perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK PADA PELAKSANAAN GERAKAN WAJIB JAM BELAJAR (Studi Kasus pada Gerakan Wajib Jam Belajar di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta)
SKRIPSI
Oleh: BADRIYAH DWI WULANSARI NIM K8407001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK PADA PELAKSANAAN GERAKAN WAJIB JAM BELAJAR (Studi Kasus pada Gerakan Wajib Jam Belajar di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta)
Oleh: BADRIYAH DWI WULANSARI K8407001
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 30 Juni 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Soeparno, M.Si
Dra. Siti Rochani CH, M.Pd
NIP. 19481210 197903 1 002
NIP. 19540213 198003 2 001 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
: Kamis
Tanggal
: 30 Juni 2011
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
…………………………
Ketua
: Drs. M. H. Sukarno, M.Pd
Sekretaris
: Drs. A. Y. Djoko Darmono, M.Pd …………………………
Anggota I
: Drs. Soeparno, M.Si
…………………………
Anggota II
: Dra. Siti Rochani CH, M.Pd
…………………………
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd commit to user NIP. 19600727 198702 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Badriyah Dwi Wulansari, K8407001, PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK PADA PELAKSANAAN GERAKAN WAJIB JAM BELAJAR (Studi Kasus pada Gerakan Wajib Jam Belajar di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan gerakan wajib jam belajar di Kelurahan Jebres, yang dilihat dari (1) Implementasi gerakan wajib jam belajar (GWJB) di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta (2) Peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar pada pelaksanaan gerakan wajib jam belajar (GWJB) Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif dengan studi kasus tunggal terpancang. Sumber data dalam penelitian ini berupa manusia (informan), tempat dan peristiwa, dokumen dan arsip, serta studi pustaka. Teknik pengambilan Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive. Pengumpulan data menggunakan observasi langsung, wawancara mendalam dan analisis dokumen. Untuk mencari validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: Pertama, implementasi GWJB di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta dapat dilihat melalui (1) Sosialisasi GWJB dikelurahan Jebres, yaitu dengan pemberitahuan lewat spanduk dan selebaran, pemberitahuan lewat pertemuan RW, Kelurahan maupun Kecamatan, pemberitahuan lewat plakat yang di pasang di setiap gang, gapura dan pos ronda di kampung-kampung, serta pemberitahuan lewat sirine atau tanda belajar (2) Teknis pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres yang dimulai dengan adanya sirine atau tanda belajar pada pukul 18.30 WIB berisi himbauan kepada masyarakat untuk mendampingi atau mengawasi anak belajar serta mengkondusifkan lingkungan belajar (3) Perkembangan pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres mulai surut, namun sampai sekarang masih tetap berjalan. Kedua, peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan GWJB dapat dilihat dari (1) Pandangan orang tua mengenai GWJB (2) Alasan orang tua memberikan motivasi belajar anak (3) Peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan GWJB yang dilakukan dengan menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar, menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak, memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak serta mendidik anak secara demokratis. Ketiga, peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak termasuk tindakan subyektif karena memiliki tujuan yakni kesuksesan dan keberhasilan anak. Selain itu, pemberian motivasi belajar termasuk tindakan aktif dan kreatif, terlihat dari pemilihan cara yang digunakan commit to user untuk memotivasi anak saat belajar.
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Badriyah Dwi Wulansari, K8407001, PARENTS’ ROLES IN GIVING MOTIVATION TO THEIR CHILDREN FOR STUDYING IN THE IMPLEMENTATION OF COMPULSORY STUDYING HOURS PROGRAM (Case Study on Compulsory Studying Hours Program in Jebres Village of Jebres District, Surakarta). Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. 2011. The aim of the research is to know parents’ roles in giving motivation to their children for studying in the implementation of compulsory studying hours program in Jebres Village, which is viewed from (1) The implementation of compulsory studying hours program (GWJB) in Jebres Village of Jebres District, Surakarta; (2) Parents’ roles in giving motivation to their children for studying in the implementation of compulsory studying hours program (GWJB) in Jebres Village of Jebres District, Surakarta. The research is a single case study which uses qualitative descriptive method. The resources of the data are human beings or informant, places and incidents, documents and archives, and literature study. The technique which is used to get the sample is purposive sampling. The data are collected through direct observation, deep interview, and document analysis. Data validity which is used is resource triangulation and method triangulation. The technique of data analysis is interactive analysis method. Based on the research results, it can be concluded that: First, the implementation of GWJB in Jebres Village of Jebres District, Surakarta can be seen from (1) The socialization of GWJB which is done through announcement with banners and leaflets, announcement in the meeting of neighborhood association (Rukun Warga/ RW) both in village and district, announcement with posters which are attached in each alley, gate, and patrol post of each village, and announcement with siren or alarm or a sign for studying; (2) The technical implementation of GWJB, started with siren or a sign for studying at 6:30 p.m., which contains an appeal for society to accompany or supervise their children studying and to maintain environment condition for studying; (3) The development of the implementation of GWJB which declines though still remains. Second, parents’ roles in giving motivation to their children for studying in the implementation of GWJB can be seen from (1) Parents’ view on GWJB, (2) parents’ reasons to give motivation to their children for studying, (3) Parents’ roles in giving motivation to their children for studying in the implementation of GWJB which is done by creating home situation which is able to support their children to study, providing enough time to involve themselves in their children studying activity, giving appreciation or positive responds to their children achievement, and educating their children democratically. Third, parents’ roles in giving motivation to their children for studying belong to subjective action because it has a goal like their children’s success. Besides, giving motivation for studying is active and creative action which can be seen from the choice of the commit to user ways which are used to motivate their children when they are studying.
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani (Ki Hadjar Dewantoro)
Tiap cobaan, ujian dan kegagalan adalah rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan untuk manusia, Janganlah kamu putus asa dalam menghadapi cobaan, ujian dan kegagalan, karena dibalik cobaan, ujian dan kegagalan tersebut Allah merencanakan sesuatu pada kita (Penulis)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Segala syukur kehadirat ALLAH SWT Karya ini penulis persembahkan kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta, Orang tua terhebat di dunia
yang
telah
memberikan
segala
dukungan, kasih sayang dan pengorbanan. Doa dan harapanmu adalah semangat disetiap langkahku, 2. Kakakku tersayang atas segala pengalaman dan nasihat yang diberikan, 3. Keluarga
besarku,
terimakasih
atas
dukungannya, 4. Orang-orang yang aku cintai setelah Allah SWT dan Rasulku, 5. Teman seperjuangan angkatan 2007 terima kasih atas kebersamaan kalian, 6. Almamater commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat karunia-Nya dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan pihak-pihak lain. Oleh karena itu sudah sepantasnya peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang peneliti hormati: 1.
Prof. Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2.
Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta,
3.
Drs. MH. Sukarno,M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Pembimbing Akademik, terimakasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama peneliti menempuh studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta,
4.
Drs. Soeparno, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini,
5.
Dra. Siti Rochani, CH, M.Pd, selaku Pembimbing II yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan semangat, pengarahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini,
6.
Segenap Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama di bangku kuliah,
7.
Kepala Kelurahan Jebres beserta stafnya atas ijin yang diberikan untuk mengadakan penelitian serta informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi,
8.
Para informan yang memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi,
9.
Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semoga amal kebaikan tersebut mendapatkan balasan dari Allah SWT. Peneliti menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta,
Juni 2011
Peneliti
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL .......................................................................................................
i
PENGAJUAN ............................................................................................
ii
PERSETUJUAN ........................................................................................
iii
PENGESAHAN .........................................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
v
MOTTO .....................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ix
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar belakang Masalah ............................................................
1
B. Perumusan Masalah ...................................................................
8
C. Tujuan Penelitian.......................................................................
8
D. Manfaat Penelitian.....................................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................
10
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................
10
B. Penelitian yang Relevan ............................................................
28
C. Kerangka Berfikir ......................................................................
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...............................................
32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
32
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................
34
C. Sumber Data ..............................................................................
36
D. Teknik Pengambilan Informan ..................................................
38
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
39
F. Validitas Data ............................................................................ commit to user G. Analisis Data .............................................................................
42
xi
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian ....................................................................
47
BAB IV SAJIAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ......
49
A. Diskripsi Lokasi Penelitian ......................................................
49
1. Keadaan Geografis ..............................................................
49
2. Keadaan Demografis ...........................................................
51
a. Distribusi Penduduk Menurut Umur ..............................
51
b. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...........
52
c. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........
52
d. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Agama ...............
53
e. Mutasi Penduduk ............................................................
54
3. Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................
54
a. Sarana dan Prasarana Pemerintahan ...............................
54
b. Sarana dan Prasarana Sosial Budaya ..............................
56
c. Sarana dan Prasarana Perhubungan dan Komunikasi .....
57
d. Sarana Perekonomian .....................................................
58
4. Kondisi Sosial Masyarakat ..................................................
58
5. Gambaran Umum Gerakan Wajib Jam Belajar ...................
59
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ..........................................
65
1. Implementasi GWJB di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta ..................................................................
65
a. Sosialisasi GWJB di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta .............................................................
66
1) Pemberitahuan Lewat Spanduk dan Selebaran ..........
66
2) Pemberitahuan Lewat Pertemuan RW, Kelurahan maupun Kecamatan ....................................................
67
3) Pemberitahuan Lewat Plakat yang ada di setiap gang, gapura dan pos ronda di kampung-kampung ...
69
4) Pemberitahuan Lewat Sirine atau Tanda Belajar .......
71
b. Teknis Pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres Surakarta ............................... commit to user
xii
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Perkembangan Pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta ..........................................
78
1) Program GWJB yang Diberlakukan Kepada Siswasiswi SD .....................................................................
82
2) Program GWJB yang Diberlakukan Kepada SiswaSiswi SMP ..................................................................
83
3) Program GWJB yang Diberlakukan Kepada SiswaSiswi SMA .................................................................
84
4) Program GWJB yang Diberlakukan Kepada SiswaSiswi SMK .................................................................
85
2. Peran Orang Tua Dalam Memberikan Motivasi Belajar Anak Pada Pelaksanaan GWJB ...........................................
86
a. Pandangan Orang Tua Mengenai GWJB ........................
86
b. Alasan Orang Tua Memberikan Motivasi Belajar Anak
88
c. Peran Orang Tua dalam Memberikan Motivasi Belajar Anak Pada Pelaksanaan GWJB ..........................
89
1) Menciptakan Iklim Rumah Yang Mendukung Anak Untuk Belajar .............................................................
90
2) Menyediakan Waktu Yang Cukup Untuk Terlibat Dalam Kegiatan BelajarAnak ....................................
93
3) Memberikan Penghargaan atau Respon Positif Terhadap Setiap Prestasi Anak ..................................
95
4) Mendidik Anak Secara Demokratis ...........................
96
3. Kesimpulan Hasil Temuan di Lapangan .............................
97
a. Implementasi GWJB di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta .............................................................
97
b. Manfaat GWJB bagi Masyarakat Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta ..........................................
101
c. Peran Orang Tua Dalam Memberikan Motivasi Belajar Anak Pada Pelaksanaan GWJB ...................................... commit to user C. Temuan Studi Yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori ........
xiii
104 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak .........................
107
2. Motivasi belajar Dalam Pemenuhan Kebutuhan .................
108
3. Peran Orang Tua dalam Memberikan Motivasi Belajar sebagai Tindakan Subjektif .................................................
112
4. Pemberian Motivasi Belajar Merupakan Tindakan Aktif dan Kreatif ...........................................................................
117
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................
119
A. Simpulan....................................................................................
119
B. Implikasi ....................................................................................
120
C. Saran ..........................................................................................
122
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
124
LAMPIRAN ...............................................................................................
127
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel 1 Waktu dan Kegiatan Penelitian .................................................
commit to user
xv
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 1 Hierarki Kebutuhan Maslow .................................................
21
2. Gambar 2 Skema Kerangka Berpikir .....................................................
31
3. Gambar 3 Analisis Data Model Interaktif ..............................................
45
4. Gambar 4 Bagan Organisasi Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta .................................................................................................
commit to user
xvi
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Field Note.............................................................................................
128
2.
Interview Guide ...................................................................................
170
3.
Peta Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta ..........................
175
4.
Foto Hasil Penelitian ............................................................................
177
5.
Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada PD I ......................
180
6.
Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Ijin Penyusunan Skripsi .........
181
7.
Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala Kelurahan Jebres ..
182
8.
Surat Ijin/ Rekomendasi Penelitian dari Kepala Kelurahan Jebres......
183
9.
Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala Kelurahan Jebres ..................................................................................
184
10. Curriculum Vitae .................................................................................
185
commit to user
xvii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan ke arah tercapainya pribadi yang dewasa, yaitu sosok manusia dewasa yang sudah terisi secara penuh bekal ilmu pengetahuan serta memiliki integritas moral yang tinggi, sehingga dalam perjalanannya nanti manusia selalu siap secara jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan arti pendidikan yang termaktub dalam Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yakni: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Sesuai dengan pengertian pendidikan di atas, dapat dilihat bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi kualitas manusia, sehingga pendidikan sangat penting dalam perencanaan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Dalam suatu Negara, termasuk Indonesia, pendidikan menempati posisi penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan merupakan salah satu sarana dan prasarana bagi suatu bangsa untuk memajukan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga pendidikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam rangka mewujudkan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan memberikan kontribusi pemecahan persoalan yang tidak bisa dipecahkan oleh masyarakat modern. Oleh karenanya, salah satu kebijakan dasar bangsa yang progresif harus membangun, menyediakan dan mendukung kualitas pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan warga negara. Selain itu, pendidik akan memberikan
private
benefit, commit yaitu tomemberikan user 1
kontribusi
peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
produktivitas tenaga kerja, sehingga kebijakan pemerintah harus selalu menempatkan pendidikan diposisi utama. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional juga menyebutkan tentang tujuan pendidikan Nasional, yakni: Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa Pendidikan Nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting dalam mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Hal ini jika dikaitkan dengan peran dan fungsi pendidikan nasional dalam pelaksanaan pembangunan bangsa. Pendidikan nasional merupakan alat yang sangat fungsional dalam upaya pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang berkualitas dan mampu mandiri serta dalam rangka pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan Negara. Dengan kata lain, pendidikan nasional berfungsi sebagai alat utama untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan kualitas kehidupan dan martabat bangsa. Saat ini, pendidikan di Negara kita masih mengalami berbagai permasalahan, mulai dari biaya pendidikan yang semakin mahal, kurikulum yang sering berubah-ubah, kurangnya fasilitas yang memadai untuk belajar, adanya kontroversi UN (Ujian Nasional), adanya siswa yang tidak lulus dalam ujian, baik ujian nasional maupun ujian sekolah, yang menyebabkan mutu atau kualitas pendidikan kita masih berada di bawah Negara-negara lain. Hal ini dapat diketahui dari angka kelulusan siswa setiap tahunnya. Mendiknas (dalam Republika.co.id, Minggu, 15 Mei 2011 15:05 WIB) menyajikan angka kelulusan, salah satunya tingkat SMA/ MA sebagai berikut: “Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN) siswa SMA dan MA tahun 2011 secara nasional mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 lalu, yakni dari 99,04% menjadi 99,22%. Hal ini lebih baik jika dibandingkan tahun 2010 lalu yang mengalami penurunan bila dibanding tahun 2009, yakni dari 99,74% menjadi 99,04%. Menurut Mendiknas, jumlah peserta commit to user UN 2011 keseluruhan 1.461.941 peserta dan yang dinyatakan lulus
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
sebanyak 1.450.498 peserta. Sisanya 11.443 dinyatakan tidak lulus. Ketidaklulusan ini disebabkan oleh 2 hal, yaitu nilai rata-ratanya dibawah standar yang telah ditentukan, yaitu 5,5 dan nilai rata-ratanya tepat dengan batas standar kelulusan. Ada 5.590 siswa yang tidak lulus karena nilai rataratanya kurang dari standar. Sisanya tidak lulus karena nilai rata-ratanya pas 5,5. Setidaknya untuk bisa lulus, nilai rata-rata anak itu harus di atas 5,5”. Permasalahan diatas, menuntut pemerintah untuk melakukan perbaikan dan perubahan dalam bidang pendidikan. Pemerintah berusaha mencarikan jalan keluar demi tercapainya tujuan Pendidikan Nasional, yaitu melakukan perubahan dan pembangunan dalam berbagai aspek yang meliputi kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa serta metode pengajarannya. Perubahaan yang sedang digalakkan oleh pemerintah ialah menumbuhkan manusia yang berpendidikan, hal ini sejalan dengan kemajuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perkembangan jaman dalam rangka menghadapi era globalisasi. Hal ini menuntut pada perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia yang pada saat ini sebagai negara berkembang harus berpacu dengan negara-negara lain dalam pengembangan ilmu dan teknologi yang sangat diperlukan dalam kehidupan dunia yang sedang mengalami era industrialisasi, informasi dan globalisasi. Untuk menciptakan manusia yang berpendidikan, pemerintah membuat suatu kebijakan yang mendukung agar proses pendidikan berjalan dengan lancar, sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai. Diantaranya Pemerintah membuat program Gerakan Wajib Jam Belajar, seperti yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Surakarta. Program Gerakan Wajib Jam Belajar merupakan salah satu program Pemerintah kota Surakarta yang mempresentasikan dukungan pemerintah Surakarta terhadap pendidikan. Sosialisasi wajib belajar secara langsung atau tidak langsung akan berdampak kepada investasi yang harus dikeluarkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Program GWJB pukul 18.30 – 20.30 WIB sesungguhnya sangat bermanfaat bagi siswa, karena menjadi siswa di jaman sekarang sangat berat dan kadang-kadang di luar akal dan batas psikologis yang bisa di tanggung siswa tersebut. Apalagi jika dilihat dari standar kelulusan yang commit to user menuntut anak untuk dapat mengejar angka tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Standar kelulusan UN setiap tahun memang selalu mengalami kenaikan. Tahun 2009 standar kelulusan 5,25. Tahun 2010 naik menjadi 5,50, serta pada tahun 2011 angka kelulusan tidak hanya dilihat dari UN, tetapi juga dilihat dari nilai ujian sekolah atau rapor, dimana kompoisi rapor 40% sedangkan 60% dari hasil UN dengan standar nilai 5.50 (Data Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2010). Hal ini membuat tekanan siswa bertambah dengan tuntutan orang tua dan lingkungan. Pada akhirnya, anak didik akan semakin terbebani dan terpaku pada pelajaran saja, sehingga melupakan lingkungan sekitar (social life). Oleh karena itu, Pemerintah menghadirkan program gerakan wajib jam belajar (GWJB) tersebut agar tercipta masyarakat belajar dengan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman untuk mengejar standar kelulusan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pencanangan Wajib Jam Belajar dilakukan oleh Walikota Surakarta pada tanggal 17 Agustus 2003, kemudian Gerakan Wajib Jam Belajar disosialisasikan oleh Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK)
Kota
Surakarta, TP PKK Kecamatan, TP PKK Kelurahan, PKK RW, PKK RT, Karang Taruna, Dasa Wisma, diteruskan kepada warga masyarakat. Program GWJB dari pukul 18.30–20.30 dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak kendala. Program yang seharusnya berjalan dengan baik, namun dalam kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Di zaman sekarang, banyak anak-anak yang masih bersekolah tidak mematuhi program tersebut, karena banyaknya hal-hal lain yang lebih menarik dari sekedar belajar. Misalnya, program televisi yang kian menarik yang bersamaan dengan jam belajar, tidak adanya pengawasan dari orang tua dalam pelaksanaan jam belajar, kurangnya rasa kesadaran pemerintah untuk menggalakkan program maupun kesadaran dari anak atau siswa sendiri. Keberhasilan seorang anak juga tidak terlepas dari kesadaran anak itu sendiri untuk mau meningkatkan kemampuan atau intelektualitasnya dan wawasannya disegala bidang. Pada dunia pendidikan setiap anak didik diharapkan mampu untuk berprestasi secara optimal, karena keberhasilan belajar siswa tidak commit to user oleh sebab itu pada dasarnya terlepas dari motivasi siswa yang bersangkutan,
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
motivasi belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, Soemanto (1994) mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat intelektual yang berperan dalam menimbulkan gairah belajar serta perasaan senang dan bersemangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi luas akan mempunyai banyak aktivitas untuk melakukan kegiatan belajar. Pada dasarnya keberhasilan pendidikan khususnya pendidikan formal dapat dilihat dari pencapaian prestasi yang diperoleh. Hasil prestasi yang optimal juga tidak terlepas dari motivasi belajar individu. Oleh karena itu diharapkan individu mempunyai motivasi belajar yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Sesuai dengan pendapat Nasution (1993) motivasi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan meneruskan pekerjaan itu. Oleh karenanya, dalam mempelajari sesuatu, jika tidak dilandasi dengan adanya motivasi maka tidaklah mungkin mendapatkan hasil yang lebih baik. Ulasan di atas menunjukkan bahwa motivasi belajar memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi kehidupan manusia. Motivasi belajar sebagai usaha untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan pribadi setinggi mungkin dalam segala bentuk aktivitas. Namun tinggi rendahnya motivasi belajar tidak sama pada setiap orang. Keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya motivasi belajar yang dimilikinya. Apabila dua orang memiliki kemampuan sama, namun salah seorang diantaranya memiliki motivasi belajar tinggi, kemungkinan orang yang motivasi belajarnya lebih tinggi akan lebih berhasil. Seperti dikemukakan Johnstone & Jiono (dalam Hamzah. 2004) yang mengemukakan bahwa dimensi proses dari latar belakang keluarga ternyata memberikan kontribusi yang paling besar terhadap motivasi dan prestasi belajar anak yang berpengaruh terhadap aspek psikologis seperti aspirasi, motivasi, dan sikap anak. Setyadi (dalam Hamzah. 2002) mengatakan bahwa motivasi belajar seorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) diri si terdidik sebagai siswa, commit user dengan demikian pada hakekatnya tidak toada faktor tunggal yang berdiri sendiri
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
yang secara otomatis menentukan prestasi belajar seseorang. Pencapaian prestasi belajar secara optimal memerlukan dukungan dan prasarana, ketepatan cara dan gaya belajar seseorang, minat dan motivasi belajar yang kuat serta lingkungan yang mendukung. Salah satu faktor eksternal yang bersifat sosial adalah faktor yang mencakup hubungan sesama manusia, baik yang hadir secara langsung maupun secara tidak langsung yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang, misalnya hubungan antara orang tua dengan anaknya. Dalam konteks ini termasuk pula faktor dukungan orang tua sebagai komponen utama dengan segenap perhatian yang diberikan kepada anak dalam rangka proses belajarnya, maupun motivasi belajar anak itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Sukarni (dalam Hamzah, 2007) menunjukkan bahwa 85% peran dan dukungan orang tua dalam proses belajar anak yang diwujudkan dengan memberikan fasilitas belajar yang meliputi sarana dan prasarana secara memadai akan mempengaruhi motivasi belajar anaknya. Pemberian fasilitas yang memadai akan memudahkan pencapaian tujuan yang direncanakan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemberian fasilitas yang diberikan akan membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Mendukung pendapat di atas Taylor dkk (2000) mengemukakan bahwa dukungan orang tua juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar pada remaja. Dukungan orang tua ini dapat berupa bantuan secara instrumental (materi), emosional, maupun penyediaan informasi sehingga dari dukungan orang tua tersebut, remaja dapat mempersepsikan bantuan yang diberikan orang tua yang dapat bermanfaat bagi dirinya. Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa peran orang tua sangat dituntut dalam pendidikan, karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Mengingat keberadaan anak dilingkungan keluarga atau masyarakat lebih besar daripada lingkungan sekolah, maka peran orang tua sangat diperlukan dalam mendukung program pemerintah mengenai gerakan wajib jam belajar agar tujuan pendidikan nasional tercapai, terutama dalam memberikan bimbingan dan motivasi anaknya ketika jam belajar dimulai. Dengan peran orang tua, commit user masyarakat, dan unsur pemerintah, maka to diharapkan program Gerakan Wajib Jam
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Belajar dapat terlaksana dengan baik, sehingga tujuan Pendidikan Nasional dapat tercapai. Kelurahan Jebres merupakan salah satu Kelurahan di Kota Surakarta yang menjalankan
program
Gerakan
Wajib
Jam
Belajar
(GWJB).
Dimana
pelaksanaannya diserahkan pada RW masing-masing. Bahkan pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres mendapat sorotan dari Pemerintah Surakarta dan menjadi pioner Gerakan Wajib Jam Belajar di Surakarta. Pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres tidak terlepas dari adanya peran orang tua dalam membimbing anaknya ketika jam belajar di mulai. Pelaksanaan GWJB pun masih terdapat kendala, hal ini disebabkan pengaruh televisi dan sarana hiburan lainnya. Seringkali di jam belajar anak, televisi justru menampilkan tayangan menarik, bahkan orang tua pun kadang ikut menonton. Padahal pada saat jam belajar berlangsung semua TV maupun media elektronik lainnya harus dimatikan. Selain itu, orang tua diharapkan mengawasi anaknya pada saat jam belajar. Namun kenyataan di lapangan, ada beberapa orang tua yang tidak memperdulikan himbauan GWJB, sehingga pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres belum berjalan dengan sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Gerakan Wajib Jam Belajar ditinjau dari peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak. Mengingat wilayah yang melaksanakan GWJB di Surakarta terlalu banyak dan luas, maka peneliti memutuskan untuk memilih suatu lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta yang sampai sekarang GWJB masih berjalan di Kelurahan tersebut. Mengacu pada faktor tersebut, maka peneliti ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul: “PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK PADA PELAKSANAAN GERAKAN WAJIB JAM BELAJAR (STUDI KASUS PADA GERAKAN
WAJIB
JAM
BELAJAR
DI
KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA)”. commit to user
KELURAHAN
JEBRES,
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi gerakan wajib jam belajar (GWJB) di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta? 2. Bagaimana peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan gerakan wajib jam belajar (GWJB) di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi gerakan wajib jam belajar (GWJB) di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan gerakan wajib jam belajar (GWJB) di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran tentang peran orang tua dalam pendidikan anak, yakni memberikan motivasi belajar anak sebagai tindakan sosial menurut analisa yang dikembangkan oleh Weber dan Parsons serta adanya motivasi belajar menurut analisa teori kebutuhan Maslow. Selain itu penelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai salah satu syarat menempuh jenjang pendidikan Strata-1 (S-1) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis Bagi orang tua Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para orang tua mengenai peran orang tua dalam pendidikan terhadap anak. Bagi peneliti Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui informasi mengenai peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak. Bagi masyarakat Dengan adanya penelitian ini, maka masyarakat dapat menciptakan suasana yang kondusif selama jam belajar, sehingga tercipta lingkungan belajar yang tenang dan nyaman.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang akan dilaksanakan antara lain untuk menjelaskan fenomena sosial yang dijadikan pusat penelitian, sedangkan untuk menjelaskan fenomena tersebut perlu mengkaji pustaka, dari pustaka terdapat teori yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk mengungkapkan permasalahan dan mencoba menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. Fungsi utama dari suatu teori adalah memberi landasan penjelasan untuk melakukan prediksi. Adapun teori yang relevan dari penelitian yang akan digunakan yaitu: 1. Tinjauan Tentang Peran Orang Tua a. Pengertian Peran Setiap manusia yang menjadi bagian dari masyarakat senantiasa mempunyai status atau kedudukan yang akan menimbulkan suatu peran. Menurut Paul B Horton & Chester L. Hunt (1996: 118), “Status merupakan posisi di dalam suatu sistem sosial, sedangkan peran adalah perilaku normatif yang melekat pada status”. Ditambahkan oleh Hendro Puspito (1989: 182), “Peran adalah suatu konsep fungsional yang memiliki fungsi tugas seseorang dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang nyata dilakukan seseorang”. Jadi peran menunjukkan tugas yang harus dilakukan seorang individu, tingkah laku seseorang dalam memenuhi tanggungjawabnya dimasyarakat menunjukkan perannya didalam masyarakat. Sedangkan menurut Malcolm Hardi & Steve Heves (1988:139), peran sering diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan dan dituntut oleh masyarakat terhadap individu ataupun organisasi yang memegang kedudukan tertentu dalam masyarakat. Hal ini berarti peran menunjukkan perilaku atau tugas individu yang harus dilakukan sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat. Setiap orang akan memainkan peran yang berbeda-beda, dimana didalam setiap peran tersebut diharapkan orang akan melakukan perbuatan dengan cara-cara commit to user tertentu. 10
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari pengertian peran di atas, peran sebagai konsep menunjukkan apa yang dilakukan oleh seseorang, sehingga dapat dikatakan bahwa apabila seseorang
telah
menjalankan
hak-hak
dan
kewajiban
sesuai
dengan
kedudukannya, maka ia telah menjalankan perannya.
b. Pengertian Orang Tua Membahas mengenai orang tua, tidak lepas dari apa yang disebut dengan lingkungan kecil yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang merupakan kesatuan dari susunan keluarga yang utuh. Orang tua merupakan orang yang pertama kali mendidik atau menanamkan pendidikan kepada anak-anaknaya, sehingga secara moral keduanya merasa mempunyai tanggungjawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi, serta membimbingnya. Dari keluarga inilah anak dapat menyerap norma yang utama dan pertama. Hal ini sesuai dengan definisi orang tua menurut Imron pohan. Menurut Imron pohan (1986: 167), “Orang
tua
adalah
orang
dewasa
pertama
bagi
anak,
tempat
anak
menggantungkan, tempat ia mengharapkan bantuan dalam pertumbuhan”. Hal ini berarti orang tua adalah orang dewasa pertama bagi anak, tempat ia membutuhkan segala bantuan dalam pertumbuhan hidupnya. Ditambahkan pula oleh Singgih D. Gunarsa (1986: 38), “orang tua adalah yang pertama-tama dan terutama bertanggung jawab untuk mengatur, mengkoordinasikan serta memberikan rangsangan-rangsangan kepada anak”. Hal ini berarti orang tua adalah orang pertama dan utama yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak. Pengertian orang tua juga diungkapkan oleh Tim Prima Pena (2002: 477), “Orang tua adalah ayah dan ibu yang melahirkan, memelihara, dan membiayai anak untuk sekolah”. Hal ini berarti orang tua terdiri dari ayah ibu yang melahirkan, memelihara dan bertanggungjawab terhadap pendidikan anak. Sedangkan menurut Thamrin Nasution (1986:1), “Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, dan dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut ibu dan bapak”. Hal ini berarti orang tua adalah terdiri bapak dan ibu orang yang memiliki tanggungjawab terhadap commit to user anggota keluarga didalamnya.
