BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN
A. Analisis Strategi Guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Pada bab ini akan menjelaskan dan menganalisis data tentang peran guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Strategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan diantaranya dimulai dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan, nilai-nilai yang diterapkan, dan kegiatan-kegiatan di SMP Wahid Hasyim Pekalongan yang menunjang dalam membentuk karakter siswa. untuk lebih jelasnya strategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan adalah sebagai berikut: 1. Melalui pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. Hasil pengamatan dari peneliti mengenai pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan
di
SMP
Wahid
Hasyim
Pekalongan
untuk
pembelajaran PAI menggunakan kurikulum MTs (Madrasah Tsanawiyah) dimana materi pelajarannya dipisah-pisah. Pelajaran PAI meliputi: Al qur’an hadits, akidah akhlak, fiqih, aswaja, dan SKI. Hal tersebut dilakukan oleh guru PAI agar siswa mendapat pelajaran agama lebih
71
72
banyak dan siswa juga memiliki karakter yang baik sebab banyak pelajaran agama yang diterima oleh siswa. Seperti yang diungkapkan oleh ibu “SF”: “bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di SMP Wahid Hasyim sama seperti sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang lain akan tetapi di sekolah ini memang menggunakan istilah guru PAI akan tetapi pembelajarannya sama seperti (MTs) Madrasah Tsanawiyah, mata pelajaran PAI di SMP Wahid Hasyim dijabarkan seperti berikut: Al qur’an hadits, akidah akhlak, fiqih, aswaja, dan SKI. Dengan guru yang berbeda-beda dan juga dengan metode yang berbeda-beda pula. mengapa demikian, karena dengan porsi pembelajaran agama Islam yang banyak diharapkan anak memiliki karakter yang baik karena banyak pembelajaran agama Islam yang diajarkan”1 Hal itu juga diperkuat oleh “AC”: “Kurikulum yang saya gunakan adalah kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs) karena saya berharap dengan banyaknya materi agama yang saya dan teman-teman guru PAI lainnya berikan, bisa membantu dalam membentuk karakter siswa.”2 Tidak hanya kurikulumnya saja yang berbeda metode yang digunakan dalam pembelajaran pun berbeda-beda antara guru PAI satu dengan guru PAI yang lain seperti strategi yang dilakukan oleh bapak “AL” yang menggunakan metode sugesti disela-sela pembelajaran untuk menenangkan hati siswa yang terkadang bergejolak. Seperti yang diungkapkan bapak “AL” berikut ini: “Strategi yang saya gunakan adalah dengan memasukkan metode sugesti pada setiap pembelajaran ataupun ketika saya menjadi imam dalam sholat dhuha metode itu saya masukkan agar anak terenyuh hatinya agar supaya anak tidak melakukan hal-hal yang melanggar aturan yang ada” 1
“SF”, Kepala Sekolah di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 19 September 2015. 2 “AC”, Guru Al Qur’an Hadits di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, tanggal 19 September 2015.
73
Beliau juga menambahkan: “Saya mulai menerapkan metode terapi sugesti ini pada tahun 2013 dan Alhamdulilah berhasil mbak dengan memberikan sugestisugesti kepada anak itu sangat efektif dalam hal membentuk karakter anak, terapi sugesti saya terapkan pada sela-sela pembelajaran ketika anak dalam keadaan jenuh dan cenderung ribut di dalam kelas dan juga ketika anak itu bandel biasanya anak itu saya panggil keruangan saya dan saya berikan sugesti-sugesti pada pikiran anak tersebut di dalam ruangan yang hening.”3 Berbeda dengan “AL”, bapak “RS” menggunakan metode ceramah dan praktek. Seperti penuturan beliau: “strategi yang saya gunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunkan metode ceramah dan praktek, karena kebetulan saya mengajar fiqih, saya biyasanya menerangkan dulu materi-materi yang saya ajarkan setelah itu anak, saya suruh untuk mempraktekkan, metode ceramah saya pilih supaya anak bisa konsentrasi dalam belajar dan mendengarkan apa yang saya lakukan anak juga anak saya suruh mempraktekkan atas pelajaran yang saya sampaikan.”4 Bapak “AC” juga menambahkan: “Strategi yang saya lakukan dengan menggunakan metode ceramah, dan cerita agar anak paham apa yang saya sampaikan, biasanya saya menerangkan pelajaran ke anak itu dengan ceramah mengenai materi-materi yang saya sampaikan, dan terkadang juga saya bercerita mengenai suatu cerita dan anak saya suruh untuk menyimpulkan dan mengambil hikmah dari apa yang saya sampaikan, strategi itu saya gunakan agar anak terinspirasi dengan cerita yang saya sampaikan dan mengambil hal-hal positif dari cerita yang sampaikan itu”. Metode yang dilakukan oleh bapak “AL” diharapkan bisa menjadi motivasi siswa untuk terus belajar dan berusaha dalam menjalani hidup dan tidak melenceng dari norma-norma yang telah ditentukan .
