77
BAB IV
ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG
A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga Pada prinsipnya pendidikan agama yang dilaksanakan di lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga itu sama saja, hanya sistem pendidikan dan pengajarannya yang berbeda. Pendidkan di lingkungan sekolah menggunakan sistem pendidikan yang segalanya serba formal, sedangkan di lingkungan masyarakat dan keluarga menggunakan sistem pendidikan yang ada di lingkungan keluarga dan masyarakat. Keluarga sebagai lembaga pendidikan informal berfungsi untuk memelihara kelangsungan keturunan dari generasi ke generasi berikutnya. Disamping itu, keluarga juga merupakan sumber pendidikan pertama dan terutama, dimana semua pengetahuan maupun kecerdasan manusia dibentuk untuk pertama kalinya. Keluarga merupakan wadah pembentukan nilai-nilai sosial, budaya maupun mentalitas. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga ini lebih menekankan pada pendidikan ibadah, dimana pelaksanaan pendidikan ibadah merupakan salah satu materi pendidikan Islam di lingkungan keluarga. Misalnya ketika bapak Nur Falaq hendak sholat maka beliau mengajak serta anak-anaknya untuk sholat berjamaah, sehingga anak akan terbiasa
77
78
melaksanakan sholat, khususnya sholat berjamaah. Ibu Roaenah mengajarkan anak membaca Al-Qur’an setiap selesai sholat maghrib serta menyuruh anak untuk ikut serta dalam pengajian di musholla setempat. Selain pendidikan ibadah, sebagian besar pendidikan yang ditekankan adalah pendidikan akhlak, misalnya harus hormat dan patuh kepada orang tua, berbuat baik pada orang lain, sopan santun ketika berbicara, mengajarkan anak untuk tidak menggunjing, dan menjaga omongan agar tidak menyakiti hati orang lain. Sebagaimana yang diajarkan oleh Ibu Khasanah dan Ibu Firly yang mengajarkan anak-anaknya untuk selalu menjaga kata-katanya agar
tidak
menyakiti hati dan selalu berbicara dengan menggunakan bahasa krama ketika berbicara pada orang yang lebih tua. Kebiasaan-kebiasan ini sudah diajarkan oleh orang tua sejak anak mereka berusia dini, sehingga ketika dewasa anak akan melakukan segala sesuatu yang baik itu tanpa paksaan dari siapapun. Pendidikan akhlak merupakan salah satu bagian pendidikan dalam Islam yang sangat diperlukan agar anak memiliki akhlak yang baik. Akhlak yang baik dari seorang anak akan melahirkan generasi yang baik pula, yaitu generasi muda atau remaja yang taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua dan memperhatikan hak-hak bagi saudara muslim yang lain. Keluarga disamping sebagai sumber inspirasi yang banyak memberikan dasar-dasar ajaran kepada anaknya, juga merupakan faktor terpenting dalam membentuk kepribadian akhlak anak. Sebelum seorang anak keluar dari lingkungan keluarganya, terlebih dahulu ia menerima pengalaman dari kedua orang tua di lingkungan keluarganya, terutama dari pihak ibu.
79
Di lingkungan keluarga metode yang biasa digunakan oleh para orang tua ketika mengajarkan agama antara lain: metode pembiasaan, metode nasihat dan metode tauladan. Namun yang paling banyak di pakai adalah metode pembiasaan. Pembiasaan menjadi salah satu kunci suksesnya seseorang dalam mendidik putera-puterinya. Dalam hal pendidikan iman, pembiasaan ini dapat dilakukan caranya melalui sikap tauladan dengan membiasakan diri berperilaku yang baik. Sikap tauladan daan pembiasaan ini yang tidak mungkin dilakukan disekolah dan hanya kedua orang tuanyalah yang dapat melakukan hal tersebut. Inti ajaran Islam ialah iman, karenanya sangat diperlukan oleh anak-anak untuk dijadikan pondasi perilaku yang baik (akhlaqul karimah) pada masa mendatang. Pembiasaan adalah upaya praktis dan ampuh dalam pendidikan dan pembinaan anak. Berawal dari pembiasaan sejak kecil itulah, remaja akan membiasakan dirinya melakukan sesuatu yang lebih baik. Menumbuhkan kebiasaan yang baik ini tidaklah mudah, akan memakan waktu yang panjang. Tetapi bila sudah menjadi kebiasaan, akan sulit pula untuk berubah dari kebiasaan tersebut. Seorang anak yang terbiasa mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam lebih dapat diharapkan dalam kehidupannya nanti akan menjadi seorang Muslim yang saleh. Maka dari itu sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk membiasakan anak dengan perilaku-perilaku yang berlandaskan agama sejak mereka berusia dini. Disamping itu, tujuan yang ingin dicapai oleh orang tua dalam mendidik dan memberikan pendidikan agama tidak lain hanyalah agar anak selalu beriman dan bertaqwa pada Allah, paham ajaran-ajaran agama, dan
80
dalam berperilakupun sesuai dengan norma agama. Sehingga kehidupannya akan selalu tenang dan damai karena setiap langkah dan perbuatannya dilakukan atas dasar berpegang teguh pada agama Islam.