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk lebih memperjelas mengenai pengertian orang tua, maka penulis juga mengutip pengertian orang tua dari UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 7, yaitu: (1) “Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya”. (2) “Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anak”. Selain itu, PP No. 27 tahun 1990 pasal 1 ayat 4 menjelaskan “Orang tua adalah ayah atau ibu atau wali anak didik yang bersangkutan”. Pengertian orang tua menurut WJS. Poerwodarminto (1986: 689), adalah “Ayah dan ibu yang mempunyai peranan memberi bantuan dan tanggungjawab terhadap anak dan mendewasakan anak ke perkembangan selanjutnya”. Sementara menurut Ngalim Purwanto (1985: 88), “Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya”. Hal ini berarti orang tua adalah ayah dan ibu yang memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak, termasuk tumbuh kembang anak, karena mereka adalah orang pertama dan utama dalam keluarga. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (1992: 706) disebutkan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli), orang yang dihormati. Sedangkan menurut Kartini Kartono (1994: 37-38), “Orang tua seorang pria dan wanita yang berjanji dihadapan Tuhan untuk hidup sebagai suami istri dan bersedia memikul tanggungjawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang bakal dilahirkan”. Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud orang tua adalah ayah dan ibu atau ayah saja atau ibu saja dan atau wali dirumah yang bertanggungjawab terhadap kehidupan anak, termasuk dalam bidang pendidikan. c. Peran Orang Tua Dari beberapa pengertian definisi mengenai peran yang telah diuraikan di atas, dapatlah diartikan bahwa apabila seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan perannya, sehingga peran orang tua disini berkaitan dengan kekuasaan atau kewenangan, serta dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas sebagai orang tua sebagaimana yang commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diharapkan untuk dilakukan karena kedudukannya dapat memberi pengaruh atau perubahan. Pada dasarnya, anak lahir dan berkembang di tengah-tengah kehidupan keluarga. Seorang anak juga akan mengalami proses sosialisasi pendidikan di dalam lingkungan keluarga, khususnya orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Orang tua tanpa perintah secara alami akan melakukan tugas sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, pembimbing, pengasuh, pembina, maupun sebagai guru, dan sebagai pemimpin bagi anak-anaknya. Anak akan menyerap apa yang telah diteladani orang tuanya, maupun akan menerima segala norma-norma dan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Oemar Tirtahardja & La Sulp (1994: 174), bahwa “Peran orang tua dalam keluarga adalah sebagai penuntun, pengajar, dan pemberi contoh”. Ngalim Purwanto (1998: 91-92 juga mengungkapkan bahwa peran orang tua (ayah dan ibu) dalam pendidikan anaknya adalah: Sesuai dengan fungsi serta tanggungjawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peran ibu dalam mendidik anaknya adalah sebagai berikut: 1) Sumber dan pemberi rasa kasih sayang 2) Pengasuh dan pemelihara 3) Tempat mencurahkan isi hati 4) Pengatur dalam kehidupan rumah tangga 5) Pembimbing hubungan pribadi, dan 6) Pendidik dalam segi emosional Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggungjawab ayah dan ibu di dalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai berikut: 1) Sumber kekuasaan di dalam keluarga 2) Penghubung intern dengan masyarakat dan dunia luar 3) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga 4) Pelindung terhadap ancaman dari luar, hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, dan 5) Sebagai pendidik dalam pendidik rasional Peran orang tua terhadap anak juga dikemukakan oleh Stainblack dan Susan. Menurut Stainblack dan Susan (1999), peran orang tua adalah sebagai berikut:
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Peran sebagai fasilitator Orang tua bertanggung jawab menyediakan diri untuk terlibat dalam membantu anak belajar dirumah, mengembangkan keterampilan belajar yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga, dan menyediakan sarana alat belajar seperti; tempat belajar, penerangan yang cukup, buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis. 2) Peran sebagai motivator Orang tua akan memberikan motivasi kepada anak dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah, mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stres yang berkaitan dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan member penghargaan terhadap prestasi belajar anak dengan memberi hadiah maupun kata-kata pujian. 3) Peran sebagai pembimbing atau pengajar Orang tua akan memberikan pertolongan kepada anak dengan siiap membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak, membantu anak mengatur waktu belajar, dan mengatasi masalah belajar serta tingkah laku anak yang kurang baik. (http://dheeazz.blogspot.com/2009/12/peran-orang-tua-dan-motivasibelajar.html). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua adalah suatu tindakan orang tua untuk memberikan motivasi, bimbingan, fasilitas belajar, serta perhatian yang cukup terhadap anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu. Orang tua akan berperan aktif untuk menunjang keberhasilan anak. Hal ini bisa dicapai dengan bagaimana peran orang tua dalam memberi motivasi, bimbingan, fasilitas belajar, serta perhatian yang cukup terhadap anakanaknya. Peran orang tua yang seharusnya adalah sebagai orang pertama dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua juga harus bisa menciptakan situasi pengaruh perhatian orang tua dengan menanamkan norma-norma untuk dikembangkan dengan penuh keserasian, sehingga tercipta iklim atau suasana keakraban antara orang tua dan anak.
2. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Menurut Hoy dan Miskel yang dikutip Ngalim Purwanto (2002: 73): “Motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, commit to user kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegasan (tension states), atau mekanisme-
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal”. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2002: 71): “Motivasi adalah suatu usaha yang di dasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”. Hal ini berarti motivasi diberikan pada seseorang agar orang tersebut tergerak untuk melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Menurut Sardiman A.M (2001: 75) mengatakan, “Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu”. Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi mengandung unsur pokok sebagai berikut: a) Suatu kekuatan atau usaha yang dilaksanakan oleh personal atau seorang. b) Kegiatan berupa dorongan untuk mempengaruhi tingkah laku. c) Kegiatan yang dilaksanakan untuk suatu hasil atau tujuan yang diinginkan. Berdasarkan unsur pokok tersebut, maka penulis mendefinisikan motivasi sebagai suatu usaha yang didasari untuk mengerahkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
b. Pengertian Belajar Belajar ialah proses perubahan tingkah laku seseorang setelah memperoleh informasi yang disengaja. Jadi suatu kegiatan belajar ialah upaya mencapai perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Bahkan lebih luas lagi, perubahan tingkah laku ini tidak hanya mengenai perubahan pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, kebiasaan, commit user sikap, pengertian, penghargaan minat dantopenyesuaian diri. Pendeknya mengenai
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
segala aspek organisasi atau pribadi seseorang. Belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan serta kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. Belajar merupakan suatu penekanan yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winkel (dalam Hamzah. 2007: 22), “Belajar pada manusia bisa dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang berinteraksi dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap, dimana perubahan tersebut bersifat relative konstan dan berbekas”. Hal tersebut sesuai dengan rumusan Uno (dalam Hamzah. 2007: 22) tentang pengertian belajar: (1) Memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, (2) Suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya, (3) Perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai bidang kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi, (4) Belajar selalu menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu, (5) Belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Uno (dalam Hamzah. 2007: 22) menjelaskan lebih jauh bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hal ini berarti dengan belajar, individu mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan Hilgrad dan Bower dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulangulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”. (Ngalim Purwanto. 1990: 84). Hal ini berarti belajar adalah hasil dari interaksi individu dengan lingkungan yang mengahasilkan pengalaman yang terjadi secara berulang-ulang, sehingga terjadi perubahan dalam diri individu. Gagne dalam buku The Condition of Learning (1977) mengemukakan, “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulant bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. (Ngalim Purwanto. 1990: 84). Hal ini berarti belajar dapat terjadi apabila terdapat situasi sebagai pendorong yang mempengaruhi individu sehingga mengalami perubahan setelah adanya situasi tersebut. Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman“. (Ngalim Purwanto. 1990: 84). Hal ini berarti belajar menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan, “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap dan kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”. (Ngalim Purwanto. 1990: 84). Hal ini berarti belajar menghasilkan perubahan dalam pribadi individu yang berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan atau suatu pemahaman terhadap sesuatu. Dari beberapa definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat di simpulkan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada commit to user kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perunahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. (Ngalim Purwanto. 1990: 84-85). Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal dan nonformal.
e. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku seara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal tersebut to user seseorang dalam belajar. Dalam mempunyai peranan besar dalamcommit keberhasilan
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hamzah (2007: 23) indikator motivasi belajar dapat diklarifikasikan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Adanya hasrat dan keinginan berhasil, Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, Adanya harapan dan cita-cita masa depan, Adanya penghargaan dalam belajar, Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. f. Peran Motivasi dalam Belajar
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Menurut Sardiman A M (2001: 85), menyatakan bahwa ada tiga fungsi motivasi, yakni: a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b) Menentukan arah perbuatan, yakni earah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dari pernyataan di atas, dapat dilihat motivasi bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan, tetapi juga menentukan hasil perbuatan. Begitu pula dengan belajar, motivasi juga diperlukan dalam belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan makin berhasil pula pelajaran tersebut. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Hamzah (2007: 27), menyebutkan ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar, antara lain sebagai berikut: 1) Menentukan penguatan belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya commit dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang to user pernah dilaluinya.
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Memperjelas tujuan belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. 3) Menentukan ketekunan belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar meyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak akan tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar. Menurut pernyataan diatas, maka motivasi sangat berperan dalam belajar. Pemberian motivasi belajar orang tua kepada anak sangat diperlukan, dengan motivasi inilah anak menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar, sehingga kualitas hasil belajar akan meningkat. Anak yang diberikan motivasi belajar dalam proses belajar akan mengalami keberhasilan. g. Teori Tentang Motivasi Belajar Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan konsep hipotetis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan. Abraham Maslow (dalam Hamzah. 2007: 6-7) menyatakan, “Kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati serta kebutuhan aktualisasi diri”. Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan (needs) yang digambarkan secara hierarkis sebagai berikut:
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aktualisasi Diri Penghargaan Cnta Kasih Rasa Aman Kebutuhan Fisiologis
Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Maslow 1) Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar organisme manusia, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks dan sebagainya. 2) Kebutuhan akan Rasa Aman (Safety and Security) Kebutuhan ini seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya. 3) Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial (Social needs) Meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama dan sebagainya. 4) Kebutuhan akan Penghargaan (Esteem needs) Kebutuhan ini termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan, status, pangkat dan sebagainya. 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self actualization) Kebutuhan ini seperti kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, ekspresi diri dan sebagainya. (dalam Ngalim Purwanto. 1990:77-78). Teori Maslow tersebut dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan, teori ini dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik, dimana dalam penelitian ini adalah anak. Orang tua berusaha memenuhi kebutuhan anak saat belajar agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Misalnya orang tua dapat memahami keadaan anak, memelihara suasana belajar yang baik di rumah, keberadaan anak (rasa aman dalam belajar, kesiapan belajar, bebas dari rasa cemas) dan commit to user memperhatikan lingkungan belajar, seperti menyediakan fasilitas belajar, tempat
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar menyenangkan, bebas dari kebisingan, sehingga tidak ada gangguan dalam belajar. h. Peran Motivasi Orang Tua terhadap Belajar Anak Motivasi berhubungan dengan suatu tujuan. Dengan demikian, motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan, kemudian dalam hubungan dengan kegiatan atau belajar, yang terpenting adalah bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan demikian orang tua dapat memberikan motivasi yang dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar. Oleh karenanya orang tua perlu beberapa teknik untuk memotivasi anak, diantaranya sebagai berikut: 1. Memberikan kepada anak rasa puas agar dia berusaha mencapai keberhasilan selanjutnya. 2. Menciptakan suasana rumah yang menyenangkan anak sehingga dapat menumbuhkan minat belajar. 3. Memberi komentar terhadap hasil-hasil yang telah dicapai anak didik sehingga membesarkan hati anak didik serta dapat menimbulkan motivasi belajar. 4. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berkompetisi dengan anggota keluarga yang lain atau teman belajarnya. 5. Menimbulkan minat anak didik terhadap bahan pelajaran. 6. Mengawasi kegiatan belajar anak sehingga anak didik merasa memperoleh perhatian dari orang tuanya atau anggota keluarga yang lain (Slametto 1992:30). Dari pernyataan tersebut, motivasi dari orang tua adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi yang anak inginkan. Orang tua dapat memberikan motivasi agar anak giat belajar. Adapun motivasi yang dapat diberikan orang tua dapat berupa: 1. Menciptakan iklim rumah yang mendukung untuk belajar, 2. Menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar, 3. Memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak, 4. Mendidik anak secara demokratis.
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pengertian Gerakan Wajib Jam Belajar Jam belajar merupakan waktu yang diarahkan untuk kegiatan belajar. Oleh Pemerintah, waktu ini diarahkan kepada masyarakat untuk wajib melaksanakan kegiatan belajar, sehingga dinamakan wajib jam belajar. Wajib jam belajar adalah jam dimana masyarakat pada umumnya, dan pelajar pada khususnya harus menggunakan waktunya untuk belajar. Hal ini, kemudian dijadikan pemerintah sebagai program dalam upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia melalui pendidikan, yang dinamakan dengan gerakan wajib jam belajar (GWJB). Program GWJB merupakan salah satu kebijakan yang mempresentasikan dukungan pemerintah terhadap pendidikan. Gerakan wajib jam belajar secara langsung atau tidak langsung akan berdampak kepada investasi yang harus dikeluarkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Gerakan wajib jam belajar bermakna kewajiban belajar dengan tidak ada acuan apakah harus di lembaga yang bernama sekolah atau non sekolah. Maksud diadakannya Gerakan Wajib Jam Belajar adalah terciptanya suasana yang kondusif untuk belajar, sehingga tercipta budaya belajar. Gerakan wajib jam belajar (GWJB) memiliki landasan hukum, yakni: UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No.28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, PP No.29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, PP No.39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Tujuan dari dibentuknya program GWJB ini adalah: 1). Membentuk manusia bertakwa kepada Tuhan YME, cerdas, terampil, kreatif, dan berprestasi. 2). Meningkatkan disiplin belajar. 3). Membangun sistem GWJB secara terpadu dan berkelanjutan. Pemerintah menghimbau gerakan ini agar dilaksanakan di setiap daerah, agar dalam masyarakat tercipta budaya belajar yang nantinya berdampak positif bagi masyarakat, baik anak maupun orang tua, sehingga tujuan pendidikan nasional dapat dicapai. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-programwajib-belajar-9-tahun/). commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Peran Orang Tua Dalam Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB) Sebagai Tindakan Sosial Peran orang tua dalam gerakan wajib jam belajar dapat diwujudkan dalam pemberian motivasi pada saat anak belajar. Seperti yang dijelaskan diatas, salah satu peran orang tua terhadap anak adalah memberikan motivasi belajar. Motivasi sangat berperan dalam belajar. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi motivasi belajar anak. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Orang tua juga termasuk didalamnya. Pemberian motivasi belajar anak oleh orang tua perlu dilakukan dalam upaya mendukung program gerakan wajib jam belajar, sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Dengan adanya pemberian motivasi, anak menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar, sehingga kualitas hasil belajar siswa (prestasi belajar) menunjukkan hasil yang memuaskan. Peran orang tua dalam gerakan wajib jam belajar merupakan suatu tindakan sosial. Tindakan sosial tersebut dapat diwujudkan dalam pemberian motivasi belajar kepada anak. Orang tua yang memberikan motivasi belajar anak berarti sedang melakukan tindakan sosial. Hal ini dikarenakan orang tua dalam memberikan motivasi memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Definisi tentang tidakan sosial menurut Talcott Parsons yang dikutip dalam Johnson (1986: 106), yaitu: 1. Tindakan itu diarahkan pada tujuannya (memiliki tujuan). 2. Tindakan terjadi dalam suatu situasi, dimana elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak itu sebagai alat menuju tujuan itu, dan 3. Secara normatif tindakan itu diatur sehubungan dengan penemuan alatalat dan tujuan. Jadi, orang tua yang memberikan motivasi belajar anak berarti sedang melakukan tindakan sosial, karena pemberian motivasi tersebut bukan tanpa tujuan, tetapi memiliki suatu tujuan tertentu. Orang tua memberikan motivasi juga didorong oleh adanya situasi dan alasan tertentu. Pemberian motivasi belajar anak yang dilakukan orang tua mempunyai suatu tujuan-tujuan tertentu yangcommit hendak dicapai. Untuk mewujudkan tujuanto user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
tujuan tersebut, orang tua memilih cara yang dapat digunakannya untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam memilih cara atau alat mencapai tujuan dipengaruhi oleh adanya situasi, kondisi, nilai, norma maupun peraturan yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai dengan karakteristik tindakan sosial yang telah dijelaskan oleh Parsons yang dikutip Ritzer (1992: 56-57), yaitu: 1. Adanya individu selaku aktor 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tetentu 3. Aktor mempunyai altenatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuanya. 4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu misalnya jenis kelamin dan tradisi. 5. Aktor berada dibawah kendala dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan. Individu selaku aktor dalam melakukan tindakan, ingin mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam mencapai tujuannya, aktor memilih alternatif cara dan alat yang akan digunakannya untuk mencapai tujuan tersebut. Namun dalam memilih tindakan, cara dan alat untuk mencapai tujuannya tersebut dibatasi oleh adanya nilai, norma, dan peraturan yang ada dalam masyarakat. Begitu juga dalam pemilihan cara untuk memotivasi anak saat belajar. Orang tua yang memilih cara memberikan motivasi juga dipengaruhi oleh sistem budaya yang ada di masyarakat. Sistem budaya dalam bentuk nilai dan norma inilah yang menjadi sebuah kendala yang kemudian membatasi seseorang dalam mengambil keputusan untuk memilih cara memberikan motivasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ingold, dikutip dalam Irwan Abdullah (2006: 5-6): dalam kebudayaan, manusia dapat dikatakan sebagai actor yang menentukan pilihan-pilihan yang membuat keputusan untuk dirinya sendiri, namun di satu sisi, pilihan-pilihan yang tersedia tidak selalu sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan, dan seringkali pilihan keputusan dibuat di bawah tekanan-tekanan. Disini yang disebut sebagai aktor adalah orang tua, yang berperan dalam membimbing anak sebagai upaya untuk mendukung program gerakan wajib jam commitjam to user belajar. Dengan memberikan motivasi belajar anak, berarti orang tua telah
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
melakukan kegiatan yang aktif dan kreatif. Aktor, yaitu orang tua, merupakan aktor yang dapat menentukan dan membuat keputusan, namun dalam membuat keputusan ini dipengaruhi oleh tekanan-tekanan yang berupa peraturan yang ada di masyarakat. Dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons, hal ini disebut dengan konsep voluntarisme. Menurut Parsons yang dikutip dalam Ritzer (2004: 49): “Voluntarisme adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan alat atau cara dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuanya”. Aktor dalam konsep voluntarisme adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Namun dalam memilih alternatif tindakan tersebut, aktor tidak mempunyai kebebasan total, tetapi mempunyai kemauan bebas dalam memilih alternatif tindakan berbagai tujuan yang hendak dicapai. Tidakan aktor dibatasi oleh kondisi, norma, nilai, jenis kelamin serta situasi penting lainnya yang membatasi aktor dalam memilih alternatif tindakan. Dalam memilih cara pemberian motivasi, berarti orang tua telah memilih alternatif tindakan dari beberapa pilihan alternatif yang ada. Hal ini sesuai dengan asumsi fundamental tentang teori aksi yang dikemukakan oleh Hinkle, yang merujuk pada karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons, yaitu sebagai berikut: 1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek. 2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan. 3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya. 5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang dan telah dilakukan 6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan (Ritzer, 2004: 46). Dari asumsi teori aksi tersebut, bahwa tindakan yang dilakukan oleh orang tua muncul karena kesadarannya sendiri. Mereka memberikan motivasi belajar commit to user anak, karena pemberian motivasi tersebut memiliki arti subjektif bagi dirinya. Hal
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
ini sesuai dengan pendapat Weber dalam Johnson (1986: 216) mengenai tindakan sosial, “Seorang individu dalam melakukan tindakan memiliki arti subjektif bagi dirinya sendiri”. Kemudian bagi Weber dalam Ritzer (1992: 44-46), studi pembahasan sosiologi tindakan berarti mencari pengertian subjek atau motivasi yang terkait pada tindakan-tindakan sosial. Untuk memahami tindakan seseorang, berarti harus memahami motif tindakan itu sendiri. Hal ini berarti bahwa dalam setiap tindakan individu memiliki arti subjektif dan motivasi dalam dirinya. Sedangkan setiap motivasi bertalian erat dengan adanya suatu tujuan yang hendak dicapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa arti subjektif dari tindakan individu tersebut menjadi sebuah motivasi bagi individu dalam melakukan tindakan. Selanjutnya tindakan individu yang memiliki makna subjektif yang terlihat dari tujuan yang ingin dicapai merupakan aktivitas sadar dan rasional. Seperti halnya dengan pemberian motivasi, Pemberian motivasi belajar anak oleh orang tua pada pelaksanaan GWJB juga merupakan tindakan atau aktivitas sadar dan rasional, karena dalam memberikan motivasi, orang tua memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai, yakni kesuksesan dan keberhasilan anak dalam belajar. Berdasarkan pada asumsi teori di atas, bahwa tindakan sosial itu merupakan tindakan sadar dan rasional, maka Weber mengklarifikasikan tipe-tipe tindakan sosial sebagai berikut: 1. Zwerk rational (tindakan rasional-tujuan) Tindakan rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu, dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu merupakan aktor yang memiliki bermacam-macam tujuan dan menentukan satu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam memilih alat tersebut, individu mempertimbangkan secara sadar tujuan dan konsekuensi atau akibat yang akan ditimbulkan dari pemilihan alternatif tindakan tersebut. 2. Werkrational action (tindakan rasional yang berorientasi nilai) Sifat rasionalitas berorientasi nilai yang terpenting adalah bahwa alatalat hanya merupakan objek pertimbangan dan perhitungan yang sadar dari tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dalam memilih dan menentukan alat untuk mencapai tujuannya, individu mempertimbangkan nilai-nilai yang ada. 3. Affectual action commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini sukar dipahami dan kurang atau tidak rasional. 4. Traditional action (tindakan tradisional) Merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat non rasional, dimana seseorang memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan (Johnson, 1986: 220-221). Dalam penelitian ini, peran yang di lakukan oleh orang tua terhadap anakanak mereka berupa tindakan-tindakan yang termasuk dalam tindakan rasional berorientasi tujuan (zwerk rational), dalam pengertiannya tindakan dari orang tua diarahkan secara rasional untuk membimbing anak demi mencapai tujuan yaitu kesuksesan dan keberhasilan anak serta sebagai upaya untuk mendukung program gerakan wajib jam belajar. Namun ada juga sebagian orang tua yang memilih cara memotivasi belajar berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, nilai, norma maupun peraturan yang ada dalam masyarakat, sehingga tindakan ini disebut dengan tindakan rasional berorientasi nilai (Werkrational action).
B. Penelitian yang Relevan Sumber penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian Yanwar Pamungkas, tahun 2010, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dengan judul penelitian “Motivasi Belajar Ditinjau Dari dukungan Orang Tua Pada Siswa SMA”. Hasil penelitiannya adalah (1) Orang tua berperan dalam pendidikan anak, termasuk dalam pemberian motivasi belajar kepada anak, karena orang tua adalah orang pertama dan utama dalam mendidik anak, sehingga untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak perlu adanya dukungan orang tua dalam membimbingnya. (2) Peran dukungan orang tua terhadap motivasi belajar dapat diwujudkan dalam berbagai hal yakni; menciptakan susana belajar yang nyaman, membangun interaksi yang hangat dalam keluarga, membimbing anak dalam belajar, memberikan fasilitas belajar untuk anak serta memberikan penghargaan pada setiap prestasi anak. (3) Motivasi belajar yang diberikan orang tua pada anak SMA sangat berpengaruh pada prestasi belajar anak. Dalam penelitian terlihat bahwa anak yang cerdas dan mempunyai interaksi commit to user positif dengan keluarga mempunyai pengaruh dalam keberhasilan pendidikannya.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Anak-anak yang mempunyai potensi di atas rata-rata pada siswa SMA yang berprestasi tinggi dan rendah menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi sering berinteraksi dengan keluarga dibandingkan siswa yang berprestasi rendah. Bentuk interaksi tersebut diantaranya rekreasi bersama, ada kesamaan ide artinya saling memberi, saling menerima yang ditandai dengan saling pengertian, saling percaya, mencintai dan memberi semangat dalam meraih prestasi maupun karir. Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua memiliki peran dalam pendidikan anak, yakni dalam memotivasi belajar dan pada anak SMA motivasi belajar yang diberikan orang tua sangat mempengaruhi hasil belajar anak. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi, anak akan giat dalam belajar, sebab motivasi merupakan tendensi individu untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan meneruskan pekerjaan tersebut. Dari penelitian yang dilakukan Yanwar Pamungkas tersebut, dapat memberikan gambaran bagi peneliti untuk mengetahui gambaran peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar kepada anak, sehingga peneliti dapat menjalin interaksi dalam melakukan penelitian.
C. Kerangka Berpikir Saat ini pendidikan di Indonesia masih mengalami berbagai permasalahan, mulai dari biaya pendidikan yang semakin mahal, kurikulum yang sering berubahubah, kurangnya fasilitas yang memadai untuk belajar, adanya kontroversi UN (Ujian Nasional), adanya siswa yang tidak lulus dalam ujian, baik ujian nasional maupun ujian sekolah, yang menyebabkan mutu atau kualitas pendidikan kita masih berada di bawah Negara-negara lain. Hal ini menuntut pemerintah untuk melakukan perbaikan dan perubahan dalam bidang pendidikan. Pemerintah berusaha mencarikan jalan keluar demi tercapainya tujuan Pendidikan Nasional, yaitu melakukan perubahan dan pembangunan dalam berbagai aspek, yang meliputi kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa serta metode pengajarannya. Perubahaan yang sedang digalakkan oleh pemerintah ialah menumbuhkan manusia yang berpendidikan, hal ini sejalan dengan kemajuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perkembangan jaman dalam rangka menghadapi era globalisasi. Untuk menciptakan manusia yang berpendidikan, pemerintah membuat suatu kebijakan yang mendukung agar proses pendidikan berjalan dengan lancar, sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai. Diantaranya pemerintah membuat program Gerakan Wajib Jam Belajar, seperti yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Surakarta. Gerakan Wajib Jam Belajar merupakan salah satu program Pemerintah Kota Surakarta yang mempresentasikan dukungan pemerintah Surakarta terhadap pendidikan. Wajib belajar secara langsung atau tidak langsung akan berdampak kepada investasi yang harus dikeluarkan pemerintah dalam bidang pendidikan. GWJB kemudian disosialisasikan kepada masyarakat untuk dilaksanakan di setiap daerah-daerah. Program GWJB dari pukul 18.30-20.30 WIB dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak kendala. Program yang seharusnya berjalan dengan baik namun dalam kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, perlu adanya peran kerjasama dari berbagai pihak untuk mensukseskan program gerakan wajib jam belajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Mulai dari orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Pada dasarnya keberhasilan pendidikan khususnya pendidikan formal dapat dilihat dari pencapaian prestasi yang diperoleh. Hasil prestasi yang optimal juga tidak terlepas dari motivasi belajar individu. Oleh karena itu, diharapkan individu mempunyai motivasi belajar yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, karena motivasi belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Motivasi belajar seorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) diri si terdidik sebagai siswa, dengan demikian pada hakekatnya tidak ada faktor tunggal yang berdiri sendiri yang secara otomatis menentukan prestasi belajar seseorang. Pencapaian prestasi belajar secara optimal memerlukan dukungan dan prasarana, ketepatan cara dan gaya belajar seseorang, minat dan motivasi belajar yang kuat serta lingkungan yang mendukung. Salah satu faktor commit to user eksternal yang bersifat sosial adalah faktor yang mencakup hubungan sesama
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
manusia, baik yang hadir secara langsung maupun secara tidak langsung yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang, misalnya hubungan antara orang tua dengan anaknya. Dalam konteks ini termasuk pula faktor dukungan orang tua sebagai komponen utama dengan segenap perhatian yang diberikan kepada anak dalam rangka proses belajarnya, maupun motivasi belajar anak itu sendiri. Untuk menumbuhkan motivasi belajar anak, diperlukan peranan orang tua dalam mengasuh anaknya ketika jam belajar dimulai. Peranan orang tua sangat dituntut dalam pendidikan, karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Mengingat bahwa keberadaan anak dilingkungan keluarga atau masyarakat lebih besar daripada lingkungan sekolah, maka peran orang tua sangat diperlukan dalam mendukung program pemerintah mengenai gerakan wajib jam belajar agar tujuan pendidikan nasional tercapai. Oleh karenanya, orang tua harus memiliki bimbingan yang tepat bagi anaknya dalam memberikan motivasi belajar anak. Penerapan bimbingan dari orang tua yang tepat dapat menciptakan kondisi belajar yang baik. Dengan adanya peran orang tua, masyarakat dan unsur pemerintah, maka diharapkan program Gerakan Wajib Jam Belajar dapat terlaksana dengan baik, dan tujuan Pendidikan Nasional tercapai. Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini skema kerangka berpikir yang akan mempermudah dalam memahaminya: Permasalahan Pendidikan
Kebijakan Pemerintah Kota (Program GWJB)
Tujuan Pendidikan Nasional
Sosialisasi (Jam wajib belajar)
Pemerintah
Masyarakat Peran Orang tua (Pemberian motivasi belajar) sebagai tindakan sosial Anak
to user Berpikir Gambar 2. commit Skema Kerangka
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang harus dilakukan secara sistematis, tertib dan teratur, baik mengenai prosedur maupun dalam proses berpikirnya. Sifat ilmiah menitikberatkan kegiatan penelitian sebagai usaha menemukan kebenaran yang objektif. Kebenaran dapat berbentuk hasil pemecahan masalah atau pengujian hipotesis yang mungkin pula berupa pembuktian tentang adanya sesuatu yang semula belum ada tetapi diduga mungkin ada. Kebenaran yang objektif disatu pihak memerlukan dukungan data atau informasi yang bersifat empiris sebagai bukti ilmiah. Sedang dipihak lain kebenaran dapat diterima bila prosedur mengungkapkan materi disesuaikan dengan akal sehat. Untuk memperoleh suatu kebenaran dari pengetahuan, suatu penelitian perlu menggunakan metode yang tepat, agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai seorang peneliti, kita dituntut untuk dapat memilih dan menetapkan metode penelitian yang tepat. Metode penelitian yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Winarno Surachmad (1994: 131) menjelaskan, “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Jadi, metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan suatu teknik serta alat-alat tertentu.
