
dengan
melanggengkan membaca shalawat ini, desa Banyumudal menjadi desa yang aman, tentram dan terhindar dari marabahaya.
2
2
Muannas. Ustad. Wawancara: Banyumudal. 22 maret 2016.
76
3. Pelaksaan Tradisi Pembacaan Shalawat Mudhariyah di desa Banyumudal Kondisi masyarakat desa Banyumudal sebelum diadakannya tradisi pembacaan shalawat mudhariyah sangat berbeda dengan sekarang dalam hal spiritual dan kejiwaan, seperti yang disebutkan oleh seorang yang penulis wawancara, beliau mengatakan bahwa sebelum ada tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ini hati mereka selalu dalam ketakutan dan kebimbangan khususnya mengenai marabahaya yang bisa datang kapan saja.3 Tetapi setelah kegiatan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ini dilaksanakan masyarakat menjadi lebih tenang karena keyakinan mereka akan shalawat mudhariyah ini, apalagi salah satu dari faedah shalawat ini adalah menjaga desa yang melanggengkan shalawat mudhariyah dari marabahaya. Kegiatan ini berawal tahun 2006, diprakarsai oleh majelis taklim Sabilul Muhtadin dengan tempat pertama yaitu mushola baitul Khikmah yang terletak di krajan timur dan merupakan mushola tertua di desa Banyumudal. Setelah dirasa sukses pada satu mushola, pihak majelis taklim menyebarluaskan shalawat ini ke seluruh desa Banyumudal dan diadakanlah tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ini hingga sekarang.
3
Amar. Warga Banyumudal. Wawancara. Banyumudal. 17 april 2016.
77
Kegiatan diawali dengan membaca surat fatikhah untuk para aulia seperti syaikh abdul Qadir al-Jailani, dan juga kepada pengarang shalawat Mudhariyah yaitu Imam al-Bushairi, kemudian fatikhah kepada seluruh ulama desa Banyumudal yang sudah wafat, juga kepada masyarakat desa Banyumudal. Kemudian dilanjutkan dengan membaca shalawat mudhariyah dari awal sampai akhir dengan bersama-sama dan dilanjutkan dengan membaca asmaul khusna sampai masuk waktu shalat maghrib. Proses pelaksanaan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah di desa Banyumudal sesuai dengan teori yang disebutkan oleh Victor Turner mengenai process analysis yaitu penulis mempelajari proses spirito-psycho-social yang terjadi di masyarakat desa Banyumudal melalui
tahapan-tahapan
sebelum
diadakannya
tradisi
sampai
sekarang. Penelitian yang penulis teliti ini menghasilkan bahwa menurut masyarakat desa Banyumudal sebelum diadakannya tradisi pembacan shalawat mudhariyah ini, mereka merasa takut dan khawatir akan malapetaka yang bisa datang kapan saja, sedangkan setelah diadakannya tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ini, masayarakat desa Banyumudal merasa aman dan tentram karena telah mempunyai keyakinan akan shalawat mudhariyah yang salah satu faedahnya adalah sebagai pencegah malapetaka.
78
B. Analisis Alasan Menggunakan Shalawat Mudhariyah Alasan-alasan yang penulis temukan setelah melakukan wawancara, dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu alasan normatif dan fungsional yaitu sebagai berikut: 1. Alasan Normatif Berupa Hadits-Hadits Shalawat di Masyarakat Banyumudal dan Pemahaman Mereka Terhadapnya Hadits-hadits tentang shalawat di bawah ini adalah hadits-hadits yang beredar di masyarakat Banyumudal. Hadits-hadits tersebut penulis kumpulkan dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat desa
Banyumudal
yang
sering
memberikan
tausiyah kepada
masayarakat desa Banyumudal dan sekitarnya. Penulis melakukan wawancara kepada 3 orang, yaitu ustad pembina majelis taklim sabilul muhtadin, ustad madrasah awaliyah, dan kyai setempat. Hadits-hadits yang terkumpul dari hasil wawancara tersebut antara lain:
ّ عن ايب ُهرْير َة َا َّن َر ُسول هللا َم ْن َص َّّل عَ َ ََّل َص ََل ًة:صّل هللا عَلَي ِه َوسمل قَال َْشا ُ َوا ِحدَ ًة َص َّّل ً ْ هللا عَلَ ْي ِه ع “Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali, maka Allah memberikan rahmat kepadanya 10 kali”. (terdapat dalam sunan ad-Darimi. Kitab: ar-Riqaq, Bab. Fadhlu Shalat „Ala Nabi. No. 2687)
Pemahaman masyarakat mengenai hadits ini adalah dengan mereka membaca 1 kali shalawat kepada Nabi, maka mereka akan
