Profil Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear, Abdillah
PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBALIKAN FITRAH ANAK Oleh: Maimunah Dosen Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon Email:
[email protected]
Abstract: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Pendidikan orangtua akan berpengaruh pada pola pikir dan perilaku anak. Ketika ada anak yang bermasalah atau bertingkah laku super, maka tidak semata-mata faktor dalam diri anak, tapi kadang justru faktor dari luar yang lebih dominan, seperti faktor keluarga maupun faktor lingkungan. Berbagai wawasan yang diperlukan agar kita bisa menangani dan mendidik anak dengan tepat antara lain: mengenal kebutuhan dasar anak, perkembangan anak, dan mengetahui faktor-faktor penyebab anak bermasalah dan solusinya. Sedangkan peran orang tua dalam mengatasi anak bermasalah antara lain: penyamaan visi dan persepsi orang tua, memperhatikan kebutuhan dasar anak, mencurahkan kasih sayang, memahami anak sebagai pribadi yang berkembang, hendaknya orang tua mengajarkan prinsipprinsip yang harus dipegangi, dan menanamkan ibadah. Keywords: Peran orang tua, fitrah anak. Pendahuluan Setiap orang pasti mendambakaan memiliki keluarga yang sakinah, pasangan yang setia dan menyenangkan, anak-anak yang menjadi penyejuk hati. Sebagaimana doa yang biasa dilantunkan:
ِ ِ ٍ ُ ب لَنَا ِم ْن أ َْزو ِاجنَا وذُِّريَّاتِنَا قَُّرَة أ َْع (47:ُي إِ َم ًاما (الفرقان َ اج َع ْلنَا ل ْل ُمتَّق ْ ُي َو ْ … َربَّنَا َى. َ َ
Artinya: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Al-Furqan:74).1 Anak tanggung jawab dan amanah orang tua. Pendidikan dini yang diberikan orang tua kepada anak berpengaruh pada pola pikir dan perilaku 1
Al-Qur’an Digital.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
119
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 119-130
anak sehingga hasilnya membekas sampai anak tumbuh menjadi dewasa. Pendidikan akan mengantarkan kefitrahan anak yang menjadi landasan proses dan acuan dalam perencanaan, karena pendidikan harus selaras dengannya sehingga kemudian tidak terjadi kontradiksi. Dalam konteks pendidikan, kata “fitrah” seperti yang disebut di atas sering identik dengan teori tabula rasa yang mengatakan kenetralan modal dasar diarahkan pada proses. Sementara dalam pandangan Islam, kenetralan tersebut sebagai fitrah, dengan arti bahwa ia telah terisi dan terwarnai potensi kesucian. Tetapi bukan berarti tidak berwarna sehingga tergantung pada pewarnanya. Maka orang tualah yang paling berperan dalam memberikan “warna” bagi anak-nya. Sebagaimana sabda Rasul:
ٍ ُول اللَّ ِو صلى اهلل عليو وسلم« ما ِمن مول ود إِالَّ يُولَ ُد ُ ال َر ُس َ َول ق ُ َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة أَنَّوُ َكا َن يَ ُق َْ ْ َ صَرانِِو َوُُيَ ِّج َسانِِو ِّ ََعلَى الْ ِفطَْرةِ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّوَدانِِو َويُن
Artinya: ”Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. (Shahih Muslim No.1852).2
Sejalan dengan sabda Rasulullah, Imam Al-Ghazali dalam Ahmad Syarifudin menjelaskan, anak amanah di tangan ibu bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya. Apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat-sifat yang baik dan bahagia dunia akhirat. Sebaliknya, bila ia dibisaakan dengan tradisi-tradisi buruk, tidak dipedulikan seperti halnya hewan, niscaya ia akan hancur dan binasa.”3 Sesuai dengan potensi fitrah anak, tidak ada anak yang nakal, melainkan orang tua nakal yang tidak bisa mendidik anak-anaknya. Anak belum pernah menjadi orang tua tetapi orang tua sudah pernah menjadi anak. Ketika ada anak yang bermasalah atau bertingkah laku super, tidak semata-mata faktor dalam diri anak, melainkan faktor dari luar yang lebih dominan, seperti faktor keluarga maupun faktor lingkungan. Anak bermasalah digambarkan sebagai anak yang tidak mengikuti aturan, tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan usianya, misalnya susah makan, rewel, sudah umur tiga tahun belum bisa jalan atau bicara. Ketika 2
M. Nashiruddin al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim (terjemahan), (Jakarta : Gema Insani, 2005), hlm. 938. 3 Ahmad Syarifudin, Mendiddik Anak Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani, 20050), hlm. 65.