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tentang peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan GWJB ini dilaksanakan Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta. Pengambilan lokasi ini didasarkan pada: Kelurahan Jebres merupakan salah satu kelurahan di Kota Surakarta yang melaksanakan program user serta menjadi pioneer di Kota gerakan wajib jam belajar, dancommit masihtoaktif
32
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Surakarta dalam pelaksanaan program gerakan wajib jam belajar. Selain itu, Kelurahan Jebres juga memiliki banyak penduduk yang berprofesi sebagai pelajar yang menjadi sasaran program gerakan wajib jam belajar. Lokasi penelitian ini jaraknya juga tidak terlalu jauh dari tempat domisili peneliti, sehingga dirasa akan lebih mudah dijangkau dan lebih cepat dalam proses pengambilan datanya. Proses ricek data akan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, sehingga validitas data bisa dicapai. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah konsultasi pengajuan judul disetujui oleh dosen pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari berbagai pihak yang berwenang, baik kampus maupun lembaga atau instansi-instansi yang terkait. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak penyusunan proposal sampai penyusunan laporan akhir, yakni dalam jangka waktu 6 bulan, mulai dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Mei 2011. Namun tidak menutup kemungkinan adanya perubahan waktu yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang diperlukan dalam penelitian. Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian N
Kegiatan Des’10
o 1.
Bulan Jan’11
Feb’11
Pengajuan judul
2.
Penyusunan prososal
3.
Perijinan
4.
Pengumpulan data
5.
Analisis data
6.
Penyusunan laporan commit to user
Mar’11 Apr’11
Mei’11
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Dalam penelitian ilmiah ada dua macam bentuk penelitian, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Adapun maksud dari penelitian kualitatif adalah menitikberatkan pada proses yang diambil dari fenomena-fenomena yang ada kemudian ditarik suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini, penulis memilih penelitian kualitatif karena
dengan penelitian kualitatif, peneliti
dapat
menggambarkan objek penelitian secara holistik berdasarkan realitas sosial yang ada di lapangan. Menurut Lexy J. Moleong (2006: 3) mengutip pendapat Bodgan dan Taylor (1975: 75), “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. HB. Sutopo (2002: 89) mengatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah suatu kegiatan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa (proses dan makna) dalam pernyataan nyatanya meliputi sejauh mana”. Sedangkan menurut Sugiyono (2005: 1): Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Sesuai dengan pendapat di atas, maka bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang mengambil masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dengan menggambarkan
objek
yang
mengumpulkan,
menyusun,
menjadi
pokok
mengklasifikasikan
permasalahannya lalu
dengan
menganalisa
dan
menginterpretasikan. 2. Strategi Penelitian Strategi merupakan bagian dari desain penelitian yang dapat menjelaskan bagaimana tujuan penelitian akan dicapai dan bagaimana masalah yang dihadapi dalam penelitian akan dikaji dan dipecahkan commit to user untuk dipahami. Menurut HB.
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sutopo
(2002:
123),
“Strategi
adalah
metode
yang digunakan
untuk
mengumpulkan dan menganalisa data”. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Burhan Bungin (2008: 229), “Penelitian studi kasus merupakan salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis“. Seperti yang dikemukakan Abdul Azis SR, dalam Burhan Bungin (2003:23) dengan studi kasus akan dapat mengisyaratkan beberapa keunggulan sebagai berikut: a. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. b. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. c. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Disamping tiga keunggulan di atas, studi kasus dapat memiliki keunggulan spesifik lainnya, seperti yang dikemukakan Black dan Champion dalam Burhan Bungin (2003:23), yakni: a. Bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan. b. Keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki. c. Dapat dilaksanakan secara praktis didalam banyak lingkungan sosial. d. Studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori. e. Studi kasus bisa sangat murah, tergantung pada jangkauan penyelidikan dan tipe pengumpulan data yang digunakan. Studi kasus yang digunakan untuk memperoleh kebenaran dalam penelitian adalah studi kasus sosial tentang peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak. Ada dua kategori studi kasus menurut H.B Sutopo (2002: 112), yaitu studi kasus tunggal dan studi kasus ganda. Studi kasus tunggal adalah penelitian yang hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu subyek). Sedangkan studi kasus ganda merupakan kebalikan dari studi kasus tunggal, yaitu commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
subyek atau lokasi penelitian memiliki perbedaan karakteristik (H.B Sutopo. 2002: 112). Jenis strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal terpancang. HB. Sutopo (2002:112) menjelaskan, “suatu penelitian disebut sebagai bentuk studi kasus tunggal bilamana penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik”. Artinya penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu subjek). Jumlah sasaran (lokasi studi) tidak menentukan suatu penelitian berupa studi kasus tunggal ataupun ganda, meskipun penelitian dilakukan di beberapa lokasi (beberapa kelompok atau sejumlah pribadi), jika sasaran studi tersebut memiliki karakteristik yang sama atau seragam, maka penelitian tersebut tetap merupakan studi kasus tunggal. Sedangkan penelitian terpancang, menurut H.B Sutopo (2002: 142): Bentuk penelitian terpancang (embedde research) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan studinya. Dalam proposalnya, peneliti sudah menentukan fokus pada variabel tertentu. Dalam penelitian ini, strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian tunggal terpancang. Tunggal, dimana hanya dilakukan pada satu sasaran, yaitu dilaksanakan di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta, serta terpancang, karena difokuskan pada suatu obyek penelitian secara intensif serta mendetail tentang peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan gerakan wajib jam belajar.
C. Sumber Data Sumber data merupakan bagian yang penting dalam penelitian. Hal ini dikarenakan ketepatan dalam memilih dan menentukan sumber dan jenis data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2000: 112), yang mengatakan “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. H.B Sutopo commitdata to user (2000: 50-54) menjelaskan, “Sumber dalam penelitian kualitatif berupa
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
narasumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, serta dokumen dan arsip. Adapun suumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Narasumber (informan) Informan adalah individu-individu yang dapat memberikan keterangan dan data, serta informasi untuk keperluan penelitian. Moleong, Lexy. J (2000: 90), “informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Dengan demikian informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi atau keterangan tentang segala permasalahan yang diperlukan dalam penelitian untuk memperoleh data yang lengkap sesuai dengan obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan yang digunakan adalah orang tua, anak, Kepala Desa, Ketua GWJB, Ketua RW, Ketua RT dan Ketua TP PKK di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta sebagai informan.
2. Tempat dan Peristiwa Tempat atau lokasi dan aktivitas penelitian merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya. Menurut H.B Sutopo (2002: 51), “Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti, karena menyaksikan sendiri secara langsung”. Jadi melalui pengamatan dan kajian terhadap aktivitas yang dilakukan orang tua dalam memberikan motivasi belajar kepada anak pada pelaksanaan GWJB dapat dijadikan sebagai sumber informasi, baik data utama maupun data penunjang yang diperlukan sebagai sumber informasi. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan pandangan dari para informan. Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta. 3. Dokumen dan Arsip Dokumen atau arsip merupakan data yang tidak kalah pentingnya dalam user penelitian kualitatif. H.B Sutopocommit (2002: to54) menjelaskan, “Dokumen dan arsip
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa foto pelaksanaan GWJB termasuk didalamnya adalah kegiatan orang tua dan anak saat jam belajar, catatan lapangan, artikel mengenai gerakan wajib jam belajar dan peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak. Sedangkan informasi lokasi berupa arsip monografi data penduduk kelurahan Jebres. Semua dokumen dan arsip yang dikumpulkan berkaitan dengan fokus penelitian.
4. Studi Pustaka Studi pustaka adalah cara memperoleh data dari sumber data yang berupa buku, data monografi desa yang didapat dari Kelurahan, dan jurnal yang berhubungan dengan masalah penelitian, sehingga diperoleh kelengkapan data. Studi pustaka dilakukan dibeberapa tempat, yaitu perpustakaan FKIP UNS, perpustakaan pusat UNS, dan perpustakaan lainnya yang mendukung dalam referensi yang berkaitan dengan peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan GWJB.
D. Teknik Pengambilan Informan Teknik pengambilan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive. Menurut Burhan Bungin (2008: 53), “Teknik purposive yaitu teknik mendapat sampel dengan memilih informan kunci yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, serta lebih tepatnya ini dilakukan dengan sengaja”. Jadi, peneliti melakukan seleksi terhadap informan yang dianggap paling tahu dan cukup memahami tentang peran orang tua dalam memberikan motivasi jam belajar anak. Dalam penelitian ini adalah orang tua, anak, Kepala Desa, Ketua GWJB, Ketua RW, Ketua RT dan Ketua TP PKK di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta, sehingga dapat memberikan informasi dengan cara menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Menurut Patton yang dikutip dalam Sutopo (2002: 185) bahwa dengan commit to user teknik purposive, pemilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Penentuan informan dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemilihan warga yang dianggap paling tahu dan cukup memahami tentang permasalahan yang diangkat peneliti. Kemudian dari yang dipilih tersebut dijadikan sebagai sumber data yang akan membantu dalam mengungkap permasalahan tentang peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan GWJB.
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Langsung Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari jenis data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda. Marshall dalam Sugiyono (2005: 64) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Selain itu, James A. Black & Dean J. Champion (1992: 286) menyatakan observasi adalah mengamati (watching) dan mendengar (listening) perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian, serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tingkat penafsiran analisis. Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh pemahaman mengenai proses dan tindakan suatu objek yang diteliti yaitu manusia, tempat dan situasi sosial. Sutopo (2002: 64) menjelaskan bahwa “teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda dan rekaman gambar. Teknik observasi dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif. Menurut Spradley yang dikutip H.B Sutopo (2002: 185), “Observasi berperan pasif pada penelitian kualitatif disebut juga sebagai observasi langsung”. commit todengan user mengadakan pencatatan secara Observasi bisa dilakukan secara langsung
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
sistematis tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Pengumpulan data dengan cara peneliti terjun secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati semua peristiwa atau aktivitas dari objek yang diteliti. Dalam penelitian ini observasi langsung dilakukan dengan melakukan pengamatan tentang aktivitas atau perilaku informan. Dari pengamatan tersebut, tugas peneliti selanjutnya adalah menangkap makna dari perilaku informan.
2. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui tatap muka dengan informan yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti. Estenberg dalam Sugiyono (2005: 72) mendefinisikan wawancara sebagai berikut, “a meeting of two persons to exchange information and idea yhrought queation and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Tujuan wawancara mendalam (in-depth interview) adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Pada dasarnya wawancara merupakan usaha menggali keterangan atau informasi dari orang lain. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara tidak terstruktur atau sering disebut sebagai teknik ”wawancara mendalam”. Karena peneliti merasa ”tidak tahu apa yang belum diketahuinya”. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat ”open-ended”, yang mengarah kepada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah partisipatif, artinya peneliti mencatat informasi yang diberikan oleh informan dan mendiskusikan informasi commit pengaruh to user terhadap informan mengenai yang belum jelas tanpa memberikan
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jawaban yang diberikan. Fungsi utama dari wawancara adalah deskripsi dan eksplorasi. Deskripsi disini adalah informasi yang diperoleh dari wawancara bermanfaat dalam menetapkan pemahaman ke dalam lingkungan terbatas dari realitas sosial. Data yang diperoleh dari wawancara sangat berguna sebagai alat pengurai dan memperluas wawasan sosiologis terhadap fakta-fakta dari data yang ada. Sedangkan eksplorasi di sini adalah memberikan pemahaman dalam dimensidimensi yang belum tergali dari suatu topik. Jadi peneliti bertugas untuk mengeksplorasi suatu topik yang belum tergali dan terkesan ditutupi sehingga akan mendapatkan informasi baru yang sangat mendukung data yang diperoleh.
3. Analisis Dokumen Dokumen dilakukan untuk mendapatkan fakta dan data. Sugiyono (2005: 82) menyatakan dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen berbentuk karya misalnya karya seni dapat berupa gambar, patung, film, dan lainlain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Sama halnya dengan Sutopo (2002: 54) yang mendefinisikan, “Dokumen atau data sekunder merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan sesuatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia merupakan rekaman tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu”. Jadi, analisis dokumen dan arsip merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis dokumen dan arsip yang telah terkumpul guna melengkapi dan memperjelas hasil informasi observasi dan wawancara. Teknik analisis dokumen dapat berupa arsip-arsip yang relevan serta benda fisik lainnya. Dokumen dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari buku-buku, literatur, laporan, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan, sehingga sangat commit to user penting dalam penelitian kualitatif sebagai sumber data. Dokumen lain yang
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan dalam penelitian ini adalah catatan atau rekaman wawancara dan hasil foto pelaksanaan GWJB, termasuk aktivitas atau perilaku orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak saat jam belajar berlangsung.
F. Validitas Data Dalam penelitian kualitatif, data atau informasi yang berhasil dikumpulkan perlu dikaji kebenarannya. Oleh karena itu, setelah data terkumpul lalu diadakan pemeriksaan keabsahannya atau validitas data. Validitas data adalah pengujian data dalam penelitian agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Guna menjamin dan mengembangkan validitas data dalam penelitian ini, maka teknik pengembangan validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data: Triangulasi Triangulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Moleong (2001: 178) “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Artinya bahwa data yang diperoleh akan diuji keabsahannya dengan cara mengecek kepada sumber lain sehingga dihasilkan suatu kebenaran. Selanjutnya Mathinson dalam Sugiyono (2005: 85) mengemukakan bahwa “The value of triangulation lies in providing evidence-whether convergent, inconsistent, or concracdictory”. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Triangulasi merupakan teknik yang didasarkan pola pikir fenomenologis yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang, tetapi dibutuhkan beragam pandangan. Dengan kata lain triangulasi merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau berbagai perbandingan terhadap data. Dengan menggunakan triangulasi, maka hasil penelitian dapat ditingkatkan dan dijamin validitasnya. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Patton dalam H.B Sutopo (2002: 78) menyatakan ada empat teknik triangulasi: a. Triangulasi data Teknik triangulasi data (triangulasi sumber) merupakan cara peningkatan validitas yang dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. Triangulasi sumber memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda untuk menggali data yang sejenis tekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan data, cara menggali data dari sumber yang berbeda-beda dan data yang didapat bisa lebih teruji kebenarannya. b. Triangulasi peneliti Triangulasi peneliti adalah pengumpulan data yang sama dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian baik data ataupun simpulannya bisa diuji validitasnya oleh beberapa peneliti. c. Triangulasi metodologis Triangulasi metodologis dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis, tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda-beda penekanannya adalah penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda terhadap sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. d. Triangulasi teoritis Triangulasi teori dilakukan dengan melakukan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas dalam permasalahan yang dikaji, datanya dianalisis dengan menggunakan beberapa perspektif yang berbeda-beda. Sedangkan menurut Sugiyono (2005: 125-128) triangulasi dibagi menjadi tiga: a. Triangulasi sumber Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. b. Triangulasi teknik commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. c. Triangulasi waktu Waktu sering juga mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari, siang atau malam akan mempengaruhi data yang dihasilkan. Misalnya teknik wawancara yang diambil dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, dapat memberikan data yang lebih valid. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber yaitu dengan mewawancarai informan yang mengetahui permasalahan yang diteliti, yaitu orang tua, anak, Kepala desa, ketua GWJB, Ketua RW, Ketua RT dan Ketua TP PKK di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta. Serta menggunakan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sedangkan triangulasi teknik dalam penelitian ini dengan menggunakan
metode
observasi
langsung,
wawancara
mendalam,
dan
dokumentasi.
G. Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban data yang diwawancarai dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1992: 20) mengemukakan, “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Ada dua model pokok dalam melaksanakan analisis data di dalam penelitian kualitatif, yaitu model analisis jalinan mengalir (flow model of analysis) dan model analisis interaktif (interaktif model of analysis). Dalam penelitian ini, commit to user yang meliputi empat komponen, peneliti menggunakan model analisis interaktif
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display) dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan (conclusion drawing). Keterkaitan empat komponen itu dilakukan secara interaktif dengan proses pengumpulan data yang dilakukan secara kontinyu, sehingga proses analisis merupakan rangkaian interaktif yang bersifat siklus. Selanjutnya model interaktif dalam model analisa data ditunjukkan pada gambar berikut: Pengumpulan data (Data collection)
Sajian Data (Data Display)
Reduksi Data (Data Reduction) Penarikan simpulan/ verifikasi (Conclusions: Drawing/ verifying) Gambar 3. Analisis data model interaktif
Adapun tahap analisis interaktif adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari buku-buku yang relevan, informasi dari sumber, peristiwa serta observasi dilapangan. Sedangkan pengumpulan data melalui teknik observasi secara langsung, wawancara mendalam (in-depth interviewing) dan dokumentasi.
2. Reduksi Data (Reduction) Tahap ini merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang terdapat field note. Dengan reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, seperti melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan dalam commit todata userkasar dari field note. Proses ini suatu uraian yang lebih luas, abstraksi
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian, baik sebelum atau sesudah pengumpulan data. Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, sampai pada proses verifikasi data. Pada saat reduksi data, peneliti menentukan beberapa informan untuk mendiskripsikan implementasi GWJB di Kelurahan Jebres dan mendeskripsikan peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar pada pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres. Selain itu, peneliti juga mendapatkan data dari buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian.
3. Sajian Data (Display) Sajian data dilakukan dengan merangkai data atau informasi yang telah direduksi dalam bentuk narasi atau kalimat, gambar atau skema, maupun tabel yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi dalam penelitian, yang memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Pada awal pengumpulan data sampai penyajian data, peneliti melakukan pencatatan dan membuat pernyataan untuk membuat kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara mendalam (in-depth interview). Adapun penyajian data untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi GWJB di Kelurahan Jebres dan mendeskripsikan peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar pada pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres.
4. Verifikasi Data atau Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing) Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa gejala kasus yang terdapat di lapangan. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus diverifikasi commitbisa to user agar cukup mantap dan benar-benar dipertanggungjawabkan. Untuk itu
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali, melihat lagi field note sehingga kesimpulan penelitian menjadi kokoh dan lebih bisa dipercaya.
H. Prosedur Penelitian H.B Sutopo (2002: 187-190) menyatakan “prosedur penelitian adalah rangkaian tahap demi tahap kegiatan penelitian dari awal sampai akhir penelitian”. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi empat tahap, yaitu: persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1. Persiapan a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing. b. Mengumpulkan bahan atau sumber, materi atau referensi yang dibutuhkan dalam penelitian. c. Menyusun proposal penelitian. d. Mengurus perijinan penelitian e. Menyiapkan instrument penelitian dan alat observasi.
2. Pengumpulan Data (Observasi) a. Pengumpulan data yang dilakukan dengan metode observasi langsung, wawancara mendalam, dan dokumentasi. b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul dengan melaksanakan refleksinya. c. Membuat field note. d. Memilah dan mengatur data dengan memperhatikan semua variable yang tergambar dalam kerangka berfikir.
3. Analisis Data a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan proposal penelitian. b. Melakukan analisis awal.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di rechek dengan temuan di lapangan. d. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data. e. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Penyusunan Laporan Penelitian a. Penyusunan laporan awal. b. Review laporan, yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan orang yang cukup memahami penelitian c. Melakukan perbaikan laporan. d. Penyusunan laporan akhir.
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV SAJIAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Gambaran umum mengenai lokasi penelitian ini berdasarkan data monografi Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta bulan Februari tahun 2011, yang didalamnya mencantumkan keadaan geografis, demografis, serta sarana dan prasarana. Berikut penjelasan mengenai daerah wilayah Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. 1. Keadaan Geografis Kondisi geografis berhubungan dengan letak dan batas-batas umum dari Kelurahan Jebres. Kelurahan Jebres merupakan salah satu dari lima kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres dan termasuk di dalam wilayah Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Untuk kantor Kelurahan terletak di depan kantor polisi Jebres, sedangkan kantor kecamatannya terletak di belakang Universitas Sebelas Maret Surakarta kampus utama. Batas wilayah Kelurahan Jebres, sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Mojosongo & Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Purwodiningratan, Jagalan & Pucang Sawit, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tegalharjo. Kondisi geografis Kelurahan Jebres untuk ketinggian tanah adalah 92 m dari permukaan air laut. Untuk banyaknya curah hujan 21.286 mm/tahun, jadi Kelurahan Jebres termasuk dalam kategori sedang, yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Sedangkan untuk topografi, Kelurahan Jebres termasuk dalam dataran rendah yang terdiri dari bangunan rumah dan tanah lapang, atau belum dipakai untuk membangun rumah, dan tidak ada pantai ataupun dataran tinggi, sedangkan untuk suhu udara rata-ratanya berkisar 25 derajat celcius, yaitu suhu sedang tidak terlalu panas ataupun tidak terlalu dingin. Kelurahan Jebres memiliki jarak orbitrasi atau jarak dari pusat pemerintahan sebagai berikut; jarak kantor Kelurahan dengan kantor Kecamatan 0,5 km, jarak dari kantor balaikota 1 km, commit to userTengah 115 km, dan jarak dari sedangkan jarak dari ibukota provinsi Jawa
49
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
ibukota Negara, yaitu Jakarta adalah 850 km. Untuk sarana transportasi bisa dijangkau dengan kendaraan apapun dan tidak terlalu sulit. Luas wilayah Kelurahan Jebres adalah 317 Ha, yang terdiri dari tanah kering untuk pekarangan sebesar 296 Ha, untuk tegalan sebesar 6 Ha, tegalan disini adalah lahan yang dipakai untuk bercocok tanam, misalnya ketela pohon, ubi rambat, pepaya, semua tergantung dari yang menanam, tetapi biasanya ditanami tumbuhan yang dapat dipetik hasilnya untuk kebutuhan sehari-hari ataupun dijual. Sedangkan untuk hal lain seperti sungai, jalan dan kuburan seluas 15 Ha. Untuk luas wilayah tersebut, terdiri dari 24 dusun yang terbagi dalam 36 RW, dimana masing-masing RW dikepalai oleh seorang kepala RW yang bertugas mengurusi kerukunan warga. Serta 128 RT, dimana masing-masing RT dikepalai oleh seorang kepala RT yang bertugas mengurusi kerukunan antar tetangga. Di wilayah Jebres terdapat berbagai sarana, meliputi sarana pendidikan, Kesehatan, Pariwisata, perekonomian dan jasa. Sarana Pendidikan yakni: PT & LPK (UNS Surakarta, ISI Surakarta, STIKES AISYIYAH Surakarta, Solo Techno Park, Lembaga Pendidikan Ketrampilan), SMU/ SMK (SMU Muhammadiyah 3, SMK Cokro Aminoto, SMK Warga, SMU Tri Pusaka), SMP (SMP Advent, SMP Negeri 8, SMP Tri Pusaka, SMP Negeri 16, SMP Muhammadiyah 7), SD (SD Advent, SD Negeri Petoran, SD Negeri Tugu, SD Negeri Tegal Kuniran, SD Negeri Sanggrahan, SD Negeri Gulon, SD Negeri Ngoresan, SD Negeri Bulu Kantil, SD Negeri Kandang Sapi, SD Negeri Purwoprajan 2, SD Negeri Purwoprajan I, SD Muhammadiyah) Sarana Kesehatan meliputi; RSUD Dr Moewardi Surakarta, PMI Cabang Surakarta, RSJD Surakarta, BBRSBD Surakarta, Puskesmas Ngoresan dan Kandang Sapi, Medical Centre STIKES Aisyiyah, Apotik dan Toko Obat, Dokter, Bidan dan Mantri Kesehatan, Posyandu Balita, Lansia dan Puskesmas Keliling. Sarana Pariwisata meliputi; Kolam Renang Tirtomoyo, Bengawan Sport Centre, Bengawan Tenis, Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), Taman Budaya to userFutsal, Sepakbola. Surakarta (TBS), Motel, Lapangancommit Bulutangkis
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sarana Perekonomian meliputi; Pasar Panggung Rejo, Jebres Square, Supermarket, Toko-Toko, Rumah Makan dan sarana jasa yang meliputi; BNI, BRI, Koperasi, dan Pegadaian, Sarana Pergudangan Pedaringan, Terminal Peti Kemas, Komplek Ekspedisi, Wartel dan Warnet, Rental Komputer, SPBU, Rumah Sewa & Kost. 2. Keadaan Demografis Jumlah penduduk Kelurahan Jebres menurut data monografi Kelurahan Jebres bulan Februari tahun 2011 tercatat 31.175 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebnyak 15.449 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 15.726 jiwa, dengan kepala keluarga sebanyak 8.867 jiwa. Dari jumlah penduduk di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan Jebres adalah berjenis kelamin perempuan. Akan tetapi, kesejajaran dalam hal pekerjaan dan peranan dalam masyarakat sudah ada di wilayah tersebut, sebagai contoh dalam kepengurusan perangkat (pamong desa) kantor Kelurahan sudah terdapat beberapa perangkat atau pamong perempuan. a. Distribusi Penduduk Menurut Umur Distribusi penduduk menurut umur dapat digolongkan secara garis besar menjadi tiga kategori, yakni usia muda/ belum produktif yaitu usia 0-14 tahun, usia remaja dan dewasa/ produktif yaitu usia 14-59 tahun, dan usia tua/ tidak produktif yaitu usia 60 tahun ke atas. Jumlah penduduk Kelurahan Jebres menurut umur berdasarkan data monografi Kelurahan Jebres bulan Februari tahun 2011 tercatat sebanyak 31175 jiwa. Penduduk usia 0-4 tahun sebanyak 1142 jiwa, dengan jumlah penduduk 576 laki-laki dan 566 perempuan. Penduduk usia 5-9 tahun sebanyak 2370 jiwa, yakni 1209 laki-laki dan 1161 perempuan. Penduduk usia 10-14 tahun sebanyak 2492 jiwa, yakni 1269 laki-laki dan 1223 perempuan. Penduduk usia 15-19 tahun sebanyak 2479 jiwa, yakni 1277 laki-laki dan 1202 perempuan. Penduduk usia 20-24 tahun sebanyak 2406 jiwa, yakni 1157 laki-laki dan 1249 perempuan. Penduduk usia 25-29 tahun sebanyak 2954 jiwa, yakni 1494 laki-laki dan 1460 perempuan. Penduduk usia 30-39 tahun sebanyak 5850 jiwa, yakni 2953 laki-laki dan 2897 perempuan. Penduduk usia 40-49 tahun sebanyak commit user 4767 jiwa, yakni 2329 laki-laki dan 2438toperempuan. Penduduk usia 50-59 tahun
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebanyak 3656 jiwa, yakni 1826 laki-laki dan 1830 perempuan Dan penduduk usia 60 plus atau 60 tahun ke atas sebanyak 3059 jiwa, yakni 1359 laki-laki dan 1700 perempuan. Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Jebres sebagian besar merupakan golongan usia remaja dan dewasa (usia produktif), yaitu penduduk usia 15-59 tahun sebanyak 22112 jiwa, bila dibandingkan dengan usia muda/ belum produktif (0-14 tahun) yaitu 6004 jiwa dan golongan usia tua/ non produktif (60 tahun ke atas) yaitu 3059 jiwa.
b. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan sumber pendapatan bagi kehidupan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia memiliki pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Distribusi penduduk di Kelurahan Jebres menurut mata pencaharian tergolong dalam berbagai macam mata pencaharian. Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Jebres sangat beragam, mulai dari buruh, PNS maupun yang belum/ tidak bekerja. Penggolongan penduduk menurut mata pencaharian hanya untuk usia 17 tahun ke atas, atau dapat dikatakan dalam usia produktif dan tidak produktif dengan total sebanyak 23683 jiwa yang tercatat. Untuk penduduk bermata pencaharian sebagai buruh sebanyak 1705 jiwa, guru/ dosen sebanyak 265 jiwa, karyawan sebanyak 8265 jiwa, mengurus rumah tangga sebanyak 3710 jiwa, pelajar/ mahasiswa sebanyak 2603 jiwa, PNS sebanyak 589 jiwa, TNI sebanyak 60 jiwa, POLRI sebanyak 40 jiwa, pensiunan/ purnawirawan sebanyak 586 jiwa, wiraswasta sebanyak 2026 jiwa, lain-lain sebanyak 1828 jiwa dan belum/ tidak bekerja sebanyak 2006 jiwa. Berdasarkan uraian tersebut, maka penduduk bermata pencaharian sebagai karyawan menduduki jumlah terbanyak.
c. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan
merupakan
sarana
yang
penting
dan
utama
dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai masyarakat yang telah maju dan to user pendidikan menjadi hal yang memiliki kesadaran yang tinggi commit akan pentingnya
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
utama di Kelurahan Jebres. Distribusi penduduk di Kelurahan Jebres menurut tingkat pendidikan dapat digolongkan dalam 10 macam golongan. Penggolongan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan diperuntukkan umur 5 tahun ke atas. Dari jumlah 30033 jiwa yang tercatat, sebanyak 3014 jiwa tidak/ belum sekolah, 1657 jiwa belum tamat SD, 2371 jiwa tidak tamat SD, 5764 jiwa tamat SD, 5261 jiwa SMP/ sederajat, 8783 jiwa SMA / sederajat, 1138 jiwa diploma III/ SM, 1878 jiwa diploma IV/ S1, 157 jiwa strata 2, 10 jiwa strata 3. Berdasarkan data monografi Kelurahan Jebres bulan Februari tahun 2011 di atas dapat terlihat bahwa secara keseluruhan tingkat pendidikan di Kelurahan Jebres sangat beragam. Tingkat pendidikan yang paling mendominasi adalah tamat SMA, yakni sebanyak 8783 jiwa, sedangkan penduduk yang tidak tamat SD 2371 jiwa, tidak/ belum sekolah 3014 jiwa dan tidak ada penduduk yang buta huruf, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Jebres baik. d. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Agama Agama merupakan sesuatu yang pokok dalam kehidupan masyarakat, dimana agama memberi ajaran mengatur mengenai tata kelakuan dalam kehidupan bersama. Penduduk di Kelurahan Jebres memeluk agam yang berbedabeda. Dari data Monografi Kelurahan Jebres bulan Februari 2011 dapat dijelaskan bahwa dari 31175 jumlah penduduk yang tercatat, mayoritas penduduk di Kelurahan Jebres beragama Islam, yakni sebanyak 23294, sedangkan Kristen sebanyak 5444 jiwa, Katholik sebanyak 2341 jiwa, Hindu sebanyak 55 jiwa, Budha sebanyak 32 jiwa, dan Konghucu sebanyak dan 8 jiwa. Sebagian besar penduduk memeluk agama dan menjalankan kaidah-kaidah sesuai dengan ajaran masing-masing, disamping itu masyarakat juga masih menjalankan upacara-upacara adat yang sampai sekarang masih berjalan di Kelurahan Jebres, seperti: slametan, midhodareni, telung dinanan, pitung dinanan, patang puluhan, pendhak pisan, pendhak pindho serta nyewu. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Jebres sebagian besar menganut agama Islam, yakni sebanyak 23294 jiwa. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Mutasi Penduduk Mutasi penduduk berkaitan dengan perpindahan atau mobilitas, untuk mutasi penduduk dapat diketahui dari jumlah perpindahan penduduk Kelurahan Jebres yang datang maupun pergi (pindah). Berdasarkan data monografi Kelurahan Jebres bulan Februari tahun 2011 jumlah penduduk yang datang sebanyak 45 jiwa, terdiri dari 23 laki-laki dan 22 perempuan. Sedangkan untuk penduduk yang pergi (pindah) sebanyak 53 jiwa, terdiri dari 28 penduduk laki-laki dan 25 penduduk perempuan. Kedatangan atau kepergian (pindah) penduduk tersebut biasanya berbentuk urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota, dimana mereka ingin kehidupan yang lebih baik dengan pergi ke kota. Disamping mutasi yang terlihat dari kedatangan dan kepergian (pindah) penduduk, juga dapat dilihat dari tingkat kelahiran dan kematian penduduk. Berdasarkan data monografi Kelurahan Jebres bulan Februari tahun 2011 jumlah penduduk yang lahir sebanyak 33 jiwa, terdiri dari 17 penduduk laki-laki dan 16 penduduk perempuan. Sedangkan untuk penduduk yang mati atau meninggal sebanyak 21 jiwa, terdiri dari 8 penduduk laki-laki dan 13 penduduk perempuan.
