BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 2 PEKALONGAN
Pada bab ini akan dipaparkan analisis hasil penelitian tentang implementasi pendidikan karakter dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan dan analisis hasil penelitian tentang faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan. Analisis yang peneliti gunakan didasarkan pada data yang diperoleh selama melakukan penelitian, data yang diperoleh di lapangan berupa data yang diperoleh selama melakukan penelitian, data yang diperoleh di lapangan berupa data yang bersifat kualitatif, dengan demikian peneliti akan menganalisis data tersebut menggunakan teknik analisis data deskriptif. Peneliti akan mendeskripsikan data yang telah diperoleh ini kemudian peneliti dengan merujuk kepada teori yang telah ada, di bawah ini peneliti mengemukakan analisis tersebut satu persatu, yaitu sebagai berikut. A. Analisis Implementasi Pendidikan Karakter dalam Meningkatkan Kedisplinan Siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi merupakan “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
69
69
bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.”1 Tujuan pendidikan karakter untuk membentuk karakter dan akhlak yang baik bagi siswa sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter siswa diharapkan mampu mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Pendidikan
karakter
merupakan
upaya
untuk
meningkatkan
kedisiplinan siswa. Menanamkan karakter siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan secara kontinyu atau berkelanjutan akan mengembangkan kebiasaan atau perilaku siswa yang terpuji. SMP Negeri 2 Pekalongan mengadakan program-program pendidikan karakter yang ada di sekolah dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa. Program-program yang ada di SMP Negeri 2 Pekalongan yaitu pembiasaan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan santun dan shodaqoh), kantin kejujuran, IMTAQ, shalat dluhur berjamaah dan infak sosial siswa. Beberapa program pendidikan karakter yang ada di SMP Negeri 2 Pekalongan di antaranya sebagai berikut. 1. Pembiasaan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan Santun dan Shodaqoh) Pembiasaan 5 S di SMP Negeri 2 Pekalongan dilakukan ketika siswa bertemu dengan guru mereka senyum salam sapa seraya berjabat 1
Dharma Kesuma, dkk. Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hlm. 5
70
tangan dengan guru yang mereka temui. Siswa juga bersikap sopan dan santun baik terhadap guru, karyawan, staff TU, teman sebaya dan warga SMP Negeri 2 Pekalongan. Dari keadaan di atas dapat dianalisis bahwa pembiasaan 5 S dapat memberikan keakraban dan mempunyai rasa saling peduli bagi semua warga SMP Negeri 2 Pekalongan. Siswa lebih menghormati guru, bersikap ramah dan bertutur kata sopan dan santun baik ketika di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kantin Kejujuran Kantin kejujuran di SMP Negeri 2 Pekalongan merupakan kantin sekolah yang menggunakan sistem swalayan (siswa melayani sendiri) dan swabayar (siswa membayar sendiri). Harga masing-masing makanan sudah dicantumkan. Ketika siswa membeli sesuatu siswa memasukkan uang pas di kotak yang sudah tersedia. Tidak ada kembalian karena kotak yang tersedia dalam keadaan terkunci. Namun sekarang ada petugas untuk sekedar memantau, dan tidak untuk melayani kegiatan jual beli siswa.2 Program kantin kejujuran diharapkan dapat membentuk karakter siswa untuk bersikap jujur dan meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mengatur jajanan yang mereka pilih. Sebagaimana yang diungkapkan Ibu Dian Umi Salamah selaku kesiswaan SMP Negeri 2 Pekalongan bahwa, “Sangat bermanfaat sekali, karena selama istirahat anak-anak tidak boleh keluar. Dan anak-anak yang belum sarapan atau tidak 2
Hasil Observasi, tanggal 27 Agustus 2015 Pukul09.30 WIB.
71
membawa jajanan itu membeli di kantin kejujuran. Jadi sangat mendukung dan bermanfaat. Kalau tidak ada kantin kejujuran mungkin karena selera anak tidak ada di kantin umum.”3 3. IMTAQ (Iman dan Taqwa) Kegiatan IMTAQ dilaksanakan oleh siswa kelas VII, VIII, dan IX di masing-masing kelas mulai pukul 07.00 sampai 07.15 dengan dipimpin oleh wali kelas masing-masing. Dalam pelaksanannya, siswa di bagi antara yang sudah lancar membaca al-qur’an dengan yang belum lancar. Adapun siswa non islam dikumpulkan dan dibimbing oleh Bapak Oyot selaku guru non islam. Kegiatan IMTAQ ini diharapkan agar siswa terbiasa membaca Al-qur’an tidak hanya di sekolah tetapi dipraktekkan juga di rumah, sebagai sarana meningkatkan iman dan taqwa anak kepada Allah Swt. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu guru di SMP Negeri 2 Pekalongan bahwa, “Tujuannya untuk meningkatkan Iman dan Taqwa siswa, dan membiasakan diri dengan membaca al-qur’an di rumah, menerapkan kaidah-kaidah yang ada di dalam agama islam.”4 Program ini sebagai tempat menananamkan sikap disiplin kepada siswa. Siswa harus disiplin berangkat sekolah tepat waktu dan siswa juga harus disiplin ketika mengikuti IMTAQ.
3
Dian Umi Salamah, Kesiswaan SMP Negeri 2 Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 29 Agustus 2015 4 Nasokha, Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan
72
4. Shalat Dluhur Berjamaah Shalat dhuhur berjamaah di SMP Negeri 2 Pekalongan dilakukan pada jam istirahat kedua di mushola SMP Negeri 2 Pekalongan yang biasa diimami oleh pak guru. Namun terkadang salah satu siswa menjadi imam karena jamaah sebelumnya telah selesai. Dengan adanya kegiatan pembiasaan shalat dluhur berjamaah di sekolah,
maka
akan
membentuk
karakter
religius
siswa
dan
melaksanakan shalat wajib dengan disiplin. Artinya tepat pada waktunya, tidak menunda-munda. 5. Infak Sosial Siswa Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan di SMP Negeri 2 Pekalongan dalam membentuk karakter siswa adalah dengan program infak sosial siswa. Program ini dilaksanakan setiap hari jumat. Ketua kelas atau perwakilannya mengambil tempat yang berbentuk kotak untuk digunakan dalam penarikan infak. Masing-masing kelas mencatat hasil yang diperoleh infak untuk disetorkan kepada pengurus OSIS SMP Negeri 2 Pekalongan, adapun dana infak sosial siswa ini dapat dimanfaatkan bagi keperluan siswa. Adanya program infak sosial siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan diharapkan dapat meningkatkan kepedulian siswa baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyisihkan uang seikhlasnya, siswa dapat berlatih untuk saling berbagi sehingga tumbuh rasa kemanusiaan.
73
Adapun metode-metode pendidikan karakter dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan sebagai berikut. a. Metode Pembiasaan Metode pembiasaan merupakan cara yang dilakukan untuk membentuk tingkah laku siswa yang dilakukan secara terus-menerus. Pembiasaan yang dilakukan bukan untuk memaksa siswa agar melakukan sesuatu secara otomatis, melainkan agar siswa dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati. Pembiasaan yang diterapkan di SMP Negeri 2 Pekalongan bertujuan untuk membentuk karakter siswa agar siswa disiplin. Diantaranya yaitu pembiasaan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan santun dan shodaqoh), IMTAQ sebelum pelajaran dan shalat dhuhur berjamaah. Dari beberapa pembiasaan yang ada di SMP Negeri 2 Pekalongan, ternyata masih ada pembiasaan yang belum berjalan dengan maksimal seperti shalat dluhur berjamaah. Hal ini dikarenakan pakaian yang dikenakan siswa sudah kotor atau tidak baik digunakan untuk beribadah. b. Metode Driilen Practicum Metode drillen practicum diterapkan oleh siswa dengan cara mempraktekkan langsung sesuai dengan arahan guru. Dengan penerapan langsung maka karakter siswa akan terbentuk. Metode ini sangat penting karena siswa akan langsung mempraktekkan apa yang diajarkan oleh guru.
74
Metode drillen practicum yang diterapkan di SMP Negeri 2 Pekalongan seperti ketika mengikuti upacara bendera. Siswa diarahkan guru untuk mengikuti apel. Pada saat upacara bendera, siswa harus mendengarkan dengan seksama pidato yang disampaikan oleh pembina upacara. Metode ini dilakukan untuk membentuk karakter siswa untuk menghargai jasa para pahlawan dan lebih mencintai tanah air, negara Indonesia. Penerapan langsung akan membuat pengalaman lebih mendalam bagi setiap siswa karena tidak hanya melihat atau mendengar tetapi ikut merasakan setidaknya mengenang jasa para pahlawan dengan mengikuti kegiatan upacara. Selain itu metode drillen practicum dapat meningkatkan
kedisiplinan
siswa
baik
disiplin
dalam
berbaris,
menggunakan atribut sekolah lengkap dan disiplin dalam mengikuti kegiatan upacara bendera. c. Metode Keteladanan Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir, dan sebagainya. Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam belajar, orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang kongkrit ketimbang yang abstrak.5
5
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 178
75
Keteladanan ini memiliki peran dan fungsi yang penting bagi siswa. Kompetensi personal atau kepribadian guru di SMP Negeri 2 Pekalongan sangat dibutuhkan dalam pembentukan pribadi siswa. Guru merupakan model atau contoh yang patut ditiru baik tingkah laku, sifat, cara berfikir, bahkan cara berpakaian yang rapi. Metode keteladanan ini digunakan guru untuk memberikan contoh seperti berangkat sekolah lebih awal dari siswa, bertingkah laku yang sopan, bertutur kata yang santun, dan sholat dhuhur berjamaah. Dengan diterapkannya metode keteladanan ini dapat membentuk karakter siswa untuk melakukan hal yang sudah diterapkan guru di SMP Negeri 2 Pekalongan. Sehingga siswa terbiasa melaksanakan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan santun dan shodaqoh), berangkat sekolah tepat waktu dan mengikuti shalat dluhur berjamaah seperti yang telah dicontohkan oleh paga guru di SMP Negeri 2 Pekalongan. d.
Pemberian Reward and Punishment Untuk mendorong dan mempercepat proses pendidikan karakter, seyogyanya pihak lembaga pendidikan memberikan reward kepda siswa yang berprestasi dan sanksi kepada siswa yang gagal. Akan tetapi, dalam memberikan reward dan sanksi ini harus seimbang dengan program sekolah. Artinya sekolah harus mampu menyediakan program-program yang menantang yang membutuhkan kerja keras, semangat tinggi, tidak
76
berani mengambil cara-cara yang tidak biasa, serta memasimalkan kreativitas, inovasi dan strategi.6 Guru selalu mengawasi kelengkapan pakaian siswa seperti nama, lokasi, lambang merah putih yang menempel pada pakaian masingmasing siswa ketika sebelum pelajaran di mulai. Jika ada siswa yang tidak lengkap memakai atribut sekolah maka siswa disuruh ke ruang BK untuk mengisi daftar poin negatif sebagai tanda peringatan. Metode ini diterapkan di SMP Negeri 2 Pekalongan agar siswa mampu bersikap disiplin terhadap tata tertib. Siswa yang selalu lengkap memakai atribut sekolah akan diberikan reward atas kedisiplinannya berupa pujian ataupun apresiasi tinggi. Sedangkan siswa yang tidak memakai atribut sekolah akan diberikan hukuman. Hukuman yang diberikan juga bersifat mendidik dan harus relevan dengan pelanggaran yang dilakukan. Sehingga siswa tidak akan mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya. e. Pengarahan Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Pekalongan guru juga menggunakan metode pengarahan untuk membentuk karakter siswa baik ketika kegiatan KBM di dalam kelas maupun kegiatan lainnya di luar kelas. Pengggunaan metode pengarahan ini dilakukan ketika bel istirahat sudah selesai agar siswa masuk kelas tepat waktu dan tidak membawa 6
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta : Diva Press, 2011), hlm.177-178
77
jajan di kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan nyaman. Hal ini digunakan guru untuk membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab dan disiplin. Dari keadaan di atas dapat dianalisis bahwa dengan menerapkan metode pengarahan di SMP Negeri 2 Pekalongan siswa mampu melaksanakan sesuai dengan arahan guru dan menaati ketentuan yang telah diterapkan. f. Pemberian Nasihat Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan Islam. Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang tepat. Bahkan, dengan metode ini pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat. Cara yang dimaksud ialah hendaknya nasihat lahir dari hati dan tulus. Artinya, pendidik berusaha menimbulkan kesan bagi peserta didiknya bahwa ia adalah orang yang mempunyai niat baik dan sangat peduli terhadap kebaikan peserta didik. Hal inilah yang membuat nasihat mendapat penerimaan yang baik dari orang yang diberi nasihat.7
7
Hery Noer Aly, Op.cit, hlm.191-192
78
Metode pemberian nasihat di SMP Negeri 2 Pekalongan digunakan guru ketika ulangan berlangsung, siswa diberi nasihat untuk tidak mencontek, harus mengerjakan sendiri-sendiri. Dengan diterapkannya metode ini, diharapkan siswa mempunyai karakter untuk bersikap jujur, bertanggung jawab dan disiplin ketika mengerjakan ulangan. Sehingga karakter baik yang dimiliki siswa dapat menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. B. Analisis Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter dalam meningkatkan
kedisiplinan
siswa
di
SMP
Negeri
2
Pekalongan
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu, faktor yang menjadi pendukung dan faktor yang menjadi penghambat dalam pendidikan karakter tersebut. 1.
Faktor-faktor pendukung pendidikan karakter dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan Berikut berbagai faktor pendukung dalam pendidikan karakter dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan yaitu: a. Guru Dalam rangka menyukseskan pendidikan karakter, guru harus mampu menumbuhkan disiplin peseta didik, terutama disiplin diri (self-dicipline). Soelaeman mengemukakan bahwa guru berfungsi
79
sebagai pengemban ketertiban, yang patut digugu dan ditiru, tapi tidak diharapkan sikap yang otoriter.8 Selain mengajarkan kepada siswa tentang karakter-karakter yang harus ditanamkan siswa, kedisiplinan guru sendiri juga sangat berpengaruh pada diri siswa. Guru yang disiplin tentunya akan menjadi contoh tauladan bagi siswanya. Seperti berangkat tepat waktu, melaksanakan budaya 5 S (senyum, salam, sapa, sopan santun dan shodaqoh), dan melaksanakan shalat dluhur berjamaah. b. Siswa Siswa memiliki respon yang baik dalam program pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Pekalongan sehingga memudahkan guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Siswa yang mempunyai kesadaran akan pentingnya peraturan-peraturan yang ada akan menjunjung tinggi dan taat pada peraturan yang ada. Hal ini akan membiasakan sikap dan perbuatan disiplin. c. Wali Murid Wali murid SMP Negeri 2 Pekalongan memiliki tingkat kepedulian terhadap pendidikan yang tinggi. Mereka mendidik anaknya untuk bersikap baik sehingga ketika di sekolah dapat mengikuti kegiatan dengan lancar. Latar belakang wali murid yang rata-rata dari keluarga baik juga berpengaruh bagi perkembangan karakter siswa. Siswa yang terbiasa hidup pada lingkungan yang baik
8
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm.26
80
akan mudah menerima apa yang diajarkan oleh orang tua di rumah maupun guru ketika di sekolah. d. Tata Tertib Tata
tertib
yang
diterapkan
secara
konsisten
akan
membiasakan siswa untuk memiliki sikap disiplin. Mulai dari berangkat sekolah sebelum pukul 07.00, mengikuti pelajaran dengan disiplin, cara berpakaian yang sesuai dengan tata tertib sekolah, hingga akhir pelajaran tertib mengikuti kegiatan sekolah. Siswa yang patuh terhadap tata tertib sekolah akan mudah menerapkan program pendidikan karakter. e. Sarana dan prasarana Fasilitas yang memadai sangat mendukung dalam pendidikan karakter siswa, dengan sarana dan prasarana yang memadai memudahkan siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diadakan di SMP Negeri 2 Pekalongan, terutama untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Dari faktor pendukung di atas kiranya dapat menjadi kunci keberhasilan dalam pendidikan karakter melalui kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan, karena kunci keberhasilan pendidikan menciptakan kepribadian baik bagi anak didik dan mempunyai implikasi bahwa individu-individu anak didik atau mantan anak didik setelah dewasa tidak akan merugikan orang atau masyarakat lain.
81
2.
Faktor-faktor penghambat pendidikan karakter dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Pekalongan tentu pernah mengalami kendala-kendala pada prosesnya. Kendala yang dimaksud adalah faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Situasi dan kondisi yang tidak mendukung dapat menghambat pelaksanaan pendidikan karakter. Misalnya ketika ban sepeda siswa bocor akan membuat siswa datang terlambat sehingga mengganggu kegiatan belajar mengajar. Selain itu kondisi ketika cuaca hujan juga biasanya membuat siswa datang terlambat karena berbagai hal. Selain faktor penghambat di atas teman merupakan hal yang paling
berpengaruh dalam pergaulan. Terutama para remaja yang masih dalam tahap pertumbuhan yang masih labil tentang pemikirannya. Sebagaimana yang diungkapkan Bapak Drs. Nasokha bahwa, “Untuk faktor penghambat ini biasanya kan ketika mereka bercampur
dengan anak seusia itu kan timbul semacam ego masing-masing, yang namanya anak seusaia itu kan egonya masih tinggi mbak, sehingga disitu kadang-kadang terjadi benturan ini kalau boleh saya katakan itu bukan penghambat tapi ini tantangan bagi guru untuk menanamkan karakter jadi misalnya anak kurang jujur, karena kita tahu kan bahwa anak itu datang dari berbagai latar belakang keluarga. Tidak semua anak itu kemudian punya, ya ada satu dua anak yang mempunyai karakter yang kurang baik kan gitu ya, itu nanti akan sedikit mempengaruhi pada teman-temannya, itu boleh sya katakan bukan penghambat tetapi merupakan tantangan bagi guru bagaimana biar yang minoritas ini bisa nanti terbawa pada yang mayoritas karena mayoritas sudah baik, sehingga mereka terbawa gitu ya,”9 9
Nasokha, Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 25 Agustus 2015
82
Dari faktor-faktor tersebut, maka seharusnya semua pihak bekerja sama terutama bagi pendidik dan orang tua untuk senantiasa memperhatikan bagaimana kekurangan-kekurangan yang ada tersebut dilengkapi, sehingga implementasi pendidikan karakter melalui kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Pekalongan tidak terhambat dan dapat berjalan lancar dalam kehidupan seharihari.