PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK JALANAN (Studi Kasus Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh: SYAIFUDDIN ZUHRI (063111039)
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Syaifuddin Zuhri
NIM
: 063111039
Jurusan/ Prodi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 28 November 2011 Saya yang menyatakan,
Syaifuddin Zuhri NIM: 063111039
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295 Fax. 7615987 Semarang PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan: Judul : Peran Keluarga dalam pendidikan Akhlak Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang). Nama : Syaifuddin zuhri NIM : 063111039 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh dewan penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 15 Desember 2011 Dewan Penguji Ketua,
Sekretaris,
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd. NIP: 19570202 199203 2 002
Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag NIP:196903201999803 1 004
Penguji I,
Penguji II,
Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. NIP: 19520208 197612 2 001
Hj. Nur Asiyah, M. S.I. NIP: 19710926 199803 2 002
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Widodo Supriyono, M.A. NIP: 19591025 198703 1 003
Drs. Abdul Wahid, M.Ag. NIP: 19691114 199403 1 003
iii
iv
v
ABSTRAK Judul : Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalan di Kawasan Tugu Muda Semarang). Penulis : Syaifuddin Zuhri NIM : 063111039 Skripsi ini membahas, peran keluarga dalam pen didikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang. Kajiannya dilatarbelakangi oleh banyaknya anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang, yang seharusnya mereka masih duduk di bangku sekolah. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1). Bagaimana pendidikan akhlak anak jalanan yang berada di kawasan Tugu Muda Semarang?, (2). Bagaimanakah peran keluarga dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang.? Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ini berada di kawasan Tugu Muda Semarang. Sumber data penelitian ini berasal dari subjek penelitian yaitu 4 (empat) orang anak jalanan yang masih pulang ke rumah setelah melakukan kegiatannya di jalanan, serta 4 (empat) orang tua dari anak jalanan tersebut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu: tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap kesimpulan. Hasil penelitian menggambarkan situasi dan kondisi di kawasan Tugu Muda Semarang terdapat 5 traffic light. Yaitu; Traffic Light Jl. Pandanaran, Traffic Light Jl. Pemuda, Traffic Light Jl. Imam Bonjol, Traffic Light Jl. Dr. Soetomo, dan depan Wisma Gubernuran. Pembahasan penelitian ini: (1). Pendidikan akhlak anak jalanan: akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap Nabi Muhammad, akhlak terhadap orang tua, dan akhlak pribadi anak jalanan, (2). Peran keluarga dalam Pendidikan akhlak anak jalanan. Simpulan dari penelitian ini adalah (1). Pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan tugu muda semarang, tidak bertaqwa terhadap Allah SWT, cenderung pasrah menerima keadaan, pemanfaatan dan pengoptimalan bakat mereka kurang di gali untuk lebih bisa dikembangkan (2). Peran keluarga masing-masing individu dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang tidak berperan dengan baik sebagaimana mestinya. Keluarga anak jalanan cenderung melakukan pembiaran terhadap pendidikan akhlak anak jalanan.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan ridhlonya serta berbagai kenikmatan yang tak terhitung banyaknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad sebagai suri tauladan bagi seggenap umat manusia. Penulisan skripsi yang berjudul: “Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan di kawasan ugu Muda Semarang)”. Selain karena niat dan usaha penulis, juga terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis perlu perlu mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dr. Sudja’i, M.Ag selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. Widodo Supriyono, M.A dan Drs. Abdul Wahid, M.Ag selaku dosen pembimbing I dan II, yang tulus dan ikhlas mendampingi serta memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. 3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta semua karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 4. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo, Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, dan Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah yang telah meminjami buku kepada penulis. 5. Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang (KESBANGPOLINMAS), yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kawasan Tugu Muda Semarang. 6. Bapak, mamak, kakak, dan adikku tersayang yang selama ini telah memberikan dukungan moril maupun materiil. 7. Semua teman-teman yang ku tersayang, yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih dan senantiasa berdo’a semoga amal baik kalian diterima oleh Allah dan selau ditunjukkan jalan yang lurus.
vii
Dan akhirnya penulis berdo’a semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 28 November 2011 Penulis,
Syaifuddin Zuhri NIM: 063111039
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................
ii
PENGESAHAN .............................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang.........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
4
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka .........................................................................
10
B. Anak Jalanan ...........................................................................
7
1. Definisi Anak Jalanan .........................................................
7
2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Anak Jalanan ...............
8
C. Pendidikan Akhlak anak jalanan .............................................
9
1. Definisi Pendidikan Akhlak Anak Jalanan ..........................
11
2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Anak Jalanan ...............
12
D. Peran Keluarga dalam pendidikan anak jalanan .......................
18
1. Definisi Keluarga ................................................................
18
2. Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak Jalanan ...................
20
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................
22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
23
C. Fokus Penelitian .......................................................................
23
D. Subjek dan Sumber Data Penelitian ..........................................
23
ix
E. Pengumpulan Data Penelitian ..................................................
24
F. Analisis Data Penelitian ...........................................................
26
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ..............................................................
28
1. Situasi dan Kondisi di Kawasan Tugu Muda Semarang .......
28
a. Gambaran Umum Subjek Penelitian...............................
28
b. Seputar kehidupan Anak Jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang .............................................................
31
c. Faktor-faktor penyebab Anak Jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang ....................................................
34
2. Pendidikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang ..................................................................
36
3. Peran Keluarga dalam Pendidiikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang .........................
40
B. PEMBAHASAN .....................................................................
44
1. Seputar kehidupan Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang ..........................................................................
44
2. Pendidikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang ..........................................................................
45
3. Peran Keluarga dalam Pendidiikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang ....................................
50
BAB V : PENUTUP A. Simpulan .................................................................................
53
B. Saran .......................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
55
DARTAR TABEL ..........................................................................................
57
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
58
DARTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................
63
x
PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK JALANAN (Studi Kasus Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh: SYAIFUDDIN ZUHRI (063111039)
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Syaifuddin Zuhri
NIM
: 063111039
Jurusan/ Prodi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 28 November 2011 Saya yang menyatakan,
Syaifuddin Zuhri NIM: 063111039
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295 Fax. 7615987 Semarang PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan: Judul : Peran Keluarga dalam pendidikan Akhlak Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang). Nama : Syaifuddin zuhri NIM : 063111039 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh dewan penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 15 Desember 2011 Dewan Penguji Ketua,
Sekretaris,
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd. NIP: 19570202 199203 2 002
Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag NIP:196903201999803 1 004
Penguji I,
Penguji II,
Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. NIP: 19520208 197612 2 001
Hj. Nur Asiyah, M. S.I. NIP: 19710926 199803 2 002
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Widodo Supriyono, M.A. NIP: 19591025 198703 1 003
Drs. Abdul Wahid, M.Ag. NIP: 19691114 199403 1 003
iii
iv
v
ABSTRAK Judul : Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalan di Kawasan Tugu Muda Semarang). Penulis : Syaifuddin Zuhri NIM : 063111039 Skripsi ini membahas, peran keluarga dalam pen didikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang. Kajiannya dilatarbelakangi oleh banyaknya anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang, yang seharusnya mereka masih duduk di bangku sekolah. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1). Bagaimana pendidikan akhlak anak jalanan yang berada di kawasan Tugu Muda Semarang?, (2). Bagaimanakah peran keluarga dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang.? Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian ini berada di kawasan Tugu Muda Semarang. Sumber data penelitian ini berasal dari subjek penelitian yaitu 4 (empat) orang anak jalanan yang masih pulang ke rumah setelah melakukan kegiatannya di jalanan, serta 4 (empat) orang tua dari anak jalanan tersebut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu: tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap kesimpulan. Hasil penelitian menggambarkan situasi dan kondisi di kawasan Tugu Muda Semarang terdapat 5 traffic light. Yaitu; Traffic Light Jl. Pandanaran, Traffic Light Jl. Pemuda, Traffic Light Jl. Imam Bonjol, Traffic Light Jl. Dr. Soetomo, dan depan Wisma Gubernuran. Pembahasan penelitian ini: (1). Pendidikan akhlak anak jalanan: akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap Nabi Muhammad, akhlak terhadap orang tua, dan akhlak pribadi anak jalanan, (2). Peran keluarga dalam Pendidikan akhlak anak jalanan. Simpulan dari penelitian ini adalah (1). Pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan tugu muda semarang, tidak bertaqwa terhadap Allah SWT, cenderung pasrah menerima keadaan, pemanfaatan dan pengoptimalan bakat mereka kurang di gali untuk lebih bisa dikembangkan (2). Peran keluarga masing-masing individu dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang tidak berperan dengan baik sebagaimana mestinya. Keluarga anak jalanan cenderung melakukan pembiaran terhadap pendidikan akhlak anak jalanan.
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan ridhlonya serta berbagai kenikmatan yang tak terhitung banyaknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad sebagai suri tauladan bagi seggenap umat manusia. Penulisan skripsi yang berjudul: “Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak Jalanan (Studi Kasus Anak Jalanan di kawasan ugu Muda Semarang)”. Selain karena niat dan usaha penulis, juga terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis perlu perlu mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dr. Sudja’i, M.Ag selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Dr. Widodo Supriyono, M.A dan Drs. Abdul Wahid, M.Ag selaku dosen pembimbing I dan II, yang tulus dan ikhlas mendampingi serta memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. 3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta semua karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 4. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo, Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, dan Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah yang telah meminjami buku kepada penulis. 5. Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang (KESBANGPOLINMAS), yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kawasan Tugu Muda Semarang. 6. Bapak, mamak, kakak, dan adikku tersayang yang selama ini telah memberikan dukungan moril maupun materiil. 7. Semua teman-teman yang ku tersayang, yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih dan senantiasa berdo’a semoga amal baik kalian diterima oleh Allah dan selau ditunjukkan jalan yang lurus.
vii
Dan akhirnya penulis berdo’a semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 28 November 2011 Penulis,
Syaifuddin Zuhri NIM: 063111039
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................
ii
PENGESAHAN .............................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang.........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
4
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka .........................................................................
10
B. Anak Jalanan ...........................................................................
7
1. Definisi Anak Jalanan .........................................................
7
2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Anak Jalanan ...............
8
C. Pendidikan Akhlak anak jalanan .............................................
9
1. Definisi Pendidikan Akhlak Anak Jalanan ..........................
11
2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Anak Jalanan ...............
12
D. Peran Keluarga dalam pendidikan anak jalanan .......................
18
1. Definisi Keluarga ................................................................
18
2. Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak Jalanan ...................
20
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................
22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
23
C. Fokus Penelitian .......................................................................
23
D. Subjek dan Sumber Data Penelitian ..........................................
23
ix
E. Pengumpulan Data Penelitian ..................................................
24
F. Analisis Data Penelitian ...........................................................
26
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ..............................................................
28
1. Situasi dan Kondisi di Kawasan Tugu Muda Semarang .......
28
a. Gambaran Umum Subjek Penelitian...............................
28
b. Seputar kehidupan Anak Jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang .............................................................
31
c. Faktor-faktor penyebab Anak Jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang ....................................................
34
2. Pendidikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang ..................................................................
36
3. Peran Keluarga dalam Pendidiikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang .........................
40
B. PEMBAHASAN .....................................................................
44
1. Seputar kehidupan Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang ..........................................................................
44
2. Pendidikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang ..........................................................................
45
3. Peran Keluarga dalam Pendidiikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang ....................................
50
BAB V : PENUTUP A. Simpulan .................................................................................
53
B. Saran .......................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
55
DARTAR TABEL ..........................................................................................
57
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
58
DARTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................
63
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 1 Undang-undang perlindungan anak ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Perlindungan anak adalah pemenuhan hak dasarnya, termasuk di dalamnya hak pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan adalah hak dasar anak yang dilindungi. Pada pasal 9 (1), UU 23/2002 dikatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam
rangka
pengembangan
pribadinya
dan
tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. 2 Namun, kenyataannya masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan dan anggapan kurang pentingnya pendidikan dibandingkan dengan hal lain yang lebih dianggap bisa memberikan hasil secara ekonomis. Pendidikan dasar formal yang ada bagi banyak kalangan
1
DPR RI dan Presiden RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 3. 2 http://www. simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/ 1345 -hak pendidikan-anak-anak-bangsa.html, diunduh 28 juni 2011.