3. Keadaan Sarana dan Prasarana Suatu sistem memiliki sarana dan prasarana yang dapat digunakan sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan atau menunjang terselenggaranya pembangunan. Pembangunan sangat penting dalam menciptakan kelangsungan suatu sistem, begitu juga yang terjadi di Kelurahan Jebres. Untuk sarana dan prasarana di Kelurahan Jebres dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sarana dan Prasarana Pemerintahan Pemerintahan Kelurahan Jebres dikepalai oleh Drs Tamso, MM dan para perangkat desa yang terdiri dari sekretaris desa, kaur (kepala urusan) dan dibantu oleh stafnya. Mereka bekerja dalam bidang pemerintahan dan bidang yang lainnya untuk melayani masyarakat wilayah Kelurahan Jebres. Untuk itu sarana pemerintahan yang dimiliki adalah sebuah kantor desa yang digunakan sebagai pusat pemerintahan untuk semua aktivitas yang berhubungan dengan kebutuhan commit to user untuk kegiatan lain yang masyarakat secara administrasi. Sedangkan
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membutuhkan tempat luas misalnya rapat, digunakan aula balai desa. Keadaan gedung tersebut dibangun dengan baik agar dapat memberi kenyamanan bagi penggunanya, sehingga mampu menjalani aktivitas dengan baik dan lancar. Fasilitas perkantoran juga tersedia dengan lengkap, sehingga memudahkan perangkat desa dalam bekerja. Disamping itu, kantor desa terletak sangat strategis, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat luas. Adapun bagan Organisasi Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta adalah sebagai berikut: Bagan Organisasi Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta Kepala Kelurahan (Drs. Tamso, MM)
Sekretaris (Parjiman, SE)
Kelompok Jabatan Fungsional
Front Office (Tutik Marjiatun)
Seksi Tata Pemerintahan (Sutardi)
Kasi Permas (Sri Utami, SE)
Seksi Pemberdayaan dan Lingkungan Hidup (P. Suhadi)
Seksi Budaya dan Agama (Suhasti Hartati, MA)
Bendahara Pengeluaran (Agustina Wulansari)
Bendahara DPK (Renyta Ina Wijaya, SE)
Front Office (Widada)
Bendahara Barang (Sugino)
Gambar 4. Bagan Organisasi Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Sarana dan Prasarana Sosial budaya Data tentang sarana dan prasarana sosial budaya di Kelurahan Jebres dapat dilihat pada bidang keagamaan, pendidikan, tempat rekreasi dan sarana kesehatan. Dari keempat hal tersebut, berikut penjelasannya: Dibidang keagamaan, Kelurahan Jebres memiliki 3 tempat ibadah, antara lain masjid sebanyak 46 buah, gereja 12 buah dan surau atau mushola sebanyak 11 buah. Masing-masing tempat ibadah tersebar ke semua daerah yang ada di wilayah Kelurahan Jebres dan dari masing-masing tempat ibadah sudah mampu untuk menampung sekian banyak warga, akan tetapi masih belum lengkap dengan adanya tempat ibadah umtuk agama konghucu, budha dan hindu mengingat jumlah nominal yang masih menjadi urutan pertama, kedua dan ketiga dari tingkat bawah, dalam artian sangat sedikit penganutnya dibandingkan ketiga agama besar di wilayah Kelurahan Jebres. Dibidang pendidikan yang dimulai dari TK berjumlah 17 dengan tenaga guru sebanyak 29 dan murid yang tercatat sejumlah 425 jiwa, kedua yakni SD sebanyak 16 buah yang memiliki tenaga guru 350 dimana jumlah miridnya adalah 3690 jiwa. Untuk SMP umum sebanyak 6 buah dengan 191 pendidik dan muridnya sejumlah 1205 jiwa. Kemudian SMA yang bersifat umum sebanyak 3 buah dengan 105 pendidik dan murid 1246 jiwa, sedangkan SMA kejuruan juga 3 buah dengan 135 pendidik untuk 1240 siswa. Selanjutnya wilayah tersebut juga memiliki 2 perguruan tinggi negeri dengan tenaga pendidik sebanyak 996, serta tempat-tempat kursus sebanyak 5 buah dengan tentor 120 orang. Dibidang rekreasi atau pariwisata terdapat 25 organisasi kesenian dan berbagai tempat rekreasi, antara lain; Taman Satwa Taru Jurug, Taman Budaya Solo, Bengawan Sport Center, Kolam Renang Tirtomoyo dan sebagainya. Dengan organisasi kesenian yang cukup banyak, dapat terlihat bahwa kepedulian masyarakat terhadap kesenian sangat tinggi, sehingga dapat menjadi wadah masyarakat dalam mengapresiasikan minat maupun bakan seni. Dibidang kesehatan, di Kelurahan Jebres telah tersedia sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang cukup memadai, hal tersebut dapat dilihat dari tempatuser dari puskesmas 2 buah, Rumah tempat-tempat pengobatan yang commit lengkap,tomulai
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
sakit bersalin 2 buah, BKIA/ Pos kesehatan/ Klinik sejumlah 2 buah, Rumah Sakit Umum 1 buah, Rumah Sakit Jiwa 1 buah, PMI 1 buah. Untuk tenaga medisnya sudah ada dokter sebanyak 33 orang, perawat 1 orang, bidan 10 orang dan 3 orang tenaga dukun bayi. Dari data monografi Kelurahan Jebres bulan Februari tahun 2011 tersebut dapat diketahui bahwa Kelurahan Jebres telah memiliki sarana kesehatan yang baik, sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang baik. Dari data-data tersebut, maka secara sosial budaya, Kelurahan Jebres relatif baik dengan kelengkapan sarana prasarana, sehingga warga masyarakat dapat memanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan baik secara sosial maupun budaya.
c. Sarana dan Prasarana Perhubungan dan Komunikasi Perhubungan (transportasi) dan komunikasi sangat penting bagi kemajuan dan lancarnya kegiatan penduduk di suatu daerah. Dengan adanya komunikasi yang baik akan mempermudah pekerjaan manusia dan mengetahui segala informasi yang ada. Sarana perhubungan/ transportasi dan komunikasi yang ada di Kelurahan Jebres cukup memadai, seperti halnya dengan sarana perhubungan (transportasi) antara lain; jalan umum yang terdiri dari jalan kelas II sepanjang 6 km, jalan kelas III sepanjang 4.5 km, jalan desa aspal sepanjang 17 km, serta jalan tidak aspal sepanjang 38 km. Selain itu, terdapat 7 jembatan, 1 terminal angkutan dan 1 stasiun kereta api. Di Kelurahan Jebres terdapat berbagai macam sarana transportasi, mulai dari sarana transportasi pribadi seperti sepeda, sepeda motor, dan mobil pribadi sampai sarana transportasi umum seperti bus, angkutan umum, becak, ojek, dan sebagainya. Sarana perhubungan darat menjadi alat transportasi vital di Kelurahan Jebres, seperti; sepeda sebanyak 360 buah, sepeda motor sebanyak 2500 buah, mobil dinas sebanyak 25 buah, mobil pribadi sebanyak 100 buah, oplet/ colt sebanyak 102 buah, bus sebanyak 20 buah, truk sebanyak 20 buah dan becak sebanyak 233 buah. Untuk sarana komunikasi, di Kelurahan Jebres sudah terdapat berbagai commit tomisalnya; user sarana komunikasi yang cukup memadai, telepon, televisi, radio, surat
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kabar, antena parabola dan internet. Untuk televisi bagi masyarakat bukan lagi merupakan barang langka, karena hampir semua masyarakat sudah memilikinya, begitu pula dengan radio, telepon, surat kabar, bahkan antenna parabola dan internet yang saat ini sudah banyak dimiliki masyarakat. Dengan adanya sarana komunikasi, maka berbagai informasi dapat diketahui masyarakat luas secara cepat dan mudah. d. Sarana Perekonomian Sarana perekonomian yang dimiliki kelurahan Jebres meliputi; BUUD/ KUD sebanyak 1 buah, lumbung desa 1 buah, pasar 1 buah, dan beberapa minimarket, toko serta rumah makan. Sedangkan di sarana jasa meliputi; BANK (BNI dan BRI), koperasi simpan pinjam 2 buah, Pegadaian, Sarana Pergudangan Pedaringan, Terminal Peti Kemas, Komplek Ekspedisi, dan beberapa Wartel, Warnet, Rental Komputer, SPBU, Rumah Sewa & Kost. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa secara perekonomian, kelurahan Jebres sudah maju. Hampir semua penduduk kelurahan Jebres terutama yang berdekatan dengan komplek pendidikan dan kesehatan (UNS, STIKES, ISI, SMA, RSU Moewardi, PMI) membuka usaha Rumah sewa & kos, Rumah makan atau warung, wartel, Warnet, Toko dan Rental Komputer. Untuk itu, warga masyarakat Kelurahan Jebres secara umum sudah dalam taraf kehidupan yang cukup.
4. Kondisi Sosial Masyarakat Masyarakat di Kelurahan Jebres termasuk masyarakat yang heterogen dengan latar belakang pendidikan, agama, mata pencaharian yang berbeda-beda, namun pola kehidupan sehari-hari masyarakat begitu menjaga keselarasan hidup bersama dengan saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Sebagian besar masyarakat masih sangat melestarikan budaya Jawa yang sampai sekarang masih melekat kuat, seperti gotong royong, kekeluargaan, dan acara-acara tradisi yang dilakukan oleh warga masyarakat baik religius maupun tradisional. Diantaranya yang masih dipertahankan sampai sekarang adalah upacara adat yang ada dalam siklus kehidupan manusia, mulai Dari kelahiran sampai dengan to userantara lain; midodareni, mitoni, kematian. Upacara-upacara yangcommit dimaksud
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sunatan, telung dinanan, pitung dinanan, petang puluhan, nyatus, pendhak pisan, pendhak pindho dan nyewu. Pola kehidupan yang bersifat kekeluargaan masih sangat terasa, hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan kerja bakti setiap bulannya, tirakatan 17 Agustus, menjenguk tetangga yang sedang sakit atau halal bi halal bersama. Keseluruhan warga
dari
segala
golongan
umur
dengan
bergotong
royong
dalam
mempersiapkan acara-acara di desa telah menjadi tradisi setiap tahunnya. Rasa kekeluargaan dan kebersamaan antar masyarakat juga terlihat apabila ada tetangga yang memiliki hajatan, penduduk sekitar akan saling membantu dengan sukarela, misalnya bapak-bapak bertugas mengatur perlengkapan dan peralatan hajatan, ibu-ibu mengurusi bagian konsumsi, sedangkan muda-mudi akan membantu dalam hal sinoman. Semangat kerukunan dan kekeluargaan menjadi fondasi yang terus dijaga dalam kehidupan bersama demi terciptanya keharmonisan dan keselarasan. Hal ini kemudian diaplikasikan dalam bentuk organisasi masyarakat yang terus berjalan, seperti; arisan bapak-bapak, PKK, Karang Taruna dan Pengajian.
5. Gambaran Umum Gerakan Wajib Jam Belajar Program GWJB yang dilaksanakan Kota Surakarta pukul 18.30 – 20.30 WIB merupakan salah satu kebijakan yang mempresentasikan dukungan pemerintah terhadap pendidikan. Wajib belajar secara langsung atau tidak langsung akan berdampak kepada investasi yang harus dikeluarkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Wajib belajar bermakna kewajiban belajar dengan tidak ada acuan apakah harus di lembaga yang bernama sekolah atau non sekolah. Maksud diadakannya Gerakan Wajib Jam Belajar adalah terciptanya suasana yang kondusif untuk belajar, sehingga tercipta budaya belajar. Gerakan Wajib Jam Belajar di kota Surakarta memiliki visi dan misi. Visinya adalah terwujudnya budaya belajar bagi masyarakat untuk peningkatan mutu pendidikan di Kota Surakarta. Sedangkan misinya adalah: 1. Menumbuhkan kesadaran orang tua dan putra-putrinya untuk belajar pada saat commitWIB). to user wajib jam belajar (pukul 18.30-20.30
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
2. Meningkatkan partisipasi orang tua untuk mendampingi putra-putrinya pada saat belajar. 3. Menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran di masyarakat. 4. Mendukung kepedulian masyarakat untuk meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasarana belajar. 5. Memberdayakan seluruh komponen masyarakat dan media untuk mendukung GWJB (Gerakan Wajib Jam Belajar). Dasar pemikiran dari dibentuknya program gerakan wajib jam belajar ini adalah: 1. Bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. 2. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama. 3. Anak berada di lingkungan sekolah 8 jam dan 16 jam berada di lingkungan keluarga dan masyarakat. 4. Perlu pendukung jam yang digunakan untuk belajar, yang disebut dengan Wajib Jam Belajar. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti keluarga (orang tua), masyarakat, pemerintah untuk mensukseskan program gerakan wajib jam belajar ini. Sedangkan tujuan dari dibentuknya program GWJB ini adalah: 1). Membentuk manusia bertakwa kepada Tuhan YME, cerdas, terampil, kreatif, dan berprestasi. 2). Meningkatkan disiplin belajar. 3). Membangun sistem GWJB secara terpadu dan berkelanjutan. Gerakan wajib jam belajar (GWJB) memiliki landasan hukum, yaitu: UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No.28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, PP No.29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, PP No.39 Tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Waktu belajar pada program GWJB adalah Minggu s/d Jum’at Pukul 18.30 s/d 20.30 WIB atau 120 menit. Dengan sasaran; Siswa Sekolah Dasar atau commit to user Tingkat Pertama atau Madrasah Madrasah Ibtidaiyah, Siswa Sekolah Lanjutan
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
Tsanawiyah, Siswa Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, Siswa Sekolah Luar Biasa yang berdomisili di Kota Surakarta. Teknis pelaksanaan Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB) adalah sebagai berikut: 1. Tanda atau Suara Awal mulai jam belajar diberi “tanda atau suara” yang dapat didengar siswa, orang tua di wilayahnya. Suara sirine sebagai pertanda untuk anak selaku siswa sekolah untuk belajar serta didukung dengan himbauan kepada warga melalui microfon masjid, dan sebagainya. 2. Televisi, radio, dan sejenisnya untuk dimatikan. Dihimbaukan kepada orang tua untuk mematikan media elektronik yang tidak berguna pada saat proses anak belajar 3. Orang Tua disempatkan berada dirumah pada saat proses belajar. Diharapkan para orang tua pada jam tersebut menemani anak-anak mereka belajar apabila ada keperluan maka hendaknya mereka menyuruh kerabat yang lain untuk tetap menemani anak-anak belajar. 4. Waktu GWJB. Setiap pukul 18.30 – 20.30 WIB para siswa pelajar dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diwajibkan belajar sesuai dengan jam tersebut. 5. Masyarakat ikut mengkondisikan suasana tenang, tidak berisik, sehingga kondusif untuk belajar. 6. Perlu posko di setiap RT, sekurang-kurangnya RW, dan dibentuk satuan tugas dengan melibatkan anggota masyarakat yang peduli pendidikan.
Dimana
setiap 1 bulan sekali diadakan pertemuan RW di Kelurahan Jebres. Program GWJB pada dasarnya merupakan program dari pemerintah kota untuk dilaksanakan di Kelurahan masing-masing, dimana dari Kelurahan pelaksanaannya diserahkan di RW masing-masing. Program GWJB di Kota commit to user Surakarta merupakan program yang berdiri sebagai gerakan yang peduli terhadap
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendidikan, sehingga diperlukan sosialisasi dari pemerintah ke masyarakat. Adapun sosialisasi program GWJB adalah sebagai berikut: 1. Pencanangan Wajib Jam Belajar dilakukan oleh Walikota Surakarta pada tanggal 17 Agustus 2003. 2. Gerakan
Wajib
Jam
Belajar
disosialisasikan
oleh
Tim
Penggerak
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Surakarta, TP PKK Kecamatan, TP PKK Kelurahan, PKK RW, PKK RT, Karang Taruna, Dasa Wisma, diteruskan kepada warga masyarakat. Pengorganisasian dari Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB) tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tim Pelaksana Untuk melaksanakan kegiatan Wajib Jam Belajar di Kota Surakarta dilakukan Tim yang susunan dan tugas-tugasnya akan dituangkan melalui Surat keputusan Walikota Surakarta. 2. Tim Monitoring Guna mengantisipasi pelaksanaan Wajib Jam belajar di Kota Surakarta, dibentuk Satuan Tugas Monitoring, yang terdiri dari unsur Pemerintah, TP PKK, Karang Taruna, Dewan pendidikan dan Masyarakat. Di Kelurahan Jebres, GWJB (Gerakan Wajib Jam Belajar) telah berjalan selama ± 5 sampai 6 tahun sejak tahun 2005 hingga sekarang. Waktu GWJB di Kelurahan Jebres adalah hari minggu s/d jum’at pukul 18.30 – 20.30 WIB (120 menit) dengan dibunyikannya suara sirine sebagai tanda belajar dimulai, dimana bunyi sirine berbunyi pada pukul 18.30 WIB sebagai tanda dimulainya jam wajib belajar bagi siswa dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA serta SMK. Tanda tersebut berisikan himbauan kepada semua warga terutama yang mempunyai anggota keluarga yang masih bersekolah dibangku pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK agar memulai belajar baik dirumah ataupun ditempat-tempat pembelajaran yang telah disediakan disetiap daerah di Kelurahan Jebres. Selain himbauan agar memulai kegiatan belajar juga terdapat ajakan kepada warga agar mematikan televisi, radio serta sejenisnya pada saat jam belajar berlangsung, pada commit user tua mendampingi anak pada saat saat belajar berlangsung diserukan untuktoorang
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jam belajar berlangsung dan selanjutnya himbauan kepada lingkungan sekitar agar mengkondisikan suasana tenang, tidak berisik sehingga kondusif untuk belajar. Untuk menjaga keberlangsungan GWJB, Kelurahan Jebres membentuk tim monitoring yang bertugas melakukan sweeping ke tiap-tiap rumah warga dengan tujuan apakah jam belajar di lingkungan keluarga juga berjalan dengan baik. Pelanggaran terhadap tata tertib GWJB akan dikenakan sanksi berupa moral, yakni teguran. Sedangkan untuk mengetahui apakah pelaksanaan GWJB berhasil atau tidak maka tim pelaksana dan tim monitoring mengadakan evaluasi melalui Try out dan LCC (lomba cerdas cermat) untuk anak sekolah sebagai sasaran dari GWJB. Adapun Susunan Pengurus GWJB Kelurahan Jebres adalah sebagai berikut: Susunan Pengurus GWJB Kelurahan Jebres Tahun 2010-2014:
Penanggung Jawab
:
1. Kepala Kelurahan Jebres 2. Ketua LPMK Kelurahan Jebres
Ketua
:
1. Djumadi, SPd 2. Endang Riwayati, SPd
Sekretaris
:
1. Endang Sudiarti, A. MaPd 2. Parjiman, SE
Bendahara
:
1. Renyta Ina Wijaya, SE
Anggota
:
1. Tri Sapto Handoyo, BSc 2. Wagino 3. Ninik Agustin, SPd 4. Kun Prahastowo commit user 5. toWagiman
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Gunawan 7. Dyah Purnami Bekti 8. Selfi Rawung 9. Sri Maryani 10. Sri Utami, SE 11. Sutardi
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Implementasi GWJB (Gerakan Wajib Jam Belajar) di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan sebuah bangsa karena dengan pendidikan yang tinggi maka peradaban suatu bangsa atau negara dapat menjadi baik dan sejajar dengan bangsa lain yang maju. Indonesia adalah negara berkembang dimana tingkat pendidikan memang masih dirasa sangat penting dan terkadang dengan mahalnya biaya pendidikan dan kurikulum pendidikan di Indonesia yang masih semrawut karena kebijakan pendidikan yang sering diganti menyebabkan banyaknya siswa yang kurang menikmati pendidikan tersebut karena keterbatasan biaya dan lainnya. Namun disisi lain pemerintah sendiri mengeluarkan program berkaitan dengan pendidikan, salah satunya program Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB) yang tujuannya adalah meningkatkan mutu pendidikan siswa didik secara umumnya serta membentuk manusia bertakwa kepada Tuhan YME, cerdas, terampil, kreatif, dan berprestasi, meningkatkan disiplin belajar serta membangun sistem GWJB secara terpadu dan berkelanjutan sebagai tujuan khususnya. Program GWJB adalah salah satu kebijakan yang mempresentasikan dukungan pemerintah terhadap pendidikan. Wajib belajar secara langsung atau tidak langsung akan berdampak kepada investasi yang harus dikeluarkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Program GWJB dilaksanakan setiap hari minggu sampai dengan hari Jumat pada pukul 18.30 hingga pukul 20.30 WIB. Program GWJB di Kelurahan Jebres berjalan dengan lancar dan mendapat banyak perhatian dari masyarakat sekitar wilayah Kelurahan Jebres tersebut. Program GWJB yang berjalan di Kelurahan Jebres telah berjalan selama kurang lebih 5 sampai 6 tahun sejak tahun 2005 hingga sekarang. Program GWJB berjalan dan berkembang hingga sekarang karena banyak didukung oleh masyarakatnya seperti tokoh masyarakat serta warga masyarakat yang berada di wilayah Kelurahan Jebres. commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Sosialisasi GWJB di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta Keberadaan GWJB di Kelurahan Jebres tidak terjadi begitu saja. Program ini dapat berjalan dan mendapat dukungan dari masyarakat sampai sekarang karena melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi. Masyarakat mengetahui dan melaksanakan GWJB karena adanya sosialisasi yang dilakukan Stakehoder ke masyarakat sehingga GWJB dapat berjalan sampai sekarang. Berdasarkan hasil penelitian, sebagaimana pernyataan langsung dari informan dan pengamatan di lapangan maka sosialisasi GWJB ke masyarakat dilakukan dengan berbagai langkah sebagai berikut: 1) Pemberitahuan lewat Spanduk dan Selebaran Pencanangan Wajib Jam Belajar pada awalnya dilakukan oleh Walikota Surakarta pada tanggal 17 Agustus 2003 yang kemudian dijadikan suatu gerakan oleh masyarakat kota Surakarta, disebut gerakan karena berasal dari bawah, yakni dari masyarakat untuk kemudian dilakukan bersama dan dinamakan Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB). Hal ini terlihat dari penuturan bapak JM sebagai ketua GWJB di Kelurahan Jebres. Berikut penuturan bapak JM: “GWJB pertamanya itu dicanangkan bapak Walikota pas tanggal 17 Agustus 2003, lajeng dijadikan sebagai gerakan. Disebut gerakan karena itu berasal dari bawah, dari masyarakat untuk kemudian dilakukan bersama, sehingga dinamakan gerakan, yakni Gerakan Wajib Jam Belajar”. (“GWJB pada awalnya dicanangkan bapak Walikota pada tanggal 17 Agustus 2003, kemudian dijadikan sebagai gerakan. Disebut gerakan karena berasal dari bawah, dari masyarakat untuk kemudian dilakukan bersama, sehingga dinamakan gerakan, yakni Gerakan Wajib Jam Belajar”). (W/JM/20/4/11). Gerakan Wajib Jam Belajar kemudian disosialisasikan kepada masyarakat lewat berbagai media yang disampaikan kepada masyarakat luas, sehingga masyarakat mengetahui atau mengenal GWJB yang kemudian melaksanakannya. Beberapa informan mengetahui GWJB melalui media Spanduk dan Selebaran mengenai GWJB. Berikut penuturan salah satu informan, yakni ibu FC yang mengenal GWJB dari spanduk yang ia baca di pinggir jalan. “Saya pernah membaca pemberitahuan mengenai GWJB di spanduk yang dipasang gapura dekat jalan raya situ”. (W/FC/29/04/2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
Ibu RT menjelaskan bahwa beliau mengetahui GWJB untuk pertama kalinya melalui spanduk yang ia baca di pinggir jalan, yang berisi pemberitahuan mengenai GWJB. Hal yang sama dituturkan oleh ibu RT yang mengenal GWJB untuk pertama kalinya lewat spanduk yang sama dan kemudian mendapat selebaran tentang GWJB yang ia peroleh di Kelurahan saat memperpanjang KTP. Berikut penuturan beliau: “Saya pertama kali tahu GWJB pas membaca spanduk di pinggir jalan itu mbak, tapi nggak ngeh. Lalu pas dikelurahan memperpanjang KTP di mejanya pak ulu-ulu ada selebaran tentang GWJB itu, saya dikasih, ternyata himbauan tentang gerakan belajar”. (“Saya pertama kali mengetahui GWJB ketika membaca spanduk di pinggir jalan itu mbak, tapi tidak begitu memperhatikan. Lalu ketika dikelurahan memperpanjang KTP di mejanya pak kaur pemerintahan ada selebaran tentang GWJB itu, saya dikasih, ternyata himbauan tentang gerakan belajar”.). (W/RT/20/04/2011). Pernyataan ibu FC dan ibu RT tersebut kemudian diperkuat oleh bapak JM selaku ketua GWJB di Kelurahan Jebres. Berikut penuturan beliau: “Pemberitahuan GWJB memang disosialisasikan ke masyarakat lewat spanduk yang dibuat pihak Kelurahan untuk dipasang di pinggir jalan raya, selain itu dulu pernah mendapat sejumlah selebaran dari Pemkot juga mengenai GWJB yang nantinya disuruh untuk disampaikan ke masyarakat”. (W/JM/20/04/2011). Dari pernyataan para informan di atas, dapat disimpulkan bahwa pencanangan GWJB Kota Surakarta pertama kalinya dilakukan oleh Walikota Surakarta yang kemudian menghimbau untuk diberitahukan kepada masyarakat luas. Oleh Kelurahan-Kelurahan kemudian membuat spanduk sebagai media pemberitahuan ke masyarakat, begitu pula dengan Kelurahan Jebres yang memasang spanduk di pinggir jalan raya untuk memberitahu masyarakat serta lewat selebaran yang diberikan oleh Pemerintah Kota untuk kemudian dibagikan atau diberitahukan ke masyarakat.
2) Pemberitahuan lewat Pertemuan RW, Kelurahan maupun Kecamatan Sosialisasi GWJB juga dilakukan lewat pertemuan RW maupun Kelurahan termasuk kegiatan-kegiatan seperti PKK dan rembug desa. Informan user lain, yakni ibu IA sebagai anggotacommit PKK ditoKelurahan Jebres menuturkan bahwa ia
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
mengetahui GWJB lewat pertemuan PKK di Kelurahan dan Kecamatan. Berikut penuturannya: “Dulu pas pertemuan PKK dikelurahan dijelaskan mengenai GWJB, pas PKK di Kecamatan juga iya dan menghimbau agar kita turut mensukseskan GWJB”. (W/IA/20/04/2011). Ditambahkan pula oleh ibu IA bahwa suaminya yang menjabat sebagai ketua RW 25 di Kelurahan Jebres pernah mendapat undangan rapat RW yang isinya mengenalkan kepada bapak-bapak tentang GWJB dan dihimbau untuk diberitahukan kepada istri, anak maupun para tetangga. Berikut penuturannya: “Bapaknya anak-anak dulu juga mendapat pemberitahuan tentang GWJB pas di rapat RW. Waktu itu mendapat undangan rapat RW, yang diundang biasanya bapak-bapak ternyata membahas mengenai GWJB dan pak Lurah menghimbau untuk disampaikan ke anak istri atau para tetangga”. (W/IA/20/04/2011). Informan lain, yakni bapak JK menuturkan bahwa beliau mengetahui GWJB pertama kalinya saat diundang dalam acara rembug desa di kelurahan, menurut penjelasannya selain membahas mengenai evaluasi kegiatan desa, juga di beritahukan tentang GWJB oleh bapak Kepala Desa. Selanjutnya beliau menuturkan pemberitahuan mengenai GWJB untuk kedua kalinya saat pertemuan di Kelurahan sekaligus pemilihan ketua GWJB dan pembentukan struktur GWJB Kelurahan Jebres beserta program kerjanya. Berikut penjelasannya: “Pas rembug desa di kelurahan ada pemberitahuan tentang GWJB, kulo nembe mudeng niku. Terus malih pas diundang pertemuan di Kelurahan…”. (“Ketika rembug desa di kelurahan ada pemberitahuan tentang GWJB, saya baru tahu pertama kalinya waktu itu. Lalu kedua kalinya ketika diundang pertemuan di Kelurahan….”.). (W/JK/19/04/2011). Hal senada juga diungkapkan oleh ibu KV selaku ketua RW 14 di Kelurahan Jebres. Beliau mengaku mengetahui GWJB saat diundang dalam pembentukan struktur GWJB Kelurahan Jebres. Berikut penjelasan ibu KV: “Saya tahu GWJB pas pembentukan struktur sama pemilihan ketua GWJBnya mbak, soalnya kemarin-kemarin saat rapat-rapat atau pertemuan saya jarang berangkat”. (W/KV/06/05/2011). Dari ungkapan tersebut, ibu KV mengetahui GWJB untuk pertama kalinya commit to user saat diundang dalam acara pertemuan di kelurahan, yakni pada pembentukan
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
struktur GWJB dan pemilihan ketua GWJB Kelurahan Jebres. Beliau mengaku baru pertama kali mendengar program tersebut karena saat pertemuan-pertemuan RW atau kelurahan sebelumnya ibu KV jarang berangkat. Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan para informan diatas, sosialisasi GWJB juga dilakukan lewat pertemuan di RW yakni rapat rutin RW, pertemuan kelurahan seperti acara rembug desa dan dalam kegiatan-kegiatan seperti PKK, baik PKK Kecamatan, Kelurahan, RW sampai RT. Dimana dari pemberitahuan tersebut diharap untuk disampaikan atau diberitahukan kembali kepada orang-orang terdekat lainnya agar masyarakat luas mengetahui dan mengenal GWJB.
