BAB III PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA DALAM MEMBENTUK AKHLAK ANAK
A. Gambaran Umum Dukuh Kademangan Kauman Batang 1. Sejarah dan Letak Lokasi Dukuh Kademangan Kauman Batang Dukuh Kademangan merupakan salah satu dukuh dari beberapa dukuh yang ada diwilayah kelurahan Kauman kabupaten Batang. Kelurahan Kauman memiliki luas wilayah terkecil dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada di Batang, dengan luas wilayah 3.076.000 m2 yang terdiri dari sebagian besar pemukiman penduduk, sarana pendidikan, tempat-tempat usaha seperti kantor, kios, toko. Sebagian kecil merupakan persawahan dengan tanaman tebu dan tanaman padi. Wilayah Dukuh Kademangan berada di sebelah barat jalan utama kecamatan Batang sebagai pusat kota Batang, tepatnya bersebelahan dengan kantor pemerintahan dan jalan raya yang menghubungkan antara kecamatan Batang dengan kecamatan Wonotunggal. Dukuh Kademangan kelurahan Kauman secara geografis merupakan daerah sempit dengan padat penduduk serta memiliki pusat industri rumahan dengan beragam mata pencaharian atau pekerjaan yang dilakukan oleh warga. Dukuh Kademangan Kauman hanya terbagi dalam dua RT (rukun tetangga) yang dipimpin oleh masing-masing RT dengan satu pamong desa. Pedukuhan atau dusun yang ada diwilayah kelurahan Kauman diantaranya adalah Dukuh Kauman yang terbagi menjadi tiga yaitu (Kauman, Magarsari, Sawahan), Singosari, Kademangan, Kadilangu, Bogoran, Plampitan. Masing-masing wilayah pedukuhan dikelurahan Kauman memiliki tingkat kehidupan yang relatif sama dalam taraf perekonomian maupun pendidikan dan taraf
41
42
ekonominya sebanding. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh letak wilayah pendukukan yang saling berdekatan. Adapun lebih jelasnya tentang gambaran geografis dukuh Kademangan Kauman Batang, berikut batas-batas wilayah: a. Sebelah selatan berbatasan dengan Dukuh Kadilangu b. Sebelah timur berbatasan dengan Dukuh Gayudan c. Sebelah utara berbatasan dengan Dukuh Singosari d. Sebelah baratberbatasan dengan Dukuh Kalisalak 2. Struktur Organisasi Dukuh Kademangan Kauman Batang Dalam menopang keberlangsungan keterlibatan kehidupan bermasyarakat di Dukuh Kademangan Kauman Batang, maka diperlukan adanya pemerintahan desa atau kelurahan yang mengatur dinamika dan perkembangan masyarakat diberbagai sektor bidang kehidupan. Pemerintah kelurahan dengan struktur organisasi merupakan perwujudan dari peran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut ini kami sajikan bagan struktur organisasi pemerintah kelurahan Kauman Batang sebagai berikut:
43
Tabel I Srtuktur organisasi pemerintah Kauman Batang
Kepala Kelurahan Kauman Darnyoto. S.IP. MM
Sekretaris / Carik Sutejo S. IP
Kasi Pemerintahan
Kasi Pembangunan
Kasi KesRa
Kasi Trantib
Su’inah
Kus Indyastuti
Ahmad Baidlowi
susmanto
Staf
Modin
Staf
Staf Nanik
Nur Wahyu
Miratuzzaman
Widiyaningsih
Suyono
Amat rozi
Kepala Lingkungan
Kepala Lingkungan
Lilik
Kepala Lingkungan
Dk. Kauman
Dk. Kadilangu
Dk. Singosari/Kademangan
Sukarnoto
Wahyudin
A. Fajari
3. Keadaan Masyarakat Dukuh Kademangan Kauman Batang Keberadaan penduduk masyarakat di Dukuh Kademangan kelurahan Kauman Batang berdasarkan data sensus kependudukan (BPS) tahun 2010 terdiri atas laki-laki dan perempuan, baik yang masih usia bayi, anak-anak, remaja, dewasa/orang tua, maupun orang lanjut usia. Warga masyarakat yang terdiri dari yang berstatus telah menikah atau yang belum menikah dan juga yang berstatus janda/duda. Keseluruhan berjumlah kurang lebih 747 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel data berikut:
44
Tabel II Keadaan Masyarakat Dukuh Kademangan No
Jenis Kelamin
Jumlah
1.
Laki-laki
325
2.
Perempuan
422
Total
747
a. Keadaan perekonomian Keadaan perekonomian masyarakat di Dukuh Kademangan Kauman Batang rata-rata sudah cukup baik. Apalagi masyarakat yang berada disekitar jalan raya pusat kota Batang, perekonomian mereka boleh dibilang telah pada tingkat menengah ke atas. Sebagian besar masyarakatnya sebagai pengusaha atau wiraswasta yang sukses dan juga banyak yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam berbagai bidang, baik bidang pemerintahan, pertanian dan pendidikan.1 Secara umum berdasarkan data yang diperoleh dari pendataan sensus terbaru warga Dukuh Kademangan Kauman Batang sebagian besar adalah sebagai wiraswasta atau pengusaha, baik yang usaha makro, usaha mikro maupun menengah. Kemudian pekerja kantor atau kayawan pabrik atau perusahaan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), maupun swasta, pedagang dan pekerja buruh atau serabutan. Untuk lebih jelasnya mata pencaharian atau pekerjaan warga dukuh Kademangan Kauman Batang dapat dilihat dari data tabel berikut.
