BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB NEGERI PEKALONGAN
Proses pembelajaran merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan pembelajaran, yakni pengaturan proses pembelajaran dan pembelajaran pembelajaran itu sendiri. Keduanya memiliki ketergantungan satu sama lain, kemampuan mengatur proses belajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar. Anak didik dapat belajar dalam suasana wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar, anak didik memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, dan kebutuhan akan bimbingan, bantuan, dan perhatian guru yang berbeda untuk setiap individu.1 Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Pekalongan dengan berbagai metode yang antara lain. Analisis data adalah proses menyederhanakan suatu data dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterprestasikan. Setelah menganalisis data, penulis membuat kesimpulan. 1
Nana Sudjna, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1991),
hlm. 29.
70
71
Adapun analisis data mengenai manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Pekalongan adalah sebagai berikut :
A. Analisis Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SDLB Negeri Pekalongan Untuk lebih jelas tentang gambaran pelaksanaan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus dapat penulis analisiskan sebagai berikut : 1. Perencanaan Perencanaan adalah proses awal dalam pembelajaran untuk penentuan
tujuan
atau
sasaran
yang
hendak
dicapai
sehingga
menghasilkan pembelajaran yang seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada
masa
depan,
karena
dengan
adanya
perencanaan
proses
pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Proses pembelajaran di SDLB Negeri Pekalongan dilakukan dengan cara merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru akan menentukan keberhasilan pembelajaran yang dipimpinnya. Hal ini didasarkan bahwa dengan membuat perencanaan pembelajaran yang meiputi penyusunan silabus; rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); penjabaran materi; penentuan strategi dan metode pembelajaran; penyediaan sumber, alat dan sarana
72
pembelajaran; penentuan cara dan alat penilaian hasil belajar; dan setting lingkungan pembelajaran yang baik atau lebih terperinci akan membuat guru lebih mudah dalam hal penyampaian materi pembelajaran. Pengorganisasian peserta didik di kelas maupun pelaksanaan evaluasi pembelajaran baik proses maupun hasil belajar.2 Guru akan mempunyai sebuah acuan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dirinya dan peserta didik yang akan menjadikan subjek dan objek dalam pembelajarannya di kelas maupun di luar kelas semakin baik dan terperinci. Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru, maka akan semakin membantu dan mudah pula bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh seorang guru dapat dijadikan pedoman yang sangat membantu guru tersebut, bukan hanya dalam rangka menyajikan materi pembelajaran tetapi dapat juga dijadikan sebagai bahan evaluasi proses pembelajaran yang dilaksanakan pada waktu itu, sehingga pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya dapat berjalan secara lebih baik dan optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan peran guru dalam pembelajaran di kelas, yang akan menentukan tercapainya tujuan pembelajaran atau belum. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini 2
Umi Chasanah, Guru PAI SDLB Negeri Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 2 September 2014.
73
meliputi pengorganisasian pembelajaran dan kepemimpinan seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas. Pengelolaan kelas dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan latar belakang peserta didik yang berbeda-beda ketunaan.3 Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Guru sangat berperan dalam pengelolaan kelas, apabila guru mampu mengelola kelasnya dengan baik maka tidaklah sukar bagi guru itu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.4 Dalam proses pembelajaran, pemilihan strategi dan penggunaan metode, adalah hal yang sangat penting dan sangat menentukan. Sebab, proses pembelajaran tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, tanpa didukung oleh penggunaan metode yang baik. Metode yang baik metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, sarana-prasarana, kurikulum dan sebagainya. Sebagai pendidik, harus senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat memotivasi siswa dalam pencapaian prestasi belajar secara optimal. Pendidik (guru) harus dapat menggunakan strategi tertentu dalam pemakaian metodenya sehingga dia dapat mengajar dengan tepat, efektif dan efisien untuk
3
Umi Chasanah, Guru PAI SDLB Negeri Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 2 September 2014. 4 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 49.
74
membantu meningkatkan kegiatan belajar serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.5 Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam sudah sesuai dengan acuan umum yang terdiri dari tiga tahap. 6 Pertama: Tahap pra instruksional. Dalam tahap ini guru pendidikan agama Islam telah melakukan pembiasaan untuk senantiasa berdoa bersama peserta didik sebelum melaksanakan sebuah proses pembelajaran. Dan setelah itu menanyakan kehadiran peserta didik, serta melakukan pre test baik berupa Tanya jawab, kuis atau yang lainnya. Kedua: tahap intruksional. Dalam tahap ini guru pendidikan agama Islam melakukan serangkaian aktivitas pembelajaran bersama peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sumber dan alat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam sudah sesuai dengan materi pembelajaran. Penggunaan alat pengajaran pada materi Agama di sini hanyalah sebagai faktor pendukung dalam keberhasilan pengajaran, karena dengan menggunakan media yang mudah dimengerti oleh penyandang ketunaan artinya dapat membantu keberhasilan proses belajar mengajar tersebut, akan tetapi yang terpenting dalam pembelajaran bagi
5
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam PAIKEM (Semarang: Rasail Media Grup dan LSIS, 2008), hlm. 25 6 Umi Chasanah, Guru PAI SDLB Negeri Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 2 September 2014.
75
anak-anak berkebutuhan khusus yaitu dengan menggunakan strategi dan metode drill, ceramah serta demonstrasi. Ketiga: Tahap evaluasi/tindak lanjut. Dalam tahap ini guru selalu memberikan penguatan atau kesimpulan tentang pembelajaran yang sudah dijalani dengan cara memancing peertanyaan dalam bentuk sederhana untuk mengingatkan kembali apa yang telah dipelajari. Pemberian penguatan atau kesimpulan tentang materi pembelajaran kepada peserta didik akan berguna untuk emberikan pemahaman yang lebih terkait dengan pembahasan selama proses pembelajaran. 3. Penilaian Evaluasi meliputi semua aspek batas belajar. Menurut Schwartz dan kawan-kawan, penilaian adalah suatu program untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman tersebut adalah pengalaman yang diperoleh berkat proses pendidikan. Pengalaman tersebut tampak pada perubahan tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Jadi pengalaman yang diperoleh siswa adalah pengalaman hasil belajar siswa di sekolah. Dalam hal ini, penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan pembelajaran.7 Sesuai dengan pengertian dan tujuan evaluasi, maka sasaran evaluasi ini ialah program pembelajaran, misalnya bahan pembelajaran, 7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. Ke-7 (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008), hlm. 157.
76
strategi pembelajaran, media pembelajaran dan penunjang pembelajaran lain. SDLB Negeri Pekalongan selalu mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, yaitu dengan cara.8 Pertama, Evaluasi teori. Dalam evaluasi ini lebih melihat kemampuan peserta didik dalam memahami dan menghafal materi. Kedua, Evaluasi praktik, dalam evaluasi ini lebih melihat kemampuan peserta didik dengan praktek langsung terhadap materi yang telah diajarkan serta dibiasakan kepada peserta didik. Ketiga, Evaluasi portofolio, evaluasi ini adalah usaha untuk memperoleh informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya.
B. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Manajemen
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SDLB Negeri Pekalongan Setiap gerak langkah manusia senantiasa dirintangi oleh kesulitankesulitan
yang
menghadangnya
kapan
dan
dimana
saja.
Setiap
berlangsungnya proses pendidikan sudah barang tentu akan menemukan pendukung dan penghambat untuk menuju suatu pembelajaran yang afektif.
8
Umi Chasanah, guru PAI SDLB Negeri Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 12 September 2014.
77
faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran di SDLB Negeri Pekalongan penulis garis bawahi, yaitu: 1. Keberadaannya didukung oleh pemerintah. SDLB Negeri Pekalongan keberadaan dari awal telah di dukung pemerintah dan merupakan sekolah dasar luar biasa satu-satunya di Kota Pekalongan yang berstatus negeri. 2. Kesadaran orang tua yang selalu memantau perkembangan anak-anaknya. Orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus. Pemantauan perkembangan anak-anaknya sangat membantu seorang pendidik untuk proses evaluasi. Orang tua yang sangat menyadari akan perkembangan anaknya merelakan waktu untuk mengantar dan menunggui anaknya yang kadang malas untuk datang ke sekolah. 3. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh asa ikhlas dan sabar. Kebanyakan guru di SDLB Negeri Pekalongan merupakan lulusan dari PLB yaitu jurusan yang khusus menangani anak berkebutuhan khusus. Seorang pendidik anak berkebutuhan khusus harus lebih sabar dan ikhlas mengajar daripada anak normal lainnya karena memang anak berkebutuhan khusus perlu penanganan yang khusus. Para Pendidik di SDLB Negeri Pekalongan dapat dikatakan sabar dalam mengajar, kalau tidak sabar dan ikhlas paling hanya satu bulan dapat bertahan di SDLB Negeri Pekalongan.
78
4. Materi yang diberikan diselaraskan dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Penyandang anak berkebutuhan khusus dalam penampaian materi berbeda dengan anak normal pada umumnya. Guru SDLB Negeri Pekalongan menyampaikan materi yang lebih sederhana agar mudah dipahami oleh peserta didik dan dengan meode yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran di SDLB Negeri Pekalongan penulis garis bawahi, yaitu:9 1. Guru sulit mengkondisikan peserta didik Meliht kondisi peserta didik yang berbeda dengan anak normal sehingga tidak jarang peserta didik mengalami kebosanan di dalam kelas dan kadang peserta didik memilih untuk bermain sendiri di dalam kelas bahkan sering juga mengganggu konsentrasi teman-temannya. 2. Minimnya alokasi waktu. Waktu yang begitu singkat sehingga proses belajar mengajar terkesan tergesa-gesa. 3. Sulitnya proses pembelajaran. Kesulitan dalam proses pembelajaran (transfer of knowledge), anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang berada dalam kondisi di mana perkembangannya terdapat gangguang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. 9
Umi Chasanah, guru PAI SDLB Negeri Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 12 September 2014
79
4. Kurangnya disiplin siswa Kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah berperan penting terhadap pembelajaran, tetapi kebanyakan anak penyandang ketunaan kurang
disiplin
kadang
masuk
dan
kadang
tidak
tergantung
kamauan/minat tidak berdasarkan kewajiban berangkat ke sekolah. 5. Keterbatasan penyandang tunarungu Keterbatasan
untuk
penyandang
tunarungu,
sehingga
penyampaian pembelajarannya pun berbeda dengan penyandang yang lain 6. Minimnya alat peraga Penyediaan alat peraga dalam media pembelajaran yang terbatas dari sekolah. 7. Kurangnya guru agama Islam Pendidik merupakan hal utama dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Negeri Pekalongan tidak adanya guru pendidikan agama Islam.