3) Pemberitahuan lewat Plakat yang ada di setiap gang, gapura dan pos ronda di kampung-kampung Setelah di bentuk struktur GWJB dan program kerja GWJB di Kelurahan Jebres, kemudian agar masyarakat secara menyeluruh mengenal GWJB, dibuatlah plakat tentang GWJB yang dipasang di setiap gang di kampung-kampung yang ada di kelurahan Jebres. Hal ini sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui, mengenal dan melaksanakan GWJB. Pemberitahuan lewat plakat yang dipasang di gang-gang, gapura maupun pos ronda tersebut berupa tulisan GWJB, jam pelaksanannya dan dearahnya sebagai berikut: “GERAKAN WAJIB JAM BELAJAR (PUKUL 18.30 S/D 20.30 WIB) PETORAN RT. 02/ RW 07 JEBRES, SURAKARTA”. Beberapa informan yakni masyarakat kelurahan Jebres mengaku mengetahui GWJB setelah melihat plakat yang dipasang di gang-gang, pos ronda dan gapura. Ibu FC selaku warga RW 07 Keluraan Jebres mengemukakan pendapatnya tentang pemberitahuan GWJB diplakat yang di pasang di gang dekat rumahnya. Berikut penuturan beliau: “Selain dari spanduk saya juga lihat pemberitahuan GWJB lewat plakat yang dipasang di gang depan itu mbak”. (W/FC/29/04/2011). commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal senada juga diungkapkan ibu IA yang sering melihat plakat tentang GWJB tersebut di gang dan di gapura ketika mengantarkan anaknya sekolah. Berikut penuturan ibu IA: “Saya sering melihat plakat yang isinya tulisan tentang GWJB mbak, kalau nganter anak saya yang kecil sekolah itu kan jalan, jadi saya sering liat di gang-gang, terus di gapura juga ada”. (W/IA/20/04/2011). Selain itu ibu RT juga menuturkan bahwa beliau juga melihat plakat GWJB di Pos Ronda. Berikut penuturan ibu RT: “Di pos ronda situ (W/RT/20/04/2011).
juga
ada
plakat
tentang
GWJB
mbak”.
Bapak JK juga mengemukakan hal senada, hanya saja beliau menambahkan mengenai
deskripsi
dari plakat
GWJB tersebut.
Beliau
menjelaskan bahwa plakat GWJB terbuat dari kayu yang bertuliskan cat hitam berisi tulisan GWJB dan jam pelaksanannya. Berikut penjelasan beliau: “Plakat tentang GWJB itu dipasang di gang-gang setiap masuk kampungkampung, plakatnya itu terbuat dari kayu mbak ada tulisannya hitam, tulisannya itu Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB) pukul 18.30 s/d 20.30 WIB dibawahnya disertai nama daerahnya…..”. (W/JK/19/04/2011). Sama seperti bapak JK yang menuturkan plakat GWJB, jika bapak JK menjelaskan plakat GWJB dari kayu, ibu KV menuturkan di lingkungannya plakat GWJB terbuat dari seng yang di sablon dengan tulisan hitam. Berikut penjelasan dari ibu KV selaku warga dari RW 14 Kelurahan Jebres: “GWJB juga diberitahukan pada masyarakat lewat plakat yang dipasang di gang-gang kampung. Plakatnya itu terbuat dari seng yang disablon dengan tulisan, tulisannya itu ya tentang GWJB dan jam pelaksanannya serta daerah atau lingkungan mana, gitu mbak”. (W/KV/06/05/2011). Pernyataan bapak JK dan ibu KV di atas menunjukkan bahwa plakat mengenai GWJB pada dasarnya sama, yakni bertuliskan tentang GWJB, jam pelaksanannya serta daerahnya. Hanya saja bahan dari plakat GWJB antara kampung yang satu dengan yang lainnya berbeda. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak JM selaku ketua GWJB Kelurahan Jebres. Berikut penjelasan beliau:
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“….letak pemasangan serta bahan dari plakat GWJB diserahkan tiap kampung, yang penting jelas, bisa dibaca dan dapat dilihat masyarakat luas. Tulisannya seperti yang dihimbau tadi”. (W/JM/20/04/2011). Dari pernyataan para informan diatas, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi mengenai GWJB di Kelurahan Jebres juga dilakukan lewat plakat yang dipasang di gang masuk kampung, pos ronda maupun gapura. Plakat ini berisi tulisan mengenai GWJB, jam pelaksanaan GWJB serta daerahnya. Pemasangan plakat ini dimaksudkan agar masyarakat luas mengetahui, mengenal dan melaksanakan GWJB dengan melihat plakat tersebut.
4) Pemberitahuan lewat Sirine atau Tanda Belajar Selain lewat spanduk, selebaran, pertemuan RW, pertemuan Kelurahan, pertemuan Kecamatan serta lewat plakat yang di pasang disetiap gang, gapura maupun pos ronda dikampung-kampung, sosialisasi GWJB di Kelurahan Jebres juga dilakukan melalui pemberitahuan atau himbauan yang diserukan lewat sirine atau tanda belajar. Sirine atau tanda tersebut oleh warga masyarakat Kelurahan Jebres disebut dengan sirine GWJB. Sirine yang berbunyi setiap jam belajar ini secara tidak langsung mengingatkan atau memberitahu warga masyarakat tentang pelaksanaan GWJB dan mengajak untuk melaksanakannya. Sebagai warga RW 23, ibu SR menuturkan bahwa dirinya sering mendengar suara atau tanda yang menyuruh anak untuk belajar. Dari sirine itulah beliau baru tahu bahwa itu adalah tanda belajar GWJB. “Kulo sok sering krungu sirine teng mriki seng ngaken anak sekolah belajar mbak. Kata warga-warga sini niku sirine GWJB. Kulo malah nembe ngertos”. (“Saya kadang sering mendengar sirine di lingkungan sini yang menyuruh anak sekolah belajar mbak. Kata warga-warga sini itu sirine GWJB. Saya justru baru tahu”.). (W/SR/07/05/2011). Dari pernyataan ibu SR, beliau sering mendengar sirine atau tanda belajar di lingkungan rumahnya yang menghimbau anak sekolah untuk belajar. Dimana sebelumnya beliau tidak tahu apa itu GWJB. Hal ini berarti sosialisasi GWJB juga dilakukan lewat sirine atau tanda belajar yang dapat di dengar masyarakat luas. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal senada juga diungkapkan oleh ibu IA warga RW 25, dilingkungan rumah beliau juga terdengar sirine atau tanda belajar yang berisi himbauan mengenai GWJB, yakni menyuruh anak untuk belajar serta orang tua untuk mendampingi atau mengawasi anaknya belajar dan masyarakat lainnya untuk mengkondisikan suasana tenang. Berikut penuturan Beliau: “Dulu saya bingung itu suara apa mbak, ternyata sirine tanda belajar. Kalau jam 18.30 WIB bunyi, menghimbau anak untuk belajar, orang tua untuk mendampingi anak belajar dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan tenang”. (W/IA/20/04/2011). b. Teknis Pelaksanaan GWJB (Gerakan Wajib Jam Belajar) di Kelurahan Jebres Pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres telah berjalan sekitar 5 sampai 6 tahun yang lalu. Beberapa informan menuturkan bahwa sejak kapan pelaksanaan GWJB di lingkungannya banyak yang mengaku kurang tahu, hanya saja mereka menuturkan bahwa pelaksanaan GWJB sudah ada sejak dahulu. Salah satu informan, yakni ibu IA mengatakan bahwa GWJB sudah ada sejak anak pertamanya masih SMP, jadi sekitar lebih dari 3 tahun. Berikut penuturan ibu IA: “Untuk kapan tepatnya saya kurang tahu mbak, namung kelingan kulo pas anak saya yang pertama itu masih SMP, GWJB sudah ada”. (“Untuk kapan tepatnya saya kurang tahu mbak, namung kelingan kulo pas anak saya yang pertama itu masih SMP, GWJB sudah ada”.). (W/IA/20/04/2011). Hal senada juga diungkapkan ibu RT saat diberikan pertanyaan yang sama, beliau mengaku kurang tahu kapan GWJB ada dilingkungannya. Hanya saja beliau menegaskan sejak kepindahannya untuk tinggal di Kelurahan Jebres, yakni sekitar 4 tahuan yang lalu, GWJB sudah ada di lingkungannya. Berikut penuturannya: “Sejak saya pindah disini tahun 2007, GWJB sudah ada mbak. Wong sudah ada suara sirine itu lo mbak”. (“Sejak saya pindah disini tahun 2007, GWJB sudah ada mbak. Orang sudah ada suara sirine itu lo mbak”.). (W/RT/20/04/2011). Penuturan informan diatas kemudian diperjelas oleh bapak JM selaku ketua GWJB Kelurahan Jebres. Berikut penuturan beliau: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
“GWJB di daerah sini udah ada sejak dulu mbak, kira-kira 5 tahunan, nggih 5 sampai 6 tahun. Itu udah sejak 2005 sampai sekarang”. (GWJB di daerah sini sudah sejak dulu mbak, kira-kira 5 tahunan, ya 5 sampai 6 tahun. Itu sudah sejak tahun 2005 sampai sekarang”.). (W/JM/18/04/2011). Berdasarkan penuturan para informan di atas, keberadaan atau pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres, untuk kapan tepatnya, banyak informan yang mengaku tidak mengetahui, yang jelas mereka hanya menuturkan keberadaan atau pelasanaan GWJB sudah ada sekitar lebih dari 4 tahun. Hal ini kemudian diperjelas oleh bapak JM selaku ketua GWJB Kelurahan Jebres yang menjelaskan bahwa GWJB di Kelurahan Jebres sudah ada dan berjalan sekitar 5 sampai 6 tahun yang lalu, yakni sejak tahun 2005 hingga sekarang. Teknis pelaksanaan program GWJB dimulai dengan adanya tanda atau suara yang dapat didengar siswa atau orang tua agar dapat memulai belajar dengan baik pada pukul 18.30 WIB. Suara atau tanda tersebut berasal dari sirine berbentuk kepingan Compact Disc (CD) yang diberikan disetiap posko atau post yang daya tangkapnya mencakup beberapa RW. Setiap akan dimulainya jam belajar, maka CD tersebut akan diputar oleh petugasnya dari salah satu warga di Kelurahan Jebres. Misalnya di wilayah RW 14 tanda atau suara sebagai dimulainya jam belajar tersebut diletakkan di rumah Ketua RW 14 yang setiap harinya ada petugas khusus untuk memonitoring tanda atau suara tersebut. Seperti dalam penuturan ibu KV selaku warga sekaligus ketua RW 14 berikut: “Setiap jam setengah tujuh biasanya ada tanda belajar mbak, tandanya itu dibunyikan dari sini, itu nanti ada petugasnya yang setiap harinya membunyikan tanda tersebut”. (W/KV/06/05/2011). Selain di RW 14, suara atau tanda belajar juga terdapat di RW 23 dan 25. Di wilayah RW 23 tanda atau suara dibunyikan di perpustakaan kelurahan, seperti dalam penuturan bapak JK selaku ketua RW 23 berikut; “Menawi mriki sirine belajar dibunyikan di perpustakaan kelurahan yang gedungnya jadi satu sama gedung bulu tangkis itu mbak, setiap jam setengah tujuh nanti sudah ada petugas yang membunyikannya”. (“Menawi mriki sirine belajar dibunyikan di perpustakaan kelurahan yang gedungnya jadi satu sama gedung bulu tangkis itu mbak, setiap jam setengah tujuh nanti sudah ada petugas yang membunyikannya”.). (W/JK/19/04/2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
Sedangkan untuk RW 25, pemberitahuan atau himbauan mengenai GWJB diserukan lewat microfon masjid, karena mengingat jumlah CD yang dimiliki dari pemberian pemerintah Kota terbatas hanya berjumlah 5 buah, jadi wilayah RW yang tidak mendapat CD himbauan atau tanda belajar diserukan lewat microfon masjid. Seperti dalam penuturan ibu RT selaku warga RW 25 berikut; “Kalau di wilayah sini setiap jam belajar dimulai itu biasanya ada tanda lewat halo-halo dari masjid mbak yang isinya himbauan”. (“Kalau di wilayah sini setiap jam belajar dimulai biasanya ada tanda lewat seruan dari masjid mbak yang isinya himbauan belajar”.). (W/RT/20/4/2011). Penuturan para informan diatas diungkapkan pula oleh bapak JM selaku ketua GWJB Kelurahan Jebres berikut; “Awal dimulainya jam belajar diberi tanda atau suara yang dapat didengar anak maupun orang tua di wilayahnya. Biasanya terdengar sirine sebagai tanda belajar. Nah sirine atau tanda tersebut berasal dari CD yang diberikan oleh Pemkot. Dulu Kelurahan Jebres diberi CD Pemkot CD sebanyak 5 buah, yang nantinya dibunyikan setiap jam belajar dimulai, yakni jam setengah tujuh. Tempat pembunyiannya itu dipost-post. Disana ada petugas yang bertugas membunyikannya. Nah bagi daerah yang tidak mendapat CD biasanya pake microfon masjid. Tetapi sebenarnya suara sirine itu sudah mencakup beberapa RW, soalnya keras.” (W/JM/18/04/2011). Tanda atau suara tersebut dibunyikan pada pukul 18.30 WIB sebagai tanda dimulainya jam wajib belajar bagi siswa dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA serta SMK. Tanda tersebut berisikan himbauan kepada semua warga terutama yang mempunyai anggota keluarga yang masih bersekolah dibangku pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK agar memulai belajar baik dirumah ataupun ditempattempat pembelajaran yang telah disediakan disetiap daerah di Kelurahan Jebres, seperti Taman Belajar yang terdapat di RW 14 dan RW 23. Selain himbauan agar memulai kegiatan belajar, juga terdapat ajakan kepada warga agar mematikan televisi, radio dan sejenisnya pada saat jam belajar berlangsung, serta diserukan untuk orang tua agar mendampingi dan mengawasi anak pada saat jam belajar berlangsung dan selanjutnya himbauan kepada lingkungan sekitar agar mengkondisikan suasana tenang, tidak berisik sehingga kondusif untuk belajar. Hal ini sesuai dengan penuturan beberapa informan, salah satunya bapak JK, commit to user berikut penuturan beliau:
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Sirine GWJB biasanya bunyi pukul setengah tujuh, isinya menghimbau agar anak sekolah, ya SD, SMP, SMA atau SMK untuk memulai belajar, Sedangkan untuk orang tua dihimbau agar mendampingi atau mengawasi anaknya belajar, tidak ramai, tidak nonton sinetron, nonton gossip dan sebagainya. (W/JK/19/04/2011). Hal yang sama diungkapkan pula oleh ibu IA. Berikut penjelasannya kepada peneliti: “Kalau sirine belajar sudah berbunyi, berarti anak harus disuruh belajar, orang tua segera mendampingi anak belajar, tv, radio dan sejenisnya dimatikan, tidak berisik agar tidak mengganggu belajar anak”. (W/IA/20/04/2011). Himbauan-himbauan seperti mematikan televisi, radio. Mendampingi anak belajar dirumah, peraturan jam malam seperti yang disebutkan di atas kemudian dijadikan sebagai tata tertib atau peraturan GWJB. Peraturan atau tata tertib ini berlaku untuk semua warga masyarakat, baik warga yang memiliki anak sekolah maupun warga yang tidak memiliki anak sekolah dan ketika ditemukan warga yang melanggar atau tidak mematuhi tata tertib tersebut saat jam belajar, maka akan dikenakan sanksi moral berupa teguran, misalnya ada warga yang masih menyalakan televisi saat jam belajar atau anak yang masih berkeliaran, bermain dan tidak belajar saat jam belajar maka akan ditegur. Oleh masyarakat setempat kemudian di setiap gang-gang, pos ronda dan gapura dikampung dipasang plakat pemberitahuan mengenai GWJB. Hal ini merupakan sarana sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui bahwa daerah tersebut sebagai daerah wajib belajar yang melaksanakan GWJB dan wajib dilaksanakan oleh semua masyarakatnya. Hal ini terlihat dalam penuturan ibu RT selaku warga RW 25, berikut penuturan ibu RT: “Disini ada peraturan atau tata tertib mbak, setiap jam belajar atau tanda belajar dibunyikan maka para orang tua disuruh mematikan TV, nggak ramai, ndampingi anak’e belajar. Kalau nggak matuhi ya nanti kena teguran….”.(“Disini ada peraturan atau tata tertib mbak, setiap jam belajar atau tanda belajar dibunyikan maka para orang tua disuruh mematikan televisi, tidak ramai, mendampingi anaknya belajar. Kalau tidak mematuhi ya nanti kena teguran….”.). (W/RT/20/04/2011). commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ibu MR selaku warga RW 23 yang tidak memiliki anak sekolah menambahkan pula bahwa peraturan atau tata tertib GWJB berlaku untuk semua warga, baik yang memiliki anak sekolah maupun yang tidak memiliki anak sekolah. Berikut penuturan ibu MR: “Peraturannya kan seperti itu mbak, berlaku untuk semua warga termasuk yang tidak punya anak sekolah seperti saya….”. (“Peraturannya kan seperti itu mbak, berlaku untuk semua warga termasuk yang tidak punya anak sekolah seperti saya….”). (W/MR/19/04/11). Hal senada diungkapkan pula oleh bapak JM selaku ketua GWJB Kelurahan Jebres. Berikut penuturan beliau: “…..peraturan atau tata tertib ini berlaku untuk semua warga masyarakat, baik warga yang memiliki anak sekolah maupun warga yang tidak memiliki anak sekolah dan apabila ditemukan warga yang melanggar atau tidak mematuhi tata tertib tersebut saat jam belajar, maka akan dikenakan sanksi moral berupa teguran…..”.(W/JM/18/04/11). Dikarenakan
program
GWJB
merupakan
program
yang
wajib
dilaksanakan kepada setiap siswa yang masih duduk dalam bangku sekolah maka sebenarnya dalam pelaksanaannya terdapat unsur paksaan yang diterima oleh anak dan orang tua tersebut, misalnya ketika jam belajar dimulai maka orang tua harus mematikan televisi dan rela meninggalkan sinetron kegemarannya demi mendampingi anak belajar agar anak menjadi berprestasi. Seperti yang diungkapkan oleh ibu RT warga RW 25 berikut: “Ya mau gimana lagi mbak, mau tidak mau ya harus dimatikan. Padahal yahmono pas apik-apik’e, biasane nonton amira, tapi demi anak ya harus dimatikan”. (“Ya mau gimana lagi mbak, mau tidak mau ya harus dimatikan. Padahal jam segitu lagi bagus-bagusnya, biasanya nonton amira, tapi demi anak ya harus dimatikan”.). (W/RT/20/04/11). Hal serupa diungkapkan pula oleh ibu IA selaku warga RW 25. Berikut penuturan ibu IA: “Ya harus rela dimatikan mbak, biar anak bisa belajar. Ya demi kesuksesan anak masak saya nggak ngalah. Nanti kalau sudah selesai belajarnya baru tipi dinyalakan lagi”. (“Ya harus rela dimatikan mbak, agar anak saya bisa belajar. Ya demi kesuksesan anak masa saya tidak mengalah. Nanti kalau sudah selesai belajarnya baru televisi dinyalakan kembali”.). commit to user (W/IA/20/04/2011).
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Berbeda dengan ibu FC, meskipun kesuksesan anak menjadi tujuan utama, tetapi kegemaran dalam menonton sinetron juga tidak bisa dikalahkan. Berikut penuturan ibu FC: “Ya nonton, anak kan belajarnya dikamar mbak, lagipula biasanya anak saya belajarnya siang sepulang sekolah sama sore, belajar kan nggak harus pas jam belajar kaya yang ditentukan”. (W/FC/29/04/2011). Begitu pula dengan anak yang harus rela meninggalkan acara televisi kegemarannya atau menghentikan bermain saat jam belajar dimulai. Mereka terpaksa melakukan hal tersebut demi tujuan yang ingin dicapainya, yakni kesuksesan dan prestasi belajar. Terlebih pada saat jam belajar acara televisi kian menarik dan mereka harus rela mematikannya. Seperti yang diungkapkan oleh RS selaku siswa kelas 3 SD berikut: “Ya dimatikan tipinya sama ibuk, disuruh belajar. Kata ibuk biar jadi orang pinter, abis selesai belajar boleh nonton tipi lagi tapi kan acaranya sudah jelek-jelek. ibuk kuwi malah biasane yang nonton tipi, sinetron meneh”. (“Ya dimatikan televisinya sama ibuk, disuruh belajar. Kata ibuk biar jadi orang pinter, setelah selesai belajar boleh nonton televisi lagi tapi kan acaranya sudah jelek-jelek. Ibu malah yang biasanya nonton televisi, sinetron lagi”.). (W/RS/19/04/2011). Hal senada juga diungkapkan oleh AN selaku siswa kelas 2 SMA. Berikut penuturannya: “Bapak sering mbak nyuruh belajar, bapak kan orangnya disiplin sama peraturan, padahal kan saya juga sudah GD mbak, sudah tau kewajiban anak sekolah ki belajar, tapi kan tidak harus saat jam belajar, kalau masih sore malah tidak bisa belajar, tidak konsen, bisanya malam-malam. Pengennya kalau masih sore itu ya kemana gitu dulu, kan masih anak muda, ngumpul sama teman, atau nonton televisi dulu”). (W/AN/20/04/2011). Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan GWJB terdapat unsur keterpaksaan yang dialami warga masyarakatnya, Hal ini dapat terlihat dari pengakuan beberapa informan di atas, yang mendampingi anak belajar, mematikan televisi atau mulai belajar pada jam belajar karena ada peraturan yang mengaturnya dan sanksi bagi yang melanggarnya, meski sebenarnya mereka sadar bahwa kesuksesan dan keberhasilan adalah tujuan commit to user utama.
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Namun dalam perkembangannya, karena dirasa cukup besar manfaatnya bagi siswa maupun orang tua, maka program GWJB yang awalnya terdapat unsur paksaan dalam diri individu, sekarang menjadi hal kebiasaan di wilayah Kelurahan Jebres. Masyarakat yang tadinya terpaksa menjadi terbiasa. Dukungan yang diberikan dari warga sangat besar. Terbukti dengan adanya tim pelaksana untuk melaksanakan kegiatan jam wajib belajar serta tim monitoring guna mengantisipasi dalam pelaksanaan wajib jam belajar. Dukungan dan partisipasi lain yang diberikan warga adalah dengan mengkondusifkan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Usaha-usaha yang dilakukan agar program GWJB dapat berjalan dengan lancar adalah dengan ikut berpartisipasi demi terlaksananya program wajib belajar tersebut. Bentuk partisipasi yang diberikan warga adalah dengan mematikan televisi, radio dan sejenisnya serta mengkondusifkan lingkungan tempat tinggal mereka agar tercapai lingkungan yang kondusif untuk belajar. Selain itu, dukungan dari Pemerintah Kota Surakarta dengan memberikan Compact disc (CD) yang dijadikan tanda pada saat dimulainya jam wajib belajar dan pada saat jam wajib belajar usai. Oleh Kelurahan Jebres kemudian membentuk Tim monitoring dan tim evaluasi jam wajib belajar. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan jam wajib belajar tersebut. Setiap malam tim monitoring melakukan sweeping dengan mendatangi setiap rumah warga yang memiliki anak sekolah maupun yang tidak memiliki anak sekolah. Jika ditemui warga yang masih menyalakan televisi saat jam belajar atau anak yang masih berkeliaran, bermain dan tidak belajar saat jam belajar maka akan dikenakan sanksi berupa teguran.
c. Perkembangan Pelaksanaan GWJB (Gerakan Wajib Jam Belajar) di Kelurahan Jebres Dalam
perkembangannya,
kedisiplinan
pelaksanaan
GWJB
mulai
berkurang. Banyak daerah-daerah di Kelurahan Jebres yang sudah jarang membunyikan tanda atau suara sebagai tanda dimulainya jam belajar serta jarang commit to user ke rumah-rumah warga. Tim tim monitoting yang melakukan sweeping
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
monitoring melakukan sweeping hanya pada saat-saat tertentu, hal ini sesuai dengan penuturan informan RT yang mengungkapkan bahwa tim motitoring sudah jarang memeriksa di lingkungannya serta himbauan dari masjid di wilayahnya juga jarang diserukan. Berikut penuturan beliau: “Halo-halo dari masjid sekarang sudah nggak kedengeran mbak, yang meriksa belajar juga mboten mriki malih”. (“Pemberitahuan dari masjid sekarang sudah terdengar lagi mbak, yang memeriksa belajar juga tidak kesini lagi”.). (W/RT/20/04/2011). Informan lain, yakni ibu FC juga mengungkapkan hal yang sama dengan ibu RT: “Sekarang tim yang biasanya datang kerumah-rumah untuk memeriksa belajar sudah tidak kelihatan lagi”. (W/FC/29/04/2011). Hal serupa juga ditambahkan oleh ibu IA. Sirine yang biasanya dia dengar dari perpustakaan kelurahan maupun seruan dari masjid di wilayahnya sudah jarang terdengar. Berikut penuturannya: “Dulu suara sirinenya sering berbunyi, tetapi sekarang sudah jarang bahkan hampir tidak terdengar lagi, bapak-bapak yang biasanya memeriksa saat jam belajar berlangsung sudah jarang mendatangi rumah warga, tidak sesering dulu, paling hanya pas anak-anak lagi ujian sekolah”.). (W/IA/20/04/2011). Bapak JK membenarkan penuturan ibu IA di atas, bahwa memang sirine yang ditempatkan di perpustakaan Kelurahan jarang didengar oleh warga karena memang tidak dibunyikan dengan alasan kerusakan. Berikut penuturan beliau: “Sirine yang di perpustakaan kelurahan memang tidak bisa dibunyikan karena rusak, jadi nggih warga jarang mendengar sekarang”. (“Sirine yang di perpustakaan kelurahan memang tidak bisa dibunyikan karena rusak, jadi ya warga jarang mendengar sekarang”.). (W/JK/19/04/2011). Begitu pula dengan RW 14 yang mengalami hal yang sama dengan kerusakan sirine, sehingga warga jarang mendengar suara sirine tanda belajar. Hal ini terlihat dalam penuturan ibu KV: “Kemarin sirinenya memang rusak mbak, dan belum dibenahin. Jadi ya warga jarang mendengar karena alatnya yang nggak bisa buat membunyikan”. (W/KV/06/05/2011). commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meskipun dalam pelaksanannya mengalami penurunan kedisiplinan, namun GWJB di Kelurahan Jebres masih tetap berjalan. Program GWJB di Kelurahan Jebres bukan hanya sebuah program jam wajib belajar yang dilaksanakan dirumah saja, tetapi GWJB merupakan gerakan wajib belajar yang juga dilakukan dengan pembelajaran secara bersama disuatu tempat, yakni ditempat-tempat perkembangannya,
yang
telah
disediakan
pembelajaran
secara
oleh
Kelurahan
bersama
ini
Jebres.
