BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DI DUKUH KEPUH PROYONANGGAN SELATAN BATANG
Pada bab ini peneliti akan melakukan analisis dari survey baik dari pustaka maupun lapangan. Dalam hal ini peneliti menganalisa Peran Pendidikan Keluarga dalam Membina Kecerdasan Spiritual di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif. Dengan demikian dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian memberikan analisis berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peneliti kemudian di rujuk kembali kepada teori yang sudah ada. Dari analisis ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan pemahaman tentang Peran Pendidikan Keluarga dalam Membina Anak di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang. A. Analisis Peran Pendidikan Keluarga dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak Setiap anak normal pasti memiliki kecerdasan. Kecerdasan anak tidak akan berkembang ataupun mengalami kemajuan, Tanpa dukungan dan arahan dari orang tua, guru, bahkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang dikenal anak berawal dari lingkungan keluarga. Keluarga merupakan titik awal
62
63
pembentukan
kepribadian
anak
yang
selanjutnya
mmpengaruhi
tahap
perkembangan anak selanjutnya. Anak cerdas merupakan dambaan setiap orang tua. orang tua manapun akan sangat senang jika anaknya tumbuh sehat dan cerdas.1 Dari pemaparan diatas dapat di analisis : a.
Cara orang tua mendidik anak dirumah. a.1 Mendidik anak dirumah merupakan hal yang sangat penting, beda rumah juga beda dalam mendidik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang ada di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang. Keluarga Bapak Kunanto, bapak kusnoto dan bapak sugiharto mendidik anaknya dengan cara pembiasaan dan pemberian contoh, sedangkan keluarga bapak taruni mempunyai cara mendidik berbeda yaitu dengan cara mendisiplinkan anak dalam segala hal terutama ibadah, dan di keluarga bapak teguh, bapak amat, dan ibu risyanti mendidik anakanaknya dengan memberikan nasehat kepada anaknya. Dan Bapak Sukirjo juga mempunyai cara berbeda yaitu dengan cara memberikan reward kepada anak. a.2 Tugas keluarga, orang tua bukan hanya mengembangkan kecerdasan pada anak, mengasah kreatifitas semata namun tidak kalah penting yakni mengembangkan kesadaran dan membimbing anak dalam pendidikan agama.2 a.3 Dari penjabaran di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak-anak di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang, mempunyai tingkat 1
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 404-405 Yudrik Jahja, Op.Cit, hlm. 405
2
64
pemahaman tentang pendidikan yang terbilang tinggi karena banyak orang tua yang berusaha agar anaknya mendapatkan pendidikan yang baik. Sedangkan teori dari Yudrik Jahja dalam bukunya Psikologi Perkembangan
memaparkan
bahwa
orang
tua
harusnya
mengembangkan kesadaran dan membimbing anak dalam pendidikan agama. Sesuai apa yang dilakukan para orang tua yang berada di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang. b.
