PERAN ORANG TUA DALAM MEMBINA ANAK MENUJU KESUKSESAN (Studi Kasus Keluarga Di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo)
SKRIPSI
Oleh : Arie Masyitah NIM :11110074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2015
i
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBINA ANAK MENUJU KESUKSESAN (Studi Kasus Keluarga Di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo)
SKRIPSI
DiajukankepadaFakultasIlmu Tarbiyahdan Keguruan Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim Malang UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan GunaMemperolehGelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd.I) Oleh : Arie Masyitah NIM :11110074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ii
2015
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan segenap perjuangan kupersembahkan karyaku ini kepada: Ayah dan Ibu Tersayang, Yang telah membuatku bisa memahami makna hidup yang dalam dengan ketulusan cinta, kejernihan kasih dan kesuciandoa..., juga memberikan segala pengorbanan dan perjuangan dengan tulus dan ikhlas hingga mengantarkan ananda menuju gerbang kesuksesan dalam meraih cita-cita dan harapan esok yang lebih baik, dan dalam setiap tetes keringat mulah akan menjadi tinta keberhasilan buat ananda . ingin sekali ananda bersimpuh dikaki kalian, takkan terlupa semua yang telah ananda peroleh dari cucuran keringat dan air mata kalian. Maafkan ananda bila selama ini tak juga mengerti... Allohummaghfirlii dzunuubii wa liwaalidyya warhamhumma kamaa rabbyanishoghiiro.... Terima kasih Ayah dan Ibu, terima kasih atas segalanya *** Kakak-kakakku Eko dan Silvia yang memberiku semangat dan selalu menyelipkan doanya untukku. Teman-t eman seperjuanganku semasa kuliah Ceking “si Gendut”, Reje, Uliya, MbakIka, Fananah, Nisfa, Budi, Fitri, dkk. Selain itu juga untuk sahabat terbaikku Tulid, Poppy, M ody, Wiwin, dkk. yang selalu menyemangati dalam berjuang menyelesaikan skripsi ini. Buat temen kosanku adek laila, adek fifit, adek yulia, fida yang sudah aku anggap sebagai keluargaku sendiri yang selalu menyemangati, menghiburku, terimakasih banyak. Tidak terkecuali untuk Afshokullisani yakni seseorang yang aku sayang dan selalu ada buat aku hingga akhir perjuanganku ini. Maaf kalau aku punya salah dan pernah menyusahan kalian semua, tapi kalianlah yang terbaik dalam hidupku. Terima kasih atas perhatian dan pengertiannya selama ini. *** Guru dan Dosenku yang mulia, yang telah menghantarkanku untuk memahami ilmunya..., kau pelita dalam hidupku.
v
MOTTO
َس ْيلَة ِ يَآيُ َها ا َّل ََ ِذ ْي َن آ َمنُىا اتَّقُ ْىا هللا َوا ْبتَ ُغ ْىا اِلَ ْي ِه ا ْل َى سبِ ْيلِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْى َن َ َو َجا ِه ُد ْوا فِ ْي “ Hai orang-orang yang berimanbertaqwalahkepada Allah dancarilahjalan yang mendekatkandirikepada-Nyadanberjihadlahpada jalan-Nya. Supayakamumendapatkankeberuntungan”. (Al-Maidah :35)
vi
vii
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peran Orang Tua Dalam Membina Anak Menuju Kesuksesan (Studi Kasus Keluarga Di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo)”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan
kita
nabi
Muhammad
SAW
pembawa
Risalah
Islam.
Taklupajugakepadakeluargadansahabat-sahabatbeliau yang telahbanyakberjasa demi tegaknya agama Allah SWT di mukabumi. Tiadaterlupakanjugasalamsejahteraberupashalawatdansalamsemogatetap Allah limpahkankepadabeliaunabi Muhammad SAW sebagairahmatanlilalamin. Penulisanskripsiinidimaksudkanuntukmelengkapisebagiansyaratdalamrangkamen yelesaikanstudipadaFakultasTarbiyahJurusanIlmu
Tarbiyah
dan
KeguruanUniversitas Islam Negeri (UIN) Malang. Banyakbantuan
yang
penulisterimadariberbagaipihakdalamrangkamenyelesaikanpenyusunanskripsiini, olehkarenaitupenulisinginmenyampaikan
rasa
hormatsertaucapanterimakasihdanpenghargaansetinggi-tingginyakepada: 1. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik spiritual maupun materiil, dan segenap keluarga tersayang atas dukungan dan semangatnya.
ix
2. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN MALIKI) Malang yang selalu mencurahkan seluruh waktu dan tenaga beliau untuk kemajuan kampus kami. 3. Bapak
Dr.
H.
Nur
Ali,
M.Pd
selaku
Dekan
Fakultas
Ilmu
TarbiyahdanKeguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN MALIKI) Malang. 4. Bapak Dr. Marno, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN MALIKI) Malang. Dan selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami mulai dari awal hingga saat ini. 5. Dr. KH. Muhammad Asrori, M.A., selaku Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan, pengarahan sekaligus dukungannya. 6. Semua
teman-teman
PAI
selalusalingmembantuantarsesama
di dan
UIN memberikan
Maliki
yang
dukungan
serta
kerjasamanya yang baik, 7. Teman-teman kosan dan para sahabat yang selalu memotivasi demi kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas dukungannya selama ini kepada kami. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan balasan yang tiada tara kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.
x
Kami hanya bisa mendoakan semoga amal ibadah semuanya diterima oleh Allah SWT sebagai amal yang mulia. Aaamiin. Akhirul kalam, kami selaku penulis menyampaikan permohonan maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih terdapat kesalahan baik dari segi penulisan, susunan bahasa, dan istilah yang kami gunakan baik sengaja maupun tidak disengaja. Terima kasih atas segala perhatiannya, jazakumullah khoiron katsiron.
Malang, 15Juni 2015 Penulis,
ArieMasyitah NIM 11110074
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/ 1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: A. Huruf ا = ب = ت = ث = ج = ح = خ = د = ذ = ر
= q = k = l = m = n = w = h = , = y =
a
ز
=
z
ق
b
س
=
s
ك
t
ش
=
sy
ل
ts
ص
=
sh
م
j
ض
=
dl
ن
h
ط
=
th
و
kh
ظ
=
zh
هـ
d
ع
=
‘
ء
dz
غ
=
gh
ي
r
ف
=
f
B. Vokal Panjang
C. Vokal Diftong
Vokal (a) panjang = â Vokal (i) panjang = î Vokal (u) panjang = û
اَ ْو ْأَي ْأُو ْإِي
xii
= = = =
aw ay û î
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................ ii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................................... iv HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................................... v HALAMAN SURAT PERNYATAAN .............................................................................. vi KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ................................................................ x DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii ABSTRAK .......................................................................................................................... xiv BAB I
: PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian .................................................................................... 1 B. RumusanMasalah ...................................................................................... 7 C. TujuanPenelitian ....................................................................................... 7 D. KegunaanPenelitian................................................................................... 8 E. DefinisiOperasional................................................................................... 8
BAB II
: KAJIAN TEORI A. Mendidik Anak Dalam Keluarga .......................................................... 9 1. DasardanFungsiPengasuhanAnak ................................................... 9 2. Orang TuadanAnakDalamKeluarga ................................................ 12 3. TanggungJawab Orang TuaDalamMendidikAnak ......................... 15
xiii
B. Kesuksesan ............................................................................................ 20 1. DefinisiKesuksesan.......................................................................... 20 2. PentingnyaPendidikanBagiKesuksesan ........................................... 22 3. Problem-Problem DalamMeraihKesuksesan ................................... 27 BAB III
: METODE PENELITIAN A.
Pendekatan Dan JenisPenelitian .......................................................... 31
B.
KehadiranPenelitidan Lokasi Penelitian .............................................. 34 1. Kehadiran Peneliti ........................................................................... 34 2. LokasiPenelitian .............................................................................. 35 3. Data danSumber Data ..................................................................... 36 4. MetodePengumpulan Data .............................................................. 37 5. TeknikAnalisa Data ........................................................................ 38 6. PengecekanKeabsahanTemuan........................................................ 38 7. TahapTahapPenelitian ..................................................................... 39
BAB IV
: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.
Latar Belakang Obyek Penelitian ......................................................... 40 1. Letak Geografis Dusun Pejarakan Selatan ...................................... 40 2. Keadaan Demografis Penduduk Dusun Pejarakan Selatan ............. 42 3. Kondisi Sosial Desa Pejarakan Selatan ........................................... 43
B.
Penyajian Dan Analisis Data ................................................................ 44 1. Persepsi Orang TuatentangKesuksesanAnak .................................. 45 2. Peran
Orang
Tua
dalam
Membina
Anak
Menuju
Kesuksesan ...................................................................................... 46
xiv
3. Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Orang Tua dalam Membina Anak Menuju Kesuksesan di Keluarga ......... 58 C. BAB V
TemuanPenelitian ................................................................................. 63
: PEMBAHASAN A.
Persepsi Orang TuatentangKesuksesanAnak ....................................... 66
B.
Peran Orang Tua dalam Membina Anak Menuju Kesuksesan di Keluarga ............................................................................................... 67
C.
Faktor
yang
mendukungdanmenghambat
tuadalammembinaanakmenujukesuksesanpadakeluarga
orang di
DusunPejarakan Selatan ....................................................................... 78 BAB VI
: PENUTUP A.
Kesimpulan ........................................................................................... 81
B.
Saran ..................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 86 LAMPIRAN
xv
ABSTRAK Arie, Masyitah. 2015. Peran Orang Tua dalam Membina Anak Menuju Kesuksesan (Studi Kasus Keluarga Di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo).Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing Skripsi: Dr. Marno, M.Ag. Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua juga merupakan guru agama, bahasa, dan social pertama bagi anak. Orang tua adalah orang yang mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Orang tua khususnya ibu bias menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya. Jika seseorang ibu mampu mengarahkan, membimbing dan mengembangkan fitrah dan potensi anak secara maksimal. Orang tua merupakan factor penentu kesuksesan bagi anak-anaknya. Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, (2) mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan. Untuk mencapai tujuan di atas, digunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus digunakan adalah observasi case studies yaitu studi yang berfokus beberapa aspek organisasi tertentu dengan menggunakan partisipasi observasi sebagai teknik utama untuk mengumpulkan data, serta menggunakan wawancara untuk mendapatkan data secara langsung. Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena peneliti sendiri merupakan alat (instrumen) pengumpul data yang utama sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan dalam menguraikan data nantinya Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan di keluarga, tepatnya di Dusun Pejarakan Selatan berjalan dengan baik yang mana terdapat beberapa fungsi pengasuhan pendidikan anak meliputi pendidikan akal (intelektual anak), pendidikan psikologikal dan emosi anak, pendidikan keimanan anak, pendidikan akhlak anak, dan pendidikan social anak. (2) faktor yang mendukung peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga adanya rasa kerjasama/ saling mendukung, semangat mendidik serta rasa tanggung jawab yang kuat dan kesadaran diri dalam mencerdaskan anak. Adanya selalu perhatian yang tercurah dan komunikasi yang terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak di dalam keluarga. Dan sebaliknya, factor ekonomi sehingga para orang tua sibuk diluar rumah untuk bekerja keras dalam mencari nafkah untuk membiayai anaknya, terbatasnya pemahaman pengasuhan atau cara mendidik anaknya, kurangnya perhatian orang tua bagi pendidikan anaknya, keadaan anak yang kadang-kadang masih terbelenggu dengan sifat malas dan pergaulan yang kurang mendukung merupakan beberapa faktor yang menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan. Kata Kunci: Peran Orang Tua, Keluarga Sukses
xvi
ABSTRACT Arie, Masyitah. 2015. Role of Parents in Child Fostering to Success (Family Case Study In Hamlet South Pejarakan Village Jabon subdistrict of Sidoarjo District). Thesis, Department of Islamic Education, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Thesis Supervisor: Dr. Marno, M.Ag. Parents are the first and primary teacher for the children. Parents also a first teacher of religion, language, and social for children. Parents are the people who teach the children to socialize with the surrounding environment. Parents, especially mothers could be a good teacher for their children. If someone's mother is able to direct, guide and develop the character and potential of children maximumly. Parents are the determining factor of success for their children. Purpose of this study was to: (1) determine the role of parents in fostering children for success in the family at South Pejarakan village Jabon subdistrict of Sidoarjo district, (2) determine the factors that support and obstruct parents in fostering the child to success. To achieve the objective above, the study used a qualitative approach with case study was observational case studies are studies that focus some aspects of certain organizations by using participation observation as the main technique for collecting data, and using interviews to obtain data directly. The presence of researchers in qualitative research is absolutely necessary, because the researcher itself is a tool (instrument) of primary data collectors so that the presence of researchers is absolutely necessary for analyzing the data in the future The results showed that, (1) the role of parents in fostering the child to success in family, precisely in South Pejarakan village ran well where there were several functions parenting a child's education includes education of mind (intellectual child), psychological, emotional, faith, moral, and social educations of children. (2) factors that support the r ole of parents in fostering children for success in the family were sense of cooperation / mutual support, educate spirit and strong sense of responsibility and self-awareness in educating children. There are fully attention and well established communication between parents and children in the family. And conversely, the economic factor in order to are parents busy outside to work hard and earn a living to pay for the their children, the limited understanding of parenting or how to educate their children, lack of parental supervision for their children's education, the situation of children who sometimes still fettered by laziness and socially unfavorable are several factors that obstruct parents in fostering the child to success. Keywords: Role of Parents, Family Success
xvii
مستخلص البحث أري ،مشيطة .5102 .دور اآلباء يف رعاية األبناء إىل النجاح (دراسة حالة األسرة يف قرية فجاركان اجلنوبية منطقة جابون سيدوارجو .البحث اجلامعي ،قسم الرتبية اإلسالمية ،كلية علوم الرتبية والتعليم ،جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية مباالنج .املشرف :الدكتور مرنو املاجستري اآلباء هم أول املعلمني لألطفال .اآلباء أول معلمني الدين ،اللغة واإلجتماعية .اآلباء هم الذين يعلم األبناء معاملة البيئة حوهلا .ختص األم تستطيع أن تكون معلمة جيدة ألطفاهلم .إذا هتدي األم ،وتريب وتطور الفطرة والكفائة األبناء أقصى .أن اآلباء عامل معني لنجاح األبناء. وأهداف البحث وهي ) 0( :معرفة دور اآلباء يف رعاية األبناء إىل النجاح يف األسرة بقرية فجاركان اجلنوبية منطقة جابون سيدوارجو )5( ،معرفة عوامل العاضدة والعائقة اآلباء يف رعاية األبناء إىل النجاح. تستخدم الباحثة مدخال كيفيا لنيل األهداف بنوع الدراسة احلالة هي مالحظة دراسات حاالت اليت تركز ناحية املنظمة املعينة احملتاجة على إتباع املالحظة كطريقة األوىل مجع البيانات مباشرة .خضور الباحثة يف البحث الكيفي حمتاج مطلق ،ألهنا كألة مجع البيانات فخضور الباحثة حمتاجة لتحليل البيانات. و يشري نتائج البحث )0( ،أن دور اآلباء يف رعاية األبناء إىل النجاح يف األسرة ،بقرية فجاركان اجلنوبية تسري سريا جيدا الذي يوجد منافع املراعة الرتبية لألطفال يشمل عن الرتبية العقلية (مفكر األبناء) ،الرتبية النفسية وعاطفية األبناء ،والرتبية اإلميانية األبناء ،والرتبية األخالق واإلجتماعية )5( .عوامل العاضدة لدور اآلباء يف رعاية األبناء إىل النجاح يف األسرة وجود التعاون، نشيطة الرعاية واملسؤلية قوية والواعي الذايت ذكاء األبناء .إجياد اإلهتمام املستمر واإلتصاالت اجليدة بني اآلباء واألبناء .وعكسها ،عامل إقتصادي جيعل اآلباء مشغول خارج البيت لكسب الرزق لتمويل األبناء ،حمدد الفهم عن الرعاية األبناء ،ونقصان اإلهتمام الوالدين لرتبية اأبنائهم ،وحالة األبناء مكبل الكسالن أحيانا واملعاملة هي عوامل العاضدة عند الوالدين يف رعاية األبناء إىل النجاح. الكلمة المفتاحية :دور اآلباء ،أسرة ناجحة
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Anak merupakan rahmat dari Allah SWT, sudah sepatutnya orang tua harus mensyukuri, mendidik dan membina anak-anaknya agar menjadi orang yang baik, berkepribadian yang kuat dan berakhlak terpuji. Setiap anak memiliki perbedaan dalam bakat, minat, kecakapan, cita-cita, sikap dan pandangan hidup, pengalaman. Hal inilah yang menimbulkan adanya perilaku dan tingkat keberhasilan anak yang satu dengan yang lainnya, perbedaan itu dilatarbelakangi oleh bagaimana orang tua mengasuh anak-anaknya di rumah. Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Orang tua juga merupakan guru agama, bahasa, dan sosial pertama bagi anak. Orang tua adalah orang yang mengajarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Orang tua khususnya ibu bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya. Jika seseorang ibu mampu mengarahkan, membimbing dan mengembangkan fitrah dan potensi anak secara maksimal. Orang tua merupakan faktor penentu kesuksesan bagi anak-anaknya. Setiap orang tua yang ada di dunia pasti memiliki harapan dan ambisi agar buah hatinya dapat mencapai kesuksesan di masa depan. Ambisi ini sering dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak mereka naik di tangga status sosial.Berkaitan dengan hal tersebut, orang tua selalu memberikan motivasi dan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan fasilitas pendidikan yang terbaik, baik itu dengan cara orang tua
memasukkan anak-anaknya ke sekolah unggulan agar anaknya dapat memiliki kecerdasan intelektual yang maksimal untuk bekal kehidupannya kelak. Di lingkungan keluarga khususnya motivasi orang tua sangat menentukan keberhasilan anak dalam menuntut ilmu. Dengan adanya motivasi orang tua yang tinggi seorang anak terdorong untuk belajar, sehingga mencapai hasil yang diinginkan. Tanpa adanya motivasi dari orang tua anak tidak akan memiliki semangat untuk belajar. Selain itu, keharmonisan keluarga juga menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan anak di masa depan. Seperti yang dikemukakan oleh Singgih, kondisi keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Ketika anak berada pada kondisi keluarga yang harmonis dan stabil akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak di sekolah. Banyak hal yang dipelajari anak ketika anak di rumah mempengaruhi tingkah laku dan kegiatan di sekolah. Hal ini akan menimbulkan perbedaan kebiasaan, perilaku dan keberhasilan belajar siswa yang satu dengan yang lainnya. Menurut Hurlock, orang yang berhasil setelah menjadi dewasa berasal dari keluarga dengan orang tua yang bersikap positif, hubungan antara mereka dan orang tua sehat.1 Hubungan yang demikian akan menghasilkan anak yang bahagia, ramah tamah dan di anggap menarik orang lain, relatif bebas dari kecemasan dan sebagai anggota kelompok mereka pandai bekerjasama. Dengan kondisi anak yang memiliki keseimbangan pada perkembangan fisik dan psikisnya maka anak akan mudah untuk mengenali dirinya sendiri, anak tumbuh 1
Hurlock, Elizabeth. 1993. Child Development. Diterjemahkan oleh Meitari Tjandrasa. Perkembangan Anak. Jilid II. Jakatarta: Erlangga hlm 204.