79
mendapatkan pahala 10 kali lipat, rahmat dalam hadits ini mereka pahami dengan arti pahala dari Allah karena mereka telah membaca shalawat kepada Nabi. Lebih
lanjut,
Kyai
Khuzaini
memberikan
pemahaman
mengenai membaca shalawat, “suatu ibadah yang bebas dan tidak terikat waktu maupun syarat-syarat adalah bershalawat kepada Nabi”.4 Maksudnya, bershalawat kepada Nabi tidak terikat waktu, manusia bebas membaca shalawat kepada Nabi dengan waktu yang tidak ditentukan atau bisa dilakukan kapan saja. Sedangkan maksud dari tidak terikat syarat adalah pembaca shalawat tidak harus dalam keadaan suci, tidak diwajibkan wudhu dan tidak harus menghadap kiblat dan juga dibolehkan bagi yang berhadas baik kecil maupun besar (haid dan Nifas).5 Masyarakat Banyumudal beranggapan bahwa pelaksanaan shalawat yang demikian itu masih tetap mendapat pahala dan Nabi SAW juga menjawab shalawatnya. Hadits selanjutnya adalah:
ِ َّ ول ُ قَا َل َر ُس: قَا َل،َع ْن عَ ِ ِ َّل ْب ِن أَ ِيب َطا ِل ٍب " الْ َب ِخي ُل َّ ِاَّلي َم ْن ُذ ِك ْر ُت: اَّلل ." ِع ْندَ ُه فَ َ ْمل يُ َص ِ ّل عَ َ ََّل “Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “orang yang bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku, tetapi tidak bershalawat 4
Khuzaini. Kyai pembina majelis taklim sabilul muhtadin. Wawancara. Banyumudal. 21 maret 2016. 5 Khuzaini. Kyai pembina majelis taklim sabilul muhtadin. Wawancara. Banyumudal. 21 maret 2016.
80
kepadaku. (Terdapat dalam Jami’ at-Tirmidzi. Kitab: AdDa‟wat. Bab: Qaul Rasulullah SAW Raghama Anfa Rijal. No.3497.)
Sebagian besar masyarakat desa Banyumudal memahami bahwa mengucapkan “Shallallahu „ala Muhammad” atau “Shallu „alaih” ketika disebutkan nama Nabi SAW adalah pekerjaan yang disukai oleh Nabi. Mereka memahami bahwa sepelit-pelitnya orang adalah yang tidak mengucapkan shalawat ketika nama Nabi disebut. Beberapa orang yang penulis wawancarai di desa Banyumudal menyebutkan bahwa mengucapkan salam ketika ada nama Nabi disebut hukumnya adalah sunnah muakkad atau sunnah yang dianjurkan. 6 Beberapa masyarakat mengatakan hadits tentang shalawat yang berbunyi:
َْشا ً ْ َْشا َو ِح َ يُ ِْ ِ ع ً ْ َع ْن أَ ِيب ادلَّ ْردَاء َم ْن َص َّّل عَ َ ََّل ِح َ يُ ْصب ُِع ع أَد َْركَ ْت ُه شَ فَا َع ِِت ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة “Barangsiapa yang bersholawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat”. (Terdapat dalam Sunan at-Thabrani, Kitab. As-shalatu „ala Nabi, Bab. As-Shalatu „Ala Nabi SAW „inda al-Shobah wa al-Masa‟. No. 54) Sehingga
sebagian
masayarakat
desa
Banyumudal
mengamalkan shalawat terinspirasi oleh hadits ini. Mereka
6
Muannas. Ustad. Wawancara. Banyumudal. 25 maret 2016.
81
berpendapat bahwa jika mereka membaca shalawat, maka mereka akan mendapat syafaat Nabi di hari kiamat. 7 Seperti dikatakan oleh kyai khuzaini, bahwa syaikh Nawawi Banten menceritakan dalam kitabnya “Tanqihul Qaul”, ada seorang yang semasa hidupnya berlebih-lebihan dalam segala hal, melakukan maksiat, bahkan sampai mabuk-mabukan, sang istri berulangkali memerintahkan untuk berhenti maksiat tetapi dia tidak menggubris. Tiba ajalnya seorang tersebut datang, ada seorang sufi yang datang dan bermalam di desa orang tersebut dan bermimpi bahwa orang tersebut sedang dalam kebahagiaan dan sangat gembira. Beliau berkata: amalan apa yang menjadikan kamu sangat bahagia sekarang ini?, orang tersebut menjawab: saya pernah mendatangi majlis dzikir, di sana saya mendengar seorang alim berbicara: “barang siapa bershalawat atas Nabi Muhammad SAW dan mengeraskan suaranya, maka wajib baginya surga”. Kemudian orang alim tersebut meneriakkan bacaan shalawat dengan kencang, dan aku ikut meneriakkan shalawat dengan kencang diikuti oleh jamaah yang hadir, maka Allah SWT mengampuni semua dosa-dosaku kemudian kami semua dimasukkan ke dalam surgaNya atas syafaat Nabi Muhammad SAW. 8
7 8
Muannas. Ustad. Wawancara. Banyumudal. 25 maret 2016. Khuzaini. Kyai pembina majelis taklim sabilul muhtadin. Wawancara. Banyumudal. 21 maret 2016.