1
masih dianggap mahal. Meskipun kebijakan nasional mengenai wajib belajar sembilan tahun telah dicanangkan, namun pelaksanannya tidak semudah itu. Bagi kelompok miskin, pendidikan seringkali tidak menjadi prioritas bagi keluarga. Artinya pendidikan anak bisa dikorbankan untuk biaya kebutuhan lainnya yang dianggap lebih mendesak. Hal ini diperparah dengan pandangan bahwa pendidikan formal tidak selalu relevan dengan dunia kerja, sering timbul pandangan bahwa pendidikan bukan persoalan penting. “Dalam konteks perlindungan hak anak, ini berarti sebuah pelanggaran. Keluarga dan negara telah melakukan pembiaran anak kehilangan haknya untuk memperoleh kesempatan menjadi manusia cerdas, mengembangkan pola pikir, perilaku dan kepribadiannya,” Di Indonesia, jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Keberadaannya tidak lagi terbatas pada kota-kota besar saja, melainkan sudah mulai bermunculan di kota-kota kecil. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 diyakini banyak pihak sangat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah anak jalanan di Indonesia. Keberadaan dan berkembangnya jumlah anak jalanan merupakan persoalan yang perlu menjadi perhatian. Hal ini mengingat anak-anak yang melakukan kegiatan dan atau tinggal di jalanan senantiasa berhadapan dengan situasi buruk yang menjadikan mereka sebagai korban dari berbagai bentuk perlakuan salah dan eksploitasi seperti kekerasan fisik, penjerumusan ke tindak kriminal, penyalahgunaan obat-obatan dan minuman keras, obyek seksual dan sebagainya. Padahal, seumuran mereka seharusnya masa-masa mengenyam pendidikan di bangku sekolah, bukan hidup di jalanan. Situasi semacam ini akan berdampak buruk bagi perkembangan anak secara mental, fisik dan sosial. Di dalam situasi dan kondisi yang buruk, mereka sangat rentan menjadi korban kekerasan dan eksploitasi seksual yang menimpa anak jalanan seperti pelecehan seksual, penganiayaan seksual, perkosaan, penjerumusan ke dalam prostitusi, menjadi korban perdagangan untuk tujuan seksual, dan menjadi objek pembuatan bahan-bahan pornografi.
2
Semarang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah dan termasuk kota besar. Semarang tidak luput menjadi ajang kegiatan anak jalanan. Keberadaan anak jalanan di kota ini, sejauh informasi yang diperoleh sudah tampak pada awal tahun1990-an. Permasalahan anak jalanan, tidak bisa lepas dari bidang pendidikan yang sangat mempengaruhi anak jalanan itu sendiri. Keberadaan anak jalanan di Semarang sangat mudah dijumpai di berbagai kawasan seperti Simpang Lima, Pasar Johar dan Tugu Muda, di mana keberadaannya sangat menyolok. Anak jalanan yang ada di kawasan Tugu Muda Semarang sekarang ini banyak berasal dari Gunung Brintik (Bergota), daripada anak jalanan terdahulu yang berasal dari luar kota. Anakanak jalanan bekerja sebagai pengamen jalanan dan orang tua merekapun merestuinya. Hasil dari mengamen itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Di antara anak-anak jalanan masih ada yang sekolah dan ada yang sudah tidak bersekolah, bahkan ada yang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali. 3 Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya anak jalanan. Dengan kata lain, secara ideal perkembangan anak jalanan akan optimal apabila mereka bersama keluarganya. Tentu saja keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang harmonis, sehingga anak jalanan memperoleh berbagai jenis kebutuhan, seperti kebutuhan fisik, sosial maupun psiko-sosial. Pada kenyataannya, tidak semua keluarga dapat memenuhi gambaran ideal tersebut. Perubahan sosial, ekonomi dan budaya dewasa ini telah banyak memberikan hasil yang menggembirakan dan berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian pada waktu bersamaan, perubahan-perubahan tersebut membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi keluarga. Misalnya adanya gejala perubahan cara hidup dan pola hubungan dalam keluarga karena berpisah dengan orang tua. Bahkan tidak
3
Odi Shalahudin, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman (Dinamika Kehidupan Anak Jalanan) , (Semarang: Yayasan Setara, 2004), hlm. 18.
3
sedikit orang tua yang menyuruh anak-anak mereka terjun ke jalan untuk mencari uang, untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Islam menganjurkan kita untuk menjaga dan mendidik keluarga dan anak-anak kita kepada kebaikan. Sebagaimana firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S At-tahrim: 6). Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi,
ayat tersebut memberi
penjelasan bahwa sebagian orang mukmin hendaklah memberitahukan kepada sebagian mukmin yang lain, apa yang dapat menjaga diri kita dari api neraka dan menjauhkan dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menaati segala perintah-Nya. Dan hendaknya mengajarkan kepada keluarga apa-apa yang dapat menjaga diri kita dari api neraka melalui nasehat dan pengajaran. 4 Jadi sebagai orang tua, harus menjaga dan mendidik keluarga, khusunya anak-anak kepada hal-hal yang bermanfaat dan sekaligus bersifat positif, agar dirinya menjadi ta’at dan sekaligus mengenal Tuhannya dengan baik dan benar. Begitu pula sebalikya, sebagai orang tua harus mampu mendidik anakanak, untuk tidak terjerumus terhadap perbuatan ma’syiat kepada Allah SWT dan tidak berbuat maksiat kepada manusia dan alam sekitarnya. Dari semua hal itu, hanya bertujuan agar kelak anak kita menjadi manusia yang baik dan unggul di mata Allah dan menjadi dambaan bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Pentingnya memperhatikan pendidikan anak berulang kali ditekankan pada Al-Qur’an. Al-qur’an merupakan inti dari pendidikan Islam yang 4
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Karya Toha Putra Semarang, 1993), hlm. 261.
4
mengandung prinsip-prinsip akhlak utama. Semua pendidikan Islam intinya mengarah pada pendidikan akhlak. Hakikat pendidikan akhlak sebagai inti dari semua jenis pendidikan Islam. Tujuan pendidikan akhlak yaitu mengarah terciptanya perilaku lahir dan batin manusia, sehingga menjadi seimbang terhadap dirinya maupun luar dirinya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini difokuskan pada: 1. Bagaimanakah pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang? 2. Bagaimanakah peran keluarga dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan dengan sadar tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui pendidikan akhlak anak jalanan yang ada di kawasan Tugu Muda Semarang.
b.
Untuk mengetahui peran keluarga dalam pendidikan akhlak anak jalanan yang ada di kawasan Tugu Muda Semarang.
2. Manfaat Penelitian a.
Menambah pengetahuan tentang pendidikan akhlak anak jalananan, dan peran keluarga dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang.
b.
Sebagai pijakan penelitian lanjutan.
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Kajiaan pustaka merupakan gambaran menyeluruh dari setiap proyek penelitian, akan tetapi kepustakaan tidak dapat menggantikan apa yang terjadi di lapangan, dan kejadian aktual yang di amati. 5 Kajian pustaka atau biasa juga disebut dengan telaah pustaka dalam penelitian ilmiah dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memperkuat kajian teoretis dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan topik pembahasan. Dan sebagai wujud usaha untuk menghindari terjadinya plagiat dalam penelitian, ada beberapa karya yang berkaitan dengan keluarga dan pendidikan anak jalanan; seperti: 1. Skripsi karya Suharto, 2009, SKRIPSI, Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Anak (Studi Analisa atas Konsep Imam alZarnuji dalam Kitab Ta’lim Muta’alim), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam skripsi Suharto, yang diteliti adalah peran dan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak menurut imam al-Zarnuji dalam kitabnya Ta’lim Muta’alim. Bedanya dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengenai peran keluarga dalam pendidikan anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang 2. Futicha Turisqoh, 2009, SKRIPSI, Peranan Orang Tua terhadap Akhlak Anak dalam Perspektif Pendidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Cirebon. Dalam skripsi Futicha Turisqoh, yang diteliti adalah peranan orang tua terhadap akhlak anak dalam perspektif pendidikan Islam. Bedanya dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengenai peran keluarga dalam pendidikan anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang. 5
James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: Ercv Cxesco, 1992), hlm. 292.
6
3. Wahyu Juwartini, 2005, SKRIPSI, 120 halaman, Profil Kehidupan Anak Jalanan Perempuan (Studi Kasus Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang), JurusanPendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dalam skripsi Wahyu Juwartini yang diteliti adalah kekerasan dan eksploitasi seksual yang menimpa anak jalanan perempuan seperti pelecehan seksual, penganiayaan seksual, perkosaan, penjerumusan ke dalam protitusi, menjadi korban perdagangan untuk tujuan seksual, dan menjadi objek pembuatan bahan-bahan pornografi. Bedanya dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengenai peran keluarga dalam pendidikan anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang. B. Anak Jalanan 1. Definisi Anak Jalanan Saat ini, istilah anak jalanan tidak begitu asing lagi untuk berbagai pihak, termasuk masyarakat umum. Akan tetapi ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut anak jalanan seperti tekyan (sethithik tur lumayan atau sedikit juga lumayan) yang doadopsi dari bahasa copet di Semarang.6 Anak-anak jalanan disebut juga Anak 505, yang di ambil dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai nomor pasal yang sering digunakan untuk memberikan hukuman ketika tertangkap razia atau disebut juga sebagai anak mandiri. Dan di tengah ketiadaan definisi yang dapat dijadilkan sebagai dasar pegangan oleh berbagai pihak, dijumpai adanya pengelompokan anak jalanan berdasarkan hubungan dengan keluarga yaitu:7 a. Children on the street adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga.
6
Awalnnya istilah ini digunakan oleh para pencopet di Semarang dan kemudian berkembang sebagai istilah untuk menyebut anak jalanan 7 Odi Shalahudin, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman, hlm. 15.
7
b. Children of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan yang tidak memiliki atau memutuskan hubungan dengan keluarga. c. Children in the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Dari beberapa definisi di atas anak jalanan adalah seseorang yang berumur di bawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya
di
jalanan
dengan
melakukan
kegiatan-kegiatan
guna
mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya. 2. Faktor-faktor Penyebab terjadinya Anak Jalanan Faktor-faktor penyebab terjadinya anak jalanan ini bisa digolongkan menjadi dua, yaitu : a.
Faktor Internal Faktor internal yang menyebabkan terjadinya anak jalanan diantaranya adalah: 1) Sifat malas dan tidak mau bekerja. 2) Adanya cacat-cacat yang bersifat biologis- psikologis. Cacat keturunan yang bersifat biologis yaitu kurang berfungsinya organ tubuh untuk memproduksi atau organ genital yang menimpa seseorang. Cacat psikologis adalah kurang berfungsinya
mental
dan
tingkah
laku
seseorang
untuk
bersosialisasi di masyarakat. 3) Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobbi yang sehat Seseorang anak yang tidak memiliki hobbi yang sehat atau kegemaran yang positif untuk mengisi waktu luangnya maka dengan mudah untuk melakukan tindakan negatif. 4) Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan yang baik dan kreatif Ketidakmampuan penyesuaian diri atau adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang baik dan kreatif menimbulkan tindakan amoral atau tindakan yang mengarah pada perubahan yang negatif.
8
5) Impian Kebebasan Berbagai masalah yang dihadapi anak didalam keluarga dapat menimbulkan pemberotakan didalam dirinya dan berusaha mencari jalan keluar. Seorang anak merasa bosan dan tersiksa dirumah karena setiap hari menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar dan tidak memperhatikan mereka, pada akhirnya dia memilih kejalanan karena ia merasa memiliki kebebasan dan memiliki banyak kawan yang bisa menampung keluh kesahnya. 6) Ingin memiliki uang sendiri Berbeda dengan faktor dorongan dari orang tua, uang yang didapatkan anak biasanya digunakan untuk keperluan sendiri. Meskipun anak memberikan sebagian uangnya kepada orang tua mereka, ini lebih bersifat suka rela dan tidak memiliki dampak buruk terhadap anak apabila tidak memberi sebagian uangnya ke orang tua atau keluarganya. b.
Faktor Eksternal Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya anak jalanan diantaranya adalah: 1) Dorongan Keluarga Keluarga dalam hal ini biasanya adalah ibu atau kakak mereka, adalah pihak yang turut andil mendorong anak pergi kejalanan. Biasanya dorongan dari keluarga dengan cara mengajak anak pergi kejalanan untuk membantu pekerjaan orang tuanya (biasanya membantu mengemis) dan menyuruh anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan dijalanan yang menghasilkan uang. 2) Pengaruh Teman Pengaruh teman menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak pergi kejalanan. Pengaruh teman menunjukan dampak besar anak pergi kejalanan, terlebih bila dorongan pergi kejalanan mendapatkan dukungan dari orang tua atau keluarga.