120
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Profil Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear, Abdillah
anak agak besar, suka berbohong, malas belajar, sampai pada tingkat kritis terlibat kenakalan remaja, seks bebas, bahkan kecanduan narkoba. Ketika ada anak yang bermasalah, yang dilakukan kebanyakan orang tua adalah langsung memberikan punishment, tanpa menyelidiki terlebih dahulu, apa yang melatarbelakangi anak tersebut membuat masalah. Orang tua langsung memukul atau memarahi anak hanya karena anak memecahkan gelas atau terlambat pulang sekolah sehingga secara tidak sadar, orang tua tidak sedang menyelesaikan masalah, melainkan menambah masalah. Fenomena ini dikuatkan oleh hasil penelitian di Mesir yang menunjukkan bahwa orang tua dilingkungan perkotaan yang mendidik anaknya dengan cara nasihat atau pengarahan hnya mencapai 27%, sedangkan di pedesaan hanya 22%. Selebihnya, yakni sebanyak 73% orang tua di perkotaan dan 78% di pedesaan mendidik anak-anaknya denga cara memukul, sanksi hukuman badan, dan sebagainya.4 Ibu Lovanka, seorang kepala sekolah di sebuah sekolah ternama di Bandung yang memiliki pengalaman mengajar dan menangani anak-anak bermasalah selama 24 tahun menyampaikan sebuah fakta bahwa 95% anakanak yang bermasalah di sekolah, berasal dari keluarga yang bermasalah juga.5 Dari fenomena tersebut penulis tertarik untuk menganalisis faktor penyebab anak bermasalah dan peran orang tua dalam mengatasinya. Mengenal Kebutuhan Dasar Anak Kajian-kajian psikologi menjelaskan, kebutuhan mendapat perhatian bagi sejumlah ahli psikologi. Salah satu teori kebutuhan paling populer dibangun dan dikembangkan Maslow. Menurut Maslow dalam Desmita, manusia mempunyai kecenderungan-kecenderungan untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan sehingga bermakna dan memuaskan. Manusia dilukiskan oleh Maslow makhluk yang tidak pernah berada dalam keadaan sepenuhnya puas, sehingga jika suatu kebutuhan telah terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul dan menuntut pemuasan.6 Berdasarkan pada keyakinan tersebut, Maslow membangun sebuah teori tentang kebutuhan yang kemudian dikenal dengan teori “hierarki kebutuhan”. Dalam teori hierarki kebutuhan ini, Maslow menyebutkan lima kebutuhan manusia yang disusun secara hierarki. Disebut hierarki, karena pemenuhan lima kebutuhan tersebut didasarkan atas prioritas utama. 4
M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, (Cet. III; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2004), hlm. 111. 5 Timotius Adi Tan, Smart Parenting, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2009), hlm. 11. 6 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 60. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
121
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 119-130
Misalnya kebutuhan tingkat kedua belum menjadi prioritas untuk mendapatkan pemenuhan sebelumkebutuhan prioritas pertama terpenuhi, demikian seterusnya.7 Lima tingkatan kebutuhan tersebut: a. Kebutuhan fisiologis (Physiolo-gical needs). Kebutuhan fisiologis/jasmani yang perlu mendapat perhatian antara lain: makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. b. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (Need for self-security and security). Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketenteraman, kepastian dan keteraturan dari lingkungannya, jaminan keamanan, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, dan lain-lain. c. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan memiliki (Need for love and belongingness). Need for love and belongingness adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afeksi atau ikatan emosinal dengan orang lain, yang diaktualisasikan dalam bentuk: kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai, merasa diri penting, setia kawan, kerja sama, dan sebagainya. Oleh sebab itu, tanpa cinta dan kasih sayang akan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan individu. d. Kebutuhan akan rasa harga diri (need for self-esteem) Need for self-esteem mencakup rasa percaya diri, kekuatan pri-badi, kemandirian, penghargaan pengakuan dan penerimaan dari orang lain, prestise, dan sebagai-nya. e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self-actualization) Self-actualization adalah kecenderungan untuk berjuang untuk menjadi apa saja yang mampu diraih, motif yang mendorong manusia untuk mencapai potensi secara penuh dan mengekspresikan kemampuan yang unik. Kebutuhan ini diwujudkan dengan jalan membuat segala sesuatu yang terbaik atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidang masingmasing.8 Perkembangan anak Perkembangan anak, sebagaimana dijelaskan oleh Desmita meliputi: a. Perkembangan Fisik 7 8
122
Ibid. Ibid, hlm. 63-65. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Profil Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear, Abdillah
b.