1
Data monografi dukuh Kademangan Kauman Batang
45
Tabel III Daftar mata pencaharian /pekerjaan masyarakat Dukuh Kademangan Kauman Batang No
Pekerjaan
Prosentase
1.
Pengusaha/wiraswasta
25%
2.
Karyawan pabrik/perusahaan
22%
3.
Pegawai (PNS/Swasta)
20%
4.
Pedagang
15%
5.
Buruh
18%
Kegiatan perekonomian yang menunjang bagi masyarakat Kademangan adalah usaha rumah, toko atau kios yang telah dikelola oleh masyarakat secara turun temurun. Ada pula yang mengembangkan usaha konveksi jahitan baju dan juga makanan ringan kripik. Pada bagian tepi jalan raya utama Batang, masyarakat Kademangan memanfaatkan untuk kegiatan ekonomi berupa usaha dagang dengan kios/toko kelontong, bangunan, baju, makanan dan alat tulis menulis serta usaha pelayanan jasa rias pengantin. b. Keadaan Pendidikan Untuk keadaan tingkat pendidikan masyarakat Dukuh Kademangan Kauman Batang sudah cukup baik dibandingkan dengan beberapa kelurahan atau desa lain yang ada di Batang, terutama pendidikan masyarakat yang tinggal di desa yang letaknya bersebelahan dengan kelurahan Kauman. Hal ini tentu mempengaruhi tingkat pendidikan bagi anak-anak mereka. Adapun tingkat pendidikan masyarakat Dukuh Kademangan Kauman Batang dapat dilihat pada data tabel berikut.
46
Tabel IV Keadaan pendidikan masyarakat di Dukuh Kademangan Kauman Batang No
Tingkat Pendidikan
Prosentase
1.
Perguruan Tinggi (S1/D2/D3)
10%
2.
SLTA (SMK/MA/SMA)
65%
3.
SMP/MTs
14%
4.
SD/MI
11%
Di dukuh Kademangan Kauman Batang, masyarakatnya cukup memperhatikan masalah pendidikan. Melalui majlis pendidikan Alquran, sebagian masyarakat Dukuh Kademangan sepakat membentuk yayasan yang mengelola kegiatan pendidikan dari tingkat RA/TK dan TPQ/MDA yang sampai saat ini telah menampung banyak peserta didik baik dari dalam masyarakat Kademangan maupun dari luar Dukuh Kademangan. 4. Sarana dan prasarana Dukuh kademangan kauman batang Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Dukuh Kademangan Kauman Batang sebagai sarana umum yang dapat digunakan oleh anggota masyarakat setempat dapat dilihat dari tabel berikut.
47
Tabel V Sarana dan prasarana Dukuh Kademangan Kauman Batang No
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1.
Masjid
1 unit
2.
Mushala
3 unit
3.
Tempat Pendidikan a. TK/RA Kademangan
1 unit
b. SDN Kademangan
1 unit
c. Majlis Ta’lim
1 unit
d. TPQ/MDA Kademangan
1 unit
e. PAUD/Play Group
1 unit
4.
Pos Kamling
2 unit
5.
Saluran Irigasi
2 unit
B. Peran Ibu sebagai Pendidik Pertama di Dukuh Kademangan Kauman Batang Hasil dari wawancara danobservasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Ibu Diah 38 tahun guru RA Ibu Diah merupakan salah satu warga dukuh Kademangan yang mempunyai pekerjaan sebagai guru RA di Dukuh Kademangan Kauman Batang. Kesibukan ibu Diah menjadi seorang guru sekaligus menjadi orang tua berperan sepenuhnya mengasuh, menjaga dan mendidik anaknya, karena ibu Diah sadar bahwa anak adalah titipan Allah swt. yang harus dijaga dan dibina agar menjadi anak yang shalihah. Berdasarkan wawancara pada tanggal 28 April 2015 ibu Diah mengatakan:
48
“Bahwa dalam mendidik akhlak anak dirumah perlu diterapkan pola asuh anak yang tepat. Hal ini bertujuan agar anak membiasakan diri terhadap keadaan lingkungannya. Saya menerapkan kedisiplinan sejak anak usia dini, karena pada masa tersebut sesuatu yang dipelajarinya akan membekas di hatinya”.2 Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi menulis dalam buku yang berjudul “Begini Seharusnya Mendidik Anak Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa” mengatakan bahwa pembiasaan yang diajarkan ibu terhadap anaknya akan mewujudkan ikatan yang kuat seperti dalam ibadah shalat dan puasa.3 Ibu Diah juga memberikan aturan dalam keluarga sebagai salah satu penunjang agar akhlak anak menjadi baik. Aturan yang sudah ditetapkan dalam keluarga belum tentu juga di respon oleh anak sehingga anak masih melakukan hal-hal diluar aturan. Seperti yang dikatakan ibu Diah yaitu sebagai berikut: “ Saya memberikan arahan kepada anak supaya tidak melakukan hal yang tidak baik juga mengantisipasi dari lingkungan yang kurang baik. Walaupun saya sudah memberikan aturan, namun kadang-kadang anak saya tidak melakukan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam keluarga. Sehingga saya membutuhkan patner supaya dapat maksimal melaksanakannya. Dalam hal ini, saya dibantu oleh suami. Salah satu aturan dalam keluarga yang kami lakukan yaitu memberikan arahan kepada anak supaya disiplin menonton televisi, maksudnya waktu menonton televisi disesuaikan