9
3) Kekerasan dalam keluarga Tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anak menjadi salah satu faktor yang mendorong anak lari dari rumah dan pergi kejalanan. C. Pendidikan Akhlak Anak Jalanan Anak jalanan pada hakikatnya adalah “anak-anak”, sama dengan anakanak lainnya yang bukan anak jalanan. Mereka juga membutuhkan pendidikan, pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka. Sebab, anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa yang cukup hanya diberi makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen pendidikan. Dibalik penampilan mereka yang kotor, kumal, dan kadang berperilaku kasar, mereka tetap anak-anak yang mendamba kasih sayang dan perhatian. Jika didekati dengan baik-baik mereka akan membuka diri dan menerima orang luar untuk masuk dalam kehidupan mereka. Tanpa kasih-sayang, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Program yang di lakukan Yayasan Setara (1997-2003) menjelang krisis terjadi mencatat dari 213 anak jalanan, 83% diantaranya anak jalanan putus sekolah. Sebagian besar di antaranya putus di tingkat Sekolah Dasar. Namun ketika krisis terjadi, jumlah anak jalanan
yang putus sekolah semakin
berkurang menjadi 68%, dan pada periode berikutnya terus berkurang hingga perbandingan anak yang putus sekolah dan masih sekolah hampir seimbang. 8 Tingkat partisipasi pendidikan anak jalanan bukan disebabkan oleh kembalinya anak jalanan ke bangku sekolah, melainkan disebabkan hadirnya anak jalanan baru yang aktif mengenyam pendidikan formal. Keberadaan anak jalanan yang masih bersekolah di jalanan merupakan persoalan tersendiri mengingat daya tarik dunia jalanan sangat cepat menjerumuskan 8
Odi Shalahudin, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman, hlm. 26.
10
anak ke dalamnya. Banyak terjadi dimana anak-anak yang masih bersekolah, ketika melakukan aktifitas di jalanan cenderung menjadi “malas” dan dalam pelaksanaanya banyak anak jalanan yang di ejek oleh kawan-kawannya dan para guru yang menjadikan anak-anak jalanan sebagai objek contoh-contoh sifat dan tidakan buruk, yang menyebabkan anak-anak jalanan putus sekolah. 9 Faktor-faktor yang mempengaruhi anak jalanan tetap kembali ke jalanan diantaranya adalah pengalaman memiliki uang sendiri dari hasil kegiatannya, nilai-nilai “kebebasan” baru yang yang tidak dialami baik di rumah ataupun di sekolah, mendapat teman-teman yang memiliki nasib serupa, dan solidaritas sesama anak jalanan. Keberlangsungan pendidikan bagi anak jalanan menjadi penting. Pertama sebagai pemenuhan hak anak atas pendidikan dan kedua sebagai salah satu faktor yang efektif agar anak dapat terhindar berada di jalanan sepenuhnya. Setidaknya, ketika anak masih bersekolah, rata-rata waktu yang digunakan di jalanan berkisar antara 4-6 jam. Mempertahankan anak jalanan di sekolah atau bentuk intervensi agar anak jalanan secara perlahan-lahan, dapat meninggalkan dunia jalanan. Pendidikan pada hakekatnya bertujuan membentuk akhlak anak menjadi anak yang baik. Dalam islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting, dan akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang di hari kiamat kelak. Sebagaimana sabda Rasulullah:
…(روه
ما مه شئ اثقل في ميزا ن العبد المؤ مه يو م القيا مة مه حسه الخلق )التلرمد ى
Tidak ada satupun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang baik…(HR. Tirmidzi).10 1. Definisi Pendidikan Akhlak Anak Jalanan Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis berarti budi pekerti, perangai, atau 9
Odi Shalahudin, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman, hlm. 27. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam, 2007), hlm. 07. 10
11
tabi’at. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku).11 Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali akhlak di definisikan dengan:
فبلخلق عببرةعه هيئت فى الىفس راسحت عىهب تصذراالفعبل بسهىلت ويسرمه فبن كبوت الهيئت بحيث تصذر عىهب الفعبل الجميلت
غيرحبجت الى فكر ورؤيت .المحمىد ة عقال وشرعب
Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan, jika keadaan ini menimbulkan perbuatan-perbuatan yang indah dan terpuji menurut akal dan syara’.12 Jadi pendidikan akhlak anak jalanan adalah bagaimana ia bertindak, bertingkah laku atau menentukan sikap baik terhadap Tuhan, orang tua, dan pada dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. 2. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak Anak Jalanan Ruang lingkup atau substansi pendidikan akhlak ditinjau dari semua wilayah hubungan manusia adalah: a. Akhlak terhadap Allah SWT b. Akhlak terhadap nabi Muhammad saw c. Akhlak pribadi d. Akhlak dalam keluarga e. Akhlak bermasyarakat f. Akhlak bernegara.13 Jadi dalam penelitian ini, peneliti mengklasifikasikan pendidikan akhlak anak jalanan sebagai berikut:
11
Ali Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 346. 12 Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, (Bairut-Libanon: Dar Al-Fikr, t.th.), hlm. 58. 13 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 6.
12
a. Akhlak terhadap Allah SWT: Allah menciptakan alam semesta ini, artinya kita wajib mengakui dan meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu memang ada. Tuhan sebagai maha pemberi, pengasuh, dan penyayang. Manusia sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban terhadap Sang Pencipta. Esensial dari akhlak terhadap Tuhan YME ialah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (taqwa). Pengertian taqwa yang paling banyak digunakan adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahNYA dan menjauhi segala larangan-NYA.14 Atau lebih ringkas lagi mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-NYA Diantara perintah Allah adalah perbuatan baik yang yang merupakan ibadah yang bersifat umum, diantaranya: tolong-menolong dalam kebaikan, kasih sayang, bersikap ramah, dan sebagainya. Selain dari ibadah umum, ada juga ibadah yang bersifat khusus. Ibadah yang bersifat khusus adalah ibadah yang pelaksanaanya mempunyai tata cara tertentu. Dalam ajaran Islam, ibadah yang bersifat khusus misalnya: shalat, puasa, zakat, dan haji. Pendidikan akhlak terhadap Tuhan disini mengarahkan anak jalanan sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban terhadap Sang Pencipta.
Kewajiban
terhadap
Tuhan
tersebut
diantaranya
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (bertaqwa).15 b.
Akhlak terhadap Rasulullah Setiap orang yang beriman kepada Allah SWT tentulah harus beriman bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasulallah yang
14
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 17. Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 27. 15
13
terakhir, penutup sekalian nabi dan rasul. Kedatangan beliau sebagai utusan Allah SWT merupakan rahmat bagi alam semesta.16 Nabi Muhammad telah berjuang membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Beliaulah yang berjasa
besar
membebaskan
umat
manusia
dari
belenggu
kemusyrikan, kekufuran dan kebodohan. Jadi sudah pantas apabila sebagai umat Islam harus mencintai dan mengikuti Rasul-Allah sebagai suri tauladan yang baik. Jadi pendidikan akhlak anak jalanan salah satunya diarahkan untuk meneladani sifat-sifat Rasulallah saw. c.
Akhlak terhadap Orang Tua Orang tua adalah pribadi yang diberi tugasi Tuhan untuk melahirkan, membesarkan, memelihara, dan mendidik kita, maka sudah sepatutnya seorang anak menghormati dan mencintai orang tua serta taat dan patuh kepada kedua orang tuanya, selama perintahnya tidak bertentangan dengan ajaran agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Q.S. al-Isra’: 23) 16
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 65.
14
Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya terbatas ketika mereka masih hidup, akan tetapi terus berlangsung walaupun mereka telah meninggal dunia dengan cara mendo’akan meminta ampun untuk mereka, menepati janji mereka yang belum terpenuhi dan meneruskan silaturahim dengan sahabat-sahabat mereka ketika masih hidup.17 Pendidikan akhlak terhadap orang tua menjadikan anak jalanan berbuat baik terhadap orang tuanya, baik ketika orang tua masih hidup, ataupun telah meninggal. Patuh dan ta’at terhadap perintah orang tua selama tidak bertentangan dengan syari’at Islam. d.
Akhlak Pribadi Setiap manusia harus mempunyai jati diri. Dengan jati diri seseorang
mampu
menghargai
dirinya
sendiri;
mengetahui
kemampuan, kelebihan, dan kekurangannya; serta dapat menjawab beberapa pertanyaan: Siapa saya ini? Apakah saya berguna atau tidak bagi orang lain? Mengapa saya harus berbuat baik? Bagaimana cara berguna bagi diri sendiri atau orang lain dan masyarakat serta bangasa dan negara? Dimana saya harus berbuat baik, dan sebagainya. Pada dasarnya, pembagian akhlak pribadi seseorang di bagi menjadi 2 yaitu; akhlak mahmudah dan madzmumah. Beberapa akhlak mahmudah diantaranya adalah: 1) Shidiq Shidiq (ash-sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau dusta atau bohong (al-kazib). Seorang Muslim dituntut untuk selalu berada dalam keadaan benar lahir dan batin; benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan. 18 2) Amanah 17 18
Zakiah Daradjat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 33. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 81.
15
Amanah artinya dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat kaitan yang sangat erat. 3) Istiqamah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.19 Secara terminologi Akhlak,
istiqamah adalah sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. 20 4) Iffah Iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. 21 5) Mujahadah Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat pendekatan diri terhadap Allah SWT, baik hambatan yang bersifat internal maupun eksternal. Hambatan yang bersifat internal datang dari jiwa yang mendorong untuk berbuat keburukan, hawa nafsu yang tak terkendali, dan kecintaan yang bersifat duniawi. Sedangkan hambatan yang bersifat eksternal datang dari godaan syaithan, orang-orang kafir, dan munafik. 22 6) Syaja’ah Syaja’ah berarti berani, akan tetapi bukan berani dalam arti menantang siapa saja tanpa mempedulikan apakah dia di benar atau salah. Melainkan,
berani yang berlandaskan kebenaran dan
dilakukan dengan penuh pertimbangan. 23 19
Anton M. Moeliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 341. 20 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 97. 21 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 103. 22 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 109. 23 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 116.
16
7) Tawadhu’ Tawadhu’ berarti rendah diri, lawan dari sombong atau takabur. Orang yang rendah hati tidak sama dengan rendah dirinya secara berlebihan, karena rendah dirinya berarti kehilangan kepercayaan diri.24 8) Malu Malu yang dimaksudkan disini adalah bukan malu karena tidak kaya, tidak mempunyai pakaian yang bagus, tidak memiliki mobil mewah. Akan tetapi yang di maksudkan malu di sini adalah malu
karena
tidak
bertaqwa
kepada
Allah
SWT,
tidak
berpendidikan, dan lain sebagainya. 9) Sabar Sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang disenangi seperti musibah kematian, sakit, kelaparan, dan sebagainya, tapi bisa berupa hal-hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu.25 10) Pemaaf Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Pendidikan akhlak
anak terhadap
dirinya
sendiri akan
membentuk pribadi anak jalanan yang berakhlakul-karimah yang bersandar pada Al-Qur’an dan Sunnah.
24 25
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 123. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 140.
17
D. Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak Jalanan 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya: orang seisi rumah, batih, sanak saudara, kaum kerabat, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat.26 Definisi lain keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 27 Jadi yang dimaksud keluarga anak jalanan dalam hal ini meliputi ayah, ibu, dan kakek atau nenek dari anak jalanan yang terkumpul di dalam satu rumah. Dalam pelaksanaan pendidikan anak jalanan tidak terlepas dari fungsi dan peran masing-masing dari komponen keluarga. Di antara peran dari komponen keluarga dalam fungsinya masing-masing adalah: a. Peran ibu anak jalanan Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang berperan penting terhadap anak-anaknya. Sejak anak dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, memberikan ASI, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat di abaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaknya seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anakanaknya. Baik buruknya pendidikan ibu berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan dan watak anak jalanan di kemudian hari. Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peran ibu dalam pendidikan anakanaknya adalah sebagai berikut:
26
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), hlm. 536. 27 http://www.scribd.com/doc/24864749/Pengertian-Keluarga, diunduh 28 juni 20011.
18
1) Sumber dan pemberi kasih sayang, 2) Pengasuh dan pemelihara, 3) Tempat mencurahkan isi hati, 4) Pengatur kehidupan dalam rumah tangga, 5) Pembimbing hubungan pribadi, 6) Pendidik dari segi emosional, 28 b. Peran ayah Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Ayah merupakan figur yang pertama kali di idolakan dan di tiru oleh anak. Ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak jalanan adalah sebagai berikut: a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga, b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar, c. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga, d. Pelindung terhadap ancaman dari luar, e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, f. Pendidik dalam segi-segi rasional. c. Peran kakek atau nenek Selain oleh ibu dan ayahnya, banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari kakek atau neneknya. Umumnya kakek atau nenek merupakan sumber kasih sayang dan tempat pelarian anak apabila sedang ada masalah dengan orang tuanya. Maka dari itu, mereka memanjakan cucu-cucunya dengan berlebihan. Memanjakan anak secara berlebihan tentunya akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan sang anak.
28
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 82.