Dalam
dilakukan
dengan
mengadakan kerjasama dengan HOO HAP yakni perkumpulan etnis Tionghoa di Surakarta. Kerjasama tersebut berupa program belajar bersama seperti belajar kelompok yang ditampung dalam sebuah wadah bernama Taman Belajar. Dimana anggotanya terdiri dari anak-anak warga Kelurahan Jebres maupun luar Kelurahan Jebres sebagai sasaran belajar (yang diajar) dan tenaga pengajar yang berasal dari HOO HAP sendiri maupun dari pihak Kelurahan Jebres, biasanya mahasiswa atau mahasiswi UNS yang secara sukarela memberikan pembelajaran kepada siswasiswi yang belajar di taman belajar tersebut. Seperti yang terdapat di wilayah RW 14 dan RW 23, dimana terdapat taman belajar yang merupakan hasil kerjasama dengan HOO HAP, mereka secara bersama mengadakan belajar kelompok untuk siswa-siswi SD yang dibimbing oleh tenaga pengajar dari HOO HAP dan mahasiswa- mahasiswi dari UNS. Kegiatan belajar bersama di taman belajar tersebut dilaksanakan setiap hari selasa dan jum’at pukul 18.30 s/d 20.30 WIB (waktu jam belajar). Dalam pelaksanaannya siswa didik tidak dikenai biaya sedikitpun (gratis). Mahasiswamahasiswi tersebut terdiri dari berbagai fakultas yang berada di UNS dan secara bersama melakukan bimbingan belajar diwilayah RW 14 dan 23. Pelaksanaan belajar bersama wilayah RW 14 dan sekitarnya bertempat di RW 14, yakni di Gedung Serbaguna (untuk anak TK, SD kelas 1, 2 dan 3) dan TK Gaya Baru (untuk SD kelas 3 keatas). Sedangkan untuk RW 23 dan sekitarnya bertempat di RW 23, yakni di Perpustakaan Kelurahan (untuk SD kelas 1-6). Para orang tua biasanya mengantarkan anaknya untuk belajar di taman belajar pada pukul 18.30 WIB, setelah itu ditinggal dan pada pukul 20.30 WIB baru dijemput kembali. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan untuk anak SMP dan SMA/ SMK biasanya belajar dirumah dengan didampingi dan diawasi oleh orang tuanya masing-masing. Manfaat adanya GWJB dirasa cukup besar bagi masyarakat, baik anak maupun orang tua. GWJB memberikan banyak kontribusi seperti; meningkatkan kedisiplinan dalam belajar, meningkatkan prestasi di sekolah, menumbuhkan kesadaran orang tua dan putra-putrinya untuk belajar pada saat jam belajar, meningkatkan partisipasi orang tua dalam mendampingi putra-putrinya saat belajar,
meningkatkan
suasana
kondusif
bagi
berlangsungnya
proses
pembelajaran, mendukung kepedulian masyarakat untuk meningkatkan atau melengkapi sarana dan prasarana belajar, memberdayakan seluruh komponen masyarakat dan media untuk mendukung pelaksanaan GWJB. Selain itu, program GWJB diharapkan mampu mencapai mewujudkan budaya belajar bagi masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kota Surakarta. Seperti yang dirasakan oleh informan IA sebagai berikut: “GWJB banyak positifnya mbak, apalagi dalam menciptakan lingkungan yang tenang, soalE sini kan lingkungan kos, jadi sering rame. Setelah ada program GWJB rodo kacek, opo maneh pas jam belajar sepi”. (GWJB memiliki banyak manfaat positifnya mbak, terutama dalam menciptakan lingkungan yang tenang saat jam belajar, karena mengingat lingkungan ditempat tinggalnya adalah daerah kost yang sering ramai. Namun setelah diberlakukannya GWJB menjadi lebih tenang, terutama saat-saat jam belajar”. (W/IA/20/04/2011). Begitu pula dengan informan lain, yakni bapak JK yang juga merasakan hal yang sma dengan ibu IA. Dalam penjelasannya bapak JK mendukung adanya program GWJB ini, karena berdampak positif bagi anak maupun lingkungan masyarakat. Berikut penjelasan beliau: “Sangat mendukung, karena sangat bermanfaat bagi anak sekolah dalam menciptakan budaya belajar, selain itu bagi masyarakat dapat tercipta lingkungan yang kondusif dan tenang”. (W/JK/19/04/2011). Sebagai langkah evaluasi, setiap tahunnya pihak Kelurahan Jebres mengadakan Try Out untuk siswa SMK, SMA, SMP, dan siswa SD kelas VI, hal ini sebagai langkah evaluasi mereka dalam program wajib jam belajar yang diterapkan, serta upaya untukcommit mengakomodir kebutuhan soal-soal dalam to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persiapan menghadapi ujian nasional. Sedangkan
untuk siswa yang belum
menempuh ujian nasional diadakan Lomba Cerdas Cermat (LCC) antar RW yang diadakan 2 kali dalam setahun, biasanya pada saat liburan semesteran. Peserta LCC adalah anak-anak SD dari seluruh warga Kelurahan Jebres kecuali anak kelas 6. Semua kegiatan yang dilaksanakan mendapat biaya dari DPK (Dana Pembangunan Kelurahan), sedangkan soal dibuat oleh LPMK dan tempat pelaksanannya di aula kelurahan atau di perpustakaan kelurahan. Sebagai reward agar anak terus semangat mengikuti kegiatan yang diadakan, panitia memberikan rangking dan hadiah dari setiap pelaksanaan lomba kegiatan. Untuk menjaga program GWJB tetap berjalan dengan baik, maka dilakukan pertemuan RW setiap bulannya yang didalam pertemuan akan terdapat evaluasi mengenai kondisi serta fungsi program apakah mengalami kemajuan (progress) atau justru (regress) kemunduran.
1) Program GWJB yang diberlakukan kepada siswa-siswi SD Program GWJB sangat menjangkau siswa-siswi SD karena dengan adanya program wajib jam belajar tersebut dirasa sangat bermanfaat dan sangat dipatuhi oleh siswa-siswi yang duduk di bangku SD. Dalam setiap pelaksanaanya yang dimulai dengan tanda belajar, mereka sangat berantusias untuk segera belajar dan biasanya para orang tua segera mematikan televisi atau sejenisnya agar kegiatan belajar menjadi tenang, kemudian para orang tua segera mendampingi anak pada saat belajar berlangsung. Namun apabila orang tua memiliki kesibukan, maka tugas mendampingi atau mengawasi anak belajar akan digantikan oleh anggota keluarga lain, sehingga anak tetap bisa belajar dan mengantisipasi apabila pada saat belajar anak menemukan kesulitan sehingga ada yang bisa membantu. Hal ini seperti yang diungkapkan ibu IA. Berikut penuturannya: “Kalau saya sedang lagi ada kegiatan misalnya ada di hajatan tetangga dan tidak bisa mendampingi anak belajar, biasanya digantikan oleh suami saya, tetapi biasanya kakaknya mengajari adik-adiknya, misalnya yang SMP ngajari yang SD kan pastinya bisa. Jadi si anak tetap belajar dan jika ada kesulitan tetap ada yang ditanyai lalu diajari”. (W/IA/20/04/11). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
GWJB yang diadakan di wilayah RW 14 dan sekitarnya untuk siswa-siswi yang duduk dibangku SD merupakan GWJB yang diadakan secara bersama di taman belajar pada hari Selasa dan Jumat dengan dibimbing oleh mahasiswamahasiswi dari UNS yang mereka secara sukarela memberikan pembelajaran kepada siswa-siswi SD tersebut. Kegiatan belajar secara bersama dilakukan di Gedung Serbaguna dan TK Gaya Baru. Untuk siswa-siswi TK dan kelas 1 sampai kelas 3 bertempat di Gedung Serbaguna dan untuk siswa-siswi kelas 4 sampai kelas 6 bertempat di TK Gaya Baru. Namun selain hari Selasa dan Jumat siswasiswi SD tersebut tetap belajar dirumah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan di wilayah RW 23 dan sekitarnya, GWJB yang diadakan secara bersama dijadikan satu dalam taman belajar yang bertempat di perpustakaan kelurahan, dimana teknisnya sama dengan taman belajar di wilayah RW 14, hanya saja jika belajar bersama yang dilaksanakan di perpustakaan kelurahan dijadikan satu antara kelas 1 sampai kelas 6.
2) Program GWJB yang diberlakukan kepada siswa-siswi SMP Untuk anak-anak usia SMP cenderung belajar sendiri secara mandiri tidak didampingi lagi oleh orang tuanya, hal ini dikarenakan siswa SMP telah memiliki kesadaran sendiri untuk belajar tanpa disuruh oleh orang tua. Orang tua biasanya hanya mengawasi saja dengan tetap ada di rumah selama program GWJB ini berlangsung, jika berhalangan maka anggota keluarga lain yang mengawasinya. Seandainya anak mengalami kesulitan maka orang tua akan membantu meskipun tidak mendampingi di sebelah sang anak. Untuk di wilayah RW 14, anak-anak SMP tidak mengikuti belajar bersama seperti anak-anak SD, mereka belajar di rumah masing-masing namun masih mematuhi jam belajar 18.30 s/d 20.30 WIB. Orang tua akan mengkondusifkan keadaan di rumah mereka dengan cara tidak membuat gaduh atau apapun yang mengganggu konsentrasi anak mereka saat belajar. Saat belajar, anak akan masuk ke ruang belajarnya kemudian televisi dan sejenisnya akan dimatikan oleh orang commit to user tua mereka.
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian apabila ditemui anak tidak mematuhi program belajar, hal ini biasanya disebabkan oleh anak tersebut sakit atau ikut keluarganya yang pergi. Selama program ini berlangsung tidak ada anak yang berusaha untuk tidak mematuhi berjalannya program tersebut, hal ini dikarenakan lingkungan dan orang tua yang berperan aktif mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
3) Program GWJB yang diberlakukan kepada siswa-siswi SMA Untuk anak ditingkat SMA, mereka mengaku bahwa program tersebut belum berjalan lancar, meskipun mereka telah mengetahui program tersebut. Seperti siswa SMP, siswa SMA telah memiliki kesadaran sendiri untuk mematuhi program GWJB, mereka belajar tanpa didampingi oleh orang tua dan orang tua hanya mengawasi saja, namun akan membantu jika diperlukan. Siswa tidak didampingi oleh orang tuanya dikarenakan merasa sudah dewasa dan bisa belajar sendiri. Siswa perempuan lebih memiliki kesadaran yang tinggi dibandingkan siswa laki-laki dalam mematuhi program tersebut. Di RW 14 dan 23 anak SMA tidak memiliki program belajar bersama seperti halnya dengan anak SMP. Mereka mandiri belajar di rumah masingmasing. Namun dalam pelaksanaannya biasanya siswa-siswi SMA kurang begitu mematuhi jam belajar tersebut dan semakin berkembangnya teknologi zaman sekarang ini berpengaruh pula terhadap partisipasi belajar siswa-siswi SMA, biasanya mereka belajar di meja belajar yang berada di kamar mereka masingmasing namun pada kenyatannya mereka kurang mengoptimalkan jam belajar yang ada terbukti dengan mereka tetap bermain HP atau sejenisnya. Hal ini sesuai dengan penuturan informan AG, salah satu warga RW 25 yang duduk di bangku SMA; “Saya kalau jam belajar ya belajar mbak, tapi nggak pasti jammya, biasanya lebih malam karena lebih bisa masuk. Kalau belajar ya di kamar sendiri, dah nggak diajari bapak ibuk lagi, ya malu wong wis GD og, kaya anak SD aja. Tapi kalau belajar dikamar seringnya malah SMS’an ma temen, kadang malah lupa belajarnya tau-tau bacut tidur. Sering sih ditegur bapak atau ibuk nggak boleh maenan HP kalau lagi belajar….”. (W/AG/21/04/2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
Namun pada sebagian siswa-siswi SMA yang tertib menggunakan jam wajib belajar, mengaku terdapat manfaat yang dirasakan dalam kegiatan belajar tersebut, misalnya dengan nilai ujian mereka yang mengalami peningkatan meskipun hanya sedikit tetapi tetap ada peningkatan prestasi. Seperti penuturan salah satu informan warga RW 14 bernama DW berikut; “GWJB banyak manfaatnya mbak, belajar jadi lebih nyaman, suasananya tenang, soalnya kan itu ada peraturannya mbak. Dulu kalau sedang belajar lalu lingkungannya sering ramai sekali jadi tidak bisa belajar, apalagi sini lingkungan kos, banyak mas-mas dan mbak-mbak kos yang ramai, ngomong kencang-kencang, suaranya terkadang terdengar sampai sini. Sekarang kalau ramai ada peraturannya, nanti di tegur pak RW, dengan begitu belajar jadi lebih konsentrasi. Nilai ulangan saya Alhamdulillah mengalami peningkatan. Bisa mempertahankan rangking”. (W/DW/21/04/2011). 4) Program GWJB yang diberlakukan kepada siswa-siswi SMK Karena materi belajar SMK dan SMA berbeda maka cara belajarnya pun berbeda, siswa SMK lebih banyak mengacu pada praktek. Namun siswa SMK masih tetap mematuhi program GWJB tersebut. Mereka belajar sesuai dengan kesadaran mereka, bahkan mereka juga belajar di waktu lain selain jam belajar 18.30 s/d 20.30 WIB. Pada saat jam belajar berlangsung biasanya siswa-siswi SMK tidak didampingi oleh orang tua karena anak merasa sudah bisa belajar sendiri. Hal ini terjadi karena si anak merasa sudah dewasa dan tidak perlu untuk didampingi dan kecenderungan siswa-siswi SMK lebih pada materi praktek mereka. Dan hampir sebagian besar orang tua sibuk atau jarang untuk mendampingi anak belajar, bahkan tidak sama sekali. Dikarenakan mata pelajaran antara siswa-siswi SMA berbeda dengan siswa-siswi SMK dimana siswa-siswi SMK cenderung melakukan praktek dalam pembelajarannya sehingga waktu belajar siswa-siswi SMK dirumah lebih sedikit jika dibandingkan dengan siswasiswi SMA. Seperti dalam penuturan LS, yakni pelajar kelas 3 SMK. Berikut penuturannya: “Saya sebenarnya kalau dirumah jarang belajar mbak,karena jurusan saya tata busana. Paling kalau ada tugas ngetik, saya pergi ke rentalan. Soalnya ditempat saya kebanyakan praktek dan bapak ibuk juga sudah tau jadi ya jarang bahkan tidak menemani saya belajar apalagi juga sudah GD juga, paling diawasi. Kadang saya belajar commit to biar user menjadi contoh adik-adik, kalau nggak gitu adik saya nggak mau belajar”. (W/LS/21/04/2011).
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Peran Orang Tua dalam memberikan Motivasi Belajar Anak Pada Pelaksanaan GWJB a. Pandangan Orang Tua mengenai GWJB Keberadaan Gerakan Wajib jam Belajar (GWJB) telah memberikan dorongan bagi orang tua dalam memberikan motivasi belajar untuk anak. Hal ini dapat dijelaskan dari pandangan informan mengenai GWJB. Salah satunya ibu IA, beliau mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “GWJB itu program dari pemerintah yang mengajak warga untuk memiliki budaya belajar pada saat jam belajar berlangsung”. (W/IA/20/04/2011). Hal senada diungkapkan pula oleh ibu RT saat diberikan pertanyaan yang sama: “GWJB itu gerakan yang menyuruh anak belajar, dilarang bermain pas jam belajar, televisi dimatikan dan nggak boleh berisik pas jam belajar”. (“GWJB itu gerakan yang menyuruh anak belajar, dilarang bermain ketika jam belajar, televisi dimatikan dan tidak boleh berisik ketika jam belajar”.). (W/RT/20/04/2011). Menurut ibu RT dan ibu IA GWJB merupakan program dari pemerintah yang mengajak warga masyarakat untuk memiliki budaya belajar saat jam belajar berlangsung, dimana pada saat jam belajar semua anak yang masih sekolah dihimbau untuk segera belajar bukan bermain, menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dengan mematikan televisi dan menjaga ketenangan lingkungan. Pernyataan ibu IA dan ibu RT semakin diperjelas oleh bapak JM selaku ketua GWJB di Kelurahan Jebres, beliau mengungkapkan bahwa GWJB merupakan gerakan yang mempresentasikan dukungan pemerintah terhadap pendidikan yang berasal dari bawah. Berikut penjelasannya: “GWJB merupakan sebuah gerakan yang mempresentasikan dukungan pemerintah terhadap pendidikan. Dinamakan gerakan karena berasal atau tumbuh dari masyarakat yang kemudian oleh pemerintah bersama masyarakat dijadikan sebagai program yang mendukung pelaksanaan belajar dan kemudian dilaksanakan bersama.”(W/JM/18/04/2011). Meski dengan penjelasan yang cukup singkat ibu SR berpendapat bahwa GWJB merupakan himbauan belajar. Berikut penjelasan ibu SR secara ringkas: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
“Kulo mboten ngertos mbak, namung sak ngerti kulo nggih GWJB itu program yang menyuruh belajar”. (“saya tidak tahu mbak, hanya setahu saya ya GWJB itu program yang menyuruh belajar”.) (W/SR/07/05/2011). Informan lain, yakni bapak JK menjelaskan bahwa GWJB adalah gerakan positif dalam hal pendidikan. Berikut penuturan beliau: “GWJB adalah gerakan yang menciptakan budaya belajar yang bagus dengan membuat lingkungan yang tenang, menyuruh anak belajar yang dilakukan pada jam-jam belajar yakni jam 18.30 s/d 20.30 WIB”. (W/JK/19/04/2011). Hal ini senada dengan penuturan ibu KV, menurut beliau GWJB adalah hal yang sangat bermanfaat untuk anak sekolah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Berikut penjelasannya: “GWJB adalah program yang sangat bermanfaat untuk anak sekolah karena dapat meningkatkan kemauan belajar anak sehingga prestasi belajarnya meningkat, sedangkan untuk masyarakat juga terasa manfaatnya yakni tercipta lingkungan yang tenang, aman dan tenteram, karena semuanya saling menjaga”. (W/KV/06/05/2011). Namun sedikit berbeda dengan ibu FC yang berpendapat bahwa GWJB hanyalah sekedar himbauan dari pemerintah. Berikut penjelasannya: “GWJB itu himbauan dari Pemerintah untuk mensukseskan jam belajar, tapi itu hanya sebatas himbauan saja mbak, kenyatannya ya sama aja sebelum dengan sesudah adanya GWJB. Toh belajar itu kan nggak hanya pas jam belajar yang ditetapkan saja, tapi bisa kapan saja dan dimana saja”. (W/FC/29/04/2011). Dari pendapat yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa pandangan orang tua mengenai GWJB merupakan salah satu program kepedulian Pemerintah dalam memberikan dukungan terhadap pendidikan masyarakat, khususnya kepada anak usia sekolah dengan menciptakan budaya belajar. Bagi sebagian masyarakat Kelurahan Jebres GWJB memiliki nilai positif karena mensosialisasikan perkembangan terlaksananya budaya belajar, namun bagi sebagian masyarakat lainnya GWJB tidak begitu dirasakan karena menurutnya belajar tidak hanya dilakukan saat jam belajar saja, tetapi setiap saat, kapanpun dan dimanapun. GWJB sangat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan anakcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
anak, karena dengan adanya GWJB dapat melatih disiplin anak untuk belajar serta dapat menghindarkan pengaruh perkembangan anak dari hal-hal yang negatif.
b. Alasan Orang Tua Memberikan Motivasi Belajar Anak Motivasi belajar merupakan usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu yaitu dalam belajar, sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu, yakni hasil belajar. Dengan adanya motivasi seseorang dapat terdorong atau tergerak dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Begitu pula dengan motivasi belajar. Motivasi belajar dapat memunculkan semangat untuk mencapai kesuksesan dalam belajar. Banyak orang tua yang memberikan motivasi kepada anaknya saat belajar karena dilatarbelakangi atau didorong oleh faktor dan tujuan tertentu. Berikut adalah penjelasan beberapa informan mengenai kondisi tersebut: Ibu IA merupakan seorang ibu yang selalu memberikan motivasi belajar untuk ke empat anaknya yang masih bersekolah dengan tujuan agar anaknya dapat tekun dan giat belajar sehingga menjadi orang yang sukses. Berikut penuturan ibu IA: “Setiap jam belajar dimulai, saya selalu berusaha mendampingi atau mengawasi anak belajar, jika perlu TV saya matikan, dengan begitu anak akan semangat belajar, saya pengen besuk anak-anak saya jadi orang sukses semua”. (W/IA/20/04/2011). Hal senada juga diungkapkan oleh ibu RT yang berusaha memberikan berbagai fasilitas pendidikan yang lengkap untuk anaknya agar si anak bersemangat dalam belajar. Berikut penuturaanya: “Ya apa yang diminta anak saya untuk keperluan sekolah kalau bisa yang namanya orang tua ya berusaha memberikannya, biar anak itu semangat belajar sama sekolahnya mbak, kemaren pas mau masuk sekolah minta apaapa baru ya saya kasih, buku, serangam, pulpen, sepatu, tas, semuanya baru”. (W/RT/20/04/2011). Dari pernyataan ibu IA dan ibu RT tersebut, mereka memberikan motivasi belajar pada anaknya agar anaknya semangat dalam belajar, sehingga menjadi giat dan tekun dalam belajar. Dengan harapan ketekunannya dalam belajar tersebut commit to user dapat menjadikan kesuksesan dimasa mendatang.
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meski dengan tujuan yang sama, yakni kesuksesan anak, informan lain yaitu bapak JK memberikan alasan bahwa beliau memberikan motivasi belajar pada anaknya karena memang sudah kewajibannya sebagai orang tua. Berikut penuturan beliau: “Sudah menjadi kewajiban sebagai orang tua, ya kalau anak pas belajar ya saya mendampinginya, kalau tidak ya biasanya istri saya. Soalnya kalau tidak didampingi biasanya cuma maen-maen, jadi biar mau belajar ya harus didampingi atau diawasi”. (W/JK/19/04/2011). Alasan kewajiban sebagai orang tua dalam memberikan motivasi belajar kepada anak diakui pula oleh ibu SR. Beliau menjelaskan sudah seharusnya sebagai orang tua mendukung anak dalam meraih cita-citanya, termasuk memberikan motivasi saat anak belajar. Alasan tersebut yang membuat ibu SR memberikan hadiah ketika anaknya mendapat rangking pertama di kelas. Karena dengan pemberian hadiah tersebut dapat mendorong anaknya untuk semangat belajar. Berikut penjelasan ibu SR: “Sebagai orang tua selain membatu doa ya menyemangatinya saat belajar, itu kan sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua. Kadang biar anak semangat belajar saya menjanjikannya hadiah kalau bisa rangking pertama mbak, meskipun hadiahnya hanya hal kecil, misalnya dibelikan buku baru atau tempat pensil baru, meskipun sederhana. tapi sudah membuat anak jadi semangat belajar”. (W/SR/06/05/2011).
c. Peran Orang Tua dalam memberikan Motivasi Belajar Anak Pada Pelaksanaan GWJB Pada dasarnya anak lahir dan berkembang di tengah-tengah kehidupan keluarga. Seorang anak juga akan mengalami proses sosialisasi pendidikan di dalam lingkungan keluarga, khususnya orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Orang tua terdiri dari 2 unsur, yakni ibu dan bapak. Mereka adalah orang yang memusatkan perhatian pada anak. Mereka adalah orang yang pertama bertanggungjawab terhadap kesejahteraan anak. Orang tua tanpa perintah, secara alami akan melakukan tugas sebagai pendidik, baik yang bersifat sebagai pemelihara, pembimbing, pengasuh, pembina maupun sebagai guru dan sebagai pemimpin bagi anak-anaknya. Anak akan menyerap apa yang telah diteladani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
orang tuanya dan akan menerima segala norma maupun nilai yang diajarkan orang tua. Salah satu peran orang tua terhadap anak adalah sebagai motivator, yakni memberikan motivasi kepada anak, terutama dalam mencapai tujuan atau tahapan tertentu, yaitu dalam mencapai kesuksesan dan prestasi anak. Orang tua akan berperan aktif untuk menunjang keberhasilan anak. Hal ini bisa dicapai dengan bagaimana peran orang tua dalam memberikan motivasi terhadap anaknya agar mencapai keberhasilan tersebut, salah satunya adalah dengan memberikan motivasi belajar. Pemberian motivasi belajar orang tua kepada anak sangat diperlukan, dengan motivasi inilah anak menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar, sehingga kualitas hasil belajar akan meningkat. Anak yang diberikan motivasi belajar dalam proses belajar pasti akan mengalami keberhasilan. Motivasi berhubungan dengan suatu tujuan. Motivasi dapat mendorong manusia untuk berbuat, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Dalam hal ini motivasi yang diberikan orang tua dapat mendorong anak disetiap kegiatan yang akan dikerjakan, misalnya pemberian motivasi belajar agar anak mau belajar dengan giat. Motivasi dapat menentukan arah perbuatan, yakni arah tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini motivasi yang diberikan orang tua dapat memberikan arah dan kegiatan anak yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Dengan demikian, motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan. Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan belajar yang terpenting adalah bagaimana orang tua menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan anak untuk melakukan aktivitas belajar. Sesuai dengan keadaan yang ada di Kelurahan Jebres, dalam kaitannya dalam gerakan wajib jam belajar, peran orang tua dalam mengimbangi jam belajar anak adalah sebagai berikut:
1) Menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri anak, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang berada pada lingkungan commit to user keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
utama dalam pendidikan anak. Orang tua yang merupakan unsur dari keluarga menjadi lingkungan pertama dalam memberikan motivasi belajar kepada anak karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat pendidikan dan bimbingan. Selain itu, dikatakan lingkungan yang terutama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di keluarga. Dalam hubungannya dengan gerakan wajib jam belajar. Orang tua selalu dituntut untuk memberikan motivasi belajar anak saat jam belajar berlangsung karena mengingat bahwa orang tua adalah pendidik pertama dan utama serta keberadaan anak di lingkungan rumah lebih besar dari pada di luar rumah. Oleh karena itu, peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak sangatlah penting. Berdasarkan
penelitian
di
Kelurahan
Jebres,
beberapa
informan
menuturkan bahwa memberikan motivasi belajar kepada anak saat jam belajar berlangsung dapat dilakukan dengan menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar. Salah satunya adalah ibu IA, yang berusaha menciptakan lingkungan tenang saat belajar agar tidak mengganggu sang anak belajar, hal ini dia lakukan dengan cara mematikan televisi saat jam belajar berlangsung. Berikut penuturan beliau: “Ketika anak belajar, televisi saya matikan mbak, biar anak nggak keganggu belajarnya”. (W/IA/20/04/2011). Hal senada juga diungkapkan oleh bapak JK. Beliau yang selalu disiplin menarapkan jam belajar untuk anak-anaknya juga mematikan televisi ketika jam belajar dimulai agar sang anak bisa lebih tenang dalam belajar, selain itu bapak JK juga melarang istrinya mengobrol dengan tetangganya saat jam belajar berlangsung atau menonton televisi melainkan menyuruh istrinya agar mendampingi atau mengawasi anaklnya belajar. Hal ini dilakukannya sebagai bentuk dukungan agar tercipta lingkungan yang kondusif untuk belajar dirumahnya. Berikut penuturan beliau: “Kalau pas anak lagi belajar ya TV harus dimatikan, istri saya juga saya suruh pulang kalau jagongan kalih tonggo-tonggo…..”. (“Ketika anak lagi belajar ya TV harus dimatikan, istri saya juga saya suruh pulang kalau commit to user ngobrol dengan tetangga….”.). (W/JK/19/04/2011).
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
Bapak JK juga menambahkan, beliau berusaha untuk tidak menganggu anaknya belajar dengan pergi mencari angin diluar dan setelah jam belajar selesai baru pulang untuk menyalakan televisi atau radio: “….daripada mengganggu anak saya belajar kadang ya keluar sekedar mencari angin, wedangan di hik… (“….daripada mengganggu anak saya belajar kadang ya keluar sekedar mencari angin, makan minum di hik….”.). (W/JK/19/04/2011). Ibu RT melakukan hal yang sama pula dengan ibu IA dan bapak JK yang mematikan televisi saat jam belajar berlangsung. Berikut penuturan beliau: “Ya dimatikan agar anak mau belajar, nggak ikut-ikutan nonton TV”. (W/RT/20/04/2011). Dari penuturan ibu RT diatas, beliau berusaha mematikan televisi saat jam belajar supaya si anak bisa belajar dan tidak ikut-ikutan menonton televisi. Sebagai ibu rumah tangga layaknya ibu-ibu lain yang suka melihat sinetron, ibu RT juga tidak mau meninggalkan sinetronnya, namun juga tidak meninggalkan kewajibannya sebagai orang tua dalam mendampingi anak belajar. Hal ini dia lakukan dengan memberlakukan jam belajar untuk anaknya lebih awal, sehingga ketika anakya selesai belajar beliau dapat menonton sinetron kegemarannya. Berikut penuturan beliau: “Biasanya jam belajar kan jam setengah tujuh mbak, tapi anak saya tak suruh belajar, biasanya sore udah mulai belajar. Jadi kan nanti selesainya lebih awal, jam tujuh biasanya sudah capek, abis selesai baru bisa nonton tipi, sinetronnya juga tidak ketinggalan”. (W/RT/20/04/2011). Selain itu, ibu RT juga menambahkan, agar anaknya memiliki kemauan untuk belajar, beliau memiliki cara memfasilitasi rumahnya dengan sarana belajar. Dengan begitu anaknya akan memiliki semangat belajar. Berikut penuturan beliau: “Dikamarnya saya belikan meja belajar, buku, pensil, crayon, tas baru saya belikan agar semangat belajar”. (W/RT/20/04/2011). Begitu pula dengan ibu FC yang memberlakukan jam belajar dikeluarganya tidak hanya pada pukul 18.30 s/d 20.30 WIB, melainkan kapan saja dan dimana saja, karena baginya belajar tidakcommit harus to dipatok user oleh waktu dan kebetulan anak
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ibu FC memiliki kebiasaan belajar sepulang sekolah dan sore hari, sehingga pada malam harinya anak bebas bermain atau menonton televisi asalkan sudah belajar dan tugas (PR) sudah diselesaikan. Berikut penuturan beliau: “Dikeluarga saya belajar tidak harus pas jam belajar mbak, kapan saja boleh. Biasanya anak-anak belajar sepulang sekolah mengerjakan PR lalu tidur siang, sorenya belajar lagi buat pelajaran besuk. Kalau saya bermain atau menonton televisi kapan saja boleh asal sudah mengerjakan PR dan sudah belajar buart pelajaran besuk”. (W/FC/29/04/2011). Dari pernyataan para informan di atas, cara orang tua dalam memberikan memotivasi belajar anak dilakukan dengan menciptakan iklim rumah yang mendukung anak dalam belajar. Lingkungan yang kondusif dan tenang dapat membantu anak dalam belajar. Orang tua juga dapat menyediakan berbagai perlengkapan yang dapat mendukung anak untuk belajar. Dengan demikian, semangat anak untuk belajar akan muncul dan tujuan dapat dicapai yakni kesuksesan dan prestasi belajar.
2) Menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak Selain menciptakan iklim rumah yang dapat mendukung anak untuk belajar, interaksi orang tua dengan anak juga dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Dari beberapa informan di Kelurahan Jebres, memotivasi belajar anak dilakukan dengan menemani anak belajar. Salah satunya adalah ibu RT yang selalu berusaha menemani anaknya belajar agar si anak memiliki keinginan dan semangat untuk belajar. Berikut penuturan beliau: “Saat anak saya belajar sebisa mungkin saya tunggui mbak, biar anak mau belajar dan nggak main-main”. (W/RT/20/04/2011). Hal senada juga diungkapkan pula oleh bapak JK yang selalu memberikan motivasi pada anak-anaknya dengan mendampingi atau mengawasi anaknya belajar. Bahkan ketika beliau memiliki kepentingan atau sedang tidak bisa mendampingi anak belajar, maka kewajiban mendampingi anak belajar digantikan oleh istrinya. Berikut penuturan bapak JK: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
“Saat belajar ya saya dampingi, tapi kalau yang besar kan biasanya belajarnya didalam kamar, jadi ya cukup diawasi aja, ndak ketunggul dolanan HP mbak. Kalau saya lagi ada keperluan biasanya digantikan istri saya”. (“Saat belajar ya saya dampingi, tapi kalau yang besar kan biasanya belajarnya didalam kamar, jadi ya cukup diawasi aja, biar tidak keterusan mainan HP mbak. Kalau saya lagi ada keperluan biasanya digantikan istri saya”.). (W/JK/19/04/2011). Informan lain, yakni ibu IA juga mengungkapkan hal yang sama dengan ibu RT dan bapak JK, yakni berusaha mendampingi anak saat belajar serta menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar anak dengan menanyakan bagaimana kegiatan belajar disekolah tadi, bagaimana hasil ulangan kemarin apakah ada kesulitan, serta ada hal menarik atau masalah apa di sekolah. Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut beliau telah menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar anak, sehingga anak merasa diperhatikan dan terdapat motivasi dalam dirinya untuk terus belajar. Berikut penjelasan ibu IA: “Setiap anak belajar saya berusaha menemaninya, terutama yang masih kecil, kalau tidak bisa ya digantikan bapak atau kakak-kakakya. Selain itu setiap hari saya juga menanyakan hal-hal disekolah mbak, seperti bagaimana ulangan tadi, apa ada kesulitan dan sebagainya agar anak merasa diperhatikan mbak dan terus dimotivasi”. (W/IA/20/04/2011). Menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar anak juga dilakukan oleh ibu FC. Selain itu ibu FC juga mengungkapkan bahwa dirinya harus bisa menjadi partner anak dalam belajar dengan menunjukkan sikap yang hangat dan positif terhadap anak, misalnya dengan tidak memarahi anak ketika mendapat nilai jelek atau anak tidak dapat mengerjakan PR-nya dengan baik. Berikut penuturan beliau: “Kalau anak mendapat nilai jelek ya jangan dimarahi, itu nanti bisa membuat anak menjadi terkekang. Prinsip saya dalam belajar saya harus bisa menjadi partner anak. Dengan menanyakan apakah tadi di sekolah ada kesulitan itu kan sudah menunjukkan perhatian ke anak dan anak dengan sendirinya akan cerita dengan senang mbak”. (W/FC/29/04/2011). Selain menjadi partner bagi anak dalam belajar, memotivasi anak dalam belajar juga dapat dilakukan dengan memberikan bantuan ketika anak menghadapi kesulitan. Beberapa informan di Kelurahan Jebres salah satunya ibu RT mengungkapkan sebagai berikut: commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Kalau anak ada yang tidak tahu ya saya ajari mbak biasnya berhitung saya ajari tambah-tambahan, pengurangan, nanti kalau sudah bisa saya beri soal”. (W/RT/20/04/2011). Ibu IA juga melakukan hal yang sama denganibu RT yakni mengajari anaknya ketika anaknya mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan ibu SR memiliki cara yang berbeda. Beliau menuturkan tidak tahu menahu dengan pelajaran anak sekolah jaman sekarang yang terlalu karena keterbatasan ilmu pengetahuan, beliau memilih untuk menyuruh atau mengantarkan anaknya ke taman belajar, sehingga ketika anaknya mengalami kesulitan belajar bisa ditanyakan ke guru yang mengajarinya di taman belajar tersebut. Berikut penjelasan ibu SR: “Kadang menawi anak kulo tanglet pelajaran seng mboten saget kulo nggih mboten saget njawab, lha pelajaran anak-anak sekolah jaman sakniki angelangel, dadi ya mending kulo ken belajar nopo kulo terke teng taman belajar mawon mbak, kajenge diajari guru-gurune teng mriku”. (Kadang kalau anak saya tanya pelajaran yang sulit, saya juga tidak bisa menjawab, lha pelajaran anak-anak sekolah jaman sekarang sulit-sulit. Jadi ya mending saya suruh belajar atau saya antar ke taman belajar biar diajari guru-gurunya disana”.). (W/SR/06/05/2011). Dari pernyataan para informan di atas, memberikan motivasi belajar kepada anak juga dilakukan dengan menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak, seperti mendampingi anak belajar, menjadi partner anak dalam belajar dengan menunjukkan sikap yang hangat dan positif terhadap anak, serta memberikan bantuan ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar. 3) Memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak Peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak juga dapat dilakukan dengan memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa informan menuturkan dengan memberikan hadiah atau pujian menjadikan anak merasa lebih dihargai dan lebih termotivasi untuk melakukan semangat belajar. Seperti dalam penuturan ibu FC berikut:
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Saya dan bapaknya anak-anak biasanya menjanjikan pada anak-anak kalau bisa dapat juara dan mempertahankan juara di sekolahnya akan saya berikan hadiah, dengan begitu biasanya mereka termotivasi untuk belajar giat mbak”. (W/FC/29/04/2011). Begitu pula dengan ibu SR yang menjanjikan anaknya dengan hadiah ketika mendapatkan juara di sekolah, dengan begitu akan membuat si anak untuk semangat dalam belajar. Berikut penuturan ibu SR: “Biasanya saya janjikan kalau bisa rangking di kelas, saya belikan buku, disgrip nopo tas baru mbak, biar anak semangat belajar”. (“Biasanya saya janjikan kalau bisa rangking di kelas, saya belikan buku, tempat pensil atau tas baru mbak, biar anak semangat belajar”.). (W/SR/06/05/2011). Berdasarkan penuturan di atas, dengan memberikan hadiah para orang tua yakin hal tersebut bisa memicu atau menjadi morivasi bagi anak untuk semangat atau giat belajar, meskipun dengan hadiah yang sederhana.
4) Mendidik anak secara demokratis Kontrol yang terlalu ketat terhadap anak dapat mematikan motivasi anak. Secara umum, motivasi anak cenderung meningkat ketika orang tua mengizinkan anak untuk membuat keputusan sendiri, memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak, serta menyediakan pilihan dan alternatif kepada anak. Mengkomunikasikan harapan dan keinginan orangtua kepada anak dalam bentuk saran, dan bukan dalam bentuk perintah. Begitu pula dengan yang dilakukan oleh salah satu informan yakni ibu FC yang selalu berusaha mendidik anak secara demokratis, hal ini terlihat ketika beliau memperbolehkan anak untuk bermain atau menonton televisi kapan saja asalkan si anak sudah belajar dan sudah mengerjakan PR. Berikut penuturan beliau: “Saya tidak pernah mengekang anak, mereka mau bermain atau menonton TV kapan saja boleh asal sudah belajar dan mengerjakan PR”. (W/FC/29/04/2011). Begitu pula dengan bapak JK yang tidak mengekang anak dalam memilih jurusan di sekolahnya agar si anak tetap semangat belajar dan semangat dalam meraih cita-cita. Berikut penuturan bapak to JK: commit user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Dulu ketika penjurusan anak saya yang pertama saya suruh masuk IPA dan kebetulan masuk IPA tetapi setelah di IPA tidak semangat belajar, setelah itu saya serahkan keanak mau memilih jurusan apa, daripada tiap hari tidak semangat, lalu dia pindah ke IPS, kalau maunya anak gitu ya mau gimana lagi, yang penting anak semangat belajar dan cita-citanya tercapai”. (W/JK/19/04/2011).
3. Kesimpulan Hasil Temuan di Lapangan Berdasarkan deskripsi penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka hasil temuan penelitian yang didapatkan oleh peneliti di lapangan adalah sebagai berkut: a. Implementasi GWJB (Gerakan Wajib Jam Belajar) di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta Pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres sudah ada sejak 5 sampai 6 tahun yang lalu, mulai dari tahun 2005 sampai sekarang. Pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres bisa berlangsung sampai saat ini karena adanya sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat melalui langkah berikut: 1) Pemberitahuan lewat spanduk dan selebaran 2) Pemberitahuan lewat pertemuan di RW, Kelurahan maupun Kecamatan 3) Pemberitahuan lewat plakat yang ada di setiap gang, gapura dan pos ronda di kampung-kampung 4) Pemberitahuan lewat sirine atau tanda belajar Teknis pelaksanaan GWJB dimulai dengan adanya tanda atau suara yang dapat didengar siswa atau orang tua agar dapat memulai belajar dengan baik pada pukul 18.30 WIB. Suara atau tanda tersebut berasal dari sirine berbentuk kepingan Compact Disc (CD) yang diberikan disetiap posko atau post yang daya tangkapnya mencakup beberapa RW. Setiap akan dimulainya jam belajar, maka CD tersebut akan diputar oleh petugasnya dari salah satu warga di Kelurahan Jebres. Seperti wilayah RW 14, dimana tanda atau suara sebagai dimulainya jam belajar tersebut diletakkan di rumah Ketua RW 14 yang setiap harinya ada petugas khusus untuk memonitoring tanda atau suara tersebut. Selain RW 14, commit to user suara atau tanda belajar juga terdapat di RW 23 dan 25. Di wilayah RW 23 tanda
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
atau suara dibunyikan di perpustakaan kelurahan. Sedangkan untuk RW 25, pemberitahuan atau himbauan mengenai GWJB diserukan lewat microfon masjid, karena mengingat jumlah CD yang dimiliki dari pemberian pemerintah Kota terbatas hanya berjumlah 5 buah, jadi wilayah RW yang tidak mendapat CD himbauan atau tanda belajar diserukan lewat microfon masjid. Tanda atau suara tersebut dibunyikan pada pukul 18.30 WIB sebagai tanda dimulainya jam wajib belajar bagi siswa dari tingkat pendidikan SD, SMP, SMA serta SMK. Tanda tersebut berisikan himbauan kepada semua warga terutama yang mempunyai anggota keluarga yang masih bersekolah dibangku pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK agar memulai belajar baik dirumah ataupun ditempattempat pembelajaran yang telah disediakan disetiap daerah di Kelurahan Jebres, seperti Taman Belajar yang terdapat di RW 14 dan RW 23. Selain himbauan agar memulai kegiatan belajar, juga terdapat ajakan kepada warga agar mematikan televisi, radio dan sejenisnya pada saat jam belajar berlangsung, serta diserukan untuk orang tua agar mendampingi dan mengawasi anak pada saat jam belajar berlangsung dan selanjutnya himbauan kepada lingkungan sekitar agar mengkondisikan suasana tenang, tidak berisik sehingga kondusif untuk belajar. Himbauan-himbauan seperti mematikan televisi, radio. Mendampingi anak belajar dirumah, peraturan jam malam seperti yang disebutkan di atas kemudian dijadikan sebagai tata tertib atau peraturan GWJB. Peraturan atau tata tertib ini berlaku untuk semua warga masyarakat, baik warga yang memiliki anak sekolah maupun warga yang tidak memiliki anak sekolah dan ketika ditemukan warga yang melanggar atau tidak mematuhi tata tertib tersebut saat jam belajar, maka akan dikenakan sanksi moral berupa teguran, misalnya ada warga yang masih menyalakan televisi saat jam belajar atau anak yang masih berkeliaran, bermain dan tidak belajar saat jam belajar maka akan ditegur. Oleh masyarakat setempat kemudian di setiap gang-gang, pos ronda dan gapura dikampung dipasang plakat pemberitahuan mengenai GWJB. Hal ini merupakan sarana sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui bahwa daerah tersebut sebagai daerah wajib belajar yang melaksanakan GWJB dan wajib dilaksanakan oleh semua commit to user masyarakatnya.
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dikarenakan
program
GWJB
merupakan
program
yang
wajib
dilaksanakan kepada setiap siswa yang masih duduk dalam bangku sekolah maka sebenarnya dalam pelaksanaannya terdapat unsur paksaan yang diterima oleh anak dan orang tua tersebut, misalnya ketika jam belajar dimulai maka orang tua harus mematikan televisi dan rela meninggalkan sinetron kegemarannya demi mendampingi anak belajar agar anak menjadi berprestasi. Namun dalam perkembangannya, karena dirasa cukup besar manfaatnya bagi siswa maupun orang tua, maka program GWJB yang awalnya terdapat unsur paksaan dalam diri individu, sekarang menjadi hal kebiasaan di wilayah Kelurahan Jebres. Masyarakat yang tadinya terpaksa menjadi terbiasa. Dukungan yang diberikan dari warga sangat besar. Terbukti dengan adanya tim pelaksana untuk melaksanakan kegiatan jam wajib belajar serta tim monitoring guna mengantisipasi dalam pelaksanaan wajib jam belajar. Dukungan dan partisipasi lain yang diberikan warga adalah dengan mengkondusifkan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Usaha-usaha yang dilakukan agar program GWJB dapat berjalan dengan lancar adalah dengan ikut berpartisipasi demi terlaksananya program wajib belajar tersebut. Bentuk partisipasi yang diberikan warga adalah dengan mematikan televisi, radio dan sejenisnya serta mengkondusifkan lingkungan tempat tinggal mereka agar tercapai lingkungan yang kondusif untuk belajar. Selain itu, dukungan dari Pemerintah Kota Surakarta dengan memberikan Compact disc (CD) yang dijadikan tanda pada saat dimulainya jam wajib belajar dan pada saat jam wajib belajar usai. Oleh Kelurahan Jebres kemudian membentuk Tim monitoring dan tim evaluasi jam wajib belajar. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan jam wajib belajar tersebut. Setiap malam tim monitoring melakukan sweeping dengan mendatangi setiap rumah warga yang memiliki anak sekolah maupun yang tidak memiliki anak sekolah. Jika ditemui warga yang masih menyalakan televisi saat jam belajar atau anak yang masih berkeliaran, bermain dan tidak belajar saat jam belajar maka akan dikenakan sanksi berupa teguran. commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam
perkembangannya,
kedisiplinan
pelaksanaan
GWJB
mulai
berkurang. Banyak daerah-daerah di Kelurahan Jebres yang sudah jarang membunyikan tanda atau suara sebagai tanda dimulainya jam belajar serta jarang tim monitoting yang melakukan sweeping ke rumah-rumah warga. Tim monitoring melakukan sweeping hanya pada saat-saat tertentu. Meskipun dalam pelaksanannya mengalami penurunan kedisiplinan, namun GWJB di Kelurahan Jebres masih tetap berjalan. Program GWJB di Kelurahan Jebres bukan hanya sebuah program jam wajib belajar yang dilaksanakan dirumah saja, tetapi GWJB merupakan gerakan wajib belajar yang juga dilakukan dengan pembelajaran secara bersama disuatu tempat, yakni ditempat-tempat perkembangannya,
yang
telah
disediakan
pembelajaran
secara
oleh
Kelurahan
bersama
ini
Jebres.
Dalam
dilakukan
dengan
mengadakan kerjasama dengan HOO HAP yakni perkumpulan etnis Tionghoa di Surakarta. Kerjasama tersebut berupa program belajar bersama seperti belajar kelompok yang ditampung dalam sebuah wadah bernama Taman Belajar. Dimana anggotanya terdiri dari anak-anak warga Kelurahan Jebres maupun luar Kelurahan Jebres sebagai sasaran belajar (yang diajar) dan tenaga pengajar yang berasal dari HOO HAP sendiri maupun dari pihak Kelurahan Jebres, biasanya mahasiswa atau mahasiswi UNS yang secara sukarela memberikan pembelajaran kepada siswasiswi yang belajar di taman belajar tersebut. Seperti yang terdapat di wilayah RW 14 dan RW 23, dimana terdapat taman belajar yang merupakan hasil kerjasama dengan HOO HAP, mereka secara bersama mengadakan belajar kelompok untuk siswa-siswi SD yang dibimbing oleh tenaga pengajar dari HOO HAP dan mahasiswa- mahasiswi dari UNS. Kegiatan belajar bersama di taman belajar tersebut dilaksanakan setiap hari selasa dan jum’at pukul 18.30 s/d 20.30 WIB (waktu jam belajar). Dalam pelaksanaannya siswa didik tidak dikenai biaya sedikitpun (gratis). Mahasiswamahasiswi tersebut terdiri dari berbagai fakultas yang berada di UNS dan secara bersama melakukan bimbingan belajar diwilayah RW 14 dan 23. Pelaksanaan belajar bersama wilayah RW 14 dan sekitarnya bertempat di RW 14, yakni di user 1, 2 dan 3) dan TK Gaya Baru Gedung Serbaguna (untuk anak commit TK, SDtokelas
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(untuk SD kelas 3 ke atas). Sedangkan untuk RW 23 dan sekitarnya bertempat di RW 23, yakni di Perpustakaan Kelurahan (untuk SD kelas 1-6). Para orang tua biasanya mengantarkan anaknya untuk belajar di taman belajar pada pukul 18.30 WIB, setelah itu ditinggal dan pada pukul 20.30 WIB baru dijemput kembali. Sedangkan untuk anak SMP dan SMA/ SMK biasanya belajar dirumah dengan didampingi dan diawasi oleh orang tuanya masing-masing.
b. Manfaat GWJB Bagi Masyarakat Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta Manfaat adanya GWJB dirasa cukup besar bagi masyarakat, baik anak maupun orang tua. GWJB memberikan banyak kontribusi seperti; meningkatkan kedisiplinan dalam belajar, meningkatkan prestasi di sekolah, menumbuhkan kesadaran orang tua dan putra-putrinya untuk belajar pada saat jam belajar, meningkatkan partisipasi orang tua dalam mendampingi putra-putrinya saat belajar,
meningkatkan
suasana
kondusif
bagi
berlangsungnya
proses
pembelajaran, mendukung kepedulian masyarakat untuk meningkatkan atau melengkapi sarana dan prasarana belajar, memberdayakan seluruh komponen masyarakat dan media untuk mendukung pelaksanaan GWJB. Selain itu, program GWJB diharapkan mampu mencapai mewujudkan budaya belajar bagi masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kota Surakarta. Sebagai langkah evaluasi, setiap tahunnya pihak Kelurahan Jebres mengadakan Try Out untuk siswa SMK, SMA, SMP, dan siswa SD kelas VI, hal ini sebagai langkah evaluasi mereka dalam program wajib jam belajar yang diterapkan, serta upaya untuk mengakomodir kebutuhan soal-soal dalam persiapan menghadapi ujian nasional. Sedangkan
untuk siswa yang belum
menempuh ujian nasional diadakan Lomba Cerdas Cermat (LCC) antar RW yang diadakan 2 kali dalam setahun, biasanya pada saat liburan semesteran. Peserta LCC adalah anak-anak SD dari seluruh warga Kelurahan Jebres kecuali anak kelas 6. Semua kegiatan yang dilaksanakan mendapat biaya dari DPK (Dana Pembangunan Kelurahan), sedangkan soal dibuat oleh LPMK dan tempat to user pelaksanannya di aula kelurahan commit atau di perpustakaan kelurahan. Sebagai reward
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
agar anak terus semangat mengikuti kegiatan yang diadakan, panitia memberikan rangking dan hadiah dari setiap pelaksanaan lomba kegiatan. Untuk menjaga program GWJB tetap berjalan dengan baik, maka dilakukan pertemuan RW setiap bulannya yang didalam pertemuan akan terdapat evaluasi mengenai kondisi serta fungsi program apakah mengalami kemajuan (progress) atau malah (regres) kemunduran. Program GWJB sangat menjangkau siswa-siswi SD karena dengan adanya program wajib jam belajar tersebut dirasa sangat bermanfaat dan sangat dipatuhi oleh siswa-siswi yang duduk di bangku SD. Dalam setiap pelaksanaanya yang dimulai dengan tanda belajar, mereka sangat berantusias untuk segera belajar dan biasanya para orang tua segera mematikan televisi atau sejenisnya agar kegiatan belajar menjadi tenang, kemudian para orang tua segera mendampingi anak pada saat belajar berlangsung. Namun apabila orang tua memiliki kesibukan, maka tugas mendampingi atau mengawasi anak belajar akan digantikan oleh anggota keluarga lain, sehingga anak tetap bisa belajar dan mengantisipasi apabila pada saat belajar anak menemukan kesulitan sehingga ada yang bisa membantu. GWJB yang diadakan di wilayah RW 14 dan sekitarnya untuk siswa-siswi yang duduk dibangku SD merupakan GWJB yang diadakan secara bersama di taman belajar pada hari Selasa dan Jumat dengan dibimbing oleh mahasiswamahasiswi dari UNS yang mereka secara sukarela memberikan pembelajaran kepada siswa-siswi SD tersebut. Kegiatan belajar secara bersama dilakukan di Gedung Serbaguna dan TK Gaya Baru. Untuk siswa-siswi TK dan kelas 1 sampai kelas 3 bertempat di Gedung Serbaguna dan untuk siswa-siswi kelas 4 sampai kelas 6 bertempat di TK Gaya Baru. Namun selain hari Selasa dan Jumat siswasiswi SD tersebut tetap belajar dirumah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan di wilayah RW 23 dan sekitarnya. GWJB yang diadakan secara bersama dijadikan satu dalam taman belajar yang bertempat di perpustakaan kelurahan, dimana teknisnya sama dengan taman belajar di wilayah RW 14, hanya saja jika belajar bersama yang dilaksanakan di perpustakaan kelurahan dijadikan satu antara kelas 1 sampai kelas 6. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
Untuk anak-anak usia SMP cenderung belajar sendiri secara mandiri tidak didampingi lagi oleh orang tuanya, hal ini dikarenakan siswa SMP telah memiliki kesadaran sendiri untuk belajar tanpa disuruh oleh orang tua. Orang tua biasanya hanya mengawasi saja dengan tetap ada di rumah selama program GWJB ini berlangsung, jika berhalangan maka anggota keluarga lain yang mengawasinya. Seandainya anak mengalami kesulitan maka orang tua akan membantu meskipun tidak mendampingi di sebelah sang anak. Untuk di wilayah RW 14, anak-anak SMP tidak mengikuti belajar bersama seperti anak-anak SD, mereka belajar di rumah masing-masing namun masih mematuhi jam belajar 18.30 s/d 20.30 WIB. Orang tua akan mengkondusifkan keadaan di rumah mereka dengan cara tidak membuat gaduh atau apapun yang mengganggu konsentrasi anak mereka saat belajar. Saat belajar, anak akan masuk ke ruang belajarnya kemudian televisi dan sejenisnya akan dimatikan oleh orang tua mereka. Dalam penelitian apabila ditemui anak tidak mematuhi program belajar, hal ini biasanya disebabkan oleh anak tersebut sakit atau ikut keluarganya yang pergi. Selama program ini berlangsung tidak ada anak yang berusaha untuk tidak mematuhi berjalannya program tersebut, hal ini dikarenakan lingkungan dan orang tua yang berperan aktif mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Sedangkan untuk anak ditingkat SMA, mereka mengaku bahwa program tersebut belum berjalan lancar, meskipun mereka telah mengetahui program tersebut. Seperti siswa SMP, siswa SMA telah memiliki kesadaran sendiri untuk mematuhi program GWJB, mereka belajar tanpa didampingi oleh orang tua dan orang tua hanya mengawasi saja, namun akan membantu jika diperlukan. Siswa tidak didampingi oleh orang tuanya dikarenakan merasa sudah dewasa dan bisa belajar sendiri. Siswa perempuan lebih memiliki kesadaran yang tinggi dibandingkan siswa laki-laki dalam mematuhi program tersebut. Di RW 14 dan 23 anak SMA tidak memiliki program belajar bersama seperti halnya dengan anak SMP. Mereka mandiri belajar di rumah masing-masing. Namun dalam pelaksanaannya biasanya siswa-siswi SMA kurang begitu mematuhi jam belajar tersebut dan semakin berkembangnya teknologi zaman sekarang ini berpengaruh to user pula terhadap partisipasi belajar commit siswa-siswi SMA, biasanya mereka belajar di
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
meja belajar yang berada di kamar mereka masing-masing namun pada kenyatannya mereka kurang mengoptimalkan jam belajar yang ada terbukti dengan mereka tetap bermain HP atau sejenisnya. Namun pada sebagian siswasiswi SMA yang tertib mengunakan jam wajib belajar, mengaku terdapat manfaat yang dirasakan dalam kegiatan belajar tersebut, misalnya dengan nilai ujian mereka yang mengalami peningkatan meskipun hanya sedikit tetapi tetap ada peningkatan prestasi. Untuk anak SMK, karena materi belajar SMK dan SMA berbeda, maka cara belajarnya pun berbeda, siswa SMK lebih banyak mengacu pada praktek. Namun siswa SMK masih tetap mematuhi program GWJB tersebut. Mereka belajar sesuai dengan kesadaran mereka, bahkan mereka juga belajar di waktu lain selain jam belajar 18.30 s/d 20.30 WIB. Pada saat jam belajar berlangsung biasanya siswa-siswi SMK tidak didampingi oleh orang tua karena anak merasa sudah bisa belajar sendiri. Hal ini terjadi karena si anak merasa sudah dewasa dan tidak perlu untuk didampingi dan kecenderungan siswa-siswi SMK lebih pada materi praktek mereka. Dan hampir sebagian besar orang tua sibuk atau jarang untuk mendampingi anak belajar, bahkan tidak sama sekali. Dikarenakan mata pelajaran antara siswa-siswi SMA berbeda dengan siswa-siswi SMK dimana siswa-siswi SMK cenderung melakukan praktek dalam pembelajarannya sehingga waktu belajar siswa-siswi SMK dirumah lebih sedikit jika dibandingkan dengan siswa-siswi SMA.
c. Peran Orang Tua dalam Pelaksanaan GWJB Keberadaan Gerakan Wajib jam Belajar (GWJB) telah memberikan dorongan bagi orang tua dalam memberikan motivasi belajar untuk anak. Pandangan orang tua sendiri mengenai GWJB merupakan salah satu program yang mempresentasikan dukungan pemerintah terhadap pendidikan dengan menciptakan budaya belajar. Bagi sebagian masyarakat kelurahan Jebres GWJB memiliki nilai positif karena mendukung dalam terlaksananya budaya belajar, namun bagi sebagian masyarakat lainnya GWJB tidak begitu dirasakan karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
menurutnya belajar tidak hanya dilakukan saat jam belajar saja, tetapi setiap saat, kapanpun dan dimanapun ada waktu luang harus dimanfaatkan untuk belajar. Alasan orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak adalah untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan anak. Disamping itu pula orang tua memberikan motivasi belajar kepada anak untuk memmanfaatkan waktu dengan kegiatan positif, misalnya dengan mndampingi anak belajar daripada menonton TV atau mengobrol dengan tetangga. Namun ada juga orang tua yang memberikan motivasi belajar kepada anak karena alasan kewajiban sebagai orang tua yang harus dilakukan kepada anak, terutama dalam hal yang menyangkut pendidikan anak. Peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres adalah sebagai berikut: 1) Menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar Cara orang tua dalam memberikan memotivasi belajar anak dilakukan dengan menciptakan iklim rumah yang mendukung anak dalam belajar. Lingkungan yang kondusif dan tenang dapat membantu anak dalam belajar. Hal ini mereka lakukan dengan mematikan TV atau radio saat jam belajar berlangsung, tidak mengobrol dengan para tetangga serta selalu membuat suasana tenang didalam keluarga agar anak dapat belajar dengan nyaman. Orang tua juga menyediakan berbagai perlengkapan yang dapat mendukung anak untuk belajar, seperti keperluan sekolah maupun alat-alat beajar di rumah. Dengan demikian, semangat anak untuk belajar akan muncul dan tujuan dapat dicapai yakni kesuksesan dan prestasi belajar. 2) Menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar Memberikan motivasi belajar kepada anak juga mereka lakukan dengan menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak, seperti mendampingi anak belajar, hal ini mereka lakukan saat jam belajar berlangsung. Selain itu mereka berusaha menjadi partner anak dalam belajar dengan menunjukkan sikap yang hangat dan positif terhadap anak seperti menanyakan bagaimana kegiatan belajar disekolah tadi, bagaimana commit user hasil ulangan kemarin apakah ada to kesulitan, serta ada hal menarik atau
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masalah apa di sekolah. Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut orang tua telah menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar anak, sehingga anak merasa diperhatikan dan terdapat motivasi dalam dirinya untuk terus belajar. Selain itu memberikan motivasi belajar anak juga diakukan dengan memberikan bantuan ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar. Meskipun ada beberapa informan yang tidak bisa membantu ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar, namun mereka berusaha agar anak tetap bisa mencapai kesuksesan, misalnya dengan cara mengantarkan ke taman belajar. 3) Memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak Peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak juga mereka lakukan dengan memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak. Seperti yang mereka lakukan, yakni dengan memberikan hadiah atau pujian menjadikan anak merasa lebih dihargai dan lebih termotivasi untuk semangat belajar. Dengan memberikan hadiah, para orang tua yakin, hal tersebut bisa memicu atau menjadi momotivasi bagi anak untuk semangat atau giat belajar, meskipun dengan hadiah yang sederhana. 4) Mendidik anak secara demokratis Kontrol yang terlalu ketat terhadap anak dapat mematikan motivasi anak. Secara umum, motivasi anak cenderung meningkat ketika orangtua mengizinkan anak untuk membuat keputusan sendiri, memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak, serta menyediakan pilihan dan alternatif kepada anak. Mengkomunikasikan harapan dan keinginan orangtua kepada anak dalam bentuk saran, dan bukan dalam bentuk perintah. Begitu pula dengan yang dilakukan oleh para orang tua di Kelurahan Jebres yang selalu berusaha mendidik anak secara demokratis agar motivasi belajar dalam diri anak tetap ada. Seperti tidak mengekang anak dengan tuntutan nilai di sekolah serta tidak mengharuskan anak belajar tanpa memperhatikan perkembangan lingkungan sosial anak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
C. Temuan Studi Yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori
1. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Orang tua, yakni terdiri dari ibu dan ayah memiliki tanggung jawab terhadap anak, termasuk dalam pendidikan anak. Hal ini sesuai dengan pengertian Hasbullah (2001: 39) bahwa orang tua merupakan orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup pendidikan anak. Orang tua tidak hanya cukup memberi makan, minum dan pakaian saja kepada anakanaknya, tetapi juga harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai, dan berguna bagi dirinya maupun masyarakat. Orang tua dituntut harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat berkembang secara optimal dan seimbang. Pada dasarnya anak lahir dan berkembang di tengah-tengah kehidupan keluarga. Seorang anak juga akan mengalami proses sosialisasi pendidikan di dalam lingkungan keluarga, khususnya orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Orang tua tanpa perintah secara alami akan melakukan tugas sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, pembimbing, pengasuh, pembina, maupun sebagai guru, dan sebagai pemimpin bagi anak-anaknya. Anak akan menyerap apa yang telah diteladani orang tuanya, maupun akan menerima segala norma-norma dan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua. Seperti yang dikemukakan oleh Stainblack dan Susan (1999), bahwa salah satu peran orang tua dalam pendidikan anak adalah sebagai motivator, terutama dalam memberikan motivasi belajar. Orang tua menjadi lingkungan pertama dalam memberikan motivasi belajar kepada anak karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat pendidikan dan bimbingan. Selain itu, dikatakan lingkungan yang terutama karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di keluarga. Pemberian motivasi belajar orang tua kepada anak adalah sesuatu yang pada akhirnya meningkatkan semangat, minat atau kemauan anak dalam belajar. user Pemberian motivasi tersebut tidakcommit hanya to menyangkut tentang apa yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
oleh seseorang, tetapi juga tentang kondisi atau faktor yang melatarbelakangi dari pemberian motivasi tersebut. Latar belakang atau faktor ini berkaitan dengan tujuan apa yang ingin dicapai oleh seseorang atas apa yang dilakukannya. Ini berarti orang tua yang memberikan motivasi pada jam belajar kepada anak didorong oleh suatu keadaan, alasan dan tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Adanya pemberikan motivasi belajar tersebut, orang tua mengharapkan sesuatu yang akan diperolehnya. Dengan pemberian motivasi tersebut, seseorang berharap agar orang yang diberikan motivasi belajar dapat memiliki dorongan atau semangat untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan, serta dapat menentukan arah dan menyeleksi perbuatannya tersebut ke arah tujuan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Begitu pula dengan orang tua di Kelurahan Jebres yang memberikan motivasi belajar anak saat jam belajar berlangsung. Dalam memberikan motivasinya, orang tua juga mengharapkan suatu keadaan atau situasi yang memunculkan niat, semangat dan kemauan untuk belajar sehingga mendorong anak untuk tekun dan bergairah dalam belajar. Peran orang tua dalam pendidikan anak, terutama sebagai motivator yang mereka wujudkan saat jam belajar berlangsung tersebut, mereka lakukan dengan: menciptakan iklim rumah yang mendukung untuk belajar, menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar, memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak serta mendidik anak secara demokratis.
