BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG
Pada bab ini akan dibahas analisis dari hasil penelitian bab sebelumnya yaitu analisis tentang pendidikan akhlak dalam keluarga di desa Pegundan kecamatan Petarukan kabupaten Pemalang dan analisis tentang persepsi remaja terhadap urgensi pendidikan akhlak dalam keluarga di desa Pegundan kecamatan Petarukan kabupaten Pemalang. A. Analisis Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Di Desa Pegundan. Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak (moral) dan keutamaan perangai, perilaku, dan sikap yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak hingga ia menjadi seorang yang dewasa sebagai bekal dalam mengarungi kehidupannya. Pendidikan
akhlak
merupakan tanggung jawab dan sekaligus menjadi kewajiban bagi orang tua kepada anak-anaknya.1 Keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam perkembangan suatu individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembentukan kepribadian anak bermula dalam lingkungan keluarga.2 Bentuk pendidikan akhlak dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua terhadap anak di desa Pegundan kecamatan Petarukan kabupaten Pemalang secara umum meliputi: Pendidikan akhlak terhadap Allah swt
1
Mahmud dkk, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga, Cet. Ke-1 (Jakarta: Akademia Permata, 2013),188. 2 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm 55.
76
77
seperti mengajarkan anak menjalankan ibadah sholat dan pendidikan akhlak terhadap orang tua seperti patuh kepada perintah dan nasehat orang tua, Selain itu, upaya pemberian pendidikan akhlak dilakukan orang tua dengan memasukkan anak kedalam lembaga pendidikan agama seperti madrasah dan tempat pembelajaran Alquran. Adapun metode yang sering digunakan dalam pendidikan akhlak yaitu dengan nasehat, pembiasaan dan keteladanan. Seperti yang diungkapkan oleh remaja AW (16 Tahun), ungkapnya: “Pendidikan
akhlak
diberikan
sejak
dari
kecil,
bentuknya
dengan
menyekolahkan, memberi pendidikan agama seperti madrasah atau mengaji, mengingatkan sholat 5 waktu, mengaji baca Alquran”.3 Senada yang diungkapkan oleh remaja AW, ibu N (49 Tahun) selaku ibu dari remaja AW, ibu yang memiliki enam anak ini mengungkapkan: “Yo ndidike bener, mrentah anak sembayang, mrentah ngaji, karo men nuruti omongan wong tuwone, ojo wani karo wong tuwo. cara ndidik yo dituturi diomongi sing bener”, maksudnya adalah ngajari dengan benar, memerintah anak untuk melaksanakan ibadah, menyuruh mengaji dan mengajarkan agar menuruti perintah orang tua dan cara mendidik dengan menasehati.4 Sedangkan menurut ibu TR (34 Tahun) dalam pemberian pendidikan akhlak
sikap dalam mendidik harus secara lemah lembut, ungkapnya:
“Pendidikan akhlak kepada anak baik pendidikan bentuknya ya ngaji, sholat,
3
AW, Remaja, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten Pemalang, 22 Januari 2015 4 Ibu N, Ibu Rumah Tangga, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten Pemalang, 22 Januari 2015
78
patuh pada orang tua, ngak boleh nglawan orang tua, caranya dengan cara halus, bicara dengan baik”.5 Dari hasil pengamatan bentuk pelaksanaan pendidikan akhlak diberikan lebih terfokus pada aspek tertentu, misalnya aspek pendidikan akhlak terhadap Allah swt melalui melalui mengajarkan anak menjalankan ibadah sholat dan mengingatkan anak pergi mengaji ke TPQ atau madrasah. Sedangkan aspek pendidikan akhlak yang lain kurang mendapat perhatian dan bimbingan dari orang tua, seperti halnya bentuk akhlak terhadap diri sendiri, seperti kesopanan dalam bertutur kata, akhlak terhadap