19
Jadi pendidikan akhlak terhadap anak jalanan, tentunya tidak terlepas dari peran masing-masing komponen keluarga. Masing-masing komponen keluarga harus melaksanakan fungsinya masing-masing guna tercapainya pendidikan anak-anak jalanan secara optimal. Berkaitan dengan anak jalanan, umumnya mereka berasal dari keluarga ekonominya lemah dan keluarga yang tidak utuh lagi (orang tuanya bercerai). Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Keluarga anak jalanan tentu tidak bisa mendidik seperti halnya keluarga lainnya yang bisa mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Namun ternyata tidak sekedar selesai ditaraf mencukupi saja, adanya pemahaman dan persepsi yang harus dibangun tentang masyarakat dan keluarga modern dengan standarisasi dan klasifikasi tertentu yang membangun persepsi dasar bahwa anak jalanan adalah bentuk kehidupan anak yang tidak modern sehingga tidak ada ruang buat mereka dalam kehidupan yang serba canggih ini. 29 Selanjutnya dalam pendidikan anak jalanan, perlu diarahkan baik secara sengaja, langsung, sistematis yakni proses pendidikan formal dan informal maupun secara tidak langsung melalui perbaikan kualitas lingkungan hidup anak, khususnya lingkungan keluarga. 2. Peran keluarga anak jalanan dalam pendidikan akhlak anak jalanan Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena di dalam lingkungan keluarga inilah anak-anak pertama mendapatkan didikan dan bimbingan. Tugas utama keluarga bagi pendidikan, adalah sebagai peletak dasar pendidikan akhlak dan merupakan pandangan hidup keagamaan. Pelajaran yang paling berharga untuk anak adalah perangai ayah dan ibu sehari-hari, baik yang ditujukan
29
http://kafeilmu.com/2010/09/desain-pendidikan-bebas-untuk-anak-jalanan.html, unduh, 03 september 2011.
di
20
kepada anak maupun yang lainnya. Kaitannya dengan pendidikan akhlak yang perlu ditekankan adalah: a. Pendidikan akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan akhlak terhadap Tuhan disini mengarahkan anak jalanan untuk mengetahui siapa penciptanya, dan kewajiban terhadap Tuhan-NYA. Diantaranya melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. b. Akhlak terhadap Rasul-Allah. Pendidikan akhlak terhadap Muhammad saw adalah Nabi dan Rasulallah yang terakhir, penutup sekalian nabi dan rasul. Kedatangan beliau sebagai utusan Allah SWT merupakan rahmat bagi alam semesta.30 c. Pendidikan akhlak terhadap Orang Tua. Orang tua adalah pribadi yang diberi tugasi Tuhan untuk melahirkan, membesarkan, memelihara, dan mendidik kita, maka sudah sepatutnya seorang anak menghormati dan mencintai orang tua serta taat dan patuh kepada kedua orang tuanya. Jadi pendidikan akhlak anak jalanan terhadap orang tua, ditekankan
terhadap
bagaimana
menghormati,
mencintai,
dan
mematuhi perintah orang tua, selama perintahnya tidak bertentangan dengan ajaran agama. d. Pendidikan akhlak pribadi. Dalam pendidikan akhlak terhadap diri anak jalanan di arahkan untuk bisa mengetahui jati diri anak jalanan itu sendiri, seseorang mampu
menghargai dirinya sendiri;
mengetahui kemampuan,
kelebihan, dan kekurangannya; serta dapat menjawab beberapa pertanyaan: Siapa saya ini? Apakah saya berguna atau tidak bagi orang lain? Mengapa saya harus berbuat baik? Bagaimana cara berguna bagi diri sendiri atau orang lain dan masyarakat serta bangasa dan negara? Dimana saya harus berbuat baik, dan sebagainya. 30
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 65.
21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Untuk memperoleh hasil yang optimal penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bersifat mendeskripsikan atau menggambarkan peran orang tua terhadap pendidikan anak jalanan secara nyata. Penelitian kualitatif berupaya mengungkap gejala secara menyeluruh (holistic) yang sesuai dengan situasi lapangan apa adanya (contextual) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen (human instrument) kunci. Penelitian semacam ini semakin bersifat deskriftif dan menggunakan logika berfikir induktif (dari khusus ke umum atau dari data lapangan menjadi kesimpulan umum). Penggunaan teori-teori yang relevan sebagai “pisau analisis” data kualitatif dapat menghasilkan deskripsi yang bermutu tinggi, yang maknanya mendalam. Proses dan makna dari sudut pandang subjek yang diteliti lebih ditonjolkan dalam penelitian ini. Ciri-ciri penelitian kualitatif tersebut mewarnai bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif, inovatif, mendalam, dan menunjukkan ciri-ciri ilmiah.31 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus (case study ) yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan sistem ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk studi
31
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial , (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.111.
22
kasus tersebut. Tiap kasus bersifat unik atau memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kasus lainnya.32 Dengan demikian dalam penelitiaan ini, diperlukan turun ke lapangan untuk memperoleh data yang lengkap. B. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah kawasan Tugu Muda Semarang. Peneliti mengambil lokasi ini karena di kawasan Tugu Muda Semarang ini anak jalanan masih tampak, dibandingkan dengan tempat lain yang sudah tidak dapat diidentifikasi lagi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 September sampai dengan 19 Oktober 2011. C. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah: 1. Pendidikan akhlak anak jalanan, meliputi: pendidikan akhlak anak jalanan terhadap Tuhan YME, pendidikan akhlak anak jalanan terhadap Rasulallah, pendidikan akhlak anak jalanan terhadap orang tua, pendidikan akhlak anak jalanan terhadap diri sendiri. 2.
Peran keluarga dalam pendidikan akhlak anak jalanan.
D. Subjek Penelitian dan Sumber Data Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah 4 anak jalanan yang bernama: Adam Mustafa, Aning, Dwi Purwanti, dan Dimas Mahendra. Serta orang tua anak jalanan yang ada di kawasan Tugu Muda Semarang. Adapun alasan pengambilan subjek dengan melihat beberapa pertimbangan di jalan seperti jam kerja anak jalanan yang berbeda, jenis pekerjaan yang berbeda, usia dan latar belakang keluarga yang berbeda. Baik anak jalanan yang orang tuanya melarang anaknya ke jalanan, dan anak jalanan yang orang tuanya membiarkan atau menyuruh ke jalanan untuk melakukan kegiatankegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya. 32
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 60.
23
Cara pengambilan subjek penelitian dengan melihat beberapa ciriciri subjek penelitian yaitu: a. Anak jalanan usia sekolah (7-18 tahun). Hal ini, juga mengacu kepada peraturan pemerintah tentang Wajib Belajar 9 tahun, b. Anak jalanan yang tempat atau lahan mereka dalam menjalankan aktifitasnya tetap, di Jl. Pandanaran, Jl. Imam Bonjol, depan Wisma Perdamaian Gubernuran, Jl. Dr. Soetomo, maupun di Jl. Pemuda Semarang. c. Keluarga dari anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang. 2. Sumber Data Penelitian Informan penelitian adalah anak jalanan beserta orang tua anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang sebagai informan kunci. E. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data penelitian digunakan metode-metode: 1. Observasi Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan mencatat secara sistematik terhadap gejala-gejala yang diselidiki. 33 Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para Ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. 34 2. Wawancara Wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Karakteristik dari data utama adalah dalam bentuk kata-kata atau ucapan dari perilaku orang-orang yang diamati dan diwawancarai. 35 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam dikarenakan peneliti akan mengetahui secara menyeluruh dan tuntas apa 33
Cholid Narbuko dan abu ahmadi, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003 ),
hlm. 70. 34
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal.99. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta : Gadjah Mada Universty Press, 2001), hlm. 111. 35
24
sebenarnya yang terjadi di lapangan dalam menyelesaikan penelitian. Agar wawancara ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka hubungan peneliti dengan subjek hendaknya merupakan suatu partnership.36 Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur. Berdasarkan jenisnya, dalam wawancara semi terstruktur menggunakan istrument standar. Sebelum peneliti melakukan wawancara dipersiapkan lebih dahulu tentang garis-garis besar pertanyaan yang memuat hal-hal pokok sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Namun tidak menutup kemungkinan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat spontan. Pada prinsipnya pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah dalam penelitian ini, baru kemudian dilakukan wawancara. Maksud pengadaan wawancara seperti antara lain: mengintroduksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Kebulatan: merekontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami pada manusia yang akan datang : memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia dan memverifikasi, memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.37 Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam wawancara adalah: a.
Pewawancara dan subjek penelitian biasanya belum saling mengenal. Untuk saling mengenal membutuhkan waktu yang lama.
b.
Pewawancara adalah pihak yang terus menerus bertanya, sedangkan subyek penelitian merupakan pihak yang selalu menjawab pertanyaan dari pewawancara.
c.
Urutan pertanyaan yang diajukan sudah ditentukan.
36
Bogdan dan Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, terjemahan oleh Arief Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), hlm. 128 37 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). hlm. 135.
25
Untuk mengenal subjek, maka peneli hendaknya melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut : a.
Pewawancara dapat menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga subjek penelitian merasa aman dan berkeinginan untuk memberikan informasi yang sebenarnya.
b.
Pewawancara bersikap netral, tidak bereaksi terhadap jawaban subjek penelitian ataupun yang dikatakannya.
c.
Pewawancara sanggup terus menerus menarik perhatian subjek penelitian selama wawancara berlangsung.38 Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data-data
mengenai pendidikan anak jalanan dan peran keluarga dalam pendidikan anak jalanan. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama beberapa arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.39 Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan anak jalanan yang ada di kawasan Tugu Muda Semarang, untuk memperkuat keabsahan penelitian ini. F. Metode Analisis Data Penelitian skripsi yang bersifat kualitatif pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama menggambarkan dan mengungkapkan (todescribe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (todescribe and explain). Kebanyakan penelitian kualitif bersifat deskriftif dan eksplanatori. 40
38
Masri Singarimbun, dan Sofyan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995). hlm, 195. 39 Hadari Nawawi, MetodePenelitian Bidang Sosial, hlm. 133 40 Nana Syaodih Sukmadinata, MetodePenelitian Pendidikan, hlm. 60.
26
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Sementara pengumpulan data masih dilakukan, analisa datapun terus dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Setelah itu peneliti mengidentifikasi antara ide-ide yang terbentuk dan fakta-fakta yang yang terjadi. Kemudian peneliti membuat tabel, gambargambar, dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil dari analisis data, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterprestasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip.41 Langkah-langkah dalam analisis data kualitatif adalah: 42 1. Data Reduction (reduksi data). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. 2. Data Display. Dalam penyajian data ini bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, dan tabel. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 3. Conclusion drawing/ verivication. Langkah analisis penelitian kualitatif selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 41 42
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 115. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hal.99.
27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Situasi dan Kondisi di Kawasan Tuga Muda Semarang Tugu Muda adalah sebuah monumen di Semarang,
berlokasi di
pusat bundaran Tugu Muda. Monumen ini di bangun di tahun 1953 untuk mengenang heroisme pejuang Semarang melawan penjajah Jepang yang dikenal sebagai pertempuran selama lima hari di kota Semarang dari tanggal 14-15 Oktober 1945. 43 Monumen Tugu Muda Semarang ini berada di tempat strategis yang menghubungkan antara wilayah luar kota Semarang dengan wilayah kota Semarang. Di kawasan Tugu Muda ini ada beberapa traffic light, diantaranya: traffic light Jl. Pandanaran, traffic light Jl. Imam Bonjol, traffic light Jl. Pemuda, traffic light Mgr. Soegiyapranata dan traffic light Jl. Dr. Soetomo. Di kawasan Tugu Muda Semarang sangat ramai dilalui oleh pengendara baik kendaraan beroda dua (sepeda atau sepeda motor), kendaraan beroda tiga (becak), maupun kendaran beroda empat (mobil pribadi dan kendaraan umum) yang menggunakan jalan ini untuk bekerja, belajar baik pagi hari, siang hari, sore hari maupun di malam hari. Di kawasan Tugu Muda Semarang ini terdapat anak jalanan dan pengamen jalanan serta pengemis dan penjual koran yang beraktivitas baik itu laki maupun perempuan yang tua maupun yang muda serta anak-anak. a. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek penelitian dari penelitian adalah 4 anak-anak jalanan yang masih pulang ke rumah dan usia mereka antara 6-18 tahun yang terdiri dari 2 anak jalanan yang putus sekolah dan 2 anak jalanan yang masih bersekolah serta orang tua dari anak jalanan yang turun ke jalanan. Disini peneliti mengambil 4 anak jalanan dan orang tua anak jalanan. 43
http://www.wikimapia.org/236530/id/Tugu-Muda, diunduh 15 Oktober 2011.
