METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di MAN 16 Jakarta) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Reni Anggraeni 1110011000006
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK Reni Anggraeni, 1110011000006, Metakogitif Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Studi Kasus di MAN 16 Jakarta. Skripsi : Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. Problematika di dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah beragam salah satunya adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, kemudian siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pemebelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, sehingga siswa tidak mampu mengaplikasikan pembelajaran yang ia terima kedalam kehidupan sehari-harinya. Tetapi pada kenyataannya sebagian guru khususnya dalam bidang pendidikan agama islam, tidak banyak yang tahu bagaimana cara mengetahui metakognitif seorang siswa dikarenakan dengan adanya berbagai macam kendala. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam, penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA I MAN 16 Jakarta pada tanggal 14 November- 16 Desember 2014. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi fenomena yang diselidiki dengan cara mengklasifikasikan, atau karakteristik fenomena tersebut secara cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Data yang terdapat di dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, studi dokumentasi dan observasi/kunjungan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di MAN 16 Jakarta ini, dapat diketahui bahwa metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan Agama ialam secara keseluruhan metakognitif siswa-siswi disekolah ini sudah
i
sangat baik, akan tetapi ada besar harapan untuk meningkatkan lebih baik lagi tingkat metakognitif tersebut.
ii
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai panutan dan suri tauladan bagi umatnya yang telah membimbing untuk menempuh jalan yang benar guna meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun banyak pihak yan membimbing dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini, tanpa dukungan mereka rasanya mustahil penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada : 1. Prof.Dr. Dede Rosyada,MA Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Nurlena Rifai,MA,P.hd Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Dr.H.Abdul Majid Khon,M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Marhamah Shaleh, Lc,MA Sekertaris Jurusan Pendididkan Agama Islam, Fakulats Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Pembimbing akademik Ahmad Irfan Mufid, MA terimakasih atas bimbingan dan arahan untuk penulis 6. Desen Pembimbing skripsi Yudhi Munadi, M.Ag yang senantiasa memberikan bimbingan, dan arahan yang bermanfaat serta motivasi yang membangun kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. 7. Seluruh dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya kepada dosen PAI beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu.
iii
8. Pimpinan perpustakaan fakultas tarbiyah dan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi terselesaikannya skripsi ini. 9. Bapak kepala sekolah MAN 16 Jakarta Samsurial,S.Pd yang telah mengizinkan melakukan penelitian dan observasi dengan pelayanan yang sangat baik. 10. Keluarga tercinta terutama kedua orangtua, Ayahanda H.Mukhtar Sopian dan Ibunda Hj.Omah Rosmawanty yang tak hentinya selalu bersabar serta memberikan dorongan dan motivasi dalam mendidik dan mengajari dengan tulus sekaligus memberi semangat dan doa untuk penulis. 11. Kakak-kakakku, Maria Sari, Marlina Safitri, Adna Suadikarta, Bang Firman, dan adikadikku Atjef Syarif Hidayatullah dan Fajar Rahmat Hidayat, keponakan-keponakanku teteh cantik, dennisa dan kaka abi karena kalian yang menjadi motivator untukku agar selalu memberikan yang terbaik. 12. Kepada teman terbaikku Muchtar Nasir Affandy yang selalu memberikan semangat dan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Sahabat-sahabat seperjuangan Eva Fauziyah, Fitri Handayani, Nurfauziah, Debi Utami Rizki, Widya Rafika, Maisaroh dan seluruh Sahabat PAI 2010 Khususnya PAI kelas A, karena kalian yang selalu menjadi temapt bertukar fikiran dalam penulisan skripsi ini, dan juga pengalaman bersama kalian yang tak akan pernah terlupakan. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik dan saran secara konstruktif diharapkan penulis untuk mengevaluasi laporan penelitian ini agar lebih baik lagi. Penulis berharap agar skripsi ini menjadi kebutuhan serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamualaikum Wr.Wb Jakarta, 7 Januari 2015 Penulis
Reni Anggraeni iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERMYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ABSTRAK ............................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v DAFTAR TABEL................................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .............................................................................................. 7 D. Perumusan Masalah ................................................................................................ 7 E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7 BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Belajar ..................................................................................................................... 9 1. Pengertian Belajar .............................................................................................9 2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ..........................................10 3. Pengertian Pembelajaran .................................................................................11 B. Metakognitif ..........................................................................................................12 1. Teori Metakognitif ..........................................................................................12
v
2. Pengertian Metakognitif ..................................................................................13 3. Variabel Metakognitif .....................................................................................15 4. Komponen Metakognitif .................................................................................16 5. Strategi Metakognitif ......................................................................................17 6. Perkembangan Metakognitif Anak ..................................................................17 C. Pengertian Agama Islam .......................................................................................18 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..............................................................17 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ....................................................................20 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ......................................................22 4. Kerangka Berfikir ...........................................................................................23 D. Hasil Penelitian yang Relevan ..............................................................................23 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................................26 B. Latar Penelitian ....................................................................................................26 C. Metode Penelitian ................................................................................................28 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................31 E. Pengecekan Keabsahan Data ...............................................................................32 F. Teknik Analisis Data............................................................................................35 G. Deskripsi Data Penelitian.....................................................................................36 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. MAN 16 Jakarta .................................................................................................. 41 1. Sejarah Berdirinya ......................................................................................... 41 2. Identitas Sekolah ............................................................................................42 3. Visi Dan Misi MAN 16 Jakarta……………………………………………42 4. Keadaan Siswa, Guru, Staff……………………………………………….43 5. Kerjasama Dengan Pihak Luar…………………………………………….49 6. Prestasi Yang Diraih Madrasah……………………………………………49 7. Sarana Dan Prasana………………………………………………………..52 B. Pembahasan..........................................................................................................53 1. Suasana Proses Pembelajaran PAI ................................................................53 2. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Fakta dalam Materi PAI ...................55 vi
3. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Konsep dalam Materi PAI. ...............56 4. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Prosedur dalam Materi PAI ..............59 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................................71 B. Saran .................................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Gambaran Karakteristik Siswa dari seluruh subjek penelitian
Tabel 4.1
Identitas Sekolah
Tabel 4.2
Daftar Pendidik
Tabel 4.3
Tenaga Kependidikan
Tabel 4.4
Keadaan Siswa 2015
Tabel 4.5
Keadaan Siswa 2014
Tabel 4.6
Keadaan Siswa 2013
Tabel 4.7
Keadaan Orangtua Peserta didik
Tabel 4.8
Sarana dan Prasarana
Tabel 4.9
Format pengamatan observasi metakognitif
viii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Indikator instrumen wawancara
Lampiran 2
Pedoman wawancara
Lampiran 3
Format Observasi
Lampiran 4
Pengkodingan Data
Lampiran 5
Foto bukti penelitian
Lampiran 6
Surat permohonan bimbingan skripsi
Lampiran 7
Surat permohonan izin penelitian
Lampiran 8
Surat pernyataan telah melakukan penelitian
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
mengembangkan
pembelajaran
potensi
dirinya
agar untuk
peserta
didik
memiliki
secara
kekuatan
aktif
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Menurut SA. Branata yang dikutip dalam buku Alisuf Sabri bahwa pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.2 Mendidik adalah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.3 Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan ini, untuk menentukan arah laju perjalanan suatu bangsa, generasi yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang lebih terhadap pendidikan, sebagai bentuk upaya menghasilkan dan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, berkualitas, dan menjadikan manusia yang memiliki kemampuan cipta (kognitif), segi rasa (afektif), maupun dari segi prasa (psikomotorik). Pendidikan di Sekolah Menengah Atas mempunyai empat point yaitu: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. pada point pengetahuan telah dideskripsikan bahwa siswa harus memahami, menerapkan dan
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural,
dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,seni,budaya,dan 1
UU NO 20 TAHUN 2003, Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Ciputat : UIN Jakarta Press,2005), h.6 3 Ibid.h.8 2
1
2
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban, terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.4 Sebagaimana yang tercantum tujuan pendidikan menurut UU No 12 Tahun 1945, yang tercantum dalam Bab II Pasal 3 yang berbunyi: “Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.5 Berkenaan dengan tujuan pendidikan tersebut, diperlukannya peningkatan mutu kinerja guru dalam rangka mengembangkan kualitas sumber daya manusia dan memperbaiki sistem manajemen pendidikan secara mendasar. Oleh karena itu, pengembangan kinerja sumber daya manusia sangat diperlukan karena sumber daya manusia akan menjadi faktor utama sebagai penentu maju mundurnya suatu negara. Proses pembelajaran merupakan inti dari sebuah proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila semua komponen didalam suatu lembaga pendidikan terpenuhi, misalnya sarana dan prasarana yang memadai, perbaikan tenaga kerja dan guru, organisasi yang terstruktur dan adanya kepala sekolah yang menjadi pemimpin sekolah, maka kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional salah satunya adalah dengan cara mengadakan proses pembelajaran disekolah. Salah satu mata pelajaran yang diberikan pada proses pembelajaran disekolah adalah Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam (PAI) pada saat ini masih berhadapan dengan kritik-kritik internal. Dikatakan bahwa PAI kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi 4 5
Salinan Lampiran Permendikbud No.64 tahun 2013 tentang Standar Isi. Op.cit.h.9
3
konteks sosial budaya dan bersifat statis akonsteksual, dan lepas dari sejarah sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.6 Hal yang seperti ini sangat disayangkan sekali, karena Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting untuk membangun moral dan akhlak para siswa guna meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dan meneladani sifat Nabi Muhammad SAW dan menjadi bekal dikehidupan sehari-hari. Dalam membangun dan membentuk generasi yang berkualitas diperlukan adanya semangat dan motivasi yang kuat dalam diri sendiri agar terciptanya suatu tujuan yang diinginkan. Keberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual, emosi dan spiritual yang berkembang secara optimal. Perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual anak, yakni bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahan. Aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah, tetapi perlu dikendalikan atau diatur. Oleh karena itu seseorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berfikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya.7 Berbagai penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah dimulai pada masa prenatal, tidak hanya aspek fisik tapi juga aspek-aspek yang lainnya seperti aspek kognitif, emosi dan bahkan spiritual. Hal ini tentunya dalam batasan-batasan tertentu sesuai dengan kondisi janin atau dapat dikatakan sebagai pembentukan karakter dasar. Seperti emosi janin dan setelah besar nanti ternyata dipengaruhi oleh kondisi emosi sang ibu.
6 7
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.56 Diana Nomida, Metakognitif Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.113
4
Perkembangan ini akan berlanjut terus sampai lahir dan besar nanti yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa pola pengasuhan dan pendidikan.8 Salah satu aspek pekembangan yang selalu menjadi fokus perhatian adalah perkembangan kognitif anak dengan tidak mengabaikan aspek perkembangan lainnya. Perkembangan kognitif dianggap penting karena sering dikatakan dengan kecerdasan anak. Perkembangan kognitif yang normal mengindikasikan berkembangannya kecerdasan anak. Sementara perkembangan kognitif berlaku sejak awal kelahiran atau bahkan semenjak prenatal, aspek lain seperti emosi dan spiritual mengalami perkembangan yang pesat sesudahnya, walaupun dasar-dasarnya telah mulai diberikan pendidikan sejak dini.9 Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.10 Sementara menurut Chaplin dijelaskan bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. Secara tradisional kognisi sering dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi (perasaan).11 Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses pendidikan serta dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak secara biologis. Perkembangan selanjutnya adalah berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif 8
Dindin Abdul Muiz, Psikologi Perkembangan Anak Pada Aspek Kognitif, (Surabaya:Intimedia press:2001) , h.20 9 Ibid., h.21 10 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), H.103 11 Ibid., h.103
5
tersebut dalam merespon situasi atau permaslahan. Tentunya aspek-aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan untuk menetukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berfikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan metakognitif. 12 Menurut
Flavell
dan
Brown
Metakognitif
adalah
pengetahuan
(knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktifitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara singkat metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thinking”.13 Menururut Anerson dan Krathwohl memberikan rincian dari pengetahuan yang dapat dikuasi atau diajarkan pada setiap tahapan kognitif. Dalam lingkup pengetahuan tersebut, pengetahuan metakognitif menempati pada tingkat tertinggi
setelah
pengetahuan
faktual,
pengetahuan
konseptual,
dan
pengetahuan prosedural. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan strategik, pengetahuan tugas-tugas berpikir an pengetahuan pribadi.14 Saat ini, kajian tentang metakognitif telah berkembang bahkan telah diterapkan dalam pembelajaran seperti matematika dan bahasa. Misalnya, dalam memecahkan masalah matematika, siswa perlu memiliki kemampuan memecahkan masalah matematika, siswa perlu memiliki kemampuan metakognitif untuk mengatur strategi pemecahan masalah, sedangkan dalam 12
Op.cit., h.115 Ibid., h.114 14 Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi , (PT Universitas Pendidikan Indonesia) 13
6
pembelajaran bahasa adalah siswa harus memiliki kemampuan metakognitif dalam membaca buku. Hal yang menarik untuk diungkap dan diteliti lebih lanjut mengenai metakognitif dalam skripsi ini, karena selama ini kemampuan metakognitif dianggap baru dapat dikuasai oleh orang dewasa tetapi ternyata sudah dapat dimiliki seorang anak walaupun dalam bentuk yang sederhana. Berdasarkan hal ini,maka skripsi ini ditulis untuk mengungkap lebih lanjut mengenai metakognitif siswa di MAN 16 Jakarta Barat dalam pembelajaran pendidikan agama islam disekolah tersebut. Dari deskripsi yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul : “METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” (Studi Kasus di MAN 16 Jakarta) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Pendidikan agama islam kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. 2. Tidak semua siswa mempunyai kesadaran metakognitif dalam belajar. 3. Tidak semua siswa mempunyai metakognitif yang baik yaitu mempunyai pemahaman faktual, konseptual dan prosedural didalam pembelajaran pendidikan agama islam