orang lain seperti dan menghormati orang lain dan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar seperti tidak mencemari dengan membuang sampah sembarangan.6 Dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak dalam keluarga di desa Pegundan kecamatan Petarukan kabupaten Pemalang secara umum telah dilaksanakan oleh masyarakat khususnya oleh para orang tua terhadap anakanaknya. Meskipun demikian, bentuk atau materi pendidikan akhlak yang diberikan kurang mencakup semua aspek pendidikan akhlak yang ada dalam ajaran Islam, selain itu penggunaan metode dalam mendidik dan sikap pendidik dalam keluarga juga kurang mendapatkan perhatian penuh. Orang tua cenderung lebih mengandalkan lembaga pendidikan sehingga pendidikan akhlak dalam keluarga kurang mencapai maksimal. Tanggung jawab kependidikan merupakan suatu tugas wajib yang harus dilaksanakan, karena tugas ini satu dari beberapa instrument masyarakat dan bangsa dalam upaya 5
Ibu TR, Ibu Rumah Tangga, Wawancara Pribadi, Desa Pegundan Kecamatan Petarukam Kabupaten Pemalang, 22 Januari 2015 6 Data Observasi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga, pada tanggal 16 Januari 2015
79
pengembangan manusia sebagai khalifah di bumi. Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan sepenuhnya kepada pihak lain, seperti sekolah dan lembaga kependidikan yang lain, karena sekolah berfungsi membantu orang tua dalam melaksankan tanggung jawabnya sebagai pendidik.7 Faktor penyebab kurangnya perhatian orang tua terhadap pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga, adalah seperti rendahnya latar belakang pendidikan orang tua. Berdasarkan data, masyarakat desa Pegundan yang berada dalam usia dewasa antara 18 sampai 56 tahun yang tidak pernah sekolah atau pernah sekolah tetapi tidak tamat SD jumlahnya cukup banyak yaitu kurang lebih 1468 jiwa.8, sehingga hal tersebut menyebabkan kurangnya informasi dan pemahaman orang tua terhadap pentingnya pendidikan dalam keluarga. Selain faktor di atas, faktor lain adalah kesibukan orang tua bekerja, sehingga waktu untuk membimbing anak sempit dan kurang maksimal. Faktorfaktor tersebut menjadikan kurangnya perhatian secara penuh terhadap pendidikan akhlak anak dalam keluarga oleh orang tua, sehingga mereka cenderung mengandalkan dan menyerahkan tugas pendidikan anak kepada lembaga sekolah. Padahal pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga sebagai pondasi bagi anak. Pemerintah desa Pegundan dalam agenda pembangunan tahun 2014 tengah mengusahakan peningkatan kehidupan masyarakat menuju masyarakat yang religious melalui peningkatan sarana dan prasarana fisik lembagalembaga pendidikan keagamaan terutama pendidikan agama Islam. Di desa 7 8
Ramayulis,op.cit.,hlm.220. Data Monografi Desa Pegundan, diambil 7 Januari 2015
80
Pegundan sendiri telah memiliki lembaga-lembaga pendidikan keagamaan non formal yang terdiri dari: pendidikan anak usia dini dalam pendidikan keagamaan, pendidikan Taman Kanak-Kanak, Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah di dusun Sambo, dan Taman Pendidikan Al-Qur’an yang dikelola oleh swadaya masyarakat. Sedangkan Pendidikan lanjutan dalam bidang keagamaan untuk usia 12 sampai 18 tahun belum ada karena keterbatasan sumber daya.9 Untuk mewujudkan upaya pembangunan pemerintah desa tersebut, maka seharusnya tidak hanya di dukung oleh pembangunan sarana dalam bentuk fisik saja, tetapi masyarakat juga seharusnya bisa turut berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat yang religious melalui upaya pendidikan akhlak yang dilakukan dalam lingkungan keluarga oleh orang tua sebagai pendidik dalam keluarga kepada anak-anaknya sedini mungkin, maka anak telah mendapatkan dasar-dasar pendidikan agama dalam keluarganya sebelum mendapatkan pendidikan sekolah dan ketika terjun dalam masyarakat. B. Analisis Persepsi Remaja Terhadap Urgensi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Persepsi menurut Jalaludin Rakhmat adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.10 Pengetahuan ataupun informasi berkaitan dengan pendidikan akhlak serta pengalaman pendidikan akhlak yang diperoleh dari lingkungan dan keluarga turut mempengaruhi pola pikir atau 9
Data LPPD tahun 2014, diambil tanggal 12 Januari 2015 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cet.Ke-26 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.50. 10
81
cara pandangnya terhadap pentingnya pendidikan akhlak. Perbedaan pengetahuan, pengalaman dan latar belakang pendidikan akhlak yang dimiliki remaja akan menyebabkan persepsi yang beragam di kalangan remaja. Persepsi positif berkaitan dengan urgensi pendidikan akhlak di kalangan remaja, menunjukkan adanya pengetahuan dan pengalaman yang cukup baik terhadap pendidikan akhlak. Sebaliknya persepsi yang kurang mendukung dari remaja berkaitan urgensi pendidikan akhlak dalam keluarga maka kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan dan pengalaman yang kurang terhadap pendidikan akhlak itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara secara mendalam terhadap 12 remaja di desa Pegundan menunjukan adanya persepsi positif dan mendukung terhadap urgensi pendidikan akhlak dalam keluarga. Hal tersebut dapat diketahui dari persepsi-persepsi yang berkembang di kalangan remaja berkaitan dengan pentingnya materi pendidikan akhlak, metode dan sikap orang tua dalam mendidik akhlak dalam keluarga, serta pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari, meskipun terdapat satu atau dua remaja yang mempunyai persepsi yang kurang mendukung terhadap beberapa aspek dalam pendidikan akhlak. 1. Urgensi pendidikan akhlak terhadap Allah swt dalam keluarga Manusia sebagai hamba Allah sudah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik terhadap Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah manusia telah diberikan kesempurnaan dan kelebihan dibanding dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Diantara bentuk akhlak terhadap Allah selain
82
dengan mentauhidkan-Nya juga dengan melaksaksanakan perintah-Nya seperti beribadah dan bersyukur atas nikmat-Nya.11 Menurut remaja urgensi pendidikan akhlak terhadap Allah swt dalam keluarga melalui pendidikan ibadah sholat dan bersyukur berdasarkan perspektif yang berkembang adalah sebagai berikut: a. Orang
tua
dalam
keluarga
berkewajiban
mengajarkan
dan
membimbing anak untuk menjalankan ibadah sholat mulai dari anak kecil. b. Tujuan membimbing anak menjalankan ibadah sejak anak kecil adalah menanamkan kebiasaan dalam menjalakan ibadah hingga dewasa dan menanamkan ketaatan pada Allah swt. c. Melalui kebiasaan melaksanakan ibadah sholat diharapkan akan membentuk akhlak yang baik bagi anak. d. Mendidik anak senantiasa bersyukur terhadap nikmat Allah sebagai bentuk akhlak terhadap Allah hendaknya dilakukan orang tua dengan cara mengajari anak untuk mengungkapkan secara lisan ungkapan syukur dan membimbingnya agar menggunakan nikmat dengan sebaik-baiknya. e. Mendidik anak bersyukur terhadap nikmat Allah swt bertujuan menumbuhkan sikap senantiasa menghargai pemberian Allah swt.
11
M.Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Quran, Cet.Ke-1 (Jakarta: Amzah, 2007), hlm.200.