82
Cerita tentang shalawat ini yang membuat masyarakat Banyumudal melakukan amalan membaca shalawat Nabi, mereka berharap dengan adanya kegiatan pembacaan shalawat Mudhariyah apalagi dilakukan dengan berjamaah dan istiqamah, mereka akan mendapat syafaat Nabi di hari kiamat kelak. 9 2. Alasan Fungsional menggunakan Shalawat Mudhariyah di Desa Banyumudal Selain
alasan
masyarakat
dalam
menggunakan
shalawat
mudhariyah berdasarkan hadits Nabi, masyarakat juga mempunyai alasan lain yaitu shalawat mudhariyah memiliki faedah yang sangat besar, seperti disebutkan dalam doa‟doa yang imam Bushairi panjatkan yaitu: a. Memohon ampunan dosa-dosa orang yang membaca shalawat Mudhariyah, dan juga orang yang mendengarkannya. Imam alBushiri juga menggunakan syair yang indah seperti: “Ya Tuhanku, besarkan dan limpahkan untuk kami pahala serta ampunan-Mu, karena kemurahan-Mu bagai
lautan tak
bertepi,Juga kedua orang tua kami,tetangga kami. Dan kami semua,oh tuhan, kami sangat membutuhkan ampunan-Mu. Sungguh, aku telah melakukan dosa-dosa yg tak terhitung jumlahnya,namun luasnya ampunan-Mu dapat menghapuskan dosa-dosa tersebut sampai tak tersisa." 9
Khuzaini. Kyai pembina majelis taklim sabilul muhtadin. Wawancara. Banyumudal. 21 maret 2016.
83
b. Meminta syafaat Nabi di akhirat kelak. Seperti dalam syair: "Tuhanku,aku memohon agar Engkau mengasihi kami didunia dan akhirat dengan kemuliaan orang yg batupun bertasbih di tangannya (Nabi Muhammad SAW)." c. Do‟a agar orang yang membaca maupun mendengar shalawat Mudhariyah dapat melunasi hutang-hutangnya. Seperti dalam syair: “Dan lunaskanlah hutang-hutang kami yang membuat ruang gerak kami seakan menjadi sempit, dan bebaskan kami dari kesulitan yang menimpa kami, Engkau Maha Kuasa”. d. Do‟a agar terhindar dari malapetaka atau bencana yang melanda. Seperti kalimat: “Dan kasihanilah kami pada setiap bencana yang melanda kami, karena dengan kasih-Mu segala yang menakutkan itu akan sirna”.10
Sebagian masyarakat desa Banyumudal juga mengatakan bahwa shalawat mudhariyah adalah termasuk shalawat yang mudah dibaca, dan juga tidak terlalu panjang baitnya, sehingga tidak butuh waktu lama untuk berjamaah dalam membaca shalawat ini. Jadi dapat di simpulkan bahwa mengenai alasan para ulama desa Banyumudal menggunakan shalawat mudhariyah dalam tradisi pembacaan shalawat mudhariyah adalah berdasarkan haditshadits yang beredar di kalangan masyarakat Banyumudal dan juga 10
Nadzam Shalawat Mudhariyah. Tegal: Pondok Pesantren at- Tauhidiyah.
