BAB III PERAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL ANAK DI DUKUH KEPUH PROYONANGGAN SELATAN BATANG
A. Gambaran Umum Desa Proyonanggan Selatan Batang 1.
Letak Geografis Desa Proyonanggan Selatan adalah salah satu diantara dua puluh satu desa atau kelurahan yang termasuk dalam wilayah kecamatan Batang kabupaten Batang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a.
Sebelah utara berbatasan dengan desa Proyonanggan Tengah
b.
Sebelah timur berbatasan dengan desa Sambong dan desa Kecepak
c.
Sebelah selatan berbatasan dengan desa Pasekaran
d.
Sebelah barat berbatasan dengan desa Kauman Desa Proyonanggan Selatan ini bisa ditempuh dari pusat
pemerintahan kelurahan ke kecamatan 2,00 km, jarak ke ibukota kabupaten 2,00 km, jarak ke ibukota provinsi 90,00 km, dan jarak ke ibukota negara 425,00 km. Wilayah administrasi desa Proyonanggan Selatan terbagi menjadi 30 RT dan terdiri dari 5 RW dan luas wilayah desa Proyonanggan Selatan mempunyai luas 88,245 Ha/m2 terdiri dari: a) Sertifikat hak pakai
:9
b) Tanah bersertifikat
: 1.733
c) Untuk jalan
: 17,86 Ha
44
45
d) Bangunan umum
: 5,17 Ha
e) Pemukiman
: 69, 245 Ha
f)
:-
Industri
g) Pertokoan
: 1,25 Ha
h) Perkantoran
: 1,5 Ha
i)
: 2,4 Ha
Tanah wakaf
Jumlah penduduk desa Proyonanggan Selatan ada 9.138 orang yang terdiri dari Laki-laki 4.445 orang dan Perempuan 4.639 orang .1 2.
Struktur Pemerintahan Strukur Kepengurusan Desa
BPD
KEPALA DESA ANISAH S.STP
JABATAN FUNGSIONAL
KASI TATA PEMERINTAHAN NANIK ISWANDIYARTI
KASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA RUKHO'IYAH
SEKRETARIS DESA MUDI MARZUKI
KASI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KASI KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN
NUR SAIDAH
MURDIMAN
Proyonanggan Selatan 3.
Keadaan Sosial dan Ekonomi Jumlah penduduk desa Proyonanggan Selatan 9.138 orang terdiri dari 4.445 laki-laki dan 4.693 perempuan, 2.475 kepala keluarga (KK). Perincian selengkapnya keadaan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:2 1
Mudi Marzuki, Sekretaris Desa Proyonanggan Selatan, wawancara pribadi, Proyonanggan Selatan 03 September 2015, pukul 10.00 WIB.
46
Tabel 1 Jumlah Penduduk dalam Kelompok Umur No.
2
Mata Pencaharian
Jumlah
1
0-5 tahun
396
2
5-9 tahun
454
3
10-14 tahun
423
4
15-19 tahun
524
5
20-24 tahun
587
6
25-29 tahun
789
7
30-34 tahun
806
8
35-39 tahun
1452
9
40-44 tahun
2095
10
45-49 tahun
728
11
50-54 tahun
436
12
55-59 tahun
176
13
60-64 tahun
116
14
65 +
157
Total
9.138 orang
Dokumentasi dan monografi Desa Proyonanggan Selatan Batang, tanggal 03 September 2015 pukul 10.00 WIB
47
Tabel 2 Mata Pencaharian Penduduk Desa Proyonanggan Selatan3 No.
Mata Pencaharian kehutanan,
Jumlah
1
Pertanian,
perkebunan, 654 orang
2
perikanan
37 orang
3
Pertambangan dan Penggalian
56 orang
4
Industri Pengolahan
14 orang
5
Listrik, gas, dan air
1.379 orang
6
Bangunan
19 orang
7
Perdagangan besar, eceran, rumah makan, 17 orang
8
dan hotel
13 orang
9
Angkutan penggudangan dan komunikasi
48 orang
Jasa kemasyarakatan PNS Total
Kegiatan
2.674 orang
organisasi
kemasyarakatan
yang
ada
di
desa
Proyonanggan Selatan yaitu karang taruna, Pkk 4.
