BAB IV ANALISIS PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA DALAM MEMBENTUK AKHLAK ANAK DUKUH KADEMANGAN KAUMAN BATANG
Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil wawancara dan observasi para ibu di Dukuh Kademangan sesuai dengan ciri-ciri yang dapat dijadikan responden. Mengacu pada fokus penelitian dalam skripsi ini, maka peneliti akan menganalisis dan menyajikanya secara sistematis tentang peran ibu dalam membentuk akhlak anak. Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi langsung kepada para ibu yang ada diDukuh Kademangan Kauman Batang. Penulis menemukan peran ibu dalam membentuk akhlak anak sebagai berikut: 1. Peran ibu dalam membentuk akhlak anak di Dukuh Kademangan Kauman Batang Berdasarkan wawancara kepada responden peneliti mendapatkan data tentang pola pengasuhan anak bervariasi. Beberapa responden memilih mengasuh anak di tangan sendiri. Hal ini dilakukan agar dapat mengawasi anak secara langsung dan dapat membimbingnya. Ada beberapa yang mempercayakan pengasuhan anak pada keluarga. Hal ini dilakukan karena memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dirasa tidak cukup bila sang kepala keluarga saja yang mencari penghidupan keluarga. Ada yang mempercayakan pengasuhan anak kepada tetangga. Dengan berbagaicara/metode yang dilakukan ibu untuk memberikan pendidikan akhlak kepada anak adalah sebagai berikut: a. Keteladanan Para responden sering menggunakan metode teladan karena metode ini dianggap paling sederhana akan tetapi memiliki dampak yang sangat cepat. Pada usia ini anak akan cepat meniru tingkah laku dari orang tuanya dan orang-orang yang dianggap benar. Dengan memberi teladan yang positif responden berharap agar anaknya mampu menirunya, karena anak mempunyai sifat imitative dari orang tuanya. 63
64
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode teladan mempunyai peranan yang penting dan efektif dalam menanamkanakhlak bagi anak usia sekolah, karena pada dasarnya sifat anak akan meniru orang tuanya. Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya. Dengan adanya panutan, seorang anak akan tebiasa mengerjakan segala hak secara sempurna seperti hak tetangga dan hak kerabat. 1 b. Pembiasaan Responden membiasakan anak-anaknya menggunakan metode pembiasaan diri dan pengalaman, karena metode pembiasaan diri dan pengalaman ini merupakan metode yang efektif dalam menanamkan akhlak anak, pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua akan menjadi mudah bagi anak tersebut untuk melakukan apa yang biasa dilakukan. Cara mendidik melalui pembiasaan merupakan metode yang biasa digunakan oleh responden untuk menanamkan akhlak pada anak mereka dan rohani serta pembinaan sosial. Untuk biasa hidup teratur, disiplin, tolong menolong sesama manusia dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari.2 c. Bimbingan dan Nasehat Dari banyak kejadian yang dilakukan oleh anak yang menyimpang atau dianggap negatif oleh orang tuanya misalnya menjaili temannya sampai nangis bahkan bisaberkelahi karena masalah sepele disekolahnya orang tua bisa memberi nasehat kepada anaknya untuk tidak mengulangi perbuatannya itu karena itu tidak baik. Metode ini merupakan penyempurna dari metode teladan dan metode pembiasaan karena anak akan mengerti ketika anak diberi arahan mengenai mana yang baik dan
1
Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa, Edisi Indonesia (Jakarta: Darul Haq, 2004 ), hlm. 367. 2 Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi, op. cit., hlm. 380.
65
mana yang tidak baik dengan begitu anak bisa menyerapnasehat yang orang tuanya berikan. d. Hukuman Apabila metode nasehat tidak berhasil responden biasanya menggunakan metode hukuman agar anak tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan itu. Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi mengatakan:
1. Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta didik yang lainnya, bukan untuk balas dendam. 2. Hukuman baru digunakan apabila metode lain tidak berhasil guna dalam memperbaiki peserta didik. 3. Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dahulu diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. 4. Hukuman yang dijatuhkan pada peserta didik hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak mengulanginya. 5. Hukuman psikis lebih baik dari pada hukuman fisik.3 Nabi Muhammad saw bersabda:
َوﻓَـﱢﺮﻗُﻮا ﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬ ْﻢ ِﰲ، ﺿ ِﺮﺑُﻮُﻫ ْﻢ َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ َوُﻫ ْﻢ أَﺑْـﻨَﺎءُ َﻋ ْﺸ ٍﺮ ْ وَا، ﲔ َ ُِﻣ ُﺮوا أَوْﻻ َد ُﻛ ْﻢ ﺑِﺎﻟﺼﱠﻼةِ َوُﻫ ْﻢ أَﺑْـﻨَﺎءُ َﺳْﺒ ِﻊ ِﺳﻨ َﺎﺟ ِﻊ ِ اﻟْ َﻤﻀ Artinya: "Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa'u Ghalil, no. 247) Metode ini sebagai pengiring metode nasehat dalam menanamkan akhlak anak, karena akhlak anak sangat dipengaruhi dengan kondisi keluarga yang dihadapi seharihari. Dalam beberapa kasus keluarga seorang ayah atau ibu berusaha menyembunyikan sifat-sifat buruk yang dimiliki agar anakmempunyai akhlak yang baik, padahal anakselalu belajar dengan kondisi sekitar/lingkungan sehingga karakter anak mengikuti lingkungan yang dihadapi. Implementasi disiplin secara tegas terjadi dalam lingkungan keluarga sehingga ketika anak melakukan sebuah kesalahan berulang maka metode 3
Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi, op. cit., hlm. 387.