Cara Orang Tua Memberikan Pendidikan Spiritual Pada Anak. b.1 Dari penelitian yang ada di Dukuh Kepuh Batang bahwa peneliti mendapatkan data dari para orang tua yang menyatakan bahwa dalam keluarga Bapak Kunanto cara memberikan pendidikan spiritulanya dengan cara mengajarkan anak untuk mengaji dan mengajak anak untuk sholat berjamaah serta juga mengajarkan anak-anaknya agar dapat berfikir positif dalam hidupnya dan selalu ingat dengan sang pencipta, dan dalam keluarga Bapak Adik Kusnoto dengan Bapak Rohayatno yaitu dengan cara memberikan contoh, misalnya dalam melaksanakan ibadah sholat dan mengaji serta menyuruh anaknya untuk melaksanakan ibadah puasa seperti dalam keluarga Bapak Sugiarto juga demikian, sedangkan dalam keluarga Bapak Teguh, Bapak Amat, dan Ibu Risyanti yaitu dengan memberikan nasehat yang baik untuk anak-anaknya dalam beribadah, kemudian menurut Keluarga Ibu Parniti yaitu dengan cara mengingatkan anaknya untuk selalu beribadah dan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, di dalam keluarga Bapak Taruni cara
65
memberikan pendidikannya dengan perhatian dan sering berkomunikasi antar anggota serta menerapkan kedisiplinan untuk anak-anaknya, sedangkan dalam keluarga Bapak Sukirjo dengan memberikan reward untuk anaknya agar anaknya sekolah TPQ. b.2 Melibatkan anak-anak dalam beribadah ini penting sekali bagi perkembangan jiwa sang anak. Apabila anak sejak usia dini sudah dilibatkan dalam beribadah, kecerdasan spiritualnya akan terasah dengan baik. Sebab, di dalam setiap bentuk ibadah
selalu terkait
dengan keyakinan yang tidak kasat mata, yakni keimanan. Kekuatan dari keimanan inilah yang membuat seseorang bisa mempunyai kecerdasan spiritual yang luar biasa.3 Membiasakan berpuasa sejak dini kepada anak-anak juga diyakini mampu memengaruhi tingkat kecerdasan sang anak. b.3 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua sudah memberikan kecerdasan spiritual pada anak dengan cara yang baik, menjadikan anak mau mengikuti nasehat orang tuanya dan selalu melaksanakan kegiatan spiritual seperti sholat berjamaah, mengaji, sokolah TPQ dan kegiatan spiritual yang lainnya. c.
Cara Mempertahankan Kecerdasan Spiritual agar Anak akan Semakin Baik dalam Perkembangannya. c.1 Bahwa dalam pelitian di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan ini peneliti mendapatkan data dalam setiap keluarga itu caranya hampir 3
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, (Jogjakarta: Katahati, 2013), hlm 67-68
66
sama dalam mempertahankan kecerdasan spiritual anak, seperti dalam keluarga Bapak Kunanto, Sugiarto, Taruni, Adik Kusnoto, Teguh, Amat, Ibu Risyanti, Bapak Rohayatno, Ibu Parniti dan Bapak Sukirjo dengan cara selalu membiasakan anak dalam beribadah agar anak menjadi terbiasa sendiri dengan begitu tanpa diperintahpun anak menjadi tau apa yang seharusnya dikerjakan, kemudian dengan selalu mengingatkan dan menasehati,memberikan contoh serta membimbing anak dalam melakukan ibadahnya agar perkembangan kecerdasan spiritualnya semakin berkembang. c.2 Dalam teorinya Diana Mutiah bahwa melalui pengamatan oleh anak terhadap berbagai perilak yang ditampilkan secara berulang-ulang dalam keluarga, interaksi antara ayah-ibu, kakak, dan orang dewasa lainnya anak akan belajar dan mencoba menirunya kemudian menjadi ciri kebiasaan atau kepribadiannya.4 c.3 Dari hasil diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan ini para orang tua membiasakan anak-anaknya untuk beribadah dan memberikan contoh agar anak-anaknya dapat meniru apa yang dilakukan atau ditampilkan orang tuanya, seperti dalam teori Diana Mutiah juga mengatakan bahwa anak akan mencoba dan meniru apa yang biasa orang tua lakukan.
4
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2002), hlm. 86
67
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang a.