Keadaan Keagamaan Di dukuh Kepuh mayoritas menganut agama islam 95% dan yang menganut agama kristen 5%.4
3
Dokumentasi dan Monografi Desa Proyonanggan Selatan Batang, tanggal 03 September 2015, pukul 10.00 WIB 4 Dokumentasi dan Monografi Desa Proyonanggan Selatan Batang, tanggal 03 September 2015, pukul 10.00 WIB
48
Tabel 3 Banyaknya Pemeluk Agama No.
Agama
Jumlah
1
Islam
8681
2
Kristen
457
3
Hindhu
-
4
Budha
-
5
katolik
-
Total
9138
Tabel 4 Jumlah Sarana Tempat Ibadah No.
Tempat ibadah
Jumlah
1
Masjid
5
2
Mushola
26
3
Gereja
-
4
Vihara
-
5
Pura
-
Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat Proyonanggan Selatan antara lain: tahlil dan yasinan, berjanji, ngaji di masjid ataupun mushola, sekolah TPQ.
49
5.
Keadaaan Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di desa Proyonanggan Selatan SMA/SMK: 7, SMP: 2, SD: 5, TK: 3, Playgroup: 5 dan adapun jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.5 Tabel 5 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan No.
6.
Pendidikan
Jumlah
1
Tidak tamat SD
412 orang
2
Tamat SD
268 orang
3
Tamat SMP
215 orang
4
Tamat SMA/SMK
783 orang
5
Diploma
46 orang
6
Sarjana S1
74 orang
7
Sarjana S2
23 orang
8
Sarjana S3
-
Total
1.821ang
Data Orang Tua yang Memiliki Anak Usia Sekolah Dasar di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang
5
Dokumentasi dan Monografi Desa Proyonanggan Selatan Batang, tanggal 03 September 2015, pukul 10.00 WIB
50
Tabel 6 Profil Subyek Penelitian No
Nama Orang Tua
Nama Anak
Usia Anak
1.
Kunanto
Ruziq Mal Nafi’
11 th
2.
Sugiarto
Fadilah Rahmawati
7 th
3.
Taruni
Saeful Bakhri
12 th
4.
Ade Kusnoto
Ferdianto Pratama Putra
7 th
5.
Hadi Siswoyo
Anisya D. F
11 th
6.
Amat
Dewi Aisyah
11 th
7.
Risyanti
Bratasusesa mahadana
7 th
8.
Rohayatno
Jinan Bilqis Fatmawati
6 th
9.
Parniti
Gita oktavia Azzahra
8 th
10.
Sukirjo
Syifana
6 th
B. Peran Pendidikan Keluarga dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak di dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang Roda zaman terus berputar, waktu juga terus merambat. Semuanya menjadikan bumi ini semakin tua, semantara kita tidak bisa memprediksi apakah budaya masyarakat modern kian membaik atau malah semakin menjauhkan manusia dari kecerdasan spiritualnya. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban yang mulia bagi para orang tua untuk terus mendampingi dan memberikan bimbingan kepada anak-anaknya agar mempunyai kecerdasan spiritual yang baik.
51
Pelaksanaan pendidikan keluarga di dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang telah dilakukan dengan baik. Setiap orang tua menginginkan anaknya mempunyai kecerdasan spiritual yang baik sehingga dapat menjadi pondasi atau dasar bagi anak tersebut sebagai mahluk sosial atau mahluk yang beragama. Hasil data yang diperoleh dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Keluarga Bapak Kunanto Bapak kunanto adalah seorang guru di MI Wahid Hasyim Batang dan juga sebagai ustadz di Madrasah Diniyah Aliyah, menurut beliau bahwa kecerdasan spiritual adalah faktor penentu dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Dalam pandangannya, keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk memperoleh pendidikan, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendidik spiritual anaknya. Beliau juga mengemukakan bahwa dengan pembiasaan yang ketat tersebut, putranya memilih melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Darussalam Kemiri Subah Batang. Dengan
membiasakan
anak-anaknya
melakukan
kegiatan
keagamaan secara terus menerus, maka sang anak diharapkan mampu untuk berpikir positif dan selalu melibatkan Allah dalam setiap pekerjaannya dengan cara tersebut maka kecerdasan spiritual anaknya akan semakin bertambah. Dalam pandangan beliau, kesuksesan dunia bukanlah hal utama yang terpenting di dunia ini, dan harta bukanlah warisan satu-satunya.