c.
d. e. f. g.
Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ inderawi, pertambahan tinggi dan berat badan, hormone, dan lain-lain), dan perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik, seksual), serta perubahan kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan, dan sebagainya). Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif (pemikiran) salah satu aspek perkembangan yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Misalnya, anak usia SD sudah mampu untuk berpikir melalui urutan sebab-akibat dan mulai mengenal banyaknya cara yang ditempuh dalam menyelesaikan satu masalah. Perkembangan Konsep Diri Konsep diri (self concep) adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Memupuk konsep diri yang positif seperti optimis, berani, percaya diri, akan mempermudah seseorang untuk mencapai kesuksesan. Perkembangan Kemandirian dan Penyesuaian Diri Perkembangan Hubungan Interpersonal (hubungan antar pribadi, dengan keluarga, teman-teman) Perkembangan Tingkah Laku Prososial (menolong/memberi bantuan kepada orang lain) Perkembangan Moral dan Spiritual9
Berbagai jenis perkembangan tersebut berkaitan dan saling berpengaruh antara satu dengan yang lain. Salah satu contoh perkembangan otak pada usia balita. Usia balita disebut dengan golden age (masa keemasan) karena pertumbuhan otak pada usia dini berkembang pesat yang pertumbuhan otak itu penting bagi perkembangan fisik, kognitif, dan emosional. Dari hasil penelitian otak mutakhir menyatakan: pada saat lahir, berat otak hanya sekitar 25% dari berat akhirnya di periode dewasa yaitu 3,5 pon dengan potensi 10 miliar neuron (sel syaraf). Otak mendapatkan 70% dari berat tersebut pada usia 1 tahun dan hampir 90% pada usia 3 tahun. Tiga tahun pertama sejak lahir merupakan periode di mana miliaran sel glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel-sel syaraf ini dapat membentuk ribuan sambungan antarneuron yang disebut dendrite yang 9
Ibid, ringkasan isi buku dari hlm. 73-258.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
123
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 119-130
mirip sarang laba-laba, dan axon yang berbentuk memanjang. Di usia enam tahun, ukuran otak hampir sebesar otak orang dewasa, tetapi pertumbuhan dan perkembangan fungsi bagian spesifik dari otak terus berlanjut hingga dewasa.10 Otak memiliki tiga bagian. Pertama, batang otak, berfungsi mengatur fisik manusia untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk dari pancaindera. Kedua, otak bagian tengah, atau otak limbid/ mamalia, tugasnya mengatur fungsi memori, hormon emosi dan sebagainya. Ketiga, otak bagian atas/neokorteks atau otak berfikir, yang digunakan saat berfikir atau belajar. Disini letak kecerdasan otak kiri dan otak kanan. Otak mamalia/otak bagian tengah, fungsinya seperti saklar yang ada fungsi on dan dan off. Untuk mengarahkan emosi yang masuk diteruskan ke bagian atas atau bawah otak. Bila yang masuk emosi positif, otak akan meneruskan ke bagian bagian paling atas/otak befikir, sehingga anda bisa berfikir dengan baik. Sementara jika emosi yang masuk negatif, akan diteruskan ke bawah, yang tidak dirancang untuk berfikir.11Agar otak ber-pengaruh positif terhadap perkembangan yang lain, anak harus dirangsang dengan pendidikan yang baik dan lingkungan yang kondusif. Jika anak dimarahi