dengan pribadi yang memiliki harga positif yang akan mengantarkan anak untuk memperoleh prestasi belajar yang baik. Dalam rangka mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, sangatlah tepat apabila bapak dan ibu sebagai pemberi bimbingan pada anak dengan sebaik-baiknya. Jelaslah bahwa keluarga adalah pusat pendidikan dan lembaga pendidikan yang pertama dan utama yang didapat oleh anak, dimana dalam hal ini orang tua sebagai penanggung jawab terhadap anak harus memberikan contoh-contoh yang baik,membimbing dan mengasuh dengan baik, agar tingkah laku anak dapat mencerminkan nilai-nilai yang mulia atau berakhlakul karimah dapat menyebarkan sifat-sifat yang berdasarkan nilai pendidikan yang telah dipelajari anak melalui proses belajar di sekolah dan di masyarakat. Sebagaimana dalam ayat di jelaskan orang tua harus mendidik anaknya dan mengajak kepada kebaikan, mengajarkan dan mengenalkan tentang agama Islam: يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُىا قُىا أَنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَاراً َوقُى ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ََلئِ َكة ِغ ََلظ َّ َِشدَاد ََل يَ ْعصُىن ََّللاَ َما أَ َم َزهُ ْم َويَ ْف َعلُىنَ َما ي ُْؤ َمزُون “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada
mereka
dan
selalu
mengerjakan
apa
yang
diperintahkan.” (QS. at Tahriim(66 : 6))2 Para ahli sependapat bahwa pendidikan dalam keluarga sangat besar pengaruhnya, karena pendidikan yang demikian yang membawa pengaruh terhadap anak dalam kehidupan selanjutnya bagi anak. 2
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Semarang: CV. Thoha Putra,1989), hlm. 951
Oleh karena itu, salah satu pendidikan yang ada di dalam keluarga adalah pendidikan agama. Pendidikan agama mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting di dalam pembangunan seutuhnya. Keberhasilan pembangunan manusia seutuhnya ini sangat ditentukan oleh faktor manusianya yaitu bertakwa, kepribadian, jujur, ikhlas,berdedikasi tinggi serta mempunyai kesadaran tanggung jawab terhadap diri, masyarakat dan Tuhan. Disamping itu pendidikan agama islam diharapkan dapat berperan sebagai rambu-rambu terhadap kemungkinan timbulnya dampak negatif dari akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dewasa ini. Selain pendidikan keluarga yang diberikan pada anak mulai ia terlahir di dunia, pendidikan di sekolah juga tak kalah penting keberadaannya. Pendidikan sekolah adalah kelanjutan dari pendidikan keluarga yang memberikan wawasan intelektual serta penalaran keilmuan. Namun demikian tidak berarti mengabaikan pendidikan budi pekerti yang ada dalam keluarga karena tanggung jawab Guru (sekolah) utamanya adalah menumbuhkembangkan aspek kognitif (intelegensi), afektif (sikap), psikomotorik (keterampilan). Sedangkan pendidikan masyarakat merupakan kelanjutan dimana individu dapat mengaktualisasikan totalitas moralitas serta disiplin keilmuan dan keyakinan secara riil. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak partisipasi orang tua sangat dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam keadaan bagaimanapun, orang tua tetap bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Karena dalam keluarga, orang tua memiliki peluang yang banyak dalam
memberikan pendidikan anaknya, sedangkan waktu anak disekolah sangat terbatas. Perkembangan agama pada masa anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil. Semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan kelakuan dan caranya menghadapi persoalan hidup akan sesuai dengan ajaran agama. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak dalam keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama bagi hidup anak sejak dilahirkan. Kehidupan agama pada masa kecil sangat membekas pada diri seseorang dan pada umumnya akan mendasar bagi kehidupan spiritual pada tahap berikutnya, sampai ia memasuki masa dewasa.3 Dengan demikian, orang tua sudah selayaknya memberikan pendidikan intelektual dan pendidikan agama yang seimbang kepada anaknya. Dengan harapan agar anaknya dapat mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan yang seutuhnya untuk kehidupannya kelak. Desa Pejarakan Selatan ini
menarik untuk diteliti selain merupakan
tempat kelahiran peneliti, namun terdapat faktor lain yang mendukung untuk diteliti lebih dalam lagi yaitu perubahan pola fikir orang tua yang menunjukkan peningkatan dari yang sebelumnya, hal ini terbukti dengan adanya kesadaran orang tua terhadap prestasi yang di raih oleh anaknya sekaligus pentingnya keikutsertaan orang tua dalam membentuk kepribadian anak yang baik. Fenomena ini sangat bertolak belakang dengan mayoritas orang tua disana yang kurang menyadari adanya bakat, minat, dan potensi dalam diri masing-masing anak. 3
M. Nipan Abdul Halim. Anak Saleh Dambaan Keluarga. (Yogyakarta; Mitra Pustaka, 2001), hlm. 46.
Sehingga mereka kurang mengoptimalisasikan keberadaan anak itu sendiri. Hal itu dapat dilihat dari kurangnya bimbingan dan motivasi yang diberikan oleh orang tua terlebih lagi pada usia beranjak remaja. Akibatnya anak juga mengalami penurunan jati diri atau kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan yang terlebih lagi yakni kurangnya kesadaran anak terhadap pentingnya menuntut ilmu demi kelangsungan hidup di masa depan. Beranjak dari hal tersebut penulis mengambil judul “ Peran Orang Tua Dalam Membina Anak Menuju Kesuksesan” dengan melakukan penelitian pada keluarga di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo.
B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan. Maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana persepsi kesuksesan menurut orang tua di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo? 2. Bagaimana peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo? 3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui persepsi sukses menurut orang tua di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan.
D. Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Lembaga Sebagai sumbangan pemikiran pendidik yang digunakan sebagai literatur tambahan khususnya mengenai upaya membangun citra membentuk pribadi anak. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi warga masyarakat khususnya bagi para keluarga (orang tua) untuk bertindak dan berusaha mendidik anak-anaknya supaya menjadi anak yang shaleh dan shalehah serta berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya. 3. Bagi Peneliti Menambah wawasan bagi penulis untuk bekal di masa yang akan datang tentang model pola asuh orang tua yang sesuai dalam mendidik anak di keluarga sehingga dapat menjadi keluarga yang sukses. E. Definisi Istilah 1.
Peran orang tua adalah tugas dan tanggung jawab ayah ibu terhadap anaknya dalam memperhatikan, menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman , serasi serta lingkungan yang sesuai dengan keadaan anak.
2.
Menurut Tom Hopkins dalam Dudung mengatakan “sukses adalah perjalanan tanpa henti demi menuju pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya”.
BAB II KAJIAN TEORI 1. Mendidik Anak Dalam Keluarga a. Dasar dan Fungsi Pengasuhan Anak 1) Dasar Pengasuhan Anak a) Al-Qur’an Surat At Tahrim ayat 6 ٌبسةُ َعلَ ُْهَب َم ََلئِ َكتٌ ِغ ََلظ َ ََب أََُّهَب الَّ ِزَهَ آ َمىُىا قُىا أَوفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلُِ ُك ْم وَبساً َوقُى ُدهَب الىَّبسُ َو ْال ِح َج َّ َِشذَا ٌد ََل ََ ْعصُىن ََّللاَ َمب أَ َم َشهُ ْم َوََ ْف َعلُىنَ َمب َ ُْؤ َمشُون “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at Tahriim, 66 : 6)1 b) Al Qur’an Surat Luqman ayat 14 َّ َو َو ٍِصبلُهُ فٍِ عَب َمُ ِْه أَ ِن ا ْش ُكشْ ل َ ِاْلوسَبنَ ِب َىالِ َذ َْ ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهىب ً َعلًَ َو ْه ٍه َوف ِ ْ ص ُْىَب صُ ُش َ َْ َولِ َىالِ َذ ِ ك إِلَ ٍَّ ْال َم “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah,
dan
menyapihnya
dalam
dua
tahun,
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada- Kulah kembalimu.” (QS. Luqman, 31 : 14).2
1
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Semarang: CV. Thoha Putra,1989), hlm. 951 2 Ibid, hlm. 654
Dari beberapa ayat di atas menjelaskan,bahwa Allah memerintahkan bagi orang-orang yang beriman untuk saling menjaga keluarga dari api neraka. Orang tua dan anak mempunyai kewajiban dan tugasnya masing-masing, orang tua bertugas untuk mendidik dan mengajarkan anak-anaknya kepada kebaikan dan berperilaku sesuai dengan perintah agama serta memerintahkan anak untuk selalu mendirikan shalat, begitupun kewajiban anak kepada orang tua harus sopan dan berbuat baik kepada kedua orang tua. 2) Fungsi Pengasuhan Anak Fungsi pengasuhan orang tua dalam Islam mencakup tujuh bidang pendidikan yaitu: a) Dalam Pendidikan Fisik. Yang pertama dapat dikenal dan terlihat oleh setiap orang adalah dimensi yang mempunyai bentuk terdiri dari seluruh perangkat :badan, kaki, kepala, tangan, dan seluruh anggota luar dan dalam, yang diciptakan oleh Allah dalam bentuk dan kondisi yang sebaik-baiknya. Pendidikan fisik bertujuan untuk kebugaran kesehatan tubuh yang terkait dengan ibadah, akhlak dan dimensi kepribadian lainnya. a) Dalam Pendidikan Akal (Intelektual Anak). Dalam pendidikan akal yaitu menolong anak-anaknya menemukan, membuka, dan menumbuhkan kesediaan, bakat-bakat, minat dan kemampuan akalnya serta memperoleh kebiasaan-
kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indera kemampuan-kemampuan akal. b) Dalam Pendidikan Keindahan Keindahan dapat didefinisikan sebagai perasaan cinta, gerakan hati dalam kesadaran, gerakan perasaan dalam pemberian, gerakan otak dalam pikirannya. Dapat orang tua rasakan bahwa sesuatu hal yang indah itu dapat merubah suasana hati yakni memberikan ketenangan dan kedamaian kepada jiwa anak. c) Dalam Pendidikan Psikologikal dan Emosi anak. Dalam aspek ini untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi yang sesuai dengan umurnya, menciptakan penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain di sekitarnya, menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia. d) Dalam Pendidikan Iman bagi Anak. Orang
tua
berperan
membangkitkan
kekuatan
dan
kesediaan spiritual yang bersifat naluri, yang ada pada anak-anak melalui bimbingan yang sehat, mengamalkan ajaran-ajaran agama membekali dengan pengetahuan agama, serta menolong sikap beragama yang benar. e) Dalam Pendidikan Akhlak bagi Anak- anaknya.
Orang tua mengajarkan akhlak pada anak, nilai-nilai dan faedah yang berpegang teguh pada akhlak di dalam hidup serta membiasakan akhlak pada anak sejak kecil. f) Dalam Pendidikan Sosial Anak-anaknya. Orang tua memberikan bimbingan terhadap tingkah laku sosial ekonomi dan politik dalam kerangka aqidah Islam.3 Dari fungsi-fungsi di atas jika dapat terlaksana, maka hal ini akan berpengaruh pada diri anak, baik dari sisi kognisi, afeksi, maupun psikomotorik anak. Perwujudan ini menyangkut penyesuaian dalam dirinya maupun dengan lingkungan sekitar. b. Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan keabadian. Tak seorang pun dapat mencerai-beraikannya. Ikatan itu dalam bentuk hbungan emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam perilaku.4 Meskipun suatu saat misalnya, ayah dan ibu mereka sudah bercerai karena suatu sebab, tetapi hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak pernah terputus. Sejahat-jahatnya ayah adalah tetap orang tua yang harus dihormati. Lebih-lebih lagi terhadap ibu yang telah melahirkan dan membesarkan. Bahkan dalam perbedaan keyakinan agama sekalipun antara orang tua dan anak, maka seorang anak tetap diwajibkan menghormati orang tua sampai kapan pun. 3
Zakiyah Drajat. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Cet. 2.(Jakarta: Remaja Rosdakarya Offset, 1995). hlm. 18. 4 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi . (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). h. 103.
Setiap orang tua yang memiliki anak anakn selalu ingin memeliha, membesarkan, dan mendidiknya. Seorang ibu yang melahirkan anka tanpa ayah pun memiliki naluri untuk memelihara, membesarkan, dan mendidiknya, meski terkadang harus menanggung beban malu yang berkepanjangan. Sebab kehormatan keluarga salah satunya juga ditentukan oleh bagaimana sikap dan perilaku anak dalam mejaga nama baik keluarga. Lewat sikap dan perilaku anak nama baik keluarga dipertaruhkan. Orang tua dan anak dalam suatu keluarga memiliki kedudukan yang berbeda. Dalam pandangan orang tua, anak adalah buah hati dan tumpuan masa depan yang harus dipelihara dan dididik. Memeliharanya dari segala marabahaya dan mendidiknya agar menjadi anak yang cerdas. Itulah sifat fitrah orang tua. Sedangkan sifat-sifat fitrah orang tua yang lainnya, seperti diungkapkan oleh M. Thalib, adalah senang mempunyai anak, senang anak-anaknya shalih, berusaha menempatkan anak di tempat yang baik,sedih melihat anaknya lemah atau hidup miskin memohon kepada Allah bagi kebaikan anaknya, lebih memikirkan keselamatan anak daripada dirinya pada saat terjadi bencana, senang mempunyai anak yang bisa dibanggakan, cenderung lebih mencintai anak tertentu, menghendaki anaknya berbakti kepadanya, bersabar menghadapi perilaku buruknya anaknya.5
5
Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991). h. 99109
Sedangkan di antara tipe-tipe orang tua menurut M. Thalib adalah penyantun dan pengayom, berwibawa dan pemurah, pemurah kepada istri, lemah lembut, dermawan, egois emosional, mau menang sendiri, dan kejam.6 Ikatan emosional antara orang tua dan anak inilah yang memberikan encitraan terhadap institusi keluarga sebagai lembaga pendidikan yang bersifat kodrati dengan pola asuh secara naluriah dan cenderung terwariskan secara turun temurun atau ada di antara warisan itu mulai hilang karena perputaran zaman, karena kemajuan teknologi, atau karena akulturasi kebudayaan dalam batas-batas tertentu. c. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anak Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasanag suami-istri untuk hidup bersama, setia sekala, seiring, dan setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah dalam lindungan dan ridha Allah SWT. Didalamnya selain ada ayah dan ibu, juga ada anak yang menjadi tanggung jawab orang tua. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam aneka macam bentuk. Menurut M. Thalib dalam bukunya “Empat Puluh Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak (1995;7), tanggung jawab orang tua itu diantaranya, bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan anak dengan lemah lembut dan 6
Kartini Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994). h. 3843.
kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan tauhid, membimbing dan melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, meperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan, mencegah dari perbuatan dan pergaulan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal porno (pornoaksi,pornografi,pornowicara), menempatkan dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, mendidik bertetangga dan bermasyarakat.7 Menurut Abdullah Nashih Ulwan, di antara tanggung jawab besar yang jelas diperhatikan dan disoroti oleh Islam dan penalaran logika, adalah tanggung jawab seorang pendidik terhadap orang-orang yang berada di pundaknya berupa tanggung jawab pengajaran, bimbingan dan pendidikan. Ini bukan persoalan kecil atau ringan, karena tanggung jawab dalam persoalan ini telah di tuntut sejak seorang anak dilahirkan hingga mencapai usia remaja , bahkan sampai ia menginjak usia dewasa yang sempurna. Demikianlah pendapat Ulwan dalam bukunya Pendidikan Anak dalam Islam terbitan tahun 2002, halaman 157. Al-Qur’an Surat At Tahrim ayat 6 dan pada Surat An-Nahl ayat 93: ٌََب أََُّهَب الَّ ِزَهَ آ َمىُىا قُىا أَوفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلُِ ُك ْم وَبساً َوقُى ُدهَب الىَّبسُ َو ْال ِح َجب َسةُ َعلَ ُْهَب َم ََلئِ َكتٌ ِغ ََلظ َّ َِشذَا ٌد ََل ََ ْعصُىن ََّللاَ َمب أَ َم َشهُ ْم َوََ ْف َعلُىنَ َمب َ ُْؤ َمشُون “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
7
M. Enoch Markus. Anak, Keluarga dan Masyarakat. (Sinar Harapan, Jakarta, cet II, 1985). h. 41
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at Tahriim, 66 : 6 )8 ّ َولَىْ شَبء َضلُّ َمه ََشَب ُء َوََ ْه ِذٌ َمه ََشَب ُء َولَتُسْؤَلُ َّه َع َّمب ُكىتُ ْم تَ ْع َملُىن ِ َُ َّللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم أُ َّمتً َوا ِح َذةً َول ِكه “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (An-Nahl; 93) Kedua ayat di atas mengisyaratkan tentang pendidikan, tanggung jawab
dan
kepemimpinan.