7
C. Pembatasan Masalah Berasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1. Metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam. 2. Metakognitif siswa pada pemahaman fakta, konsep, dan prosedur. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalan yang akan menadi acuan didalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman fakta materi mata pelajaran pendidikan agama islam? 2. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman konsep materi mata pelajaran pendidikan agama islam? 3. Bagaimana metakognitif siswa pada pemahaman prosedur materi mata pelajaran pendidikan agama islam? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian : a. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman fakta materi mata pelajaran pendidikan agama islam. b. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman konsep materi mata pelajaran pendidikan agama islam. c. Memahami metakognitif siswa pada pemahaman prosedur mata pelajaran pendidikan agama islam. 2. Manfaat Penelitian : Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Siswa Siswa mampu memahami tentang metakognitifnya sendiri sehingga mampu mengembangkan kesadaran untuk menyelesaikan masalahnya. b. Guru
8
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan, untuk meningkatkan metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam. c. Penulis Menambah wawasan kependidikan serta seta sebagai bekal pengetahuan mengenai metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam. d. Pembaca Memberikan gambaran mengenai pentingnya metakognitif siswa dalam pembelajaran pendidikan agama islam.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses perubahan prilaku secara aktif, sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.1 Proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Menurut teori behaviouristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Sesorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia
mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk
perubahan
yang
dialami
siswa
dalam
halkemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Menurut T. Raka Joni bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku disebabkan oleh matangnya seseorang atau perubahan yang bersifat temporer. Belajar merupakan sebuah proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.2 Menurut Depdiknas tahun 2003 mendefinisikan bahwa “belajar” adalah sebagai proses membangun makna pemahaman terhadap informasi atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan 1
Wina Sanjaya Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan,(Jakarta:Kencana Pranda Media Grup,2006), Cet.1,h.114 2 Ibid,h.115
9
10
siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeabeda padahal menapat pengajaran yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemhaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Adapun belajar menurut Gagne, belajar terjadi apabila ada situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga pebuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.3 Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung maupun tidak langsung yang membawa perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan keteramoilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut dengan nilai dan sikap (afektif). Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan dan puncak proses belajar.4 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran baik dari sisi guru maupun dari sisi siswanya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal siswa, diantaranya : 3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , (Bandung: Remaja Rosakarya, 2007),Cet.22. h.84 4 Dimyati dan Mudjiyono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta, PT. Rinekha Cipta,1999),Cet.I.h.3
11
a. Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor eksternal terdiri ari dua yaitu lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan terdiri dua yaitu alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam seperti : keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, cuaca, letak gedung sekolah ditempat yang ramai atau tidak an lain sebagainya. Lingkungan sosial seperti : interaksi sosial dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan guru-guru dan kebudayaan. Faktor instrumental terdiri dari sarana dan alat-alat belajar yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar seperti media pendidikan, metodologi mengajar yang digunakan dan bukuyang dipakai.5 b. Faktor Internal Siswa Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis siswa terdiri kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, kondisi panca inderanya terutama pada penglihatan dan pendengarannya. Faktor psikologi siswa terdiri dari ketenangan jiwa, perhatian motivasi, minat, intelegensi dan kemampuan kognitif, seperti seperti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir, dan kemampuan asar yang dimiliki oleh siswa.6 3. Pengertian Pembelajaran Dalam sebuah proses pendidikan terdapat sebuh kegiatan yang disebut pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu bantuan yang 5
Muhammad Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,1996), cet. 1, h.59 6 Amunudin Rasyad, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Uhamka Press, 2003), cet.4, h. 103
12
diberikan dari pendidik kepada peserta didik agar terjadi proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan diri pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran
mempunyai
pengertian
yang
mirip
dengan
pengajaran, guru yang mengajar supaya peserta didik dapat belajar dengan baik dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai tujuan objektif yang ditentukan (aspek kognitif), yang juga mempengaruhi perubahan sikap peserta didik (aspek afektif) serta pengembangan keterampilan
peserta
didik
(aspek
psikomotorik).
Kegiatan
pembelajaran akan dialami aeorang manusia sepanjang hayatnya dan dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. B. Metakognitif 1. Teori Metakognitif Salah satu kemampuan metakognitif adalah mengacu pada kesadaran dan pengetahuan pelajar tentang sistem memori mereka sendiri. Sejumlah ahli psikologi kognitif telah mengembangkan apa yang mereka sebut information processing tentang pembelajaran.7 Teori ini menjelaskan bagaimana otak dan sistem memorinya bekerja. Dalam teori ini ide-ide dan informasi baru awalnya sebagai masukan sensori masuk kedalam register atau pencatat penglihatan suara dan bau. Setelah masukan sensori itu telah kita persepsi dan kita catat, masukan sensori tersebut bergerak masuk ke dalam suatu ruang kerja yang disebut memori jangka pendek atau short term memory, dimana masukan sensori tersebut diproses atau dilupakan. Ruang penyimpanan dalam memori jangka pendek sangat terbatas. Meskipun demikian memori jangka pendek mengatur apa yang hendak dilakukan pelajar, bagaimana informasi baru yang mula-mula masuk ke dalam sistem memori, dan bagaimana informasi itu akhirnya 7
M Nur, Strategi-strategi belajar, (Surabaya : UNESA : University Press,2008),h.18
13
dipindahkan ke memori jangka panjang atau long term memory tempat pengetahuan disimpan secara permanen untuk dipanggil lagi kemudian hari dan digunakan.8 Adapun ayat yang menerangkan tentang ayat metakognitif yaitu :
Artinya : “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan
orang-orang
yang
tidak
mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS: Az-zumar:9) 2. Pengertian Metakognitif Metakognitif adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang diketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana ia mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Seseorang perlu menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. 9 Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Dengan kemampuan seperti ini seseorang dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam memEcahkan masalah, sebab dalam setiap langkah yang dia kerjakan senantiasa muncul pertanyaan : “Apa yang saya
8
Ibid., h.20 Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: 2001) 9
14
kerjakan?”, “Mengapa saya mengerjakan ini?”, “Hal apa yang membantu saya untuk menyelesaikan masalah ini?”10 Metakognitif adalah kesadaran berfikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui dan pengetahuan tentang pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu dan pengetahuan tentang pemahaman pribadi seseorang.11 Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar secara efektif. Metakognitif adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta hasil-hasilnya.12 Menurut Flavel mendefinisikan bahwa metakognitif adalah sebagai kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran suatu masalah, kemampuan mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri.13 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metakognitif adalah suatu kesadaran berfikir tentang apa yang harus dilakukan,dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana caranya untuk belajar, dan mengetahui dan mengetahui strategi terbaik untuk belajar secara efektif. Metakognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang mempunyai metakognitif yang tinggi maka ia akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktifitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri. bagaimana ia memutuskan perhatian, bagaimana ia belajar, bagai
