BAB III URGENSI PENDIDIKAN FORMAL TINGKAT SMA MENURUT BURUH KONVEKSI DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPETEN PEMALANG A. Gambaran Umum Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang 1. Sejarah Desa Rowosari Rowosari dari kata Rowo dan Sari.Rowo/rawa artinya: tanah rendah yang digenangi air, dan sariyang artinya: inti. Dikatakan rowo/rawa, karena dahulu sebagian besar dari daerah ini (Rowosari) adalah rawa-rawa yang banyak ditumbuhi dengan tanaman air dan sebagian besar masyarakatnya belum dapat berbuat banyak untuk mengelola daerah yang berawa-rawa.Sedangkan kata sari mengandung pengertian inti yang bermanfaat. Sehingga kata Rowosari mengandung pengertian daerah yang berawa-rawa apabila daerah ini digali dan dikelola segala potensi yang ada didalamnya, maka akan didapatkan inti manfaat yang berguna bagi warganya, atau dengan kata lain Rowosari merupakan suatu desa yang dapat menjadikan warganya hidup sejahtera apabila mereka mau bekerja keras.1
1
Dokumentasi Balai Desa Rowosari Ulujami Pemalang tahun 2015.
50
51
2. Letak Geografis Rowosari adalah nama sebuah desa di Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, dengan luas wilayah + 300 Hektar, yang letaknya paling timur dari wilayah Kabupaten Pemalang dan berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan yang dipisahkan oleh aliran sungai Sragi. Rowosari berada di daerah pantai utara (pantura), jaraknya+ 20 km dari kota Kabupaten Pemalang dan + 13 km dari kota Pekalongan, dengan batas-batas wilayah : Utara
: Desa Samong, Desa Wiyorowetan.
Timur
: Sungai Sragi, Kabupaten Pekalongan.
Selatan
: Desa Tengeng, Desa Botekan, Desa Ambokulon, Desa Lowa.
Barat
: Desa Ambowetan, Desa Pagergunung. Desa Rowosari terletak kurang lebih 2 meter diatas permukaan
air laut.Dengan luas wilayah 300 hektar. Dan secara administratif Desa Rowosari ini dibagi menjadi 5 Dusun yaitu: a. Bong
RW 1
b. Bandaran/Kacangan RW 2 c. Candi/Pejaten
RW 3
d. Jagalan
RW 4
e. Panggang/Kuweden RW 52
2
Dokumentasi Balai Desa Rowosari Ulujami Pemalang tahun 2015.
52
Dimana terdiri atas 5 RW dan 29 RT. Dengan batas wilayah: Sebelah utara
: Samong dan Wiyorowetan
Sebelah selatan
: Botekan dan Ambokulon
Sebelah barat
: Ambowetan
Sebelah timur
: Sungai Sragi dan Rembun
Jarak Desa dengan daerah Ibu Kota Pemerintahan adalah sebagai berikut: a.
Jarak Desa dari Pusat Pemerintahan kecamatan 1 Km
b.
Jarak Desa dari Ibu Kota Kabupaten Pemalang 24 Km
c.
Jarak Desa dari Ibu Kota Propinsi 115 Km
d.
Jarak Desa dari Ibu Kota Negara 375 Km
3. Kependudukan, Sarana dan Prasarana Rowosari merupakan desa dengan jumlah penduduk 7.072 Jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 3.565 Jiwa dan jumlah penduduk perempuan3.507 Jiwa (3 September 2010).Secara akademik bahwa pendidikan masyarakat Desa Rowosari adalah lulusan SD dan SMP ini jumlah terbesar, kemudian diikuti SMA, D3 dan S1-S3. Pekerjaan masyarakat Desa Rowosari adalah 60% pekerja wiraswasta dibidang konveksi, 20% dibidang pertanian, 10% di Instansi Pemerintahan dan 10% lain-lain. Pemberdayaan dibidang pendidikan (penyuluhan) sangat memungkinkan untuk meningkatkan
53
SDM, hal ini ditunjang dengan adanya berbagai fasillitas seperti PAUD, TK, SD, dan SMP.3 Desa Rowosari mempunyai beberapa potensi yang dapat dikembangkan antara lain, yaitu: a.
Potensi Sektor Pendidikan Potensi yang cukup besar dalam peningkatan kualitas SDM di Desa Rowosari, hal ini ditunjang dengan adanya berbagai fasilitas seperti PAUD, TK, SD, dan SMP.
Kesadaran masyarakat desa
Rowosari terhadap pendidikan tergolong kurang, karena pengaruh lingkungan yang tidak mendukung pendidikan.Sebagian besar penduduknya memilih untuk bekerja dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih lanjut.Ini disebabkan karena lingkungan
sekitar,
masyarakat,
peluang
pekerjaan
yang
luas.Anggapan yang ada di masyarakat bahwa dengan bekerja sebagai buruh industry konveksi lebih baik dari pada melanjutkan sekolah. Akan tetapi meskipun memilih bekerja, sebagian yang lain telah banyak orang tua, masyarakat desa Rowosari yang memasukkan anaknya ke sekolah hingga perguruan tinggi. Untuk lebih jelas tingkat pendidikan di desa Rowosari dapat dilihat pada table dibawah ini.
3
Dokumentasi Balai Desa Rowosari Ulujami Pemalang tahun 2015.
54
Tabel I Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Rowosari4 No.
Pendidikan
Jumlah
1.
Tamat SD
2.362 orang
2.
Tamat SMP
100 orang
3.
Tamat SMA
600 orang
4.
Diploma
68 orang
5.
S1
52 orang
6.
S2
4 orang
Tabel II Jumlah Buruh Konveksi Usia 15-18 Tahun5 No.
Nama Dusun
Jumlah Buruh Konveksi usia 1518 Tahun
1.
Bong
15 orang
Jumlah Buruh yang Diteliti dan jenis faktor yang menyebabkan bekerja 1 orang (Kemampuan)
2.
Bandaran/Kacangan
20 orang
1 orang (Kemampuan)
3.
Candi/Keweden
25 orang
1 orang (Ekonomi Mampu)
4.
Jagalan
7 orang
5.
Panggang/Keweden
13 orang
1 orang (Ekonomi tidak Mampu) 1 orang (Masyarakat)
Jumlah
80 orang
5 orang
4
Mengutip Data Statistik Penduduk Desa Rowosari Tahun 2015. Mengutip Data Statistik Penduduk Desa Rowosari dan observasi Tahun 2015.
5
55
Tabel III Jumlah Buruh Konveksi Lulus SMA6 No.
Nama Dusun
Jumlah Buruh Lulusan SMA
1.
Bong
44 orang
Jumlah Buruh yang Diteliti dan jenis faktor yang menyebabkan bekerja 1 orang (Ekonomi Mampu)
2.
Bandaran/Kacangan
35 orang
1 orang (Ekonomi Mampu)
3.
Candi/Keweden
56 orang
4.
Jagalan
30 orang
5.
Panggang/Keweden
35 orang
1 orang (Ekonomi tidak Mampu) 1 orang (Ekonomi tidak Mampu) 1 orang (Masyarakat)
Jumlah
200 orang
5 orang
b. Potensi Sektor Perekonomian 60% jumlah penduduknya bekerja wiraswasta dibidang konveksi, jumlah yang besar dalam menyerap tenaga kerja yang dijadikan sebagai sumber perekonomian warga setempat dan sekitarnya.Dan disini peneliti melakukan wawancara kepada buruh konveksi yang umurnya 15-18 tahun yang tidak meneruskan sekolahnya ke tingkat SMA.
6
Mengutip Data Statistik Penduduk Desa Rowosari dan observasi Tahun 2015.
56
Tabel IV Jumlah Usaha Konveksi7 No.
Nama Dusun
Jumlah Buruh yang Diteliti
Bong
Jumlah Usaha Konveksi 10 usaha konveksi
1. 2.
Bandaran/Kacangan
12 usaha konveksi
2 orang
3.
Candi/Keweden
20 usaha konveksi
2 orang
4.
Jagalan
5 usaha konveksi
2 orang
5.
Panggang/Keweden
10 usaha konveksi
2 orang
Jumlah
57 usaha konveksi
10 orang
2 orang
c. Potensi Sektor Pertanian Desa Rowosari mempunyai lahan pertanian yang cukup luas yang dijadikan sebagai sumber perekonomian warga sekitarnya sebagai buruh tani dan sebagian besar lahan pertaniannya ditanami padi sawah.8 d. Kondisi Keagamaan Masyarakat desa Rowosari mayoritas adalah beragama islam, sebagian besar warga menganut faham Nahdlatul Ulama dengan jumlahnya 2/3 penduduk desa Rowosari. Sebagian masyarakat
juga
sebagai
warga
Muhammadiyah
anggotanya hamper 1/3 penduduk desa Rowosari.
7 8
Mengutip Data Statistik Penduduk Desa Rowosari Tahun 2015. Dokumentasi Balai Desa Rowosari Ulujami Pemalang.
dengan
57
Kegiatan rutinitas keagamaan seperti pengajian, yasinan, membaca siroh (berzanji), manaqib, dan lainnya merupakan kegiatan
yang
mendukung
untuk
meningkatkan
ukhuwah
islamiyah. Selain itu ada sebagian penduduk desa Rowosari yang beragama non muslim. Akan tetapi dengan perbedaan itu masyarakat tetap menjalin ukhuwah tanpa berselisih paham tentang perbedaan pendapat. Keadaan sosial keagamaan desa Rowosari pada umumnya bersifat kondusif.Hal ini terkait dengan maraknya kegiatan tahlilan (bapak-bapak), tahlilan (remaja), tirakatan, nyekar. Dengan fasilitas tempat peribadatan yang cukup memadai, sehingga dalam hal ini menuntut adanya partisipasi orang-orang yang dianggap mampu dalam hal pengembangan agama atau kegiatan keagamaan untuk melaksanakan pengajian di masjid dan mushola-mushola serta tempat lain yang kondusif. Masyarakat desa Rowosari selalu guyub dalam hal kegiatan keagamaan.9 e. Keadaan Sosial Budaya Sudah menjadi kodrat manusia dilahirkan dan dijadikan makhluk social yang tidak lepas dari hak dan tanggung jawab karena kesadaran manusia yang saling membutuhkan. Rata-rata masyarakat desa Rowosari masih banyak menyadari dan sadar akan perlakuannya sendiri-sendiri, terutama tingkah laku dan 9
Observasi di masyarakat desa Rowosari kec.Ulujami kab. Pemalang pada tanggal 21 Agustus 2015.
58
keadaan yang masih berhubungan dengan etik dan norma serta adat yang berlaku walaupun ada masyarakat yang sifatnya berubah dengan adanya tuntutan zaman dan banyak juga dalam artian segalanya masih terbatas, yaitu perkembangan budaya mengikuti zaman. Bersamaan dengan itu maka desa Rowosari ingin meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.Oleh karena itu perlu terus dikembangkan iklim sosial budaya yang mendukung agar dapat menciptakan dan memanfaatkan seluas-luasnya kesempatan
untuk
mengembangkan
kemampuan
melalui
peningkatan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan dengan tetap mempertahankan kodrat, harkat, dan martabat sebagai manusia beriman. Keadaan sosial budaya yang ada di desa Rowosari yaitu kebudayaan yang mencoba menggali dari budaya-budaya yang sudah ada secara turun temurun.Seperti tradisi sedekah bumi.Hal ini berarti masyarakat masih tetap kuat melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang mereka. Kebudayaan-kebudayaan yang ada mencoba untuk tetap dipertahankan dan tetap eksis sepanjang zaman serta budaya-budaya ini tidak akan punah oleh arus globalisasi yang semakin canggih dan pengaruh budaya-budaya
59
barat yang bertentangan terhadap kebudayaan bangsa pada umumnya dan masyarakat desa Rowosari pada khususnya.10 f. Keadaan Buruh Konveksi di desa Rowosari Keadaan buruh konveksi di desa Rowosari kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang didasari dengan banyaknya usaha konveksi di desa tersebut.Dengan banyaknya peluang untuk bekerja, maka banyak anak remaja di sekitar bergegas untuk bekerja menjadi buruh konveksi tanpa memikirkan betapa pentingnya sekolah. Untuk mendapatkan pekerjaan tersenut sangatlah mudah dengan tanpa harus menggunakan surat lamaran pekerjaan ataupun ijazah tingkatan tertentu. Para buruh konveksi yang di teliti adalah buruh usia 15-18 yang tidak meneruskan ke tingkat SMA. Para buruh konveksi tersebut mendapatkan upah atau gaji dengan system bayaran seminggu sekali setiap hari kamis yakni mendapatkan
upah
seratus
lima
puluh
ribu
rupiah
(Rp.
150.000,00). Setiap tahunnya menjelang hari lebaran mereka juga mendapatkan THR an dari pengusaha konveksi sebagai rasa terima kasih telah bekerja selama satu tahun dengannya. Dengan upah yang dianggap lumayan tersebutlah para remaja usia 15-18 tahun tersebut lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh konveksi.11
10 11
Dokumentasi Balai Desa Rowosari Ulujami Pemalang tahun 2015. Observasi di lingkungan konveksi desa Rowosari, Tanggal 04 Juli 2015.