84
berdasarkan doa-doa yang terdapat dalam shalawat mudhariyah yang dianggap unik oleh ulama desa Banyumudal. C. Analisis Makna Tradisi Pembacaan Shalawat Mudhariyah Menurut Masyarakat Desa Banyumudal Terdapat dua makna mengenai tradisi pembacaan shalawat mudhariyah menurut masyarakat di desa Banyumudal, yaitu masyarakat yang pro (setuju) dengan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah dan juga masyarakat yang kurang setuju dengan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah. Diantara makna tradisi pembacaan shalawat mudhariyah menurut masyarakat yang setuju adalah mereka berkeyakinan bahwa dengan membaca shalawat ini masyarakat mempunyai ikatan yang kuat kepada Nabi SAW. Dengan alasan tersebut para ulama yakin bahwa shalawat mudhariyah dapat membuat desa Banyumudal menjadi aman dan penuh dengan barokah. Apalagi setelah diadakannya tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ini, hubungan sosial antara masyarakat terlihat sangat baik. Dilihat dari kerukunan warga dalam hal beribadah dan juga dalam hal perbedaan pendapat baik yang meyakini adanya bid‟ah khasanah maupun yang tidak meyakininya. Setelah diadakannya tradisi pembacaan shalawat mudhariyah di desa Banyumudal, masyarakat melihat bahwa desa Banyumudal menjadi lebih hidup (semanger), karena setiap sore ada pembacaan shalawat di
85
setiap mushola desa Banyumudal, dan juga masyarakat juga jadi lebih rajin untuk ke mushola khususnya jamaah laki-laki.11 Hal senada juga dikatakan oleh Sholeh, seorang pemuda desa Banyumudal yang mengikuti kegiatan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah, bahwa setelah di desa Banyumudal diadakan kegiatan ini, desa Banyumudal menjadi lebih aman dan tentram, terbukti saat ada gempa Bumi di daerah Pemalang dan sekitarnya, rata-rata masyarakat tidak mengalami dampak yang terjadi, dan masyarakat yakin semua karena masyarakat melanggengkan pembacaan shalawat mudhariyah.
12
Makna-makna tradisi pembacaan shalawat mudhariyag menurut masyarakat yang setuju dengan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah dapat diklasifikasikan menjadi 6 yaitu seperti dalam diagram sebagai berikut:
Makna Tradisi Pembacaan Shalawat mudhariyah munurut masyarakat desa Banyumudal:
Mendapat syafaat Nabi SAW Mempunyai ikatan yang kuat kepada Nabi SAW Desa Banyumudal menjadi aman dan penuh barokah Hubungan sosial menjadi lebih baik dari sebelumnya Desa menjadi lebih hidup (semanger) Terhindar dari marabahaya
11 12
Mushtofa. Pemuda desa Banyumudal. Wawancara. Banyumudal. 23 Maret 2016 Sholeh. Pemuda desa Banyumudal. Wawancara. Banyumudal. 3 April 2016.
86
Sedangkan masyarakat yang kurang setuju dengan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ini mereka tidak menolak dengan keras atau anarkis, masyarakat yang menolak masih mentoleransi kegiatan ini dengan cara mereka diam dan menghargai pendapat masyarakat yang menerima tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ini. Disini terlihat bahwa masyarakat desa Banyumudal tetap hidup dalam kerukunan meskipun terdapat perbedaan pendapat. Dengan hal tersebut, antara masayarakat Banyuumudal yang tidak menjalankan
tradisi
pembacaan
shalawat
mudhariyah
dan
yang
menjalankan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah tidak mempunyai perbedaan yang mencolok dalam hal sosial, tetapi aterdapat sedikit perbedaan dalam hal ubudiyyah yaitu masyarakat yang kontra tidak melakukan tradisi shalawat mudhariyah di desa Banyumudal dan kegiatan yang lain seperti tahlilan, manaqib dan sebagainya. Kondisi masyarakat desa Banyumudal dilihat dari perubahanperubahan yang ada sebelum dan sesudah diadakannya tradisi pembacaan shalawat mudhariyah ini sesuai dengan yang dikatakan Victor Turner dalam teori ritualnya yaitu mengenai structure dan anti-structure, dalam hal ini tradisi pembacaan shalawat mudhariyah di desa Banyumudal memiliki kaitan yang sangat erat dalam formasi sebuah struktur kemasyarakatan maupun perubahan sebuah struktur yang mapan. Tradisi pembacaan shalawat mudhariyah dalam kaitannya dengan struktur kemasyarakatan berfungsi sebagai penjaga social order, yaitu
87
tradisi ini sesuai dengan keadaan masyarakat dalam hal sosial yang ada dalam lingkungan hidup masyarakat desa Banyumudal yang dapat dilihat sebagian besar masyarakat menerima aturan-aturan yang berlaku dalam tradisi ini dan tidak adanya pertentangan dalam konsep-konsepnya. Walaupun terdapat minoritas atau sebagian kecil masyarakat yang menolak akan tradisi ini tetapi tidak mempengaruhi terhadap jalannya kegiatan tradisi pembacaan shalawat mudhariyah di desa Banyumudal.
88