66
hukuman menjadi pilihan yang tepat agar anak tidak melakukan kesalahan yang berulang. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa para ibu di Dukuh Kademangan Kauman Batang sebagian sudah dapat menjalankan perannya sebagai pembentuk akhlak anak, namun sebagian belum dapat menjalankan perannya karena terhalang oleh kegiatan diluar rumah untuk bekerja. 2. Akhlak anak di Dukuh Kademangan Kauman Batang a. Akhlak kepada Allah Peran ibu dalam pewarnaan pribadi anak, dilakukan dengan mewarnakan nilainilai ilahiyah pada anak sesuai fitrahnya. Ibu hendaknya mendekatkan dan mengakrabkandzat Allah swtkepada anak. Beberapa nilai-nilai akhlak yang bisa ditanamkan ibu pada anak dalam menanamkan hubungan anak dengan Tuhannya adalah pengenalan Allah swt sebagaipencipta merupakan pendidikan dasar yang harus diberikan oleh orang tua muslim. Sedini mungkin anak dikenalkan dan difahamkan bahwasannya Allah swt adalah
pencipta segalanya. Allah-lah satu-satunya
sesembahan. Seperti dalam suroh Luqman ayat 13 :
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (Qs. Lukman : 13).4 “menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan mewajibkan manusia untuk senantiasa melaksanakan shalat. Shalat sebagai bentuk syukur adalah cara memahamkan anak untuk gemar melaksanakan shalat. Begitu yang saya nasehatkan 4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Pustaka Amani, 2005), hlm. 581.
67
kepada anak. saya selalu mengatakan“shalat tidak boleh ditinggalkan”. Untuk itu maka sejak kecil anak saya sudah dilatih dan dibiasakan untuk shalat dengan harapan saat usia dewasanya shalat sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan”.5 Anak di Dukuh Kademangan dari kecil sudah dilatih untuk shalat berjamaah. Dengan harapan ketika sudah baligh anak sudah terbiasa untuk shalat tanpa disuruh orang tua. b. Akhlak kepada orang tua Orang tua adalah sumber dari kebahagiaan anak-anaknya. Ibaratnya, bila anak terkena duri, orang tua berharap duri itu mengenai dirinya, jangan mengenai anaknya. Orang tua akan sedih jika anaknya sedih. Orang tua rela terjaga ditengah malam demi menunggu anaknya yang sedang sakit. Orang tua tidak akan merasa bahagia, sebelum anaknya hidup bahagia. Oleh karena itu, sangat besar dan mulia jasa orang tua, sehingga anak tak mungkin dapat membalasnya, meskipun mereka berusaha sekuat tenaga. “Akhlak yang diwariskan pada anak sehubungan dengan orang tua adalah menghormati mereka, mengajarkan anak tata karma tentang bagaimana kita berbuat dan bersikap terhadap mereka, dan diajarkan untuk berpamitan saat anak pulang atau pergi”.6 Konsep birul walidain akan tertanampada diri anak, bila ia mengetahui balasan dari Allah tentang perbuatannya kepada orang tua. Bila ia berbuat baik, maka Allah akan memberikan pahala dan surga, sebaliknya bila ia berbuat durhaka, ia akan memperoleh murka dari Allah swt dan neraka. Konsep ini akan menumbuhkan rasa harap dan cemas dalam diri anak atas perbuatannya kepada orang tua.7 Hadits Nabi Muhammad saw :
ْﻂ اﻟَِﻮ ﻟِ َﺪ ﻳْ ِﻦ ِ ﻂ اﷲِ ِﰱ ُﺳﺨ ُ ِرﺿَﺎ اﷲِ ِﰱ اﻟ َﺪ اﻟِ َﺪ ﻳْ ِﻦ َو ُﺳ ْﺨ
5
Ibu Warniti, Buruh Tani, Wawancara Pribadi, Tanggal 3 Maret 2015. Nur Hidayah, Asisten Warung Makan Dukuh Kademangan Kauman Batang, Wawancara Pribadi, Tanggal 28 April 2015. 7 Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004), hlm. 24. 6
68
