BAB IV ANALISIS TENTANG PERSEPSI ANAK JALANAN TAMAN MATARAM KOTA PEKALONGAN TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Analisis Kegiatan Keagamaan Anak Jalanan Taman Mataram Kota Pekalongan Kegiatan keagamaan merupakan kegiatan yang terencana dan terkendali yang berhubungan dengan usaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan. Dikarenakan dalam hal ini ialah yang berhubungan dengan agama Islam, maka kegiatan keagamaan disini yang ada korelasinya dengan pelaksanaan nilai-nilai agama Islam. Dalam agama Islam terdapat berbagai macam kegiatan keagamaan, baik itu yang dilaksanakan perorangan maupun kelompok, contohnya pengajian, shalat, yasinan,infaq, sodaqoh dan lain-lain. Anak jalanan taman mataram juga seperti anak-anak yang lain, kegiatan mereka tidak selalu kegiatan di jalanan, tetapi mereka juga masih mau melaksanakan kegiatan keagamaan. Walaupun kegiatan keagamaan yang mereka lakukan tidak rutin, tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa sebagai anak jalanan tidak selalu kegiatan mereka di jalanan. Berdasarkan hasil wawancara dengan anak jalanan taman mataram, kegiatan keagamaan yang pernah mereka lakukan diantaranya yaitu:
56
57
1. Shodaqoh Solidaritas yang dimiliki anak jalanan bisa dibilang cukup tinggi, karena biasanya mereka peka dan perduli terhadap sesama, tidak memandang teman atau bukan, dan tidak memandang orang kaya atau orang miskin.Tanpa mereka sadari, kepedulian mereka terhadap orang lain dengan memberi uang baik jumlahnya kecil atau besar, sudah mereka lakukan secara pribadi hampir setiap hari, seperti yang mereka lakukan di jalanan ketika ada teman atau orang lain yang meminta uang mereka akan membantu walaupun tidak banyak. Bersedakah merupakan hal yang lumrah bagi anak jalanan taman mataram, dengan memberi bantuan kepada orang lainberupa uang walaupun nominalnya kecil, hal tersebut juga merupakan sedekah. Walaupun uang yang mereka miliki juga pas-pas an tetapi mereka akan tetap memberikarenamerasa iba melihat orang lain yang membutuhkan. Kegiatan sosial keagamaan yang biasanya mereka lakukan bersama-sama anak jalanan lainnya salah satunya adalah memberi santunan ke panti asuhan, baik itu berupa uang ataupun barang yang bermanfaat. Dengan kegiatan tersebut mereka tidak hanya menunjukkan solidaritas mereka terhadap anak-anak di panti asuhan, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka walaupun anak jalanan mampu untuk bersedekah walaupun jumlahnya tidak besar. Data tersebut sesuai dengan definisi Shodaqoh atau sedekah adalah pemberian seorang muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi waktu dan jumlah
58
tertentu. Sedekah tidak hanya berupa harta, tetapi meliputi semua amal atau perbuatan baik meliputi materi dan non materi.1 Jadi shodaqoh yang dilakukan anak jalanan taman mataram tidak mengenal waktu dan tempat, mereka memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan baik sedekah tersebut dalam bentuk materi maupun non materi. 2. Pengajian Walaupun sering hidup di jalanan, tidak lantas membuat anak jalanan taman mataram tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan anak jalanan taman mataram, mereka juga terkadang mengikuti pengajian walaupun tidak rutin. Seperti yang dikatakan AN: “Sering ikut pengajian mas kalau dekat rumah, kalau jauh kadang ikut sama temanteman.”2Dengan mengikuti pengajian akan memberi banyak manfaat, seperti mendapatkan ilmu agama. Zuhairini mengatakan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung dalam kelas, tetapi berlangsung pula diluar kelas, pendidikan tidak bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.3 Pendidikan agama Islam tidak hanya diperolah dari rumah atau sekolah saja, tetapi juga bisa diperoleh dari kegiatan-kegiatan di masayarakat seperti mengikuti pengajian. 1
Haryanto Al-Fandi, Etika Bermuamalah Berdasarkan Alqur’an dan Sunnah (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 144. 2 AN, Anak Jalanan Taman Mataram, Wawancara Pribadi, Podosugih, 11 Maret 2016. 3 Zuhairini,et.al., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 149.
