BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan sifat masalahnya merupakan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. A. Analisis Pemahaman Awal Anak Jalanan Tentang Ajaran Pendidikan Agama Islam Di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Sekelompok orang tentunya memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang suatu hal, begitu pula tentang pemahaman tentang agama Islam bagi anak-anak jalanan di desa Rowosari. Sejumlah faktor tentunya turut berpengaruh untuk membentuk pemahaman mereka mengenai pendidikan agama Islam yang selama ini mereka peroleh. Pendidikan dalam Islam memperoleh tempat dan posisi yang sangat tinggi, karena melalui pendidikan orang dapat memperoleh ilmu, dan dengan ilmu orang dapat mengenal Tuhannya, mencapai ma’rifatullah. Peribadatan
59
seseorang juga akan hampa jika tidak dibarengi dengan ilmu, juga sangat ditentukan oleh kualitas keilmuan (kearifan) seseorang karena ilmu sangat menentukan, maka pendidikan, sebagai sebuah proses perolehan ilmu, menjadi sangat penting. Karena itu, proses pencarian ilmu harus terus menerus dilakukan, di manapun dan kapanpun berada. Dan hal tersebut sangat penting untuk dilakukan oleh seseorang terutama bagi anak-anak jalanan di desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Mereka dapat mengenalkan kepada anak segala hal yang mereka ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri ingin mengetahuinya. Peran orang tua dalam mendidik pendidikan agama Islam sangat berpengaruh dalam pembiasaan anak melakukan kegiatan keagamaan. Karena anak akan terbiasa melakukan ajaran keagamaan setiap hari apabila dari kebiasaan setiap harinya mereka telah dibekali pendidikan agama sejak dini. Hal ini terbukti bahwa anak-anak jalanan yang sering kali lupa akan kewajibannya sebagai seorang muslim yang bergama Islam dan terkadang
60
masih mengingat Allah SWT dengan cara melakukan sholat meskipun belum begitu sempurna. IH
salah
satu
anak
jalanan
menuturkan
tentang
kegiatan
keagamaannya sebagai berikut : “Sholatnya kadang-kadang, paling satu hari empat kali saja. Biasanya sholat subuh yang nggak.”1 Dalam hal ini, anak jalanan pada awalnya adalah tergantung pada bagaimana pendidikan keluarga yang diberikan orang tua mereka ketika mereka masih kecil. Sifat baik maupun sifat buruk yang ada pada anak jalanan sekarang ini tidak terlepas dari penanaman nilai yang ditanamkan orang tua mereka dan lingkungan sekitarnya. Selain mendapatkan pendidikan agama dari orang tua, mereka mendapatkan pendidikan agama dilembaga sekolah dan lembaga non formal seperti Pondok Pesantren. Salah satu anak jalanan yang pernah mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren adalah IH. IH belajar di Pondok Pesantren Mambaul Huda 9 Pajomblangan Kedungwuni kelas dua SD sejak tahun 2008-2009.2 Lanjut SMP IH mondok di pondok pesantren Roudhotul Mutta’alimin kurang lebih 6 bulan tahun 2013.3
1
IH, Anak Jalanan, Wawancara Pribadi, Ulujami, 17 September 2014. Eka, Kakak IH, Wawancara Pribadi, Ulujami, 29 September 2014. 3 Dokumentasi Pondok Pesantren Roudhotul Mutta’alimin Comal yang diambil pada tanggal 22 September 2014. 2
61
Pendidikan ini mereka dapatkan sebelum anak turun ke jalanan. Dan pada saat anak turun ke jalanan, mereka tidak mendapatkan pendidikan agama yang lebih dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Karena pada saat anak jalanan berada dijalanan mereka tidak melakukan kegiatan keagamaan seperti yang biasa mereka lakukan ketika berada di rumah meskipun tidak lima waktu tetapi sesekali mereka lakukan. Anak jalanan yang ada di Desa Rowosari tidak pernah melakukan tindakan-tindakan anarki. Hal tersebut juga dikatakan oleh Ida tetangga IH salah satu anak jalanan bahwa: Tidak mengganggu, masalahnya anak jalanan yang ada disini masih dalam kategori wajar, tidak anarki dan membuat resah masyarakat. Kurang senengnya paling pada waktu sholat kadang masih pada nongkrong.4
Mereka lebih suka berkumpul menghabiskan waktu bersama temanteman satu kelompok ditempat yang mereka sukai (jalanan, rumah kosong, dan rumah teman). Ditempat mana mereka suka, disitulah mereka akan berkumpul. Dan mereka tidak membuat gaduh jika mereka berkumpul disalah satu rumah temannya. Anak-anak jalanan di desa Rowosari memiliki pandangan yang sama mengenai pentingnya pendidikan agama Islam. Mereka menganggap bahwa pendidikan agama Islam sangat penting dalam kehidupan dan bahkan lebih penting dari pendidikan umum. Bagi anak jalanan pendidikan agama Islam 4
Ida, Tetangga IH, Wawancara Pribadi, Ulujami, 25 September 2014.