60
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Rowosari12 BPD
KADES
H. NUR HANIF
SLAMET NUR
LEBE DESA
SEKRETARIS
M. ULI NUHA
PLT
POLISI DESA
KAUR PEMERINTAHAN AGUS SUBEKTI
ISMAIL
KAUR UMUM M. AIDIN
KAUR PEMBANGUNAN KISNOYO
KADUS I
KADUS II
KADUS III
KADUS IV
KADUS V
PRIYONO
MALIKI
JAERI
HERU SETIADI
SYA’BAN
12
Dokumentasi Balai Desa Rowosari Ulujami Pemalang tahun 2015.
61
B. Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMAmenurut Buruh Konveksi di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang Pendidikan formal di desa Rowosari kec.Ulujami kab.Pemalang diharapkan dapat berjalan dengan baik, khususnya orang tua dan keluarga agar memberikan motivasi kepada anak.Dalam lembaga pendidikan formal ini guru-guru di sekolah formal dipandang dapat mengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar anak-anak dapat memahami dan kemudian
mengadopsi
nilai-nilai
kependidikan
dan
moral
keagamaan.Untuk mengetahui persepsi buruh konveksi tentang pendidikan formal tingkat SMA di desa Rowosari dapat diperoleh dari wawancara langsung ke sumber data atau seorang informan yaitu buruh konveksi lulusan SMP yaitu umur 15-18 tahun.Dalam wawancara ini terdapat beberapa permasalahan yang disampaikan, yaitu sebagai berikut. 1. Pendidikan SMA pendidikan lanjutan wajib Remaja di Desa Rowosari lebih banyak yang setelah lulus SMP atau SMA lebih memilih untuk tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih
bekerja
sebagai
buruh
konveksi.Peneliti
melakukan
wawancara tentang apakah wajib pendidikan SMA itu, dan hasilnya adalah mereka menganggap bahwa pendidikan SMA itu adalah pendidikan yang wajib karena merupakan pendidikan yang ideal untuk mencari pekerjaan atau melanjutkan lagi ke jenjang yang lebih tinggi atau kuliah.
62
Namun realita yang ada di desa Rowosari para remajanya hanya menganggap wajib saja, akan tetapi aplikasi sekolah ke SMA nya masih banyak yang tidak melanjutkan dikarenakan ada banyak alasans.13 Adapun jawaban dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang apakah wajib pendidikan SMA itu setelah SMP, datanya adalah: a. Menurut SaudariHaryanti selaku buruh konveksi usia 18 tahun, dia mengatakan:14 “Kalau menurut saya wajib mbak karena pendidikan SMA itu pendidikan yang standar untuk melanjutkan kerja atau kuliah.” b. Menurut Saudara M.Hasanudin selaku buruh konveksi usia 22 tahun, dia mengatakan:15 “Kalau menurut saya ya wajib tidaknya tergantung orangnya, kalau menurut saya ya wajib biar ada bedanya dengan lulusan SD atau SMP.” c. Menurut Saudara Intan Nur Aini selaku buruh konveksi usia 15 tahun, dia mengatakan:16 “Kalau menurut saya wajib mbak karena pendidikan SMA itu pendidikan yang standar untuk melanjutkan kerja atau kuliah”.
13
Observasi di lingkungan konveksi desa Rowosari, Tanggal 04 Juli 2015. Haryanti, Buruh Konveksi 18 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21Oktober 2015 pukul 14.00 WIB-selesai. 15 M. Hasanudin, Buruh Konveksi 18 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Sabtu, 21 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB-selesai. 16 Intan Nur Aini, Buruh Konveksi 15 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Sabtu, 21Oktober 2015 pukul 15.30 WIB-selesai. 14
63
2. Pentingnya pendidikan tingkat SMA Pendidikan tingkat SMA itu dipandang pentingbagi mayoritas orang, akan tetapi pentingnya hanya dianggap penting saja oleh para remaja di Desa Rowosari yang usia 15-18 tahun maupun yang lulusan SMA yang tidak meneruskan pendidikannya dan lebih memilih untuk bekerja. Mereka menganggap penting akan tetapi aplikasi untuk melaksanakannya tidak membuktikan bahwa pendidikan SMA itu peting. Seperti yang dikatakan oleh saudara M. Iqbal Baehaqi dan SaudariAgus Santoso bahwa pendidikan itu penting karena untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus dan layak.17Anggapan tersebut tidak dibuktikan dengan pekerjaan yang mereka lakukan saat ini yakni sebagai buruh konveksi. 3. Fungsi Pendidikan SMA Realita di desa Rowosari banyak remajanya tidak meneruskan ke jenjang SMA karena banyaknya lowongan pekerjaan yang di dominasi oleh usaha konveksi di daerah tersebut. Dari penelitian dan dilakukan wawancara terhadap buruh konveksi usia 15-18 tahun dan buruh atau remaja yang lulusan SMA, mereka menganggap bahwa fungsi pendidikan SMA itu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak , bagus, dan sesuai dengan cita-cita yang diharapkan. Peneliti mendapatkan berbagai jawaban tentang apa fungsi pendidikan SMA itu.Adapun jawaban dari wawancara tersebut adalah: 17
Haryanti, Buruh Konveksi 18 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21 Oktober 2015 pukul 14.00 WIB-selesai.