59
Menurut penuturan mereka, banyak ilmu yang diperoleh dari mengikuti pengajian, seperti ilmu akhlak. Seperti yang dikatakan oleh IS: “Biasanya kalau mengikuti pengajian dapat ilmu, seperti ilmu akhlak.”4 Ilmu akhlak tersebut akan berguna untuk membentuk sikap dan perilaku mereka sebagai seorang muslim. Keinginan mereka untuk mengikuti pengajian di dasari atas dua hal, yaitu kesadaran mereka akan manfaat yang diperoleh dari mengikuti pengajian dan pengaruh dari teman dan masyarakat sekitar untuk mengajak mereka mengikuti pengajian. Disini peran masyarakat dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi agar mereka mau mengikuti kegiatan keagamaan, jangan menganggap mereka sebelah mata karena hal tersebut akan membuat mereka enggan mengikuti kegiatan agama di masyarakat. 3. Yasinan Tahlil/yasinan adalah akronim dari kalimat “lailaha illallah”, kumpulan do’a yang disusun oleh ulama yang terdiri dari ayat-ayat AlQur’an
dan
Hadits-hadits
Nabi
SAW
itu
dinamakan
tahlil/yasinan.5Yasinan dilakukan di waktu-waktu tertentu misalnya pada malam jum’at yang dilaksanakan di masjid atau di rumah warga. Selain pada malam jum’at, yasinan juga dilaksanakan untuk memperingati dan mengirim do’a bagi keluarga yang telah meninggal. Masyarakat
4
IS, Anak Jalanan Taman Mataram, Wawancara Pribadi, Wonoyoso, 11 Maret 2016. M. QuraishShihab,PerjalananMenujuKeabadiandankematianSurgaDalamAyat-ayatTahlil (Jakarta: LenteraHati, 2001), hlm. 241-247 5
60
mempercayai bahwa dengan membaca surat yasin maka pahala atas pembacaan itu akan sampai pada si mayat.Solidaritas anak jalanan taman mataram juga ditunjukkan dari mengadakan acara yasinan. Kegiatan yasinanyang mereka lakukan bertujuan untuk mendo’akan orang yang meninggal, baik itu keluarga, kerabat atau orang lain.Dengan diadakannya yasinan dan do’a bersama, akan sedikit membantu untuk mendo’akan orang yang meninggal tersebut, dan membantu keluarga yang ditinggalkan karena biasanya mereka juga akan memberi bantuan berupa uang. Jadi yasinan yang dilakukan anak jalanan taman mataram sebagai bentuk solidaritas terhadap sesama dan bertujuan untuk mengirim do’a kepada si mayit karena mereka percaya bahwa dengan membaca surat yasin maka pahala atas pembacaan itu akan sampai pada si mayit. 4. Sholat Secara terminologis shalat adalah perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan dan disudahi dengan salam. Hukum shalat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditujukan kepada setiap orang yang telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan tidak lepas kewajiban seseorang dalam shalat kecuali bila telah dilakukannya sendiri sesuai dengan ketentuannya dan tidak diwakilkan pelaksanaannya.6 Perintah shalat ini hendaklah ditanamkan ke dalam hati dan jiwa anakanak dengan cara pendidikan yang cermat, dan dilakukan sejak kecil.
6
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih (Bogor: Kencana, 2003), hlm. 21.
