NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Hal: 193-205)
PERAN MOTIVASI ORANG TUA DALAM BELAJAR SISWA SISWI SDN 2 KAPONAN MLARAK PONOROGO Yuni Kurniawati Nurdini PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR STKIP DOKTOR NUGROHO MAGETAN
[email protected]/
[email protected] Abstrak Peran orang tua sangat besar dalam mendidik anak di rumah karena pendidikan yang pertama adalah berasal dari orang tua. Pendidikan di lingkungan masyarakat juga mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu proses pendidikan anak. Anak usia sekolah, walaupun telah diberikan motivasi oleh guru, maka perlu didukung juga oleh orang tua dalam memberikan motivasi tersebut. Pendidikan formal sering terbatas untuk orang tertentu, artinya tidak semua orang dapat menikmatinya, waktu yang tersedia baik pendidikan formal maupun non-formal di sekolah cukup singkat, namun yang banyak menyita waktu adalah pendidikan di rumah yang merupakan tanggung jawab orang tua yaitu mengawasi, membina dan memberikan pendidikan. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Data utamanya orang tua, guru, dan siswa. Data tambahan dari kepala sekolah. Data yang diperlukan dalam Penulisan ini berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku informan yang dapat diamati. Berdasarkan pembahasan hasil Penulisan dan analisa Penelitian ini, penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1) Peran orang tua siswa kelas IV SDN 2 Kaponan masih kurang, dengan adanya hambatan yang di hadapi orang tua dalam memotivasi anaknya untuk belajar adalah kesibukan orang tua seharian ke sawah, 2) Bentuk upaya yang telah dilakukan orang tua dalam memotivasi belajar anaknya yaitu sesekali melakukan pengawasan belajar siswa dengan melihat nilai anaknya saja. Selebihnya, orang tua menyerahkan kepada pihak sekolah, 3) Bentuk kerjasama yang dilakukan pihak sekolah untuk menjalin kerjasama dengan orang tua siswa adalah dengan mewajibkan setiap siswa melaksanakan jam wajib belajar di rumah pada malam hari di tempat masing-masing. Setiap siswa dibekali buku kegiatan didalamnya siswa menuliskan jadwal setiap kegiatan lesnya. Setelah itu, siswa meminta tanda tangan guru les, kemudian ditanda tangani orang tuanya. Kata kunci: peranan orang tua, motivasi belajar anak.
193 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Hal: 193-205)
ROLE OF PARENTS IN LEARNING MOTIVATION STUDENTS OF SDN 2 KAPONAN MLARAK PONOROGO Yuni Kurniawati Nurdini PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR STKIP DOKTOR NUGROHO MAGETAN
[email protected]/
[email protected] Abstract The role of parents is very big in educating children at home for the first education is derived from the parents . Education in the community also has a very important role in helping the child's education . School-age children , although it has been given by the teacher motivation , it needs to be supported also by parents in providing the motivation . Formal education is often limited to a particular person , meaning that not everyone can enjoy it , the time available for both formal and non - formal schools is quite short , but that much time is education at home which is the responsibility of parents that oversee , develop and providing education . Researchers used a qualitative approach , the research aimed to describe and analyze the phenomena , events , social activities , attitudes , beliefs , perceptions , thoughts of people individually or in groups . The main data of parents , teachers , and students . Additional data from the principal . Writing data required in the form of words written and spoken of people and behaviors that can be observed informants . Based on the discussion and analysis of the results of writing this study , the authors can draw conclusions as follows : 1 ) The role of parents of fourth grade students of SDN 2 Kaponan still lacking , with the barriers faced by parents in motivating children to learn is the busyness of parents all day to the field , 2 ) the form of the efforts made by the parents to motivate their children to learn that occasional monitoring students' learning by seeing the child is alone . Moreover, the parents handed over to the school , 3 ) forms of cooperation carried out by the school to collaborate with parents is to require every student to implement compulsory education hours at home at night in their respective places . Each student is equipped with a book inside activities students write each activity schedule lesnya . After that , students are asked signature tutor , then signed by the parents . Keywords : the role of parents , children's learning motivation .