52
Beliau menambahkan juga bahwa warisan ilmu yang mengajarkan agama pada anak-anaknya adalah hukumnya wajib.6 2.
Keluarga Bapak Sugiharto Dalam
keluarga
Bpk.
Sugiharto
sebagai
informan
kedua
menerapkan disiplin yang ketat dalam masalah agama. Sejak kecil putraputri beliau di didik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang berada di lingkungan sekitar. Berbagai kegiatan keagamaan seperti pengajian di masjid, mengaji, dan tahlilan. Beliau juga membiasakan kepada putra-putrinya untuk sholat berjamaah, dan setiap kali datangnya bulan puasa, beliau juga memberikan wawasan
dan bimbingan tentang
melaksanakan kewajiban berpuasa. Bapak Sugiharto dibantu istrinya dalam memberikan pendidikan untuk putra-putrinya. Istri beliau juga selalu mengingatkan kepada putraputrinya supaya bisa menjaga diri, dan kapan saja ia selalu dengan Allah SWT. Beliau juga berpesan pada anak-anaknya agar tidak memilih-milih teman dalam pergaulan, tetapi harus mampu menjaga diri agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik dan menyimpang dari agama. Dalam masalah pendidikan, Bpk. Sugiharto mengatakan, meskipun ia sendiri tidak mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi dan hanya tamatan SMP, ia menekankan pada anaknya bahwa keadaan ekonomi keluarga jangan dijadikan alasan untuk malas dan menyerah pada keadaan, beliau juga berpedoman akan berusaha sekuat tenaga untuk mencarikan 6
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Bapak Kunanto, pada tanggal 01 september 2015, pukul 19.30 WIB
53
biaya dalam hal pendidikan, apapun caranya, karena dengan ilmu yang di dapatkan dari sekolah akan bisa merubah nasib dan keadaan.7 3.
Keluarga Bapak Taruni Informan ke tiga ini adalah Bpk.Taruni, beliau berusia 40 tahun, beliau bekerja sebagai buruh batik dan istrinya mempunyai usaha kecilkecilan menjual pisang sale yang dititipkan di warung-warung sekitar rumahnya. Beliau selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu sholat 5 waktu, beliau bukan hanya menyuruh anak-anaknya saja untuk sholat 5 waktu tetapi beliau juga selalu memberikan contoh yang baik untuk anak-anaknya supaya anak-anaknya tersebut selalu mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Dalam memberikan pendidikan di keluarganya beliau dibantu oleh istrinya yang selalu setia dan mendampinginya dalam menjaga anakanaknya. Dan apabila sudah tiba waktu sholat dhuhur tetapi anaknya masih asik bermain, beliau selalu mengingatkan anaknya untuk melaksanakan sholat. Dalam pergaulan beliau membebaskan anaknya untuk bergaul dengan siapa saja, tetapi dengan catatan anaknya tersebut tidak akan terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Dan setiap kali habis sholat maghrib anak-anaknya disuruh mengaji di masjid. Setelah itu bapak taruni
memberikan
nasehat
untuk
anak-anaknya
dan
menanyakan
bagaimana dengan sekolah anak-anaknya. Karena dengan cara seperti inilah 7
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Bapak Sugiharto, pada tanggal 02 september 2015, pukul 15.00 WIB
54
bapak taruni merasa nyaman dalam memberikan nasehat untuk anaknya, tetapi apabila anaknya tersebut susah untuk di kendalikan, terkadang beliau juga memberikan sanksi atau hukuman kepada anak-anaknya, dan hukumannya itu bersih-bersih rumah. Pemberian sanksi atau hukuman yang diberikan kepada anaknya semata-mata bukan untuk menyakiti anak tesebut melainkan untuk menjadikan anak tersebut menjadi patuh dan mau melaksanakan kewajiban anak dirumah yaitu belajar dan melaksanakan tanggung jawab sebagai muslim yaitu beribadah. Pendidikan yang dilakukan keluarga ini tampaknya lebih menekankan pada anak yang harus mempunyai inisiatif belajar yang tinggi dan anak harus selalu mempunyai rasa tanggung jawab terhadap apa yang seharusnya dilakukan dirumah.8 4.