61
Sholat bisa dilakukan dimana saja asalkan tempat tersebut suci dari najis. Walaupun mereka sering berada di jalanan tetapi sholat harus tetap dilaksanakan. Mereka melaksanakan sholat hanya ketika di rumah, tetapi ketika berada di jalanan mereka tidak melaksanakan sholat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran mereka akan kewajibannya untuk sholat masih kurang, mungkin hal tersebut karena anak-anak di usia mereka masih mudah terpengaruh oleh lingkungan dan teman-temannya sehingga sholat yang biasanya mereka laksanakan di rumah tidak dilaksanakan ketika mereka berada di luar dengan berbagai alasan. Ibadah sholat yeng mereka laksanakan di rumah mungkin karena pengaruh dari orangtuanya yang selalu menyuruh mereka untuk melaksanakan sholat. Tetapi ketika berada di luar dan orangtua tidak tau, kemungkinan mereka terkadang enggan melaksanakan sholat disebabkan tidak ada yang mengawasi dan mengontrol mereka seperti yang orangtuanya lakukan di rumah. Saat peneliti melakukan penelitian di rumah IS, peneliti mendapati ketika pulang sekolah orangtua IS langsung bertanya kepada IS apakah sudah sholat atau belum, jika IS belum sholat maka orangtuanya akan menyuruhnya sholat. Hal tersebut menunjukkan kesadaran mereka akan sholat masih kurang, untuk melaksanakan sholat mereka masih harus diawasi dan di kontrol oleh orang lain, dan ketika tidak adanya kontrol
62
dari orang lain mereka masih mudah terpengaruh lingkungan sehingga terkadang di luar mereka tidak melaksanakan sholat. Jadi upaya yang dilakukan orangtua untuk mengajarkan sholat kepada mereka sebenarnya sudah dilakukan semenjak mereka masih kecil, tetapi kemungkinan untuk menanamkan perintah sholat ke dalam hati mereka masih kurang sehingga sholat yang mereka lakukan masih belum betul-betul tulus dari hati mereka, melainkan karena adanya pengawasan dari orangtuas, sehingga ketika orangtua lengah dan tidak mengawasi maka mereka akan terpengaruh orang lain dan tidak melaksanakan sholat. Anak jalanan merupakan anak-anak yang mempunyai solidaritas tinggi, kegiatan-kegiatan mereka tidak selalu di jalanan, tetapi mereka juga melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti bersedekah, mengikuti pengajian, yasinan, dan ibadah sholat. Kegiatan keagamaan yang mereka lakukan tidak menutup kemungkinan juga dipengaruhi kultur dari kota pekalongan yang mempunyai identitas sebagai kota santri karena banyaknya pesantren dan anak-anak pesantren yang ada di kota dan kabupaten pekalongan sehingga menjadikan mereka anak-anak yang agamis. Keagamisan tersebut juga ada di dalam diri mereka yang membuat mereka kerap kali melakukan kegiatan keagamaan seperti pengajian, yasinan, bersedekah, dan ibadah sholat. Walaupun dalam pelaksanaannya mereka belum sepenuhnya di dasari rasa kesadaran yang benar-benar dari hati mereka.
63
B. Analisis Pendidikan Agama Islam Anak Jalanan Taman Mataram Kota Pekalongan Pendidikan Islam adalah suatu proses educatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian.7Pendidikan agama Islam tidak hanya bersifat formal, tetapi juga bisa bersifat non formal, karena pendidikan agama Islam tidak hanya didapatkan di sekolah saja, tetapi juga bisa didapatkan di luar sekolah misalnya di dalam keluarga ataupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan agama Islam yang dimiliki anak jalanan taman mataram beragam, pendidikan tersebut mereka dapat tidak hanya dari sekolahan, melainkan juga dari keluarga dan lingkungan masayarakat. Sejak kecil mereka mendapatkan pendidikan agama Islam di rumah, kemudian dikembangkan lagi melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal yang mereka peroleh berasal dari sekolah dan pendidikan non formal mereka peroleh
dari
mengikuti
pengajian.Pendidikan
Islam
bertujuan
untuk
membentuk pribadi muslim yang berpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual, dan sosial.8 Berdasarkan hasil wawancara dengan anak jalanan taman mataram, pendidikan agama yang mereka dapatkan diantaranya berasal dari: 1. Rumah Pendidikan di rumah merupakan pendidikan awal anak sebelum mereka mendapat pendidikan di luar, sehingga disini orangtua dituntut untuk membekali pendidikan agama kepada anak, agar anak tersebut 7
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-3 (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 3. Nur Unbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-2 (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm.