62
adalah bekal untuk di akhirat nanti karena bisa membuka jalan untuk ke akhirat. Adapun pandangan pendidikan agama Islam menurut IH dalam wawancara adalah sebagai berikut: “Penting benget, yang penting itu masih lebih penting pendidikan agama dari pada pendidikan umum.”
Jadi, walaupun mereka memang terkadang kurang melaksanakan kegiatan keagamaan atau bahkan terkadang meninggalkan ibadah wajib, namun mereka tetap menganggap bahwa pendidikan agama itu penting. Karena mereka tahu bahwa kehidupan itu tidak hanya di dunia saja, namun juga ada kehidupan lain di akhirat. Dan pemahaman mereka tentang agama Islam sebenarnya sudah cukup baik, hanya saja pelaksanaannya terkadang masih terbengkalai karena berbagai faktor yang mempengaruhi.
B. Analisis Pelaksanaan/Implementasi Ajaran Keagamaan Anak Jalanan Di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Islam menganjurkan mendidik anak-anak mengenai nilai, ilmu dan pemikiran agar iman dapat meresap dalam jiwa mereka dan tidak hanya berada lisan saja tetapi juga hati, tutur kata dan sikap mereka sehari-hari. Oleh karena itu dalam pribadi manusia harus ditanamkan iman didalam hatinya, sehingga iman dapat tumbuh dalam jiwa dan raganya. Dari hal ini manusia
63
hidup tidak hanya menjadi budak dunia. Jika imannya hanya di lisan, maka orang akan berbalik ke belakang dan meninggalkan ajaran agamanya. Jika mendapat kebaikan ia akan tetap tenang, merasa sangat senang dan lupa segalanya, jika ditimpa penderitaan seperti perang atau krisis ekonomi, ia akan berpaling dari Tuhannya, baik di keluarganya maupun di masyarakat sekitarnya. Apabila pembinaan agama Islam itu dilakukan sejak dini, artinya sejak masih kecil dan bimbingan itu diberikan dengan ajaran sosial, maka kepribadian anak dalam menjiwai agama akan semakin mantap. Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak akan menumbuhkan unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Untuk mengetahui pelaksanaan/implementasi pendidikan agama Islam anak jalanan di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang sesuai data yang diperoleh, maka penulis mencoba untuk menganalisa sehingga dapat terlihat hasilnya antara lain bahwa secara formal anak jalanan adalah masih berstatus pelajar yang masih belajar dilembaga pendidikan SMP dan SMA sehingga anak jalanan masih mendapatkan pendidikan agama pada sekolah. Selain itu, anak mendapat pendidikan agama di rumah dari orang tua, Madrasah Diniyah dan TPQ.5
5
Observasi yang dilakukan peneliti di Desa Rowosari Ulujami Pemalang pada tanggal 13 September 2014.
64
Anak jalanan yang ada di Desa Rowosari adalah asli anak Desa Rowosari yang bertempat tinggal di Desa Rowosari dan hidup di Desa Rowosari. Tetapi disela-sela kegiatannya sebagai seorang pelajar, mereka terkadang turun ke jalan dengan alasan mencari kebebasan dan rasa ingin tahu seperti apa hidup dijalanan. Hal tersebut mereka lakukan sepulang sekolah dan ketika sekolah libur. Hidup dijalanan bagi mereka adalah kebebasan yang bisa menghilangkan rasa penat dan jenuh dalam kegiatan sekolah. Kegiatan ajaran keagamaan anak jalanan Desa Rowosari sangat beragam, antara lain yaitu: 1. Sholat Pelaksanaan sholat anak-anak jalanan di desa Rowosari berbedabeda, ada yang hanya satu waktu, dua waktu sampai empat waktu, tidak ada yang menjalankan sholat lima waktu dalam sehari. Hal itu disebabkan karena berbagai alasan, diantaranya ada yang beralasan karena malas, karena kerja dan alasan lainnya. Dan sholat yang paling sering ditinggalkan adalah sholat subuh. BS salah satu anak jalanan mengatakan, sebagai berikut: “sholatnya jarang, nggak 5 waktu. Biasanya 2 kali, kadang 3 kali. Hanya sholat dzuhur dan maghrib saja”.6
6
BS, Anak Jalanan, Wawancara Pribadi, Ulujami, 17 September 2014.