64
a. Menurut Saudara M.Sahrul Amin selaku buruh konveksi usia 17 tahun, dia mengatakan:18 “Fungsi SMA adalah untuk mendapatkan apa yang orang sekolah itu inginkan, misalnya mendapatkan pekerjaan yang layak mbak”. b. Menurut Saudara Ozi Saputra selaku buruh konveksi usia 22 tahun, dia mengatakan:19 “Fungsi SMA adalah untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus dan sesuai keinginannya mbak.”
c. Menurut Saudara Diah Rini selaku buruh konveksi usia 21 tahun, dia mengatakan:20 “Fungsi SMA adalah untuk menyiapkan seseorang untuk meneruskan cita-citanya mbak.” 4. Keinginan Meneruskan Sekolah Kesadaran masyarakat desa Rowosari terhadap pendidikan tergolong kurang, karena pengaruh lingkungan yang tidak mendukung pendidikan.Sebagian besar penduduknya memilih untuk bekerja dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih lanjut.Ini disebabkan karena lingkungan sekitar, masyarakat, peluang pekerjaan yang luas.Anggapan yang ada di masyarakat bahwa dengan bekerja
18
M. Sahrul Amin, Buruh Konveksi 15 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21Oktober 2015pukul 11.00 WIB-selesai. 19 Ozi Saputra, Buruh Konveksi 22 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21Oktober 2015 pukul 14.00 WIB-selesai 20 Diah Rini, Buruh Konveksi 21 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB-selesai.
65
sebagai buruh industri konveksi lebih baik dari pada melanjutkan sekolah. Oleh
karena
itu
keinginan
remajanya
untuk
melanjutkan
sekolahnya lagi masih kurang.Sebagian remaja usia 15-18 tahun yang tidak meneruskan sekolah SMA tidak ingin meneruskan sekolahnya lagi. Seperti yang dikatakan oleh saudara M. Sahrul Amin, dia mengatakan bahwa sudah tidak ingin meneruskan sekolah SMA.21 Akan tetapi sebagian dari buruh konveksi usia 15-18 tahun mereka masih ingin meneruskan sekolahnya lagi dengan mengikuti kejar paket. Seperti yang dikatakan oleh “Kalau saya sebenarnya ingin sekolah lagi mbak, tapi bagaimana lagi saya harus mengerti keadaan perekonomian orang tua saya.” 5. Cita-cita yang Diinginkan Banyaknya pengusaha konveksi di Desa Rowosari yang sukses, mengakibatkan masyarakat sekitar juga ingin menjadi pengusaha konveksi meskipun kecil-kecilan. Terutama para remajanya, mereka berbondong-bondong menjadi buruh konveksi yang bayarannya tidak seberapa per minggunya.Mereka berharap dengan bekerja mulai dari nol menjadi buruh konveksi, mereka bisa mempunyai usaha konveksi sendiri.Hal tersebut seprti yang dikatakan oleh salah satu buruh konveksi yang bernama M. Iqbal Baehaqi, dia mengatakan bahwa
21
M. Sahrul Amin, Buruh Konveksi 16 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Minggu, 23 Agustus 2015 pukul 09.00 WIB-selesai.