28
Mengenai indentitas subjek penelitian yaitu anak-anak jalanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Indentitas anak Jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang No 1
Nama
Alamat
Adam
Jl. Wonosari
Mustafa
Rt.08 Rw.VIII
Usia
Pendidikan
Agama
15
Droup out
Islam
Droup out
Islam
SD
Islam
Tahun
Semarang 2
Aning
Jl. Kesatrian Semarang
3
4
8 Tahun
Dwi
Jl. Pandan Sari
Purwanti
Semarang
Dimas
Jl. Wonosari
Mahendra
RT. 10 RW. III
9
Tahun Pandansari 14
SMP Nudia
Islam
Tahun Karang Ayu
Semarang
Indentitas anak jalanan ini berasal dari berbagai tempat, tetapi masih dalam lingkungan kota Semarang. Lokasi dan waktu dalam beraktivitas anak jalanan satu sama lainnya sama karena memang penelitian ini diambil di wilayah yang sama, yaitu kawasan Tugu Muda Semarang. Daftar lokasi dan aktivitas anak jalanan dapat melihat tabel dibawah ini. Tabel 2. Lokasi dan aktivitas anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang No
Nama
Lokasi Kegiatan
Jenis
Jam Kerja
Aktifitas 1
2
3
1
Adam
Traffic
Mustafa
Pandanaran
Light
4 Jl. Ngamen
5 15.0022.00 wib
29
1
2
2
Aning
3
4
Traffic Light Jl. Imam
Minta-minta 09.00-
Bonjol 3
4
5
19.00 wib
Dwi
Traffic
Light
Jl. Mengelap
Purwanti
Pemuda
Dimas
Traffic Light Jl. Dr. Minta-minta 17.00-
Mahendra
Soetomo
mobil
15.0020.00 wib
21.00 wib
Setiap anak jalanan mempunyai aktivitas dan jenis pekerjaan sendiri-sendiri seperti yang terlihat tabel diatas. Jenis pekerjaan anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam seperti: mengamen, mengemis, dan mengelap mobil.
Tabel 3. Indentitas orang tua dari anak jalanan yang dijadikan subjek penelitian. No
Nama
Pekerjaan
Pendidikan
Usia
Orang Tua Dari
1
Sumarsono
Swasta
SD
38
Adam
Tahun Mustafa 2
3
4
Margono
Ahmad
Joko Prayitno
Swasta
Swasta
Swasta
Tidak lulus
39
Aning
SD
Tahun
Tidak
36
Sekolah
Tahun Purwanti
SMP
45
Dwi
Dimas
Tahun Mahendra
Orang tua dari subjek penelitian berasal dari lingkungan Semarang. Bila dilihat dari pendidikan mereka secara formal masih rendah, sehingga mereka juga sulit untuk mencari pekerjaan yang mantap. Pekerjaan apapun tetap mereka terima untuk menampung
30
hidup dan kondisi. Orang tua subjek penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Status pernikahan dan penghasilan per-bulan dari orang tua anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang. No
Nama
Status
Jumlah
Penghasilan/
Pernikahan
anak
bulan
1
Sumarsono
Duda
4
Tidak tetap
2
Margono
Menikah
2
Tidak tetap
3
Ahmad
Menikah
2
Tidak tetap
4
Joko Prayitno
Menikah
1
Tidak tetap
b. Seputar Kehidupan Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang Anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang ini menyebar dalam menjalankan aktivitasnya : di traffic light Jl. Pemuda, di traffic light Jl. Imam Bonjol, di traffic light depan wisma Perdamaian dan traffic light Jl. Pandanaran. Aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak jalanan di jalanan adalah 1) Mengamen Anak jalanan mengamen terhadap pengendara kendaraan beroda dua (sepeda motor), becak dan kendaraan beroda empat (mobil pribadi, kendaraan umum : bus kota atau bus damri, angkutan kota, taxi). 2) Meminta-minta. Selain mengamen, kegiatan yang dilakukan anak jalanan meminta-minta kepada para pengguna jalan yang melintas di kawasan Tugu Muda Semarang. 3) Mengelap kaca mobil. Anak jalanan juga melakukan kegiatannya dengan mengelap kaca mobil untuk mendapatkan uang.
31
Berikut ini gambaran per-kasus dari profil anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang: 1) Adam Mustafa Sejak berusia 8 tahun, Adam Mustafa pergi kejalanan karena merasa dalam keluarga kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Adam Mustafa droup out dari sekolah sejak kelas V SD, karena ingin bekerja membantu ayahnya yang sudah bercerai dengan ibunya sejak 7 tahun yang lalu. Adam Mustafa tinggal dengan ayah, nenek dan 3 orang saudaranya. Adam Mustafa bekerja mengamen mulai pukul 15.00-22.00 wib. Terkadang juga Adam Mustafa di suruh memotretkan orang-orang yang ada di Taman Tugu Muda Semarang yang ingin berfoto. Kehidupannya sehari-hari hanya itu, tidak untuk pekerjaan lain. Untuk pendapatan Adam Mustafa sehari rata-rata Rp. 20.000, sampai dengan Rp.25.000.
Peralatan
yang
digunakan
untuk
menunjang
pekerjaannya adalah kentrung.44 Hasil pendapatan Adam Mustafa digunakan untuk jajan dan bermain game. Hubungannya dengan lingkungan soial dan teman sebayanya berjalan dengan baik. Anak jalanan yang berada di jalanan saling menjaga karena merasa senasib dan merasa keberadaan teman di jalanan sebagai sesuatu yang berarti. Tanpa teman anak-anak jalanan merasa kesepian, sehingga mereka berusaha menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman di jalanan. Hubungan anak jalanan dengan temantemannya
di
jalanan
dapat
merupakan
strategi
dalam
mempertahankan kelangsungan hidup, selain dengan melakukan kegiatan ekonomi. 45 2) Aning (8 tahun) Melakukan aktifitas di kawasan Tugu Muda Semarang mulai pukul 09.00-19.00 wib, dengan meminta-minta kepada pengguna 44 45
Alat musik menyerupai gitar, akan tetapi lebih kecil dari gitar. Odi Shalahudin, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman, hlm. 20.
32
jalan yang melintas. Pada awalnya ia ke kawasan Tugu Muda Semarang untuk main-main saja. Akan tetapi setelah melihat keadaan di jalanan bisa untuk menjadi lahan untuk mencari uang, maka ia putuskan untuk melakukan aktifitas di jalanan dengan meminta-minta. Kehidupan aning sehari-hari hanya itu, tidak pekerjaan yang lain. Untuk pendapatan Aning sehari rata- rata Rp10.000 tapi terkadang pendapatan terendah Aning Rp 5.000, sedangkan pendapatan tertinggi Aning sampai Rp 20.000. Hasil pendapatan Aning sebagian diberikan pada orang tua untuk belanja kebutuhan sehari-hari, dan sebagian sisanya untuk dia sendiri dan bersenang-senang dengan teman-teman. Seandainya Aning tidak mendapat uang sedikitpun dalam seharian diapun tidak melakukan apa-apa, ia terima tapi meskipun sedikit minimal sehari pasti dapat. Uang yang Aning dapat ia pegang sendiri. Aning droup out dari sekolah karena tidak ada biaya untuk sekolah karena bapaknya tidak bekerja. Orang tuanyapun mengizinkan dia turun ke jalanan karena dapat membantu perekonomian keluarga. 3) Dwi Purwanti (6 tahun) Dwi Purwanti ke jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang untuk bekerja dengan mengelap kaca mobil, dia bekerja dari pukul 15.00- 20.00. Kehidupan Dwi sehari-hari hanya itu, tidak pekerjaan yang lain. Untuk pendapatan Dwi sehari rata- rata Rp 9.000 tapi terkadang
pendapatan terendah dia
Rp
4.500,
sedangkan
pendapatan tertinggi dia sampai Rp 15.000. Peralatan yang dibawa hanya lap kain yang dia bawa dari rumah. Hasil pendapatan Dwi sebagian digunakan untuk uang saku ke
sekolah, membeli
seragam, membeli buku, dan sebagian lagi ia tabung. Seandainya Dwi tidak mendapat uang sedikitpun dalam seharian diapun tidak melakukan apa-apa. Dalam pelaksanaannya, minimal sehari ia mendapat uang. Hubungan dengan teman-teman dilingkungannya saling menjaga karena mereka merasa senasib. Uang yang didapat
33
ia pegang sendiri. Orang tuanyapun mengizinkan dia turun ke jalanan karena sangat membantu untuk biaya sekolah dan beli buku serta ditabung. Sebenarnya orang tuanya juga merasa takut akan keselamatan anaknya yang hidup seharian di jalanan, takut kalau terserempet atau tertabrak motor dan mobil apalagi tergaruk aparat. 4) Dimas Mahendra (14 tahun) Dimas Mahendra ke jalanan kawasan Tugu Muda Semarang dengan meminta-minta pada para pengguna jalan di sekitar taffic light dr. Soetomo, dia bekerja dari pukul 17.00- 21.00 wib. Karena kalau pagi dia sekolah dan malamnya setelah pulang dari jalanan ia belajar. Kehidupan Dimas Mahendra sehari-hari hanya itu, tidak pekerjaan yang lain. Untuk pendapatan Dimas Mahendra sehari rata- rata Rp 25.000,- tapi terkadang pendapatan terendah dia Rp 20.000, sedangkan pendapatan tertinggi dia sampai Rp 30.000. Dalam melaksanakan kegiatannya di jalanan Dimas Mahendara tidak menggunakan alat apapun, hanya minta-minta saja. Hasil pendapatan Adam Mustafa sebagian digunakan untuk bayar sekolah dan membeli buku, sebagian lagi ia tabung. Hubungan dengan teman-teman dilingkungannya saling menjaga karena mereka merasa senasib. Uang yang Dimas Mahendra dapat dari kegiatannya di jalanan ia pegang sendiri. c.
Faktor penyebab anak jalanan di kawasan tugu muda semarang 1) Main-main Pada mulanya anak-anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang hanya main-main dan untuk menghabiskan waktu saja. Akan tetapi, setelah terbiasa mendapatkan penghasilan sendiri mereka
menjadi
tertarik
untuk
mengulangi
hal
tersebut.
Sebagaimana yang dituturkan oleh Aning: “Pada awalnya saya main-main saja untuk mengisi waktu”.