Orang
tua
bertanggung
jawab
dan
kepemimpinan. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dalam keluarga. Segala sesuatu sekecil apa pun yang telah dikerjakan dan diperbuat oleh siapa pun, termasuk orang tua, akan dipertanyakan dan dipertanggung jawabkan di hadirat Allah. Konteks dengan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan, maka orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam. Karena dengan budi itulah tercermin pribadi yang
8
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Semarang: CV. Thoha Putra,1989), h. 951
mulia. Sedangkan pribadi yang mulia itu adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik anak dalam keluarga. Namun sayangnya, tidak semua orang tua dapat melakukannya. Banyak faktor yang menjadi penyebab, misalnya orang tua yang sibuk dan bekerja keras siang dan malam dalam hidupnya untuk memenuhi kebutuhan materi anak-anaknya, waktunya dihabiskan di luar rumah, jauh dari keluarga, tidak sempat mengawasi perkembangan anaknya, dan bahkan tidak punya waktu untuk memberikan bimbingan, sehingga pendidikan akhlak bagi anak-anaknya terabaikan. Dalam kasuistik tertentu sering ditemukan sikap dan perilaku orang tua yang keliru dalam memperlakukan anak. Misalnya, orang tua membiarkan
anak-anaknya nongkrong dipinggir jalan, dan begadang
hingga larut malam. Mereka menghabiskan waktunya hanya untuk bermain atau guyon, mengejek satu sama lain dan berlomba melempar kata-kata
kotor.
Padahal
semestinya
waktu-waktu
tersebut
bisa
dimanfaatkan oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk mengaji al-qur’an. Meski orang tua memiliki kemampuan yang kurang baik dalam membaca al-qur’an, tetapi upaya orang tua itu dapat mempersempit ruang gerak anak untuk hal-hal yang kurang baik dalam pandangan agama.9 Dalam keluarga yang broken home, sering ditemukan anak yang kehilangan keteladanan. Orang tua yang diharapkan anaknya sebagai 9
Abdullah Nasih Ulwan. Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Diterjemahkan oleh Drs. Jamaluddin Miri, Lc. Dengan judul “Pendidikan Anak Dalam Islam” (1). (Pustaka Amani, Jakarta, 1995) h. 148.
teladan, ternyata belum mampu memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik.Akhirnya anak kecewa terhadap orang tuanya. Anak merasa resah dan gelisah. Mereka tidak betah di rumah. Keteduhan dan ketenangan merupakan hal yang langka bagi anak. Hilangnya keteladanan dari orang tua yang dirasakan anak memberikan peluang bagi anak untuk mencari figur yang lain sebagai tumpuan harapan untuk berbagi perasaan dalam duka dan lara. Diluar rumah, anak mencari teman yang di anggapnya dapat memahami dirinya; perasaannya dan keinginannya. Kegoncangan jiwa anak ini tidak jarang dimanfaatkan oleh anak-anak nakal untuk menyeret ke dalam sikap dan perilaku jahiliyah. Sebagian besar kelompok mereka tidak hanya sering mengganggu ketenangan orang lain seperti melakukan pencurian/perkelahian, tetapi juga tidak sedikit terlibat dalam penggunaan obat-obatan terlarang atau narkoba. Pergi ketempat-tempat hiburan merupakan kebiasaan mereka. Menggoda wanita muda atau pergi ketempat prostitusi adalah hal yang biasa dalam pandangan mereka. Sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral seperti di atas tidak bisa di alamatkan kepada keluarga miskin, bisa saja datang pada keluarga kaya. Di kota-kota besar misalnya, sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral justru datang dari keluarga kaya yang memiliki kerawanan dalam keluarga. Ayah, ibu dan anak sangat jarang bertemu dalam rumah. Ayah/ibu sibuk dengan tugas mereka masing-masing, tidak mau kehidupan anak. kesunyian rumah memberikan peluang bagi anak
untuk pergi mencari tempat-tempat lain atau apa saja yang dapat memberikan keteduhan dan ketenangan dalam kegalauan batin. Akhirnya, apapun alasannya, mendidik anak merupakan tanggung jawab orang tua dalam keluarga. Itulah sebabnya, sesibuk apapun pekerjaan yang harus diselesaikan, luangkan waktu demi pendidikan anak adalah lebih baik. Bukankah orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang lebih mendahulukan pendidikan anaknya daripada mengurusi pekerjaan siang dan malam tanpa meluangkan waktu sedikitpun untuk anak. 2. Kesuksesan a. Definisi Kesuksesan Definisi sukses yang paling sederhana adalah “bermaksud melakukan sesuatu dan sukses saat melakukannya”. Tidak peduli apa pun bentuk kesuksesan itu, atau betapa sederhananya cara meraih kesuksesan tersebut.10 Kesuksesan adalah hal yang pribadi. Dengan kata lain, orang yang sukses itu sebenarnya pandai dalam memanfaatkan momentum sehingga mereka selalu bergerak inovatif dan kreatif untuk memacu diri mereka dalam mencapai kesuksesan demi kesuksesan. Intinya, orang sukses adalah orang yang selalu menjadi lebih baik dari hari ke hari.11 Terdapat beberapa ungkapan sukses tersebut ini: Menurut Tom Hopkins dalam Dudung mengatakan “sukses adalah perjalanan tanpa henti demi menuju pencapaian tujuan 10
yang sudah
Tim Penulis Naskah Kewirausahaan. Pengembangan pendidikan Kewirausahaan. (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010). h. 24. 11 Dudung Hamdun. The Personalities of Success. (Jogjakarta: Garailmu,2009). h. 90.
ditentukan sebelumnya”. Sedangkan menurut Christoper Moerley dalam dudung berpendapat bahwa: “Untuk menghidupkan kehidupan anda dalam cara anda sendiri, maka gapailah semua tujuan yang telah anda bentuk dan jadilah orang seperti yang anda inginkan, itulah kesuksesan”, dan “hanya ada satu kesuksesan : Mampu menghabiskan kehidupan dengan cara anda sendiri”. Kesuksesan merupakan hal yang amat di dambakan oleh setiap insan. Kesuksesan selalu hadir dalam benak setiap insan; menari lepas dalam tidur yang pulas, menjanjikan hal yang mengasyikan bagi pikiran yang menyejukkan
untuk
menggapai
kesuksesan.
Namun,
sukses
juga
mengukuhkan diri kita karena sukses harus diraih melalu estafet/cara yang cukup melelahkan, serta dibayar mahal dan keringat yang mengalir deras dan pikiran yang semakin terkuras. Bagi berbagai daya dan upaya ditempuh untuk menjadi pribadi yang sukses, demi menggapai cita-cita yang didambakan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata sukses mengandung arti hasil yang baik. Dalam bahasa Arab, kata yang mengacu pada makna ini dikenal dengan nama Al-Falhu, dan Al-Fauzu yang semuanya digunakan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai kata sukses. Pencantuman
sukses
dalam
Al-Qur’an
berbagai
ragam
ini
menunjukkan pentingnya kesuksesan bagi diri manusia. Lebih jauh, Al-Qur’an menganjurkan manusia untuk menjadi orang yang sukses, karena kesuksesan merupakan muara bagi setiap insan yang bertaqwa. Allah SWT berfirman: َك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُىن َ ِك َعلًَ هُذًي ِّمه َّسبِّ ِه ْم َوأُوْ لَـئ َ ِأُوْ لَـئ
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah: 5). Dari ayat tersebut, amat jelas bahwa Allah SWT memotivasi seluruh hamba-Nya untuk mengoptimalkan segenap potensi yang dimiliki guna menjadi orang yang bertaqwa, yaitu pribadi yang mengerahkan seluruh daya dan upaya untuk memakmurkan dunia dan beribadah kepada Allah, sehingga dapat meraih petunjuk dari-Nya dan sukses menjalanii drama kehidupan dunia dan akhirat.12 b. Pentingnya Pendidikan bagi Kesuksesan 1) Pendidikan untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia. Pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki akhlak mulia terdapat dalam firman-Nya yang berbunyi: ً ض هَىْ وب ً َوإِ َرا َخبطَبَهُ ُم ْال َجب ِهلُىنَ قَبلُىا َس ََلمب ِ َْو ِعبَب ُد الشَّحْ َم ِه ال َّ ِزَهَ ََ ْم ُشىنَ َعلًَ ْاْلَس “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orangorang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” ( Al- Furqon, 25:63) a) Sopan santun dalam perkataan Islam telah menggariskan beberapa peraturan pokok dan etika yang perlu di jaga oleh umat islam dan dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya yakni adab ketika berbicara dengan orang lain. Setiap muslim diharapkan mampu memahami dan
12
Panji Anoraga. Psikologi Kerja (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), h. 64.
senantiasa merasa takut kepada Allah, sehingga setiap pembicaranya tidak ada yang dikeluarkan dari lisannya kecuali hal-hal yang tidak bermanfaat dan mengarah pada kebaikan. Pembicaraan yang baik dibandingkan dengan membicarakan halhal yang melebihi keperluan dan perkataan laghwu (perkataan yang penuh canda) adalah senantiasa menghiasi lisan kita dengan dzikrullah (hal apa saja yang mengandung dan menyebabkan ingat kepada Allah) dan amar ma’ruf nahi munkar (pembicaraan yang mengarah kepada perintah untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran). b) Bersemangat Yang dimaksudkan pribadi yang bersemangat adalah mereka yang beraktifitas dengan gesit, jauh dari sikap lembek dan melempem sehingga seperti orang yang sakit. Hal ini diungkapkan nabi, bahwa beliau tidak menyukai cara berjalan orang-orang tersebut. c) Tanggungjawab Pribadi yang bertanggungjawab ini, terlihat dari penjelasan para mufassir bahwa hamba ar-Rahma tidak berlari dari ketaatan mereka kepada Allah.13 2) Pendidikan
bertujuan
untuk
mengembangkan
aspek
intelektualitas. Bukti intelektualitas tinggi yang menjadi tujuan pendidikan terdapat dalam ayat 73 yang berbunyi, 13
Riris Lutfi Ni’matul Laila, “Tinjauan Pendidikan Dalam Al-Qur’an (Tinjauan Surat al-Furqon ayat 63-77)” , Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Malang, 2010.
ً ص ّمب ً َو ُع ْمَُبوب ُ ث َسبِّ ِه ْم لَ ْم ََ ِخشُّ وا َعلَ ُْهَب ِ َوالَّ ِزَهَ إِ َرا ُر ِّكشُوا بِآََب “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayatayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta”. (Al-Furqon: 73) Orang-orang yang mendapatkan derajat dan pahala yang tinggi adalah mereka yang apabila mendengar ayat-ayat Tuhannya disebutkan, maka mereka dengan serta memerhatikan dengan sungguh-sungguh dan menghayati melalui indra mata dan telinga. Pendidikan Islam menekankan pada pentingnya perluasan wawasan manusia. keluasan wawasan tersebut, setidaknya akan membentuk pribadi yang memiliki sikap toleransi yang tinggi, mampu bekerja sama dengan orang lain, dan terhindar dari sifat primordial dan fanatisme yang hanya mengikuti satu kebenaran relatif saja. Namun harus bisa memilih dan memilah kebenaran yang datang dari siapa pun. 3) Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesalehan keluarga dan masyarakat. Peningkatan kualitas kesalehan melalui proses pendidikan, terdapat dalam ayat di bawah ini, ََوالَّ ِزَهَ ََقُىلُىنَ َسبَّىَب هَبْ لَىَب ِم ْه أَ ْص َوا ِجىَب َو ُر ِّسََّبتِىَب قُ َّشةَ أَ ْعُُ ٍه َواجْ َع ْلىَب لِ ْل ُمتَّقُِه ً إِ َمبمب “Dan
orang-orang
yang
berkata:
"Ya
Tuhan
kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al-Furqon:74) Keluarga adalah sebuah institusi kecil yang memberikan pengaruh yang besar pada aktifitas manusia dalam kehidupan. Sehingga keberhasilan dan kebahagiaan manusia di dunia dimulai dari keluarga Sehingga tahap awal untuk membentuk keluarga sukses dan memberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak, dimulai dengan memilih calon istri yang sholehah. Menurut Ibnu Abbas salah seorang ulama tafsir di kalangan sahabat pernah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia itu salah satunya adalah pasangan hidup yang sholeh dan anak yang jadi penyejuk hati. Anak bisa jadi surga dunia atau neraka dunia. Walau keluarga pas-pasan tapi memiliki anak sholeh maka di anggap oleh lingkungan sebagai keluarga yang sukses. Sebagai mana uraian tersebut, keluarga yang sukses yakni mereka (orang tua) yang senantiasa memperhatikan dan mendidik keluarganya yaitu anak-anaknya. Yang mana orang tua mendidik khususnya pada aspek keberagamaan yang baik, budi pekerti yang luhur serta pengetahuan. Sehingga suatu keluarga dapat menjadi penyejuk mata yang selalu memberi ketenangan dalam hidup mereka.14
14
Ibid
4) Pentingnya pendidikan untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Dunia pedidikan adalah awal yang ikut menuntukan karier seseorang. Walaupun secara riil siswa/mahasiswi/peserta didik belum
melakukan
penelitian
pekerjaan
pada
saat
yang
bersangkutan memasuki suatu lembaga pendidikan, namun tidak dapat
dibantah
bahwa
nilai
instrinsik
pendidikan
untuk
menumbuhkan kembangkan tiap individu secara optimal sesuai dengan keberadaannya, niali instrumentalnya untuk memberikan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan sebagai persiapan dan instrumen untuk melanjutkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat sangat berperan. Apabila kedua nilai dimaksud tidak terakomodir dengan baik, maka setiap individu yang mengikuti pendidikan tidak akan berkembang dengan baik. Ini berarti pula persiapan dan pematangan seseorang memasuki dunia kerja belum optimal. Akan lebih buruk lagi kalau apa yang diberikan selama persiapan (preokupasi) jauh menyimpang dari harapan dunia kerja. Dalam konteks ini, pendidikan mencakup pendidikan formal, nonformal, maupun pendidikan informal.15 Apa
yang
mengembangkan
diberikan wawasan,
pada
dunia
pendidikan
pengetahuan,
akan
kemampuan,
keterampilan, nilai, dan sikap seseorang. Proses pendidikan di
15
A. Mari Yusuf. Kiat Sukses Dalam Karier. ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 41.
sekolah pun ikut menentukan kepedulian, cara bertindak, dan cara bertingkah laku seseorang pada saat bekerja.16 c. Problem-Problem dalam Meraih Kesuksesan. 1). Berpikir Negatif. Everything
for
Enjoyed
adalah
sebuah
formula
untuk
mengenyahkan pikiran negatif yang bisa menerobos ke dalam relung diri kita. Everything for enjoyed merupakan pengejawantahan berpikir positif, khususnya saat kita menghadapi situasi yang tidak kita kehendaki. Pikiran negatif hanya akan dapat dikalahkan apabila kita membangkitkan hal yang sebaliknya, yaitu berpikir positif. Pikiran negatif adalah sebuah racun yang hanya bisa dibasmi oleh komitmen total yang ada dalam setiap orang. Membebaskan diri dari semua pikiran negatif merupakan salah satu langkah menuju perbaikan. Namun perlu kita sadari bahwa kita tidak bisa meminjam tangan orang lain untuk menghancurkan pikiran negatif. Kendali sepenuhnya berada di tangan kita. Pikiran negatif tidak akan pernah memberi kesempatan kepada kita untuk menjalani hidup dengan baik. Pikiran negatif akan mengkondisikan situasi riil yang kita jalani dengan sepenuh ketakutan atau kecemasan. Kita tidak bisa berhadap dapat meraih ketenangan, kebahagiaan, apalagi kemenangan otentik selama kita masih belum mampu melepaskan diri dari jeratan pikiran negatif. Apa yag manusia
16
Ibid hlm. 43.
pikirkan tentang dirinya, itulah yang menjadi nasibnya, tandas Hendry David Thoreau.17 2). Mengeluh. Sebuah keluhan membri indikasi bahwa kita tidak mampu menemukan makna apapun dari kenyataan yang dihadapi. Mengeluh bahkan bisa mengikis atau merenggut makna yang sebelumnya dapat kita raih. Tak ada yang kita dapatkan dengan mengeluh, selain suasana hati yang semakin mengaruh. Kebiasaan mengeluh mencerminkan rendahnya kecerdasan emosional seseorang. Pengeluh adalah orang yang tidak sanggup menghormati dirinya sendiri. Dengan mengeluh, seseorang juga mencoba berlepas tangan atas situasi yang dihadapinya dengan melemparkan kesalahan pada sesuatu atau seseorang di luar dirinya. Orang yang suka mengeluh sesungguhnya merupakan orang yang tidak bisa menerima dirinya sendiri. Mengeluh adalah sebuah bentuk penolakan secara halus.18 3) Berpuas Diri. Pada bata tertentu sebuah keberhasilan atau kesuksesan bisa menyilaukan, bahkan membutakan. Keberhasilan ata kesuksesan ternayata menyimpan bahaya, yaitu rasa puas diri. Kesuksesan memang layak kita hargai. Akan tetapi, menghargai dan merayakan kesuksesan bukan berarti kita cukup berhenti di situ. Kesuksesan 17 18
Iwan Setiawan. The Real Success. (Bandung: Nuansa, 2007), hlm. 172. Ibid hlm. 173
semestinya lebih memacu diri kita untuk memburu kesuksesan yang lebih besar. Orang yang terjangkit sindrom puas diri pada hakikatnya memandang kehidupan telah berakhir. Ia berhenti pada batas yang telah dicapainya. Ditengah pola kehidupan yang hiperkompetitif, sikap berpuas diri akan menimbulkan petaka. Berpuas diri dapat menjadi sebuah bumerang yang tidak tertahankan dalam situasi yang terus berubah dengan sangat pesat. Standar-standar kesuksesan lama akan berubah dengan cepat pula. Oleh karena itu, semangat secara terus-menerus adalah sebuah jalan yang mesti di tempuh. Tetap menikmati segala pencapaian dan prestasi saat ini, tetapi jangan biarkan rasa puas diri mematikannya di masa depan. Potensi yang kita miliki tidaklah terbatas. Dengan berpuas diri sesungguhnya kita menciptakan batasaan kepada diri kita sendiri dan membiarkan hidup menjadi stagnan. Bahkan, dalam tingkatan tertentu, memelihara rasa puas diri berarti menggali kuburan untuk diri sendiri. Saatnya kita menanggalkan rasa puas diri dengan tetap memacu dan membiakkan diri karena kehidupan masih berharap kita bisa membrikan kontribusi dan prestasi yang jauh lebih besar.19 4) Orang-Orang Negatif. Menghabiskan banyak wakt dengan orang-orang negatif akan menimbulkan efek negatif pula pada diri kita, yang berbeda terletak
19
Ibid hlm. 176-177
pada kadar pengaruhnya. Oleh karena itu, jika kita ingin menempa diri sebagai orang yang bermental juara, tidak mungkin kita berkubang di lingkungan
orang-orang
yang
bermental
pecundang.
Untuk
membangun kapasitas diri sebahai orang yang optimis sangatlah berat jika ternyata kita menyibukkan diri di tenagh orang-orang yang pesimis. Lingkungan buruk yang hanya di huni oleh orang-orang negatif harus dapat kita hindari atau, paling tidak, kita batasi. Hal ini sama sekali bkan di dasarkan atas pandangan yang merendahkan orang lain. Akan tetapi, semata-mata karena kita sadar bahwa lingkungan memiliki kekuatan pengaruh yang sangat besar.20
20
Ibid hlm. 178.
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul yang peneliti angkat, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, fenomenologis dan berbentuk diskriptif. Penelitian diskriptif adalah penelitian yang menggambarkan isi data yang ada dalam ini adalah upaya orang tua dalam mendidik anak untuk menuju kesuksesan. Hal ini sesuai dengan pendapat Meleong bahwa penelitian deskriptif adalah “laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan”.1 Menurut Meleong “Metode Kualitatif” adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilaku yang dapat diamati.2 Peneliti menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa pertimbangan antara lain, menjelaskan menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-kenyataan ganda, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, metode ini lebih reka dan lebih dapat menyesuaikan diri
1
Lexy.J.Meleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: PT. RemajaRosdaKarya, 1992), hlm. 6 2
Ibid, hlm. 3
dengan banyak penajaman pengaruh baersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Orientasi teoritik untuk memahami makna dari kata yang ditemukan sesuai dengan fokus kajian, peneliti menggunakan pendekatan fenomena seperti
yang
diungkapkan
oleh
Meleong
tentang
pendekatan
fenomenologis yaitu: “yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subyektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.3 Bagi peneliti fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik apabila dilakukan interaksi dengan obyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada obyek dimana fenomena tersebut sedang berlangsung. Oleh karena itu observasi, wawancara dan angket dalam penelitian kualitatif merupakan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data. Untuk melengkapi data yang telah diperoleh melalui wawancara, angket dan observasi ditambah dengan dokumentasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus (lapangan) yang menurut Suharsi,i Arokonto, penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap organisasi, lembaga, atau gejala tertentu.4
3
Ibid, hlm. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 120.
4
Sedangkan menurut Deddy Mulyana, Studi Kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial.5 Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut: a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yaitu menyajikan pandangan subjek yang diteliti. b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden. d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga merupakan kepercayaan (trustworthiness). e. Studi kasus memberikan “uraian table” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas. f. Studi kasus terbuka bagi penelitian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut. Adapaun jenis penelitian studi kasus digunakan adalah observasi case studies yaitu studi yang berfokus beberapa aspek organisasi tertentu dengan menggunakan pertisipasi observasi sebagai teknik utama untuk 5
Deddy Mulyana, MA, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 201.
mengumpulkan
data,
serta
menggunakan
wawancara
untuk
mendapatkan data secara langsung. Bentuk penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai informasi kualitatif tentang upaya orang tua dalam membina anak untuk menuju kesuksesan. B. KehadiranPenelitidanLokasiPenelitian 1. KehadiranPeneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena peneliti sendiri merupakan alat (instrumen) pengumpul data yang utama sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan dalam menguraikan data nantinya. Karena dengan terjun langsung kelapangan maka peneliti dapat melihat secara langsung fenomena di daerah lapangan seperti "kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya".5 Kedudukan peneliti sebagai instrument atau alat penelitian ini sangat tepat, karena ia berperan segalanya dalam proses penelitian. Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian ini diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informan, dengan terlebih dahulu mengajukan surat izin penelitian kelembaga yang terkait. Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak sepenuhnya sebagai 5
Lexy.J.Meleong, Op.Cit., hlm. 121
pemeran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Peneliti disini pada waktu penelitian mengadakan pengamatan langsung, sehingga diketahui fenomena - fenomena yang nampak. Secara umum kehadiran peneliti dilapangan dilakukan dalam 3 tahap yaitu: 1) Penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal lapangan penelitian 2) Pengumpulan data, dalam
bagian ini peneliti secara khusus
menyimpulkan data 3) Evaluasi data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di lapangan penelitian dengan kenyataan yang ada. 2. Lokasi Penelitian Untuk memperoleh gambaran umum, informasi yang akurat tentang berbagai aspek yang berkenaan dengan masalah penelitian, dan untuk
mengetahui
berbagai
permasalahan
yang
mungkin
dapat
dikembangkan dalam penelitian ini, maka peneliti menetapkan bahwa penelitian ini dilakukan dilokasi Dusun Pejarakan Selatan kecamatan Jabon kabupaten Sidoarjo. Sesuai hasil wawancara sementara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa keluarga di dusun tersebut. Maka peneliti dapat mengemukakan alasan yang paling mendasar dalam penetapan lokasi penelitian, berdasarkan pengamatan yang diketahui bahwa terdapat hanya sebagian kecil atau minoritas orang tua mampu mendidik anaknya dengan baik. Sehingga dapat dikategorikan sebagai orang tua yang berhasil mendidik anak-anaknya.
3. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka menurut Lutfand (1984) bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata - kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.6Adapun sumber data dalam hal ini adalah: a. Sumber Data Primer Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu orang tua (ayah dan ibu) yang dikategorikan mampu mendidik anaknya dengan baik sehingga menghasilkan output sesuai yang diharapkan. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang di perlukan oleh data primer. Adapun sumber data sekunder yang diperlukan yaitu: buku-buku, foto dan dokumen tentang observasi mengenai studi kasus pada keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga sukses di Dusun Pejarakan Selatan kecamatan Jabon kabupaten Sidoarjo. 4. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama yang relevan dan obyektif. Dalam penelitian ini adalah: 6
Ibid. ,hlm. 112
a.
Metode Observasi Metode observasi adalah “suatu pengamatan dan pencatatan
secara sistematik fenomena - fenomena yang diselidiki".7 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dengan baik serta tipe pola asuh seperti apa yang diterapkan oleh orang tua sehingga dapat dikategorikan sebagai keluarga yang sukses. b.
Metode Interview Metode interview adalah “cara pengumpulan data dengan
Tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.8 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang cara orang tua dalam mendidik anakanaknya dan tipe pola asuh orang tua yang sesuai yang diterapkan kepada anaknya di keluarga. c.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah “apabila menyelidiki ditujukan
dalam penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu dengan melalui sumber - sumber dokumen.9 Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pola asuh orang tua dalam mendidik anaknya di keluarga. 5. Tehnik Analisa Data Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya data tersebut diolah dan disajikan dengan menggunakan suatu metode, 7
SutrisnoHadi, MetodologiReseach II, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1994), hlm. 136 Ibid. ,hlm. 193 9 WinarnoSurachmad, Dasar-Dasar Dan Teknik Research, (Jakarta: Tarsito, 1990), hlm. 132 8
karena dalam penelitian ini tidak menggunakan data berupa angka, maka metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana dengan analisis deskriptif berusaha memaparkan secara detail tentang hasil penelitian sesuai dengan data yang berhasil dikumpulkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto "pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitianya tidak perlu merumuskan hipotesa.12 Dengan menggunakan metode deskriptif ini, penulis dapat menyajikan data yang ada, baik dengan metode informan maupun analisis kemudian diolah untuk kesempurnaan penulis skripsi. 6. Pengecekan Keabsahan Temuan Teknik yang digunakan untuk menetukan keabsahan data dalam penelitian ini yaitu: a. Perpanjangan Keikutsertaan Dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian. Dengan memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan
karena
perpanjangan keikutsertaan, peneliti akan banyak mempelajari dan dapat menguji ketidakbenaran informasi. b. Ketekunan Pengamatan
12
SuharsimiArikunto, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik, (Jakarta: RinekaCipta, 2002), hlm. 208
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk memenuhi ke dalaman data. Ini berarti bahwa penelitian hendaknya mengadakan pengamatan dengan tekliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. 7. Tahap-tahap Penelitian a. Tahap Pra-Lapangan b. Menyusun rencana penelitian c. Memilih lapangan penelitian d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan e. Memilihan memanfaatkan informan f. Mengurus perizinan g. Menyiapkan perlengkapan penelitian h. Persiapan etika (1) Tahap Bekerja di Lapangan (a) Memahami tujuan penelitian dan persiapan diri (b) Memasuki lapangan (c) Mengumpulkan data (2) Tahap Analisis data (a) Konsep dasar analisis data (b) Menemukan analisis data (c) Menganalisis data (3) Tahap Penyusunan Laporan (a) Pemaparan data dari temuan penelitian
(b) Pengolahan data melalui kategori data yang telah ditentukan (c) Analisa data (d) Penyusunan laporan penelitian (e) Revisi laporan penelitian
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Dalam pembahasan hasil penelitian ini, sebelumnya peneliti menyajikan data terlebih dahulu penulis menyajikan gambaran tentang keadaan Dusun Pejarakan Selatan yang berkaitan dengan populasi sebagai obyek penelitian. Agar pembahasan ini nanti mendapat hasil yang sesuai dengan yang di harapkan. Maka gambaran yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut: A. Latar Belakang Obyek Penelitian 1. Letak Geografis Dusun Pejarakan Selatan Dusun Pejarakan merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Jabon. Sedangkan Kecamatan Jabon merupakan salah satu Kecamatan dari 18 Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan Jabon terletak di sebelah Selatan Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan Jabon mempunyai luas wilayah yang terdiri dari : a) Tanah persawahan
: ± 42 Hektar/ Ha
b) Tanah pemukiman warga
: ± 9 Hektar/ Ha
Keterangan : ± 7 Ha luas wilayah yang berada di utara sungai Brantas sudah terkena lumpur sehingga hanya luas wilayah ± 2 Selatan sungai Brantas yang masih dapat dihuni oleh penduduk. Jadi, penduduk Dusun Pejarakan memiliki luas wilayah ± 2 Ha yang berada di Selatan sungai Brantas.
Curah Hujan Banyaknya curah hujan rata-rata 2.356 mm/Th dengan jumlah hujan 94 hari 2. Keadaan Demografis Penduduk Dusun Pejarakan Selatan Laporan ini disusun berdasarkan observasi yang saya lakukan di Desa Pejarakan Selatan, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Desa ini merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Pasuruan. Awalnya, desa ini adalah sebuah dusun yang masuk kedalam wilayah Desa Pejarakan, yang penduduknya hampir semuanya bersuku Jawa, yang dipisahkan oleh Sungai Berantas atau yang biasa disebut dengan Kali Porong. Pusat pemerintahan desa atau kelurahannya berada di Desa Pejarakan Utara atau penduduk setempat menyebutnya Desa Njarakan Lor karena lokasi desa yang terpecah menjadi dua, di utara Kali Porong dan juga di selatan Kali Porong. Namun, karena efek bencana Lumpur Panas Lapindo yang menenggelamkan sebagian besar Desa Njarakan Lor, maka otoritas desa ini pun dihilangkan karena penduduknya juga sudah pindah ke daerah lain. Dusun Pejarakan Selatan sampai saat ini memiliki jumlah penduduk ± 414 jiwa yang meliputi anak-anak, remaja maupun orang tua. Hal ini dilihat dari jumlah Keterangan Keluarga (KK) sebanyak 120 KK. Dengan luas wilayah ± 2 Ha tersebut, dusun ini terbagi atas 2 Rukun Warga (RW) dan 4 Rukun Tetangga (RT). Berikut pemaparan jumlah warga secara lebih detail:
Di RT I jumlah keluarga sebanyak 36 KK, dengan jumlah lakilaki sebanyak 66 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 67 jiwa. Di RT II jumlah keluarga sebanyak 28 KK, dengan jumlah lakilaki sebanyak 42 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 46 jiwa. Di RT I jumlah keluarga sebanyak 19 KK, dengan jumlah lakilaki sebanyak 26 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 32 jiwa. Di RT I jumlah keluarga sebanyak 29 KK, dengan jumlah lakilaki sebanyak 47 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 39 jiwa. Sehingga jumlah keseluruhan keluarga yang ada di lokasi tersebut kurang lebih ada 112 KK. 3. Kondisi Sosial Desa Pejarakan Selatan Dusun
Pejarakan
Selatan
merupakan
desa
yang
dapat
dikategorikan sebagai desa yang tidak begitu luas dan namun jumlah penduduk yang bertempat tinggal di situ cukup padat. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembangunan yang terus-menerus pada tanah irigasi (tanah yang masih menjadi kepemilikan pemerintah) serta peluasan bangunan rumah dengan memanfaatkan lahan irigasi tersebut. Salah satu desa yang mana para pemimpin keluarganya memiliki mata pencaharian yang sangat beragam misalnya saja sebagai pedagang, penjahit, buruh pabrik, karyawan swasta, guru swasta dan ada pula beberapa warga yang PNS. Disamping itu, mayoritas para ibu yang tinggal disana hanyalah sebagai ibu rumah tangga saja namun ada beberapa ibu yang bekerja baik itu menjadi penjahit, pedagang maupun sebagai guru.
Selain mata pencaharian penduduk di desa tersebut, mayoritas masyarakat disana adalah lulusan tamatan SMA saja, bahkan ada beberapa para orang tua di daerah setempat adalah lulusan SD dan SMP dan hanya beberapa remaja saja yang masih memiliki motivasi untuk dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Kebanyakan remaja disana yang setelah lulus SMA memutuskan untuk bekerja saja dengan alasan ingin membantu orang tua mencari nafkah bahkan dengan alasan tidak ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi karena tidak ada motivasi dari diri sendiri maupun orang tua serta kurangnya kesadaran para remaja dalam mencari ilmu. Adapun kondisi sosial desa Pejarakan Selatan dengan berlatar belakang keadaan desa yang memiliki luas wilayah tidak begitu luas sehingga bisa dikatakan sarana dan prasarana di lokasi tersebut kurang memadai, hal ini dapat dilihat dari tidak tersedianya sarana dan prasarana penunjang pendidikan baik itu berupa sekolah, tempat mengaji maupun pondok di daerah setempat. Sehingga anak-anak penduduk setempat baik itu usia sekolah dasar hingga usia remaja yakni mereka yang melanjutkan sekolah pada tingkat SMP dan SMA harus mengenyam pendidikan ke daerah tetangga atau bahkan ke daerah yang lebih jauh yakni di lain kecamatan. Pada sore harinya, mereka yakni anak-anak usia sekolah dasar pergi
ke
sebelah
barat
desa
Pejarakan
Selatan
yakni
desa
Kedungcangkring yang masih berada dalam kecamatan yang sama untuk melaksanakan proses pembelajaran baca tulis al-Qur’an. Mayoritas para
orang tua memang memasukkan anaknya ke TPQ dengan alasan hal tersebut merupakan kewajiban mereka untuk membekali anak-anaknya ilmu agama sejak dini. Sehingga kelak jika anak mereka dewasa dapat menjadi manusia yang insanul karim. Sedangkan untuk organisasi sosial, Dusun Pejarakan Selatan ini memiliki beberapa organisasi sosial yang keberadaannya sangat bermanfaat untuk memajukan Dusun mereka dan menyatukan penduduk Dusun Pejarakan Selatan ini. Organisasi-organisasi tersebut antaranya: NO Nama Kegiatan Ada / Tidak Ada 1 Diba’an Ada 2 Yasinan/Tahlilan Ada 3 Peringatan Hari Besar Ada 4 Manaqiban Ada 5 Muslimat Ada 6 Fatayat Ada 7 PKK Ada 9 Karang Taruna Ada 10 Posyadu Ada Sumber data dari profil dusun Pejarakan Selatan 2015 B. Paparan Data Setelah mengetahui tentang latar belakang obyek, maka berikut ini akan peneliti sajikan data yang telah diperoleh peneliti dari lapangan, baik dari data yang dihasilkan dari wawancara, observasi, dokumentasi maupun dari angket. Data yang diambil dari wawancara, observasi maupun dokumentasi akan di jelaskan dengan diskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan data-data yang ada tanpa menggunakan hipotesa untuk
meneliti tentang peran keluarga dalam usaha pembinaan pada anak menuju kesuksesan. Dimana peneliti mewawancarai beberapa keluarga khususnya para orang tua yang ada di Dusun Pejarakan Selatan. Adapun data yang yang dipaparkan terfokus pada beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Persepsi Sukses Menurut Orang Tua di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Menurut Bapak Imam Musholli dan Ibu Dwi Nur Hayati, sukses menurut beliau yakni bukan hanya keberhasilan anak di dunia pendidikan, namun juga di dukung dengan keshalehan atau cerminan kepribadian yang baik dari diri si anak. Sehingga, anak dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi teman sebayanya. Sedangkan
menurut
Ibu
Nurin
Hidayatin,
sukses
adalah
tercapainya segala keinginan dan cita-cita anak. Setiap orang tua mengidamkan anak-anaknya hidup bahagia. Tidak ada orang tua yang tega melihat anaknya hidup sengsara di masa yang akan datang. Sukses menurut Bapak Saiful Haq, kesuksesan anak bagi beliau yakni ketika kondisi anak dapat mengangkat derajat orang tuanya. Anak mampu mengharumkan nama keluarganya. Untuk mencapai itu semua, peran orang tua dalam mendidik anaknya harus dalam koridor ajaran agama islam yang benar.
2. Peran Orang Tua dalam Membina Anak Menuju Kesuksesan Keluarga
adalah
inti
masyarakat.
Selain
disebut
sebagai
masyarakat primer, juga bisa disebut sebagai pusat pendidikan pertama. Sebagai masyarakat, keluarga terdiri atas orang tua beserta anakanaknya, yang kesemuanya dijalin oleh hubungan rasa cinta alami, yang karenanya cukup mendalam. Di sini anak mulai mengenali kehidupan dan pendidikannya. Keadaan anak sebelum lahir ditentukan oleh faktor keturunan, baik jasmani maupun rohani. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam proses pendidikan, karena keluarga bertugas untuk meletakkan dasar-dasar pertama untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pendidikan bagi anak. Pendidikan awal oleh keluarga merupakan fundamen yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak. Sebagaimana fungsi pengasuhan orang tua dalam Islam mencakup beberapa bidang pendidikan. Dari fungsi-fungsi di atas jika dapat terlaksana, maka hal ini akan berpengaruh pada diri anak, baik dari sisi kognisi, afeksi, maupun psikomotorik anak.Perwujudan ini menyangkut penyesuaian dalam dirinya maupun dengan lingkungan sekitar. Adapun fungsi pengasuhan pendidikan anak sebagai upaya orang tua membina anak menuju kesuksesan yaitu sebagai berikut: Dalam pendidikan akal yaitu menolong anak-anaknya menemukan, membuka, dan menumbuhkan kesediaan, bakat-bakat, minat dan
kemampuan akalnya serta memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indera kemampuan-kemampuan akal. Pendidikan Islam menekankan pada pentingnya perluasan wawasan manusia. keluasan wawasan tersebut, setidaknya akan membentuk pribadi yang memiliki sikap toleransi yang tinggi, mampu bekerja sama dengan orang lain dan namun harus bisa memilih dan memilah kebenaran yang datang dari siapa pun. “Sejak saya kecil sekitar masih duduk di sekolah SD, saya menyadari kalau kegiatan bermain bersama teman sebaya adalah hal yang paling menjadi kegemaran anak khususnya pada masa kanak-kanak. Tapi orang tua saya sangat peduli dan menaruh perhatian sangat besar terhadap pentingnya belajar. Setiap hari seusai shalat maghrib berjamaah dan mengaji Al-Qur’an saya dipaksa untuk belajar oleh orang tua, terutama oleh ibu. Jujur saja dulu ketika saya masih kecil setelah shalat maghrib saya ingin cepat-cepat keluar rumah untuk bermain bersama teman sebaya saya yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya, tapi orang tua selalu tidak memperbolehkan keluar, tidak seperti teman saya yang lainnya yang diperbolehkan bermain. Pada malam hari sekitar jam 18.30 WIB ibu selalu berusaha menemani saya belajar. Dan pernah suatu ketika ibu sedang sibuk didapur dan saya dipaksa belajar, alhasil saya harus belajar disamping ibu yang sedang memasak. Ibu memperbolehkan saya bermain setelah saya selesai belajar dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau (PR). Dan perlakuan yang seperti itu membuat saya jadi terbiasa untuk belajar hingga saat ini. Alhamdulillah....ibu membantu saya untuk meraih juara kelas dan selalu mendapatkan nilai-nilai yang cukup memuaskan. Dan kebiasaan itu membuat saya lebih peduli dan sadar tentang pentingnya pendidikan.”1
1
Wawancara pada Syarah Syafirah Muhammad pada tanggal 12 April 2015
Selain itu peneliti melakukan wawancara pada Ibu dari Syarah Syafirah Muhammad, berikut hasil ketika diberikan pertanyaan seputar bagaimana
usaha
orang
tua
dalam
mengoptimalkan
pendidikan
intelektualnya. “Sebagai orang tua saya sadar akan pentingnya pendidikan untuk anak, usaha saya dalam mengantarkan anak untuk mencapai keberhasilannya salah satunya yakni memberikan motivasi, memilihkan sarana pendidikan (sekolah) yang bermutu untuk anak, memberikan kebebasan anak untuk mencari minat dan bakat dengan cara memberikan izin untuk mengikuti berbagai macam kegiatan belajar di luar jam sekolah, menyarankan anak agar ikut dalam bimbingan belajar atau mengikuti kegiatan kursus bahasa. Sebisa mungkin saya harus menyibukkan kegiatan anak dengan hal-hal yang positif yang dapat membangun intelektual anak.”2
Dari wawancara yang dilakukan peneliti tersebut disimpulkan bahwa orang tua selain bertanggung jawab dalam membesarkan anaknya, mereka juga bertanggung jawab dalam mencerdaskan generasi penerusnya yakni anak-anak mereka dengan cara memilihkan fasilitas pendidikan (sekolah) yang berkualitas lebih lagi anak dapat sekolah di instansi negeri, menyalurkan bakat dan minat anak yang sesuai dengan bidangnya, yang terpenting lagi yakni memberikan motivasi serta perhatian terhadap perkembangan disekolah. Motivasi serta perhatian yang diberikan kepada anak, dengan bertujuan agar mereka lebih giat dan bersemangat dalam belajar.
2
Wawancara pada Ibu Nurin Hidayatin pada tanggal 12 April 2015
Disamping usaha orang tua yang besar dalam meningkatkan kecerdasan anak, kesadaran dan semangat anak untuk belajar juga harus selaras dengan perjuangan orang tua. Oleh karena itu, jika kedua pihak saling mendukung pastinya akan menghsilkan hasil akhir sesuai yang diharapkan. Seperti yang dipaparkan pada wawancara di atas bahwa seorang anak harus mengerti tanggung jawabnya dalam menuntut ilmu dan selalu bersemangat dan tidak mudah mengeluh. Karena nabi Muhammad pun membenci orang-orang yang mudah putus asa. Selain itu, hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada saudari Azzah yang mana beliau mendapatkan beasiswa untuk masuk keperguruan tinggi negeri berkat semangat dan motivasi yang diberikan orang tuanya.3 Dalam aspek ini untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi yang sesuai dengan umurnya, menciptakan penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain di sekitarnya, menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia. Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan keabadian. Tak seorang pun dapat bercerai-beraikannya. Ikatan itu dalam bentuk
3
Observasi pada tanggal 14 Februari 2015 di kediaman Ibu Sri Purwaningsih.
hubungan emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam perilaku.4 Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada salah satu anak dari keluarga di Dusun Pejarakan Selatan yang belum lama ini sudah menyelesaikan sarjananya di perguruan negeri dan sekarang sudah mendapatkan pekerjaan disamping itu ia sedang melanjutkan studi pascasarjana, yang mana
mengungkapkan tentang pengaruh perlakuan
orang tua sehari-hari sehingga akan berdampak terhadap dirinya. “Saya tipe orang tua yang tidak terlalu memaksa kehendak namun juga tidak terlalu membiarkan anaknya saya berbuat sesukanya. Prinsip saya sebagai orang tua yakni memberikan kepercayaan pada anak, saya juga mempunyai aturan di dalam keluarga yang harus di patuhi. Selagi anak saya bisa menghargai dan menjaga kepercayaan saya, itu sudah saya anggap sebagai bentuk ketaatan mereka terhadap orang tuanya.”5 Setelah melakukan wawancara pada Ibu Nurin Hidayatin tentang kebiasaan beliau sebagai orang tua dalam memperlakukan anak-anaknya, peneliti juga akan memaparkan wawancara yang dilakukan oleh Ibu Dwi Hayati. “Cara saya memperlakukan anak sewaktu ia masih kanak-kanak sangat berbeda dengan ketika ia beranjak remaja. Ketika anak masih dalam masa kanak-kanak, saya selaku orang tua cenderung lebih sebagai memaksa, tidak begitu membiarkan anak untuk melakukan hal yang ia suka. Hal itu saya lakukan karena menurut saya, usia kanak-kanak itu masa dimana ia masih belum bisa berfikir secara mendalam, belum bisa dibebankan tanggung jawab. Disamping itu, setiap hari pada saat makan malam saya 4
M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991), hlm. 99 5 Wawancara pada Ibu Nurin Hidayatin pada tanggal 12 April 2015
membiasakan untuk makan malam bersama bersama keluarga di meja yang sama. Pada saat itu kadang kalanya kami (ayah dan ibu) menanyakan hal-hal yang terjadi pada hari itu kepada anak. Kami berusaha memberikan rasa nyaman dan hangat kepada anak, dengan cara seperti itu anak akan bercerita seputar apa yang di alami. Tanpa orang tua bersikap “kepo”, anak sendiri akan bercerita kepada kita tentang pergaulannya dan dengan siapa ia berteman, apa saja yang ia dapat dari sekolah. Sebisa mungkin orang tua juga bisa menjadi teman bagi anak, karena semakin baik hubungan terjalin dengan anak, maka semakin mudah orang tua memberikan arahan dan nasehat kepada anak.”6 Dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada para Ibu padakeluarga di Dusun Pejarakan Selatan ini dapat di simpulkan bahwa tipe pola asuh dapat mempengaruhi psikologi dan emosi anak. Untuk membentuk hubungan yang baik antara anak dan orang tua, keluarga tersebut menerapkan tipe pola asuh demokratis yang menjadikan anak menjadi lebih bertanggung jawab, anak lebih nyaman menjalin komunikasi dengan orang tua, selain itu anak lebih menghargai nasehat dan arahan orang tua. Tugas pertama yang harus diperankan oleh orang tua terutama ayah dan ibu ialah mengajarkan dasar-dasar agama kepada anak-anaknya dengan cara memantapkan penanaman keimanan di dalam benaknya, memperkenalkan siapa yang menciptakannya, memperkenalkan siapa para Nabi dan Rasul juga penciptaannya, sehingga di dalam hati anak akan tumbuh kecintaan yang mantap kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan
6
Wawancara pada Ibu Dwi Hayati pada tanggal 15 April 2015
modal kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka setelah anak dewasa akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama islam Sebagaimana yang telah di ungkapkan salah satu warga Dusun Pejarakan Selatan bahwa; “Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan keimanan bagi anak-anak merupakan hal yang sangat penting dan utama, bahkan merupakan jalan bagi anak untuk memasuki kawasan agama Islam, sebab tanpa adanya pendidikan keimanan yang baik anak tidak akan mengetahui tentang tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa”.7 Orang tua berperan membangkitkankekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri, yang ada pada anak-anak melalui bimbingan yang sehat, mengamalkan ajaran-ajaran agama membekali dengan pengetahuan agama, serta menolong sikap beragama yang benar. “Ilmu agama itu sangat penting sekali untuk diberikan kepada seorang anak, apalagi anak yang usianya menginjak pubertas, dimana di usia itu anak sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan dan teman-teman sebayanya. Ketika seorang remaja terjerumus pada hal yang negatif maka akan mempengaruhi terhadap masa depannya, oleh karena itu harus ada campur tangan orang tua dalam mencegah itu semua di antaranya dengan membiasakan anak sholat berjamaah bersama dengan keluarga, setelah itu melanjutkannya dengan membiasakan untuk membaca Al-Qur’an, mengajak anak untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah karena dengan cara beribadah itulah semua cita-cita dan harapan anak dan orang tua akan mudah di kabulkan oleh Allah. Selain itu kadang-kadang saya juga mengajak anak-anak serta istri saya untuk pergi mengikuti pengajian di masjid8.”
7
Wawancara Bpk K.H.Saiful Haq, Selaku Tokoh Masyarakat Desa Pejarakan Selatan 9 April 2015 Wawancara Bpk Imam Musholli pada tanggal 15 April 2015
8
Selain itu peneliti melakukan observasi kepada saudari Ali anak dari Ibu Sri Purwaningsih yang berusia 15 tahun, yang mana dalam kesehariannya dia sangat rajin pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah. Bahkan tidak jarang dia juga menjadi muadzin di musholla di lokasi penelitian tersebut.9 Dalam wawancara ini dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam mengajarkan ilmu agama pada anak mulai usia dini hingga dewasa terutama saat anak menginjak masa remaja atau pubertas dimana anak sangat rentan dan mudah terpengaruh oleh lingkungan serta teman sebayanya. Dalam wawancara tersebut juga menuturkan bahwa dalam membimbing dan mendidik anak dalam mengajarkan agama tidak cukup dengan orang tua hanya memerintah anak untuk beribadah, namun orang tua juga harus bisa memberikan contoh dalam usaha untuk melatih anak melakukan ibadah itu sendiri atau memberikan suri tauladan kepada anak. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya bersifat kodrati. Suasana dan strukturnya berjalan secara alami untuk membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
9
Observasi pada bulan Maret hingga Juni.
Pendidikan akhlak sangat berkaitan dengan pendidikan keimanan. Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadah (pengamalan syariat) bahwa iman dan ibadah (pengamalan syariat) manusia tidak sempurna tanpa adanya akhlak yang mulia Keutamaan akhlak dan tingkah laku merupakan buah iman yang meresap ke dalam kehidupan anak, sehingga apabila seorang anak sejak kecil tumbuh dan berkembang atas dasar iman kepada Allah SWT., maka anak akan mempunyai kemampuan untuk menerima setiap keutamaan dan terbiasa dengan akhlak yang mulia. Hal ini disebabkan karena anak tersebut menyadari bahwa iman akan membentengi dirinya dari perbuatan dosa dan kebiasaan yang tidak baik.Sebagaimana yang di ungkapkan oleh salah seorang warga dusun Pejarakan Selatan, bahwa; “Pelajaran atau Pendidikan akhlak yang diberikan kepada anak sejak kecil harus mendapat perhatian penuh, ada pepatah mengatakan bahwa belajar di waktu kecil ibarat melukis di atas batu dan belajar di waktu besar ibarat melukis di atas air. Anak adalah amanah dari Allah SWT., oleh karena itu orang tua harus mendidik anak-anaknya kearah akhlak yang baik serta mencegah pergaulan mereka dengan teman-teman yang punya prilaku yang tidak baik atau jahat “.10 Setelah Bapak Imam Musholli memaparkan perannya dalam memberikan pendidikan agama khususnya untuk membentuk akhlak yang
10
Wawancara pada Bpk Imam Musholli tangal 15 April 2015
baik pada anaknya, selanjutnya Ibu Dwi Hayati selaku Istri beliau akan memaparkan pendapatnya terkait hal yang tersebut. “Untuk mengaplikasikan pendidikan akhlak kepada anak kami (Ibu dan Bapak) menanamkan sikap sopan santun, menghormati seseorang yang lebih tua, dan tawaddhu’, khususnya kepada orang tua dengan salah satunya dengan cara membiasakan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa “ kromo alus” atau “boso”. Tapi yang terpenting lagi yakni orang tua harus memberikan contoh terlebih dahulu sebelum menasehati anak. Selain itu kami juga mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar, dengan cara menasehati anak untukmengingat Allah SWT agar tidak melakukan perbuatan yang dilarang. Karena sesungguhnya menanamkan akhlak yang baik kepada anak itu tidak mudah karena harus dilakukan secara terus menerus, anak juga harus terus diberi arahan serta himbaun agar tercipta kepribadian yang baik. Ketika anak saya melakukan perbuatan yang buruk saya selalu berusaha menegur/mengingatkan dan jika kesalahannya cukup besar maka saya tidak segan untuk memberikan hukuman yang membuat anak tidak akan mengulanginya lagi”11 Dari hasil wawancara yang telah dikemukakan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa pendidikan yang paling penting diberikan pada anak sejak kecil adalah pendidikan akhlak karena dengan membimbing anak dengan akhlak yang baik dan benar. Dalam pembinaan akhlak anak, tanggung jawab orang tua untuk menanamkan nilai-nilai islam serta bimbingan ketauladanan dalam kehidupan sehari-hari kepada anakanaknya sehingga anak tidak sampai terjerumus pada hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama. Dan apabila anak melakukan kesalahan orang tua mempunyai hak serta berkewajiban untuk mengarahkan baik itu
11
Wawancara pada Ibu Dwi Hayati tanggal 15 April 2015
dalam bentuk memberikan teguran, peringatan ataupun hukuman apabila di kesalahan anak memang di rasa tidak bisa dimaklumi. Selain peran terbesar orang tua kepada anak yakni memberikan suri tauladan yang baik ,karena pendidikan pertama yang didapat oleh anak adalah pendidikan keluarga. Upaya lain yang dilakukan orang tua ialah memantau pergaulan anak. Orang tua khawatir apabila anaknya salah dalam bergaul dengan teman-temannya, maka akan berdampak negatif terhadap perilaku anak. Orang tua memberikan bimbingan terhadap tingkah laku sosial ekonomi dan politik dalam kerangka aqidah Islam.12 “Saya merupakan anak ke 2 dari 6 bersaudara. Dengan keadaan yang memiliki saudara yang cukup banyak. Sehari-hari orang tua saya selalu membiasakan saling berbagi dengan saudara –saudara saya yang lain, terlebih lagi ketika orang tua membelikan makanan. Perasaan tidak puas pada saat itu memang ada, namun hal itu berpengaruh baik terhadap saya, dengan kebiasaan saling berbagi dan ditambah lagi sikap orang tua yang tidak pilih kasih ternyata membuat saya dan terlebih lagi saudara saya menjadi pribadi yang tidak pelit dan rela antar sesama.”13 Selain itu penelliti melakukan pengamatan dari ketiga keluarga tersebut yang mana menyimpulkan bahwa anak-anak mereka ketika bertemu atau berpapasan dengan orang lain, mencerminkan sikap yang
12
Zakiyah Drajat. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Cet. 2.(Jakarta: Remaja Rosdakarya Offset, 1995). hlm. 18. 13
Wawancara pada Syarah Syafirah Muhammad tanggal 12 April 2015
sopan
santun.
Bahkan
selalu
menyapa
atau
tidak
berperilaku
acuh/angkuh.14 Selanjutnya Ibu dari Ali mengemukakan hasil wawancaranya tentang bagaimana cara mendidik anak yang hidup di tengah-tengah masyarakat pedesaan. “Sebagai manusia sosial kita ditakdirkan untuk saling membantu antar sesama baik itu di lingkungan keluarga maupun masyarakat/tetangga. Sebagai orang tua dalam mendidik anak saya mengajarkan untuk bersikap baik dan menghormati tetangga. Karena menurut saya tetangga, apalagi tetangga terdekat seperti layaknya saudara kita sendiri. Apabila kita bersikap baik kepada tetangga maka ketika kita mengalami kesulitan maka tetangga itulah yang akan menolong. Bersikap baik itu bisa seperti saling menyapa/memberi salam jika bertemu atau tidak angkuh, tidak berteriak-teriak dirumah karena dapat mengganggu tetangga, sopan santun, menghormati orang yang lebih tua, tidak cuek pada masyarakat, membantu tetangga ketika diperlukan, dll.”15 Dari hasil wawancara pada keluarga tersebut dapat disimpulkan bahwa, sebagai manusia sosial yang berarti setiap individu itu tidak dapat hidup sendiri. Sekuat ataupun orang yang sangat mandiri di bumi ini suatu saat akan membutuhkan orang lain ketika ia mendapat musibah atau kesusahan. Oleh karena itu, hidup ditengah-tengah masyarakat yang luas perilaku dan sikap kita akan menentukan apakah kita diterima oleh masyarakat atau tidak. Sudah sepatutnya kita harus bersikap sopan santun, ramah, tidak angkuh dan dapat di aplikasikan dengan cara saling menyapa,
14 15
Pengamatan peneliti selama 3 bulan. Wawancara pada Ibu Sri Purwaningsih tanggal 25 April 2015
tidak mengganggu dan tidak mencari masalah dengan tetangga yang lain. Sehingga akan terciptanya kerukunan dan ketentaraman di antara sesama. 3. Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Orang Tua dalam Membina Anak Menuju Kesuksesan di Keluarga. Dalam rangka membangun pribadi anak sesuai dengan apa yang dicita-citakan, sebaiknya orang tua mengkondisikan lingkungan keluarga dalam suasana yang menyenangkan bagi kehidupan anak dalam masa perkembangannya. Bahkan yang paling penting dan strategis adalah mentradisikan ritual-ritual keagaman murni sesuai ajaran Islam. Hal ini memang tidak mudah,tetapi tetap harus diupayakan. Oleh karena itu, ada beberapa upaya bisa dilakukan orang tua, yaitu memperkenalkan nilai Islam melalui komunikasi, mengajak anak berbicara, melibatkan memberi dorongan rasa ingin tahu anak, membimbing anak belajar, meminimalkan ungkapan negatif dari pendengaran anak, sabar dan memahami perasaan anak, dan meluruskan perilaku anak. Untuk mengetahui faktor yang menunjang dan menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan dalam keluarga di Dusun Pejarakan Selatan ini, peneliti mengambil sumber data dari orang tua dan anak mereka melalui beberapa wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Dwi Hayati, bahwa sebagai pegawai tetap di lembaga pemerintahan (Guru PNS) ia harus bekerja hampir setiap hari dengan kurun waktu yang cukup lama, biasanya beliau pulang kerumah sekitar pukul 15.30 WIB. Sebagai ukuran wanita
yang mempunyai kewajiban di rumah mengurus anak, dan kebetulan memiliki anak yang masih kecil. Bekerja hingga sore hari sangat menyita waktu yang menurut beliau sangat berharga dalam mengurus dan mendidik anaknya dirumah. “Menurut saya peran orang tua sangatlah penting bagi pendidikan anak baik itu agama maupun pendidikan sekolah walaupun memang pada hakikatnya telah di amanatkan pada guru namun peran orang tua tidaklah seketika itu hilang. Namun, mengingat kondisi sekarang ini, biaya sekolah ditambah lagi harga pokok semakin mahal. Membuat saya memutuskan untuk bekerja yang bisa dikatakan setiap hari. Sebagai ibu saya menyadari bahwa tanggung jawab saya besar kepada anak, bukan hanya dalam hal membesarkan anak saja, namun juga mendidik dan membimbingnya. Maka dari itu walapun saya bekerja setiap hari, seusai ujian disekolah baik itu berupa ujian harian, UTS (Ujian Tengah Semester) maupun UAS (Ujian Akhir Sekolah) saya selalu berusaha menanyakan hasil belajar anak saya, karena menurut saya dengan cara seperti itu saya bisa mengetahui perkembangan dan apa saja yang menjadi hambatan selama belajar di sekolah”. Mengingat kurs perekonomian yang semakin hari semakit meningkat dan membuat rakyat kecil tercekik oleh harga bahan-bahan pokok, sehingga Ibu Dwi Hayati harus merelakan anaknya di asuh oleh pembantu dirumah. Padahal peran orang tua, khususnya ibu sangat besar sekali bagi pendidikan anaknya. Dari keterangan Ibu Dwi Hayati di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang menghambat peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan adalah masalah ekonomi yang kurang baik, ini merupakan penghambat ekstern. Dan penghambat internnya yaitu kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua pada anaknya yang
disebabkan oleh waktu yang terbagi dengan pekerjaannya untuk menambah dan menunjang kehidupannya. Disamping itu dari hasil wawancara dengan Ibu Dwi Hayati menyatakan bahwa faktor yang menjadi hambatan orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan adalah tidak terkontrolnya anak jika seusai pulang sekolah baik itu menikmati tontonan televisi sampai dia bergaul dengan siapa. Ini karena kesibukan saya, kalau dia sudah pulang sekolah saya kan masih bekerja dan dirumah cuma ada pembantu saja. Namun yang agak melegakan ketika sore hari, dimana saya dan suami sudah pulang dari bekerja. Kami sekeluarga membiasakan sholat berjamaah dan setelah itu mengaji bersama. Dan tidak jarang kami berbuka puasa ketika kami sekeluarga menjalankan puasa sunah. Senada dengan apa yang telah Ibu Dwi utarakan, kalau pendapat Ibu Nurin Hidayatin menyatakan sama bahwa faktor penghambat dalam mendidik anak adalah pengaruh tayangan televisi serta keadaan lingkungan yang kurang sehat, karena anak akan gampang terpengaruh apabila tidak ada yang mengawasi terlebih lagi menasehati atau memberi tahu kalau sesuatu itu tidak patut ditiru atau jelek. Ibu Nurin Hidayatin menambahkan bahwa dalam jiwa setiap manusia termasuk anak terdapat bawaan untuk terpengaruh kata-kata yang di dengar. Berkaitan dengan penanaman pendidikan agama islam pada anak, maka hendaknya kata-kata yang bagus selalu diperdengarkan di telinga anak sehingga jiwa anak untuk berbuat kebaikan.
Dari data yang diperoleh peneliti dapat dijelaskan, bahwa faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga di Dusun Pejarakan Selatan. Faktor yang mendukung peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga yakni : 1)
Adanya rasa kerjasama antara pihak keluarga yang saling mendukung , dan semangat dalam mendidik anak meskipun disibukkan oleh pekerjaannya yang sebagian waktu dihabiskan untuk bekerja.
2)
Adanya rasa tanggung jawab yang kuat dan kesadaran diri dalam mencerdaskan anak. Anak yang cerdas disini yang dimaksudkan adalah anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual.
3)
Adanya selalu perhatian yang tercurah dan kasih sayang yang penuh kepada putra-putrinya, serta pengarahan dan nasihat yang baik. Meskipun para orang tua selalu sibuk untuk bekerja di luar rumah mencari nafkah.
4)
Adanya semangat dari anak sendiri untuk belajar dan besarnya rasa keingintahuannya.
5)
Dan yang paling penting lagi yakni adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak di dalam keluarga.
Disamping faktor yang mendukung orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan, di sisi lain juga terdapat faktor yang menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan antara lain: 1)
Faktor ekonomi terutama dalam pendidikan formal. Sehingga para orang tua sibuk diluar rumah untuk bekerja keras dalam mencari nafkah untuk membiayai anaknya. Padahal diketahui bahwa tugas ibu terutama adalah mendidik anaknya, apalagi anak yang belum dimasukkan kedalam lingkungan sekolah. Disini orang tua sangat berperan sekali untuk membentuk kepribadian anak.
2)
Terbatasnya pemahaman pengasuhan atau cara mendidik anaknya, sehingga anak mendapatkan materi keagamaan yang lebih banyak dari luar rumah.
3)
Kurangnya perhatian orang tua bagi pendidikan anaknya, karena mereka membagi waktunya dengan bekerja untuk menambah dan menunjang kehidupannya.
4)
Keadaan anak yang kadang-kadang masih terbelenggu dengan sifat malas da pergaulan yang kurang mendukung untuk menjadikan anak lebih cerdas , baik secara intelektual, emosional, maupun spiritual.
C. Temuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini, uraian tentang pembahasan temuan penelitian ini menguraikan tentang 1) persepsi menurut orang tua tentang definisi kesuksesan; 2) peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan 3) faktor pendukung dan penghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan. Secara bahasa persepsi orang tua tentang definisi kesuksesan anak memang sedikit berbeda, namun jika dilihat dari hakikat dan makna menurut para orang tua adalah sama yakni tercapainya cita-cita dan tujuan yang di inginkan seorang anak guna memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang. Kesuksesan tidak terlepas dari cerminan akhlak dan perilaku yang baik. Sehingga dengan kesuksesan yang di raih seorang anak diharapkan dapat menjadi tauladan serta menginspirasi generasi muda yang lainnya. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, tidaklah terlepas dari peran orang tua di keluarga dalam kaitannya pengasuhan anak-anaknya. Upaya yang mereka lakukan yakni memilihkan fasilitas pendidikan (sekolah) yang berkualitas, menyalurkan bakat dan minat anak yang sesuai dengan bidangnya, yang terpenting lagi yakni memberikan motivasi serta perhatian terhadap perkembangan disekolah. Untuk membentuk hubungan yang baik antara anak dan orang tua, tipe pola asuh demokratis lebih efektif untuk diterapkan karena memberi dampak positif kepada anak yang salah satunya menjadikan anak menjadi
lebih bertanggung jawab, anak lebih nyaman menjalin komunikasi dengan orang tua, selain itu anak lebih menghargai nasehat dan arahan orang tua. Orang tua harus menjadi tauladan yang baik, karena setiap sikap dan tingkah laku orang tua akan menjadi panutan bagi anak-anak mereka karena dalam membimbing dan mendidik anak dalam mengajarkan agama tidak cukup dengan orang tua hanya memerintah anak untuk beribadah, namun orang tua juga harus bisa memberikan contoh dalam usaha untuk melatih anak melakukan ibadah itu sendiri. Dalam pembinaan akhlak anak, tanggung jawab orang tua untuk menanamkan nilai-nilai islam serta bimbingan ketauladanan dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya sehingga anak tidak sampai terjerumus pada hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama. Dan apabila anak melakukan kesalahan orang tua mempunyai hak serta berkewajiban untuk mengarahkan baik itu dalam bentuk memberikan teguran, peringatan.Upaya lain yang dilakukan orang tua ialah memantau pergaulan anak. Orang tua juga harus mengajarkan kepada anak untuk saling menghormati sesama tetangga, berbuat baik kepada tetangga dengan cara tidak menyakiti mereka, meskipun mereka telah berbuat jahat kepada kita. Orang tua harus membimbing dan mengari anak-anaknya agar menghormati para tetangga dan membantu mereka dengan semampu kita.
Disampig itu, faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga di Dusun Pejarakan Selatan antara lain: Faktor yang mendukung peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga: adanya rasa kerjasama/saling mendukung, semangat mendidik serta rasa tanggung jawab yang kuat dan kesadaran diri dalam mencerdaskan anak. Adanya selalu perhatian yang tercurah dan kasih sayang yang penuh kepada putra-putrinya, serta pengarahan dan nasihat yang baik. Dan yang paling penting lagi yakni adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak di dalam keluarga. Selain faktor yang mendukung orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan, di sisi lain juga terdapat faktor yang menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan antara lain : faktor ekonomi terutama dalam pendidikan formal sehingga para orang tua sibuk diluar rumah untuk bekerja keras dalam mencari nafkah untuk membiayai anaknya, terbatasnya pemahaman pengasuhan atau cara mendidik anaknya, kurangnya perhatian orang tua bagi pendidikan anaknya, keadaan anak yang kadangkadang masih terbelenggu dengan sifat malas dan pergaulan yang kurang mendukung.
BAB V PEMBAHASAN A. Persepsi Sukses Menurut Orang Tua di Dusun Pejarakan Selatan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Menurut Bapak Imam Musholli dan Ibu Dwi Nur Hayati, sukses menurut beliau yakni bukan hanya keberhasilan anak di dunia pendidikan, namun juga di dukung dengan keshalehan atau cerminan kepribadian yang baik dari diri si anak. Sehingga, anak dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi teman sebayanya. Sedangkan menurut Ibu Nurin Hidayatin, sukses adalah tercapainya segala keinginan dan cita-cita anak. Setiap orang tua mengidamkan anakanaknya hidup bahagia. Tidak ada orang tua yang tega melihat anaknya hidup sengsara di masa yang akan datang. Sukses menurut Bapak Saiful Haq, kesuksesan anak bagi beliau yakni ketika kondisi anak dapat mengangkat derajat orang tuanya. Anak mampu mengharumkan nama keluarganya. Untuk mencapai itu semua, peran orang tua dalam mendidik anaknya harus dalam koridor ajaran agama islam yang benar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi orang tua tentang definisi serta hakikat kesuksesan anak adalah sama yakni tercapainya cita-cita dan tujuan yang di inginkan seorang anak guna memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang. Kesuksesan tidak terlepas dari cerminan akhlak dan
perilaku yang baik. Sehingga dengan kesuksesan yang di raih seorang anak diharapkan dapat menjadi tauladan serta menginspirasi generasi muda yang lainnya. B. Peran Orang Tua dalam Membina Anak Menuju Kesuksesan di Keluarga Orang tua dan anak dalam suatu keluarga memiliki kedudukan yang berbeda. Dalam pandangan orang tua, anak adalah buah hati dan tumpuan masa depan yang harus dipelihara dan dididik. Memeliharanya dari segala marabahaya dan mendidiknya agar menjadi anak yang cerdas. Itulah sifat fitrah orang tua. Sedangkan sifat-sifat fitrah orang tua yang lainnya, seperti diungkapkan oleh M. Thalib, adalah senang mempunyai anak, senang anakanaknya shalih, berusaha menempatkan anak di tempat yang baik,sedih melihat anaknya lemah atau hidup miskin memohon kepada Allah bagi kebaikan anaknya, lebih memikirkan keselamatan anak daripada dirinya pada saat terjadi bencana, senang mempunyai anak yang bisa dibanggakan, cenderung lebih mencintai anak tertentu, menghendaki anaknya berbakti kepadanya, bersabar menghadapi perilaku buruknya anaknya.1 Dari hasil data yang sudah dipaparkan berdasarkan data penelitian melalui metode observasi, dokumentasi maupun angket di atas, data-data tersebut masih memerlukan interprestasi guna untuk mengetahui peran orang tua terhadap anaknya dalam rangka membina anak-anak mereka mencapai kesuksesan yang mana menyangkut beberapa aspek, di antaranya: (1) 1
Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991). h. 99109
Pendidikan Akal (Intelektual Anak) (2) Pendidikan Psikologikal dan Emosi anak (3) Pendidikan Keimanan Anak (4) Pendidikan Akhlak Anak (5) Pendidikan Sosial Anak. Jika komponen-komponen tersebut dapat terlaksana dengan baik maka hal ini akan berpengaruh pada diri anak, baik dari sisi kognisi, afeksi, maupun psikomotorik anak. Perwujudan ini menyangkut penyesuaian dalam dirinya maupun dengan lingkungan sekitar. Orang tua selain bertanggung jawab dalam membesarkan anaknya, mereka juga bertanggung jawab dalam mencerdaskan generasi penerusnya yakni anak-anak mereka dengan cara memilihkan fasilitas pendidikan (sekolah) yang berkualitas, menyalurkan bakat dan minat anak yang sesuai dengan bidangnya, yang terpenting lagi yakni memberikan motivasi serta perhatian terhadap perkembangan disekolah. Motivasi serta perhatian yang diberikan kepada anak, dengan bertujuan agar mereka lebih giat dan bersemangat dalam belajar. Disamping usaha orang tua yang besar dalam meningkatkan kecerdasan anak, kesadaran dan semangat anak untuk belajar juga harus selaras dengan perjuangan orang tua. Oleh karena itu, jika kedua pihak saling mendukung pastinya akan menghsilkan hasil akhir sesuai yang diharapkan. Seperti yang dipaparkan pada wawancara di atas bahwa seorang anak harus mengerti tanggung jawabnya dalam menuntut ilmu dan selalu bersemangat dan tidak mudah mengeluh. Karena nabi Muhammad pun membenci orangorang yang mudah putus asa.
Salah satu bukti pentingnya intelektualitas atau kecerdasan yang tinggi menjadi tujuan pendidikan terdapat dalam Surat Al-Furqon ayat 73 yang berbunyi, ًص ّما ً َو ُع ْميَاوِا ُ َوالَّ ِزيىَئ ِ َرا ُر ِّكشُوابِآيَاتِ َشبِّ ِِه ْملَ ْميَ ِخشُّ وا َعلَ ْيهَا “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta”. Orang-orang yang mendapatkan derajat dan pahala yang tinggi adalah mereka yang apabila mendengar ayat-ayat Tuhannya disebutkan, maka mereka dengan serta memerhatikan dengan sungguh-sungguh dan menghayati melalui indra mata dan telinga. Pendidikan Islam menekankan pada pentingnya perluasan wawasan manusia. keluasan wawasan tersebut, setidaknya akan membentuk pribadi yang memiliki sikap toleransi yang tinggi, mampu bekerja sama dengan orang lain, dan terhindar dari sifat primordial dan fanatisme yang hanya mengikuti satu kebenaran relatif saja. Namun harus bisa memilih dan memilah kebenaran yang datang dari siapa pun.2 Anak dilatih untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugastugas hariannya dengan dorongan dan motivasi baik itu dari orang tua ataupun dari dirinya sendiri. Artinya anak melakukan setiap aktivitasnya dengan perasaan senang, bukan karena terpaksa atau karena paksaan dari orang tua. Biasanya anak akan melakukan tugas-tugasnya dengan penuh 2
Riris Lutfi Ni’matul Laila, “Tinjauan Pendidikan Dalam Al-Qur’an (Tinjauan Surat al-Furqon ayat 63-77)” , Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Malang, 2010.
semangat apabila dia mengetahui manfaat bagi dirinya. Untuk itu orang tua perlu memberi motivasi, membuka wawasan sehingga setiap tindakan anakanak tersebut secara bertahap dimotivasi dari dalam dirinya.3 Selain itu, perlakukan atau pola asuhorang tua terhadap anaknya sehari-hari dapat mempengaruhi psikologi dan emosi anak. Untuk membentuk hubungan yang baik antara anak dan orang tua, tipe pola asuh demokratis lebih efektif untuk diterapkan karena sesuai dengan penelitian pada salah satu keluarga, karena memberi dampak positif kepada anak yang salah satunya menjadikan anak menjadi lebih bertanggung jawab, anak lebih nyaman menjalin komunikasi dengan orang tua, selain itu anak lebih menghargai nasehat dan arahan orang tua. Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu, dalam memimpin, mengasuh dan membimbing anak dalam keluarga. Mengasuh dalam arti menjadi dengan cara merawat dan mendidiknya.4 Tipe pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh yang terbaik dari semua tipe pola asuh yang ada. Hal ini disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan individu anak. Tipe ini adalah tipe pola asuh orang tua yang tidak banyak menggunakan kontrol terhadap anak. Pola ini dapat digunakan untuk anak SD, SLTP, SLTA, dan 3
Monty P. Santi Darma dan Fidelis E. Waruwu. Mendidik Kecerdasan. Cet. ke-1. (Jakarta: Pustaka populer Obor, 2003), hlm. 50 4 Abdullah Nasih Ulwan. Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Diterjemahkan oleh Drs. Jamaluddin Miri, Lc. Dengan judul “Pendidikan Anak Dalam Islam” (1). (Pustaka Amani, Jakarta, 1995) hlm. 181.
perguruan tinggi. Beberapa ciri dari tipe pola asuh yang demokratis adalah sebagai berikut: 1. Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia. 2. Orang tua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan bertujuan pribadi dengan kepentingan anak. 3. Orang tua senang menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan anak. 4. Mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidikan kepada anak agar jangan membuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreatiativitas, inisiatif, dan prakarsa dari anak. 5. Lebih menitik beratkan kerja sama dalam mencapai tujuan. 6. Orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anak lebih sukses darinya. Tipe pola asuh demokratis mengharapkan anak untuk berbagi tanggung jawab dan mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Memiliki kepedulian terhadap hubungan antarpribadi dalam keluarga. Meskipun tampak kurang terorganisasi dengan baik, namun gaya ini dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan
untuk menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena tipe pola asuh demokratis ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki anak.5 Sebagai orang tua yang setiap hari berkumpul bersama dengan anakanaknya, perlakuan orang tua yang diberikan kepada anak diharapkan agar dapat membentuk keluarga yang sakinah dan harmonis dan dapat memberi pengaruh yang besar pada aktifitas buah hatinya dalam kehidupan. Sehingga keberhasilan dan kebahagiaan manusia di dunia ialah dapat membentuk sebuah keluarga yang sukses dan memberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Menurut Ibnu Abbas salah seorang ulama tafsir di kalangan sahabat pernah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia itu salah satunya adalah pasangan hidup yang sholeh dan anak yang jadi penyejuk hati. Anak bisa jadi surga dunia atau neraka dunia. Walau keluarga pas-pasan tapi memiliki anak sholeh maka di anggap oleh lingkungan sebagai keluarga yang sukses. Sebagai mana uraian tersebut, keluarga yang sukses yakni mereka (orang tua) yang senantiasa memperhatikan dan mendidik keluarganya yaitu anak-anaknya. Yang mana orang tua mendidik khususnya pada aspek keberagamaan yang baik, budi pekerti yang luhur serta pengetahuan.
5
Sarlito Wirawan Sarwono. Pergeseran Norma Prilaku Seksual Kaum Remaja; Sebuah Penelitian Terhadap (Remaja Jakarta. Rajawali, Jakarta, 1981), hlm. 27.
Sehingga suatu keluarga dapat menjadi penyejuk mata yang selalu memberi ketenangan dalam hidup mereka.6 Orang tua harus menjadi tauladan yang baik, karena setiap sikap dan tingkah laku orang tua akan menjadi panutan bagi anak-anak mereka, terutama ketika anak masih masa kanak-kanak. Karena pengalaman semasa kecil akan terbawa dan membekas sampai ia dewasa. Sehingga dalam membimbing dan mendidik anak dalam mengajarkan agama tidak cukup dengan orang tua hanya memerintah anak untuk beribadah, namun orang tua juga harus bisa memberikan contoh dalam usaha untuk melatih anak melakukan ibadah itu sendiri. Pentingnya pendidikan agama dalam keluarga karena Allah SWT memerintahkan agar orang tua memelihara dirinya dan keluarganya agar selamat dari api neraka. Perintah yang antisipatif ini tertuang dalam salah satu firman-Nya yang berbunyi: ِاسةُِ َعلَ ْيهَاِ َم ََلئِ َكتٌِ ِغ ََلظٌِ ِشذَا ٌد َ ِو ْال ِح َج َ ُِوقُى ُدهَاِالىَّاس َ ًاِالَّ ِزيهَ ِآ َمىُىاِقُىاِأَوفُ َس ُك ْمِ َِوأَ ْهلِي ُك ْمِوَاسا َّ َََلِيَ ْعصُىن َِِويَ ْف َعلُىنَ ِ َماِي ُْؤ َمشُون َ َِّللاَِ َماِأَ َم َشهُ ْم “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
6
Ibid
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at Tahriim, 66 : 6)7 Tampaknya pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam menunjang keberhasilan pendidikan selanjutnya. Karenanya tugas dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak tidak ringan. Lebih-lebih dalam konteks pendidikan Islam ke depan. Sekurang-kurangnya beban tanggung jawab pendidikan Islam yang dibebankan kepada orang tua adalah sebagai berikut: (1) Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dan tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. (2) Melindungi dan menjamin kesamaan baik jasmani maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya. (3) Memberikan pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetehuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya. (4) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirt, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.8 7
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Semarang: CV. Thoha Putra,1989), hlm. 951
Keutamaan akhlak dan tingkah laku merupakan buah iman yang meresap ke dalam kehidupan anak, sehingga apabila seorang anak sejak kecil tumbuh dan berkembang atas dasar iman kepada Allah SWT, maka anak akan mempunyai kemampuan untuk menerima setiap keutamaan dan terbiasa dengan akhlak yang mulia. Hal ini disebabkan karena anak tersebut menyadari bahwa iman akan membentengi dirinya dari perbuatan dosa dan kebiasaan yang tidak baik. Pentingnya pendidikan akhlak terutama yang diberikan oleh orang tua bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki akhlak mulia terdapat dalam firman-Nya yang berbunyi: ً ضهَىْ وا ً َوإِ َرا َخاطَبَهُ ُم ْال َجا ِهلُىوَقَالُىا َس ََلمِا ْ ََو ِعبَادُالشَّحْ َمىِالَّ ِزيىَيَ ْم ُشىوَ َعل ِ ْىاْلَس “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” ( AlFurqon, 25:63) Islam telah menggariskan beberapa peraturan pokok dan etika yang perlu di jaga oleh umat islam dan dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya yakni adab ketika berbicara dengan orang lain. Setiap muslim diharapkan mampu memahami dan senantiasa merasa takut kepada Allah, sehingga setiap pembicaranya tidak ada yang dikeluarkan dari lisannya kecuali hal-hal yang tidak bermanfaat dan mengarah pada kebaikan. 8
Zainuddin. Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali. (Bumi Aksara, Semarang, 1990). hlm.50
Pembicaraan yang baik dibandingkan dengan membicarakan hal-hal yang melebihi keperluan dan perkataan laghwu (perkataan yang penuh canda) adalah senantiasa menghiasi lisan kita dengan dzikrullah (hal apa saja yang mengandung dan menyebabkan ingat kepada Allah) dan amar ma’ruf nahi munkar (pembicaraan yang mengarah kepada perintah untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran).9 Pendidikan yang paling penting diberikan pada anak sejak kecil adalah pendidikan akhlak karena dengan membimbing anak dengan akhlak yang baik dan benar. Dalam pembinaan akhlak anak, tanggung jawab orang tua untuk menanamkan nilai-nilai islam serta bimbingan ketauladanan dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya sehingga anak tidak sampai terjerumus pada hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama. Dan apabila anak melakukan kesalahan orang tua mempunyai hak serta berkewajiban untuk mengarahkan baik itu dalam bentuk memberikan teguran, peringatan ataupun hukuman apabila di kesalahan anak memang di rasa tidak bisa dimaklumi. Selain peran terbesar orang tua kepada anak yakni memberikan suri tauladan yang baik, karena pendidikan pertama yang didapat oleh anak adalah pendidikan keluarga. Upaya lain yang dilakukan orang tua ialah memantau pergaulan anak. Orang tua khawatir apabila anaknya salah dalam bergaul
9
Riris Lutfi Ni’matul Laila, “Tinjauan Pendidikan Dalam Al-Qur’an (Tinjauan Surat al-Furqon ayat 63-77)” , Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Malang, 2010.
dengan teman-temannya, maka akan berdampak negatif terhadap perilaku anak. Anjuran bagi orang tua untuk mengajarkan kebaikan dan ketaatan kepada anaknya dengan pergaulan yang baik, keputusan yang bijaksana, pendidikan
yang
mencerdaskan
dan
memerintahkan
sesuatu
sesuai
kemampuan si anak sebagaimana Rasulullah saw bersabda : “Allah akan memberikan rahmat kepada orang tua yang mengajarkan kebaikan kepada anaknya.” Aplikasi dari pendidikan akhlak yang di berikan oleh orang tua yakni dengan
mengajarkan kepada anak untuk saling menghormati sesama
tetangga. Manusia adalah manusia sosial yang berarti setiap manusia sudah jelas akan membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, sangat penting sekali setiap manusia berinteraksi dan berperilaku dengan baik kepada setiap orang, terutama pada tetangga. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah berbuat baik dengan tetangganya.” Hal paling sederhana dalam berbuat baik kepada tetangga adalah tidak menyakiti mereka, meskipun mereka telah berbuat jahat kepada kita. Orang tua harus membimbing dan mengari anak-anaknya agar menghormati para tetangga dan membantu mereka dengan semampu kita.
b. Faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga di Dusun Pejarakan Selatan. Faktor yang mendukung peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga yakni : 1) Adanya rasa kerjasama antara pihak keluarga yang saling mendukung , dan semangat dalam mendidik anak meskipun disibukkan oleh pekerjaannya yang sebagian waktu dihabiskan untuk bekerja. 2) Adanya rasa tanggung jawab yang kuat dan kesadaran diri dalam mencerdaskan anak. Anak yang cerdas disini yang dimaksudkan adalah anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual. 3) Adanya selalu perhatian yang tercurah dan kasih sayang yang penuh kepada putra-putrinya, serta pengarahan dan nasihat yang baik. Meskipun para orang tua selalu sibuk untuk bekerja di luar rumah mencari nafkah. 4) Adanya semangat dari anak sendiri untuk belajar dan besarnya rasa keingintahuannya. 5) Dan yang paling penting lagi yakni adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak di dalam keluarga.
Disamping faktor yang mendukung orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan, di sisi lain juga terdapat faktor yang menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan antara lain: 1) Faktor ekonomi terutama dalam pendidikan formal. Sehingga para orang tua sibuk diluar rumah untuk bekerja keras dalam mencari nafkah untuk membiayai anaknya. Padahal diketahui bahwa tugas ibu terutama adalah mendidik anaknya, apalagi anak yang belum dimasukkan kedalam lingkungan sekolah. Disini orang tua sangat berperan sekali untuk membentuk kepribadian anak. 2) Terbatasnya pemahaman pengasuhan atau cara mendidik anaknya, sehingga anak mendapatkan materi keagamaan yang lebih banyak dari luar rumah. 3) Kurangnya perhatian orang tua bagi pendidikan anaknya, karena mereka membagi waktunya dengan bekerja untuk menambah dan menunjang kehidupannya. 4) Keadaan anak yang kadang-kadang masih terbelenggu dengan sifat malas da pergaulan yang kurang mendukung untuk menjadikan anak lebih cerdas , baik secara intelektual, emosional, maupun spiritual. Kita dapat menaikkan tingkat intelegensi, hampir pada setiap anak lewat lingkungan keluarga yang hangat, penuh rangsangan dan dimulai sejak dini. Keliatannya masih pasti, apakah anak lahir dengan otak yang jelek, ratarata/sedang atau super, lingkungan yang diperkaya akan menakkan tingkat
intelegensi pada akhirnya tanpa memandang gene yang diwarisi. Bila anak cukup mujur, mewarisi otak dengan tingkat sedang atau diatas sedang sebagai permulaan, kesempatannya lebih besar hingga lingkungan yang merangsang mental, yang hangat dan penuh kecintaan dari masa bayi, akan membantu anak menjadi yang cerdas atau berbakat.10 Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, yang dikutip dari penjelasan Utami Munandar (1999), menjelaskan beberapa sikap orang tua yang menunjang tumbuhnya kreativitas, diantaranya ialah memberikan waktu kepada anak untuk berpikir, merenung dan berkayal, menunjang dan mendorong kegiatan anak, serta menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan anak.11
10
Joen Beck. Asih Asah Asuh bagaimana mengasuh anak agar cerdas. (Semarang : Dahara Prize, 1985), hlm. 213. 11 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati. Strategi pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 32-33.
1
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berpijak pada uraian di atas yang merupakan perpaduan antara hasil kajian teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan masalah skripsi ini, maka kesimpulan yang penulis peroleh adalah sebagai berikut: 1. Persepsi orang tua tentang definisi serta hakikat kesuksesan anak adalah sama yakni tercapainya cita-cita dan tujuan yang di inginkan seorang anak guna memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang. Kesuksesan tidak terlepas dari cerminan akhlak dan perilaku yang baik. Sehingga dengan kesuksesan yang di raih seorang anak diharapkan dapat menjadi tauladan serta menginspirasi generasi muda yang lainnya. 2. Peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan di keluarga, tepatnya di Dusun Pejarakan Selatan berjalan dengan baik yang mana terdapat beberapa fungsi pengasuhan pendidikan anak, di antaranya, memilihkan
fasilitas
pendidikan
(sekolah)
yang
berkualitas,
menyalurkan bakat dan minat anak yang sesuai dengan bidangnya, yang terpenting lagi yakni memberikan motivasi serta perhatian terhadap perkembangan disekolah.
2
Untuk membentuk hubungan yang baik antara anak dan orang tua, tipe pola asuh demokratis lebih efektif untuk diterapkan karena memberi dampak positif kepada anak yang salah satunya menjadikan anak menjadi lebih bertanggung jawab, anak lebih nyaman menjalin komunikasi dengan orang tua, selain itu anak lebih menghargai nasehat dan arahan orang tua. Orang tua harus menjadi tauladan yang baik, karena setiap sikap dan tingkah laku orang tua akan menjadi panutan bagi anakanak mereka karena dalam membimbing dan mendidik anak dalam mengajarkan agama tidak cukup dengan orang tua hanya memerintah anak untuk beribadah, namun orang tua juga harus bisa memberikan contoh dalam usaha untuk melatih anak melakukan ibadah itu sendiri. Dalam pembinaan akhlak anak, tanggung jawab orang tua untuk menanamkan nilai-nilai islam serta bimbingan ketauladanan dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya sehingga anak tidak sampai terjerumus pada hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama. Dan apabila anak melakukan kesalahan orang tua mempunyai hak serta berkewajiban untuk mengarahkan baik itu dalam bentuk memberikan teguran, peringatan.Upaya lain yang dilakukan orang tua ialah memantau pergaulan anak. . Orang tua juga harus mengajarkan kepada anak untuk saling menghormati sesama tetangga, berbuat baik kepada tetangga
3
dengan cara tidak menyakiti
mereka, meskipun mereka telah
berbuat jahat kepada kita. Orang tua harus membimbing dan mengari anak-anaknya agar menghormati para tetangga dan membantu mereka dengan semampu kita. 3. Faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga di Dusun Pejarakan Selatan antara lain: a. Faktor yang mendukung peran orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan pada keluarga: adanya rasa kerjasama/saling mendukung, semangat mendidik serta rasa tanggung jawab yang kuat dan kesadaran diri dalam mencerdaskan anak. Adanya selalu perhatian yang tercurah dan kasih sayang yang penuh kepada putra-putrinya, serta pengarahan dan nasihat yang baik. Dan yang paling penting lagi yakni adanya komunikasi yang terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak di dalam keluarga. b. Disamping faktor yang mendukung orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan, di sisi lain juga terdapat faktor yang menghambat orang tua dalam membina anak menuju kesuksesan antara lain : faktor ekonomi terutama dalam pendidikan formal sehingga para orang tua sibuk diluar rumah untuk bekerja keras dalam mencari nafkah untuk membiayai anaknya, terbatasnya pemahaman pengasuhan atau cara mendidik anaknya, kurangnya perhatian orang tua bagi pendidikan anaknya, keadaan anak yang
4
kadang-kadang masih terbelenggu dengan sifat malas dan pergaulan yang kurang mendukung. B. Saran Setelah apa yang telah dikemukakan kesimpulan di atas di sini perlu penulis kemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada orang tua yang pertama dan utama bagi anak-anaknya hendaknya selalu membiasakan dirinya dengan kebiasaan yang baik, memberi motivasi dan perhatian kepada anak dalam dunia pendidikan yang mana bertujuan
untuk
mencerdaskan
generasi
penerus,
memberikan suri tauladan yang selalu mencerminkan kehidupan Islami, baik itu dalam bentuk perhatian, sikap maupun perbuatannya. 2. Kepada Masyarakat Kepada masyarakat dusun Pejarakan Selatan kabupaten Sidoarjo khususnya pada orang tua yang masih mempunyai anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan, hendaknya orang tua lebih peduli dengan masa depan anak-anaknya, buka saja sebatas membesarkan anak namun yang lebih penting yakni sekuat tenaga untuk membimbing,
mendidik
dan
membina
anak-anaknya
menuju
keberhasilan demi masa depan yang lebih baik. Maka dari itu, orang tua harus pandai memanfaatkan masa-masa perkembangan anak sebaik-baiknya. Juga harus bisa selalu memberikan pembinaan khusus terhadap anak agar selalu bisa menjadi anak yang berakhlak dan berpendidikan.
5
3. Kepada Para Pembaca Para pembaca hendaknya dapat mengambil masukan-masukan yang dapat diterapkan setiap langkah kehidupan sesuai dengan situasi dan kondisi jaman yang terus berkembang yang setiap saat akan berubah.
6
DAFTAR PUSTAKA Hartono dan Arnicum Aziz. 1993. Ilmu Dasar, Bumi Aksara: Jakarta, cet III. Depag RI. 1997. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag RI. Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, teoretis dan Prakti. Jakarta: Ciputat Press. Imam Muslim. Shahih Muslim, Juz II, Syarikat „Alawi. Surabaya. Abdullah Nasih Ulwan. 1995. Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Diterjemahkan oleh Drs. Jamaluddin Miri, Lc. Dengan judul “Pendidikan Anak dalam Islam (1), Jakarta: Pustaka Amani. Tohari Musnamar dalam Soebahar. 2002. Wawasan Baru Pedidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Zakiyah Daradjat. 1992. Pedidikan Agama dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama. M. Nipan Abdul Halim. 2001. Anak Saleh Dambaan Keluarga . Yogyakarta; Mitra Pustaka. Mochamad Bugi. Mendidik Anak Meraih Sukses Keluarga. (di akses pada 24 Oktober 2014, pukul 21:32) Profil Dusun Pejarakan Selatan
7
Chabib Thoha. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Cet. I. Yogyakarta: Pustaka pelajar offset. Gunarsa dan Gunarsa. Singgih D. 2007. Psikologi Remaja. Cet. 16. Jakarta: Gunung Mulia. Syamsu Yusuf LN. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Thoha Putra. Zakiyah Drajat. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Cet. 2. Jakarta: Remaja Rosdakarya Offset. Mansyur Amin dan Muhammad Najib. 1993. Agama, Demokrasi dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: LPKSMNV DIY bekerjasama dengan The Asia Fondation Jakarta. Mary Go Setiawan. 2000. Menerobos Dunia Anak. cet I. Bandung: YayasanKalam Hidup. Elizabeth B. Hurloch. 1978. Child Developmen. Diterjemahkan oleh Meitasari Tjandrasa. Perkembangan Anak, Jilid II. Jakarta: Erlangga. Hadi Subroto M.S. 1997. Mengembangkan Kepribadian Anak Balita. Jakarta: Gunung.
8
Kamrani Buseri. 2003. Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer. UII Press, Yogyakarta. Jalaluddin Rakhmat. 2001. Psikologi Komunikasi . Bandung : Remaja Rosdakarya. Purwanto. 1991. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kartini Kartono. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. M. Enoch Markus. 1985. Anak, Keluarga dan Masyarakat. Cet II. Jakarta: Sinar Harapan. Abdullah Nasih Ulwan. 1995. Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Diterjemahkan oleh Drs. Jamaluddin Miri, Lc. Dengan judul “Pendidikan Anak Dalam Islam” (1). Pustaka Amani, Jakarta. Mochamad Bugi. Mendidik Anak Meraih Sukses Keluarga. (di akses pada 24 Oktober 2014, pukul 21:32). Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Winarno Surachmad. 1990. Dasar-Dasar Dan Teknik Research. Jakarta: Tarsito. S. Nasution. 1991. Metode Research. Bandung: Jemmars.
9
Sanapiah Faisal. 1981. Dasar Dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha Nasional. Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Reseach II. Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM. Muhammad Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Lexy.J.Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Iwan Setiawan. 2007. The Real Success. Bandung: Nuansa. Panji Anoraga. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mari Yusuf. 2002. Kiat Sukses Dalam Karier. Bogor: Ghalia Indonesia. Dudung Hamdun. 2009. The Personalities of Success. Jogjakarta: Garailmu. Tim
Penulis
Naskah
Kewirausahaan.
2010.
Pengembangan
pendidikan
Kewirausahaan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA Hartono dan Arnicum Aziz. 1993. Ilmu Dasar, Bumi Aksara: Jakarta, cet III. Depag RI. 1997. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag RI. Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, teoretis dan Prakti. Jakarta: Ciputat Press. Imam Muslim. Shahih Muslim, Juz II, Syarikat „Alawi. Surabaya. Abdullah Nasih Ulwan. 1995. Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Diterjemahkan oleh Drs. Jamaluddin Miri, Lc. Dengan judul “Pendidikan Anak dalam Islam (1), Jakarta: Pustaka Amani. Tohari Musnamar dalam Soebahar. 2002. Wawasan Baru Pedidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Zakiyah Daradjat. 1992. Pedidikan Agama dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama. M. Nipan Abdul Halim. 2001. Anak Saleh Dambaan Keluarga . Yogyakarta; Mitra Pustaka. Mochamad Bugi. Mendidik Anak Meraih Sukses Keluarga. (di akses pada 24 Oktober 2014, pukul 21:32) Profil Dusun Pejarakan Selatan Chabib Thoha. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Cet. I. Yogyakarta: Pustaka pelajar offset. Gunarsa dan Gunarsa. Singgih D. 2007. Psikologi Remaja. Cet. 16. Jakarta: Gunung Mulia.
Syamsu Yusuf
LN. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Thoha Putra. Zakiyah Drajat. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Cet. 2. Jakarta: Remaja Rosdakarya Offset. Mansyur Amin dan Muhammad Najib. 1993. Agama, Demokrasi dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: LPKSMNV DIY bekerjasama dengan The Asia Fondation Jakarta. Mary Go Setiawan. 2000. Menerobos Dunia Anak. cet I. Bandung: YayasanKalam Hidup. Elizabeth B. Hurloch. 1978. Child Developmen. Diterjemahkan oleh Meitasari Tjandrasa. Perkembangan Anak, Jilid II. Jakarta: Erlangga. Hadi Subroto M.S. 1997. Mengembangkan Kepribadian Anak Balita. Jakarta: Gunung. Kamrani Buseri. 2003. Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer. UII Press, Yogyakarta. Jalaluddin Rakhmat. 2001. Psikologi Komunikasi . Bandung : Remaja Rosdakarya. Purwanto. 1991. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kartini Kartono. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. M. Enoch Markus. 1985. Anak, Keluarga dan Masyarakat. Cet II. Jakarta: Sinar Harapan. Abdullah Nasih Ulwan. 1995. Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Diterjemahkan oleh Drs. Jamaluddin Miri, Lc. Dengan judul “Pendidikan Anak Dalam Islam” (1). Pustaka Amani, Jakarta.
Mochamad Bugi. Mendidik Anak Meraih Sukses Keluarga. (di akses pada 24 Oktober 2014, pukul 21:32). Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Winarno Surachmad. 1990. Dasar-Dasar Dan Teknik Research. Jakarta: Tarsito. S. Nasution. 1991. Metode Research. Bandung: Jemmars. Sanapiah Faisal. 1981. Dasar Dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha Nasional. Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Reseach II. Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM. Muhammad Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Lexy.J.Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Iwan Setiawan. 2007. The Real Success. Bandung: Nuansa. Panji Anoraga. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mari Yusuf. 2002. Kiat Sukses Dalam Karier. Bogor: Ghalia Indonesia. Dudung Hamdun. 2009. The Personalities of Success. Jogjakarta: Garailmu. Tim Penulis Naskah Kewirausahaan. 2010. Pengembangan pendidikan Kewirausahaan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ORANG TUA 1. Bagaimana usaha bapak/ibu dalam meningkatkan pendidikan anak? 2. Dalam kehidupan sehari-hari, seandainya anak mengalami kesulitan (dalam hal belajar) apakah bapak/ibu juga memberikan bimbingan untuk memecahkan kesulitan masalah tersebut? 3. Apakah bapak/ibu selalu, sering atau bahkan jarang sekali berkomunikasi dengan anak? 4. Bagaimana bapak dan ibu menjaga komunikasi dengan anak? 5. Tipe perlakuan seperti apa yang bapak/ibu dirumah biasakan setiap hari? Otoriter? Demokratis? Ataukah yang lainnya? 6. Apakah bapak/ibu selalu memberikan teguran apabila anak bapak/ibu melakukan kesalahan? Teguran yang seperti apa? 7. Seberapa seringkah bapak/ibu juga melakukan pengecekan hasil belajar anak dirumah? 8. Bagaimana cara bapak/ibu membiasakan anak-anak menjalankan ajaran agama islam? 9. Bentuk pemberian ketauladanan seperti apa yang bapak/ibu berikan kepada anak guna membimbingan budi pekerti (akhlak) dalam kehidupan sehari-hari? 10. Sejauh mana pengaruh peran orang tua dalam membimbing anak untuk meningkatkan prestasi dan membentuk kepribadian yang baik? 11. Apakah bapak/ibu memantau dan mengontrol pergaulan keseharian anak dengan teman-temannya maupun dengan masyarakat?
12. Faktor apa sajakah yang menjadi kesulitan bapak/ibu dalam mendidik anak? 13. Bagaimana solusi yang bapak atau ibu jika anak sulit di bimbing atau di didik? 14. Apa sajakah kegiatan rutin yang dilakukan bapak/ibu di rumah sebagai proses mengantarkan anak untuk menuju keberhasilan?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANAK 1. Bagaimana menurut anda tentang kedudukan orang tua di dalam keluarga? 2. Seberapa besar peran orang tua dalam mendidik dan membimbing anda hingga saat ini? 3. Kebiasaan seperti apa yang orang tua berikan kepada anda sebagai anaknya, yang menurut anda sangat berpengaruh sekaligus menjadikan anda pribadi yang baik? 4. Apa makna kesuksesan atau keberhasilan menurut anda? 5. Apakah orang tua merupakan tipe orang tua yang suka mengomel atau memaksa? 6. Apakah orang tua selalu mengajak anda beribadah bersama misalnya saja sholat berjamaah? 7. Apakah orang tua merupakan orang tua yang suka memanjakan anda? 8.
Bagaimana orang tua dalam memperlakukan anda dengan saudarasaudara anda yang lain? Apakah ada perbedaan perlakuan?
9. Seberapa seringkah anda berkomunikasi dengan orang tua? 10. Apa saja usaha orang tua dalam membantu anda untuk mencapai harapan atau keberhasilan anda sampai saat ini?
BIODATA PRIBADI
Nama lengkap
: Arie Masyitah
Nama panggilan
: Arie
Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 26 April 1993 Alamat di Malang
: Jl. Kertorejo No.6 Kelurahan Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru Malang
Alamat Asli
: Ds. Pejarakan Selatan No. 4 RT 01 RT 02, Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan keguruan
Golongan Darah
:B
Nama orang tua
: H. Anwari dan Hj. Nur Sutik
Riwayat Pendidikan 1998-2000
: TK. Islamiyah Kedungcangkring Jabon
2000-2005
: MI. Nahdlatul Ulama’ Kedungcangkring Jabon
2005-2008
: SMP Negeri 1 Porong
2008-2011
: SMA Negeri 1 Porong