BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LAPAS KLAS IIA PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Agama Islam di Lapas Pekalongan Roni Dermawan selaku kasi binadik mengatakan tujuan dari adanya pelaksanaan PAI adalah
1. Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan warga binaan 2. Memberikan bekal dan pedoman hidup beragama warga binaan 3. Agar warga binaan dapat berinteraksi secara sehat dengan masyarakat Sementara itu Miftakhul Ulum selaku pembimbing keagamaan mengatakan tujuan dari pelaksanaan pendidikan agama Islam di Lapas, yaitu: 1. Memberikan bekal pengetahuan agama kepada warga binaan 2. Memberikan terapi keagamaan kepada warga binaan agar keimanan dan ketaqwaan warga binaan meningkat 3. Membina warga binaan agar menjadi manusia yang lebih baik Di dalam pernyataan warga binaan terdapat tiga tujuan yang berbeda dari pelaksanaan pendidikan agama Islam di Lapas, yaitu: 1. Untuk belajar agama agar memiliki bekal dalam beragama 2. Untuk memperdalam ilmu agama dan keimanan 3. Untuk belajar agama agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan dapat berinteraksi secara baik dengan masyarakat 74
Dari hasil wawancara di lapangan, penulisis menganalisi bahwa tujuan
pelaksanaan
pendidikan
agama
di
Lapas
menurut
petugas,
pembimbing dan warga binaan memiliki tiga poin , yaitu: 1. Memberikan bekal berupa pengetahuan tentang agama. 2. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan warga binaan. 3. Menyiapkan warga binaan agar dapat menjadi manusia yang berakhlak baik sehingga mereka dapat berperan kembali di lingkungan dan masyarakat sekitar. Pada poin pertama ini semua informan sepakat tentang tujuan pendidikan agama Islam di Lapas, yaitu untuk memberikan bekal pengetahuan agama. Sehingga kelak warga binaan dapat mengerti akan suatu hukum dan dapat menyimpulkan tentang baik buruknya sesuatu. Pengetahuan agama ini akan menjadi bekal hidup warga binaan. Berbeda dengan poin kedua dan ketiga, pendapat tentang tujuan pelaksanaan pendidikan agama Islam di Lapas hanya untuk belajar agama, berbeda pendapat dengan petugas dan pembimbing keagamaan Lapas. B. Analisis Materi Pendidikan Agama Islam di Lapas Pekalongan Materi pendidikan agama Islam di Lapas Pekalongan diantaranya: 1. Materi tauhid 2. Materi akhlak 3. Materi baca tulis Al-Qur’an 4. Materi Penyuluhan Hukum
75
5. Materi Tafsir 6. Materi Hadits 7. Materi Tasawuf Materi merupakan tema-tema pembelajaran yang telah ditentukan, yang mengandung berbagai ketrampilan, baik yang bersifat aqliyah (knowledge), jasadiyah, dan berbagai cara mengkajinya atau mempelajarinya.1 Menurut penulis materi-materi paendidikan agama Islam di Lapas Pekalongan sudah tepat. Tema-tema pembelajaran sesuai dengan tujuan pelaksanaan pendidikan agama Islam yang hendak dicapai. Adapun materi yang diberikan di Lapas Pekalongan sesuai dengan prinsipprinsip yang dijadikan pegangan dalam menentukan materi pembelajaran. Diantaranya sebagai berikut: a. Memiliki pengaruh dalam mencapi kesempurnaan jiwa dengan cara mengenal Tuhan Yang Maha Esa. b. Mengandung nasihat untuk mengikuti jalan hidup yang baik dan utama. c. Mengandung suatu pelajaran dalam bidang petunjuk dan tuntunan2 Dapat ditarik kesimpulan bahwa di Lapas Pekalongan dalam memilih materi pendidikan agama Islam berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari segi agama, akhlak atau budi pekerti dan berikutnya barulah segi kebudayaan dan manfaat.
1 2
Heri Gunawan, Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 50. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV PUSTaKA SETIA, 1998), hal. 166.
76
C. Analisis Metode Pendidikan Agama Islam di Lapas Pekalongan Metode pembelajaran pendidikan agama Islam yang digunakan di Lapas Pekalongan terdiri dari: 1. Metode ceramah Metode ceramah adalah cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi tentang suatu pokok persoalan secara lisan. Dalam tehnik ini pendidik menyampaikan nasehat dan informasi yang memberi pengetahuan hukum seperti,hukum sholat, syari’at sholat dan rukun sholat.3 Metode ceramah adalah metode yang sering digunakan dalam penyampaian pembelajaran pendidikan agama Islam di Lapas Pekalongan. Metode ceramah ini digunakan pada mayoritas materi pendidikan agama Islam di Lapas. Seperti dalam materi tauhid, materi akhlak, materi fiqh, materi tafsir, materi hadits dan materi tasawuf. Seperti yang diungkapkan oleh Ari Wibowo: “Biasanya metode yang sering dipakai ceramah.”4 Metode ceramah ini menurut penulis merupakan metode yang efektif. Karena penyampaiannya tidak memerlukan banyak media. Walaupun secara verbalisme, tetapi tetap membuat semangat warga binaan untuk mengikuti materi yang disampaikan.
3 4
Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. I, hal. 183. Wawancara dengan Ari Wibowo, warga binaan Lapas Pekalongan, 23 Oktober 2015.
77
Seperti yang diungkapkan oleh Saefudin: “Ya, tetep semangat. Karena yang pertama kan niat kita. Jika niat awal untuk belajar pakai cara penyampaian apapun tetep semangat.”5 2. Metode Qiro’ah Dalam metode ini guru membacakan peserta didik dan peserta didik menyimak dan memperhatikan bacaan dan sesekali peserta didik meniru bacaan pendidik tersebut. Fungsi pendidik disini adalah memperhatikan dan menegur bila terjadi kesalahan.6 Di Lapas Pekalongan metode ini digunakan pada materi baca tulis Al-Qur’an. Menurut penulis, ini adalah metode yang tepat untuk materi BTA. Dimana warga binaan tidak hanya disuruh mendengarkan tetapi juga dituntut untuk menirukan dan aktif dalam pembelajaran. 3. Metode Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang, agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan ini berintikan pengalaman. Karena yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan.7 Pada metode pembiasaan ini dapat mengubah kebiasaan-kebiasaan negatif warga binaan. Yang sebelumnya warga binaan tidak menjalankan sholat lima waktu, berdzikir dan membaca AL-Qur’an, dengan metode pembiasaan ini akan mengubah kebiasaan negatif menjadi kebiasaan yang baik dengan sifat-sifat yang baik pula. 5
Wawancara dengan Saefudin, warga binaan Lapas Pekalongan, 23 Oktober 2015. Abdul Mujib, dkk, Op., Cit, hal. 208. 7 Heru Gunawan, Op., Cit, hal. 276. 6
78
Pada metode kebiasaan ini pembimbing memberikan pengalaman atau contoh. Karena untuk mengubah sikap warga binaan menjadi manusia yang sempurna haruslah melalui bimbingan dan latihan. 4. Metode Nasehat Abdul Hamid Ash-Shaid al-Jindani dalam buku Usus al-Atrbiyah al-Islamiyah, menyebutkan bahwa diantara metode pendidikan yang paling banyak memberikan pengaruh dalam mengarahkan manusia ialah metode nasihat dan metode bimbingan. Nasehat sangat memiliki pengaruh terhadap jiwa manusia, terlebih apabila nasihat itu keluar dari seseorang yang dicintainya.8 Metode nasehat ini digunakan pada seluruh materi. Seperti dalam materi tauhid, materi BTA, materi akhlak, materi fiqh, materi tafsir, materi hadits dan materi tasawuf. Karena dalam penyampaian pokok bahasan tertentu tertapat bagian-bagian atau waktu yang tepat untuk pembimbing memberikan kepada warga binaan. Seperti materi tentang taubat, makanan yang halal dan haram, tentang judi dan khamar, tentang keutamaan sholat dan tentang keesaan Allah. Dengan metode nasehat ini penulis yahkin warga binaan di Lapas Pekalongan akan memiliki bekas saat mereka mengikuti materi yang disampaikan pembimbing. Bekas atau nasehat inilah yang nantinya akan mempengaruhi pola pikir warga binaan. Hingga pada akhirnya warga
8
Ibid., hal. 270.
79
binaan dapat menyadari kesalahan yang diperbuatnya dan berinstropeksi diri. D. Analisis Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Lapas Pekalongan Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Lapas Pekalongan muncul dari warga binaan. Warga binaan yang memiliki latar belakang masalah yang berbeda menimbulkan habatan yang berbeda pula dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, diantaranya: 1. Kurangnya minat belajar warga binaan Minat adalah Suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membutuhkan lebih lanjut.9 Kehilangan minat berarti hilangnya perhatian dalam mengikuti pemberian materi. Ini dapat berdampak pada hasil yang akan dicapai. Bila warga binaan kurang memiliki minat dalam mengikuti materi maka akan menjadi penghambat dalam keberhasilan pendidikan agama Islam. 2. Kurangnya perhatian atau fokus warga binaan Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepad suatu obyek atau kepada sekumpulan obyek-obyek. perhatian juga merupakan penyeleksian terhadap stimuli yang diterima individu yang bersangkutan.10
9
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), h. 91 Ibid., hal. 59.
10
80
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka warga binaan harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, sebab jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian, maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka untuk belajar. Pemusatan perhatian tentu supaya tujuan pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Kebosanan yang buncul inilah yang nantinya menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di Lapas Pekalongan.
81