dengan keadaan, dan berkualitas acara yang ditontonnya (bersifat edukatif). Selain itu, kami juga mengajarkan anak untuk melaksanakan shalat berjamaah dan puasa sunah senin kamis”.4 Ketika anak melaksanakan aturan yang diterapkan dalam keluarga orang tua pasti merasa senang dan memberikan hadiah sesuai kemampuan. Begitu pula sebaliknya jika anak tidak melaksanakan aturan orang tua pasti merasa kecewa dan ingin memberikan sanksi agar anak tidak mengulanginya kembali. Seperti yang dikatakan ibu Diah sebagai berikut: “kami merasa bangga bila anak melakukan aturan yang diterapkan, tidak sebatas bangga saja, kamipun memberikan reward kepada anak sesuai kemampuan kami berupa barang yang bermanfaat dan memberikan semangat bagi anak. Ketika anak tidak mentaati peraturan, kami merasa kecewa dan sikap diam yang kami ambil dalam 2
Ibu Diah, Warga Dukuh Kademangan Kauman Batang, Wawancara Pribadi, 28 April 2015. Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa, Edisi Indonesia (Jakarta: Darul Haq, 2004 ), hlm.380. 4 Ibu Diah, op. cit., 28 April 2015. 3
49
mengatasi hal ini. Karena supaya anak dapat lebih peka bahwa hal yang dilakukan tidak berkenan bagi orang tua”.5
Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi mengatakan bahwa metode balasan dan sanksi adalah cara terakhir yang dilakukan, saat sarana lain tidak bisa mencapai tujuan. Dan pelaksanannya mencari waktu yang tepat serta bentuk sanksi disesuaikan dengan kadar kesalahan yang dilakukan anak.6 2. Ibu Nur Hidayah 32 tahun pelayan warung makan Ibu Nur Hidayah yang lebih akrab disapa ibu Nur adalah seorang pelayan warung makan. Ia bekerja untuk membantu pendapatan keluarga. Kesibukannya sebagai pelayan warung makan, namun ibu Nur tidak meninggalkan kewajibannya dalam mendidik anak. Dalam masalah pendidikan akhlak anak ibu Nur mengaku bahwa sesungguhnya ini merupakan tugas yang paling berat yang harus dijalankan, karena ia sadar bahwa salah sedikit saja akan memberikan dampak yang besar. Pola asuh yang diterapkan ibu Nur yaitu kedisiplinan seperti mentaati aturan yang diterapkan dalam keluarga, misalnya: bangun pagi dan shalat lima waktu. Sebagaimana dikatakan ibu Nur berdasarkan wawancara pada tanggal 28 April 2015 sebagai berikut: “saya ingin anak saya mempunyai akhlak yang baik, maka saya tanamkan kedisiplinan dengan mentaati peraturan dalam keluarga, bangun pagi, shalat lima waktu. Hal ini diterapkan untuk menghadapi berbagai keadaan lingkungan yang kurang baik di masa yang akan datang”.7 Sebuah keluarga harus mempunyai aturan supaya anggota keluarga terutama anak dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Beberapa aturan yang diterapkan oleh ibu Nur adalah mengingatkan peraturan yang sudah ada dalam keluarga misalnya menyuruh anak mengaji, bermain sesuai waktu, menonton televisi yang mempunyai nilai edukatif. sebagaimana dikatakan sebagai berikut: 5
Ibid,. 28 April 2015. Ibid., hal. 387. 7 Nur Hidayah, Asisten Warung Makan Dukuh Kademangan Kauman Batang, Wawancara Pribadi, Tanggal 28 April 2015. 6
50
“saya memberi aturan dalam keluarga dengan menyuruh anak untuk mengaji setelah shalat ashar, bermain sesuai waktunya, dan menonton televisi yang mengandung edukatif”.8 Seorang ibu yang mempunyai kecerdasan, baik kecerdasan emosi, kecerdasan intelektual maupun kecerdasan spiritual akan mampu mendidik anak dengan baik dan dapat melahirkan anak yang berakhlak mulia.9 3. Ibu Bawon 48 tahun ibu rumah tangga Ibu Bawon selalu mengawasi anaknya agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang. Ia sangat memperhatikan akhlak anaknya karena sudah menjadi kewajibannya. Menanamkan kedisiplinan sejak usia masih belia sangat penting. Hal itu dilakukan untuk melatih anak agar menjadi anak menghargai waktu supaya tidak terbuang akan hal yang kurang bermanfaat. Sebagaimana ungkapan ibu Bawon sebagai berikut: “Sebagai seorang ibu saya ingin anak saya menjadi orang yang dapat mengatur waktu dengan baik, maka tidak menyesal akan waktu yang terbuang oleh hal yang kurang bermanfaat. Melihat zaman sekarang yang dapat dibilang semprawut para generasi mudanya, maka saya tidak ingin anak saya menjadi bagian dari hal itu. Saya tanamkan kedisiplinan seperti bangun pagi, shalat lima waktu, mengaji, belajar dan menonton tv yang sesuai dengan umurnya”.10 Ibu yang dapat menerapkan kedisiplinan dalam rumah tanggan sehingga anak mentaatinya, maka ibu tersebut berhasil mengajarkan kemandirian pada anak sehingga kelak dewasa ia tidak merepotkan orang tua.11 4. Ibu Khusnul 34 tahun pembantu rumah tangga Ibu Khusnul adalah seorang warga Kademangan Kauman Batang yang memiliki anak Rafael usianya saat ini 6 tahun yang benar-benar masih membutuhkan sosok pelindung, pembimbing berada disampingnya. Suaminya bekerja di ibu kota dan