untuk memintanya belajar, itu akan memasukkan emosi negatif yang tidak mengaktifkan otak fikirnya sehingga perkembangan kogni-tif anak terhambat. Menurut Dr. Eddy Supriyadi SpA, dari RS Sardjito Yogyakarta, ada dua komponen dasar dalam perkembangan otak anak, yaitu lingkungan yang aman dan pengalaman positif. Saat seorang bayi merasa tertekan, otak akan merespon dengan menghasilkan zat kortisol. Kadar kortisol yang tinggi akan memperlambat perkembangan otak. Lingkungan aman dan nyaman diperlukan bayi untuk membantu perkembangan otaknya. Beri respon saat bayi menangis maupun mengoceh. Dr Eddy memberikan 10 tips bagi orang tua untuk membangun dasar perkem-bangan otak anak: 1) Beri perawatan dan kasih sayang yang kuat selama masa kehamilan. 2) Beri nutrisi yang cukup. Enam bulan pertama kehidupan bayi, berikan kecukupan nutrisi dengan ASI. 3) Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. 4) Berbicaralah kepada bayi. Buat kontak mata saat berbicara dengan anak. Jangan lupa selalu tersenyum kepada anak.
10
Diane E. Papalia, et. al., Human Development, alih bahasa A.K. Anwar, (Cet. I; Jakarta : Kencana, 2008), hlm. 175. 11 http: //Oerang pribumi blogspot//
124
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Profil Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear, Abdillah
5) Bila harus menitipkan anak, carilah tempat penitipan yang bermutu tinggi. 6) Kenalkan aneka ragam musik pada anak, dan bernyanyilah bersama. 7) Beri interaksi yang nyata dengan anak demi perkem-bangan otaknya. Jangan biarkan anak menonton televisi terlalu lama. Batasi waktunya. 8) Beri ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya. 9) Redakan stres pada orangtua. Orangtua yang mengalami stres cenderung mengalihkan stres kepada anaknya. Bila Anda merasa stres, cobalah bercerita kepada orang yang dekat dengan Anda. 10) Ingat, otak tidak akan pernah berhenti berkembang. Jadi, beri stimulasi sebanyak-banyaknya secara terus-menerus.12 Perkembangan konsep diri, perkembangan kemandirian dan penyesuaian diri, perkembangan hubungan interpersonal, perkembangan tingkah laku prososial, perkembangan moral dan spiritual akan berjalan dengan sempurna apabila dipupuk dalam lingkungan yang baik. Di usia 2-7 tahun tahap anak menirukan, apabila orang tua sudah mencontohkan perilaku yang baik, di tahap berikutnya, usia 7-11 tahun, dari aspek spiritual anak secara sistematis sudah mulai mengambil makna dari tradisi masyarakat-nya. Itulah diantara hikmah hadis Rasulullah yang memerintahkan untuk mendidik anak melakukan salat di usia 7 tahun, dan memukulnya di usia 10 tahun apabila tidak mau melaksanakan salat. Teori psikologi ini sudah sejak lama dipraktekkan di masa Nabi saw. Faktor-faktor Penyebab Anak bermasalah Setiap orangtua pasti berharap agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Betapa bahagianya apabila anaknya ketika masih bayi tidak rewel, mudah beradaptasi ketika diajak berkunjung ke rumah saudara atau kenalan, apabila disapa keluarga tersenyum atau bahkan langsung tertawa, tidak susah makan, atau tidak buang air besar dan kecil (termasuk mengompol) sembarang waktu dan tempat. Alangkah bahagianya para orangtua apabila anak-anak-nya yang sudah menginjak usia sekolah dapat bersekolah dengan baik, bisa bangun pagi-pagi, tidak bermasalah dengan teman-temannya, rajin belajar, tidak suka berbohong, sopan, suka menolong, patuh kepada orangtua dan guru, apalagi rajin pula beribadah. Namun, apabila anak tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya, susah makan, rewel, mudah memberontak, atau kalau sang anak sudah mulai besar ia suka berbohong, mencuri, menakali teman, atau malas belajar, tidak jarang orang tua 12