34
2) Pengaruh teman Pengaruh teman menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak pergi kejalanan. Pengaruh teman menunjukan dampak besar anak pergi kejalanan, terlebih bila dorongan pergi kejalanan mendapatkan dukungan dari orang tua atau keluarga. Sebagaimana yang ditutukan oeh Dimas Mahendra: “Saya ikut ajakan teman untuk pergi ke kawasan Tugu Muda Semarang”. 3) Ingin mempunyai uang sendiri Berbeda dengan faktor dorongan dari orang tua, uang yang didapatkan anak biasanya digunakan untuk keperluan sendiri. Meskipun anak memberikan sebagian uangnya kepada orang tua mereka, ini lebih bersifat suka rela dan tidak memiliki dampak buruk terhadap anak apabila tidak memberi sebagian uangnya ke orang tua atau keluarganya. Sebagaimana yang dituturkan oleh Dwi Purwanti: “Saya ingin mempunyai uang sendiri untuk ditabung supaya bisa terus bersekolah”. 4) Impian kebebasan Berbagai masalah yang dihadapi anak di dalam keluarga dapat menimbulkan pemberontakan di dalam dirinya dan berusaha mencari jalan keluar. Peneliti saat mewawancarai anak jalanan menyatakan bahwa dunia jalanan dianggap anak dapat menjadi alternatif termudah untuk mendapatkan kebebasan. Ketika mereka akhirnya tiba di jalanan, bukan berarti mereka bisa lepas dari masalahnya, justru berbagai masalah yang lebih berat harus mereka hadapi. Adam Mustafa pergi ke jalanan karena merasa tidak pernah diperhatikan oleh orangtuanya. Selama di jalanan ia merasa memiliki kebebasan dan memiliki banyak kawan yang bisa menampung keluh kesahnya. Seperti yang Adam mustafa tuturkan kepada peneliti:
35
Waktu saya berumur 7 tahun, ibu pergi ke Malaysia untuk bekerja dan selama bekerja tidak pernah pulang. Saya tinggal di rumah dengan ayah dan nenek. Selama di rumah saya merasa bosan dan kesepian. Lalu saya putuskan untuk ke jalanan bersama teman-teman sebaya. 2. Pendidikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang Pendidikan anak jalanan ditekankan kepada pembinaan akhlak dan pembentukan pribadi yang berkarakter dengan memanfaatkan kelebihan dan menyikapi kekurangan masing-masing individu anak jalanan. Salah satunya dengan upaya peningkatan keterampilan anak-anak jalanan, sehingga dengan adanya bekal keterampilan, anak-anak jalanan ini akan mempunyai modal untuk bekerja yang lebih baik, tanpa harus mengamen atau mengemis lagi. Anak-anak jalanan masih berpeluang untuk mengubah nasibnya melalui belajar; karena dengan pendidikan tersebut benar-benar mendukung pengembangan diri mereka. Berikut ini gambaran per-kasus dari pendidikan akhlak anak-anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang: a. Adam Mustafa. Sebagai umat Islam Adam Mustafa mengenal Tuhannya adalah Allah SWT dan Nabi Muhammad Rasul-Allah. Akan tetapi dalam hal taqwa, Adam Mustafa kurang bertaqwa. Hal ini diperkuat dalam pelaksanaan ibadah tidak menjalankan ibadah dengan baik. Sehari-hari Adam Mustafa jarang melakukan ibadah seperti: shalat wajib kadang sehari sekali, kadang tidak melakukan shalat wajib sama sekali karena malas. Untuk puasa wajib seperti puasa bulan Ramadhlon tidak pernah berpuasa. Sedangkan hubungan Adam Mustafa dengan keluarga kurang begitu dekat, komunikasi antar anggota keluarga tidak berjalan dengan baik. Bahasa yang digunakan Adam Mustafa untuk berkomunikasi dengan anggota keluaga yang lebih tuapun dengan bahasa yang kurang baik. Untuk hubungan dengan lingkungan sosial dan teman sebaya berlangsung dengan baik. Sedangkan akhlak terhadap dirinya sendiri
36
Adam Mustafa kurang baik, terbukti dengan penggunaan anting di telinganya. Secara pendidikan formal Adam Mustafa sudah tidak bersekolah lagi. Ia Droup Out dari sekolah sejak kelas V SD Wonosari Semarang, karena tidak tahan
terhadap ejekan
teman-temannya dan perilaku
sebagian para guru yang selalu menjadikan Adam Mustafa sebagai objek dari contoh-contoh perilaku yang buruk. Adam Mustafa bercitacita ingin menjadi pembalap. Salah satu cara Adam Mustafa untuk mewujudkan cita-citanya dengan menyalurkan keinginannya menjadi pembalap lewat permainan play station. Adam Mustafa beranggapan pendidikan tidak penting bagi kehidupannya, yang penting ia bisa mendapatkan pekerjaan. Adam Mustafa pergi ke kawasan Tugu Muda Semarang atas kemauannya sendiri. Selama berada di jalanan ia merasa senang, dan ia berada di jalanan rata-rata 6-7 jam per-hari. Dengan hasil melakukan kegiatan di jalanan Adam Mustafa menggunakannya untuk dirinya sendiri, yaitu; untuk jajan dan main game. Dan ia tidak menyisihkan sebagian uangnya sedikitpun untuk menabung. b. Aning Aning mengetahui Tuhannya adalah Allah SWT, dan Muhammad saw Rasul-Allah. Dalam hal taqwa aning kurang bertaqwa. Karena pelaksanaan ibadah Aning tidak menjalankan dengan baik. Hal ini diperkuat dalam melaksanakan Shalat wajib, dan puasa Ramadhan masih jarang. Alasan Aning tidak melaksanakan shalat karena tidak sempat, sedangkan kalau sering membatalkan puasa dikarenakan merasa kehausan dan lapar. Hubungan dengan keluarga berjalan dengan baik. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi, terutama kepada anggota keluarga yang lebih tua menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Sebelum ke kawasan Tugu Muda, Aning membantu orang tua untuk bersih-bersih
37
rumah dan membantu pekerjaan rumah lainnya. Untuk hubungan dengan dengan lingkungan sosial dan teman sebaya yang berada di jalanan berlangsung dengan baik, saling menjaga karena merasa senasib. Aning droup Out dari sekolah karena bapaknya tidak bekerja. Sebenarnya Aning ingin sekali melanjutkan sekolahnya, bahkan ia bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Selama berada di jalanan ia meminta-minta kepada penguna jalan yang melintas di kawasan Tugu Muda Semarang. Sebenarnya Aning mempunyai bakat melukis, akan tetapi bakat tersebut tidak tersalurkan. Aning pergi ke jalanan atas kemauannya sendiri dan merasa senang selama berada di sana. Ia membawa sendiri uang dari hasil kegiatannya di jalanan untuk di tabung dan sebagian diberikan kepada orang tua. c. Dwi Purwanti Sebagai umat Islam Dwi Purwanti mengetahui Tuhannya adalah Allah SWT, dan nabi Muhammad saw Rasullah. Dalam hal taqwa Dwi Purwanti kurang bertaqwa. Sebab dalam pelaksanaan ibadah, Dwi Purwanti tidak menjalankan dengan baik. Dalam melaksanakan Shalat wajib ia sering lupa waktu karena sibuk dengan kesibukannya seharihari. Sedangkan untuk puasa ramadahan ia berpuasa. Hubungan dengan keluarga berjalan dengan baik. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi, terutama kepada anggota keluarga yang lebih tua menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Hubungan dengan teman sebaya yang berada di jalanan saling menjaga karena merasa senasib. Untuk hubungan dengan lingkungan sosial dan sesama anak jalanan berlangsung dengan baik. Sementara hubungan dengan teman di sekolah Dwi Purwanti berusaha menyembunyikan statusnya sebagai anak jalanan yang bekerja di jalanan pada teman-teman sekolahnya karena merasa malu.
38
Dwi Purwanti bersekolah di SD Pandan Sari kelas 4. Dwi bercitacita ingin sebagai kasir Mall. Dwi Purwanti berfikiran untuk mencapai keinginan tersebut diperlukan ijasah lewat pendidikan formal. Salah satu cara untuk mewujudkan cita-citanya, ia menyisihkan uang untuk ditabung agar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya agar mendapatkan ijasah guna meraih cita-citanya mendapatkan pekerjaan sebagai kasir Mall. Selama berada di jalanan ia merasa senang, dan rata-rata ia menghabiskan waktu 4-5 jam per-hari di sana. Dwi Purwanti tidak ingin selamanya berada di jalanan, ia ingin merubah nasibnya menjadi kasir Mall. d. Dimas Mahendra Sebagai umat Islam Dimas Mahendra mengenal Tuhannya adalah Allah SWT, dan nabi Muhammad saw Rasul-Allah. Dalam hal taqwa Dimas Mahendra kurang bertaqwa. Sebab dalam pelaksanaan ibadah, ia tidak menjalankan ibadah dengan baik. Sehari-hari Dimas Mahendra jarang melakukan ibadah seperti: shalat wajib kadang sehari sekali, kadang tidak melakukan shalat wajib sama sekali karena malas. Untuk puasa wajib seperti puasa bulan Ramadhlon ia berpuasa. Sedangkan hubungan Dimas Mahendra dengan keluarga cukup dekat, sebenarnya orang tuanya melarang Dimas Mahendra untuk ke jalanan. Bahasa yang digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan anggota keluaga yang lebih tua menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Hubungan dengan lingkungan sosial
dan teman-teman
dilingkungannya berlangsung dengan baik, saling menjaga karena mereka merasa senasib. Dimas Mahendra bersekolah di SMP NUDIA Karang Ayu Semarang. Ia menggunakan sebagian hasil dari kegiatannya di jalanan untuk membayar sekolah dan membeli buku, sebagian lagi ia tabung. Dimas Mahendra mempunyai hobi berenang, dan bercita-cita ingin
39
menjadi anggota TNI AD. Untuk mewujudkan cita-citanya salah satu upaya dari Dimas Mahendra adalah dengan belajar dengan sungguhsungguh baik ketika berada di sekolah atau ketika berada di rumah. Dimas Mahendra menyadari untuk mewujudkan cita-citanya salah satu caranya dengan mempelajari ilmu sebanyak-banyaknya lewat sekolah maupun di luar sekolah. Ia juga sering latihan berenang, walaupun lokasi renang dilakukan di sungai. 3. Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena di dalam lingkungan keluarga inilah anak-anak pertama mendapatkan didikan dan bimbingan. Tugas utama keluarga bagi pendidikan, adalah sebagai peletak dasar pendidikan akhlak yang merupakan pandangan hidup keagamaan dan pendidikan karakter, sehingga anak menjadi pribadi yang tumbuh dan berkembang sesuai bakat dan minatnya masing-masing. Pelajaran yang paling berharga untuk anak jalanan adalah perangai ayah dan ibu sehari-hari, baik yang ditujukan kepada anak maupun yang lainnya yang ditunjukkan dengan pendampingan, dan pemberian bimbingan dengan rasa kasih sayang terhadap perkembangan anak jalanan. Keluarga anak jalanan tidak bisa disamakan dengan gambaran keluarga ideal lainnya. Banyak keluarga anak jalanan yang sudah tidak utuh dan harmonis lagi. Kondisi perekonomian keluarga mereka pada umumnya berada pada taraf kurang mampu, yang mendorong anak untuk beraktivitas di jalanan. Pada umumnya anak sering mengalami kekerasan oleh orang tua, dan diabaikan oleh orang tuanya. Berikut ini gambaran per-kasus peran keluarga dalam pendidikan anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang.
40
a. Adam Mustafa Keluarga Adam Mustafa sudah tidak utuh lagi, karena ayah dan ibunya sudah bercerai sejak 7 tahun yang lalu. Ibunya pergi ke malaysia untuk bekerja menjadi TKW. Sehari-hari Adam Mustafa tinggal bersama ayah, nenek dari ayah dan saudara-saudaranya. Ayahnya yang bekerja sebagai montir di bengkel setiap hari pergi ke tempat kerja pukul 08.00 wib dan pulang ke rumah pada pukul 18.00 wib. Sehingga tidak bisa memantau dan memberikan perhatian terhadap Adam Mustafa yang mulai meninggalkan rumah untuk melakukan aktifitas di kawasan Tugu Muda Semarang mulai pukul 10.00-22.00 wib. Sesudah melakukan aktifitas di jalanan Adam Mustafa tidak segera pulang ke rumah, ia ke tempat persewaan game untuk bermain game. Setelah pukul 01.00 Adam Mustafa baru pulang ke rumah. Sementara neneknya yang bernama ibu Suyati (64 tahun), sudah berusia senja, tidak bisa berbuat banyak lagi terhadap perkembangan diri Adam Mustafa. Dalam pembinaan terhadap pendidikan akhlak, keluarga Adam Mustafa tidak melakukannya perannya dengan baik, cenderung melakukan pembiaran. Dan tidak memberi pengetahuan tentang Allah swt, Rasulallah saw, serta tidak pernah menyuruh atau mengajak Adam Mustafa untuk melakukan ibadah secara bersama-sama. Sehingga menjadikan Adam Mustafa pribadi yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah. Sebenarnya ayah dari Adam Mustafa menyuruhnya untuk tetap sekolah, akan tetapi dalam pelaksaannya Adam Mustafa tidak mau karena menurutnya pendidikan tidak penting. Sehingga keluarganya melakukan pembiaran atas hal itu. Keluarganya tidak memberikan bimbingan serta arahan terhadap potensi dan bakat yang dimiliki oleh adam Mustafa dengan, sehingga dalam kehidupan sehari-hari ia lebih banyak bermain daripada mengembangkan potensi yang dimiliki dirinya.
41
b. Aning Ibu dan kakak dari Aning juga melakukan aktifitas di jalanan dengan meminta-minta. Aning tidak bersekolah lagi, karena harus bekerja untuk membantu menopang perekonomian keluarga. Dalam pemberian pembinaan terhadap pendidikan akhlak Aning, keluarganya tidak melakukan perannya dengan baik, dan cenderung melakukan pembiaran. Mereka tidak memberikan pengetahuan tentang Tuhan YME, dan Rasul-Allah saw. Dan tidak pernah menyuruh melakukan ibadah, atau memberi contoh Aning untuk melakukan ibadah secara bersama-sama. Sehingga menjadikan Aning pribadi yang kurang bertaqwa terhadap Tuhan YME. Keluarga Aning cenderung melakukan pembiaran dan tidak memperhatikan
terhadap
perkembangannya.
Keluarganya
tidak
memberikan bimbingan serta arahan terhadap potensi dan bakat yang dimiliki.
Dengan
melakukan pembiaran atau
dorongan untuk
melakukan kegiatan di jalanan, anak akan menjadi pribadi yang psimis, malas, selalu ingin di kasihani orang lain. c. Dwi Purwanti Keluarga Dwi Purwanti dalam pembinaan terhadap pendidikan akhlaknya, cenderung melakukan pembiaran. Dan keluarganya tidak pernah menyuruh, memberi contoh, dan mengajak untuk beribadah secara bersama-sama. Sehingga Dwi Purwanti dalam pelaksanaan ibadah tidak menjalankan dengan baik. sehingga, menjadikan Dwi Purwanti pribadi yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah, sebagai anak dari orang tuanya, dan sebagai makhluk sosial dengan baik. Dalam pengembangan pribadi Dwi Purwanti, keluarganya tidak berperan dengan baik. Untuk pembentukan pribadi Dwi Purwanti keluarganya juga tidak melakukan pendampingan terhadap bakat dan minat, membiarkan Dwi Purwanti untuk melakukan kegiatan di jalanan.