10
mana
ia
menggali
ingatan,
bagaimana
menggunakan
Op.cit., h.96 Eveline Siregar, Teori Belajar Dan Pembelajaran , (Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1,h.10 12 Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), Cet 3, h.168. 13 Jonnasen,Thoward a Design Theory Of Problem Solvinng To Apper In Educational Technologi : Reseach and Depelopment 11
15
pengetahuan yang dimiliki, bagaimana ia berfikir menggunakan konsep, kaidah pengetahuan yang dimiliki, yang merupakan satu perangkat kemahiran yang terorganisasikan dengan baik dalam menghadapi sebuah masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thinking”. 3. Variabel Dalam Metakognitif Menurut John Flavell yang dikutip dalam buku Desmita menyatakan bahwa pengetahuan metakognitif secara umum dapat dibedakan menjadi 3 variabel,yaitu: a. Variabel Individu Variabel individu mencakup pengetahuan tentang person, manusia (diri sendiri juga orang lain), yang mengandung wawasan bahwa manusia, termasuk saya sendiri memiliki keterbatasan dalam jumlah informasi yang dapat diproses. Tidak mungkin semua informasi yang masuk ke pikiran apat diproses. Dalam variabel individu ini tercakup pula pengetahuan bahwa kita lebih paham tentang suatu bidang dan lemah di bidang yang lain (saya lebih menguasai mata pelajaran matematika dibandingkan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam). Demikian juga pengetahuan tentang
perbedaan
kemampuan
anda
dengan
orang
lain
(mengetahui bahwa guru lebih terampil dalam bahasa Arab dibandingkan peserta didik).14 b. Variabel Tugas Variabel tugas mencakup pengetahuan tentang tugas-tugas (task), yang mengandung wawasan bahwa beberapa kondisi sering menyebabkan
kita
lebih
sulit
atau
lebih
mudah
dalam
memecahakan suatu masalah atau menyelesaikan tugas. Misalnya, semakin banyak waktu yang peserta didik untuk memecahkan maslah, semakin baik peserta didik mengerjakannya, sekiranya
14
Desmita , Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.134
16
materi pembelajaran yang disampaikan guru sukar dan tidak akan diulangi lagi, maka saya tentu harus lebih konsentrasi dan mendengarkan keterangan guru secara seksama disaat guru menyampaikan materi didalam kelas. c. Variabel Strategi Variabel strategi mencakup pengetahuan tentang strategi, pengetahuan
tentang
bagaimana
melakukan
sesuatu
atau
bagaimana mengatasi kesulitan. Variabel Strategi ini mengandung wawasan seperti: beberapa langkah kognitif akan menolong sesesorang
menyelesaikan
jumlah
besar
tugas
kognitif
(mengingat,mengkomunikasikan, dan membaca). 4. Komponen Metakognitif Anita Woolfolk dalam
bukunya
mengemukakan
bahwa
metakognisi melibatkan tiga macam pengetahuan, diantaranya : a. Declarative Knowledge Pengetahuan deklaratif tentang diri siswa sebagai pembelajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan ingatan siswa, serta keterampilan, strategi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengerjakan sebuah tugas (tahu apa yang dilakukan). b. Procedural Knowledge Procedural
Knowledege,
yaitu
pengetahuan
tentang
bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajar. c. Conditional Knowledge Conditional Knowledge adalah pengetahuan tentang kapan menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan kapan hal-hal tersebuttidak digunakan, mengapa suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari prosedur-prosedur yang lain. 15 15
Op.cit.,h.135
17
5. Strategi Metakognitif Kunci pendidikan
adalah
membantu
murid
mempelajari
serangkaian strategi yang dapat menghasilkan solusi suatu masalah. pemikir yang baik menggunakan strategi secara rutin untuk memecahkan masalah. Pemikir yang baik juga tahu kapan dan dimana mesti menggunakan strategi.16 Menurut Flavell, strategi pengaturan metakognisi merupakan proses-proses yang berurutan yang digunkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. Prosedur-prosedur ini terdiri dari : a. Tahap Proses Sadar Belajar b. Tahap MerEncanakan Belajar c. Tahap Memantau Belajar d. Tahap Refleksi Mengevaluasi belajar 6. Perkembangan Metakognitif Anak Berkenaan dengan pentingnya metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan cara meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi peserta didik dalam pembelajaran berarti membangun pondasi untuk belajar secara aktif dan optimal. Kemampuan metakognitif anak tidak muncul dengan sendirinya, tetapi memerlukan latihan sehingga menjadi kebiasaan. Suherman menyatakan
bahwa
perkembangan
metakognitif
anak
dapat
diupayakan melalui cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia observasi. Oleh karena itu sangat penting bagi guru atau pendidik (termasuk orangtua) untuk mengembangkan 16
John W Santorck Strategi Belajar, (Jakarta:Rinekha Cipta, 2004), h.20
18
kemampuan
metakognitif
baik
mengembangkan kebiasaan dirumah.
melalui
pembelajaran
ataupun
17
C. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan secara umum dapat diartikan dari dua segi yaitu segi bahasa dan istilah. Dalam bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapatkan awalan “pe” dan akhiran “an” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan member latihan diperlukan adanyaajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran.18 Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering digunakan pada beberapa istilah, antara lain, al-ta’lim, al tarbiyah, dan al-ta’dib. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam menunjuk pengertian pendidikan. Kata ta’lim merupakan masdar dari kata „allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian, atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Penunjukkan kata al-ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT.19
Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (bendabenda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS: AlBaqarah : 31) Kata al-tarbiyah, merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara.20 Sedangkan kata al’ta’dib merupakan masdar dari kata addaba yang dapat diartikan kepada 17
Op.cit.,21 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), cet III, h.10 19 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan,(Jakarta: Gaya Media Pratama,2001), h.85-86 20 Ibid,h.87 18
19
proses
mendidik
yang
lebih
tertuju
pada
pembinaan
penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik.
dan
21
Mengenai pengertian pendidikan menurut istilah disampaikan oleh beberapa tokoh, antara lain : William Mc Gucken, SJ. Yang dikutip Oleh Muzayyin beliau adalah seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat, bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhirnya.22 Anton Moelino, yang dikutip oleh Samsul Nizar beliau mendefinisikan pendidikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan: proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik.23 Dari beberapa pengertian diatas pengertian dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang teratur, sistematis, yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan dan kepribadian anak dengan jalan pembinaan potensipotensi pribadi yang dimilikinya. Baik jasmani maupun rohani. Setelah menguraikan istilah pendidikan secara umum, penulis selanjutnya membahas tentang pengertian pengertian islam dan pendidikan agama islam. Menurut Tayar Yusuf yang dikutip dalam buku Abdul Majid mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan 21 22
IbidI,h.90 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h.14 23
Op.cit,h.92
20
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A.Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam.24 Menurut Zakiah Daradjat (1987:87) pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir apabila tujuannya telah tercapai. Jika tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.25 Pendidikan Islam merupakam proses bimbingan dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim sempurna (insan kamil) yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan Pendidikan Agama Islam, menurut beberapa pendapat para ahli, antara lain : a. Dr. Zakiah Daradjat, dkk, membagi tujuan pendidikan Islam ini dalam 4 (empat) bagian. Yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional. Sebagai tujuan umum pendidikan meliputi sikap, tingkah laku, penampilan kebiasaan,dan pandangan. Tujuan sementara dari pendidikan Islam beliau berpendapat bahwa proses pendidikan itu yang dianggap sebagai 24
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,(Bandung: PT. Remaja Rosdakaya,2004), h.130 25 Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,1996), cet.I, h.72
21