Keluarga Bapak Ade Kusnoto Informan ke 4 yaitu keluarga Bpk. Ade Kusnoto, beliau bekerja sebagai buruh bangunan, dan istri beliau hanya sebagai ibu rumah tangga. Di dalam keluarga bapak Ade, beliau selalu memberikan pendidikan untuk anaknya berupa contoh-contoh dalam melakukan kegiatan keagamaan seperti sholat ataupun mengunjungi pengajian di masjid. Ia dibantu istrinya dalam mengasuh anaknya, dan memberikan pendidikan untuk anaknya. Menurutnya ilmu pengetahuan itu penting tapi ilmu agama itu jauh lebih
8
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Bapak Taruni, pada tanggal 03 september 2015, pukul 15.00 WIB
55
penting karena dari ilmu agamalah anaknya bisa bersikap baik dan menghormati orang yang lebih tua dari mereka serta teman-temannya. Dalam membiasakan anaknya untuk selalu beribadah, anaknya juga sudah terbiasa untuk melakukannya, tanpa diperintah orang tuanya terlebih dulu anaknya sudah berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat. Perilaku seperti ini yag diharapkan dalam pendidikan keluarga terutama anak memnpunyai rasa spiritual yang tinggi dan tanpa disuruhpun anak segera menjalankan ibadah tepat waktu. Kecerdasan
spiritual
anak
tidaklah
hanya
pada
sekedar
pemahamam secara materi namun yang diharapkan keluarga ini diharapkan anak mampu melaksanakan kewajibannya.9 5.
Keluarga Bapak Hadi Siswoyo Informan yang ke 5 adalah keluarga Bapak Hadi. Pekerjaannya adalah serabutan, terkadang beliau bekerja sebagai supir panggilan dan apabila sedang tidak ada panggilan untuk supir beliau bekerja sebagai buruh bangunan. Menurutnya pekerjaan apapun akan beliau lakukan untuk mencukupi hidup keluarganya dan untuk membiayai anak-anaknya sekolah, karena menurut beliau sekolah itu penting, karena kalau tidak sekolah mau kerja apapun itu sulit, jadi ia akan berusaha untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya, karena menurutnya keluarga itu nomor satu. Beliau selalu memberikan nasehat kepada anak-anaknya untuk selalu semangat dan giat dalam sekolahnya. Beliau juga mengarahkan anaknya untuk selalu taat 9
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Bapak Ade Kusnoto, pada tanggal 04 september 2015, pukul 15.00 WIB
56
beribadah dan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan sekitar. Anak-anaknya juga selalu patuh dengan apa yang diperintahkan orang tuanya. Dengan cara tersebut anak-anaknya sudah terbiasa untuk mengikuti kegiatan keagamaan sendiri tanpa perintah dari orang tuanya lagi. Dalam pergaulan beliau juga membebaskan anaknya untuk bergaul dengan siapa saja asalkan masih dalam batas wajar dalam bergaul.10 6. Keluarga Bapak Amat Informan ke 6 adalah keluarga Bapak Amat dan Ibu Rokhimah. Bapak Amat ini adalah seorang buruh bangunan dan beliau juga mempunyai usaha ternak kambing, istri beliau sebagai ibu rumah tangga dan terkadang kalau ada panggilan untuk membatik beliau bekerja sebagai buruh batik. Di dalam keluarga Bapak Amat ini cara mendidik anak-anaknya yaitu dengan cara yang tegas. Dalam memberikan pendidikan pada keluarganya beliau selalu memberikan nasehat untuk anak-anaknya supaya rajin dalam beribadah agar kecerdasan spiritualnya semakin berkembang dan tau apa makna hidup. Kecerdasan spiritual yang diinginkan oleh keluarga beliau adalah beliau ingin sekali agar anakanaknya menjadi anak yang cerdas dan mengerti agama serta rajin dalam beribadah dan sopan dalam bersikap. Dalam pergaulan anak-anaknya, beliau tidak membatasi kepada anaknya untuk berteman dengan siapa saja, tetapi beliau berpesan agar anaknya tau mana yang harus diikuti 10
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Bapak Teguh, pada tanggal 05 september 2015, pukul 15.00 WIB