83
2. Urgensi pendidikan akhlak terhadap diri sendiri dalam keluarga Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah perilaku yang baik terhadap diri sendiri yang diharapkan selaras dengan ajaran agama dan masyarakat. Sejak lahir anak telah dibekali kemampuan untuk berupaya berbuat baik dan buruk. Sehingga keteladan dan perilaku yang baik yang ditunjukkan orang tua dalam keluarga menempati kedudukan yang penting dalam penanaman perilaku yang baik pada anak. Oleh karena itu, pendidikan orang tua dalam keluarga memiliki peranan yang penting dalam upaya menanamkan akhlak yang baik dalam diri anak.12 Remaja memandang pentingnya pendidikan akhlak terhadap diri sendiri, melalui pendidikan adab, menjaga lisan, kejujuran, dan mendidik sifat tanggung jawab, adalah sebagai berikut: a. Pendidikan adab baik adab makan, berpakaian atau masuk rumah bertujuan: membiasakan anak untuk menggunakan tata cara yang benar, anak diajari untuk menghargai nikmat Allah swt melalui makanan dan pakaian yang baik, membiasakan anak untuk memiliki sopan santun, serta melalui pendidikan adab-adab tersebut anak membiasakan meneladani apa yang dicontohkan oleh rasulullah saw dan diajarkan agama Islam. b. Pendidikan senantiasa menjaga lisan sejak anak usia dini bisa dilakukan dengan cara orang tua membiasakan berkomunikasi dengan
12
Adnan Hasan Salam, Mendidik Anak Laki-laki, alih bahasa Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani, 2007), hlm.123.
84
bahasa yang baik kepada anak, selain itu orang tua hendaknya tidak segan menegur anak ketika mendengar anak berkata-kata tidak sopan. c. Pendidikan kejujuran pada anak wajib diberikan sejak dini pada anak, karena manfaatnya selain membentuk akhlak dan moral juga bermanfaat bagi anak ketika berada di masyarakat, misalnya anak akan menjalankan amanah yang dipercayakan pada dirinya. Orang tua hendaknya memberikan pengertian bahwa sifat jujur merupakan sifat yang dimiliki oleh rasulullah saw sehingga sebagai umatnya hendaknya meneladani rasulnya. d. Orang tua yang memerintahkan anak mengerjakan pekerjaan akan menumbuhkan sifat patuh dan tanggung jawab terhadap amanah atau perintah orang tua, serta bermanfaat bagi anak ketika terjun dalam masyarakat
atau dunia kerja sehingga dapat menjalankan tugas,
amanah dan mendapat kepercayaan dari orang lain. Sebaliknya jika anak tidak dibiasakan melaksanakan tugas dari orang tua, hal tersebut akan berdampak negatif bagi diri anak, anak menjadi seorang pemalas dan selalu bergantung pada orang lain. 3. Urgensi pendidikan akhlak terhadap sesama dalam keluarga. Diantara bentuk pendidikan akhlak terhadap sesama yang diajarkan oleh orang tua terhadap anak di dalam keluarga adalah mendidik untuk memiliki sikap menghormati orang tua maupun orang lain, menanamkan sikap tolong-menolong kepada orang lain atau tetangga yang mengalami
85
kesulitan dan mendidik anak untuk memuliakan tamu. Menurut remaja urgensi pendidikan akhlak terhadap sesama adalah sebagai berikut: a. Tujuan mengajarkan anak menghormati orang tua ataupun orang lain adalah menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai orang lain, sopan santun dan membina persaudaraan, selain itu memberikan pengertian bahwa sikap menghormati orang lain adalah bentuk dari menghormati dirinya sendiri. b. Selanjutnya bagi anak, diajarkan sikap tolong menolong adalah karena manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bantuan orang lain juga. c. Memuliakan tamu adalah suatu kewajiban, selain itu sebagai bentuk untuk menghormati tamu dan menunjukkan sikap sopan santun terhadap orang lain. 4. Urgensi pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar dalam keluarga. Di jelaskan di awal bahwa akhlak mencakup semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya, salah satunya manusia yang mana kedudukannya sebagai makhluk penghuni yang memperoleh bahan kehidupannya dari alam sekitar. Pada dasarnya akhlak terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan manusia
86
terhadap alam. Kekhalifahan berarti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.13 Menurut remaja pentingnya pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar dalam keluarga, adalah sebagai berikut: a. Pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar bertujuan agar anak mencintai apa yang diciptakan oleh Allah swt. b. Pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar kepada anak dalam kehidupan sehari-hari bisa dengan cara mengajarkan anak untuk
selalu
membuang
sampah
pada
tempatnya,
sekaligus
memberikan pengertian kepada anak bahwa membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan yang menyebabkan terjadinya bencana alam. 5. Metode dan sikap orang tua dalam mendidik akhlak dalam keluarga Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.14 Metode pendidikan akhlak dan sikap dalam mendidik akhlak anak dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya pendidikan tersebut. Menurut perspektif remaja metode dan sikap orang tua yang semestinya dalam pendidikan akhlak adalah sebagai berikut: a. Metode pendidikan akhlak antara lain adalah metode nasehat, teladan secara langsung, teguran, motivasi dan sanksi. Misalnya dalam mendidik anak menjalankan ibadah sholat maka metodenya adalah orang tua harus mencontohkan langsung dihadapan anak, selain itu 13
Rosihon Anwar, op.cit.,hlm.114. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm.155-156.