Tri Gozali, otak-anak.html
http://mengenal-otak.blogspot.com/2008/12/kiat-mengembangkan-
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
125
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 119-130
kebingungan bagaimana cara mengatasinya. Ketika sekali atau dua kali orangtua menasihati anaknya dan anaknya tetap tidak berubah, tak sedikit pula orangtua yang justru memarahi anaknya, memberikan hukuman, atau bahkan memukul sang anak. Ketika keadaan sudah begini, tidak banyak dari orangtua yang bisa berpikir dengan tenang untuk mencari jawab mengapa anaknya menjadi bermasalah. Anak bermasalah di sini anak yang mempunyai perilaku tidak sesuai dengan keinginan atau harapan orang tua yang berkesesuaian dengan nilainilai yang dianut orangtua, keluarga, atau bahkan lingkungan.13 Di dalam menangani anak bermasalah apakah dibenarkan melalui cara, misalnya, memarahi anak, mengurung anak, atau bahkan memukulinya? Sudah tentu, cara-cara tersebut tidak dapat dibenarkan, di samping termasuk “kejahatan terhadap anak”, cara tersebut juga tidak efektif untuk mengubah perilaku anak bermasalah menjadi baik. Jika memang berubah menjadi baik, perubahan yang terjadi akan menyimpan kesan buruk dalam diri anak, atau perubahan itu tidak berlangsung lama karena tidak berangkat dari sebuah kesadaran. Ada 3 faktor yang menyebabkan anak bermasalah: a.
Faktor internal Faktor internal meliputi faktor fisik dan psikis yang tidak terpenuhi. Menurut Clara Istiwidarum Kriswanto, secara fisik kenakalan akan muncul bila anak berada dalam kondisi capai, mengantuk atau hilang mood, serta lapar. Selain dipicu faktor fisik, kenakalan pada anak juga muncul akibat faktor psikologis. Seorang anak, bisa berbuat nakal atau tindakan yang bisa membuat ibu jengkel, sebenarnya untuk meminta perhatian. Tujuan utama anak nakal, karena ia meminta perhatian.'14 b.
Faktor keluarga Faktor keluarga bisa dilihat dari aspek retaknya rumah tangga dan pola pendidikan keluarga yang salah. Berbagai kajian menyatakan bahwa para remaja yang hidup dalam rumah tangga retak (broken home) mereka lebih berpotensi mengalami banyak problematika yang bersifat emosional, moral, medis dan social dibanding dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga biasa. Anak-anak yang terpisah dari orang tuanya biasanya cenderung suka murung, mudah marah dan tersinggung. Mereka tidak punya kepekaan agar diterima masyarakat. Mereka juaga jarang sanggup
13
Akhmad Muhaimin Azzet, http://amazzet.wordpress.com/2012/02/09/bagaimanamengatasi-anak-bermasalah/ 14 http://www.republika.co.id/berita/ humaira/samara/13/06/18/mol4k7Anak Badung Banget, Mungkin Ini Penyebabnya,Selasa, 25 Juni 2013
126
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Profil Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear, Abdillah
mengendalikan diri.15 Bentuk pendidikan yang salah antara lain: kurang memberi kasih sayang dan perhatian terhadap anak, terlalu memanjakan, kekerasan dan kekejaman orang tua, dan sebagainya. c.