57
dalam berteman dan mana yang tidak. Karena lingkungan dan teman bisa menjadi faktor penghambat bagi kecerdasan spiritualnya.11 7. Keluarga Ibu Risyanti Menurut informan ke 7 yaitu Ibu Risyanti, beliau adalah seorang single parent yang membesarkan anak-anaknya sendiri, dengan bantuan dari ibunya beliau mendidik anak-anaknya untuk membina kecerdasan spiritualnya. Beliau selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu bersyukur dan bersabar atas apa yang sudah Allah berikan kepadanya. dalam memberikan pendidikan anak pada saat dirumah beliau memberikannya dengan cara menasehati dan membimbingnya. Dalam hal kecerdasan spiritualnya beliau menginginkan agar anak-anaknya tersebut selalu taat dalam beribadah, pintar mengaji, dan rajin sholat serta patuh kepada orang tua. Tetapi terkadang anaknya sering terpengaruh dengan lingkungannya saat bergaul dengan teman-teman sebayanya.12 8. Keluarga Bapak Rohayatno Informan ke 8 adalah Bapak Rohayatno, beliau adalah ketua Rt 01 Rw 05. Menurut beliau, keluarga adalah tempat pertama seorang anak memperoleh pendidikan, keluarga juga sebagai wadah untuk membentuk karakter sang anak, maka dari itu di dalam keluarga harus di berikan pendidikan yang bermanfaat untuk anak-anaknya. Khususnya dalam masalah kecerdasan spiritualnya. Menurut beliau, anak yang mempunyai
11
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Bapak Amat, pada tanggal 06 september 2015, pukul 10.00 WIB 12 Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Ibu Risyanti, pada tanggal 07 september 2015, pukul 10.00 WIB
58
kecerdasan spiritual yang baik ialah anak yang sering beribadah dan tau cara bersyukur. Dalam cara mendidik anak-anaknya, beliau memberikan contoh yang baik untuk ditiru, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatannya,
terutama
masalah
keaagamaannya.
Tetapi,
dalam
pemberian pendidikan tersebut ada faktor penghambatnya dalam mendidik dan membina kecerdasan spiritual sang anak yaitu anak sering menonton televis, tontonan yang ada di televisi itu terkadang membuat orang lupa untuk beribadah. Jadi dalam keluarga ini cara mendidik dan membina anaknya yaitu dengan memberikan pengertian dan penjelasan pentingnya dalam beribadah serta memberikan contoh yang baik supaya anak dapat meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya tersebut.13 9. Keluarga Ibu Parniti Informan ke 9 adalah Ibu Parniti seorang ibu yang mempunyai usaha jualan jajan di warung. Menurut informan yang ke 9 ini, dalam mengasuh anak-anaknya beliau selalu memperingatkan untuk rajin dalam beribadah, seperti sholat, mengaji ataupun ikut berjanji, karena setiap umat islam wajib hukumnya untuk selalu beribadah. Beliau juga selalu mengingatkan agar anak-anaknya selalu mensyukuri atas nikmat yang Allah berikan, dan harus selalu berkata jujur. Dalam memberikan pendidikan tersebut terkadang anaknya sering susah untuk di nasehati, dalam mendidik anaknya beliau harus banyak mengingatkannya untuk sholat dan mengaji, karena kalau tidak diingatkan annaknya terkadang 13
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Bapak Rohayatno, pada tanggal 07 september 2015, pukul 19.00 WIB
59