tujuan akhirnya adalah insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhan-Nya. Sedangkan yang menjadi tujuan sementara yang dimaksud oleh Zakiah Daradjat ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal, tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.26 b. Al-Abrasyi menurutnya bahwa pendidikan Islam memiliki 5 (lima) tujuan pokok, antara lain : 1) Sebagai pembentukan akhlak mulia 2) Persiapan untuk kehidupan dunia akhirat 3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatan. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan 4) Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu 5) Mempersiapkan para pelajar untuk suatau profesi terstentu sehingga ia mudah mencari rezeki.27 Demikian beberapa pendapat rumusan tujuan pendidikan Islam, makna dan fungsinya dalam upaya pembentukan kepribadian, pepaduan iman dan amal soleh, yaitu keyakinan adanya kebenaran mutlak yang menjadi satu-satunya tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Tujuan pendidikan agama adalah agar para siswa memiliki akhlak yang tinggi, beriman yang ditunjukkan oleh perilakuperilaku yang terpuji dalam interaksinya dengan manusia dan lingkungannya. 26 27
Ibid, h.18 Ibid, h., 26
22
Pendidikan agama membantu anak didik menjadi insan kamil yaitu ia mempunyai kualitas hubungan yang amat baik, baik kepada Allah SWT, terhadap manusia dan terhadap lingkupnya yang lain. 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama islam adalah berkaitan dengan persoalan-persoalan yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat pendidikan Islam yang ada, baik yang ada dimasa sekarang maupun yang ada dimasa yang akan datang. Dengan kata lain, pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi (cita-cita) Islam sehingga ia dengan mudah dapat membenuk dirinya sesuai dengan ajaran Islam. Artinya ruang lingkup pendidikan Islam telah mengalami perubahan sesuai tuntunan waktu yang berbeda-beda karena sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan ilmu dan teknologi.28 Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Al-Qur‟an dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5. Tarikh dan Kebudayaan Islam Pendidikan
Agama
Islam
menekankan
keseimbangan
keselarasan, dan keserasian antara hubungan mnusia dengan Alllah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.29
28
Djumran Syah & Abdul Malik Karim, Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,2007), cet.I,h.25-26 29 Standar Isi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (SMP), PERMENDIKNAS NO 22 TAHUN 2006
23
4. Kerangka berfikir Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta observasi dan telaah kepustakaan.30 Pendidikan agama islam di sekolah adalah suatu mata pelajaran yang masih dipandang sebelah mata oleh para siswa, padahal mata pelajaran pendidikan agama islam termasuk mata pelajaran
wajib di sekolah,
oleh karena itu diperlukan nya kesadaran dari siswa untuk membuat strategi yang baik dalam mempelajari pendidikan agama islam tersebut. Adapun faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran siswa terbagi menjadi dua yaitu ekternal dan intrnal. Dalam penenilitan ini metakognitif adalah termasuk dalam faktor keberhasilan internal karena metakognitif itu sendiri adalah kesdaran diri sendiri tentang apa yang harus dia lakukan dalam memahami suatu mata pelajaran. Pada penelitian kali ini, penulis akan meneliti bagaimana keadaan metakognitif siswa disekolah dalam mempelajari pendidikan agama islam ini. D. Hasil penelitian yang relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian iniantara lain penelitian yang dilakukan oleh : 1. Ahmad Zaenudin, dengan judul Metakognitif siswa pada pembelajaran pendidikan agama islam melalui metode problem solving. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ketika diterapkannya metakognitif pada mata pelajaran pendidikan agama islam di MA Manartul Islam Jakarta dengan
menggunakan
metode
problem
solving
maka
prose
pembelajaran yang diikuti oleh siswa yang dipandu langsung oleh bapak Rian Afgan S.Pd.I dapat membantu siswa dalam hal : a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar
30
Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis ,(Bandung, Alfabeta,2004), h.13
24
b. Membimbing pembelajaran dalam mengembangkan kebiasaan siswa dalam mengolah sendiri, kebiasaan perfikir positif, kebiasaan berfikir krestif dan kebiasaan untuk bertanya. c. Dari temuan peneliti ditemukan bahwa, sebagian dari siswa dapat diketahu imetakognitifnya dan juga siswa sangat senang, termotivasi disaat proses pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving.31 2. Abdillah, dengan judul efektifitas pembelajaran berbantuan media audio visual melalui metakognitif terhadap pelajaran PAI SMP Al Falah, penelitian tersebut menyatakan bahwa : a. Pembelajaran dengan bantuan media audio visual sangat efektif, ini ditujukkan dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah penulis
tetapkan
dalam
rencana
programpengajaran
atau
mencukupinya waktu yang disediakan untuk proses pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui hasil uji kogitif dan wawancara terhadap siswa. b. Proses metakognitif siswa yang yang belajar melalui media audio visual
dilakukan
dengan
konsentrasi/memokuskan
cara
memotivasi
perhatian.
Mengolah
diri
sendiri, informasi,
mengingat dan memberikan umpan balik, dengan melakukan tahapan-tahapan tersebut maka pengetahuan akan diperoleh oelh siswa yang sedang belajar. c. Siswa yang memiliki kemampuan metakognitif akan lebih mandiri dalam belajar, kreatif, dan mampu mengeksplorasi pengetahuan tanpa batas.32
31
Ahmad Jaenudin, “Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Metode Problem solving “, Skripsi pada FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h.67-68., tidak dipublikasikan. 32 Abdillah, “Efektifitas Pembelajaran Berbantuan Media Audio Visual Melalui Metakognitif Terhadap PelaJaran PAI Di SMP Al-Falah, Skripsi dari FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h.70-71, 2011
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam usaha memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi secara langsung yang akan dilaksanakan di MAN 16 Jakarta yang beralamat di Jalan Jl. Kamal Raya No.3 Tegal Alur Jakarta Barat. B. Latar Penelitian 1. Latar a. Latar Fisik MAN 16 Jakarta berada di tengah-tengah perkampungan penduduk. Lokasi untuk menjangkau sekolahnya pun sangat strategis, dapat dirempuh dengan jalan kaki, naik angkot ataupun dengan naik ojek. Bangunan sekolah merupakan bangunan pemerintah yang berdiri sejak 2009. Dari tahun ketahun selalu bertambah jumlah gedungnya agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar. Terdapat bagian depan gedung sekolah ada sebuah pagar sebagai pintu utama untuk masuk kedalam sekolah. Dibagian depannsekolah terapat satu pos satpam, kemudian tidak jauh dari pos satpam terdapat masjid yang lumayan besar untuk para siswa-siswi MAN 16, juga guru-guru nya. Ada pula 4 kolam ikan ternak hasil budi daya siswasiswi Man 16. Dibagian gedung yang Terdiri dari tiga lantai, lantai terdapat ruang kepala sekolah, ruang guru-guru dan staf TU, lantai kedua gatau, lantai ketiga gatau juga Adapun jumlah kelas secara kesluruhan berjumlah 13 kelas dan berjumlah 636 siswa. b. Latar Sosial Lingkungan sosial yang tercipta di MAN 16 Jakarta ini cukup harmonis dan religious. Hal ini dapat dilihat dengan adanya hubungan baik antara guru dan kepala sekolah. semua menjalankan masingmasing tugasnya dengan sangat baik. Bahkan kepala sekolah sering
25
26
mengontrol dan berbincang-bincang kepada guru-guru dan karyawan sekolah. hal yang sama juga dilakukan kepada para siswa nya suasana yang harmonis dan humoris sungguh sangat jelas terlihat, tidak ada batas kepala sekolah dengan siswa melainkan seperti seorang anak dengan orangtuanya. Kegiatan keagamaan di MAN 16 Jakarta ini sangat baik, karena siswa setiap hari diwajibkan untuk sholat dhuha disekolah di sela-sela istirahat pertama, di istirahat kedua siswa sholat dzuhur berjamaah yang diimami langsung oleh guru, disini sangat terlihat sekali guru menjadi suri tauladan untuk siswa-siswa nya. Sebelum memulai pelajaran siswa dibiasakan untuk tadarus secara berjamaah yang di pimpin oleh siswa, dan yang memimpin tadarus itu diatur secara bergantian setiap harinya. Kemudian kedisiplinan staf pengajar MAN 16 Jakarta patut dibanggakan. Misalnya, ketika siswa terlambat datang ke sekolah dihukum sesuai dengan waktu keterlambatannya, terlambat lima menit hukumannya
membersihkan
halaman
sekolah,
membersihkan
perpustakaan ataupun membersihkan kamar mandi. Begitupun ketika bel sekolah berbunyi maka guru yang satu dengan guru yang lain saling mengingatkan untuk masuk kelas dan segera menjalankan tugasnya. tidak hanya guru tetapi siswa pun ketika bel berbunyi harus segera masuk kedalam kelas, apabila terlambat maka ada hukuman tertentu untuk siswa tersebut. Kedisiplinan di MAN 16 Jakarta ini juga sangat terlihat pada kedisiplinan dan kelengkaoan alat sekolah. Siswa tidak diisinkan membawa handpone, seragam sekolah diwajibkan memakai baju yang rapih. Seluruh siswa diwajibkan memakai seragam dari sekolah, begitupun dengan jilbab sekolah untuk perempuan sudah disediakan oleh sekolah agar seluruh siswa menjadi selaras. Untuk siswa laki-laki diwajibkan memakai dasi begitupun dengan tujuan yang sama agar terlihat rapih dan selaras.
