BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA SINGLE PARENT DI DESA BANJARTURI
Analisis problematika pendidikan agama Islam dalam keluarga single parent di desa Banjarturi kecamatan Warureja kabupaten Tegal. Meliputi sub-sub judul: analisis kondisi keluarga single parent di Desa Banjarturi Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal, analisis problematika pendidikan agama Islam dalam keluarga single parent di Desa Banjarturi Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal, analisis cara mengatasi problematika pendidikan agama Islam dalam keluarga single parent di Desa Banjarturi Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal. A. Analisis Kondisi Keluarga Single Parent Di Desa Banjarturi Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal Berdasarkan data-data mengenai kondisi keluarga single parent di desa banjarturi kecamatan warureja kabupaten tegal. Dengan kondisi keluarga yang tidak sempurna lagi yaitu di mana salah satu orang tua telah tiada baik itu ayah maupun ibu menjadikan tekanan tersendiri dalam diri masing-masing anggota keluarga. Tekanan tersebut terutama menyerang psikis yang menjadikan efek ketidakpercayaan dengan apa yang terjadi, anggota keluarga yang ditinggalkanpun kegoncangan jiwa karena di tinggalkan anggota keluarga baik di sisi ayah maupun ibu. Bagi pasangan yang ditinggalkan hal
58
59
ini merupakan sutau pukulan yang teramat berat, karena selama hidup dengan bersama pasanganya telah banyak hal yang telah dilalui baik suka dan duka menjadikan ikatan batin yang kuat, sehingga kebutuhan antara satu dengan yang lain menjadikan tekanan tersendiri. Namun kondisi single parent yang seperti ini biasanya hanya akan berlangsung selama satu sampai dua bulan saja, hal ini dikarenakan orang tua tunggal merasa harus bangkit dengan adanya kejadian seperti ini, dan juga karena melihat sang anak menjadikan kekuatan bagi seorang single parent untuk melanjutkan hidupnya bersama anaknya. Hal ini sesuai pendapat (HL):"... Kalau kondisi mental ya sempat ngedrop, ketika 1 sampai 2 bulan, tapi lama-lama ya biasa saja". dan didukung dengan pernyataan (NR):... Ya sempat menjadi pikiran juga, tapi ya kondisi keluarga sekarang ya biasa-biasa saja, karena semuanya ya demi anak." Namun ada juga single parent yang tidak terlalu ingin mengambil pusing dengan kejadian perginya pasangan hidup. Menjadikan sang single parent bersikap biasa-biasa meskipun penulis menyadari bagaimanapun kehilangan tetap kehilangan. Single parent yang bersikap biasa-biasa saja mungkin ingin memperlihatkan tingkat kedewasaanya dalam menghadapi masalah, sehingga menjadikan kehilangan menjadi hal biasa-biasa saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan (PR):"... sudah jadi biasa-biasa saja sekarang", dan ditambah dengan pernyataan dari (DN):"kalau di bilang biasa-
60
biasa saja. Ya biasa-biasa saja." Serta pernyataan dari (KL)"..... mboten wonten masalah." Sementara itu bagi seorang anak ketidakhadiran salah satu orang tua merupakan pukulan telak yang mau tidak mau harus diterima oleh sang anak. Karena bagaimanapun baik ibu maupun ayah mempunyai perannya masingmasing sehingga seorang anak harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya bukan hanya salah satu orang tua. Hal ini sesuai dengan pendapat (BY):"..... ibu baik dengan saya jadi ya sudah seperti bapak juga kayak merain peran ayah...."., didukung pernyataan (AM):"..... kurangnya perhatian dari seorang ibu.....". Jadi hasil analisis berdasarkan pada pendapat Karlinawati Silalahi dan Eko A. Meinarno bahwa Pepatah mengatakan: buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Ini menandakan bagaimana anak dibentuk melalui hubungan antara ayah dan ibu. Masing-masing memiliki peran dalam keluarga sehingga terbentuklah karakter keluarga dan anak.1 Merujuk pada pernyataan tersebut bahwa seorang anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, buka hanya dari satu orang tuanya saja, karena pembentukan anak terutama dari sikap dan perilaku anak itu harus didampingi oleh kedua orang tua.
1
Karlinawati Silalahi dan Eko A. Meinarno, Keluarga Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 7.
61
Selain hal itu ternyata ada anak yang memang biasa-biasa saja dalam menyikapi hal yang sedang menimpa keluarganya, hal ini mungkin terjadi karena ketidaktahuan sang anak tentang apa yang sedang menimpa orang tuanya, biasanya terjadi ketika orang tuanya menjadi single parent sementara sang anak masih sangat kecil, sehingga tidak terlalu mempengaruhi psikis si anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan (BY):" Ya sebenarnya sih karena sejak kecil ya jadinya gak papa lah di ikhlasin saja......", didukung pernyataan dari (AG):" Baik-baik saja". B. Analisis Problematika Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Single Parent Di Desa Banjarturi Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal Berdasarkan pada hasil wawancara dan penelitian secara langsung masalah yang timbul cukuplah beragam. Mulai dari masalah keuangan yang menjadi faktor utama terus masalah dalam hal mengatur anak yang sulit karena tingkat kepatuhan anak yang rendah dan yang paling utama adalah masalah membagi waktu antara mendidik anak dalam masalah pendidikan agama islam dengan bekerja. Itu lah beberapa poin-poin masalah yang muncul dalam memberikan pendidikan agama Islam dalam keluarga single parent. Seperti pernyataan (HL) tentang kesulitan membagi waktu antara bekerja dengan mendidik anak:".....cuman membagi waktunya yang sulit jadi yang menjadi masalah adalah dalam hal membagi waktu untuk mendidik
62
anak saya." didukung pernyataan (NR):" Ya waktu ya biasanya yang menjadi masalah....." Sementara lain halnya dikatakan (KL):"..... keduanya karena fulus, karena gak punya fulus akhirnya pikiranya lemah". Sejatinya antara kesulitan ekonomi dengan kesulitan membagi waktu antara bekerja dengan mendidik pendidikan agama Islam dalam keluarga single parent adalah saling berkaitan, karena semunya merujuk kepada pemenuhan kebutuhan, tanpa bekerja untuk mencaru uang orang akan kesulitan memenuhi segala macam kebutuhan, baik untuk dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Sehinga menjadikan orang tua yang berstatus sebagai single parent ini lebih meluangkan waktunya untuk mencari nafkah ketimbang untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk anak-anaknya. Selain dua masalah tadi yaitu sukarnya membagi waktu antara bekerja dengan mendidik anak dan kesulitan ekonomi, kesulitan dalam menangani anak atau kesukaran anak dalam mematuhi perintah orang tua, seperti pernyataan dari (DN):" Ya seperti kalau nakal dan tidak nurut.....". C. Cara Mengatasi Problematika Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Single Parent Di Desa Banjarturi Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal Berdasarkan pada hasil wawancara secara langsung bahwa setiap single parent mempunyai cara tersendiri dalam mengatasi segala macam masalah dalam hal mendidik pendidikan agama Islam, karena ini
63
menyesuaikan kematangan pola berpikir tiap-tiap individu single parent tersebut. Namun pada dasarnya tujuan dari cara mengatasi problematika pendidikan agama Islam dalam keluarga single parent adalah sama, yaitu supaya anak memiliki ilmu pendidikan agama Islam yang baik, karena orang tua sangat menyadari pentingnya ilmu agama bagi kehidupan anaknya kelak dan bagi orang tua. Salah satunya yaitu dengan memberikan pengertian dari hati ke hati, karena bagaimanapun sentuhan kelembutan seorang ibu akan sangat terasa bagi si anak, sehingga memberikan efek secara psikologi kepada anak secara langsung dan tetap memberikan waktu luang untuk mendidik anak tentang ilmu agama Islam. Seperti pernyataan (HL):" Terkadang di kasih pengertian.....", dan pernyataan (NR) tentang pembagian waktu:"..... menyisihkan waktu saja buat anak". Selain itu, kesabaran juga merupakan kunci bagi seorang single parent yang mendidik anak-anaknya sendirian apalagi jika maslahnya yang timbul karena kesukaran anak dalam mematuhi orang tuanya, serta dengan menyekolahkan anak-anaknya ke lembaga-lembaga pendidikan agama Islam yang ada di lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan pernyataan (DN):"..... namine orang tua ya ngajari anak sing sabar", dan di dukung pernyataan (PR):"..... iya di madrasah sekitar kampung". Kemudian didukung juga pernyataan (KL): "Ya terutama sabar.....".