194 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
PENDAHULUAN Kemajuan dari suatu negara, sangat ditentukan oleh masyarakatnya yang berpendidikan memadai, dengan tingkat pendidikan tersebut, maka kita akan dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain yang sudah maju, terutama dibidang teknologi dan informasi. Oleh sebab itu, permerintah membuka jalur pendidikan, baik formal maupun non-formal agar tidak tertinggal dengan negara lain. Pendidikan formal sering terbatas untuk orang tertentu, artinya tidak semua orang dapat menikmatinya, terlebih untuk tingkat Perguruan Tinggi. Hal ini perlu dimaklumi, bahwa untuk mengikuti jenjang pendidikan tersebut memerlukan biaya yang cukup besar, di sisi lain kenyataannya ada seorang anak yang baru lulus SMA/ sederajat dengan prestasi belajar baik ingin melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, namun dikarenakan keadaan ekonomi orang tuanya yang pas-pasan terpaksa anak tersebut belum dapat mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi. Sedangkan untuk pendidikan non-formal, pemerintah telah memberikan izin yang seluasluasnya kepada setiap anggota masyarakat yang akan menyelenggarakan pendidikan non-formal antara lain seperti kursus-kursus singkat dan lain-lain. Waktu yang tersedia baik pendidikan formal maupun non-formal untuk proses pembelajaran di sekolah cukup singkat, namun yang banyak waktu tersedia adalah di rumah yang merupakan tanggung jawab orang tua yaitu mengawasi, membina dan memberikan pendidikan, seperti: sopan santun/etika dalam pergaulan, sikap, tingkah laku dan lain sebagainya. Kesemuanya ini memerlukan peran orang tua dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di dalam keluarga. Peranan orang tua salah satunya yaitu berkewajiban memberikan pendidikan kepada anak-anaknya di rumah, maka anak-anak tersebut perlu diberikan motivasi belajar agar lebih bersemangat dan bergairah sehingga memiliki prestasi dalam belajar. Anak-anak usia sekolah, walaupun telah diberikan motivasi oleh guru, maka perlu didukung oleh orang tua dalam memberikan motivasi tersebut. Menurut Darsono (2001 : 68), motivasi adalah sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang
Hal: 193-205)
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Motivasi belajar pada siswa tidak sama kuatnya. Pada siswa yang motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung pada faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat ekstrinsik, kemauan untuk belajar sangat tergantung pada kondisi di luar dirinya. Namun demikian, di dalam kenyataan motivasi ekstrinsik inilah yang banyak terjadi, terutama pada anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, upaya menimbulkan dan meningkatkan motivasi belajar, khususnya oleh guru dan orang tua merupakan suatu hal yang perlu dan wajar. Namun, waktu di pendidikan formal atau sekolah sangat singkat. Lebih banyak waktu tersedia di rumah, jadi peran orang tua yang lebih kuat untuk memberikan motivasi dalam rangka membangkitkan gairah dan semangat belajar siswa. Motivasi yang baik adalah motivasi yang datangnya dari dalam diri siswa yang bersangkutan untuk belajar secara aktif di rumah maupun di sekolah. Sedangkan orang tua harus terus menanamkan motivasi dan dorongan bagi anak. Berangkat dari permasalahan di atas, penulis berusaha menjelaskan pentingnya Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar anak. Rumusan masalah 1. Bagaimana peranan orang tua siswa kelas IV SDN 2 KaponanMlarak Ponorogo dalam meningkatkan motivasi belajar anak? 2. Apa saja upaya yang dilakukan orang tua dalam memotivasi belajar siswa kelas IV SDN 2 KaponanMlarak Ponorogo? 3. Apa saja Bentuk kerjasama yang dilakukan pihak sekolah dengan orang tua SDN 2 Kaponan Mlarak Ponorogo? METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu data utama yang diperlukan berupa hasil wawancara dengan para informan. Waktu Penulisan selama dua bulan yaitu bulan Maret dan April. Adapun yang menjadi subyek penelitian selain siswa, maka Penulis menggunakan 2 (dua) jenis informan yaitu sebagai berikut: a) Informan kunci yaitu orang tua, guru dan siswa, b) Informan tambahan yaitu Kepala SDN 2 Kaponan
195 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengkajian ini adalah; 1) Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan panca indra pada objek yang diteliti. Observasi ini untuk mengetahui peran orang tua dan upayanya dalam meningkatkan motivasi belajar anak di rumah dan kegiatan belajar anak di sekolah, 2) Wawancara, wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung dan terbuka oleh pewawancara kepada sumber data yaitu informan. Dalam hal ini Penulis melakukan wawancara kepada orang tua siswa, guru dan siswa untuk mengetahui kerja sama orang tua dengan pihak sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, 3) Dokumentasi, Foto berguna untuk melengkapi sumber data. Penulis mengambil foto hubungan orang tua dan anak di rumah dan kegiatan belajar siswa di sekolah. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dengan alur analisis model Miles dan Hiberman yang meliputi reduksi data, data display dan conclution. Rencana pemeriksaan keabsahan data menggunakan Triangulasi yaitu pemeriksaan data dengan membandingkan dari sumber yang berbeda untuk mencari tingkat validasi yang ajeg. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, karena dengan keikutsertaan yang diperpanjang, peneliti akan lebih memahami kondisi di lokasi penelitian dan dapat menguji ketidakbenaran informasi yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang ditetapkan dalam kegiatan belajar, jadi motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Sejalan dengan pengertian motivasi belajar di atas, S. Nasution mengemukakan bahwa memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukan. Sedangkan Thomas, M. Nisk mendevenisikan motivasi sebagai usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motiv-motiv pada diri
Hal: 193-205)