Faktor lingkungan/pergaulan Lingkungan berupa media, misalnya media sekolah untuk belajar, media keluarga untuk pengawasan, pendidikan dan pengasuhan. Ada media yang menyenangkan seperti night club, pusat hiburan, yang menawarkan kesenangan, hura-hura dan berbagai praktek yang berhubungan dengan itu. Tidak kalah berbahayanya media massa baik cetak maupun elektronik. Lingkungan juga berarti manusia secara subjektif yang akan mempengaruhi seseorang, baik secara kelompok maupun perseorangan, untuk mengikuti keinginan orang atau kelompok itu. Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Anak Bermasalah Menurut Akhmad M. Azzet, ada tiga prasyarat yang harus dipenuhi oleh setiap orangtua agar dapat mengatasi anaknya yang bermasalah secara efektif, yakni: a.
Bersikap Tenang Orangtua yang panik atau malah kebingungan tidak akan bisa menyelesaikan masalah yang terjadi pada anaknya dengan baik. Kepanikan ini bisaanya terjadi ketika orangtua tiba-tiba melihat sebuah kenyataan bahwa anaknya ternyata bermasalah. Orang tua tidak menyangka akan ada kejadian yang tidak diinginkan menimpa anaknya. Di sinilah dibutuhkan ketenangan agar dapat mengurai masalah dengan baik dan mencari jalan keluarnya. b. Berbuat Sepenuh Kasih dan Sayang Rasa kasih dan sayang ini hendaknya mendasari setiap langkah yang ditempuh oleh orangtua dalam mengatasi anaknya yang bermasalah. Jadi, bukan karena rasa malu, demi kehormatan keluarga, apalagi didorong oleh kemarahan tertentu. Sudah terbukti, bahwa hukuman fisik sangat tidak efektif terhadap perubahan tingkah laku anak. Kekerasan serta paksaan tidak dapat membuat anak berubah patuh. Anak hanya akan menuruti di saat merasa takut, bukan karena insyaf diri, tetapi anak akan menjadi penantang dan keras kepala. c.
Memahami Anak Sebagai Pribadi yang Berkembang Memahami anak sebagai pribadi yang berkembang yang dimaksudkan di sini setiap anak mempunyai tahapan demi tahapan dalam berkem-bang. 15
M. Jamaludin Mahfuzh, Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2004), hlm. 82. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
127
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 119-130
Sudah tentu, tahapan perkembangan anak sangat berbeda dengan cara berpikir dan memahami segala sesuatu yang dimiliki orangtuanya. Dalam hal ini, orangtua tidak bisa memaksakan kehendak terhadap anaknya agar mengikuti cara berpikir dan memahami sesuatu sebagaimana orang tua-nya. Jika memang orangtuanya menghendaki sang anak melakukan apa yang menjadi harapannya hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkem-bangan sang anak.16 Tidak kalah penting dengan 3 poin di atas, agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua: a.
Penyamaan visi dan persepsi orang tua Penyamaan visi orang tua dalam mendidik anaknya sangat penting apabila ingin hasil yang maksimal. Sebaliknya, apabila ayah dan ibu tidak sejalan, maka pendidikan yang ditanamkan tidak akan meng-akar kuat. Ada pelajaran dari kisah Nabi Nuh dan Nabi Luth sebagaimana firman Allah:
ِ ِ وط َكانَتا ََتت عبدي ِن ِمن ِعب ِادنَا ص ِ َِّ ٍ ُوح وامرأََة ل ِ ْ َاِل َّ َ ضر ُي َ َ ْ ْ َ َْ َ ْ َ َ ب اللوُ َمثًًَل للذ َ ْ َ ٍ ُين َك َف ُروا ا ْمَرأََة ن ََ ِِ ِ ِ َّ ِ ِ )01( ُي ُ َفَ َخانَت َ َّار َم َع الدَّاخل َ يل ْاد ُخ ًَل الن َ اُهَا فَلَ ْم يُ ْغنيَا َعْن ُه َما م َن اللو َشْيئًا َوق
Artinya: “Allah membuat istri Nuh dan istri Lut perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); "Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (QS. At-Tahrim: 10).17 Ayat ini menunjukkan secara jelas betapa khianatnya seorang istri akan meruntuhkan bangunan rumah tangga, meskipun sang ayah tak putus berdakwah dan menyampaikan risalah-Nya. Ayahnya memang beriman, tapi ibu yang setiap saat mendekap dan mengasuh anak terlepas dari iman, sehingga anak pun tidak sanggup menggenggam iman. Fauzil Adhim, seorang pakar parenting terkenal, memberikan tips dalam mendidik anak secara baik. Idealnya orang tua mendidik anaknya sendiri di rumah, tidak mengirim mereka ke sekolah. Tetapi ada syaratnya: pertama, orang tua harus benar-benar mengilmui apa yang harus diajarkan kepada anak dan 16
Akhmad Muhaimin Azzet, http://amazzet.wordpress.com/2012/02/09/bagaimanamengatasi-anak-bermasalah/ 17 Al-Qur’an Digital.