42
Dengan melakukan pembiaran anak melakukan pembiaran dijalanan, akan menjadikan pribadi yang psimis, cenderung pemalas, dan pemalu. Terbukti dengan adanya hal yang dilakukan Dwi Purwanti yang menyembunyikan identitasnya dari teman-teman di sekolah sebagai anak jalanan karena merasa malu. d. Dimas Mahendra Keluarga Dimas Mahendra terdiri dari ayah, ibu, dan Dimas Mahendra sendiri. Sebenarnya ayah dari Dimas Mahendra melarang untuk ke jalanan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya untuk memenuhi perekonomian keluarga, ayah dari Dimas Mahendra belum bisa memenuhi sepenuhnya. Apalagi untuk pembiayaan sekolah Dimas Mahendra, untuk sekedar uang saku saja terkadang tidak bisa memenuhi. Sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga tidak bisa membantu banyak dalam perekonomian keluarga. Sedangkan dalam pembinaan terhadap pendidikan akhlak, keluarganya melakukan pembiaran. Keluarganya mengajak
melakukan
tidak ibadah
menyuruh, memberi contoh, atau secara
bersama-sama.
Sehingga,
menjadikan Dimas Mahendra pribadi yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah. Untuk pemberian bimbingan terhadap bakat dan minat Dimas Mahendra, ibunya yang lebih berperan banyak. Salah satunya, ketika malam sesudah pulang dari jalanan ibunya selalu menyuruh belajar Dimas Mahendra. “Ingat cita-cita kamu, katanya mau jadi anggota TNI AD, belajar yang rajin” kata ibu Dimas Mahendra. Dimas Mahendra menyadari untuk mewujudkan cita-citanya salah satu caranya dengan mempelajari ilmu sebanyak-banyaknya lewat sekolah, dan mengikuti les. Ia juga sering latihan berenang, walaupun lokasi renang di sungai.
43
B. PEMBAHASAN 1. Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang Anak
jalanan yang berada
di kawasan Tugu Muda Semarang
berasal dari daerah di sekitar kawasan Tugu Muda Semarang, yaitu berasal dari Gunung Brintik, Kesatrian, dan Pandan sari. Berdasarkan daerah asalnya, anak jalanan lebih banyak berasal dari kota Semarang
sendiri,
yaitu
dari
kawasan Bandarharjo, Gunung
Brintik, Tandang-Mrican, dan Pandan sari. Keempat daerah ini dikenal pula sebagai basis tempat tinggal anak jalanan. Anak jalanan yang berasal
dari luar kota sebagian besar berasal dari kota/kabupaten
Semarang, sedangkan anak jalanan yang berasal dari luar propinsi masih terbatas pada wilayah di Pulau Jawa.46 a. Seputar Kehidupan Anak Jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang Aktivitas
anak-anak selama di jalanan adalah mengemis,
mengamen, mengelap mobil yang berhenti saat lampu taffic light berwarna merah. Tempat-tempat yang diindentifikasikan pernah menjadi tempat istirahat anak jalanan yaitu gedung Lawang Sewu, emperan toko, loslos pasar (Pasar Bulu). Lokasi anak jalanan perempuan di kompleks Tugu Muda Semarang dalam mencari uang tidak hanya di traffic light Jl. Pandanaran saja tetapi juga di traffic light Jl. Pemuda dan di traffic light depan Wisma Gubenuran (Wisma Perdamaian). b. Faktor penyebab anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang Hal-hal yang menyebabkan anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang. 1) Main-main Pada umumnya, anak-anak jalanan Semarang hanya ingin main-main dan untuk menghabiskan waktu saja di kawasan Tugu Muda. Selanjutnya, setelah terbiasa mendapatkan penghasilan
46
Odi Shalahudin, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman, hlm. 29.
44
sendiri mereka menjadi tertarik untuk mengulangi hal tersebut berkali-kali. 2) Pengaruh teman Pengaruh teman juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak pergi kejalanan. Pengaruh teman menunjukan dampak besar anak pergi kejalanan, terlebih bila dorongan pergi kejalanan mendapatkan dukungan dari orang tua atau keluarga. 3) Ingin mempunyai uang sendiri Adanya pendapatan dari melakukan kegiatan di jalanan berupa uang, juga menjadi salah satu faktor penyebab anak ke jalanan. Berbeda dengan faktor dorongan dari orang tua, uang yang didapatkan anak biasanya digunakan untuk keperluan sendiri. Meskipun anak memberikan sebagian uangnya kepada orang tua mereka, ini lebih bersifat suka rela dan tidak memiliki dampak buruk terhadap anak apabila tidak memberi sebagian uangnya ke orang tua atau keluarganya. 4) Impian kebebasan Berbagai masalah yang dihadapi anak di dalam keluarga dapat menimbulkan pemberontakan di dalam dirinya dan berusaha mencari jalan keluar. Kehidupan di jalanan dianggap anak dapat menjadi alternatif termudah untuk mendapatkan kebebasan.
2. Pendidikan Akhlak Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang. Setiap orang memiliki harapan-harapan, cita-cita, mimpi yang ingin diwujudkan. Keinginan dan harapan yang dimiliki individu untuk berprestasi mendasari cita-cita. Walaupun anak jalanan sering dianggap tidak memiliki masa depan yang bagus, karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki. Pada kenyataannya anak jalanan tetap memiliki harapanharapan. Keputusan anak untuk menjadi seorang anak jalanan, dipengaruhi oleh banyak faktor dan penyebab. Diantaranya bahwa berbagai hasil studi atau laporan program pelaksanaan anak jalanan cenderung memandang
45
kemiskinan (faktor ekonomi) dan keretakkan keluarga (faktor keluarga) sebagai faktor pendorong yang paling dominan menyebabkan anak turun ke jalan. Kedua faktor tersebut saling berkait, mengingat kemiskinan dapat memicu keretakkan dalam keluarga. Farid menyatakan bahwa kemiskinan menciptakan kondisi kunci dalam mendorong anak menjadi anak jalanan. 47 Anak-anak jalanan mengawali kegiatannya di jalanan pada umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan keinginan mandiri secara ekonomi. Pengaruh keluarga antara lain adalah pengaruh saudara atau teman yang lebih dulu menjadi anak jalanan, baik berupa ajakan maupun perilaku meniru (modeling), serta pengaruh dorongan dari orang tua yang bermotif eksploitasi ekonomi. Pekerjaan orang tua menggambarkan kondisi perekonomian keluarga anak jalanan. Pada umumnya orang tua anak jalanan memiliki pekerjaan dengan pendapatan rendah; seperti tukang parkir, pekerja pembersih sampah, atau bahkan tidak bekerja. Kondisi kesejahteraan keluarga pada umumnya berada pada tingkat yang rendah, bahkan dapat dikatakan miskin. Belum terpenuhinya kesejahteraan keluarga oleh orang tua, mempengaruhi pola asuh yang diterapkan. Setiap keluarga memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Kondisi perekonomian keluarga terkadang juga mempengaruhi pola asuh orang tua. Pola asuh adalah cara-cara pengasuhan yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya. Pola asuh yang tidak tepat pada anak dapat menyebabkan anak tidak betah atau tidak dapat dikendalikan dan memilih untuk menjadi anak jalanan. Kegagalan yang diakibatkan pola asuh yang salah
pada
seorang
anak
dapat
menyebabkan
hambatan
pada
perkembangan anak. Anak jalanan pada umumnya mengalami pola asuh yang cenderung dalam bentuk pengabaian. Berikut ini gambaran per-kasus pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang: a. Adam Mustafa 47
Odi Shalahudin, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman, hlm. 73.
46
Sebagai umat Islam Adam Mustafa tidak bertaqwa terhadap Tuhan YME. Terbukti ia tidak melaksanakan segala perintah Allah SWT dan nabi Muhammad saw dengan menjauhi segala laranganNYA. Seperti: shalat-shalat wajib, puasa bulan Ramadhlon. Sedangkan untuk hubungan dengan orang tuanya Adam Mustafa kurang baik. Ia tidak mematuhi orang tuanya, yang melarangnya untuk berada di jalanan. Dan untuk komunikasi dengan anggota keluarga, terutama anggota keluarga yang lebih tua, Adam Mustafa tidak mengunakan bahasa yang halus dan sopan. Sedangkan hubungan Adam Mustafa dengan dengan lingkungan sosial dan teman sebaya sudah berjalan dengan baik. Mereka merasa menjadi keluarga yang sama-sama berada di jalanan. Adam Mustafa droup out dari sekolah sejak kelas V SD. Adam Mustafa bercita-cita ingin menjadi pembalap. Salah satu cara Adam Mustafa
untuk
mewujudkan
cita-citanya
dengan
menyalurkan
keinginannya menjadi pembalap lewat permainan balap play station. Adam
Mustafa
beranggapan
pendidikan
tidak
penting
bagi
kehidupannya, yang penting ia bisa mendapatkan pekerjaan. Dalam
pencapaian
cita-citanya
Adam
Mustafa
kurang
memanfaatkan keadaan, kurang mengusahakan keinginan dan cita-cita yang dimilikinya, terlihat dalam aktivitasnya yang kebanyakan tidur dan main game saja. b. Aning Sebagai umat Islam Aning, tidak bertaqwa terhadap Tuhannya Allah SWT, tidak melaksanaan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah swt dan nabi Muhammad saw. Terbukti dengan Aning tidak menjalankan hal-hal yang di syari’atkan oleh agama Islam. Seperti menjalankan ibadah-ibadah wajib, seperti; shalat wajib, Aning tidak melaksanakan shalat karena ia tidak sempat, sedangkan kalau sering membatalkan puasa dikarenakan merasa kehausan dan lapar.
47
Untuk akhlak terhadap kedua orang tua, Aning sudah baik. Ia mematuhi dan menyayangi orang tuanya, terbukti sebelum ke kawasan Tugu Muda, Aning membantu orang tua untuk bersih-bersih rumah dan membantu pekerjaan rumah lainnya. Untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga, terutama anggota keluarga yang lebih tua sudah menggunakan bahasa yang baik dan halus. Untuk hubungan dengan dengan lingkungan sosial dan teman sebaya yang berada di jalanan berlangsung dengan baik, dan saling menjaga. Aning droup out dari sekolah karena bapaknya tidak bekerja. Sebenarnya Aning ingin sekali melanjutkan sekolahnya, bahkan ia bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Salah satu cara untuk mewujudkan cita-citanya, Aning mengikuti les dengan salah seorang relawan LSM yang mengajarinya pelajaran matematika, IPA, dan kesenian. Meskipun dengan mengikuti les subjek tidak mendapat ijasah sesuai yang diinginkannya, Aning senang dan antusias mengikuti les. Aning berusaha mencapai kesuksesan lewat mengikuti les, dan merasa cukup mengikuti les untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya sebagai seorang anak jalanan yang tidak mampu mengikuti pendidikan formal di sekolah. Dalam pelaksanannya aning tidak bersifat realistis, karena untuk mewujudkan cita-citanya yaitu menjadi seorang tenaga pendidik. Sedangkan, Aning secara pendidikan formal sudah tidak bersekolah lagi. Aning mempunyai bakat melukis, akan tetapi bakat tersebut tidak tersalurkan dikarenakan tidak adanya biaya untuk membeli peralatan lukis. c. Dwi Purwanti Sebagai umat Islam Dwi Purwanti tidak bertaqwa terhadap Tuhannya YME. Karena tidak menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam pelaksanaan ibadah Dwi Purwanti tidak menjalankan dengan baik, ia tidak melaksanakan hal-hal yang di
48
syari’atkan oleh agama Islam, seperti; shalat-shalat wajib, dan puasa wajib. Hubungan dengan keluarga berjalan dengan baik. Ia menyayangi dan menghormati orang tuanya. Dalam lingkungan keluarga untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua ia menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Untuk hubungan dengan lingkungan sosial dan sesama anak jalanan berlangsung dengan baik. Sementara hubungan dengan teman sebaya terutama di lingkungan sekolah Dwi Purwanti seharusnya tidak perlu menyembunyikan statusnya sebagai anak jalanan yang bekerja di jalanan karena merasa malu. Dengan keadaannya ia tidak perlu malu dengan teman-teman sekolahnya. Dwi Purwanti secara pendidikan formal bersekolah di SD Pandan Sari kelas 4. Dwi bercita-cita ingin sebagai kasir mall dan Dwi Purwanti berpendapat untuk mencapai keinginan tersebut diperlukan ijasah lewat pendidikan formal. Salah satu cara untuk mewujudkan citacitanya, ia menyisihkan uang untuk ditabung agar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya. Dalam pelaksanannya Dwi Purwanti bersifat realistis, karena untuk mewujudkan cita-citanya ia menyisihkan hasil dari kegiatannya di jalanan untuk tetap melanjutkan sekolah. Dalam kasus Dwi Purwanti karena secara pendidikan formal, ia mempunyai kesempatan untuk mengoptimalkan potensi dirinya melalui pendidikan. d. Dimas Mahendra Sebagai umat Islam Dimas Mahendra tidak bertaqwa terhadap Tuhannya YME, ia tidak menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Terbukti, dalam pelaksanaan ibadah tidak menjalankan ibadah seperti: shalat wajib, dan puasa wajib seperti puasa wajib tidak melaksanakan dengan baik. Bahasa yang digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lebih tua menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Dimas Mahendra tidak mematuhi perintah orang tuanya, yang melarang Dimas Mahendra yang melarangnya untuk
49
melakukan kegiatan di kawasan Tugu Muda Semarang. Karena ia beranggapan dari hasil melakukan kegiatan di jalanan, bisa membantu biaya sekolahnya. Sedangkan hubungan Dimas Mahendra dengan lingkungan sosial dan teman-teman di lingkungannya berlangsung dengan baik, saling menjaga karena mereka merasa senasib. Dimas Mahendra bercita-cita menjadi anggota TNI AD. Untuk mewujudkan cita-citanya salah satu upaya dari Dimas Mahendra adalah dengan belajar dengan sungguh-sungguh, dan menyalurkan hobi berenangnya guna menunjang pencapaian cita-citanya. Dimas Mahendra menyadari untuk mewujudkan cita-citanya salah satu caranya dengan mempelajari ilmu sebanyak-banyaknya lewat sekolah, dan mengikuti les. Ia juga sering latihan berenang, walaupun lokasi renangya di sungai. Hal tersebut tersebut bersifat relistis untuk mewujudkan keinginnya agar mencapai kehidupan yang lebih baik. 3. Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak Jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang Di bawah ini pembahasan peran keluarga dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang: a. Adam Mustafa Dari kasus Adam Mustafa, masing-masing individu dari keluarganya tidak menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga Adam Mustafa merasa mendapatkan pembiaran dan kurang diperhatikan di lingkungan keluarga. Untuk pembinaan terhadap akhlak, keluarga Adam Mustafa seharusnya melakukan pembinaan, perintah, contoh, atau dorongan untuk melaksanakan ajaran syari’at agama Islam. Bukan sebaliknya, tidak pernah menyuruh, mencontohkan, atau mengajak melakukan ibadah.