murid yang menunjang kegiatan kearah tujuantujuan belajar. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat bertindak jika ada kemauan dalam dirinya yang diwujudkan dalam perbuatan kongkrit, disamping itu kemauan yang dimiliki harus dikembangkan dari pihak luar hingga dapat melakukan sesuatu demi mencapai tujuan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap orang tua dalam memotivasi anaknya untuk belajar, terdapat temuan Penulisan yaitu bentuk hambatan yang dihadapi orang tua dalam memotivasi anaknya dalam mengerjakan PR, melaksanakan pelajaran tambahan/les serta kepatuhan menaati perintah orang tua dan guru digolongkan menjadi dua yaitu: a) Faktor Eksternal: hambatan yang dialami oleh orang tua siswa yang datang dari lingkungan masyarakat. Mereka menyatakan bahwa siswa lebih senang bermain sesamanya atau menonton televisi yang bersifat hiburan dari pada belajar, b) Faktor Internal: hambatan yang dihadapi orang tua yang berasal dari dirinya sendiri dalam menumbuhkan motivasi belajar. Upaya orang tua dalam memberikan motivasi belajar masih kurang. Hal ini karena pihak orang tua hanya menyerahkan pembinaan dan pendidikan sepenuhnya pada pihak sekolah sepenuhnya, hal ini terkait dengan tingkat perhatian orang tua dalam memotivasi anaknya untuk belajar dinilai masih sangat minim atau kurang sebab orang tuanya tidak dapat memberikan tuntunan dan ketauladanan bagi anaknya sendiri yaitu dengan alasan kesibukan dan kelelahan akibat pekerjaan. Mereka cenderung lebih fokus pada pekerjaan karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, walaupun sebenarnya orang tua punya harapan bahwa anaknya bisa pintar dan sukses. Kerjasama antar orang tua dengan pihak sekolah dalam memotivasi anaknya untuk belajar adalah masih kurang menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan pihak sekolah. Keadaan ini sesuai dengan hasil wawancara Penulis dengan orang tua siswa bahwa masih pihak sekolah yang telah berbuat sebaik mungkin agar setiap siswa mendapat prestasi yang bagus, sedangkan orang tua hanya melihat sekedarnya sebagai pengawasan tanpa belum ada tindak lanjut. Selama ini pihak sekolah yang di koordinir langsung oleh guru berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan motivasi akan pemahaman suatu materi bagi siswa. Sedangkan dalam kegiatan pembelajaran di rumah siswa dibimbing oleh orang tuanya untuk menyelesaikan PR dan
196 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
membantu memberikan pemahaman pada materi yang sulit agar anaknya mengerti. Analisis dan Interpretasi Data Sebagaimana kita ketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan itu dapat dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karna itu tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, pemerintah, dan tokoh-tokoh masyarakat. Sesuai dengan pembahasan itu maka menitik beratkan pada tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga khususnya orang tua. Yang dimaksud orang tua di sini adalah: ibu dan ayah, ibu dan ayah sebagai orang tua, baik secara perseorangan ataupun bersama-sama mempunyai peranan yang tak terhingga dalam kehidupan anak, secara luas, baik yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan anak dari psikologis ataupun pertumbuhan dan perkembangan psikologisnya dapat dikatakan bahwa hampir sepenuhnya anak menggantungkan hidup dan kehidupannya pada orang tua, apakah hidupnya bahagia atau sengsara, sukses atau gagal dalam hidup selalu bergantung pada orang tua, oleh karnanya tak dapat disangkal akan peranan orang tua dalam kehidupan anak (siswa) secara luas (umum). Mengenai peranan orang tua terhadap anaknya dalam pendidikan yaitumeliputi:a) Kebutuhan akan rasa kasih sayang, b) Kebutuhan akan rasa aman, c) Kebutuhan akan harga diri, d) Kebutuhan akan rasa kebebasan, e) Kebutuhan akan rasa sukses, f) Kebutuhan akan mengenal Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan orang tua dalam kaitannya dengan pendidikan anak adalah sebagai pendidik pertama dan utama, di mana tanggung jawab pendidikan anak, utamanya pendidikan dalam keluarga dipegang oleh orang tua, tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak antara lain meliputi :a) Dorongan/motivasi cinta kasih sayang yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak, b) Dorongan/motivasi kewajiban moral, sebagai konsekwensi kedudukanorang tua dengan anak atau terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai- nilai relegius spiritual yang dijiwai ketuhanan yang Maha Esa dan agama masing-masing, disamping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan. Keluarga, c) Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat. Bangsa dan negaranya, bahkan kemanusiaan,
Hal: 193-205)
tanggung jawab sosial ini merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang diikuti oleh darah keturunan dan kesatuan keyakinan. “Dari Ibu Umar RA, Saya mendengar Rosulullah bersabda setiap kamuadalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai tentang kepemimpinan,seorang imam adalah pemimpin dan akan ditanyai tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin atas rumahtangganya ditanya tentang kepemimpinannya, seorang istri adalah pemimpin keluarganya dan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang pembantu adalah pemimpin harta tuannya dan ditanya tentang kepemimpinannya, dan setiap kamu adalah pemimpin dan ditanya tentang kepemimpinannya” (HR. Bukhori dan Muslim). Dalam rangka kepemimpinannya ini, orang tua berkewajiban danbertanggung jawab atas kesejahteraan anak lahir dan batin sertakebahagiaannya di dunia dan di akhirat, orang tua harus dapat membimbing dan mengarahkan anak kepada pendidikan yang baik sesuai dengan normanorma agama, dan adab sopan santun dalam hidup bermasyarakat. Dengan adanya bimbingan dan pengarahan yang baik dari orang tua terhadap anak sejak masa kanak-kanak maka dapat diharapkan setelah dewasa nanti segala tindakannya akan selalu didasari norma-norma agama dan sopan santun. Dengan demikian secara tidak langsung orang tua telah memberikan sumbangan dalam menciptakan suasana masyarakat aman dan tentram.Berdasarkan kondisi dan masalah di atas, perlu adanya pengembangankebijakan yang memungkinkan tokoh agama dan lembaga keagamaan mengambil peran dan fungsi yang proaktif dalam pembinaan akhlak anak,langkah ini bukan saja karena motivasi agama, tetapai sebagai langkahantisipatif terhadap kondisi masyarakat moderen yang mengarah kepada perusakan sendi-sendi moral anak. Dalam hubungannya dengan penelitian ini maka perlu diketahuisebelumnya bagaimana peranan orang tua dalam pendidikan secara umum.Adapun peranan orang tua dalam keluarga yang paling menonjol adalahpenanggung jawab anggota keluarga termasuk anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah At Tahrim 6 yang berbunyi ;“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamudari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (Attahrim : 6). Ayat tersebut memberikan perintah kepada kita untuk memelihara dirinya sendiri dan keluarga agar