27
c. Entri Peneliti masuk pertama kalinya saat observasi awal yakni di bulan November 2014. Kepala Sekolah MAN 16 Jakarta sangat menyambut dengan senang hati atas kehadiran peneliti. Guru-guru serta staf-staf yang lain pun memperlihatkan sikap yang sangat ramah dan membantu peneliti dalam proses penelitian, sehingga sangat mempermudah dalam proses penelitian untuk mengenal lebih dalam siswa dan kemudahan dalam memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian. C. Metode Penelitian Didalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian dengan metode kualitatif, dan pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan tentang suatu variabel gejala atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.1 Adapun menurut. E Kristi Poerwandari menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu.2 Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J Moloeng mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 3 Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya
melalui
pengumpulan
data.
Riset
ini
tidsk
mengutamakan besar populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas.4Adapun penulisan skripsi ini, penulis mengacu kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.10,
h.234 2
E. Kristi Poerwanari, Pendkatan kualitatif dalam penelitian psikologi, (Jakarta: LP3ES, 1998), Cet.1,h.102 3 Lexy J.Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2000), h.3 4 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), h.56
28
oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.
Tahap Pra Lapangan Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah membaca situasi sekolah, kondisi yang terjadi saat ini disekolah untuk pengamatan
awal
adalah,
sebagian
siswa
dalam
proses
pembelajaran dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta menunjukkan prestasi yang baik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
meneliti
tentang
metakognitif
dalam
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Dengan difokuskan pada proses pembelajaran siswa didalam kelas, dan persiapan siswa dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Aapun beberapa tahapan yang peneliti lakukan dalam hal ini adalah : a. Menyusun Rencana Penelitian Rencana penelitian yang akan dilakukan peneliti lakukan sesuai dengan apa yang telah di tulis dalam bab I (penahuluan) yakni Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 16 Jakarta. Adapun fokus penelitian ini adalah bagaimana keadaan metakognitif siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam, pada pemahaman materi fakta, konsep dan prosedur dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Memilih Lapangan Penelitian Lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah MAN 16 Jakarta, peneliti memilih lokasi ini, karena lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau. Selain itu sekolah ini merupakan salah satu sekolah unggulan di Jakarta, agar memperoleh data-data dan hasil penelitian yang baik.
29
c. Mengurus Perizinan Penelitian Sebelum peneliti melakukan penelitian di MAN 16 ini, peneliti
terlebih
dahulu
meminta
izin
kepada
dosen
pembimbing, setelah itu peneliti membuat surat izin penelitian, setelah surat izin penelitian disetujui oleh Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian peneliti membawa dan menyerahkan surat tersebut kepada pihak MAN 16 Jakarta barat. 2.
Tahap Lapangan a. Memahami Latar Lapangan dan Pemahaman Diri Peneliti harus mulai memahami situasi dan kondisi di MAN 16 Jakarta dan menyiapkan diri sepanuhnya. Penampilan fisik yang baik serta berprilaku yang menyesuaikan dengan norma-norma, niilai-nilai, kebiasaan serta adat istiadat yang ada di MAN 16 Jakarta ini. b. Memasuki Lapangan Ketika peneliti sudah berada dilapangan, peneliti berupaya untuk membentuk hubungan yang akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi, dan apabila hubungan tersebut sudah tercipta dengan baik, maka diharapkan informasi yang diperoleh akurat. c. Berperan Serta Mengumpulkan Data Peneliti ikut serta dalam dalam penelitian ini sebagai bagian dari penelitian. Dalam hal ini peneliti turut serta membantu guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar.di dalam kelas. Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti melaksanakan pengumpulan data dengan dengan menerapkan teknik pengamatan secara langsung, wawancara, dan lain-lain dengan menggunakan alat bantu seperti Handphone
30
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah, oleh karena itu, pengumpulan data mutlak diperlukan dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini meliputi : 1. Observasi Observasi merupakan salah satu pengumpulan data penelitian yang memiliki peranan cukup banyak dalam menemukan masalahmasalah yang ingin diperoleh di lokasi penelitian. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam
fenomena tersebut.5 Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung, pengamatan yang berstruktur, dan berperan serta secara lengkap. Pengamatan langsung adalah cara mengumpulkan data yangdilakukan melalui pengamatan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa keadaan atau situasi terjadi. Pengamatan yang berstruktur adalah pengamatan yang dilakukan peneliti dimana peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktifitas yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian.6 2. Wawancara Wawancara aalah saah satu teknik penelitian dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.7 Dan tatap muka antara penelitian (interviwer) dengan yang diteliti (interviewe). wawancara ini dilakukan kepada pihak-pihak yang ada kaitannya dengan penelitian skripsi ini.Adapun 5
Op.cit,h.62 Moh Nazir, Metode Penelitian , (Jakarta: GhaliaIndonesia, 1983), h.219 7 Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar , Metodologi penelitian sosial,h.55 6
31
wawancara dengan siswa, dilakukan pada siswa dan siswi kelas XI IPA yang berjumlah 38 siswa, terdiri ari 11 siswa laki-laki, dan 27 siswi perempuan. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu bahan tertulis atau terfilemkan yang dijadikan sebagai data dalam suatu penelitian. Dokumentasi dapat berupa rekaman, gambar, arsip, dan lain-lain.8 data tersebut dapat dijadikan sebagai penunjang dan pelengkap data yang dihasilkan dalam penelitian. Dokumentasi yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa foto-foto, rekaman dan hasil transkip wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada objek-objek penelitian yang terkait dengan penelitian ini E. Pengecekan Keabsahan Data 1. Kredibilitas (Credibility) Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan ari responden sebagai informan.9 Dalam hal ini ada beberapa cara yang dilakukan, diantaranya adalah : a. Perpanjangan Keikutsertaan Perpanjangan keikutsertaan adalah lamanya keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. dengan perpanjangan pengamatan ini diharapkan agar hubungan peneliti dengan nara sumber akrab, tidak ada jarak lagi, terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan lagi.10 Apabila telah 8
A. Chaedar Alwashilah , Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya,2011), h.111. 9 Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung: Trsito,1988), h.126 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 1988), h. 369
32