8
Ibid,. 28 April 2015. Eni Setiati, Super Mommy Menjadi Ibu Istimewa, Buah Hati Luar Biasa (Yogyakarta: Citra Media, 2011), hlm. 24. 10 Ibu Bawon, Ibu Rumah Tangga, Wawancara Pribadi, Tanggal 29 April 2015. 11 Eni Setiati, op. cit., hlm. 9. 9
51
pulangnya dua bulan sekali. Salah satu alasan mengapa ia menjadi asisten rumah tangga ialah seputar ekonomi yang masih melilitnya. Biaya hidup yang semakin mahal dan biaya pendidikan yang semakin melambung tinggi mamaksakan ibu Khusnul untuk banting tulang menjadi asisten rumah tangga. Menjadi seorang asisten rumah tangga ibu Khusnul merasa kuwalahan dalam mendidik akhlak anaknya, namun hal ini tidak menjadikannya kehabisan cara untuk menanamkan akhlak di dalam diri rafael. Dia meminta bantuan kepada ibunya yang kebetulan rumahnya berdampingan untuk memberikan teladan yang baik kepada Rafael pada saat dia bekerja. Ibu Khusnul mengaku belum bisa sepenuhnya menjaga anaknya karena pekerjaan yang menghalanginya. Pada saat berada dirumah dia sebisa mungkin memberikan teladan yang baik bagi anaknya agar anaknya memiliki akhlak yang baik, seperti yang ibu Khusnul ungkapkan, yaitu: “Insya Allah saya akan mendidik anak saya supaya menjadi anak baik, memiliki akhlak yang baik, bisa membedakan hal yang baik dan yang buruk, berbuat baik dan jujur. Karena setelah saya pulang bekerja saya awasi anak saya dengan sungguhsungguh saya berikan teladan yang baik. Misalnya, saya ajak shalat berjamaah di masjid supaya ketika orang tua tidak ada dirumah anak langsung menjalankannya tanpa harus disuruh karena sudah menjadi kebiasaan”.12 Keteladanan merupakan sarana terpenting dalam mendidik anak yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi. Pendidik adalah contoh bagi anak dan anak akan menirukan akhlak apa saja yang dilakukan oleh pendidik baik sengaja maupun tidak sengaja.13 5. Ibu Uus 35 tahun penjual nasi Ibu Uus adalah salah satu warga Dukuh Kademangan yang mempunyai pekerjaan sebagai penjual nasi untuk membantu mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Ibu Uus mempunyai pemikiran bahwa tidak hanya sebagai ibu rumah tangga yang sukses
12 13
Ibu Khusnul, Asisten Rumah Tangga, Wawancara Pribadi, Tanggal 29 April 2015. Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi, op. cit., hlm. 367.
52
mendidik akhlak anak, tetapi menjadi ibu pekerjapun akan sukses mendidik akhlak anak. Ibu Uus melakukan hal yang sangat berat, disamping dia mempunyai tanggung jawab sebagai pendidik dan pembimbing bagi anaknya di satu sisi dia mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Pekerjaannya yang memakan waktu dari siang sampai malam tidak menjadi masalah baginya dalam mengatur waktu untuk memantau anak dan bekerja. Meskipun hal itu berat dilakukan namun ibu Uus tidak begitu saja menyerahkan sepenuhnya pendidikan akhlak anaknya pada sekolah, justru keluargalah yang menjadi lingkungan pertama bagi anaknya sebelum masuk sekolah. Akhlak merupakan hal utama yang harus ditanamkan pada diri anak sejak sedini mungkin. Kejujuran dan kebaikan yang ditanamkan ibu Uus terhadap anaknya agar anaknya tumbuh menjadi anak yang tidak berbohong dan selalu jujur, seperti yang dikatakan ibu Uus dalam wawancara pribadi pada tanggal 3 Maret 2015: “Saya kalau membimbing anak tidak saya sepelekan, walaupun saya tidak dapat memberikan waktu yang maksimal kepada anak namun saya berusaha untuk menjadi ibu yang dapat mendidik anak dengan baik. mendidik anak itu harus telaten, diberi contoh berlaku jujur tidak berbohong, diajarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar dia menjadi anak yang baik. hal itu saya ajarkan setiap hari agar dia tidak lupa dan menjalankannya sampai kelak ia besar”.14 Islam mengatur bahwa dalam mendidik anak sangat mengutamakan contoh teladan yang baik, dan memerintahkan kepada seorang pendidik untuk mengambil contoh dari Nabi Muhammad saw.15 6. Ibu Dasturah 45 tahun pekerja pabrik Ibu Dasturah merupakan salah satu warga Dukuh Kademangan yang mempunyai pekerjaan sebagai karyawati pabrik setempat. Ketika ditanya tentang bagaimana perasaan ibu ketika harus mendidik akhlak anak, ia hanya tersenyum dan bilang kalau
14
Ibu Uus, Penjual Nasi, Wawancara Pribadi, Tanggal 3 Maret 2015. Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi,op. cit., hlm. 369.