malas untuk melakukannnya dan ternyata asyik bermain handphone tanpa memperhatikan orang tua yang sedang bicara dengannya. Itu merupakan faktor penghambat orang tua dalam membina kecerdasan spiritual anaknya. Faktor lingkungan juga mempengaruhi kecerdasan sang anak. Kemudian apabila anak tersebut sudah di ingatkan dan di nasehati maka anak itu mau melakukan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Dan cara untuk mempertahankan agar kecerdasan spiritualnya semakin baik, anak tersebut selalu diingatkan dan dinasehati untuk rajin beribadah dimanapun anak berada.14 10. Keluarga Bapak Sukirjo Menurut keluarga Bapak Sukirjo, cara mendidik anak agar rajin untuk menjalankan apa yang sudah jadi kewajibannya itu maka selaku orang tua harus mengenalkan pendidikan spiritual anak sejak dini, contohnya menyuruh anak untuk bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya, menyuruh untuk rajin melaksanakan sholat 5 waktu, mengaji dan menyuruh anak untuk sekolah TPQ (Taman Pendidikan Qur’an). Tetapi anaknya tidak mau untuk berangkat sekolah TPQ sendiri karena menurut anaknya, dia sering dijailin teman-temannya sehingga tidak mau berangkat sekolah, dengan alasan tersebut, Bapak Sukirjo menyuruh istrinya agar menemani sang anak untuk sekolah TPQ. Dan Bapak Sukirjo dengan istrinya berinisiatif untuk memberikan reward kepada anaknya agar anaknya melakukan kewajibannya untuk bersekolah 14
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Ibu Parniti, pada tanggal 08 September 2015, pukul 10.00 WIB
60
dan harus berangkat ke sekolah sendiri dengan melakukan hal yang demikian anak menjadi lebih bersemangat untuk melakukan kewajiban.15 C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan hasil bahwa terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dari setiap keluarga dalam membina kecerdasan spiritual anak di Dukuh Kepuh Proyonanggan Selatan Batang yaitu: 1.
Faktor Pendukung dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak a.
SDM ( Sumber Daya Manusia) Pendapat Bapak Kunanto: “Karena saya adalah seorang pendidik dan sebagai kepala keluarga saya selalu mengajarkan anak-anak saya untuk sholat, mengajarkan membaca Al-Qur’an, dan memberikan pengetahuan agama supaya anak-anak saya pintar, bukan hanya pintar dalam pengetahuan umum tetapi juga pintar dalam agamanya dan mengerti makna hidup.”
b.
Pola Asuh Pendapat Bapak Sugiarto: “pola asuh yang saya terapkan dalam keluarga saya yaitu selalu memberikan semangat dan dukungan serta perhatian untuk anak dalam melakukan setiap kegiatan keagamaan yang diikuti dan juga dalam melakukan ibadah seperti sholat dan tadaruz Al-Qur’an.” Bapak Taruni, Bapak Adek Kusnoto, Bapak Hadi, Ibu Risyanti, Bapak Rohayatno dan Ibu Parniti serta Bapak Sukirjo juga mengungkapkan demikian.
15
Wawancara dan observasi dilakukan dirumah Bapak Sukirjo, pada tanggal 08 September 2015, pukul 15.00 WIB
61
2.
Faktor Penghambat dalam Membina Kecerdasan Spiritual Anak a.
Lingkungan Masyarakat Pendapat Bapak Taruni: “Lingkungan masyarakat menjadi faktor penghambat dalam membina kecerdasan spiritual anak karena anak akan terpengaruh dengan lingkungan yang tidak kondusif.” Bapak Adek Kusnoto, Bapak Hadi, Bapak Amat, Ibu Risyanti, dan Bapak Rohayatno juga Ibu Parniti mengatakan demikian.
b.
Teman Sebayanya Pendapat Bapak Adek Kusnoto: “Faktor penghambatnya ya teman-temannya, karena kalau anak sudah bermain dengan teman-temannya, dia susah untuk di nasehati, dan kalau dia melihat teman-temannya sedang bermain, dia langsung ikut bersama teman-temannya bermain, jadi anak akan lupa dengan kebiasaannya seperti sholat ataupun belajar di TPQ.”
c.
Pengawasan yang Kurang Pendapat Bapak Kunanto: “Apabila saya lalai dalam mengawasi anak saya, anaknya akan berbuat semaunya sendiri dan lupa dengan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dia lakukan, seperti sholat, tadarus Al-Qur’an ataupun berangkat sekolah TPQ.” Bapak Sukirjo juga berpendapat demikian, “apabila beliau tidak mengawasi anaknya, anaknya juga tidak mau untuk melakukan kegiatan keagamaan dan tidak mau berangkat sekolah TPQ.”