terbentuk dan terjalin keakraban hubungan ini, maka kehadiran peneliti tidak akan dianggap mengganggu lagi tehadap tempat penelitiannya. Dalam rangka memperoleh hubungan keakraban ini, peneliti ikut serta dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan penelitian ini. Keikutsertaan peneliti terhadap pengamatan ini mulai dari 14 November 2014 sampai dengan 16 Desember 2014. b. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.11 Dengan kata lain bahwa ketekunan pengamatan adalah melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.12 Dalam ha ini, peneliti berusaha mempelajari dan menelaah setiap data yang diperoleh secara rinci dan teliti, sehingga bisa fokus pada suatu titik permasalahan. Dalam rangka meningkatkan ketekunan pengamatan maka peneliti membaca referensi maupun hasil-hasil penelitian ataupun dokumentasi-dokumtasi yang terkait dengan temuan penelitian. c. Triangulasi Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi
yang
paling
banyak
digunakan
ialah
pemeriksaan menggunakan sumber lainnya.13 Pada penelitian ini, penulis membandingkan data yang di peroleh dari observasi dengan hasil wawancara beberapa siswa dan guru dalam rangka 11
Lexy. J Moleong, op. cit , h.177 Sugiyono. op.cit, h.124 13 ibid, h.334 12
33
membantu peneliti dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang di peroleh. Melalui pengecekan tersebut ternyata data yang diperoleh penulis terdapat banyak persamaan dengan pernyataan beberapa sumber yang diwawancarai. d. Diskusi Teman Sejawat Dalam hal ini peneliti melakukan diskusi analitik dengan beberapa teman sejawat diantaranya, Eva Faujiyah, Nurfauziah, Fitri handayani, Widya Rafika, Deby Utami Rizki, Fadli Mart Gultom S.Pd.I, dan teman-teman kelas A angakatan 2010 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, mengenai hal-hal yang terkait dengan metode penelitian, metode penelitian apa yang tepat dalam penelitian ini, instrumen wawancara dan lain-lain. Dengan melakukan sebuah diskusi yang sering dilakukan oleh peneliti ini, diharapkan peneliti bisa bersikap terbuka dalam mengungkapkan peristiwa yang terjadi, mampu bersikap jujur dan lapang dada dalam menerima kritik dan saran dari teman-teman sejawat. e. Kecukupan Referensi Kecukupan referensi disini artinya adanya data pendukung untuk membuktikan dat yang telah ditemukan dilapangan. Sebagai contoh, hasil wawancara perlu didukung dengan rekaman hasil wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto.14 Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan alat-alat bantu perekam data melalui Handphone, Camera SLR untuk kualitas hasil foto prnrlitian yang baik, penggunaan alat bantu ini juga bertujuan untuk mendukung kredibilitas data yang ditemukan di lapangan.
14
ibid, h.375
34
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian data kualitatif Bodgan dan Biklen yang dikutip dalam buku Sugiyono menjelaskan bahwa teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperolah melalui hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.15 Sedangkan Lexy J Moleong menjelaskan bahwa teknik analisis data adalah proses mengorganisaikan dan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pekerjaan analisis data adalah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan,
memberikan
kode
dan
mengatagorikannya. Pengorganisasian dan pemgolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansif.16 Dengan demikian, analisis data disini adalah proses pemberian makna kepada data yang diperoleh dari lapangan dengan melakukan pengaturan, pengelompokkan, mengurutkan dan sebagainya sehingga data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan diharapkan dapat menghasilkan teori baru. Setelah proses pengumpulan data (Observasi, Wawancara dan Dokumentasi), dilakukan pengkodingan dan dikelompokan. Dalam penelitian kualitatif data coding atau pengodean data memegang peranan penting dalam proses analisis data, dan menentukan kualitas abstraksi data hasil penelitian.Salah seorang sosiolog bernama Anselm Strauss
pernah
mengatakan
demikian
“Setiap
peneliti
yang
berkeinginan untuk menjadi mahir dalam melakukan analisis kualitatif,
15 16
Sugiyono.Op.cit.334 Lexi.J.Moloeng, op.cit, h.3
35
harus belajar mengodekan data dengan baik dan mudah. Keunggulan penelitian sebagian besar terletak pada keunggulan pengodean data”.17 Akan tetapi, dalam berbagai literatur mengenai penelitian kualitatif di indonesia, tidak banyak orang yang membicarakan tata cara atau teknik-teknik dalam pengodean, meskipun pengodean merupakan hal yang penting dalam proses analisis.18 Karenanya langkah
penting
pertama
sebelum
analisis
dilakukan
adalah
membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.19 Penulis melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
Pertama,
data
pendukung
dan
data
utama
ditranskripkan. Kemudian, transkip yang diperoleh dari hasil wawancara diseleksi dan diserahkan dengan menggunakan kategorisasi atau pengkodingan agar mempermudah proses pengklasifikasian. Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan, diterjemahkan dan dianalisa dan memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian. G. Deskripsi Data 1. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.20 Data dalam penelitian kualitatif bukanlah berbentuk berdasarkan tabel angkaangka atas hasil pengukuran atau penilaian secara langsung yang mana dianalisis secara statistik. Data kualitatif adalah data yang berupa 17
http://josephrdaniel.wordpress.com/2013/08/16/coding-sebuah-prosespenting-dalam-penelitian-kualitatif/ 18 Ibid. 19 E. Kristi Poerwanari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3ES, 1998), Cet.1,h.102 20 A.Chaedar Al washilah, Pokoknya Penelitian Kualitatif ,(Jakarta:Pustaka Jaya, 2011), h.105
36
informasi kenyataan yang terjadi di lapangan, Dan Menurut Lexy J. Moleong menyebutksn bahwa, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan sedangkan data tertulis, foto, rekaman, dan statistik adalah data tambahan.21 a. Data Utama Data utama berupa kata-kata yang diperoleh peneliti mulai dari wawancara dan data yang diperoleh melalui observasi. Langkah pertama peneliti melakukan wawancara dilaksanakan dengan pihak yang terkait, yaitu
semua warga sekolah di MAN 16 Jakarta,
diantaranya siswa dan siswi kelas XI IPA I
Dalam memilih dan
memanfatkan sumber informasi yang akan diperoleh dari seorang informan, perlu ditentukan bahwa seorang informan adalah orangorang yang mengetahui tentang situasi dan kondisi daerah atau lingkungan penelitian, jujur, terbuka, dan mau memberikan data yang benar dan akurat. Langkah kedua, Observasi atau pengamatan secara langsung. Data yang dikumpulkan yaitu data mengenai Metakognitif Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 16 Jakarta. b. Data Tambahan Data tambahan yakni berupa sumber tertulis dan dokumentasi. Sumber tertulis ini berupa data-data yang diperoleh dari MAN 16 Jakarta. Seperti format program tahunan, profil sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana yang ada di MAN 16 Jakarta. Sedangkan dokumentasi seperti foto-foto, dan rekaman untuk penunjang data-data yang diperoleh dari MAN 16 Jakarta agar diterima keabsahannya. 2. Gambaran Subjek a. Karakteristik Berikut adalah tabel yang dapat menggambarkan karakteristik umum dari seluruh subjek penelitian ini. 21
Lexi J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), h.110
37
Tabel 3.1 No 1. 2. 3. 4.