2. Motivasi Belajar dalam Pemenuhan Kebutuhan Belajar merupakan sesuatu yang menyenangkan apabila diikuti dengan motivasi yang tinggi yaitu motivasi belajar. Motivasi belajar dapat berasal dari faktor dalam maupun luar. Faktor luar ini merupakan faktor yang berasal dari lingkungan orang lain. Motivasi belajar akan sangat baik apabila faktor luar ikut di dalamnya selain faktor dalam. Faktor luar juga akan sangat berpengaruh terhadap semangat peserta didik untuk belajar. Belajar tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif saja tetapi juga psikomotor dan afektif. commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Bloom (dalam Tim Penyusun Materi Program Akta IV, 2003: 4), kemampuan
kognitif
merupakan
kemampuan
yang
berkaitan
dengan
penganalisaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan afektif merupakan kemampuan yang mengarah pada penguasaan sikap dan nilai. Sedangkan kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang mengarah pada keterampilan seseorang. Jadi hasil belajar akan menjadi lebih baik apabila peserta didik mampu menggabungkan ketiga aspek tersebut. Faktor luar motivasi dapat berasal dari kemampuan orang tua dan guru. Orang tua dapat memberikan motivasi peserta didik di rumah sedangkan guru memberikan motivasi belajar peserta didik di sekolah. Keduanya mempunyai peranan yang sangat besar untuk keberhasilan belajar peserta didik, dimana pemberian motivasi tersebut tidak hanya menyangkut tentang apa yang dilakukan oleh seseorang, tetapi juga tentang kondisi atau faktor yang melatarbelakangi dari pemberian motivasi tersebut. Latar belakang atau faktor ini berkaitan dengan tujuan apa yang ingin dicapai oleh seseorang atas apa yang dilakukannya. Dengan demikian dapat diketahui motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini adalah motivasi belajar yang diberikan orang tua kepada anak yang tujuannya agar anak menjadi tekun dan bergairah dalam belajar sehingga anak mencapai keberhasilan. Abraham Maslow (dalam Hamzah. 2007: 40), sebagai tokoh motivasi menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati serta kebutuhan aktualisasi diri. Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan (needs). Teori Maslow ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan, teori ini dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik, dimana dalam penelitian ini adalah anak. Orang tua di Kelurahan Jebres berusaha memenuhi kebutuhan anak saat belajar agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Hal ini mereka lakukan dengan menciptakan iklim commit to user rumah yang mendukung untuk belajar, menyediakan waktu yang cukup untuk
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terlibat dalam kegiatan belajar, memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak serta mendidik anak secara demokratis. Jika dikaitkan dengan teori Maslow, kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital. Dalam hal belajar, orang tua berusaha memenuhi kebutuhan fisiologis anak dengan memberikan makanan bergizi, pakaian seragam, tempat untuk belajar serta peralatan untuk belajar. Begitu pula dengan orang tua di Kelurahan Jebres, mereka berusaha memenuhi kebutuhan anak yang digunakan untuk menunjang belajar agar anak dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Kebutuhan akan rasa aman mereka penuhi dengan menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar seperti mematikan TV atau radio sehingga anak dapat belajar dengan nyaman, selain itu orang tua juga berusaha mendampingi
atau
mengajari
anak
dalam
belajar,
seperti
membantu
mempersiapkan pelajaran atau ulangan untuk hari esok, sehingga anak memiliki kesiapan belajar dan bebas dari rasa aman untuk menghadapi pelajaran hari esok. Kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta/ sayang mereka penuhi dengan menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar, seperti berusaha menjadi partner anak dalam belajar dengan menunjukkan sikap yang hangat dan positif terhadap anak. Hal ini mereka lakukan dengan menanyakan bagaimana kegiatan belajar disekolah tadi, bagaimana hasil ulangan kemarin apakah ada kesulitan, serta ada hal menarik atau masalah apa di sekolah. Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut orang tua telah menunjukkan perhatian terhadap kegiatan belajar anak, sehingga anak merasa diperhatikan dan terdapat motivasi dalam dirinya untuk terus belajar. Kebutuhan akan penghargaan mereka penuhi dengan memberikan hadiah, pujian atau respon positif terhadap setiap prestasi anak yang menjadikan anak merasa lebih dihargai dan lebih termotivasi untuk semangat belajar. Dengan memberikan hadiah, para orang tua yakin, hal tersebut bisa memicu atau menjadi momotivasi bagi anak untuk semangat atau giat belajar, meskipun dengan hadiah yang sederhana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
Selanjutnya kebutuhan akan aktualisasi diri mereka penuhi dengan cara mendidik anak secara demokratis. Anak bebas untuk melakukan kehendak, kreativitas dan ekspresi diri tanpa dikekang oleh orang tua. Kontrol yang terlalu ketat terhadap anak dapat mematikan motivasi anak. Secara umum, motivasi anak cenderung meningkat ketika orangtua mengizinkan anak untuk membuat keputusan sendiri, memperhatikan kebutuhan dan perasaan anak, serta menyediakan pilihan dan alternatif kepada anak. Mengkomunikasikan harapan dan keinginan orangtua kepada anak dalam bentuk saran, dan bukan dalam bentuk perintah. Begitu pula dengan yang dilakukan oleh para orang tua di Kelurahan Jebres yang selalu berusaha mendidik anak secara demokratis agar motivasi belajar dalam diri anak tetap ada. Seperti tidak mengekang anak dengan tuntutan nilai di sekolah, tidak memaksakan kehendak anak saat penjurusan kelas serta tidak mengharuskan anak belajar tanpa memperhatikan perkembangan lingkungan sosial anak. Motivasi dalam belajar yang diberikan orang tua kepada anak seperti di atas memiliki peranan penting, antara lain: a. Menentukan penguatan belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Hal ini dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk seseorang apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk orang tua perlu memahami suasana tersebut agar dia dapat membantu anaknya dalam memilih faktorfaktor atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. b. Memperjelas tujuan belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang to user atau dinikmati manfaatnya bagi dipelajari itu sedikitnya sudah commit dapat diketahui
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anak. Seperti halnya dalam penelitian, orang tua di Kelurahan Jebres memberikan motivasi belajar kepada anaknya dengan cara memberi nasihat atau gambaran tentang orang yang sukses, sehingga anak akan tekun belajar agar menjadi orang sukses. c. Menentukan ketekunan belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar meyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak akan tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar. Seperti halnya dalam penelitian ini, orang tua memotivasi anak agar tekun belajar dengan cara menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar, seperti mematikan TV atau mendampingi anak belajar agar anak tetap tekun belajar dan tidak tergoda untuk menonton TV atau bermain.
3. Peran Orang Tua dalam Memberikan Motivasi Belajar sebagai Tindakan Subjektif Selanjutnya, peran orang tua dalam memberikan motivasi jam belajar ini merupakan sebuah tindakan sosial, yang mana memiliki makna subyektif bagi orang tua yang melakukannya. Makna subyektif ini berupa tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan pemberian motivasi tersebut. Dari tujuan tersebut, kemudian individu menentukan alat yang akan digunakannya untuk mencapai tujuan. Individu merupakan pelaku atau aktor yang aktif dan kreatif, yang mampu memilih berbagai alternatif tindakan. Dalam hal ini aktor adalah orang tua. Namun dalam memilih alternatif tindakan tersebut dipengaruhi atau dibatasi oleh adanya nilai, norma, peraturan, situasi dan kondisi yang ada dalam masyarakat. Dalam teori aksi yang dikembangkan oleh Parsons, hal ini disebut dengan konsep voluntarisme. commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semua tindakan manusia adalah sukarela (voluntary). Tindakan tersebut adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran dan berorientasi pada tujuan. Jadi, setiap apa yang kita lakukan merupakan hasil dari pemilihan tindakan, yaitu dengan cara tertentu dan bukan dengan cara yang lain. Begitu juga dengan peran orang tua dalam memberikan motivasi pada anak saat jam belajar. Dalam perannya sebagai orang tua dan memutuskan untuk memberikan motivasi pada anaknya saat belajar berarti mereka telah memilih diantara berbagai pilihan, yakni memilih memberikan motivasi belajar daripada memilih kegiatan lain saat jam belajar berlangsung, misalnya memilih mendampingi anak belajar daripada menonton televisi. Selain itu, orang tua juga harus memilih cara memotivasi yang bagaimana yang akan diberikan pada anaknya. Hal ini karena adanya orientasi terhadap tujuan yang ingin dicapai. Tujuan inilah yang kemudian mendorong para orang tua untuk memberikan motivasi terhadap anaknya dan memilih cara memotivasi yang kiranya tepat untuk anaknya. Menurut Weber, seorang individu dalam melakukan tindakan memiliki arti subyektif bagi dirinya sendiri (Johnson. 1986: 216). Kemudian bagi Weber studi pembahasan sosiologi tindakan berarti mencari pengertian subyek atau motivasi yang terkait pada tindakan-tindakan sosial. Untuk tindakan, seseorang berarti harus memahami motif tindakan itu sendiri (Ritzer. 1992: 44-46). Ini berarti juga bahwa dalam setiap tindakan individu memiliki arti subyektif dan motivasi dalam dirinya. Sedangkan setiap motif tersebut bertalian erat dengan adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sejalan dengan Parsons, yang menjelaskan bahwa nilai-nilai memberikan motivasi atau sifat kebutuhan yang mendorong perilaku aktor (Gidden. 2009:87). Motivasi yang terdapat dalam diri individu akan terealisasikan
dalam
perilaku
yang mengarah
pada
satu
tujuan
yang
diinginkannya. Orang tua dalam memberikan motivasi belajar terhadap anak terdapat adanya dorongan yang berupa tujuan-tujuan yang ingin dicapai, yakni kesuksesan atau keberhasilan prestasi belajar anak. Selanjutnya dorongan ini kemudian memberikan arahan terhadap diri commit to user individu untuk melakukan tindakan ke arah pencapaian tujuan, yaitu dengan jalan
perpustakaan.uns.ac.id
114 digilib.uns.ac.id
memberikan motivasi belajar, dimana cara yang dilakukan orang tua adalah dengan; Menciptakan iklim rumah yang mendukung anak untuk belajar, Menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam kegiatan belajar anak, Memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak serta Mendidik anak secara demokratis. Kesuksesan dan keberhasilan anak merupakan tujuan orang tua. Sedangkan tujuan tersebut dapat dicapai apabila iklim lingkungan mendukung anak untuk belajar. Oleh karenanya orang tua berusaha menciptakan iklim rumah yang mendukung anak agar anak dapat belajar dengan tenang. Mereka sadar apabila lingkungan rumah tenang maka konsentrasi anak dalam belajar tidak akan terganggu. Ini berarti pemberian motivasi belajar tersebut memiliki arti subyektif bagi orang tua itu sendiri. Bagi orang tua, pemberian motivasi belajar ini merupakan bentuk kesadaran dalam diri mereka terhadap masa depan anak. Dimana dengan adanya pemberian motivasi belajar ini akan akan tekun dan bergairah dalam belajar sehingga dapat mencapai cita-citanya. Memberikan motivasi belajar tersebut juga memiliki arti sebuah kegiatan yang positif untuk anak dari pada mengisi waktu dengan mengobrol bersama para tetangga atau menonton televisi dan membiarkan anaknya tidak belajar. Selain itu memberikan motivasi belajar kepada anak juga bermakna sebagai suatu kewajiban orang tua yang harus dilakukan kepada anaknya dalam membantu anak mencapai citacitanya. Hal ini juga sesuai dengan definisi tindakan sosial menurut Talcott Parsons, bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuannya (memiliki tujuan) (Johnson, 1986: 106). Orang tua dalam memberikan motivasi belajar kepada anak memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan tersebut berupa adanya kesuksesan atau keberhasilan anak, keinginan melaksanakan kewajibannya sebagai orang tua terhadap anak dan keinginan memanfaatkan waktu dengan hal yang positif terhadap anak. Tindakan terjadi dalam suatu situasi, dimana elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh orang yang bertindak tersebut sebagai alat untuk menuju tujuan yang akan dicapai. to user Orang tua memilih memberikan commit motivasi belajar pada anak dan memilih cara
perpustakaan.uns.ac.id
115 digilib.uns.ac.id
yang bagaimana dalam memotivasi belajar anak yang menurut mereka dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemilihan tindakan ini tidak terlepas dari pertimbangan situasi, kondisi maupun norma yang ada. Orang tua sebagai aktor dalam memilih memberikan motivasi belajar dipengaruhi oleh situasi, kondisi dan norma yang ada, misalkan ia harus memilih antara kesenangan pribadi ataukah kesuksesan anak. Ketika orang tua lebih memilih menonton TV sebenarnya dirinya sadar hal ini bertentangngan dengan norma atau peraturan yang ada. Karena memberikan motivasi belajar anak seperti mendampingi anak saat jam belajar sudah menjadi peraturan dalam GWJB yang harus dilaksanakan senua warga masyarakat Kelurahan Jebres, bahkan dirinya juga tahu ketika melanggar peraturan tersebut akan dikenakan sanksi moral berupa teguran. Atau sebaliknya, ketika ia memilih mendampingi anak belajar padahal dalam dirinya sebenarnya menginginkan menonton sinetron kegemarannya atau mengobrol dengan tetangga atau bahkan tidak memperdulikan apakah anaknya mau belajar atau tidak Dengan mempertimbangkan siuasi, kondisi maupun norma tersebut, berarti orang tua telah melakukan tindakan yang diperhitungkan secara rasional. Berdasarkan pada macam-macam tindakan sosial menurut Weber, hal ini termasuk tindakan rasional berorientasi nilai. Dalam tindakan rasional berorientasi nilai, alat-alat merupakan sebuah obyek pertimbangan dan perhitungan secara sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai tersebut bersifat non rasional, sehingga idividu tidak memperhitungkannya secara obyektif. Disini individu mempertimbangkan nilai-nilai yang telah ada tersebut dalam memilih alat untuk mencapai tujuan. Adanya situasi, kondisi, nilai maupun norma dan peraturan merupakan sesuatu yang telah ada dalam masyarakat. Kemudian ini mempengaruhi dan menjadi pertimbangan bagi orang tua dalam memilih memberikan motivasi belajar untuk anaknya serta memilih cara memotivasi yang bagaimana yang akan diberikan pada anaknya. Kemudian adanya tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh orang tua dalam commitanaknya to user tersebut mempengaruhi dalam memberikan motivasi belajar pada
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
pertimbangan untuk memilih cara memotivasi yang akan diberikan pada anaknya. Orang tua yang mempunyai tujuan agar bisa tenang dalam belajar memilih dengan cara mematikan televisinya dan mendampingi anaknya belajar. Lain lagi dengan orang tua yang berusaha memberikan fasilitas belajar dan hadiah sebagai penyemangat dalam belajar, atau mengantarkan anaknya ke taman belajar dengan tujuan agar anaknya ada yang mengajari ketika menemukan kesulitan belajar. Hal ini berarti pemilihan cara memotivasi berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Dalam tindakan rasional, tindakan mahasiswa tersebut merupakan tindakan rasional yang berorientasi pada tujuan. Tindakan rasional berorientasi tujuan (tindakan rasional instrumental) merupakan tingkat rasional tindakan yang paling tinggi, yang meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan serta alat yang digunakan untuk mencapainya. Disini tujuan, alat dan akibat dari tindakan tersebut diperhitungkan semuanya secara rasional, menyangkut juga pemilihan atas alat untuk mencapai tujuan tersebut. Seperti informan RT dan IA. Dalam memberikan motivasi belajar pada anaknya, mereka memilih mematikan TV dan mendampingi anak belajar. Dengan mematikan TV dan mendampingi anak belajar, mereka telah berusaha menciptakan iklim atau suasana tenang untuk mendukung anak belajar, sehingga anak lebih bisa berkonsentrasi dalam belajar. Lain lagi dengan informan SR yang menjanjikan hadiah apabila bisa mendapatkan juara di sekolah sebagai penyemangat anaknya dalam belajar serta mengantarkan anaknya ke taman belajar dengan tujuan agar anaknya ada yang mengajari ketika menemui kesulitan dalam belajar. Hal ini dia lakukan karena keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian motivasi belajar anak memiliki arti atau makna subyektif bagi orang tua. Pemberian motivasi belajar tersebut dimaknai sebagai bentuk kesadaran dalam diri mereka sebagai orang tua terhadap kesuksesan dan keberhasilan anak. Pemberian motivasi belajar tersebut juga memiliki arti sebuah kegiatan yang dilakukan untuk memanfaatkan waktu dengan kegiatan positif yang diberikan untuk anak. Selain itu pemberian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
motivasi belajar juga dimaknai sebagai bentuk kewajiban dalam diri orang tua yang harus dilakukan kepada anak, terutama dalam pendidikan anak. Selanjutnya makna subjektif berupa tujuan inlah yang kemudian menjadi sebuah pendorong. Dalam melakukan tindakan sosial tersebut, orang tua menentukan dan memilih alat yang akan digunakannya dalam mencapai tujuannya. Dalam memilih alat atau tindakan untuk mencapai tujuan ini ada sebagian orang tua yang mempertimbangkan tujuan dalam memilih cara memotivasi belajar yang bagaimana untuk diberikan pada anaknya, dimana dalam tipe-tipe tindakan rasional Weber hal ini disebut dengan tindakan rasional berorientasi tujuan (tindakan rasional instrumental). Namun ada juga sebagian orang tua yang memilih cara memotivasi belajar berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, nilai, norma maupun peraturan yang ada dalam masyarakat, sehingga tindakan ini disebut dengan tindakan rasional berorientasi nilai.
4. Pemberian Motivasi Belajar Merupakan Tindakan Aktif dan Kreatif Dalam menjelaskan teori aksinya, Talcott Parsons menggunakan konsep voluntarisme. Menurut konsep voluntarisme, aktor adalah pelaku aktif dan kreatif, serta memiliki kemampuan dalam memilih alternatif tindakan (Ritzer. 2004: 49). Pemberian motivasi pada saat jam belajar yang dilakukan oleh orang tua merupakan sebuah tindakan yang kreatif. Orang tua tersebut merupakan aktor yang kreatif terhadap keberhasilan anak dan upaya pensuksesan pelaksanaan program GWJB. Tujuan pemberian motivasi untuk menumbuhkan kemauan anak untuk belajar, terutama pada saat jam belajar, sehingga anak dapat mencapai kesuksesan dan prestasi belajar. Selain itu sebagai upaya dalam mendukung pelaksanaan program GWJB yang digalakkan Pemerintah setempat. Dimana hal ini membuat orang tua melakukan kegiatan aktif dan kreatif dengan memilih bentuk atau cara pemberian motivasi agar anak mau belajar, sehingga tercipta budaya belajar setiap harinya. Orang tua akan memilih cara pemberian motivasi yang sesuai untuk diberikan pada anaknya. Beberapa informan, yaitu JK, RT dan IA memilih dengan cara mematikan televisi saat jam belajar dimulai dan commitInforman to user SR dengan menjanjikan hadiah mendampingi anaknya ketika belajar.
perpustakaan.uns.ac.id
118 digilib.uns.ac.id
dan mengantarkan anak ke taman belajar. Sedangkan informan FC dengan memberlakukan jam belajar lebih awal, dengan begitu ia tetap bisa menonton TV dan kewajibannya sebagai orang tua dalam membimbing anaknya belajar juga tidak terlupakan. Hal Ini merupakan sebuah keputusan untuk memilih cara pemberian motivasi secara kreatif. Dari uraian di atas, berarti orang tua merupakan seorang aktor yang aktif, yakni aktif dalam perannya sebagai orang tua terhadap anak, yang salah satunya diwujudkan dalam memberikan motivasi belajar kepada anak, ini berarti orang tua peduli akan pendidikan dan keberhasilan atau masa depan anak. Pemberian motivasi tersebut merupakan sebuah tindakan kreatif, tindakan kreatif ini terlihat dalam pemilihan cara memotivasi belajar yang bagaimana untuk kemudian diterapkan kepada anak. Namun dalam memilih alternatif tindakan tersebut, aktor tidak memiliki kebebasan secara total, tetapi memiliki kemauan bebas dalam memilih alternatif tindakan berbagai tujuan yang hendak dicapai. Kondisi, situasi, nilai, norma atau peraturan membatasi aktor dalam memilih alternatif tindakan. Misalnya informan RT dan IA yang harus rela mematikan TV atau meninggalkan sinetron kegemarannya demi mendampingi anak belajar, selain itu informan SR yang memilih untuk menjanjikan hadiah sebagai penyemangat belajar dan mengantarkan anaknya ke taman belajar saat jam belajar dimulai karena alasan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, sehingga ketika anaknya belajar dan mengalami kesulitan maka ada yang mengajarinya, disana. Berbeda dengan informan FC yang menyuruh anaknya belajar lebih awal dari jam belajar dimulai lalu mendampinginya agar ketika sinetron kesukaannya mulai, anaknya sudah belajar dan tugasnya sebagai orang tua dalam mendampingi anak belajar sudah dilaksanakannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian motivasi belajar merupakan tindakan yang aktif dan kreatif yang dilakukan orang tua. Tindakan aktif dan kreatif tersebut dapat dilihat dari pemilihan cara memotivasi belajar yang akan diterapkan pada anaknya dengan tetap memperhatikan atau mempertimbangkan situasi, kondisi, nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian tentang Peran Orang Tua dalam Memberikan Motivasi Belajar Anak Pada Pelaksanaan Gerakan Wajib Jam Belajar (Studi Kasus Pada Gerakan Wajib Jam Belajar di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta), penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama, implementasi atau pelaksanaan dari GWJB di Kelurahan Jebres, Kecamatan, Surakarta dimulai sejak tahun 2005 sampai sekarang, dimana sosialisasi program ini kepada masyarakat dilakukan melalui pemberitahuan lewat spanduk dan selebaran, lewat pertemuan RW, Kelurahan maupun Kecamatan, lewat plakat yang dipasang di setiap gang, gapura maupun pos ronda, serta lewat sirine atau tanda belajar. Teknis pelaksanaan GWJB di Kelurahan Jebres dimulai dari pukul 18.30 s/d 20.30 WIB dengan adanya sirine atau tanda belajar yang dibunyikan pada pukul 18.30 WIB berisi himbauan kepada masyarakat untuk mematikan TVradio serta elektronik lainnya, mendampingi atau mengawasi anak belajar serta mengkondusifkan lingkungan belajar. Dalam pelaksanaan GWJB terdapat tim monitoring dan tim evaluasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan pelaksanaan dan evaluasi dari pelaksanaan jam wajib
belajar
tersebut.
Meskipun
dalam
perkembangannya
kedisiplinan
pelaksanaan GWJB mulai berkurang, GWJB masih tetap terlaksana di Kelurahan Jebres sampai sekarang, dimana hal ini ditunjukkan dengan pelaksanaan GWJB tidak hanya program belajar dirumah saja, tetapi juga belajar bersama di tempat belajar yang disediakan Kelurahan yakni Taman Belajar yang merupakan hasil kerjasama Kelurahan Jebres dengan HOO HAP. Kedua, peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan GWJB dilakukan dengan: menciptakan iklim rumah yang mendukung untuk belajar, menyediakan waktu yang cukup untuk terlibat dalam commit to user
119
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kegiatan belajar, memberikan penghargaan atau respon positif terhadap setiap prestasi anak serta mendidik anak secara demokratis. Program GWJB dirasa banyak memberikan manfaat atau kontribusi dalam pendidikan. seperti meningkatkan kedisipilinan dalam belajar, meningkatkan prestasi di sekolah karena nilai dalam mata pelajaran yang mereka ambil meningkat, menumbuhkan kesadaran orang tua dan putra-putrinya untuk belajar pada saat wajib belajar, meningkatkan partisipasi orang tua mendampingi putraputrinya pada saat belajar, menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran, mendukung kepedulian masyarakat untuk meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasarana belajar, memberdayakan seluruh komponen masyarakat dan media untuk mendukung GWJB. Selain itu program GWJB mampu mewujudkan budaya belajar bagi masyarakat untuk peningkatan mutu pendidikan di Kota Surakarta, termasuk Kelurahan Jebres. Ketiga, Peran Orang tua terhadap anak dalam pendidikan diwujudkan salah satunya dengan pemberian motivasi belajar, dimana hal ini termasuk tindakan subyektif karena memiliki alasan dan tujuan, yakni keberhasilan dan kesuksesan anak. Pemberian motivasi tersebut juga termasuk tindakan yang aktif dan kreatif, karena orang tua selalu berusaha mencari atau memilih cara yang tepat untuk memotivasi anak agar anaknya memiliki semangat dan kemauan untuk belajar.
B. IMPLIKASI Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, dapat dikaji implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Pertama, menambah wawasan mengenai peran orang tua terhadap anak, salah satunya terhadap pendidikan, yakni sebagai motivator yang diwujudkan dalam pemberian motivasi belajar anak pada pelaksanaan gerakan wajib jam belajar. Kedua, menambah wawasan mengenai teori Hierarki Kebutuhan Maslow, commit to user bahwasanya manusia hidup selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan, yakni
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta kasih, penghargaan dan aktualisasi diri, dimana dalam mencapai kebutuhan tersebut didorong oleh adanya motivasi. Seperti dalam pelaksanaan belajar, untuk mencapai tujuan belajar perlu adanya motivasi belajar yang diberikan orang tua kepada anak. Ketiga, menambah wawasan mengenai teori yang dikemukakan Weber dan Talcott Parson, bahwa peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar merupakan tindakan sosial yang memiliki makna subyektif bagi orang tua. Makna subyektif ini terlihat dari adanya tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian tujuan tersebut menjadi dorongan orang tua untuk memberikan motivasi belajar kepada anak. Pemberian motivasi belajar kepada anak merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai serta mengacu pada nilai dan norma yang berupa kondisi, situasi dan peraturan yang berlaku di masyarakat. Hal tersebut dalam analisis rasionalitas tindakan sosial Weber merupakan tindakan rasionalitas instrumental dan orientasi nilai. Selain itu, pemberian motivasi belajar merupakan tindakan aktif dan kreatif yang dilakukan orang tua terhadap anak. Tindakan aktif dan kreatif ini dilihat dari pemilihan cara memotivasi belajar yang kiranya tepat untuk diberikan pada anaknya. Kemudian dalam memilih alternatif tindakan yaitu memilih cara memotivasi belajar tersebut, orang tua tidak memiliki kebebasan total. Mereka dibatasi oleh adanya situasi, kondisi, nilai dan norma serta peraturan yang ada dalam masyarakat. Hal tersebut dalam analisis tindakan sosial Parsons disebut sebagai konsep voluntarisme, yaitu aktor merupakan pelaku aktif dan kreatif serta memiliki kemampuan dalam memilih alternatif tindakan. Keempat, dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti yang lain tentang berbagai hal yang terkait dengan peran orang tua maupun motivasi belajar.
2. Implikasi Praktis Peran orang tua di Kelurahan Jebres dalam pendidikan anak dilakukan salah satunya dengan memberikan motivasi belajar anak pada pelaksanaan GWJB. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa mereka melakukan motivasi belajar pada user anak karena didorong oleh adanyacommit tujuan to yang ingin dicapai yakni kesuksesan dan
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keberhasilan anak. Dengan memberikan motivasi belajar tersebut berarti orang tua telah menjalankan perannya sebagai orang tua dalam pendidikan anak, selain itu secara tidak langsung juga telah ikut mendukung pelaksanaan program yang digalakkan oleh Pemerintah. Selanjutnya dengan berusaha memberikan motivasi belajar kepada anak membuat orang tua menjadi seorang yang aktif dan kreatif, ia harus bisa berperan dalam masyarakat maupun dalam keluarga. Hal ini menunjukkan hal yang positif bahwa orang tua berhasil menjalankan perannya terhadap dirinya, anak atau keluarga serta dalam kehidupan masyarakat.
C. SARAN Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang Peran Orang Tua dalam Memberikan Motivasi Belajar Anak Pada Pelaksanaan Gerakan Wajib Jam Belajar (Studi Kasus Pada Gerakan Wajib Jam Belajar di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta), peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi orang tua hendaknya peduli akan pendidikan anak. Salah satunya dengan memberikan motivasi belajar, karena dengan motivasi belajar dapat memberikan manfaat positif. Anak dapat memiliki semangat dan keinginan belajar, sehingga tujuan belajar, yakni keberhasilan dan kesuksesan dapat tercapai. 2. Bagi anak hendaknya memiliki motivasi belajar dalam dirinya serta membudayakan belajar kapanpun dan dimanapun, karena hal ini dapat berdampak positif bagi dirinya serta orang lain. 3. Bagi masyarakat hendaknya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar agar tercipta budaya belajar dalam masyarakat. 4. Bagi pemerintah, perlu mengadakan perbaikan dalam pendidikan agar pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan, misalnya dengan perbaikan kebijakan kurikulum yang tidak berubah-ubah. Selain itu, perlu diadakan program yang mendukung kemajuan pendidikan, seperti GWJB yang terdapat di Kota Surakarta, termasuk Kelurahan Jebres. Program ini sebaiknya commit to agar user pelaksanaannya dapat berjalan mendapat sorotan atau pembenahan
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
optimal, serta dapat dilaksanakan di luar Kota surakarta, karena memiliki dampak positif bagi kemajuan pendidikan.
commit to user