14
87
orang tua juga bisa memberikan hadiah sebagai motivasi agar anak bersemangat menjalankan ibadah. b. Sedangkan sikap orang tua tergantung dari bentuk pendidikan yang diberikan dan karakter anak didiknya. Secara umum sikap pendidik ada dua adalah lemah lembut dan tegas. Semisal dalam menjalankan perintah Allah swt, sikap tegas adalah sikap yang harus ditunjukkan oleh orang tua. 6. Pengaruh pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap sikap dan perilaku anak dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Remaja menilai bahwa pendidikan akhlak yang diberikan orang tua dalam keluarga akan berdampak terhadap sikap dan perilaku anak dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Dampak atau pengaruh tersebut antara lain: Menumbuhkan sikap sopan santun, Menumbuhkan sikap menghargai orang lain, Anak dapat membedakan baik dan buruk, Anak menjadi selektif dalam bergaul dan Patuh kepada orang tua dan taat kepada Allah swt. Menanggapi hubungan kenakalan remaja dengan pendidikan akhlak dalam keluarga, secara umum remaja berpendapat bahwa kenakalan remaja yang terjadi disebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan akhlak anak. Akan tetapi terdapat pula persepsi dari salah satu remaja yang menyatakan bahwa kenakalan remaja tidak ada hubungannya dengan pendidikan akhlak dalam keluarga, remaja menilai perilaku kenakalan remaja bisa juga disebabkan oleh faktor lingkungan pergaulan anak.
88
Persepsi-persepsi positif yang berkembang dikalangan remaja harus mendapatkan apresiasi yang baik, karena di zaman sekarang ini di mana banyak terjadi kasus kriminal atau kejahatan yang melibatkan remaja sebagai pelakunya, tersirat harapan dari remaja untuk mewujudkan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama melalui pendidikan akhlak dalam keluarga. Remaja menilai orang tua sebagai pendidik dalam keluarga mempunyai tanggung jawab dan kewajiban menanamkan pendidikan akhlak kepada anaknya di dalam keluarga. Pendidikan akhlak melalui keluarga akan melahirkan generasi muslim berakhlak yang menjalankan kehidupannya sesuai ajaran-ajaran dalam agama Islam. Meskipun demikian, dalam realitas pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga di desa Pegundan sendiri belum mencapai harapan seperti yang dipersepsikan remaja tersebut. Dengan adanya persepsi positif di kalangan remaja tersebut, di harapkan menjadikan suatu perhatian dan pertimbangan atau masukan bagi pihak-pihak terkait, khususnya bagi orang tua sebagai pendidik dalam keluarga mengingat pendidikan dalam keluarga merupakan sebagai pondasi atau dasar bagi anak sebelum anak melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah dan terjun ke masyarakat.