15
53
boleh memilih dan ada pilihan yang lebih baik ia akan memilih menjadi ibu rumah tangga agar dapat memantau anak dan mendidik akhlaknya dengan maksimal. Dia pun menuturkan: “Pendidikan akhlak anak dipercayakan pada tetangganya. Kondisi tersebut dilakukan karena keterpaksaan, ekonominya kurang menunjang. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa anak-anak yang ditinggal bekerja tersebut berada di antara dua tempat, kadang di rumah sendiri, kadang di rumah tetangga. Para tetangga yang dititipi juga tidak selamanya di rumah karena berbagai kepentingan sendiri. Maka anak-anak yang ditinggal oleh orang tuanya tersebut sering hanya bersama teman-teman sebayanya. Dalam kondisi tersebut, hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan akhlak hampirhampir tidak tersentuh, terutama pada saat para ibunya bekerja. Tetangga yang mendapat titipan tentunya sedapat mungkin ikut mengajarkan hal-hal yang baik sesuai dengan batas-batas kemampuannya, termasuk batas-batas tanggung jawabnya”.16 7. Ibu Warniti 51 tahun buruh tani Ibu Warniti yang sering disapa ibu Niti adalah salah satu warga Dukuh Kademangan yang mempunyai pekerjaan sebagai buruh tani. Pekerjaan ini ditekuni ibu Niti semenjak muda, keterbatasan pendidikan yang diperoleh menjadikannya memilih pekerjaan yang bisa dikatakan cukup berat. Pekerjaan sebagai buruh tani tidak membuat ibu Niti menyerah dalam mendidik akhlak anaknya, ia didik dan bimbing apa adanya berdasarkan pendidikan yang diperolehnya. Sebagaimana dikatakan ibu Niti dalam wawancara pribadi tanggal 3 Maret 2015: “saya lahir dan dibesarkan bukan dari keluarga orang kaya dan berpendidikan. Saya ingin anak saya kelak menjadi orang yang lebih baik dari saya. Ilmu yang saya peroleh hanya seberapa, sehingga saya hanya dapat mendidik anak dengan menasehatinya agar bersyukur terhadap apa yang telah diperoleh tidak boleh berkeluh kesah, memberikan semangat kepada anak untuk menjalankan hidup dengan apa adanya dan yang paling penting saya menasehati kepada anak supaya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan mewajibkan manusia untuk senantiasa melaksanakan shalat. Shalat sebagai bentuk syukur adalah cara memahamkan anak untuk gemar melaksanakan shalat. Begitu yang saya nasehatkan kepada anak. Saya selalu mengatakan “shalat tidak boleh ditinggalkan”. Untuk itu maka sejak kecil anak saya sudah dilatih dan dibiasakan untuk shalat dengan harapan saat usia dewasanya shalat sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan”.17
16
Ibu Dasturah, Pekerja Pabrik, Observasi, Tanggal 4-7 Maret 2015. Ibu Warniti, Buruh Tani,Wawancara Pribadi, Tanggal 3 Maret 2015.
17
54
Nasehat-nasehat yang baik akan mengantarkan anak menuju pribadi yang berakhlak mulia.18 8. Ibu Maya 38 tahun penjual sayur di pasar Ibu Maya adalah warga Dukuh Kademangan yang mempunyai pekerjaan sebagai penjual sayur di pasar. Pekerjaan ini dilakukan dimulai dari jam 05.30 – 14.00 WIB, sehingga ibu Maya tidak dapat menjaga dan mengawasi anaknya secara langsung. Dengan keadaan seperti ini, dibutuhkan orang yang dipercaya untuk membimbing dan mengawasi anaknya ketika ibu Maya tidak ada di rumah. Ibu Maya mempercayakan orang tua atau sanak keluarga untuk menjaga dan mengawasi anaknya selama ditinggal berjualan. Pengawasan yang dilakukan ibuMaya termasuk pengawasan tidak langsung. Dalam artian dia menitipkan pesan terhadap sanak keluarga atau tetangga untuk menjaga anaknya, seperti yang ibu Maya ungkapkan: “saya termasuk ibu yang tidak dapat mengawasi anak secara maksimal karena kesibukan saya berjualan di pasar. Hal ini saya lakukan karena keadaan ekonomi keluarga yang masih dibilang kurang menunjang, untuk pengawasan anak saya percayakan pada orang tua atau sanak keluarga di rumah. Setiap hari saya berpesan pada mereka untuk mengajarkan sopan santun pada orang yang lebih tua, menuruti perintah dan larangan keluarga di rumah”.19 9. Ibu Pipit 34 tahun penjual nasi di pinggir jalan Ibu Pipit yang kesehariannya menjadi penjual nasi merasa tidak mampu mengasuh anak dengan baik. Dia mempercayakan pengasuhan anaknya kepada orang tua atau nenek. Karena berada dalam satu keluarga dan kesehariannya juga selalu bersama, cara yang ditempuh juga sama dilakukan oleh para ibu dari anak-anak tersebut.
18
Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi, op. cit., hlm 370. Ibu Pipit, Penjual Sayur, Wawancara Pribadi, Tanggal 10 Maret 2015.
19
55
Selama dalam pengawasan atau asuhannya, hal-hal yang berkenaan dengan masalah akhlak menjadi tanggung jawab nenek. Upaya-upaya yang dilakukan tidak seperti yang dilakukan oleh para anaknya (anak atau menantunya). Dalam hal beribadah, kedisiplinan, kebersihan, dan beberapa hal lain yang dipandang lebih longgar, selain karena rasa sayang yang tinggi juga karena kasihan, sehingga cucu yang ikut atau diasuhnya dipandang lebih dekat dan lebih senang, dengannya dibanding dengan orang tuanya.20 Sifat penyayang dibutuhkan sebagai penghangat suasana dalam keluarga. kelembutan hati dan penyayang, ibu memberikan rasa nyaman dan damai bagi anakanaknya.21 10. Ibu Qomariyah 42 tahun penjual buah di pasar Ibu Qomariyah yang biasa disapa ibu Sikom adalah warga Dukuh Kademangan yang mempunyai pekerjaan sebagai penjual buah di pasar untuk meringankan beban ekonomi keluarga. Kegiatannya yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah menjadikan ibu Sikom tidak dapat mengawasi dan menjaga anaknya dengan maksimal. Namun demikian, ibu Sikom tidak begitu saja mengabaikan perkembangan anaknya. Akhlak merupakan hal terpenting yang ibu Sikom ajarkan ketika di lingkungan keluarga, karena ibu Sikom sadar betul kalau pendidikan yang utama itu berada di lingkungan keluarga sebelum sekolahpun juga lingkungan keluargalah yang pertama. Ibu Sikom mempercayakan keluarga di rumah untuk mengawasi dan mendidik akhlak anaknya, biasanya diberikan penanaman akhlak melalui pembiasaan, misalnya anak diperintah untuk belajar setiap hari agar menjadi orang yang pandai dan sukses dan tidak belajar maka diberikan nasihat agar anaknya mau belajar lagi. Anak diberi
20
Ibu Maya, Penjual Nasi, Observasi, Tanggal 10-12 Maret 2015. Eni Setiati, op. cit., hlm 7.
21
56
pengertian tentang hal positif seperti bertanggung jawab, jujur agar tidak menjadi anak yang pembohong. Seperti yang di utarakan berikut ini. “walaupun saya tidak dapat mengawasi anak saya setiap saat, namun dengan adanya bantuan dari keluarga saya dapat mengetahui sikap anak dirumah seperti apa, dan saya mewanti-wanti kepada keluarga agar anak saya dibimbing supaya menjadi anak yang baik”.22
Pembiasaan merupakan cara pembentukan akhlak anak yang dilakukan terus menerus, baik orang tuanya melaksanakan atau tidak pada hal-hal tertentu. Atau orang tuanya juga melaksanakan setiap saat. Pembiasaan diri dan pengalaman dapat membentuk akhlak anak dan rohani serta pembinaan sosial seorang cukup nyata.23
C. Akhlak Anak Di Dukuh Kademangan Kauman Batang 1. Aura umur 11 tahun anak ibu Diah Ketika ditanya bagaimana sikap atau akhlak anak ibu ketika dirumah, ibu Diah memberikan jawaban bahwa anaknya ketika dipanggil langsung datang dan menjawab “iya ada apa ibu ?”. Pada saat bermain dia meminjamkan boneka kepada temannya. Ibu Diah pun pernah melihat sendiri ketika ada tetangga yang kerepotan membawa belanja, dengan tanggap anak ibu Diah meminta bawaan tetangga tersebut dan membawakannya sampai di rumah. Seperti yang dikatakan ibu Diah kepada peneliti: “anak saya ketika dipanggil langsung datang kepada saya, pernah suatu ketika saya melihat anak saya membantu tetangga yang kerepotan membawa belanja tanpa disuruh”.24
Islam memberikan ajaran kepada anak-anak untuk berbuat baik kepada orang tua sebagai balasan kasih sayang yang telah diberikan oleh orang tua dan mengajarkan berbuat baik kepada tetangga, membantu ketika tetangga membutuhkan.25 22
Ibu Riyah, Penjual Sayur, Wawancara Pribadi, Tanggal 13 Maret 2015 Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi, op. cit., hlm. 380. 24 Ibu Diah, op. cit., 28 April 2015. 23
57
2. Ahmad Faizal 12 tahun anak ibu Nur Hidayah Ibu Nur yang mempunyai keseharian sebagai pelayan warung makan tidak dapat mengawasi anaknya sepenuhnya sehingga yang diketahuinya tentang akhlak anaknya ketika sebelum berangkat dan setelah pulang dari tempat bekerja. Anaknya selalu mencium tangan ketika ibu berangkat dan pulang bekerja, selain itu juga mengucapkan rasa sayang kepada ibu sehingga ibu Nur selalu bersemangat dalam bekerja dan tidak mau lama-lama meninggalkan anaknya dirumah. Seperti yang dikatakan ibu Nur dalam wawancara yaitu: “Ketika saya berangkat dan pulang bekerja anak saya selalu mencium tangan saya dan dia mengatakan: “ibu hati-hati ya...aku sayang ibu. Hal itu membuat saya semangat bekerja dan secepatnya pulang ke rumah karena tidak tega meninggalkan anak di rumah sendiri”.26 Ada beberapa cara anak menghormati orang tua diantaranya adalah berbicara dengan bahasa halus dan sopan, tidak memotong pembicaraan ketika mereka sedang berbicara, duduk yang baik dihadapannya, ketika makan bersama mendahulukan orang tua, menyambut mereka dengan senyuman serta mencium tangan mereka.27 3. Hentri umur 9 tahun anak ibu Bawon Seorang ibu rumah tangga dapat mengawasi anak-anaknya dengan maksimal sehingga dapat mengenali anak-anak dan berkomunikasi dengan baik, seperti yang dikatakan ibu Bawon kepada peneliti: “Ketika saya memberikan apa yang diminta anak ala kadar kemampuan saya, dia senang sekali ketika saya bisa memberi dan tidak pernah menuntut hal-hal diluar kemampuan saya. Ketika diperintah juga menurut.28
25
Syaikh Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004), hlm. 24. Ibu Nur hidayah, op. cit., tanggal 28 April 2015. 27 Syaikh Muhammad Said Mursi,op. cit., hlm. 24. 28 Ibu Bawon, op. cit., tanggal 29 April 2015. 26
58
Ibu yang mempunyai sifat bijaksana dalam mengatur keluarga akan mewujudkan anak-anak yang mentaati peraturan keluarga.29 4. Rafael umur 6 tahun anak ibu Khusnul Rafael merupakan salah satu anak yang aktif dan menggemaskan. Tingkah lakunya membuat orang yang melihat tertawa. Kadang-kadang Rafael membuat heran karena ketika bermain dengan teman-temannya salah satu anak pasti ada yang menangis. Namun, setelah beberapa menit berlalu mereka akur dan bermain bersama. Namun demikian, Rafael anak yang baik dan menurut kepada orang tua, Seperti ungkapan ibu Khusnul sebagai berikut: “ Anak saya termasuk anak yang menurut orang tua, kadang-kadang membuat saya gemas. Dia anak yang baik, ketika saya panggil langsung datang. Bila disuruh juga langsung dikerjakan. Ketika bermain dengan teman-temannya dia dapat menyasuaikan walaupun kadang-kadang bertengkar namun sesaat kemudian bermain bersama lagi, namanya juga anak-anak hal seperti itu sudah menjadi kewajaran”.30 5. Afif umur 6 tahun anak ibu Uus Berdasarkan wawancara kepada ibu Uus bahwa Afif ketika di rumah dia suka membantu ibunya ketika sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk dimasak. Walaupun hanya membawa beberapa sayuran, namun hal tersebut membuat ibu Uus sangat bangga kepada anaknya karena anak seusia afif sudah mau membantu ibunya. Seperti ungkapannya yaitu sebagi berikut: “Anak saya suka membantu membawa belanja ketika akan dimasak tanpa saya suruh. Dia berkata: “afif bantu ya bu....” dengan wajah yang lucu saya pun tersenyum berkata:“mengangguk, ya ambil yang mudah dan ringan, awas hati-hati”.31 6. Nafi umur 10 tahun anak ibu Dasturah Nafi anak yang penurut, apa yang diperintah ibunya atau anggota keluarga langsung dikerjakan. Kepada teman-temannya pun ramah dan baik, terlihat pada waktu belajar kelompok dirumah ada salah satu temannya yang lupa membawa alat tulis, 29
Eni Setiati, op. cit., hlm. 24. Ibu Khusnul, op. cit., Tanggal 29 April 2015. 31 Ibu Uus, op. cit., Tanggal 3 Maret 2015. 30
59
dengan senang hati dia meminjamkan bolpoin untuk temannya. Sebagaimana penuturan ibu Dasturah pada wawancara: “Anak saya ketika disuruh saya atau anggota keluarga yang lain pasti langsung dikerjakan, dia juga senang membantu orang lain yang membutuhkan. Pada saat belajar kelompok di rumah ada teman nafi yang tidak membawa bolpoin tanpa diminta nafi langsung memberi pinjam kepada temannya”.32 7. Wahyu umur 10 tahun anak ibu Warniti Wahyu adalah anak yang mudah diatur dan tidak banyak tuntutan meminta sesuatu kepada orang tuanya. Dia sangat patuh pada orang tua, ketika sedang bermain dan dipanggil ibunya disuruh pulang dia langsung melaksanakannya.33 Mematuhi perintah orang tua adalah kewajiban bagi seorang anak dan telah diabadikan dalam Suroh Luqman ayat 14 yang artinya: (berbuat baik) dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.34 8. Adi umur 7 tahun anak ibu Maya Setiap ayahnya pergi ke mushalla untuk melaksanakan shalat jamaah Adi selalu ikut bersama. Tingkah laku yang dilakukan orang tuanya baik disengaja maupun tidak disengaja pasti ditirukan. Seperti yang diungkapkan ibu Maya yaitu sebagai berikut: “apa saja yang saya lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja pasti ditiru Adi. Ketika saya shalat dirumah dia mengikuti gerakan-gerakan shalat walaupun tidak beraturan namun saya senang karena hal itu sebagai awal belajar mengenal atau berkomunikasi dengan Allah swt ”.35 9. Cinta umur 8 tahun anak ibu Pipit Cinta dikenal dalam keluarga sebagai anak yang baik, menuruti aturan yang diberikan orang tuannya, suka membantu orang lain yang membutuhkan. Ketika sedang 32
Ibu Dasturah, Wawancara Pribadi, Tanggal 14 Maret 2015. Wahyu anak ibu Warniti, Observasi, Tanggal 3 Maret 2015. 34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Pustaka Amani, 2005), hlm. 581. 35 Adi anak ibu maya, op. cit., Tanggal 10 Maret 2015. 33
60
bermain mainan milik temannya terjatuh, dengan cepat dia langsung mengambilkan mainan tersebut.36 10. Ilham umur 11 tahun anak ibu Qomariyah Ilham merupakan tergolong anak yang berbakti kepada orang tua. Setelah pulang dari sekolah dia langsung pulang ke rumah. Dia juga menyayangi adiknya, suka membagi makanan dengan adiknya.37 Menyayangi saudara sudah menjadi keharusan bagi saudara yang lain. Allah swt telah berfirman dalam suroh An-Nisa ayat 1 yang artinya : Bertaqwalah kepada Allah yang kamu suka saling tanyakan dengan-Nya, dan hati-hatilah jangan sampai menyianyiakan kerabat.”38
D. Faktor yang Mempengaruhi Peran Ibu sebagai Pendidik Pertama dalam Membentuk Akhlak Anak di Dukuh Kademangan Kauman Batang Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peran ibu sebagai pendidik anak dalam membentuk akhlak anak diantaranya faktor penghambat dan faktor pendukung. Peneliti akan memaparkan faktor penghambat dan pendukung sebagai berikut: 1. Faktor penghambat peran ibu sebagai pendidik pertama dalam membentuk akhlak anak di dukuh Kademangan Kauman Batang a. Pengasuhan anak ketika ditinggal bekerja Para responden memilih untuk meminta bantuan kepada saudaranya untuk mendidik anaknya dan menjaganya saat responden bekerja yang secara otomatis tidak bias menjaga buah hatinya. Ada beberapa pengganti yang berperan menjadi pengasuh anak-anak yaitu nenek, sanak saudara.39
36
Cinta anak ibu Pipit, Observasi, Tanggal 10 Maret 2015. Ilham anak ibu Qomariyah, Observasi, Tanggal 13-14 Maret 2015. 38 Departemen Agama RI,op. cit., hlm. 99. 39 Ibu Pipit, op. cit., Tanggal 10 Maret 2015. 37
61
b. Pengasuhan anak yang dirasakan oleh figure pengganti bapak/ibu Beberapa problem pengasuhan yang dialami anak adalah pertama; persoalan kualitas pengasuhan dimana pengasuh mengalami kesulitan mengendalikan perilaku anak, anak tidak memperoleh pengasuhan secara optimal, anak tidak mengetahui bapak/ibunya ketika pulang, dan kehilangan figur seorang bapak/ibu. Kedua, masalah tanggung jawab dan peran pengasuhan dimna bapak/ibu kurang memiliki tanggung jawab dan peran dalam pengasuhan anak. c. Suami sebagai patner dalam mendidik anak berada di luar kota Suami sebagai patner dalam mendidik anak penting adanya. Namun tidak semua suami istri berada dalam satu daerah yang sama. Hal ini dikarenakan tuntunan kerja atau hal yang lainnya. Jika keberadaan ayah terasa minim dalam bersinggungan dengan anak maka anak akan kehilangan figur seorang ayah. Peran ayah sebagai pendidik pun tidak berjalan maksimal. Sehingga peran mendidik banyak bertumpu pada peran seorang ibu. “ketidak beradaan suami karena amanah kerja di luar kota menjadikan saya bisa dibilang sebagai single parent bagi anakanak.40 d. Ekonomi Kemampuan ekonomi keluarga yang kurang menunjang sehingga menuntut ibu untuk memilih bekerja daripada membimbing anak dirumah, hal ini mengakibatkan kurangnya kedekatan ibu terhadap anak karena kasih sayang yang diperoleh anak lebih besar dari orang-orang yang mengasuhnya selama ditinggal ibunya bekerja. Hal tersebut sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.41
40
Ibu Khusnul, op. cit., Tanggal 29 April 2015. Ibu Warniti, op. cit., tanggal 3 Maret 2015.
41
62
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa keadaan ekonomi keluarga sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga, artinya bila ekonomi keluarga sangat minim maka akan menuntut orang tuanya selalu berusaha mencari nafkah keluarga. Bila kedua orang tua telah disibukkan dengan pekerjaannya sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan mereka, maka anggota keluarganya (anak-anak mereka) akan kehilangan pembina dan pembimbingnya, sehingga mereka tidak terurus dan sebagainya, serta akibatnya tingkah laku anak tak terarah. 2. Faktor pendukung peran ibu sebagai pendidik dalam membentuk akhlak anak di dukuh Kademangan Kauman Batang a. Terjalinyan kerjasama antara ibu dan pengasuh dalam proses pendidikan akhlak anak. b. Semakin mudahnya memperoleh media penunjang pendidikan akhlak bagi anak seperti buku, majalah, film, dan sebagainya. c. Adanya bimbingan dalam menonton televisi. Hal ini merupakan cara meminimalisir nilai-nilai buruk yang akan mengkontaminasi akhlak anak. “Untuk meminimalisir masuknya nilai-nlai yangmerusak akhlak anak.42 d. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman saat ini yaitu adanya alat komunikasi berupa handphone, orang tua sangatlah terbantu dalam memantau posisi anak jika berada di luar rumah dan orang tua dapat mengetahui dengan siapa anak bergaul di luar rumah, kemana saja anak melakukan kegiatan di luar rumah.43
42
Ibu Diyah, op. cit., Tanggal 28 April 2015. Ibid., Tanggal 28 April 2015.
43