8
35.
64
sudah mempunyai bekal ilmu agama sebelum mereka mencari pendidikan agama di luar. Selain memberi bekal ilmu agama, keluarga juga harus menyeleksi pendidikan yang didapatkan anak dari luar. Sejak dari kecil mereka sudah mendapatkan pendidikan agama Islam. Mereka mendapatkan pendidikan agama Islam di rumah dari orangtuanya. Pendidikan agama Islam yang mereka peroleh dari rumah diantaranya pendidikan akhlak. Seperti yang dikatakan AN: “Kalau di rumah orangtua saya dari dulu mengajari saya biar menjadi orang baik, main sama teman yang benar, jangan ikut-ikut yang tidak benar.”9 Selain pendidikan akhlak, orangtua mereka di rumah juga mengajari sholat dan membaca Al-Qur’an. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh WB: “Saya di rumah dari kecil diajarin sholat dan membaca Al-Qur’an mas.”10Hal tersebut sesuai apa yang dikatakan Zuhairini dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” bahwa Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertamatama menerima pendidikan dan bimbingan dari orangtuanya atau anggota keluarga lainnya.11Selain dari orangtua, pendidikan yang didapat bisa dari kakak atau kerabat yang lain yang lebih tau untuk mengajari. 2. Sekolah Untuk mengembangkan pendidikan agama yang diperoleh anak dari rumah, biasanya orangtua akan menyekolahkan anaknya agar mereka 9
AN, Anak Jalanan Taman Mataram, Wawancara Pribadi, Podosugih, 11 Maret 2016. WB, Anak Jalanan Taman Mataram, Wawancara Pribadi, Wonoyoso, 11 Maret 2016. 11 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. Ke-6 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 10
177.
65
mendapatkan pendidikan agama dari sekolah. Dari kelima anak jalanan taman mataram yang masih bersekolah, dua dari mereka berstatus sebagai pelajar di MTS, dan tiga lagi berstatus sebagai pelajar di SMP N. Mereka yang bersekolah di MTS adalah IR dan AN, sedangkan IS, AD, dan WB bersekolah di SMP N. IR dan AN mendapatkan pelajaran agama di MTS yang lebih dominan pendidikan agamanya dibanding di SMP, sedangkan IS, AD, dan WB mendapatkan pelajaran agama di SMP walaupun pelajaran pendidikan agama Islam tidak sebanyak seperti di MTS. Di sekolah orangtua berharap agar mereka mendapatkan pendidikan agama yang lebih baik, yang belum diajarkan di rumah. Hal tersebut sesuai apa yang dikatakan Zuhairini dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” yang menyebutkan Bagi setiap muslim yang benar-benar beriman dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, mereka berusaha untuk memasukkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang diberikan pendidikan agama Islam. Dalam hal ini mereka mengharapkan agar anak didiknya kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam.12 Kepedulian mereka terhadap pendidikan agama ditunjukkan dengan keaktifan mereka mengikuti pelajaran agama di sekolahan, walaupun terkadang mereka telat untuk masuk kelaskemungkinan karena di usia mereka yang masih usia pubertas, sehingga mereka masih senang untuk bermain-main dan bercanda bersama teman yang mengakibatkan mereka telat masuk kelas.
12
Ibid., hlm. 179.
66
3. Masyarakat Tidak hanya mendapatkan pendidikan agama di sekolahan dan rumah saja, mereka juga mendapatkan pendidikan agama di masyarakat dari
mengikuti
kegiatan
keagamaan
seperti
pengajian.