B. Analisis Tentang Akhlaqul Karimah pada Remaja di Dusun Kauman Petarukan Keluarga sebagai wahana pengembangan akhlak mulia menempatkan orang tua sebagai pendidik dalam keluarga guna menghadirkan anak-anak yang beriman, cerdas, berkualitas, berakhlak mulia. Akhlak pada dasarnya melekat dalam jiwa seseorang dalam bentuk perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu baik, maka itu disebut akhlaqul karimah. Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah, karena itu akhlaqul karimah akan tergambarkan dalam perilaku yang baik. Akhlak merupakan perilaku yang tampak dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang di motivasi oleh dorongan karena Allah. Sasaran akhlak melalui pendidikan agama Islam dalam lingkungan keluarga adalah untuk membentuk pribadi anak agar menjadi lebih baik. Akhlak yang baik (akhlaqul karimah) yaitu bertingkah laku yang terpuji terhadap Allah SWT, baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti shalat, puasa dan sebagainya maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah diluar ibadah. Di era globalisai ini, banyak terjadi perubahan yang mengindikasikan kemajuan umat manusia dan juga di sisi lain mengindikasikan kemunduran akhlak manusia, khususnya remaja. Era globalisasi membawa remaja kepada
81
hal-hal yang negatif, walaupun banyak juga nilai positif di era perkembangan ini. Namun hanya segelintir remaja saja yang sanggup menghadapinya. Remaja itu masanya mencari identitas, makanya banyak tingkah laku remaja yang dianggap mengganggu karena tidak sesuai yang orangtua inginkan, padahal niat mereka hanya ingin mencari yang pas dengan kepribadiannya. Mereka beranggapan “aku adalah aku”. Jadi banyak remaja yang sukar diatur oleh orang tuanya. Mereka biasanya lebih patuh ajakan dan perintah temantemannya daripada perintah orang tua. Karena pada dasarnya masa remaja adalah masa mencari jati diri, dan masa ingin terbebas dari keiginan orang tua yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Maka dari itu banyak sekali remaja pada zaman sekarang ini yang bobrok akhlaknya, karena mereka mencari jati diri tidak dilandasi dengan pondasi agama yang kokoh. Namun demikian, akhlak yang dimiliki oleh remaja-remaja dusun Kauman, khususnya di Kauman Barat dan Kauman Timur cukup baik. Namun, menurut penuturan Ketua RT Bapak Salim, akhlak remaja di Dusun Kauman Tengah belum baik, karena ada yang masih suka minum-minuman, namun itu hanya beberapa remaja saja, tidak semuanya berakhlak buruk. Hal ini sangat berlawanan dengan remaja-remaja di Dusun Kauman Barat dan Timur, sebagian besar akhlak yang mereka miliki sudah sesuai dengan ajaran agama. Seperti patuh dan berbakti dengan kedua orang tua, sabar, jujur, empati, saling tolong menolong dan melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib, Remaja-remaja ini berusaha menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah, mereka berusaha untuk tidak meninggalkan kewajiban dan tanggung jawabnya, seperti menjalankan sholat 5 waktu, berpuasa, dan
82
membaca Al-Qur’an. Dalam perihal akhlaknyapun mereka berusaha untuk selalu melakukan akhlak mulia yang di ridhoi oleh Allah, sehingga tidak bertentangan dengan norma agama dan norma sosial. Remaja yang berakhlak terpuji ini karena sudah dibiasakan dari kecil oleh keluarganya, khususnya dari kedua orang tua untuk selalu menjaga setiap perilaku dan tutur katanya agar tidak menyakiti hati orang lain, sebagaimana yang diajarkan oleh Ibu Khasanah dan Ibu Firly kepada anak-anaknya. Dengan kebiasaan yang baik dari keluarga, maka remaja ketika terjun di masyarakat akan bersikap lebih hati-hati dan terkontrol sebagaimana kebiasaan baik yang diterapkan oleh orang tuanya ketika berada dirumah .