197 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
tidak terjerumus ke dalam api neraka atau halhal negatif, salah satu upaya untuk mewujudkan perintah tersebut adalah melalui pendidikan. Karena dengan memperoleh pendidikan seorang akan dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk, ayat tersebut juga menggambarkan bahwa orang tua berkewajiban memberikan pelajaran agar anak tidak terjerumus dalam kemungkaran.“Dan orang-orang berkata : “Ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istriistri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” Kondisi-Kondisi Orang Tua Yang Berpengaruh Terhadap Pendidikan Anak Kondisi-kondisi orang tua yang sekiranya dapat berpengaruh terhadap pendidikan anak secara garis besarnya terbagi menjadi dua bagian yaitu, kondisi obyektif orang tua dan kondisi subyektif orang tua. a. Kondisi Obyektif Orang Tua. Yang dimaksud dengan kondisi obyektif orang tua di sini adalah antara lain berupa keutuhan oang tua, kondisi ekonomi orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan status sosial orang tua. 1) Keutuhan Orang Tua Keutuhan orang tua ditandai dengan lengkapnya anggota keluarga khususnya ibu dan ayah dan tak pernah atau jarang tejadi percekcokan dan pertengkaran antara anggota keluarga serta semua anggota keluarga dapat saling berkomunikasi dan berkumpul dengan mudah dan sering. Keutuhan orang tua ini juga dapat berpengaruh terhadap ketenangan belajar siswa/anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut : “untuk kelancaran pendidikan dalam keluarga, maka perlu ditetapkan acara yang terperinci mengenai materi, waktu.tempat dan lain- lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keutuhan keluarga merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi proses dan hasil belajar anak di sekolah. 2) Kondisi Ekonomi Orang Tua Pada zaman sekarang ini boleh dikatakan bahwa biaya pendidikan (menuntut ilmu) terutama pada lembagalembaga pendidikan formal adalah cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada besarnya biaya penyelenggaraan pendidikan SPP yang diwajibkan pada para siswa, dan juga keharusan memenuhi sarana dan alat-alat pendidikan terutama saran
Hal: 193-205)
dalam alat-alat belajar anak. Hal-hal seperti ini tersebut di atas membutuhkan tersedianya perekonomian yang mencukupi dari rasa orang tua agar para siswa dapat mengikuti pend idikan dan belajar dengan baik sesuai dengan tuntutan yang ada. Kualitas pendidikan banyak tergantung pada tersedianya pembiayaan yang memadai dalam penyelenggaraannya. Bahkan seringkali terjadi keberhasilan pendidikan anak tergantung pada cukup tidaknya atau tinggi rendahnya perekonomian. Orang tua dengan demikian orang tua yang mempunyai atau termasuk status ekonominya yang cukup akan lebih memungkinkan untuk berhasil dalam pendidikandari pada orang tua anak yangekonominya rendah. Oleh sebab itu dengan ekonominya yag mencukupi akan dapat memenuhi tuntutantuntutan pendidikan yang membutuhkan pembiayaan seperti sarana dan prasarana. Pendidikan berkaitan dengan pernyataan : “Status ekonomi banyak menentukan kemampuan keluarga dalam menyediakan fasilitas sarana yang diperlukan anak dalam menelaah bahan pelajaran di sekolahdari soal buku pelajaran”. Selain itu bila status ekonomi orang tua tergolong cukup maka orang tua akan lebih dapat mencurahkan perhatiannya terhadap pendidikan anak. Di samping itu siswa sendiri tidak banyak memperoleh kesulitan dalam rangka pengabdian dan pemenuhan sarana, fasilitas serta saran alat-alat belajar yang diperlukan demi kelancaran proses pendidikannya. Hal ini juga berkaitan dengan kenyataan sebagai berikut :“Orang tua harus memberikan pelayanan yang sebaik mungkin menurut kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan anak-anak”. Telah dibuat berbagai pernyataan mengenai cara memperlakukan anak-anak seperti misalnya anak-anak harus diawasi dan bukannya didengarkan suaranya saja mereka hanya mengalami masa muda sekali saja, biarkan mereka menikmantinya,singkirkan rotan dan memanjakan anak: anak-anak harus dilindungi, anak harus dibiarkan bebas berbuat; bukanlah persoalan sesungguhnya ialah, bagaimana kita membesarkan anak-anak selama mereka
198 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
tetap memperoleh keperluan dasar, yaitu makanan, air, dan perlindungan. 3) Tingkat Pendidikan Orang Tua Dalam kaitannya dengan pendidikan anak ini, orang tua yang tergolong berpendidikan akan sangat berarti bagi pendidikan siswa. Di mana seringkali tingkat pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pandangan dan sikap orang terhadap pendidikan anakanaknya. Orang tua yang tergolong berpendidikan akan dapat membimbing, membantu serta pengetahuan pendidikan anaknya hingga ke tingkat yang lebih tinggi sebesar kemampuan yang dimilikinya, bahkan merasa cukup menyekolahkan anaknya sebatas sekolah dasar saja. 4) Status Sosial Orang Tua Status sosial yang dimaksud di sini adalah kedudukan orang tua dalam jajaran interaksi pergaulan sosial dalam masyarakat di mana orang tua itu hidup. Status sosial orang tua ini dapat mempengaruhi pendidikan para anak, antara lain dapat mempengaruhi bagaimana orang memperlihatkan, memikirkan serta memberikan wawasan kependidikan kepada anak-anaknya mengatakan sebagai berikut : “Status sosial orang tua pada suatu ketika dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan atau peranan pendidikan dalam kehidupan manusia” b. Kondisi Subyektif Orang Tua Yang dimaksud dengan kondisi subyektif di sini adalah kondisikondisi yang berkaitan dengan kepribadian orang tua, yang antara lain meliputi : sikap kepemimpinan orang tua, cara orang tua mendidik anak, cara memberi pelayanan dan lain- lain. Sebagai pemimpin keluarga, maka sikap kepemimpinannya seringkali dominan dalam mempengaruhi pendidikan anak atau pendidikan anak-anaknya. Dalam hal ini kita mengenai adanya tiga macam sikap kepemimpinan orang yangdapatmempengaruhi pendidikan anak, yaitu: sikap otoriter, sikap demokratis, dan sikap laisser faire. PenulisanPenulisan yang dilakukan oleh para ahli seperti : Mueller, Frnkel, Lawin, membuktikan sikap kepemimpinan yang lebih efektif adalah : Sikap demokratis, dimana orang tua di samping memegang kendali dan mengarahkan secara maksimal perkembangan anak, juga memberikan