Mereka
mendapatkan banyak manfaat dari mengikuti pengajian, diantaranya mendapatkan tambahan ilmu agama Islam. Ilmu agama yang mereka dapatkan dari mengikuti pengajian juga beragam diantaranya tentang akhlak, fikih, ibadah, dan lain-lain. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh salah satu anak jalanan taman matram AD: “Ya kalau dari mengikuti pengajian itu sebenarnya dapat ilmu banyak mas, seperti ilmu akhlak, ibadah, ya banyak mas.”13Hal tersebut sesuai apa yang dikatakan Zuhairini dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” bahwa Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga sesudah keluarga dan sekolah. Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.14 Zuhairini mengatakan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung dalam kelas, tetapi berlangsung pula diluar kelas, pendidikan tidak bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.15Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan anak jalanan taman mataram dapat diketahui bahwa pendidikan agama Islam yang mereka peroleh berasal 13
AD, Anak Jalanan Taman Mataram, Wawancara Pribadi, Wonoyoso, 11 Maret 2016. Zuhairini, Op. Cit., hlm. 180. 15 Zuhairini, Op. Cit., hlm. 149. 14
67
dari berbagai sumber, yaitu dari keluarga sejak kecil, dari sekolahan, dan masyarakat dari mengikuti kegiatan keagamaan seperti pengajian. Ilmu agama Islam yang mereka dapatkan di rumah berasal dari orangtuanya yang sudah mengajari pendidikan agama sejak kecil. Dari sekolah mereka mendapatkan pendidikan agama dari pelajaran yang diajarkan di sekolahnya, dan dari mengikuti kegiatan keagamaan pengajian mereka juga mendapatkan pendidikan agama dari mendengarkan isi ceramah dalam pengajian yang mereka ikuti.Pendidikan agama Islam yang mereka dapatkan juga beragam. Pendidikan agama yang didapatkan mereka berasal dari rumah, sekolah, dan masyarakat, sehingga pendidikan agama yang didapat mereka bisa dikatakan banyak. Diantara pendidikan agama yang mereka dapatkan yaitu pendidikan aqidah, pendidikan ibadah, pendidikan syari’ah, dan pendidikan akhlak. C. Analisis Persepsi Anak Jalanan Taman Mataram Kota Pekalongan Terhadap Urgensi Pendidikan Agama Islam Persepsi merupakan gambaran seseorang tentang sesuatu objek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi.16 Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organorgan bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Di dalamnya terjadi
16
Manahan P. Tambulon, Perilaku Keorganisasian, Cet. Ke-1 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hlm. 63.
68
proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman ini yang kurang lebih disebut persepsi.17 Berdasarkan hasil wawancara dengan anak jalanan taman mataram mereka mengatakan bahwa pendidikan agama Islam itu penting, karena pendidikan agama berguna untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Jadi sebagai seorang muslim mereka berpendapat bahwa mempelajari pendidikan agama Islam itu harus, karena manfaat yang didapatkan sangatlah banyak. Persepsi mereka tentang pendidikan agama Islam bisa didapatkan dari melihat kegiatan-kegiatan keagamaanyang mereka lakukan dan pendidikan agama Islam yang mereka dapatkan.Kegiatan keagamaan yang mereka lakukan bersifat mahdhah seperti shalat dan bersifat ghairu mahdhah seperti menghadiri
pengajian,
bersedekah,
mengikuti
tahlilan
atau
yasinan.
Sedangkan pendidikan agama mereka didapatkan dari keluarga di rumah, dari sekolah, dan dari masyarakat. Menurut Sarlito Wirawan mengatakan persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman ini yang kurang lebih disebut persepsi.18Jadi bahwa stimulus yang didapatkan mereka berasal dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang mereka lakukan dan pendidikan agama yang mereka terima sehingga di sini mereka dapat berpikir 17
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Cet. Ke-2 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 86. 18 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Cet. Ke-2 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 86.
69
tentang persepsi mereka terhadap pendidikan agama Islam. Dari hasil diatas bisa disimpulkan bahwa secara teori mereka mengatakan dan mengetahui pentingnya pendidikan agama Islam, tetapi didalam mewujudkan pendidikan agama yang mereka dapatkan kedalam bentuk kegiatan keagamaan terutama ibadah wajib belum maksimal.