66
mempunyai cita-cita kelak menjadi pengusaha konveksi yang sukses meneruskan usaha orang tuanya.22
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Urgensi Pendidikan Formal Tingkat SMAMenurut Buruh Konveksi di Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi adalah ada beberapa faktor, adapun faktor tersebut dengan dilakukan observasi dan wawancara diantaranya adalah: 1. Faktor Kemampuan Kemampuan para buruh konveksi adalah kemampuan untuk belajar dan memikirkan tentang pelajaran di sekolah lagi. Kemampuan pendidikan yang kurang menyebabkan para remaja usia 15-18 tahun lebih memilih bekerja sebagai buruh konveksi dari pada meneruskan pendidikannya ke tingkat SMA. Adapun dari keadaan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada para buruh konveksi, adapun datanya adalah seperti yang diungkapkan oleh M. Sahrul Amin selaku buruh konveksi usia 15 tahun, dia mengatakan:23 “saya sudah tidak ingin lagi mbak sekolah, karena pikiran saya pun sudah tidak sampai memikirkan pelajaran sekolah. Alasan yang
22
M. Iqbal Baehaqi, Buruh Konveksi 16 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB-selesai. 23 M. Sahrul Amin, Buruh Konveksi 16 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Minggu, 23 Agustus 2015 pukul 09.00 WIB-selesai.
67
lain adalah saya tidak sekolah pun sudah bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri”. 2. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi adalah salah satu yang mempengaruhi urgensi pendidikan formal tingkat SMA menurut buruh konveksi, ekonomi yang diteliti adalah buruh konveksi yang ekonominya mampu dan tidak mampu.Ekonomi yang ada di desa Rowosari memang banyak yang menjadi pengusaha konveksi, akan tetapi masih banyak juga yang ekonominya menengah kebawah. Dengan ekonomi yang tidak mampu para remaja usia 15-18 tahun yang ingin sekolah meneruskan ke jenjang SMA keinginannya tersebut harus dipendam terlebih dahulu guna meringankan beban ekonomi orang tuanya. Mereka lebih memilih bekerja sebagai buruh konveksi di pengusaha konveksi di desanya.Adapun pernyataan tersebut didapatkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti. Seperti yang diungkapkan oleh Haryanti selaku buruh konveksi usia 18 tahun, dia mengatakan:24 “Saya sebenarnya pengen mbak, tapi saya sudah kedarung (terlanjur) tidak meneruskan lagi mbak karena perekonomian keluarga saya dan sekolahnya juga biayanya buat gantian ma adikadik saya mbak.” Dan
buruh
konveksi
yang
ekonominya
mampu
mereka
beranggapan bahwa mereka ingin meneruskan usaha orang tuanya, mereka sejak kecil sudah dibiasakan membantu dalam usaha konveksi 24
Haryanti, Buruh Konveksi 18 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21 Oktober 2015 pukul 14.00 WIB-selesai.
68
orang tuanya, sehingga mereka keenakan bekerja dari pada sekolah. Seperti yang dikatakan M. Iqbal Baehaqi bahwa: “Saya Ingin meneruskan usaha orang tua saya mbak.” 3. Faktor Lingkungan Kesadaran masyarakat desa Rowosari terhadap pendidikan tergolong kurang, karena pengaruh lingkungan yang tidak mendukung pendidikan.Sebagian besar penduduknya memilih untuk bekerja dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih lanjut.Ini disebabkan karena lingkungan sekitar, masyarakat, peluang pekerjaan yang luas.Anggapan yang ada di masyarakat bahwa dengan bekerja sebagai buruh industri konveksi lebih baik dari pada melanjutkan sekolah. Sudah banyaknya remaja yang tidak meneruskan ke jenjang SMA mengakibatkan penerus berikutnya tertarik untuk bekerja sebagai buruh konveksi dari pada sekolah SMA. Dari pernyataan ini dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti yang diungkapkan oleh Haryanti selaku buruh konveksi usia 18 tahun, dia mengatakan:25 “Saya ikut-ikutan orang sekitar sini saja mbak, saya juga mudah untuk mencari pekerjaan tidak mesti bekerja resmi di perusahaan besar dan tanpa saya harus sekolah SMA yang merepotkan biaya sekolah orang tua saya.”
25
Haryanti, Buruh Konveksi 18 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB-selesai.
69
Dan juga pernyataan dari Intan Nur Aini selaku buruh konveksi usia 16 tahun, dia mengatakan:26 “Saya tidak bekerja karena saya tadinya sudah terbiasa membantu orang tua saya sebagai buruh membersihkan benang celana, dan dengan keseringan saya setelah pulang sekolah SMP membantu ibu saya jadinya saya sudah bisa mendapatkan uang dengan bekerja sendiri akhirnya saya setelah lulus SMP tidak mau meneruskan ke jenjang SMA.”
26
Intan Nur Aini, Buruh Konveksi 15 tahun, wawancara pribadi, Desa Rowosari, Rabu, 21 Oktober 2015 pukul 14.00 WIB-selesai.