50
Orang tua, tidak menasehati atau memberikan contoh yang baik kepada anaknya. Salah satunya dengan mengajak untuk melaksanakan ibadah secara bersama-sama. Keluarga Adam Mustafa tidak berperan dengan baik dalam pembentukan karakternya. Tidak memberikan bimbingan dan arahan terhadap potensi anaknya, malahan cenderung melakukan pembiaran. Sebagai orang tua, ayah dari Adam Mustafa membiarkan anaknya untuk melakukan kegiatan di jalanan, bukan mengarahkan bakat dan potensi yang dimiliki Adam Mustafa untuk dikembangkan. b. Aning Keluarga Aning melakukan pembiaran terhadap anaknya yang melakukan kegiatan di jalanan, karena merasa terbantu dengan anaknya melakukan kegiatan di jalanan. Orang tua tidak bisa menjadi figur yang bisa ditiru olehnya, dan tidak melakukan pengenalan kepada Aning tentang Tuhan YME, atau mengajaknya langsung untuk melaksanakan ibadah. Dan menurut orang tuanya pendidikan terhadap anaknya tidak begitu penting. Keluarga Aning tidak berperan dengan baik dalam pembentukan pribadi Aning. Tidak memberikan bimbingan dan arahan terhadap potensi dirinya. Secara pendidikan formal,Aning sudah tidak bersekolah lagi. Karena, harus membantu menopang perekonomian keluarga. Sementara untuk pengembangan potensi diri Aning, orang tuanya tidak mengarahkan bakat melukis yang dimilikinya. c. Dwi Purwanti Dalam pendidikan akhlak terhadap Dwi Purwanti, keluarganya tidak menjalankan perannya dengan baik. keluarganya cenderung melakukan pembiaran. Terbukti dengan tidak pernahnya orang tua menyuruh, memberi contoh atau mengajaknya untuk beribadah secara bersama-sama.
51
Keluarga Dwi Purwanti tidak berperan dengan baik dalam pembentukan pribadinya. Tidak memberikan bimbingan dan arahan terhadap
potensi
dirinya.
Keluarganya
juga
tidak
melakukan
pendampingan terhadap bakat dan minat, membiarkan Dwi Purwanti untuk melakukan kegiatan di jalanan. Dan membiarkan saja ketika pada malam hari Aning tidak belajar. d. Dimas Mahendra Sedangkan
dalam
pembinaan
akhlak
Dimas
Mahendra,
keluarganya tidak berperan dengan baik. Terbukti dengan ke dua orang tua yang tidak bernah menyuruh atau mengajak melakukan ibadah secara bersama-sama. Keluarga Dimas Mahendra tidak melakukan perannya, untuk mendidik anaknya dengan baik. Terbukti dengan tidak menyuruh, memberi contoh, atau mengajak Dimas Mahendra untuk melakukan ibadah secara bersama-sama. Dalam kasus ini, masing-masing individu dari keluarga Dimas Mahendra
tidak
bekerja
sama
melakukan
pendampingan dan
pembimbingan terhadap perkembangan pribadinya dengan baik. Terbukti dengan melakukan pembiaran terhadap bakat yang di miliki Dimas Mahendra, yaitu berenang.
52
BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang untuk pendidikan akhlak terhadap Allah SWT, anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang kurang bertaqwa terhadap Allah SWT, akhlak pribadi anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang cenderung pasrah menerima keadaan mereka. Pemanfaatan dan pengoptimalan bakat yang ada pada diri mereka kurang di gali untuk di bisa lebih dikembangkan, terutama untuk anak jalanan yang masih bersekolah mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menyongsong masa depan dengan, salah satunya dengan rajin belajar. 2. Peran keluarga masing-masing individu dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu Muda semarang tidak berperan dengan baik sebagaimana mestinya. Keluarga anak-anak jalanan cenderung melakukan pembiaran terhadap pendidikan akhlak anak jalanan. B. Saran 1. Bagi anak jalanan di kawasan Tugu Muda Semarang disarankan agar giat belajar, beribadah, serta menabung untuk bekal masa depan. Selain itu anak-anak jalanan diharapkan mengurangi kegiatan-kegiatan di jalanan, karena rentan menjadi korban kekerasan, penjerumusan ke tindak kriminal, penyalahgunaan obat-obatan dan minuman keras, obyek seksual dan sebagainya. 2. Bagi keluarga anak jalanan disarankan tidak mengeksploitasi anak-anak untuk mencari uang karena seusia mereka masih menjadi kewajiban orang tua dalam pemenuhan kebutuhan; baik kebutuhan fisik dan mental mereka, serta memperhatikan tentang keselamatan, kesejahteraan, dan pendidikan anak jalanan yang ada di kawasan Tugu Muda Semarang, yang tentunya
53
akan bermanfaat sebagai bekal untuk menjalani kehidupan bagi anak jalanan ketika dewasa kelak agar dapat bersaing di era zaman globalisasi. 3. Bagi pemerintah, agar lebih memperhatikan anak jalanan. Terutama dalam hal pendidikan, sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 34 ayat (1), yang berbunyi ”setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
54
DAFTAR PUSTAKA Bogdan dan Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, terjemahan oleh Arief Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992). Black, A. James, dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: Ercv Cxesco, 1992) Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993). Ghazali, Al-Imam, Ihya’ Ulumuddin, Juz III, (Bairut-Libanon: Dar Al-Fikr, t.th.) Hawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta : Gadjah Mada Universty Press, 2001). Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam, 2007). Moleong, J Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). Mustafa al-Maraghi, Ahmad, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: Karya Toha Putra Semarang, 1993). M. Moeliono, Anton dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). Narbuko, Cholid dan abu ahmadi, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003 ). Presiden RI, dan DPR RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003). Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). Shalahudin, Odi, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman (Dinamika Kehidupan Anak Jalanan) , (Semarang: Yayasan Setara, 2004).
Singarimbun, Masri, dan Sofyan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995)
55
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008). Sulaiman, M. I, Pendidikan dalam Keluarga, (Bandung: Alfabeta, 1994). Syaodih, Nana Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010). Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005). Usman, Husaini, dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Zuriah, Nurul, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). http://kafeilmu.com/2010/09/desain-pendidikan-bebas-untuk-anak-jalanan.html, di unduh, 03 september 2011. http://www.scribd.com/doc/24864749/Pengertian-Keluarga, 20011.
diunduh 28
juni
http://www.simpuldemokrasi.com/dinamika-demokrasi/warga-bicara/1345-hak pendidikan-anak-anak-bangsa. html, diunduh 28 juni 2011. http://www.wikimapia.org/236530/id/Tugu-Muda, diunduh 15 Oktober 2011.
56
DAFTAR TABEL Tabel 1
Identitas Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang, hlm. 29.
Tabel 2
Lokasi dan Aktivitas Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang, hlm. 29.
Tabel 3
Identitas dari orang tua anak jalanan yang menjadi subjek penelitian, hlm. 30.
Tabel 4
Status Pernikahan dan Penghasilan per-Bulan dari Orang Tua Anak Jalanan di Kawasan Tugu Muda Semarang, hlm. 31.
57
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Pedoman Wawancara, hlm. 59-60. Lampiran 2: Dokumentasi, hlm. 61. Lampiran 3: Surat Izin Penelitian, hlm. 62.
58
PEDOMAN WAWANCARA
I.
Pedoman Wawancara untuk Anak Jalanan A. Pendidikan Akhlak Anak Jalanan 1. Akhlak anak jalanan terhadap Tuhan YME a. Apakah anda mengetahui Tuhan anda? b. Apa anda menjalankan perintah-perintah dari Tuhan anda, seperti; shalat atau puasa ramadhan? c. Jika tidak menjalankannya apa alasannya, dan jika melakukannya apa alasan anda? d. Apa orang tua anda pernah memerintah anda untuk menjalankan ibadah tersebut? 2. Akhlak anak jalanan terhadap Nabi Muhammad a. Apakah anda mengenal Nabi Muhammad? b. Siapakah Nabi Muhammad itu? c. Apa anda mengidolakan Nabi Muhammad? d. Apa anda meneladani Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari dalam berbagai hal? 3. Akhlak anak jalanan terhadap orang tua a. Bagaimana hubungan anda dengan orang tua anda? b. Apakah anda menyayangi orang tua anda? c. Apakah anda di rumah membantu orang tua anda? d. Bahasa apa yang anda gunakan untuk berkomunikasi dengan orang tua sehari-hari? 4. Akhlak pribadi anak jalanan a. Apa yang anda lakukan di kawasan tugu Muda Semarang? b. Apakah anda malu menjadi anak jalanan? c. Apakah cita-cita?
59
d. Bagaimana hubungan anda dengan teman sebaya baik di lingkungan masyarakat atau di lingkungan sekolah? II.
Pedoman Wawancara untuk Orang Tua Anak Jalanan A. Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak Jalanan 1. Apa anda mengetahui anak anda berada di jalanan kawasan Tugu Muda Semarang? 2. Apakah anda melarang atau membiarkannya? 3. Apakah menurut anda pendidikan terhadap anak itu penting, khususnya pendidikan formal? 4. Apakah anda selalu menyuruh anak anda untuk melakukan ibadah, seperti; shalat atau puasa? 5. Apakah anak anda bersekolah? 6. Siapakah yang membiayai sekolah anak anda? 7. Apakah anda mengetahui bakat yang di miliki anak anda? 8. Usaha apa yang anda lakukan untuk mengembangkan bakat yang di miliki anak anda?
60
RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri Nama
: Syaifuddin Zuhri
Tempat /Tanggal Lahir
: Pati, 20 Maret 1988
NIM
: 063111039
Alamat
: Ds. Rejoagung Rt.02 Rw.II Kec. Trangkil Kab. Pati
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
B. Riwayat Pendidikan Formal 1. Taman Kanak-kanak Desa Rejoagung Kec.Trangkil Kab.Pati lulus Tahun 1994. 2. SDN 01 Rejoagung Kec.Trangkil Kab.Pati Lulus Tahun 2000. 3. Madrasah Tsanawiyyah Silahul Ulum Kec.Trangkil Kab. Pati lulus Tahun 2003. 4. Madrasah Aliyah Negeri 02 Pati lulus Tahun 2006. 5. Masuk Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2006.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Semarang, 29 Desember 2011 Peneliti,
Syaifuddin Zuhri NIM: 063111039
61