Hal: 193-205)
kesempatan anak-anaknya untuk berkreasi sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri anak-anak. Adapun secara jelasnya kondisi subyektif orang tua itu antara lain sebagai berikut : a) Sikap Kemimpinan Orang Tua Yang dimaksud dengan sikap kepemimpinan orang tua di sini adalah sikap dan cara-cara serta kebijaksanaan yang ditempuh orang tua untuk membimbing dan mendidik anaknya. Hal- hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar. Sikap orang tua dalam mendidik anakanaknya besar pengaruhnya terhadap kepribadian anak, dibandingkan dengan sikap otoriter dan laissez faire, maka sikap demokrasi orang tualah yang lebih menguntungkan dan memberikan hasil yang lebih baik, dengan sikap yang demokrasi. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial di dalam rumah keluarga yaitu menyangkut interaksi antar golongan keluarga : ayah-ibu dan anak-anak yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya proses belajar anak di sekolah Demi kelancaran serta keberhasilan anak-anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman untuk menyukseskan belajar anak sendiri. b) Cara Orang Tua Mendidik Anak Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya tehadap belajar anaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebagai berikut : Pengaruh lingkungan keluarga terhadap lingkungan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya hal ini disebabkan :1) Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertamatama, 2) Pengaruh yang diterima anak itu masih terbatas jumlah dan luasnya, 3) Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus-menerus siang dan malam. 4) Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman yang bersifat intim. Di manapun proses pendidikan berlangsung alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
199 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
adalah hal esensial (pokok, dasar) bagi guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada diri siswanya. Keluarga dalam hal ini orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya tidak mau tahu bagaimana kemajuan anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami anaknya dalam belajar dan lainlain, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam melaksanakan studinya, untuk itu pendidikan anak dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan anak terutama teladan dari orang tua sikap dan tingkah laku sehari-hari kemudian menjelaskan : Usaha untuk memupuk rasa hormat anak terhadap orang tuanya. Antara lain: 1) Pupuklah rasa kasih sayang di antara suami istri, 2)Tunjukkanlah kepercayaan orang tua terhadap anaknya, 3)Hargailah karya anak dan perhatikanlah keinginan dan kebutuhannya, 4)Kenalkanlah nilainilai yang dapat menjadikan kegembiraan kesenangan seluruh anggota keluarga, 5)Bila anak-anak kurang berakhlak kurang baik nasehatilah dengan penuh kebijaksanaan dan pendidikan yang baik. Peran Orang tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Berdasarkan pembahasan hasil Penulisan di atas, dari observasi dan wawancara dengan orang tua siswa didapat bahwa terdapat hambatan: Orang tua dalam memotivasi anaknya disebabkan kesibukan bekerja di sawah. Hal ini karena rata-rata orang tua siswa adalah bekerja sebagai petani. Sehingga waktu dan kesempatan pada siang hari sudah habis digunakan untuk bekerja, sedangkan malam harinya orang tua sudah kelelahan akibat pekerjaan tersebut. Hal ini menjadikan orang tua kurang peduli dan percaya sepenuhnya pada anak dan pihak sekolah. Bagi masyarakat setempat siswa yang gemar menonton hiburan dan bermain sesama mereka dengan tidak mengindahkan belajar dan dianggap sudah biasa dan menjadi pemandangan yang tidak terlalu dikhawatirkan oleh masyarakat demikian adanya. Sebagai orang tua, selain memelihara dan membesarkan dengan memberi makan, minum dan perawatan terhadap anak agar dapat
Hal: 193-205)
hidup berkelanjutan, juga ada kewajiban yang harus dipenuhi orang tua yaitu mendidiknya dengan memberikan pendidikan yang baik yang berguna bagi kehidupannya kelak, baik mendidik sendiri secara langsung maupun tidak langsung, termasuk untuk memberikan motivasi dalam rangka membangkitkan gairah dan semangat belajar siswa (Rasyid, 1991: 257). Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman. Pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan dapat dilakukan dimana saja. Karena pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting. Dengan pendidikan maka seseorang akan dapat terangkat harkat dan derajadnya. Sejak seseorang lahir dapat dikatakan dia sudah mengenal dan membutuhkan pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di sekolah. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh diluar sekolah. Seperti misalnya dari lingkungan dan keluarga. Pengaruh pertama dan utama bagi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah keluarga. Banyak waktu dan kesempatan bagi anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarga. Perjumpaan dan interaksi tersebut sangat besar pengaruhnya bagi perilaku (Tu’u,2004:16). Rumah adalah tempat pertama di mana anak memperoleh ilmu, sedangkan orangtua adalah guru pertama yang memberikan ilmu kepadanya. Di rumah anak dapat belajar tentang banyak hal yang mendasar. Ilmu yang ia peroleh di rumah merupakan fondasi bagi hidup anak di masa depan. Oleh karena itu, orangtua harus selalu mengajarkan, menambahkan, dan memupuk hal-hal yang baik kepada anak sejak ia masih kecil supaya menjadi suatu kebiasaan yang baik sampai ia dewasa nanti. Karena anak merupakan hal yang sangat berharga di mata siapapun, khususnya orangtua. Anak adalah perekat hubungan di dalam keluarga, sehingga dapat dikatakan anak memiliki nilai yang tak terhingga. Selain mengasuh, merawat dan membesarkan anak, orang tua mempunyai tugas yang tidak kalah penting yaitu memberikan pendidikan yang terbaik bagi putra-putri mereka. Disini peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama. Yang harus dilakukan para orang tua antara lain memilih sekolah yang tepat untuk anak, membimbing mereka dalam belajar, sebagai vasilitator, dan sebagai pemberi motivasi atau motivator.
