BAB IV ANALISIS PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PROGRAM PEMBELAJARAN BTQ DI SMP NEGERI 12 PEKALONGAN A. Analisis Pelaksanaan Program Pembelajaran BTQ di SMP Negeri 12 Pekalongan Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam, Alquran memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan kitab-kitab suci lainnya, salah satu keistimewaan tersebut adalah membacanya bernilai ibadah. Alquran merupakan pedoman atau petunjuk bagi umat Islam dalam menjalani kehidupannya, agar senantiasa berada di jalan yang benar sehingga akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu penting sekali mempelajari Alquran. Dahulu Nabi Muhammad Saw, memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan Alquran, khususnya untuk kalangan anak-anak. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan anak-anak berkeyakinan atau setidaknya mengenal bahwa sesungguhnya Allah SWT itu Tuhannya dan Alquran adalah kalam-Nya. Juga bertujuan agar ruh Alquran senantiasa tertanam pada jiwa mereka. Cahaya Alquran memancar pada pemikiran, pandangan dan indera mereka. Bertujuan pula agar mereka menerima akidah-akidah Alquran sejak dini, tumbuh dan beranjak dewasa senantiasa mencintai Alquran, menjalankan perintah-perintah-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya, berakhlak seperti
62
63
akhlak Alquran, serta berjalan diatas prinsip-prinsip Alquran.1 dari tujuan yang sangat penting dan mulia tersebut maka anak perlu dibimbing untuk belajar membaca Alquran, sehingga nantinya anak akan dapat memahami serta mengamalkan kandungan dari Alquran secara bertahap sesuai dengan perkembangannya. Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak-anaknya, oleh sebab itu orang tua sudah seharusnya membimbing dan mendidik anaknya untuk belajar membaca Alquran. Bagi orang tua yang tidak bisa mengajarkan Alquran kepada anakanaknya, karena kesibukannya atau tidak memiliki kemampuan untuk mengajarkannya dapat menitipkannya di sekolah. di sekolah nantinya anak akan diajarkan untuk baca tulis Alquran, salah satunya dengan program pembelajaran BTQ. Program pembelajaran BTQ merupakan salah satu kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan di bidang pendidikan. Program pembelajaran BTQ diselenggarakan di sekolah-sekolah formal baik negeri maupun swasta dari tingkat dasar sampai menengah yang dilakukan pada jam ke 0 atau pada jam 06.30 WIB. dengan adanya program BTQ diharapkan seluruh siswa dapat membaca Alquran. Menurut Abdurrahman An Nahlawi tujuan belajar Alquran adalah mampu membacanya dengan baik, memahaminya dengan baik dan menerapkan segala ajarannya. Disini terkandung segala ubudiyah dan ketaatan
1
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Alquran (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 68.
64
kepada Allah SWT, mengambil petunjuk dari kalam-Nya, takwa kepada-Nya, melakukan segala perintah-Nya dan tunduk kepadaNya.2 Program pembelajaran BTQ di SMP Negeri 12 Pekalongan merupakan salah satu kegiatan atau program yang menunjang untuk dapat mewujudkan salah satu misi sekolah yaitu mengembangkan sikap dan perilaku religius di lingkungan dalam dan luar sekolah. dan kegiatan tersebut juga dapat mewujudkan tujuan sekolah yaitu terwujudnya kehidupan yang agamis di lingkungan sekolah. Program pembelajaran BTQ itu sendiri bertujuan untuk membimbing siswa agar dapat membaca Alquran dengan baik dan benar sesuai dengan kaedah tajwidnya, selain itu juga untuk menciptakan budaya religius di lingkungan sekolah. Menurut Griffin dan Nix yang dikutip oleh Mimin Haryati, penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Definisi penilaian berhubungan erat dengan setiap bagian dari kegiatan belajar mengajar. Ini menunjukkan bahwa penilaian tidak hanya menyangkut hasil belajar saja tetapi juga menyangkut semua proses belajar dan mengajar.3 Penilaian yang dilakukan dalam pembelajaran BTQ yaitu dengan cara siswa maju satu persatu untuk membaca kitab Qiro’ati sesuai dengan halamannya masing-masing, dan guru memperhatikan bacaan siswa tersebut. Jika siswa tersebut dapat membacanya dengan benar maka akan mendapat nilai
2 Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, alih bahasa Herry Noer Ali. (Bandung: Diponegoro, 1996), hlm. 184. 3 Mimin Haryati, Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 16.
65
A, sedangkan bagi siswa yang membacanya ada yang masih kurang lancar maka ia akan mendapatkan nilai B. Penilaiannya hanya ada dua pilihan yaitu A dan B, itu artinya siswa yang maju akan mendapat nilai A atau B dan secara otomatis minggu depannya akan membaca pada halaman berikutnya. Padahal tidak semua siswa itu bisa membaca dengan baik sesuai dengan kaedah tajwidnya. Oleh karena itu, seharusnya selain nilai A dan B, juga ada nilai C untuk siswa yang belum lancar dalam membacanya. dengan mendapat nilai C berarti siswa akan mengulang pada halaman tersebut. Tujuan mengulang tersebut adalah agar siswa dapat membacanya dengan baik pada halaman yang diulangnya, sebelum pindah pada halaman berikutnya. Dalam pembelajaran BTQ, metode yang digunakan adalah metode Qiro’ati yang digagas oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi. dan dalam pembelajarannya masih menggunakan kitab Qiro’ati jilid 4, 5, dan 6 karangan KH. Dachlan Salim Zarkasyi. Pilihan menggunakan jilid 4, 5, 6 tersebut bukanlah tanpa alasan. Jilid 4, 5, 6 tersebut dijadikan sumber pembelajaran, karena masih banyak siswa yang belum bisa baca Alquran dengan baik. Yang salah satunya disebabkan sebagian siswa tidak belajar di TPQ, bahkan terkadang membaca jilid 4 pun belum bisa. Padahal seharusnya pembelajaran BTQ untuk tingkat SMP itu sudah menggunakan Alquran atau menggunakan Amsilati, karena ditingkat SD khususnya siswa kelas 6 sudah sampai pada tingkat Ghorib. Pada tahap itulah siswa kelas 6 yang belum mempunyai syahadah dari TPQ akan mengikuti kegiatan tashih yang kemudian siswa akan
66
mendapatkan syahadah. dan syahadah tersebut merupakan salah satu syarat untuk mendaftar pada jenjang berikutnya. Selain maju satu persatu untuk membaca kitab Qiro’ati, untuk siswa kelas VIII tidak diberikan materi tambahan, materi tentang tajwid hanya diberikan di kelas VII saja. Jika dilihat kemampuannya dalam tajwid, masih banyak siswa yang belum menguasai tajwid. Siswa yang pernah belajar di TPQ sampai tuntaspun kadang lupa dengan tajwid yang telah dipelajarinya, apalagi siswa yang tidak pernah belajar di TPQ dan hanya diberikan materi tajwid di kelas VII saja yang pertemuannya hanya satu minggu sekali. Tentu itu tidak efektif apalagi kemampuan siswa dalam memahami pelajaran itu berbeda-beda, ada yang cepat paham, ada yang sedang dan ada juga yang lambat dalam memahami pelajaran yang diterimanya. Mengingat masih banyak siswa yang belum memahami bacaan-bacaan tajwidnya, maka materi tajwid dipandang masih perlu untuk diberikan pada siswa kelas VIII. Materi tajwid diberikan agar siswa mengetahui kaedahkaedah tajwidnya. Dalam membaca Alquran harus memperhatikan kaedah tajwidnya, karena jika bacaan yang dibaca itu salah, maka bisa mengubah maknanya. Materi tajwid dapat diberikan secara bergantian dengan sistem individual, misalnya minggu pertama untuk klasikal materi tajwid dan minggu kedua untuk maju individual, begitu juga dengan minggu selanjutnya secara bergantian antara klasikal dan individual. dengan demikian secara teori siswa dapat mengetahui kaedah tajwidnya dan dapat menerapkannya pada saat maju secara individual.
67
Program pembelajaran BTQ di SMP Negeri 12 Pekalongan ternyata tidaklah berjalan sesuai yang diharapkan, karena siswa yang mengikutinya itu hanya sedikit. Padahal masih banyak siswa yang belum bisa membaca Alquran yang disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya karena tidak belajar di TPQ sehingga mereka belum bisa membaca Alquran. Tentunya hal tersebut sangatlah disayangkan, mengingat didalam mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) terdapat materi yang berkaitan dengan ayat-ayat Alquran yang salah satu kompetensi dasarnya adalah siswa bisa membaca ayat tersebut. Jika siswa tidak dapat membaca Alquran, bagaimana mungkin kompetensi dasar tersebut bisa dicapai. Berdasarkan pengamatan dilapangan, ternyata tidak semua siswa itu mengikuti kegiatan pembelajaran BTQ, terkadang gurunya sudah datang namun siswanya belum ada yang datang, biasanya mereka datang tidak bersamaan.Tingkat partisipasi yang masih rendah ini karena banyak siswa yang terlambat datang atau datangnya ketika BTQ sudah hampir selesai, sehingga mereka tidak sempat untuk maju membaca. Tingkat partisipasi yang masih rendah tersebut merupakan salah satu kendala yang dihadapi untuk mewujudkan tujuan program pembelajaran BTQ yang telah ditetapkan. Selain itu tentunya ada kendala-kendala lain yang menjadi faktor penghambat dalam mewujudkan tujuan program pembelajaran BTQ, seperti kurangnya motivasi dari orang tua, padahal dalam kegiatan pembelajaran di sekolah itu perlu adanya dukungan dari orang tua. Orang tua memiliki peran dalam keberhasilan pendidikan anaknya, karena orang tua
68
merupakan pendidik utama. Maka dari itu tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak diantaranya memberikan dorongan atau motivasi, mendukung dan memperhatikan pendidikan anaknya. Karena tanpa dukungan dari orang tua tentu apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran tidak dapat terwujud. Selain itu kondisi alam atau cuaca seperti banjir dan rob, yang terjadi juga menjadi kendala siswa untuk bisa datang ke sekolah lebih awal. Dari analisis tersebut bisa disimpulkan bahwa pelaksanaan program pembelajaran BTQ di SMP Negeri 12 Pekalongan belum berjalan dengan maksimal, hal tersebut dikarenakan tingkat partisipasi siswa dalam program pembelajaran BTQ yang masih rendah, sehingga tujuan dari program pembelajaran BTQ tidak bisa tercapai. B. Analisis Persepsi Siswa Kelas VIII terhadap Program Pembelajaran BTQ di SMP Negeri 12 Pekalongan Alquran memiliki keistimewaan tersendiri dibanding dengan kitab suci lainnya, salah satunya adalah bernilai ibadah bagi orang yang membacanya. Membaca Alquran dimulai dengan belajar membaca Alquran itu sendiri, bagaimana bisa seseorang membaca Alquran namun tidak pernah belajar membaca Alquran. Tidak ada kata sulit dalam belajar membaca Alquran, jika didasari dengan niat belajar yang sungguh-sungguh serta meluangkan waktu untuk mempelajarinya. Menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya
69
stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.4 Persepsi merupakan tanggapan seseorang atas suatu objek yang didasarkan pada pengalaman yang dialaminya dan pengamatan panca inderanya, sehingga persepsi yang diberikan oleh sesorang terkadang akan berbeda dengan persepsi yang diberikan orang lain. Demikian juga dengan persepsi yang diberikan oleh siswa kelas VIII terhadap program pembelajaran BTQ di SMP Negeri 12 Pekalongan,
mereka
memberikan
persepsinya
berbeda-beda
karena
pengalaman dan pengamatan panca inderanya juga berbeda. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada dua persepsi yang diberikan siswa terhadap program pembelajaran BTQ, yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif berasal dari siswa yang secara rutin mengikuti kegiatan pembelajaran BTQ. Mereka biasa mengikuti kegiatan pembelajaran BTQ sesuai jadwalnya masing-masing. siswa yang berpersepsi positif ini merupakan siswa yang sudah pernah belajar di TPQ sampai tuntas dan sudah memiliki syahadah. Mereka menganggap bahwa dengan adanya program pembelajaran BTQ mereka bisa belajar lebih, agar membaca Alqurannya lebih lancar karena sering maju untuk membaca kitab Qiro’ati. Pada intinya mereka berpersepsi bahwa dengan adanya program pembelajaran BTQ mereka bisa belajar membaca Alquran sehingga bisa lebih lancar dalam membacanya
dan dari membaca Alquran nantinya akan
mendapat pahala.
4
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: ANDI, 2003), hlm. 87.
70
Sedangkan persepsi negatif berasal dari siswa-siswa yang tidak secara rutin mengikuti kegiatan pembelajaran BTQ. Walaupun mereka menganggap program pembelajaran BTQ itu bagus. Namun faktanya mereka tidak selalu mengikuti kegiatan BTQ yang hanya diberikan satu minggu sekali yang disebabkan datangnya tidak tepat waktu atau datang menjelang BTQ sudah hampir selesai. Mereka akan mengikuti kegiatan pembelajaran BTQ bila kebetulan berangkatnya bisa awal saja. Namun mereka lebih banyak datang tepat pukul 07.00 WIB, sehingga jarang mengikuti kegiatan pembelajaran BTQ. Persepsi negatif tersebut tampak dalam tingkat partisipasi mereka dalam kegiatan pembelajaran BTQ yang masih rendah. Hal tersebut bisa dilihat dari siswa yang mengiktui kegiatan pembelajaran BTQ yang hanya sedikit. dari analisis diatas bisa diambil kesimpulan bahwa ada dua persepsi yang dikemukakan oleh siswa kelas VIII terhadap program pembelajaran BTQ di SMP Negeri 12 Pekalongan. yang pertama adalah persepsi positif, mereka berpersepsi bahwa dengan adanya program pembelajaran BTQ mereka bisa belajar membaca Alquran sehingga bisa lebih lancar dalam membacanya dan dari membaca Alquran nantinya akan mendapat pahala. yang kedua adalah persepsi negatif, hal tersebut tampak dalam tingkat partisipasi mereka yang masih rendah dalam kegiatan pembelajaran BTQ.
71
C. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa Kelas VIII terhadap Program Pembelajaran BTQ di SMP Negeri 12 Pekalongan Setiap
siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda, hal tersebut
disebabkan persepsi didasarkan pada pengalaman dan pengamatan panca inderanya masing-masing. Menurut Abdul Rahman Shaleh, ada beberapa faktor yang berpengaruh pada persepsi yaitu: a. Perhatian yang selektif Dalam kehidupannya manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya, tetapi hanya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. b. Ciri-ciri rangsang Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. c. Nilai dan kebutuhan individu Seorang seniman tentu mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding bukan seorang seniman. d. Pengalaman dahulu Pengalaman-pengalaman
terdahulu
sangat
mempengaruhi bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya.5 Persepsi yang berbeda yang dikemukakan oleh siswa karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; 5
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Cet. Ke-4 (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 128-129.
72
1. Persepsi positif Persepsi seseorang tergantung dari apa yang ia harapkan dan tergantung dari pengalaman masa lalu serta adanya motivasi.6 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi siswa terhadap program pembelajaran BTQ, mereka berpersepsi positif karena adanya harapan. Mereka menganggap bahwa dengan adanya program pembelajaran BTQ mereka memiliki harapan bisa membaca Alquran lebih baik dan lebih lancar lagi. Selain itu juga adanya motivasi tersendiri yang dimiliki siswa. Siswa merasa senang dengan program BTQ ini, karena mereka memiliki motivasi ingin mendapatkan pahala. 2. Persepsi negatif Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu
tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi
individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya, namun tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. 7
6
Ibid., hlm. 113. Bimo Walgito, op. cit., hlm. 90- 91.
7
73
Faktor yang mempengaruhi persepsi negatif siswa terhadap program pembelajaran BTQ adalah kurangnya motivasi. Siswa berpersepsi negatif karena stimulus yang diterimanya kurang menarik bagi mereka sehingga
mereka kurang termotivasi untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran BTQ. Hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan mereka dalam kegiatan pembelajaran BTQ. Mereka tidak datang tepat waktu, tidak secara rutin mengikuti kegiatan pembelajaran BTQ. Itu merupakan reaksi atau respon mereka atas stimulus yang diterimanya. Dari analisis diatas bisa disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi siswa berpersepsi positif adalah adanya harapan untuk bisa membaca Alquran lebih baik dan lebih lancar lagi. Serta adanya motivasi untuk mendapat pahala. sedangkan faktor yang mempengaruhi siswa berpersepsi negatif adalah kurangnya motivasi dan minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran BTQ.