3
“AL”, Guru Akidah Akhlak dan SKI di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, tanggal 19 September 2015. 4 “RS”, Guru Fiqih di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, tanggal 19 September 2015.
74
Dengan kurikulum yang berbeda, yaitu dengan menggunakan kurikulum Madrasah Tsanawiyah untuk pelajaran PAI nya dan mendapatkan porsi pendidikan agama lebih banyak diharapkan siswa lebih bisa mendalami pelajaran PAI sehingga apa yang siswa dapat dari pelajaran-pelajaran yang ada di SMP Wahid Hasyim Pekalongan bisa membentuk karakter siswa yang baik sehingga siswa bisa survive di dalam kehidupannya dan juga dengan metode-metode yang digunakan guru PAI yang berbeda bisa menginspirasi siswa untuk terus belajar dengan metode dan strategi baru yang dilakukan oleh guru PAI. Dari pemaparan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di SMP Wahid Hasyim Pekalongan dapat disimpulkan untuk pelajaran PAI menggunakan kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs), hal tersebut dilakukan supaya anak mendapatkan pelajaran agama lebih banyak sehingga anak akan mudah untuk di bentuk, dan juga dengan metode yang digunakan guru PAI yang menarik bisa memotivasi siswa untuk terus belajar seperti yang dipaparkan Syaiful bahri Djamarah dalam bukunya “Guru dan Anak didik dalam interaksi edukatif” yang menyatakan bahwa penganekaragaman cara
belajar memberikan
penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar.5 2. Nilai-nilai karakter yang diterapkan di SMP Wahid Hasyim Pekalongan.
5
Syaful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 45
75
Nilai-nilai karakter yang diterapkan di SMP Wahid Hasyim Pekalongan adalah sebagai berikut: a. Sikap sopan santun b. Sikap menghargai c. Memiliki tata krama yang baik Siswa diharapkan memiliki sopan santun yang baik, baik itu di dalam sekolah ataupun di luar sekolah. seperti yang dipaparkan oleh bapak “AL” selaku guru PAI di SMP Wahid Hasyim Pekalongan: “menurut saya sendiri sopan santun itu adalah sikap seseorang terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan dalam situasi dan kondisi apapun, dan sikap sopan santun itu meliputi hal-hal yang baik, tersenyum, dan taat pada peraturan yang ada yang telah dibuat oleh sekolah, saya menerapkan sikap sopan santun kepada siswa agar siswa bersikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua baik itu di sekolah maupun di luar sekolah, karena sikap sopan santun itu penting sekali untuk dimiliki oleh siswa agar siswa tidak bersikap seenaknya sendiri pada orang yang lebih tua Untuk memiliki sikap sopan santun yang baik itu harus dimulai dari hal yang terkecil misalnya bersikap sopan dan berbicara dengan bahasa yang baik.”6 Sikap sopan santun yang baik itu dimulai dari hal terkecil seperti yang dilakukan oleh siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan yang mencium tangan gurunya ketika bertemu dengan guru walaupun bukan dalam lingkungan sekolah, dan sikap sopan santun yang dilakukan siswa di sekolah diharapkan bisa diterapkan di luar sekolah misalnya di lingkungan keluarga ketika mau berangkat sekolah siswa akan terbiasa mencium tangan orang tuanya dan diharapkan juga siswa bertutur kata yang baik, tidak hanya di lingkungan sekolah akan tetapi di luar 6
“AL”, Guru Akidah Akhlak dan SKI di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 19 September 2015.
76
sekolahpun siswa tetap menerapkan sikap sopan santun seperti yang dilakukan siswa ketika di sekolah. Selain sikap sopan santun siswa juga diharapkan memiliki sikap menghargai, sikap menghargai sendiri adalah sikap toleransi kepada orang lain dan tidak menganggap dirinya itu lebih hebat dari yang lain, dan yang lain itu lebih rendah dibandingkan dengan dirinya. Begitu pula yang dikatakan oleh “AC”. “Sebenarnya tidak hanya saya yang menerapkan untuk saling menghargai akan tetapi dari sekolah pun mengajarkan anak-anak untuk saling menghargai tidak hanya untuk guru PAI saja akan tetapi guru-guru yang lain juga mengajarkan bagaimana anak harus menghargai temannya tidak merendahkan temannya dan juga tidak menganggap dirinya paling hebat diantara teman-temannya.”7 Guru PAI mengajarkan siswanya untuk bisa saling menghargai antar teman baik menghargai dalam hal berpendapat ataupun dalam hal lainnya agar nanti kelak siswa bisa berbaur dengan masyarakat walaupun dengan latar belakang yang berbeda dan guru PAI juga harus bisa menginspirasi siswa dengan mengajarkan hal-hal yang menarik agar nilai yang diharapkan dapat terwujud. Tata Krama yang baik juga diajarkan di SMP Wahid Hasyim agar supaya siswa memiliki tata krama yang baik seperti yang diungkapkan oleh bapak “RS”. “ Tata krama yang baik adalah nilai yang diterapkan oleh guru PAI khususnya saya supaya anak memiliki tata krama yang baik, baik itu di sekolah maupun di luar sekolah. saya berharap bahwa tata krama yang baik di sekolah juga berdampak di rumah, dan di 7
“AC”, Guru Al Qur’an Hadits di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 19 September 2015.
77
masyarakat juga. Tata krama di sekolah seperti: bersikap sopan santun pada guru ataupun staf di sekolah, mengucapkan salam ketika bertemu (guru, staf sekolah, dan teman) dan juga mematuhi tata tertib sekolah. Tata krama di keluarga seperti: menghormati orang tua dan melaksanakan perintahnya dengan baik, minta ijin pada orang tua sebelum berangkat sekolah, mengucapkan salam bila masuk dan keluar rumah. Dan lain sebagainya.”8 Siswa diharapkan dapat memiliki tata krama yang baik, baik di lingkungan
sekolah,
lingkungan
keluarga,
maupun
lingkungan
masyarakat. Nilai-nilai yang diterapkan di sekolah SMP wahid hasyim baik itu sikap sopan santun, sikap saling menghargai ataupun tata krama bisa di terapkan oleh siswa di luar sekolah dan dapat berbekas dihati siswa agar supaya nilai-nilai tersebut tidak hilang. 3. Kegiatan-kegiatan yang ada di SMP Wahid Hasyim Pekalongan Kegiatan-kegiatan yang ada di SMP Wahid Hasyim Pekalongan yang dapat menunjang dalam membentuk karakter siswa diantaranya sebagai berikut: 1) Pembiasaan mencium tangan guru setiap pagi 2) Menjalankan sholat dhuha 3) Menjalankan sholat dhuhur 4) Istighosah 5) Hafalan Juz Amma (surat-surat pendek) Kegiatan-kegiatan di atas merupakan kegiatan yang berkaitan dengan Agama (Guru PAI) diharapkan kegiatan-kegiatan yang diadakan 8
“RS”, Guru Akidah Akhlak dan SKI di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 19 September 2015.
78
di SMP Wahid Hasyim Pekalongan diharapkan bisa memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar dan mendidik siswa dengan kegiatankegiatan yang religius, guru mempunyai peran yang sangat penting untuk membentuk akhlak siswa agar mempunyai karakter yang baik. Dari hasil analisis strategi guru dalam membentuk karakter siswa diatas, dapat penulis simpulkan bahw guru dapat melaksanakan trategi dengan baik karena strategi guru PAI di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, melakukan strategi dalam segala bidang baik itu di dalam kelas seperti dalam proses belajar mengajar dan guru juga menggunakan metode yang berbeda dalam pembelajaran agar anak tidak jenuh dan memotivasi siswa agar terus belajar, guru juga menerapkan nilai-nilai yang baik dalam proses belajar mengajar ataupun dalam kegiatan lainnya agar supaya karakter siswa dapat terbentuk melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan agama, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat menjadi pembiasaan pada diri siswa sehingga pembiasaanpembiasaan yang siswa lakukan di sekolah dapat diterapkan di luar sekolah. B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Guru PAI dalam Membentuk Karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan. 1. Analisis Faktor Pendukung a. Dukungan dari Kepala Sekolah Kepala sekolah sangat mendukung dengan adanya kegiatankegiatan yang positif yang dilaksanakan oleh guru PAI dalam
79
menunjang pembentukan karakter siswa di sekolah SMP Wahid Hasyim ini, hal ini terungkap dengan penuturan beliau: “Saya, sangat mendukung sekali dengan kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh guru-guru PAI dan juga metode-metode yang dilakukan dalam proses belajar mengajar sehingga dengan adanya kegiatan-kegiatan dan pembiasaan-pembiasaan yang dilaksanakan di sekolah bisa menjadi kebiasaan siswa juga ketika di luar sekolah.”9 Bapak “RS” juga menyatakan bahwa. “Dukungan dari kepala sekolah sangat penting sekali dalam kegiatan-kegiatan dan kebijakan yang dilakukan oleh guru PAI seperti saya dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan.”10 Kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru baik dalam hal pembelajaran ataupun kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh guru PAI dalam rangka membentuk karakter, kepala sekolah memberikan keleluasaan kepada guru untuk bisa mengeksplor kemampuan siswa akan tetapi tetap dalam norma-norma yang ada. Kepala sekolah selalu mengamati apa yang dilakukan oleh guru dengan siswa, dan apabila dilihat ada hambatan dalam melakukan proses pembelajaran ataupun kegiatan, maka tidak segan kepala sekolah memberikan sarannya. Bahkan jika ada hal-hal yang dirasa keliru, maka dengan bijak kepala sekolah memberikan kritik, dan tentunya kritik itu diharapkan dapat membangun atau memperbaiki jalannya proses pembelajaran dan kegiatan yang diadakan.
9
“SF”, Kepala Sekolah SMP Wahid hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, tanggal 19 September 2015 10 “RS”, Guru PAI SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, tanggal 19 September 2015
80
b. Latar Belakang Keluarga Latar belakang keluarga itu juga sangat memiliki andil dalam membentuk karakter siswa di sekolah karena keluarga memiliki waktu banyak dengan siswa, dan latar belakang keluarga yang baik dan religius mengantarkan anak berperilaku baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan karakter baik dan guru juga mudah untuk memberikan pembelajaran-pembelajaran tentang agama karena siswa sudah memiliki bekal di dalam keluarganya sehingga ketika siswa diberi pembelajaran tentang keagamaan akan mudah menyerapnya. Dan siswa dengan latar belakang keluarga yang baik itu di sekolah juga mudah untuk di bentuk karakternya.11 Seperti yang diungkapkan oleh “AL” bahwa: “Latar belakang keluarga dari anak itu juga sangat mempengaruhi karena apa... karena anak yang berasal dari keluarga yang berlatar belakang keluarga yang agamis dan mempunyai aturan-aturan baik dan tidak mengekang anak sehingga anak menjadi nyaman, anak akan berperilaku baik ketika di sekolah dan guru yang memberi nasehat juga enak... karena anak menerima nasehat guru dengan baik, dan karakter anak juag mudah untuk dibentuk.”12 Keluarga merupakan guru pertama bagi siswa pada saat siswa dilahirkan itu bertemu dengan keluarganya, keluarganyalah yang memberikan pengetahuan dan pelajaran pertama bagi anak, dan keluarga juga memiliki banyak waktu dengan siswa. sehingga apabila guru memberikan didikan yang baik akan mengantarkan siswa untuk berperilaku baik di sekolah sehingga siswa menjadi mudah untuk diberikan pelajaran ataupun nasihat-nasihat dari gurunya. 11
Observasi, di Lingkungan SMP Wahid Hasyim Pekalongan, tanggal 19 September 2015 “AL”, Guru Akidah Akhlak dan SKI di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, tanggal 19 September 2015 12
81
c. Kegiatan keagamaan anak di luar sekolah Kegiatan keagamaan anak di luar sekolah itu juga menjadi faktor pendukung dalam membentuk karakter siswa. seperti yang diungkapkan bapak “AC”. “Kegiatan siswa yang ada di luar sekolah menjadikan siswa di sekolah mudah dalam menangkap pembelajaran-pembelajaran yang diberikan di sekolah dan bisa cepat masuk, kegiatan disini tentang keagamaan lhoo mbk... misalkan anak di luar sekolah dia rajin ngaji, sering ikut kegiatan-kegiatan keagamaan baik di rumah ataupun di lingkungannya sehingga anak ketika dikasih pembelajaran tentang agama anak langsung masuk ke dalam pikiran anak.”13 Kegiatan siswa di luar sekolah sangat mempengaruhi sifat dan karakter siswa, apabila siswa di luar sekolah banayk kegiatan positif yang dilakukan siswa maka akan mudah untuk membentuk karakter siswa seperti anak di rumah sering mengaji, mengikuti pengajian, dan yang lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat membantu siswa dalam membentuk karakter sehingga ketika dalam sekolah, guru akan mudah untuk membentuk karakter siswa dengan adanya kegiatankegiatan positif tersebut. d. Latar belakang Pendidikan sebelumnya Latar belakang pendidikan sebelumnya juga menjadi faktor pendukung dalam membentuk karakter siswa di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, seperti yang diungkapkan “AL”. “apabila anak sebelumnya menempuh pendidikan Madrasah ibtidaiyah (MI) itu siswa akan mudah untuk menerima pembelajaran
13
“AC”, Guru Al Qur’an Hadits di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 19 September 2015
82
khususnya yang berkaitan tentang agama dan juga anak cenderung berperilaku baik dan tentunya akan mudah untuk dibentuk.”14 Latar belakang Pendidikan siswa sebelumnya menjadi faktor pendukung dalam pembentukan karakter anak karena apabila anak sudah memiliki pengetahuan sebelumnya mengenai pelajaranpelajaran akhlak ataupun pelajaran keagamaan yang lainnya itu siswa akan mudah menerima pelajaran ataupun nasihat-nasihat dari guru baik itu dalam pelajaran ataupun dalam kegiatan lainnya karena siswa sudah memiliki dasar pada pendidikan sebelumnya. 2. Analisis Faktor Penghambat Adapun yang menjadi Faktor penghambat dalam pembentukan karakter di SMP Wahid Hasyim Pekalongan adalah sebagai berikut: a. Kurangnya perhatian Kurangnya perhatian siswa di luar sekolah itu menjadi faktor penghambat dalam membentuk karakter siswa. Bapak “AL” mengatakan: “ Ketika anak di sekolah sudah menunjukka hal yang baik mau melaksanakan sholat, bersikap sopan dan santun terhadap gurunya, bertata krama baik di sekolah akan tetapi bila di luar sekolah kurang perhatian baik dari orang tua ataupun lingkungan yang tidak mendukungnya itu menjadikan hambatan dari pembentukan karakter siswa, anak di luar sekolah lebih senang bermain-main saja dan berbeda ketika berada di dalam sekolah.”15 Siswa memerlukan perhatian dan kasih sayang, tidak hanya di sekolah saja kan tetapi di rmah pun anak tetap butuh perhatian supaya 14
“AL”, di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 19 September 2015 15 “AL”, di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 19 September 2015.
83
da yang mengawasi anak baik dalam bertutur kata ataupun bertingkah laku, ketika siswa di sekolah sudah menunjukkan hal-hal yang baik dan positif dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang baik, bersikap sopan santun, bertata krama baik, mengikuti sholat berjamaah dan lain sebagainya. Akan tetapi tidak dapat perhatian dan dalam keluarganya itu akan menjadi sia-sia. b. Tidak ada pembiasaan Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan siswa di sekolah itu jarang diterapkan di luar sekolah. Seperti yang diungkapkan bapak “AC”: “Ketika anak sudah diberikan pembelajaran-pembelajaran di sekolah akan tetapi tak jarang pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan siswa di sekolah itu terkadang tidak dilakukan ketika siswa sudah keluar dari sekolah, mungkin karena lingkungan yang tidak mendukung.”16 Guru di sekolah sudah memberikan motivasi, inspirasi, membimbing dan lain sebagainya akan tetapi apabila pelajaran ataupun kegiatan yang dilakukan di sekolah tidak dibiasakan ataupun di terapkan di luar sekolah. Berdasarkan analisis pemaparan di atas bahwa strategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa, guru dapat melaksanakan strategi tersebut dengan baik. Dan dengan adanya faktor pendukung serta faktor penghambat, di mana para guru berusaha untuk mengatasi
16
“AC”, Guru Al Qur’an Hadits di SMP Wahid Hasyim Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan 19 September 2015.
84
faktor pendukung dan penghambat tersebut, sehingga guru dapat melaksanakan strategi dalam membentuk karakter dengan baik.