65
2. Puasa Anak-anak jalanan di Desa Rowosari menjalankan puasa setiap bulan ramadhan. Puasanya pun berbeda-beda, ada yang satu bulan penuh, ada yang beberapa hari tidak puasa, ada juga yang hanya setengah bulan saja. Selain puasa dibulan ramadhan, anak jalanan ini mengikuti sholat tarawih dan tadarus. Hal ini seperti yang dikatakan IH dalam wawancara, sebagai berikut: “kalau puasa ikut puasa. Kalau pas bulan puasa itu insya Allah si penuh mba.”7 3. Infaq/Sodaqoh Solidaritas yang dimiliki anak jalanan bisa dibilang cukup tinggi karena apa yang mereka rasakan adalah sama. Jika mereka berkumpul dan salah satu dari mereka tidak bisa membeli jajan maka salah satu dari mereka yang memiliki lebih akan memberi. Tidak hanya dengan temannya tetapi dengan orang-orang yang sudah tua yang meminta-minta dijalan mereka masih mau membantu dengan memberikan sisa uang jajan yang mereka miliki. Meski tak banyak jumlahnya namun mereka ikhlas memberi.
7
IH, Anak Jalanan, Wawancara Pribadi, Ulujami, 17 September 2014.
66
4. Yasin, Tahlil Adapun kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan oleh anak-anak jalanan yang ada di Desa Rowosari selain melakukan sholat, anak-anak jalanan ini mengikuti kegiatan rutin keagamaan yaitu yasin, tahlil ditempat tinggal mereka masing-masing setiap malam jum’at. Ada yang mengikuti rutinan keliling dari rumah ke rumah, ada juga yang melakukannya dirumah sendiri. Kegiatan ini dilakukan setiap malam jum’at. IH pun biasa melakukan kegiatan keagaaman seperti mengaji setiap malam jum’at di rumahnya sesudah sholat Isya’. “Mengaji setiap malam jum’at di rumah, yasinan.”
Untuk pelaksanaan kegiatan anak jalanan di Desa Rowosari sendiri diawali dengan bangun tidur, sekolah, melaksanakan ajaran agama dan kumpul-kumpul. Kegiatan ini dilakukan secara monoton dan terus menerus setiap hari. Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan/ implementasi ajaran keagamaan anak jalanan di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang tidak melaksanakan kegiatan keagamaan ketika mereka sedang berada dijalanan. Mereka melaksanakan kegiatan keagamaan jika mereka sedang berada didalam rumah dengan pengawasan orang tua.
67
C. Analisis Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Anak Jalanan Di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Dalam kehidupan manusia sudah menjadi hal yang biasa jika didalam kehidupan terdapat hambatan atau penunjang. Begitu pula dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami kabupaten Pemalang, khususnya dalam hal pemahaman keagamaannya, perlu adanya penunjang dan kekurangan penunjang itu akan menjadikan
penghambat
dalam kehidupan keagamaan. 1. Faktor Pendukung a. Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama. Lingkungan yang mempunyai tradisi agama secara tidak langsung
akan
mempengaruhi
bagaimana
pelaksanaan
ibadah/kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Sebagai contoh jika lingkungannya melaksanakan tradisi tahlilan atau selalu melaksanakan puasa di bulan ramadhan, maka anakanak jalanan tersebut juga akan mengikuti apa yang dilakukan oleh lingkungannya,
apalagi
jika
lingkungan
tersebut
lingkungan keluarga dari anak-anak jalanan tersebut.