C. Analisis Tentang Peran Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga dalam Membentuk Akhlaqul Karimah pada Remaja di Dusun Kauman Petarukan Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Manusia pertama kali belajar memperhatikan keinginankeinginan orang lain adalah dari keluarga. Pengalaman berinteraksi dalam keluarga akan menentukan tingkah laku dalam kehidupan sosial di luar keluarga. Pendidikan keluarga dapat menjadi sarana pembentukan karakter dan kepribadian anak menjadi manusia yang utuh, yaitu manusia yang berbudi luhur, cerdas, dan terampil. Lingkungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan seseorang, karena perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya.
Lingkungan dapat
83
memberikan pengaruh yang positif dan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan sikap, akhlak dan perasaan agama. Dapat dipahami bahwa penerapan pendidikan Islam secara baik pada lingkungan keluarga, memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian anak. Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang sangat sesuai untuk diterapkan dalam rangka pembentukan karakter (akhlak) anak. Karena di dalam pendidikan agama Islam mencakup pendidikan nilai budi pekerti, nilai keyakinan (aqidah), dan nilai pengabdian (ibadah). Dalam suatu pendidikan jangan hanya dituangkan pengetahuan semata-mata kepada anak, tetapi harus juga diperhatikan pembinaan moral, sikap dan tingkah laku. Maka dari itu pembinaan dan pendidikan dilingkungan keluarga ini sangat penting bagi seorang anak. Pendidikan agama dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh peran dan pola pendidikan orang tua, karena orang tua merupakan figur atau teladan bagi anak-anaknya. Seperti yang telah disebutkan dalam sebuah hadist, “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani dan Majusi.” Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa baik buruknya anak sangat bergantung pada sikap dan didikan dari orang tuanya. Anak dilahirkan ke bumi ini dalam keadaan fitrah. Orang tua berperan sebagai pengembang potensi religius yang dimiliki oleh anak, sekaligus pengarah kepribadian dan akhlak anak. Keluarga, khususnya orang tua harus membiasakan anak sedari dini dengan kebiasan-kebiasaan yang baik, memberikan contoh dengan
84
menjalankan kewajiban dan ajaran agama dengan taat seperti dalam hal sholat, puasa, mengaji, bersedekah, toleransi serta berkakhlak mulia terhadap semua orang. Sehingga anak akan selalu menirunya sampai dewasa. Seorang remaja tidak mau disuruh sholat atau menjalankan ibadah itu bisa dikarenakan orang tuanya tidak membiasakannya sejak kecil, dan dia cenderung akan mengikuti kebiasan orang tuanya itu. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu sangat penting, karena banyak orang yang berbuat atau bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata- mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu ia harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Kalau seseorang sudah terbiasa shalat berjamaah, ia tak akan berpikir panjang ketika mendengar kumandang adzan, langsung akan pergi ke masjid untuk sholat berjamaah. Maka dari itu diwajibkan kepada setiap orang tua untuk selalu membiasakan anak-anaknya mengerjakan kewajiban-kewajibannya sebagai umat muslim. Dan apabila orang tua ketika dirumah mengajarkan anak untuk selalu berperilaku baik, maka ketika diluar rumah anak akan baik pula akhlaknya. Orang tua wajib mendidik anaknya untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan atas ajaran agama yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadist. Dengan pembiasaan itulah diharapkan anak mengamalkan ajaran agamanya secara berkelanjutan. Maka dari itu, orang tua harus membekali anak dengan pengetahuan, pemahaman dan pembinaan moral sebelum memasukkan anak ke sekolah, sehingga ketika anak beranjak remaja dia akan terbiasa berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan tidak melanggar norma agama serta sosial.
85
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa peran orang tua sangatlah penting dalam menerapkan pendidikan agama kepada anak-anaknya sebelum mereka mendapat pendidikan di luar lingkungan keluarga. Remaja yang terdidik dengan ajaran agama akan memilki pemikiran yang positif dan akhlak yang mulia dibandingkan dengan remaja yang sama sekali tidak pernah mendapat pendidikan agama. Peran pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga adalah untuk membangun keluarga sakinah, yang mengharapkan keturunannya menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, yang ingin mewujudkan ketentraman dan ketenangan, yang ingin mewujudkan sunnah Rasulullah SAW dengan berketurunan dan memenuhi kebutuhan terhadap cinta dan kasih sayang antara lawan jenis. Selain itu, peran pendidikan agama Islam dalam lingkungan keluarga ialah untuk membentuk pribadi anak dan menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah pada anak, karena pendidikan agama Islam itu memiliki dasar moral dan kemasyarakatan, yang dapat mengarahkan dan memberi petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat. Di samping seseorang dapat memiliki suatu kepribadian yang mulia di sisi Allah SWT.
86