200 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan (Donald dalam Wasty Sumanto, 1998 hal. 203). Motivasi merupakan bagian dari belajar. Terdapat dua faktor yang membuat seseorang termotivasi untuk belajar, yaitu : 1. Faktor Internal Terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya beljar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. 2. Faktor Eksternal Berupa rangsangan dari luar, yaitu dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat mempengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Pemberian motivasi oleh orang tua dapat berupa penguatan atau penghargaan terhadap tingkah laku atau usaha belajar anak yanga baik. Dougherty dan Dougherty (1977) menjelaskan bahwa orang tua dapat mengguankan penghargaan untuk memotivasi siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan pekerjaan sekolah, dan bertingkah laku sesuai dengan aturan-aturan yang ditentukan oleh sekolah dan orang tua. Selanjutnya Dougherty dan Dougherty menjelaskan bahwa penguatan dari keluarga mempunyai keuntungan dibandingkan dengan penguatan yang dilakukan oleh pihak lain (misalnya guru). Motivasi yang diberikan dapat pula berupa pujian seperti misalnya “Anak pintar” atau “Kamu hebat sekali dapat nilai 100” pada saat anak mendapatkan nilai yang bagus. Pemberian hadiah juga sering digunakan oleh orang tua agar anak mereka giat belajar dan pada akhirnya dapat naik kelas dengan nilai yang sangat memuaskan. Pemberian motivasi sebaiknya jangan hanya diberikan atau digunakan pada saat anak mendapatkan hasil yang baik dalam belajarnya. Tetapi pemberian motivasi pada saat anak mengalami kesulitan dalam belajar atau disaat anak mengalami kegagalan adalah hal yang diwajibkan bagi para orang tua. Misal pada saat anak mendapatkan nilai yang jelek dalam pelajaran matematika. Seharusnya orang tua memberikan pengertian bahwa mungkin nilai yang diperoleh anak adalah hasil belajar yang kurang maksimal. Sehingga anak akan berusaha untuk belajar dengan maksimal agar mendapatkan nilai bagus dalam mata pelajaran tersebut. Pengertian Motivasi Kata motivasiberasal dari Bahasa Inggris “motivation“. Kata asalnya ialah “motive” yang
Hal: 193-205)
artinya tujuan. Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut. Mitchell (Sue dan Glover, 2000) berpendapat bahwa motivasi adalah sebagai suatu tingkatan kejiwaan berkaitan dengan keinginan individu dan pilihan untuk melakukan perilaku tertentu. Moh. Uzer Usman (2000) berpendapat bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Menurut Sudarwan Danim (2004 : 2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni: a. Faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal. b. Tujuan yang ingin dicapai. c. Strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Dapat disimpulkan motivasi adalah keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Suatu kondisi dimana keinginan-keinginan (needs) pribadi dapat mencapai kepuasan. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain atau organisasi. Jenis-Jenis Motivasi Menurut Sunarto (2008) motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik sedangkan faktor di luar diri disebut ekstrinsik. Faktor instrinsik berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke
201 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
masa depan. Sedangkan faktor ekstrinsik dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pimpinan, kolega atau faktor-faktor lain yang kompleks. Fungsi Motivasi Menurut Sutisna Sanjaya (2007) fungsi motivasi dalam pembelajaran diantaranya : a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Belajar Menurut W.S. Winkel (2004: 53) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan (tetap) dan berbekas. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Slavin (2000:143) belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Klein dalam Sarifah (2004: 23) mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan yang bersifat permanen dalam tingkah laku sebagai hasil dari proses pengalaman yang tidak dapat ditunjukkan oleh keadaan sementara, kematangan atau pembawaan lahir. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Hal: 193-205)
Motivasi belajar Menurut Sarah Handayani (2003) motivasi belajar adalah faktor pendukung yang dapat mengoptimalkan kecerdasan anak dan membawanya meraih prestasi. Menurut Sunarto (2008) motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Muzaqi (2008) motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka siswa/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran/pendidikan yang diikuti. Motivasi belajar merupakan faktor pendukung yang dapat mengoptimalkan kecerdasan anak dan membawanya meraih prestasi. Anak dengan motivasi belajar tinggi, umumnya akan memiliki prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, rendahnya motivasi akan membuat prestasi anak menurun. Sebab, motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi akan mendorong anak berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan belajar. Ia juga akan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa dipaksa. a. Pengertian Orang Tua Menurut Zakiyah Daradjat (2000: 35) orang tua adalah merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia (2009) orangtua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak. Ali Qaimi (2003) juga mengatakan bahwa orang tua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam melaksanakan tanggung jawab ini. Dari satu sisi, orang tua adalah pembawa warisan keturunan dan di sisi lain merupakan bagian dari masyarakat. Orang tua merupakan orang yang pertama kali mendidik atau menanamkan pendidikan kepada anak-anaknya, sehingga secara moral keduanya merasa mempunyai tanggung