adalah
68
b. Lembaga Pendidikan yang meliputi: 1) Keluarga Dukungan orang tua dalam pelaksanaan ajaran agama sangat penting. Orang tua bertanggung jawab atas pembentukan perilaku individu, pembentukan ini dilakukan sejak dini dengan memberikan pendidikan budi pekerti (pendidikan agama Islam) melalui pembiasaan dan tauladan kepada mereka dengan perilaku yang baik. Menurut Ibnu Jazuli, seperti dikutip Athiyah AlAbrasyi bahwa “pembentukan yang utama ialah di waktu kecil, maka apabila seorang anak di waktu kecil, maka apabila seorang anak dibiarkan melakukan kebiasaannya, maka akan sukarlah meneruskannya”.8 Artinya bahwa pendidikan tingkah laku (budi pekerti) yang dimaksud disini adalah pendidikan agama Islam yang tinggi, wajib dimulai di rumah, dalam keluarga, sejak waktu kecil, dan jangan sampai membiarkan anak-anak tanpa pendidikan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk bahkan sejak kecil harus di didik sehingga ia terbiasa melakukan sesuatu yang baik. Anak-anak bila dibiarkan saja, tidak diperhatikan, tidak dibimbing ia akan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, pada akhirnya
8
Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 105-106
69
anak
akan
sulit
mengembalikan
dan
memaksanya
untuk
meninggalkannya. 2) Sekolah Lembaga sekolah adalah lembaga pendidikan kedua setelah pendidikan orang tua. Dimana sekolah menunjang siswanya untuk menuntut ilmu dan memperbaiki sikap-sifat yang buruk berubah menjadi lebih baik. Didalam sekolah, anak akan mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang tidak didapatkan di rumah. 3) Masyarakat Dukungan
masyarakat
Desa
Rowosari
yang
memperhatikan anak jalanan yang ada di Desa Rowosari menjadikan anak termotivasi lebih baik dalam melaksanakan ajaran keagamaan.
2. Faktor Penghambat a. Pengaruh dari diri sendiri (rasa malas) Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan, bahwa sebagian besar dari anak-anak jalanan di desa Rowosari malas dalam melaksanakan ibadah. Alasan mereka adalah capek karena pulang sekolah atau karena sedang bekerja. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh BS dalam wawancara, sebagai berikut:
70
“Kadang-kadang ya malas karena lemes.”9
b. Pengaruh teman sebaya Pengaruh lingkungan diantaranya diawali dengan pergaulan teman, ikatan emosi yang kuat. Kuatnya pengaruh teman dalam kehidupan individu yang kadang dianggap sebagai biang keladi dari tingkah lakunya yang buruk. Akan tetapi, pada hakekatnya yang menentukan bagaimana tindakan individu adalah dirinya sendiri. Selain karena pengaruh diri sendiri, pengaruh teman pun sangat mempengaruhi pelaksanaan/implementasi kegiatan keagamaan anak jalanan, hal ini dikatakan oleh BS bahwa kebanyakan karena faktor teman. “Kebanyakan karena teman, diajak main terus. Ngetem (kumpul-kumpul) kalau sore sampai malam.”10
Dari beberapa hasil data yang penulis peroleh, bahwa sebagian besar faktor penghambat anak jalanan tidak melakukan ajaran agama dan lupa akan kewajibannya yaitu disebabkan oleh teman sebaya.
9
BS, Anak Jalanan, Wawancara Pribadi, Ulujami, 17 September 2014. BS, Anak Jalanan, Wawancara Pribadi, Ulujami, 17 September 2014.
10
71
c. Perilaku Pembiaran Masyarakat Perilaku masyarakat yang menjadikan penghambat anak jalanan tidak melakukan kegiatan keagamaan adalah perilaku pembiaran yang dilakukan masyarakat terhadap anak jalanan. Perilaku pembiaran ini menjadikan masyarakat menjadi acuh tak acuh terhadap kegiatan anak jalanan yang ada di Desa Rowosari. Padahal jika masyarakat tidak berperilaku demikian, anak jalanan akan merasa lebih diperhatikan oleh masyarakat lingkungan sekitar. d. Kesibukan Orang Tua Orang tua yang tidak memantau kegiatan anak dan dengan siapa mereka berteman akan menjadikan anak merasa bebas dan berperilaku sesuka hati. Jadi, untuk faktor yang mempengaruhi dan menghambat pelaksanaan ibadah anak-anak jalanan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari faktor diri sendiri, lingkungan ataupun dari lembaga pendidikan mereka.