Faktor Pendukung dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak a.1 Menurut data yang di peroleh dari penelitian di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang yang terdapat di Keluarga Bapak Kunanto yaitu orang tua selalu berusaha yang terbaik untuk anaknya dan selalu memberikan motivasi untuk anak-anaknya juga mengajarkan mengaji serta memberikan ilmu pengetahuan tentang agama. Sedangkan keluarga Bapak Sugiarto,
keluarga Bapak Taruni, Bapak Adek
Kusnoto, Bapak Teguh, Bapak Amat, Ibu Risyanti, Bapak Rohayatno, Ibu Parniti, dan Bapak Sukirjo Faktor pendukungnya yaitu pola asuh yang berupa perhatian dari setiap orang tua yang mendukung dalam melakukan kegiatan keagamaan supaya kecerdasan spiritual anaknya semakin bertambah. a.2 Dalam teorinya Akhmad Muhaimin Azzet mengatakan bahwa dengan melibatkan anak-anak dalam beribadah yang dibarengi dengan keimanan dan kesadaran, orang tua (juga anak) akan mendapatkan manfaat ganda, yakni di samping kecerdasan spiritualnya dapat berkembang dengan baik, juga sang anak sejak dini sudah dilatih untuk menjadi manusia yang taat dalam beragama.5
5
Akhmad Muhaimin Azzet, Op.Cit, hlm 70-71
68
a.3 Dari hasil diatas maka peneliti menganalisis bahwa semua orang tua selalu memberikan perhatiannya untuk anak-anaknya dan memberikan motivasi serta menyemangati sang anak dalam melakukan ibadahnya. b.
Faktor Penghambat dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak b.1 Dalam penelitian ini menurut data yang diperoleh dari Orang tua di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan yaitu dalam keluarga Bapak Kunanto apabila kita lalai, anak berbuat seenaknya sendiri dan lupa dengan kebiasaannya untuk selalu beribadah, Bapak Sugiarto faktor penghambatnya yaitu teman-temannya, Bapak Taruni, Bapak Adek Kusnoto, Bapak Teguh, Bapak Amat, Ibu Risyanti, Bapak Rohayatno, Ibu Parniti mengatakan bahwa yang menjadi faktor penghambatnya yaitu lingkungan masyarakat dan teman-teman sebayanya. Sedangkan dalam Keluarga Bapak Sukirjo yaitu kurangnya pengawasan dari orang tua yang menjadi faktor penghambatnya b.2 Dalam teorinya Haryu Islamudin mengatakan bahwa Lingkungan masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan saangat mempengaruhi kegiatan anak-anak dalam beribadah.6 b.3 Dari hasil diatas peneliti menganalisa bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam membina kecerdasan spiritual anak adalah faktor lingkungan dan teman-teman sebayanya serta kelalaian orang tua dalam mengawasi anak setiap harinya.
6
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 190
69
c.
Dampak
Anak
Setelah
Mendapatkan
Pendidikan
Keluarga
dalam
Kecerdasan Spiritual c.1 Di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang dalam penelitiaan ini dalam keluarga Bapak Kunanto anak menjadi lebih aktif dalam beribadah dan bisa membedakan mana yang baik dan tidak untuk dirinya sendiri, kemudian dalam keluarga Bapak Sugiarto Anak menjadi tahu kapan dia belajar, bermain, dan tau kapan waktunya beribadah, menurut keluarga Bapak Taruni, Bapak Rohayatno, Bapak Sukirjo dan Bapak Teguh serta Bapak Amat anak menjadi semakin rajin dalam beribadah dan mengikuti kegiatan keagamaan sedangkan menurut keluarga Bapak Adik Kusnoto yaitu anak menjadi terbiasa dalam beribadah, seperti sholat, tadaruz qur’an dan mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan, menurut keluarga Ibu Risyanti anak menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang ada sedangkan menurut Ibu Parniti Munarsih dampaknya anak menjadi tau dan sadar bahwa nasehat ibunya itu benar dan baik buat dirinya sendiri. c.2 Dalam teorinya Akhmad Muhaimin Azzet mengatakan bahwa setiap anak manusia pasti dibekali kecerdasan oleh Tuhan ternyata bisa menumbuhkan rasa optimis bagi setiap orang tua. dan orang tua c.3 Jadi peneliti menganalisa dari hasil diatas bahwa orang tua dalam memberikan pendidikan keluarga terutama pendidikan kecerdasan spiritual kepada anak menghasilkan kecerdasan spiritual yang semakin baik dan bertambah keimanannya.