Artinya : “Keridhoan Allah tergantung ridho orang tua, dan kebencian Allah tergantung kepada kebencian orang tua”. (Hadits dari Abdullah bin Umar bin As) c. Akhlak kepada saudara Saudara adalah orang yang mempunyai hubungan sedarah dengan kita. Anakanak yang dibesarkan dalam suasana penuh kebencian, persaingan, dan ketegangan akan menyulitkan dirinya ketika dewasa, karena penyakit itu telah tertanam dalam dirinya. Penyakit itu tidak dapat dihilangkan secara total dalam diri anak, peran ibu hanyalah menepisnya. Untuk mewujudkan persaudaraan yang luwes dan harmonis yang menjadi dambaan dan impian dalam setiap keluarga. Anak di Dukuh Kademangan sudah dapat mengaplikasikan akhlak kepada saudara yaitu dengan menyayangi saudara, ia berbagi makanan ketika sedang bersama adiknya . d. Akhlak kepada orang yang lebih tua Orang yang lebih tua yaitu orang yang lebih dewasa dan utama dalam akhlaknya. Sehingga sepatutnya harus dihormati dan dihargai, mengucapkan salam dan mencium tangannya saat bersalaman. Hal ini merupakan sebagian kecil yang ditunjukkan sikap menghormati kepada orang yang lebih tua. Anak di Dukuh Kademangan Kauman Batang sudah bisa dibilang dapat menerapkan sikap menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. e. Akhlak kepada teman Teman adalah kawan berbagi, kawan seperjuangan. Seorang ibu pastilah menginginkan anaknya mempunyai teman. Sebagai ibu hendaknya jeli dalam memilihkan teman bagi anak-anaknya. Hal ini dikarenakan anak-anak pada masa pembentukan perilaku mudah dipengaruhi oleh teman-temannya. Jika perilaku teman
69
sepermainannya baik maka perilaku anak akan baik, namun jika perilaku temannya buruk maka anak akan ikut buruk pula. Akhlak anak di Dukuh Kademangan terhadap temannya sudah baik. Misalnya ketika sedang belajar bersama ia meminjamkan alat tulis kepada seorang teman yang tidak membawa. Contoh lain adalah anak di Dukuh Kademangan mengambilkan mainan salah satu teman yang terjatuh. f. Akhlak kepada tetangga Tetangga adalah orang yang dekat dengan lingkungan rumah selain orang tua dan saudara. Jadi tetangga merupakan orang yang selalu berinteraksi dengan anak-anak selain keluarga. Sehingga sepantasnya ibu mengajarkan anak untuk berinteraksi dengan tetangga. Menyapa dan memberikan senyuman merupakan bentuk perilaku yang baik ketika bertemu tetangga. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa akhlak anak terhadap tetangga di Dukuh Kademangan sudah tergolong baik. Contoh lain adalah anak di Dukuh Kademangan selalu menjawab ketika disapa tetangganya. 3. Faktor yang mempengaruhiperan ibu dalam membentuk akhlak anak di Dukuh Kademangan Kauman Batang Permasalahan yang mempengaruhi peran ibu sebagai pendidik pertama dalam membentuk akhlak anak di Dukuh Kademangan Kauman Batang antara lain: pengasuhan anak ketika ditinggal bekerja, pengasuhan anak yang dirasakan oleh figure pengganti bapak/ibu, suami sebagai patner dalam mendidik anak berada di luar kota, ekonomi dapat ditemukan pemecahannya yaitu sebagai berikut: Orang tua membatasi kebebasan terhadap anak, sehingga dalam bertingkah laku sehari-hari tidak menyimpang terhadap norma. Contohnya orang tua menentukan teman bermain bagi anak agar anak tidak salah dalam bergaul. Anak lebih didoronguntuk lebih
70
memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan cara orang tua memondokkan
anaknya ke
Pondok Pesantren atau menyuruh untuk ngaji ditempat-tempat tertentu (Masjid. Mushala, rumah pak ustadz, dll). Sebisa mungkin orang tua banyak mendampingi anak, memberi nasehat, teguran, apabila anak sedang melakukan penyimpangan, agar anak tidak melakukan kesalahannya lagi. Orang tua harus melibatkan anak kedalam keluarga, sehingga peran anak ada dan anak tidak merasa diremehkan. Misalkan saja tugas-tugas yang ada dalam rumah harus benar-benar anak lakukan supaya anak memiliki peran sebagai seorang anak. Dari analisa yang sudah peneliti lakukan maka dapat diketahui hasil penelitian skripsi ini adalah bahwa para ibu di Dukuh Kademangan Kauman Batang sudah dapat menjalankan perannya yaitu sebagai pendidik pertama dalam membentuk akhlak anak dengan dibuktikan akhlak anak di Dukuh Kademangan Kauman Batang tergolong baik. Faktor penghambatnya juga dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah.