BAB IV ANALISIS PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBENTUK SIKAP KEMANDIRIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MINHAJ WONOSEGORO BANDAR BATANG
A. Analisis
Peran
Pondok
Pesantren
dalam
Membentuk
Sikap
Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Al-Minhaj Wonosegoro Bandar Batang Seorang pengasuh atau Kyai yang memimpin sebuah pondok pesantren memiliki kekuasaan penuh untuk memajukan pendidikan di pesantren yang di pimpinnya. Dalam upaya untuk membentuk sikap kemandirian santri pengasuh pondok Pesantren Al-Minhaj menerpkan beberapa kebijakan dan juga kegiatan-kegiatan yang wajib diikuti oleh santri. antara lain, yaitu: 1. Kebijakan-kebijakan dalam membentuk sikap kemandirian santri Kebijakan-kebijakan yang diterapkan pengasuh pondok pesantren ada dua, antara lain yaitu: a. Melalui kedisiplinan santri Dalam melakukan kegiatan sehari-harinya di dalam pondok santri dutuntut untuk mandiri. Mulai dari pemenuhan kebutuhan seharihari seperti kebutuhan konsumsi santri harus menyediakannya sendiri, kebutuhan mencuci baju juga dilakukan sendiri, kebutuhan-kebutuhan
88
89
yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran juga dilakukan sendiri. Hal ini diharapkan agar dalam diri santri terbentuk sikap yang mandiri, membentuk santri yang tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain. b. Melalui Pendidikan Keterampilan Di Pondok Pesantren Al-Minhaj selain mengajarkan ilmu-ilmu tentang agama Islam juga mengajarkan kepada santrinya tentang keterampilan. hal ini diharapkan supaya santri mampu mengoptimalkan pengembangan bakat yang ia miliki sehingga dapat berkembang secara baik. selain itu tujuan awal yang ingin dicapai dari pendidikan keterampilan ini adalah bahwa agar santri mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam pondok pesantren. Seperti halnya untuk konsumsi dengan memberikan keteram pilan tentang pertanian dan perkebunan diharapkan santri ammpu memenuhi kebutuhan pokok untuk bahan konsumsi. Kemudian untuk pertukanngan diharapkan santri mampu mengatasi masalah ketika di pondok mengadakan pembangunan, santri mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan pondok tersebut. Kemudian untuk keterampilan menjahit diaharapakan santri mampu mengatasi kebutuhan dirinya dalam hal berpakaian, ketika santri membutuhkan pakaian untuk digunakan sehari-harinya maka santri dpata memenuhinya dengan cara menjahit sendiri. Untuk keterampilan ilmu pengobatan, bahwa pada dasarnya manusia pasti pernah
90
mengalami sakit. Maka dari itu pondok pesantren berharap ketika ada santri yang sakit maka santri juga lah
yang dapat membantu
menyembuhkan tanpa harus memanggil dokter dari luar. Pada intinya kebijakan pengasuh pondok pesantren ini mengharapkan agar santri mampu mengatasi masalah-masalah yang ada dalam diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Terlebih lagi ketika sudah lulus dari pendidikan pondok, diharapkan bisa mandiri. Dalam artian santri sudah terbiasa dengan kedisiplinan di pondok, berarti ketika di rumah santri sudah bisa mengurus segala kebutuhannya secara mandiri. Kemudian dengan bekal keterampilan yang dimiliki, santri bisa
langsung
mempraktekkan
keterampilannya
untuk
mencari
pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, sehingga santri tidak menggantungkan hidupnya lagi kepada orangtua dan keluarga. Sebagaimana dengan konsep kemandirian yaitu mampu berdiri sendiri, mampu memecahkan masalah yang ada serta mencari solusi yang terbaik tanpa menggantungkan permasalahannya kepada orang lain. 2. Kegiatan-kegiatan dalam membentuk sikap kemandirian santri Sebagai lembaga pendidikan, pesantren mengemban beberapa peran. Selain berperan sebagai lembaga pendidikan Islam juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, pelatihan, pengembangan masyarakat sekaligus menjadi simpul budaya.1
1
M. Dian Nafi’ dkk,Praktis Pembelajaran Pesantren (Jakarta: Yayasan Selasih Forum Pesantren, 2007), hlm. 1.
91
Pondok pesantren Al-minhaj merupakan pondok pesantren sallafi yang dalam pembelajaranya memadukan kurikulum pondok pesantren (ilmu-ilmu pendidikan agama Islam)
dan juga dilengkapi dengan
pendidikan keterampilan. agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Di zaman yang semakin modern ini, seseorang tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu-ilmu agama saja. Namun sesorang harus mampu mengembangkan potensi dirinya agar mampu mempertahankan hidup nya sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Pondok pesantren Al-Minhaj memadukan kurikulum pesantren dan juga dilengkapi dengan pendidikan keterampilan yang bertujuan supaya santri tidak hanya memiliki kemampuan dalam bidang keagamaan saja akan tetapi juga memiliki bidang keterampilan supaya ketika santri lulus dari pondok pesantren santri memiliki bekal yang cukup mengenai ilmuilmu agamanya dan juga mengenai ilmu keterampilannya yang dapat santri gunakan sebagai bekal bagi dirinya untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang ia miliki. Dengan kata lain tujuan yang ingin dicapai pondok pesantren adalah membentuk santri menjadi pribadi yang soleh serta mandiri. Pesantren berupaya untuk menanamkan kemandirian dalam diri santri. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam membentuk sikap kemandirian santri antara lain dengan cara melatih kedisiplinan di dalam pondok, seluruh keperluan dan kebutuhan kegiatan di pondok harus di kerjakan secara mandiri oleh santri. Untuk kebutuhan sehari-harinya di
92
pondok santri harus mengerjakannya sendiri. Seperti untuk maslah konsumsi santri harus memasak sendiri sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan, untuk mencuci pakaian tidak boleh di cucikan oleh orang lain, untuk kebersihan diri dan lingkungan pondok harus ia kerjakan sendiri. Untuk masalah terkait dengan pembelajaran pun santri di tuntut untuk mandiri, harus mengerjakan tugas-tugas belajarnya secara mandiri, santri dituntut untuk bertanggung jawab atas tugas yang sudah menjadi kewajibannya. Yang pada intinya kegiatan keseharian santri harus dilakukan secara mandiri. Sikap kemandirian yang dimiliki santri berbeda-beda, terutama untuk santri yang baru masuk di pendidikan pondok pesantren, kemandiriannya masih kurang karena masih terbawa dengan kebiasaan di rumah yang masih serba bergantung dengan orang tua, berbeda dengan santri
yang
sudah
beberapa
lama
tinggal
di
pesantren
sikap
kemandiriannya sudah mulai terbentuk, santri sudah bisa mengatur segala kebutuhan dan keperluan sehari-harinya di pondok dengan baik. Kegiatankegiatan yang kami terapkan dalam membentuk sikap kemandirian santri yaitu melalui kedisiplinan, bahwa santri setiap harinya harus menjalankan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh pondok, salah satunya yaitu bahwa santri harus mengerjakan segala kebutuhan dan keperluan kesehariannya secara mandiri, mulai dari masalah konsumsi santri harus memasak sendiri sesuai dengan jadwal bergilir yang telah ditetapkan, untuk masalah mencuci pakaian santri juga harus mencuci sendiri dan tidak boleh menggunakan jasa orang lain untuk mencucikan.
93
Sikap mandiri tidaklah tumbuh dengan sendirinya, namun sikap mandiri bisa tumbuh melalui pendidikan dan bimbingan. Tak ada ukuran usia dalam kemandirian, yang pasti sikap kemandirian akan lebih baik jika ditanamkan kepada anak sejak dini, agar sikap kemandiriannya tertanam dengan baik. jika anak sudah dibiasakan mandiri sejak kecil maka ketika besar anak akan lebih mudah dalam mengatur kehidupannya dan tidak serba bergantung kepada orang lain. Dengan ini pondok pesantren berupaya terus untuk membimbing santri untuk belajar mandiri melalui pembelajaran kegiatan-kegiatan di pondok pesantren. Hal ini sesuai dengan teori sebelumnya yang mengatakan bahwa Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang anak. Mandiri pada dasarnya merupakan hasil proses pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Bisa saja seorang anak sudah memiliki sifat mandiri karena proses pelatihan atau karena faktor kehidupan yang memaksanya untuk menjadi mandiri. Tetapi tidak jarang seorang yang sudah dewasa, tetapi tidak juga bisa hidup mandiri. Selain melatih kedisiplinan dengan cara memberikan tugas dan tanggung jawab untuk mengurus segala kebutuhan dan keperluan seharihari di pondok dengan cara mandiri. Pondok pesantren berupaya memnanamkan sikap kemandirian melalui pendidikan keterampilan. Ada beberapa macam bidang keterampilan yang diajarkan. Antara lain yaitu keterampilan
tentang
ilmu
pengobatan,
keterampilan
pertanian,
94
keterampilan pertukangan keterampilan perkebunan dan keterampilan menjahit. Pendidikan keterampilan betujuan untuk mengarahkan potensi yang dimiliki santri. Agar potensi atau bakat yang di miliki santri dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sistem pembelajaran dalam pendidikan santri lebih menekankan pada praktek. Santri hanya diberikan sedikit arahan kemudian selanjutnya santri langsung mempraktekkan. Jadi, pembelajarannya pun juga dilakukan secara mandiri, hal ini bertujuan agar santri dapat berfikir secara kritis dan mendalam. Beberapa bidang keterampilan yang diajarkan antara lain: a. Keterampilan ilmu pengobatan Keterampilan pengobatan ini diwajibkan untuk semua santri, semua santri harus menguasai keterampilan ini. Keterampilan ini diajarkan
untuk
mengatasi
masalah
dalam
bidang
kesehatan.
Diharapkan santri-santrinya sehat secara jasmani maupun rohaninya. Keterampilan ini sangat baik untuk diajarkan kepada santri. ketika ada santri yang sakit, karena tinggal di dalam pesantren untuk keluar berobat ke dokter jauh dan harus mendapatkan izin dari pengurus pondok. maka ketika santri menguasai ilmu pengobatan ini, cukup santri lain yang mengobati tanpa harus keluar pondok untuk berobat ke dokter. keterampilan ini diajarkan diharapkan mampu membuat santrisantrinya sehat secara jasmani maupun rohaninya.
95
b. Keterampilan Pertanian Pesantren Al-Minhaj terletak di daerah pedesaan yang daerahnya masih subur. Ini sangat strategis jika keterampilan pertanian diajarkan. Pesantren memiliki harapan agar santrinya hidup di lingkumgam sederhana namun memiliki perekonomian yang baik seperti halnya petani. Keterampilan pertanian ini diajarkan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki santri, terlebih lagi sistem pengolahannya dilakukan secara mandiri oleh santri, sehingga hasil panen dari pertanian ini bisa santri gunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi santri sehari-hari di pondok sehingga. Dan keterampilan ini bisa menjadi bekal bagi santri sehingga ketika santtri lulus dari pondok santri mampu mempraktekkan keahliannya dalam bidang pertanian, sehingga lulusan santri yang bisa langsung mandiri serta menjadi menjadi petani muslim yang terlatih dan terdidik. c. Keterampilan Perkebunan Keterampilan perkebunan diajarkan kepada santri tentang bagaimana sistem berkebun yang baik. Jenis tanaman yang diajarkan adalah tanaman yang menjadi bahan pokok pangan, seperti sayuran dan buah. Karena sistem pembelajarannya santri mempraktekkan langsung, maka hasil dari perkebunan santri langsung dikonsumsi sebagai bahan makanan pangan di pondok pesantren. Pendidikan keterampilan ini diarahkan lebih kepada agar santri mampu menghasilkan bahan makanan sendiri sebagai bahan kebutuhan makanan di pondok sehingga
96
tidak harus selalu membeli bahan makanan dari luar. Pondok pesantren mengajarkan santri agar mandiri, setidaknya santri mampu memenuhi masalah kebutuhan konsumsi di pondok. Pendidikan
keterampilan
perkebunan ini diharapkan nantinya menjadi bekal bagi santri untuk mencari peluang usaha dalam bidang perkebunan ketika santri sudah lulus dari pondok. d. Keterampilan Pertukangan Keterampilan pertukangan ini mengajarkan berbagai macam kerajinan dari kayu. Santri di beri arahan bagaimana cara membuatnya kemudian selanjutnya sepenuhnya diolah oleh santri. Santri langsung mempraktekkan apa yang sudah diarahkan oleh ustadz. Pondok hanya memberikan arahan serta bahan kayu kemudian sepenuhnya diserahkan kepada santri untuk diolah menjadi kerajinan berupa almari, meja, kursi ataupun bentuk kerajinan lain. Metode ini bertujuan agar santri mampu belajar secara mandiri, Keterampilan pertukangan ini diharapkan agar santri mampu mengembangkan bakat yang dimiliki santri, yang nantinya santri dapat santri gunakan di kehidupannya setelah lulus dari pondok. e. Keterampilan Menjahit Keterampilan menjahit sangat bagus untuk diajarkan kepada santri. Setiap hari santri pasti membutuhkan pakaian untuk digunakan sebagai penutup aurat. Keterampilan ini diharapkan dapat membantu santri dalam bidang busana. Santri bisa menjahit sendiri bahan yang
97
nantinya akan digunakan sebagai baju, tanpa harus menjahitkan kepada orang lain. Terlebih lagi di zaman yang semakin modern ini dimana gaya busana yang semakin maju dan beragam ini yang bisa dikatakan bahwa kebutuhan untuk pakaian sudah tidak lagi menjadi kebutuhan tersier akan tetapi sudah menjadi kebutuhan primer, tentunya ini akan menjadi peluang usaha yang baik bagi santri kedepannya. Dengan keterampilan
yang ia miliki maka santri mampu mengembangkan
potensinya sebagai bekal usaha ketika santri sudah lulus dari pondok. Dengan menanamkan bekal keterampilan tersebut maka peran pesantren dalam membentuk sikap kemandirian santri diharapkan dapat terwujud dengan baik. dengan pendidikan keterampilan yang santri miliki akan menghasilkan santri yang taat kepada ajaran Islam serta menhghasilkan sumber daya yang terampil serta terlatih yang siap pakai terjuan ke dunia pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga ketika santri sudah lulus dari pendidikan di pesantren santri sudah siap untuk mempraktikkan keterampilan yang ia miliki sebagai bekal baginya untuk mendapatkan bidang pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang ia miliki.
98
B. Analisis Faktor Pendudukng dan Penghambat dalam Membentuk Sikap Kemandirian Santri di Pondok Pesantren Al-Minhaj Wonosegoro Bandar Batang Dalam proses membentuk sikap kemandirian santri di pondok pesantren Al-Minhaj Wonosegoro Bandar Batang, ada beberapa faktor pendukung dan penghambat. Yaitu: 1. Faktor Pendukung a. Peran dari Pengasuh Pondok Pesantren Pengasuh pesantren mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk sikap kemandirian santri melalui kebijakankebijakannya. Dalam usaha untuk membentuk sikap mandiri, pengasuh pondok pesantren menerpakan kebijakan, yang pertama, melalui sikap kedisiplinan sehari-hari di pondok, bahwa santri harus mengurus segala kebutuhan dan keperluanya secara mandiri. Kemudian kebijakan yang kedua, yaitu melalui pendidikan bidang keterampilan. b. Kinerja Ustadz Dalam proses pembelajaran, peran ustadz sangatlah penting. Karena antara ustadz dan santri tinggal bersama dalam satu komplek pondok, ini akan memudahkan ustadz untuk terus mengawasi dan membimbing secara intensif kepada santri dalam membentuk sikap kemandirian santri. Dalam proses pembelajaran keterampilan, ustadz berperan untuk terus mengasah dan mengembangkan bakat dan kemampuan santri dalam bidang keterampilan.
99
2. Faktor Pengahambat a. Faktor dalam diri santri sendiri Kebanyakan santri yang baru masuk ke pendidikan pondok santrinya belum bisa mandiri karena masih terbawa dengan kebiasaan di rumah yang kesehariannya masih bergantung kepada orang tua dan keluarga. Namun melalui bimbingan dan pelatihan sistem pendidikan di pondok untuk selalu mengajarkan kedisiplinan diharapkan mampu untuk membentuk sikap kemandirian pada diri santri.Dan untuk pendidikan keterampilan, ada satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh santri yaitu keterampilan ilmu pengobatan. Kemudian ada beberapa bidang keterampilan yang sifatnya tidak wajib, yaitu pilihanya diserahkan kepada santri yang disesuaikan dengan bakat keterampilan yang ia miliki, maka hal ini menyebabkan santri hanya ingin mengikuti salah satu keterampilan saja atau hanya beberapa keteramoilan yang sesuai dengan minat santri tersebut. Sehingga tidak semua santri menguasai semua bidang keteramplilan yang diajarkan. b. Faktor sarana dan prasarana Agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik tentunya membutuhkan saran dan prasarana yang memadai. di pondok pesantren ini sarana dan prasarananya kurang memadai, seperti kurangnya gedung untuk praktek, kurangnya mesin jahit dan sebagainya. Namun pihak pondok masih terus berusaha untuk memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
100
c. Faktor Sumber Biaya/ modal Untuk mencapai sesuatu tentunya membutuhkan biaya atau modal. Kebutuhan semua santri selama di pondok di bebaskan artinya santri yang kurang mampu sama sekali tidak dibebani biaya apapun. Sumber dana murni berasal dari pondok tanpa menerima bantuan dari luar. Maka dari itu, sumber biaya masih menjadi masalah di pondok ini. Akan tetapi melalui pendidikan keterampilan yang diajarkan kepada santri diharapkan santri mampu mengatasi masalah biaya, seperti pada keterampilan pertanian dan perkebunan, santri diajarkan untuk mengolah lahan sendiri untuk di tanami berbagai macam tanaman yang menjadi bahan kebutuhan pokok. Sehingga secara tidak langsung santri ikut membantu masalah konsumsi meskipun ini hasilnya tidak seberapa akan tetapi inilah tujuan pendidikan di pesantren ini, mendidik santri untuk menjadi santri yang mandiri tanpa harus terus menggantungkan bantuan kepada orang lain. d. Faktor Lahan Keterampilan Lahan merupakan masalah penting di pondok. keterampilan
lebih
menekankan
kepada
praktek
pendidikan seperti
pada
keterampilan pertanian dan perkebunan. Tentunya ini membutuhkan lahan sebagai sarana belajar santri sekaligus sarana
untuk
mempraktekkan keterampilan yang diajarkan. Lahan untuk praktek tersebut masih kurang, namun pihak pondok masih terup berupaya untuk menmenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dala proses
101
pembelajaran. Supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik, serta tujuan pendidikan juga dapat tercapai.