202 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbingnya. b. Peran Orang Tua Menurut Nurcholis Madjid (2001) peran orang tua adalah peran tingkah laku, tulada atau teladan, dan pola-pola hubungannya dengan anak yang dijiwai dan disemangati oleh nilainilai keagamaan menyeluruh.Peran orang tua menurut Stainback dan Susan (1999) antara lain: a. Peran sebagai fasilitator Orang tua bertanggung jawab menyediakan diri untuk terlibat dalam membantu belajar anak di rumah, mengembangkan keterampilan belajar yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga dan menyediakan sarana alat belajar seperti tempat belajar, penerangan yang cukup, buku-buku pelajaran dan alatalat tulis. b. Peran sebagai motivator Orang tua akan memberikan motivsi kepada anak dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah, mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stres yang berkaitan dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekoalah dan memberi penghargaan terhadap prestasi belajar anak dengan memberi hadiah maupun kata-kata pujian. c. Peran sebagai pembimbing atau pengajar Orang tua akan memberikan pertolongan kepada anak dengan siap membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak, membantu anak mengatur waktu belajar, dan mengatasi masalah belajar dan tingkah laku anak yang kurang baik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran orang tua adalah sebagai pendidik dan pembimbing anak dalam pendidikan non formal.
Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Menurut Sri Rahmawati penanaman motivasi belajar pada anak oleh orang tua harus dilakukan sejak dini agar lebih ajeg dan menetap dalam diri anak. Hendaknya orang tua tak hanya menekankan motivasi belajar untuk meraih prestasi dalam bidang akademik semata. Jangan hanya melihat kecerdasan anak dari ranking saja. Tapi, lihatlah bagaimana ia bersosialisasi, bagaimana kreativitasnya, gerak tubuhnya, dan lain-lain.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk
Hal: 193-205)
merangsang minat atau memberi motivasi anak dalam belajar. Rangsangan tersebut merupakan dorongan ekstrinsik (dorongan yang datang dari luar). Motivasi yang diberikan dapat berupa: a. Pemberian perhatian Perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak dapat berpengaruh terhadap motivasibelajarnya. Misalnya pada saat anak pulang sekolah hendaknya orang tuamenanyakan apa saja yang dilakukan di sekolah. Dengan seringnya orang tua menanyakan kepada anak tentang kegiatannya di sekolah dapat membangkitkan motivasi belajar karena dia merasa mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya. b. Pemberian hadiah Pemberian hadiah sering digunakan oleh orang tua kepada anak jika anak berhasil melakukan suatu kegiatan. Hadiah tersebut pada umumnya berbentuk benda.Orang tua akan menjanjikan kapada anak untuk membelikan sepatu baru jika diaberhasil naik kelas dengan nilai yang bagus. Hadiah tersebut dapat memotivasi anak agar mereka giat belajar. c. Pemberian penghargaan Pemberian penghargaan diberikan oleh orang tua dalam rangka memberikan penguatan dari dalam diri anak. Misal jika nilai ulangan anak baik, orang tua memberikan pujian dan senyuman yang dapat membuat anak senang. Jika nilai ulangan anak jelek, orang tua tidak boleh memarahinya, tetapi ditannyakan mengapa nilai ulangannya jelek. d. Pemberian hukuman Pemberian hukuman juga merupakan salah satu bentuk motivasi. Sebagai contoh orang tua melarang anak untuk menonton televisi sebelum mereka selesai belajar atau selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman. Maka dalam hal ini orang tua mempunyai tugas yang sangat penting dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi putra-putri mereka. Orang tua berperan amat penting dalam membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar anak. Orang tua adalah guru pertama bagi anak karena orang tualah yang pertama kali mendidik atau menanamkan pendidikan kepada anak-anaknya. Dari data di atas, Penulis menyimpulkan bahwa kurangnya peran orang tua dalam
203 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
pemberian motivasi pada anak sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Hambatan eksternal dan internal yang dihadapi orang tua dalam memenuhi perannya, dapat diminimalkan dengan sikap ketegasan orang tua dan mencarikan teman atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik, misalnya belajar. Biarkan anak-anak melihat apa yang mereka lakukan sehingga tumbuh rasa senang bergaul dengan mereka. Upaya - Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dari hasil wawancara dengan orang tua siswa dan pihak sekolah, upaya orang tua dalam memberikan motivasi belajar masih kurang. Hal ini karena pihak orang tua hanya menyerahkan pembinaan dan pendidikan sepenuhnya pada pihak sekolah. Banyak upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk meningkatkan motivasi, seperti tidak memaksa anak untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai, mengetahui kemampuan, minat dan bakat seorang anak, masuklah ke jiwa anak-anak kita dan temukan cara yang terbaik untuk menumbuhkan motivasi belajar mereka, sehingga orang tua dapat memberi pembinaan dan pengawasan yang tepat dan efektif (Sardiman, 1988 : 84). Dari data di atas, Penulis menyimpulkan bahwa kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya dukungan belajar membuat belum terasanya upaya-upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar. Selama ini orang tua telah melakukan pengawasan terhadap belajar anaknya, tetapi belum maksimal. Hal ini dapat diatasi dengan orang tua mengetahui kemampuan, minat dan bakat anaknya. Masuklah ke jiwa anak-anak kita dan temukan cara yang terbaik untuk menumbuhkan motivasi belajar mereka. Sehingga bentuk upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak akan lebih tepat. Wujud Kerjasama Orang Tua Dengan Pihak Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Adapun bentuk kerjasama antara orang tua dengan pihak sekolah hanyalah dalam bentuk buku laporan les, akan tetapi ini kurang berjalan dengan lancar dan masih belum efektif sebab orang tua kurang perhatian dan tatkala di tanya pihak sekolah baru ditanggapinya. Hal ini tentunya juga dikarenakan kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak dianggap masih sangat minim. Adanya komunikasi dua arah antara pihak sekolah dengan orang tua siswa adalah esensial dalam keberhasilan prestasi siswa. Pihak sekolah berupaya semaksimal mungkin
Hal: 193-205)
ketika siswa berada di sekolah, sedangkan dalam kegiatan pembelajaran di rumah siswa dibimbing oleh orang tuanya (Nawawi, 1981: 127). Kerjasama yang dilakukan pihak sekolah untuk menjalin kerjasama dengan orang tua dengan mewajibkan setiap siswa untuk melaksanakan jam wajib belajar di malam hari ditempat masing-masing. Khusus, untuk menghadapi Ujian Nasional siswa juga diwajibkan mengikuti pelajaran tambahan / les private di Sekolah. Secara teknis dalam kegiatan ini setiap siswa dibekali buku kegiatan dimana siswa diharuskan menuliskan setiap kegiatan les yang ia lakukan dengan ditandatangani guru les dan orang tuanya dengan tujuan untuk mengontrol siswa tersebut bahwa mereka keluar rumah benar-benar untuk mengikuti pelajaran tambahan/les private dan bukan untuk pergi bermain. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar terjalin kerjasama dengan baik antara pihak sekolah dengan pihak orang tua. Akan tetapi hasilnya, kurang efektif sebab berjalan hanya sekedar formalitas belaka. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil Penulisan dan analisa Penulisan diatas, penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1) Peran orang tua siswa kelas IV SDN 2Kaponan masih kurang, dengan adanya hambatan yang di hadapi orang tua dalam memotivasi anaknya untuk belajar adalah kesibukan orang tua seharian ke sawah, 2) Bentuk upaya yang telah dilakukan orang tua dalam memotivasi belajar anaknya yaitu sesekali melakukan pengawasan belajar siswa dengan melihat nilai anaknya saja. Selebihnya, orang tua menyerahkan kepada pihak sekolah, 3) Bentuk kerjasama yang dilakukan pihak sekolah untuk menjalin kerjasama dengan orang tua siswa adalah dengan mewajibkan setiap siswa melaksanakan jam wajib belajar di rumah pada malam hari di tempat masing-masing. Setiap siswa dibekali buku kegiatan didalamnya siswa menuliskan jadwal setiap kegiatan lesnya. Setelah itu, siswa meminta tanda tangan guru les, kemudian ditanda tangani orang tuanya. SARAN Penulis memberikan saran antara lain sebaiknya bahwa: 1) Orang tua perlu ikut serta dalam memantau komunitas anak dengan ikut menentukan pemilihan teman yang tepat agar juga memiliki kebiasaan yang baik, termasuk belajar, 2) Orang tua mengetahui kemampuan, minat dan bakat anak, untuk memberikan bentuk upaya tepat dalam meningkatkan
204 Volume 02, Number 02, November 2014
NUGROHO- Jurnal Ilmiah Pendididkan ISSN : 2354-5968
motivasi belajar, 3) Kerjasama orang tua dan pihak sekolah dapat terjalin dengan baik, bahkan perlu untuk orang tua datang ke sekolah melihat perkembangan anaknya.
Hal: 193-205)
DAFTAR PUSTAKA A.M. Sardiman. 1999. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang. Hadari Nawawi. 1991. Metode Penulisan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Heribertus B. Sutopo.1996. Metode Penulisan Kualitatif (Metodologi Penulisan untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya). Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahan, 1985. Jakarta : Yayasan Penterjemah. Ishak Soleh. 1994. Manajemen Rumah Tangga. Bandung : Angkasa. Gerunan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung : Eresco. Purwanto, M. Ngalim.1988. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. Amin, Moh. 1992. Moral Remaja. Pasuruan Garuda : Buana Indah. Slamento. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta Bina Aksara. Dradjat,Zakiah.1990. Kesehatan Mental. Jakarta : Haji Mas Agung. Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nurcahaya. Purwanto, Ngalim.2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2007. Penilaian Proses Hasil belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. Moleong, Ley J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
205 Volume 02, Number 02, November 2014