128
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Profil Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Persamaan dan Pertidaksamaan Linear, Abdillah
mengilmui bagaimana cara mengajarkannya. Kedua, harus ada jaminan bahwa orang-orang yang tinggal di rumah, juga harus sejalan dan sepaham dengan orang tua. Ketiga, mendidik anak secara total sehingga mereka memiliki bekal yang cukup.18 b. Memperhatikan kebutuhan dasar anak. Seorang membutuhkan lima kebutuhan dasar sebagaimana yang digambarkan oleh Maslow. Anak butuh untuk dipenuhi kebutuhan fisiknya, kasih sayang, butuh pengakuan dan penghargaan, dan sebagainya. Ketika kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi, maka emosinya akan terganggu, tumbuh menjadi pribadi yang pasif, atau sebaliknya agresif. c. Hendaknya orang tua mengajarkan prinsip-prinsip yang harus dipegangi. Diantara prinsip-prinsip yang harus diajarkan kepada anak: membentuk citra diri positif anak, tanggung jawab, relationship, sikap positif, mengenalkan anak pada Tuhan.19 d. Menanamkan ibadah Hadits Nabi saw. menyebutkan: ”Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan salat jika mereka mencapai usia 7 tahun, pukullah mereka jika tidak mengerjakannya pada usia 10 tahun, dan pisahkan mereka di kamar tidurnya.”(HR. Turmudzi)20 Penutup FaKtor-faktor yang menyebabkan anak bermasalah ada tiga: faktor internal, faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Peran orang tua dalam mengatasi anak bermasalah antara lain: penyamaan visi dan persepsi orang tua, memperhatikan kebutuhan dasar anak, mencurahkan kasih sayang, memahami anak sebagai pribadi yang berkembang, hendaknya orang tua mengajarkan prinsip-prinsip yang harus dipegangi, dan menanamkan ibadah. DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Digital Al-Albani, M. Nashiruddin, Ringkasan Shahih Muslim (terjemahan), Jakarta: Gema Insani, 2005. 18
Fauzil Adhim, Segenggam Iman Anak Kita, Majalah Hidayatullah edisi Juli 2013,
hlm. 75. 19
Timotius, hlm. 118. Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhajul Muslim (terjemahan), (Cet. VI; Jakarta : Darul Falah, 2003), hlm. 302. 20
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
129
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 119-130
2005. Adhim, Fauzil, Segenggam Iman Anak Kita, Majalah Hidayatullah edisi Juli 2013. Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir, Minhajul Muslim (terjemahan), Cet. VI; Jakarta: Darul Falah, 2003. Azzet, Akhmad Muhaimin, http://amazzet.wordpress.com/2012/02/09/bagaimana-mengatasianak-bermasalah/ Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Gozali, Tri, http://mengenal-otak.blogspot.com/2008/12/kiatmengembangkan-otak-anak.html Mahfuzh, M. Jamaluddin, Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, Cet. III; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2004. Syarifudin, Ahmad, Mendiddik Anak Mencintai Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 20050). Tan, Timotius Adi, Smart Parenting, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009. Papalia, Diane E., et. al., Human Development, alih bahasa A.K. Anwar, Cet. I; Jakarta: Kencana, 2008). http: //Oerang pribumi blogspot// http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/06/18/mol4k7- Anak Badung Banget, Mungkin Ini Penyebabnya,Selasa, 25 Juni 2013.ipsi Tidak diterbitkan. FMIPA UNM Makassar.
130
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon