BAB III IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROGRAM AKSELERASI DI SMP ISLAM PEKALONGAN
Bab ini akan memaparkan tentang hasil penelitian dari data yang diperoleh, baik hasil penelitian lapangan yang menggunakan observasi, dokumentasi, dan juga wawancara. A. Profil Sekolah SMP Islam Pekalongan 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Pekalongan Sebuah sekolah yang didedikasikan untuk umat islam, khususnya di kota Pekalongan dan sekitarnya. Khususnya dalam rangka membangun sumber daya umat di masa depan. Setidaknya ini yang telah menjadi cita-cita para pendiri sekitar 63 tahun yang lampau atau 4 tahun setelah Ma’had Islam lembaga yang menaunginya berdiri. Pada saat ini penghargaan para pendiri itu telah dirumuskan menjadi visi sekolah. Di tengah gegap gempita revolusi, tepatnya setahun setelah kemerdekaan sebuah langkah besar telah diambil oleh para pendiri perguruan Ma’had Islam untuk membangun sebuah SMP. Sekolah yang diharap dapat menjadi kelanjutan bagi siswa Sekolah Rakyat Islam yang telah berdiri empat tahun sebelumnya.
43
44
Abdullah Hinduan sebagai tokoh sentral Ma’had Islam menyadari peran
penting
pergolakan
pendidikan
pemikirannya
dalam sebagai
pembangunan akibat
umat
interaksinya
Islam, dengan
pemikiran sejumlah tokoh Islam dunia khususnya ketika masih belajar di Darul Ulum telah membawa dia untuk mengambil sebuah keputusan dengan mendirikan sekolah umum yang mengajarkan pendidikan umum dan agama secara berimbang. Sekolah Menengah Pertama Islam yang bernaung di bawah yayasan badan wakaf Ma’had Islam Pekalongan dan berdiri sejak tahun 1946, kini jumlah siswa yang belajar adalah 627 siswa. Sejak tahun berdirinya sampai sekarang sudah terjadi pergantian kepala sekolah sebagai berikut : a. Al Ustadz Abdullah Hinduan b. Al Ustadz muhammad Baraghbah c. Al Ustadz M. Najib Mahmud d. Al Ustadz H. Ali A Gani e. Al Ustadz H.Muhammad Usman f. Al Ustadz H. Edy Toni 2. Awal berdirinya program akselerasi SMP Islam Pekalongan merupakan satu-satunya sekolah SMP di Pekalongan dan di sepanjang jalan pentura Cirebon-Semarang yang menyelenggarakan program akselerasi (percepatan kelas). Sebelum ditunjuk untuk menyelenggarakan kelas akselerasi, SMP Islam
45
Pekalongan juga pernah ditunjuk untuk membuka kelas immercy yaitu kelas dengan bahasa pengantar bilingual, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan juga pernah ditunjuk untuk menjadikan sekolah dengan rintisan standart Internasional. Baru tiga tahun setelah itu penunjukan untuk membuka kelas akselerasi ini diterima dan dilaksanakan oleh pihak sekolah. Program akselerasi ini berawal dari tahun 2012, program akselerasi di SMP Islam Pekalongan berlandaskan surat dari Dinas Propinsi Jawa Tengah ada bulan Mei 2012 kepada Dinas Kota Pekalongan yang
ditunjukkan
kepada
SMP
Islam
Pekalongan
untuk
menyelenggarakan program akselerasi. Selanjutnya SMP Islam Pekalongan menindaklanjuti perintah yang dimandatkan dengan membuat proposal yang kemudian respon oleh BP DIKSUS (Badan Penyelenggaraan Pendidikan Khusus) dengan melakukan kunjungan ke SMP Islam Pekalongan dan mengadakan workshop tentang pendidikan khusus untuk program akselerasi. Setelah dirasa SMP Islam siap untuk membuka program ini, pihak SMP Islam Pekalongan banyak mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang untuk kemajuan program barunya seperti halnya melakukan studi banding ke SMP 2 Semarang, mengikuti dan menghadiri undangan konferensi Nasional (I-BI) di Jakarta, mengikuti workshop untuk mata pelajaran Ujian Nasional di Semarang dll.
46
3. Letak Geografis dan Identitas SMP Islam Pekalongan merupakan sekolah menengah swasta yang terletak di tengah jantung Kota Pekalongan dengan NPSP 20329542 dan No. Statistik Sekolah 203036402007. Bangunan sekolah dengan status tanah bersertifikasi ini merupakan salah satu hak milik yayasan Badan Wakaf Ma’had Islam Pekalongan terletak di Jl. Dr. Cipto 39 A, atau berada persis di depan kantor Kospin Jasa Syariah Kota Pekalongan. Sekolah yang dalam kepemimpinan H. Edy Toni S. Pd ini telah melakukan beberap akreditasi sekolah dan hampir sebagian mendapat akreditasi A. pada akreditasi yag paling akhir ini SMP Islam Pekalongan mendapatkan predikat A dengan nilai 96. Sekolah dengan luas bangunan 3. 014 m2 ini didirikan di atas tanah seluas 4. 387 m2. SMP Islam Pekalongan ini terletak berdampingan dengan SD Islam V Pekalongan, SD Islam I Pekalongan, SD Islam IV Pekalongan dan TK Islam Pekalongan yang masih dalam satu naungan yayasan.1 4. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Sekolah Dalam mengelola satuan pendidikannya, Visi SMP Islam Pekalongan adalah Istiqomah dalam Ibadah, Unggul dalam Prestasi, Sehat Jasmani dan Rohani.
1
Dokumentasi profil sekolah smp islam pekalongan dari staf tata usaha smp islam pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014
47
b. Indikator Misi 1) Terdepan dalam prestasi akademik. 2) Terdepan dalam persaingan memasuki sekolah unggulan. 3) Terdepan dalam prestasi kegiatan karya umum. 4) Terdepan dalam prestasi kegiatan olah raga. 5) Terdepan dalam prestasi kegiatan kesenian. 6) Terdepan dalam pemahaman pengalaman agama. 7) Terdepan
dalam
kebersihan,
ketertiban
dan
keindahan
lingkungan sekolah. 8) Terdepan dalam penerapan kedisiplinan. 9) Terdepan dalam menggalang partisipasi masyarakat. 10) Terdepan dalam kepedulian sosial. c. Misi Sekolah 1) Memberikan pendidikan dasar Agama Islam seperti Qiro’atil Qur’an, Fiqih, Tarikh dan bahasa Arab sebagai dasar untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, dan untuk diamalkan serta sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan Agama yang tinggi. 2) Menjadikan Islam sebagai landasan dan motivasi untuk hidup bersama, saling menghormati, tolong menolong dan berakhlak mulia.
48
3) Melaksanakan
pembelajaran dan bimbingan secara efektif,
hingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan kemampuannya. 4) Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler untuk pengembangan kepribadian
siswa,
baik
dalam
berorganisasi,
ilmu
pengetahuan, kesenian dan olah raga. 5) Menumbuhkembangkan budaya bersih, aman, tertib, indah dan kekeluargaan di lingkungan sekolah. 6) Mengikut sertakan siswa dalam setiap kegiatan lomba. d. Tujuan Sekolah Seperti halnya sekolah lain yang memiliki tujuan masingmasing, SMP Islam Pekalongan pun memiliki beberapa tujuan yang dapat dikelompokkan dalam dua tujuan sekolah yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk tujuan umum dari SMP Islam Pekalongan adalah meningkatkan kualitas pendidikan untuk dapat mendorong
tercapainya
peningkatan
pengalaman
agama,
pencapaian prestasi akademis serta kemampuan kecakapan hidup. Sedangkan untuk tujuan khususnya adalah langkah-langkah sekolah untuk dapat mencapai tujuan umumnya. Beberapa tujuan khusus sekolah ialah setiap warga sekolah ini adalah : 1) Menerapkan nilai-nilai Islami dalm kehidupan pribadinya dan menyebarkan dalam lingkungan keluarga serta masyarakat sekitarnya.
49
2) Memperoleh nilai rata-rata Ujian Nasional 8,0. 3) Memiliki tenaga pendidik yang profesional, penuh pengabdian dan berdedikasi tinggi. 4) Memiliki klub yang mampu menjadi Juara tingkat Kota dan Propinsi. 5) Semua siswa peduli terhadap ketertiban, kebersihan, keindahan dan kekeluargaan.2 e. Program-program Strategis SMP Islam Pekalongan Untuk mencapai tujuan, visi, misi SMP Islam Pekalongan, merumuskan program-program sebagai berikut: 1) Mengoptimalkan mata pelajaran agama dan pengamalannya. 2) Mengintregasikan pelajaran agama dengan pelajaran umum dan sebaliknya. 3) Mengoptimalkan ketuntasan mata pelajaran dan daya serap. 4) Mengikutsertakan guru dalam penataran dan Retraining Bintek serta penyetaraan ke jenjang S-1. 5) Pembinaan dan pelatihan secara rutin olah raga prestasi. 6) Pembinaan dan pelatihan secara rutin seni musik. 7) Pembinaan dan latihan secara rutin kepada siswa yang berprestasi akademik. 8) Mengefektifkan pelajaran bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari. 2
Dokumentasi profil sekolah SMP Islam Pekalongan dari staf tata usaha SMP Islam Pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014
50
9) Mengintensifkan Kelompok Belajar Ilmiah. 10) Mengintensifkan siswa untuk menulis mading dan majalah sekolah. 11) Menambah buku-buku bacaan siswa. 12) Memupuk kesadaran siswa dalam pelaksanaan 5K. 13) Menggalang dana di luar dana-dana rutin.3 5. Sumber Daya Manusia SMP Islam Pekalongan a. Data Guru dan Karyawan SMP Islam Pekalongan mempunyai guru 46 orang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya masing-masing. Untuk kelas akselerasinya ada 17 guru yang sudah terhitung dari 46 guru yang ada. Adapun daftar guru dan karyawan SMP Islam Pekalongan tahun 2014/2015 : Tabel 3.1 Jumlah Guru dan Karyawan SMP Islam Pekalongan 2014/2015 No. Jabatan
3
Jumlah
1
Kepala Sekolah
1
2
Wakil Ketua Sekolah
1
3
Pembantu Wakil Kepala Sekolah
5
4
Guru Mata Pelajaran
46
Dokumentasi profil sekolah SMP Islam Pekalongan dari staf tata usaha SMP Islam Pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014
51
5
Karyawan
16
Total
69
Dalam rangka meningkatkan potensi intelektual peserta didik SMP Islam Pekalongan melengkapi media pengajaran di kelas dan laboratorium dengan alat canggih dan modern, seperti dengan disediakannya jaringan hotspot di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat mengakses internet. Dengan adanya jaringan internet ini juga sangat membantu dalam pembelajaran
untuk
program
akselerasi
yang
sering
kali
menggunakan dunia internet karena pembelajarannya yang berbasis TIK. Seperti kutipan wawancara dengan TF pembantu Wakasek Sie Kurikulum : “... praktek komputer karena pembelajaran di kelas akselerasi ini berbasis TIK jadi baik siswa apalagi gurunya harus mampu mengoperasikan komputer...”4 b. Data siswa Jumlah siswa untuk kelas akselerasi untuk dua angkatan yang ada di SMP Islam Pekalongan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
4
Transkip Wawancara I
52
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas Akselerasi SMP Islam Pekalongan No.
Kelas
2013/2014
2014/2015
1
Kelas VII
13
15
2
Kelas VIII
-
13
3
Kelas IX
-
-
Jumlah
13
28
Jumlah ideal untuk kelas akselerasi perkelasnya adalah 20 orang. Untuk jumlah rombongan dalam belajar kelas akselerasi VIII ada satu kelas dengan 13 siswa dan untuk kelas VII ada satu kelas walaupun sebenarnya pada tahun pelajaran 2013/2014 ini telah membuka dua kelas, namun dari hasil serangkaian tes yang harus dijalani oleh calon peserta didik, pada tahun pelajaran 2014/2015 ini terjaring 15 siswa.5 6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Islam Pekalongan dan dipergunakan dalam pembelajaran maupun menunjang proses pembelajaran adalah :
5
Dokumentasi profil sekolah SMP Islam Pekalongan dari staf tata usaha SMP Islam Pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014
53
a. Ruang kelas Tabel 3.3 Jumlah ruang kelas SMP Islam Pekalongan 2013/2014 No.
Kelas
Ukuran
Kondisi
Keterangan
1
VII-1
8x9
Baik
Kelas Akselerasi
2
VII-2
8x9
Baik
3
VII-3
8x9
Baik
4
VII-4
8x9
Baik
5
VII-5
7x9
Rusak
6
VII-6
7x9
Rusak
7
VII-7
7x9
Rusak
8
VIII-1
8x9
Baik
9
VIII-2
8x9
Baik
10
VIII-3
8x9
Baik
11
VIII-4
7x9
Rusak
12
VIII-5
7x9
Rusak
13
VIII-6
7x9
Rusak
14
IX-1
8x9
Baik
15
IX-2
8x9
Baik
16
IX-3
8x9
Baik
17
IX-4
8x9
Baik
18
IX-5
7x9
Rusak
Kelas Akselerasi
54
19
IX-6
7x 9
Rusak
20
IX-7
7x9
Rusak
21
IX-8
7x9
Rusak
Tabel 3.4 Jumlah Ruang Penunjang SMP Islam Pekalongan No.
Nama Ruang
Ukuran
Kondisi
Jumlah
1
Ruang Kantor
7x9
Baik
1
2
Ruang Perpustakaan
7 x 18
Baik
1
3
Ruang Komputer
... x ...
Baik
1
4
Ruang Guru Pa
8x9
Baik
1
5
Ruang Guru Pi
8x9
Baik
1
6
Ruang TU
7x9
Baik
1
7
Ruang OSIS
3x4
Baik
1
8
Ruang UKS
3x7
Baik
1
9
Ruang BP/BK
3 x 11
Baik
1
10
Ruang Multimedia
8 x 18
Baik
1
11
Laboratorium Biologi
8 x 18
Baik
1
12
Laboratorium Fisika
7x9
Baik
1
Sarana yang diperoleh anak akselerasi sedikit berbeda dengan anak reguler, ini dapat dilihat dari ruang kelas yang digunakan. Untuk ruang kelas akselerasi dilengkapi dengan adanya
55
LCD yang sangat menunjang bagi pembelajaran yang berbasis TIK, sedangkan untuk kelas yang reguler dan olahraga ketika guru dalam pembelajarannya ingin menggunakan LCD, maka siswa digiring menuju ruang multimedia atau ruang laboratorium Fisika dan laboratorium Kimia yang telah dilengkapi dengan LCD.6 Begitu pula yang diungkapkan oleh TF (Waka kurikulum) adalah sebagai berikut : “..... bahwa sekolah menyediakan ruang BP/BK, ruang UKS, mushola,
lab
fisika,
lab
kimia,
lab
komputer,
dan
perpustakaan.(Subyek 1, Wawancara 1, baris 99-102)”7 Hasil observasi menujukkan bahwa kelas akselerasi dilengkapi dengan adanya AC yang tidak dimiliki kelas reguler. Kemudian, bangku yang digunakan oleh siswa akselerasi adalah bangku baru dengan model baru. Dilihat dari fasilitasnya pantaslah jika biaya yang diperlukan untuk kelas akselerasi sedikit di atas biaya kelas reguler.8 Ruang kelas akselerasi untuk pembelajaranpun dilengkapi dengan hotspot area untuk memepermudah terhubung dengan internet, seperti yang dituturkan oleh MH guru mata pelajaran PAI ini :
6
Dokumentasi profil sekolah SMP Islam Pekalongan dari staf tata usaha SMP Islam Pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014 7 Transkip Wawancara I 8 Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Selasa, 21 Oktober 2014 pukul 09.00 WIB
56
“...... Kalau di kelas aksel juga kan menggunakan sumber belajar dari internet ....” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ke 78-79)9 Dapat disimpulkan bahwa ruang akselerasi berbeda dengan ruang kelas reguler. Jika ruang kelas akselerasi dilengkapi dengan AC dan LCD yang sudah terhubung dengan jaringan internet, sedangkan kelas reguler tidak.
B. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Program Akselerasi di SMP Islam Pekalongan 1. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi Sejalan dengan potensi keberbakatan yang dimiliki siswa akselerasi ini, kurikulum yang dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikan di SMP Islam Pekalongan adalah merupakan kurikulum yang dikembangkan secara berdiferensiasi. Disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang mempunyai kecerdasan dan bakat luar biasa.
Yang disusun secara khusus dalam kalender
akademik program akselerasi. Tapi pada dasarnya secara keseluruhan, tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang ada pada program reguler. Hanya waktunya saja yang dipersingkat dari 3 tahun menjadi 2 tahun. Sebagaimana yang diungkapkan oleh MH guru mapel PAI sebagai berikut:
9
Transkip Wawancara II
57
“Secara keseluruhan program akselerasi dengan program reguler pada intinya sama, hanya saja waktu penyelenggaraan yang berbeda, waktunya dipercepat. terdapat hal khusus yang harus lebih diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan program akselerasi. Sebagaimana yang dilaksanakan di SMP Islam Pekalongan, sebagai salah satu jenjang Sekolah yang diberikan kesempatan untuk menyelenggarakan program akselerasi (percepatan belajar) untuk siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Yaitu: proses rekrutmen, kegiatan pembelajaran, dan kurikulum yang dipergunakan.”(Subyek 2, Wawancara 2, Baris 176-191)10 Agar siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guru memberikan kebebasan kepada para siswanya dalam menggunakan literatur-literatur yang menunjang bagi belajar mereka.11 Disamping itu, guru juga mengambil sumber belajar apa saja yang dapat digunakan selama sumber belajar tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan pengalaman belajar bagi siswa. Khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Seperti yang ditukaskan oleh Waka Kurikulum sebagai berikut: “..... diberi kesempatan anak untuk bertanya, anak sudah dibiasakan pembelajaran tanpa guru. Karena kebiasaan belajar sendiri ini terkadang ada anak yang bertanya jauh dari materi yang sedang dipelajari.” (Subyek 1, Wawancara 1, Baris ke 36-38) 12
10 11
Transkip Wawancara II Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Kamis, 16 Oktober 2014 pukul 09. 15
WIB 12
Transkip Wawancara I
58
Anak-anak akselerasi ini cenderung hiperaktif dan suka sekali belajar. Dan juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Jadi, seorang guru harus benar-benar mempunyai manajemen pengolahan kelas yang benar agar suasana kelas tetap kondusif. Seperti yang diungkapkan oleh MH: “..... kebanyakan dari mereka itu anaknya hiperaktif dan sudah sekali belajar. Pernah itu di Sekolah kan akan ada acara Dies Natalis, otomatis guru-gurunya sibuk mempersiapkan acara tsb. Pembelajaran di kelas pun akhirnya dibubarkan, karena gurunya sedang ada urusan. Anak-anak aksel itu malah gak mau pulang, masih ingin belajar. “yahhh.. kok dipulangkan si pak, kita kan masih ingin belajar”. Guru disini kan berperan sebagai motivator.” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 53-57)13 Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa desain pembelajaran PAI pada program akselerasi adalah hampir sama dengan program reguler. Hanya saja alokasi waktunya dipersingkat dan dipadatkan, dari 3 tahun menjadi 2 tahun. 2. Komponen-komponen dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Program Akselerasi Dalam suatu pembelajaran dibutuhkan sebuah sistem pembelajaran yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Sistem pembelajaran tersebut terdiri dari beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan, yaitu:
13
Transkip Wawancara II
59
a. Kurikulum Pembelajaran Pemberlakuan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional tentang standar pendidikan nasional, dalam rangka merespon dan mengembangkan fungsi pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta efisiensi manajemen pendidikan. Seperti yang dituturkan oleh MH guru mata pelajaran PAI : “Seperti yang diharapkan oleh kurikulum 2013 seperti itu, kita disuruh mengamati, merenungkan. Misal dicontohkan salah satu anak melakukan praktik sholat mayit, dan temanteman yang lain mengamati, apakah anak yang praktik ini sudah betul dalam melakukan sholat mayit atau masih ada kekurangan...” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 20-24 )14 Dalam penyusunan kurikulum dan jadwal programnya disesuaikan dengan kalender pendidikan. Kurikulum ini terdiri dari kurikulum nasional dan kurikulum lokal. Besaran bobot mata pelajaran yang diajarkan telah diatur melalui Promes (Program Semester), Pelaksanaan
Prota
(Program
Pembelajaran).
Tahunan) Serta
dan
RPP
pelaksanaan
(Rencana
KBM
yang
disesuaikan dengan kalender pendidikan, biasanya kalender pendidikan ini telah dirumuskan oleh DINDIKPORAT pusat. Jadi, sekolah
hanya
menyesuaikan
dan
mengaplikasikan
jadwal
tersebut.15
14 15
Transkip Wawancara II Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Kamis, 16 Oktober 2014, pukul 09.15
60
Kurikulum yang digunakan adalah menggunakan model C2 atau C3 yang standar kesulitannya lebih sulit dibandingkan dengan kelas reguler, seperti yang diungkapkan oleh TF sebagai berikut: “Untuk aksel terutama pada RPP nya diharapkan modelnya model yangg menantang atau kalau dalam bahasa kurikulum menggunakan model soal c2 atau c3. Pada RPP selain beda alokasi waktunya, metodemetodenya juga berbeda, karena di kelas aksel metode ceramah diminimalisir”. (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 39)16 Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pembelajaran yang digunakan pada program akselerasi adalah menggunakan kurikulum 2013, sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hanya saja, terdapat pemadatan waktu dan siswa diharapkan dapat menemukan hal-hal baru sesuai dengan yang diharapkan oleh kurikulum 2013 tersebut.
b. Peserta Didik Untuk menjadi peserta didik program akselerasi harus memenuhi beberapa syarat yang harus ditempuh, seperti yang diungkapkan oleh TF: “Selain syarat-syarat yang umum seperti fc ijazah, skhun dan lain2, untuk siswa aksel nilai rata2 rapornya dari kelas IV harus 8,00 untuk mapel UNnya, jg IQ nya harus minimal 130 skala Wescier.
16
Transkip Wawancara I
61
Dan telas lolos mengikuti serangkaian tes yang dilakukan.” (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 88-94)17 Siswa kelas akselerasi adalah siswa dengan kemampuan di atas
kelas
regular.
Ini
akan
mempermudah
guru
dalam
menyampaikan pelajaran. Seperti yang dituturkan oleh MH guru mapel PAI sebagai berikut: “Anak aksel dijelaskan sekali dua kali sudah pada faham, nggak seperti anak reguler yang dijelaskan berulang-ulang kali”. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 81-84)18 Siswa kelas akselerasi dapat cepat menangkap dan memahami serta mengingat mata pelajaran yang telah diberikan. Maka, diperlukan adanya kualitas intellegensinya digolongkan pada taraf pintar atau cerdas sangat membantu berjalannya proses KBM dengan waktu yang dipersingkat dibandingkan dengan kelas regular. MH mengatakan bahwa: “Karena anak-anak aksel ini kan IQ nya 130, kebanyakan dari mereka itu anaknya hiperaktif dan sudah sekali belajar. Pernah itu di Sekolah kan akan ada acara Dies Natalis, otomatis guru-gurunya sibuk mempersiapkan acara tsb. Pembelajaran di kelas pun akhirnya dibubarkan, karena gurunya sedang ada urusan. Anak-anak aksel itu malah gak mau pulang, masih ingin belajar”. (Subyek 2, Wawancara 2, baris 52-57)19
17
Transkip Wawancara I Transkip Wawancara II 19 Transkip Wawancara II 18
62
Seperti apa yang dijelaskan oleh MH di atas, dengan in come yang sudah baik, tugas sekolah yang harus mengolah siswa agar dapat mencetak out come yang semakin baik. Dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang masuk program akselerasi adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibanding kelas reguler. Harus melewati beberapa tes dan IQ yang dimiliki adalah 130 skala wescier. Jadi, peserta didik benarbenar siswa yang mempunyai kemampuan lebih. c. Tenaga Pendidik Guru dalam suatu pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Dalam pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan yang bagi siswa yang diajarnya, tetapi sebagai pengelola pembelajaran.20 Dengan demikian efektifitas pembelajaran
terletak
pada
pundak
seorang
guru.
TF
mengungkapkan bahwa: “Untuk guru kelas aksel itu ya sama harus sudah S1, dan semua guru yang di SMP Islam alhamdulillah sudah sarjana semua jadi ya sudah bisa untuk mengajar di kelas aksel. Semua guru itu pada dasarnya sama, tidak membedakan-bedakan guru yang ada ya. Tapi bisa dilihat dari kinerjanya lebih, disiplinnya lebih. Intinya semua guru itu sama tapi dari yg baik itu kita pilih yg terbaik.” (Subyek 2, Wawancara 2, baris 76-85)21 Begitu pula yang diungkapkan oleh guru mata Pelajaran PAI ini adalah sebagai berikut :
20 21
Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Selasa, 21 Oktober 2014 pukul 09.00 Transkip Wawancara I
63
“.... Guru yang mengajar juga sebetulnya sama, hanya saja diambil yang lebih mumpuni dan lebih senior”. (Subyek 2, Wawancara 2, baris 41-43)22 Guru yang mengajar di kelas akselerasi juga merupakan guru yang memiliki potensi lebih dibandingkan dengan guru-guru yang lain. Serta guru program akselerasi tersebut diikutkan pada pelatihan-pelatihan atau workshop. d. Materi / Bahan Ajar Dalam kelas akselerasi KBM ditekankan untuk mata pelajaran yang essensial, baik materi Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah. Bahan ajar atau materi pembelajaran diambil dari buku paket dan dari internet. Sebagaimana telah ditukaskan oleh Waka Kurikulum : “..... yang ditekankan kepada siswa adalah materi yang essensial, untuk materi yang non essensial ini anak belajar sendiri atau dengan pemberian tugas-tugas, meski tetap diberi kesempatan anak untuk bertanya .....” (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 32-36)23 Karena
waktu
pembelajaran
yang
ditempuh
juga
dipersingkat, materi yang disampaikan pun materi-materi pilihan. Seperti hasil wawancara dengan MH (guru mapel PAI) : “Karena anak aksel itu pilihan ya IQ 130, jadi yang disampaikan itu tidak semua materi, tetapi materi yang disampaikan inti-intinya 22 23
Transkip Wawancara II Transkip Wawancara I
64
saja. Misal: renungkan apa yg disebut dengan kekuatan Allah?, anak aksel itu bisa menjawab.” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 106-109)24 Selain
pertimbangan
tersebut,
karena
materi
yang
disampaikan adalah materi yang essensial, agar siswa akselerasi ini dapat ditempuh dengan sekolah 2 tahun. Sebagaimana yang diungkapkan oleh TF: “....maka anak akselerasi itu cukup 2 tahun sehingga untuk materi yang disampaikan itu materi yang essensial. Materi yang tidak essensial itu contohnya materi tadi dianggap oleh guru anak bisa belajar
sendiri
atau
diberikan
rangkuman....”
(Subyek
1,
Wawancara 1, Baris 17-23)25 Dapat diambil kesimpulan bahwa materi pembelajaran pada PAI pada program akselerasi adalah hanya materi-materi yang essensial saja, atau materi yang pokok. Karena anak akselerasi ini dijelaskan satu dua kali sudah faham, jika materinya terus diulangulang siswa akselerasi akan merasa bosan. Dan untuk mengejar target UN. e. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan metode penugasan, metode latihan, metode inquiry, dan metode ceramah. Untuk materi yang non-essensial siswa banyak diberi 24 25
Transkip Wawancara II Transkip Wawancara I
65
tugas
individu,
serta
tugas
merangkum
atau
menghafal.
Sebagaimana hasil wawancara dengan Waka Kurikulum : “..... guru kelas aksel dilarang banyak-banyak menggunakan metode ceramah, lebih banyak ke latihannya, metode inquiry atau penemuan, tugas-tugas. Dan jika guru mau menerangkan materi juga harus berbasis TIK, jadi guru biasanya sudah membuat power point untuk mengajar.” (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 44-51)26 Begitupula dengan yang titukaskan oleh guru mapel PAI: “Metode ceramah juga bisa, tetapi kalau anak aksel jangan sering-sering menggunakan metode ceramah, karena anaknya akan cepat merasa bosan. Biasanya menggunakan LCD yang buat power point itu si mbak, ada juga metode renungan, penugasan, merangkum, dan juga metode latihan, .....” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 75-80)27 Begitu pula yang diungkapkan oleh SS: “ada ceramah, latihan, meresum, menggunakan LCD, pernah juga pake metode drama, yang disuruh berperan sesuai tokoh itu.” (Subyek 4, Wawancara 3, baris ke 11-14)28 Metode ini digunakan karena guru menganggap siswa telah mampu untuk belajar mandiri, namun pantauan dan perhatian dari guru tetap diberikan.29 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran PAI program akselerasi adalah menggunakan metode pembelajaran yang beragam, aktif dan kreatif.
26
Transkip Wawancara I Transkip Wawancara II 28 Transkip Wawancara IV 29 Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Selasa, 21 Oktober 2014 pukul 09.00 27
WIB
66
f. Media atau Alat Pembelajaran Media atau alat pembelajaran merupakan komponen yang menunjang dalam suatu pembelajaran. Media merupakan sebagai alat perantara untuk membantu memahamkan siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru. Dalam kelas akselerasi ini menggunakan alat atau media yang berbasis TIK. Sebagaimana dikutip dari hasil wawancara dengan MH (guru mapel PAI) sebagai berikut : “..... menggunakan buku panduan, juga menggunakan media LCD dari proyektor itu mbak .....” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 9092)30 Begitu pula yang dikutip dari hasil wawancara dengan TF (Waka Kurikulum) : “..... Dan jika guru mau menerangkan materi juga harus berbasis TIK, jadi guru biasanya sudah membuat power point untuk mengajar.” (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 42-51)31 Jadi, pembelajaraan
media
atau
Pendidikan
alat
yang
Agama
digunakan Islam
pada
adalah
saat
dengan
menggunakan media yang berbasis TIK agar siswa tidak cepat merasa bosan dan akan lebih mudah difahami.
30 31
Transkip Wawancara II Transkip Wawancara I
67
g. Evaluasi Pembelajaran Dalam penyusunan KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) pada kelas akselerasi KKMnya adalah 8,00 dari pusat dan yang menentukan guru mata pelajaran masing-masing. Sebagaimana dari hasil kutipan wawancara dengan TF : “..... untuk KKM nya 8,00 dan siswa dirasa mampu untuk mencapai KKM ini bahkan bisa melebihi dari KKM. Jadi, sedikit dari anak aksel yang mengikuti program perbaikan.” (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 70-73)32 Beda lama waktu yang diperlukan bagi kelas regular dan kelas akselerasi menjadikan berbeda pula waktu pelaksanaan evaluasi. Untuk kelas akselerasi adalah model C2 atau C3 yang lebih
berbobot
dibandingkn
dengan
kelas
regular
yang
menggunakan soal C1. Sebagaimana hasil wawancara dengan TF Waka Kurikulum adalah sebagai berikut: “..... model evaluasi kelas aksel modelnya lebih menantang, kalau dalam bahasa kurikulum model soal C2 atau C3 bisa dicontohkan kalau kls reguler soalnya: Indonesia terdiri dari berapa pulau? Kalau aksel bahasanya sudah menggunakan mengapa, bagaimana. Artinya pertanyaanpertanyaan bentuk seperti itu jadi siswa dapat menganalisa itu harapannya seperti itu.” (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 54-65)33 Sama seperti kelas regular, untuk mengetahui hasil pembelajaran di kelas akselerasi menggunakan tes tertulis seperti
32 33
Transkip Wawancara I Transkip Wawancara I
68
ulangan harian, UTS dan ulangan akhir atau kenaikan kelas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh MH guru mapel PAI : “Seharusnya si tiap bab langsung evaluasi, tetapi waktunya kan kurang memungkinkan. Kalau yang kelas reguler itu UTS, sedangkan kelas akselerasi itu UAS. Bentuk evaluasinya ada yang lisan dan ada yang tertulis juga.” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 96-101)34 Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan pada mata pelajaran PAI program akselerasi adalah evaluasinya lebih menantang atau tingkat kesulitannya lebih sulit dibanding dengan kelas reguler. h. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang menjadi patokan dalam suatu pembelajaran agar dapat tercapai dengan yang diinginkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh MH adalah sebagai berikut: “Saya rasa sudah, buktinya kalau ujian itu nilai-nilai nya pada bagus, ada yang sampai 97. Malah waktu UN kemaren itu mbak, ada anak aksel yang mapel matematika itu mendapat nilai 100. Kemudian anak aksel yang masuk di SMA 1 Pekalongan itu ada 3
34
Transkip Wawancara II
69
anak, dan ada 1 anak masuk di SMA 1 Batang.” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 166-173)35 Jadi dapat disimpulkan bahwa, walaupun pembelajaran yang dilaksanakan pada program akselerasi adalah alokasi waktu yang sangat singkat dan padat, namun tujuan pembelajaran tetap dapat dicapai. Dan pembelajaran dapat tetap efektif karena dari segi pendidik, peserta didik, serta sarana dan prasarana semuanya memadai. C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Pekalongan 1. Faktor pendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas akselerasi Faktor pendukung bisa saja terjadi faktor pendukung langsung dan faktor pendukung tidak langsung. Yang menjadi faktor pendukung tidak langsung adalah sebagai berikut yang diungkapkan oleh TF: “dapat dilihat bahwa sekolah menyediakan ruang BP/BK, ruang UKS, mushola, Laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium komputer dan juga perpustakaan” (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 98101)36 Yang menjadi faktor pendukung terlaksananya pembelajaran PAI adalah adanya dorongan atau dukungan dari luar. Baik itu berupa
35 36
Transkip Wawancara II Transkip Wawancara I
70
motivasi dan sarana prasarana yang mendukung terlaksananya pembelajaran PAI. Sebagaimana diungkapkan oleh MH guru mapel PAI adalah sebagai berikut: “Kalau faktor pendukung : adanya dukungan dari orangtua, mata pelajaran PAI kan juga banyak, ada al-Qur’an Hadits, fiqih, dll, juga yang pasti guru juga memberikan spirit kepada anak-anak agar anak-anak menjadi semangat. Selain itu juga adanya sarana prasarana yang memadahi, sehingga mempermudah siswa dalam belajar.” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 146-153)37 Begitu pula yang ditukaskan oleh SS bahwa : “orang tua saya selalu mendukung saya pada hal-hal yang positif, di sini juga kan banyak kegiatan agamanya, jadi orang tua saya seneng.” (Subyek 4, Wawancara 3, baris 51-56)38 Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung itu terdiri dari dua, yaitu faktor pendukung langsung dan faktor pendukung tidak langsung. Faktor pendukung tidak langsung adalah berupa sarana prasarana yang memadai, yang memudahkan siswa dalam menuntut ilmu pengetahuan. Sedangkan yang menjadi faktor pendukung langsung adalah berupa dorongan atau motivasi dari orang tua dan guru agar selalu giat dalam belajar. 2. Faktor penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam kelas akselerasi Sebagaimana yang dijelaskan oleh guru mapel PAI yaitu :
37 38
Transkip Wawancara II Transkip Wawancara IV
71
“Sedangkan faktor penghambat diantaranya : orang tua tidak mendukung, contoh : anak sakit-sakitan, “Yaudah kamu masuk kelas reguler saja”, nah itu kan dapat menghambat pembelajaran. Selain itu kalau jam pelajaran dipulangkan, karena guru juga masih mengurus yang lain, karena anak sudah dijelaskan sama gurunya, kemudian siswa melanjutkan belajar sendiri.” (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 154-162)39 Faktor yang menghambat pembelajaran PAI di kelas akselerasi yaitu kurangnya dorongan atau motivasi dari orang tua serta terhambat oleh kegiatan-kegiatan rapat sekolah yang membubarkan siswanya lebih awal dari jam biasanya. Sedangkan menurut persepsi AG adalah sebagai berikut: “kayaknya hampir tidak ada yang saya keluhkan dengan pembelajaran di kelas akselerasi.oh iya, hanya jam belajar di pondok untuk waktu belajar saya karena PR kelas akselerasi itu sangat banyak” (Subyek 3, Wawancara 3, Baris 31-35)40 Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat
pelaksanaan
pembelajaran
di
program
akselerasi
khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah dukungan dari pihak orang tua tidak memotivasi anaknya.
39 40
Transkip Wawancara II Transkip Wawancara III