Nama
Jenis Kelamin
Andhika Yuda Pratama
L
Muhammad Ibathul Azizi
L
Dwi Lestari
P
Ulfa Suci Rahayu
P
Kelas XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1 XI IPA 1
b. Gambaran Diri Subjek Adapun siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang secara sukarela yang mempunyai keinginan sendiri untuk membantu peneliti didalam penelitian ini. Siswa-siswa yang diambil bervariasi dari latar belakang yang berbeda-beda. Subjek yang pertama ia beralamat di daerah Tegal Alur Jakarta Barat dan mempunyai seorang bapak yang bekerja di sebuah kantor keagamaan, dan mempunyai seorang ibu yang berprofesi seorang guru sekolah dasar di daerah Tegal Alur. Informan ini adalah anak pertama dari dua bersaudara, selain menuntut ilmu di MAN 16 ini ia juga aktif dakam kegiatan OSIS dan ekstrakulikuler bidang olahraga yaitu tenis meja.22 Selanjutnya informan yang menjadi subjek kedua adalah informan yang bertempat tinggal didaerah Kosambi Jakarta Barat. Ia mempunyai seorang bapak yang bekerja sebagai wirausahawan dan mempunyai seorang ibu sebagai ibu rumah tangga. Informan aalah anak ketiga dari empat bersaudara. Ia tidak terlalu aktif dalam kegiatan osis karena bukan salah satu anggota osis, akan tetapi ia sangat aktif didalam ekstrakulikuler rohis. Dan ia juga pernah menjadi juara pertama lomba
22
Hasil Wawancara dengan Informan 1 (Andhika), siswa kelas XI IPA I MAN 16 Jakarta, Pada Hari Senin tanggal 24 November 2014.
38
MTQ se-jakarta barat, sungguh prestasi yang luar biasa. Selain belajar ilmu agama di MAN 16 ini, ia juga rajin mengaji dirumahnya. Setiap malam ia rutin mengaji bersama teman disekitar rumahnya, bahkan apabila ada hal yang kurang ia pahami sekitar pelajaran agama, ia selalu menanyakan kembali kepada guru mengajinya tersebut.23 Adapun informan selanjutnya yang beralamat di Prepedan Dalam Jakarta Barat, ia anak kedua dari dua bersaudara. informan mempunyai bapak seorang yang bekerja di kantor dan mempunyai ibu seorang ibu rumah tangga. Ia tidak aktif dalam kegiatan OSIS dan tidak aktif pula dalam kegiatan ekstrakulikuler. Informan termasuk siswa yang pandai bergaul, bahkan dengan peneliti pun ia sangat akrab sekali seperti sudah kenal lama. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Menurutnya mengikuti ekstrakulikuler itu harus dari hati, karena ia tidak mempunyai keimginan jadi ia tidak mengikuti ekstrakulikuler tersebut, ia hanya mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, menurutnya belajar dengan sebaik mungkin itu sudah lebih dari cukup. Informan selanjutnya beralamat di Jl Rawa Melati Jakarta Barat, dan juga pernah mengikuti kegiatan OSIS, dan selain belajar agama di sekolah ia juga aktif mengikuti pengajian di rumah, bahkan ia sudah belajar menjadi pendidik di pengajian tersebut, ia dipercaya untuk mengajar anak-anak kecil. Informan adalah anak tunggal dan mempunyai ayah seorang Guru mengaji dan bekerja sebagai penghulu dan mempunyai ibu seorang Guru ngaji pula, beliau memimpin salah satu pengajian ibu-ibu dirumahnya. Dari rumah ke sekolah ia naik angkot kira-kira 200 meter ke sekolah, tak jarang ia jalan kaki karena aerah sekitar sekolah sering sekali macet. ia salah satu siswa yang aktif dalam kegiatan OSIS dan aktif dalam ekstrakulikuler rohis khususya dalam bidang MTQ dan Marawis, menurutnya kedua ekskul tersebut itu adalah hobinya, jadi ia mengikuti ekstrakulikuler tersebut sangat 23
Hasil Wawancara dengan Informan 2 ( Ibhatul), Siswa kelas XI IPA MAN 16 Jakarta, Pada Hari Senin tanggal 24 November 2014.
39
bersemangat, bahkan ia mempraktikannya dirumah kepada anak-anak pengajiannya dirumah24.
24
Hasil Wawancara dengan Informan 4 (Dwi), siswa kelas XI IPA I MAN 16 Jakarta, Pada hari Senin tanggal 24 November 2014.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. MAN 16 Jakarta 1. Sejarah Berdirinya Sesuai dengan namanya Marasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta adalah lembaga pendidikan formal setingkat SLTA yang berciri khas islam. Lembaga ini telah berdiri sejak tahun 2006 yang beralamat di Jl. Kamal Raya No.3 Tegal Alur Kalideres Jakarta barat yang berhadapan langsung dengan Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jakarta Barat. Sebelumnya Marasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta kelas jauh (Kampus B) dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 12 Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama No.49 Tahun 2009 Tanggal 06 Maret 2009, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta berdiri secara mandiri. Pada tanggal 10 November 2009, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 16 Jakarta memperoleh akreditasi A dari badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Provinsi DKI Jakarta. Di MAN 16 Jakarta ini sama dengan SMA yang lain mempelajari banyak ilmu pengetahuan umum, akan tetapi disini menambahkan mata pelajaran-pelajaran Agama Islam yang tidak diajarkan secara lebih mendalam di SMA pada umumnya. Di MAN 16 Jakarta menyelenggarakan pembelajaran dengan Sisrem Kredit Smester (SKS) dan juga menerapkan model mooving class. MAN 16 Jakarta ini didirikan sebagai suatu wujud serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik dibidang IPTEK maupun IMTAQ. Para siswa dibekali keterampilan melalui adanya penyaluran minat dan bakat sebagai bekal dimasa mendatang dalam rangka era globalisasi MAN 16 Jakarta alternatif
menjadi
yang memiliki pengalaman penting dalam pendidikan,
pembentukan watak, kepribadian dan kualitas bangsa yang akan datang. Disini siswa-siswinya dipersiapkan mental dan spiritualnya ke arah yang lebih positif dengan penekanan keagamaan yang baik, agar mereka dapat menyeimbangkan antara kehidupan duniawi dan yang tak kalah
40
41
pentingnya
kehidupan
ukhrawi
nanti.
Semoga
dengan
adanya
keseimbangan keilmuan ini mereka lebih dapat terkontrol dan mandiri.1 2. Identitas Sekolah Tabel 4.1 No
Identitas Madrasah
1
Nama Madrasah
MA Negeri 16 Tegal Alur
2
NPSN
60725012
3
Nomor Statistik Madrasah
131 131 730 004
4
Alamat Madrasah
Jalan Kamal Raya No.03
5
Kelurahan
Tegal Alur
6
Kecamatan
Kalideres
7
Kota
Jakarta Barat
8
Provinsi
DKI Jakarta
9
Telepon/Fax
021-55963525
10
Email
[email protected]
11
Tahun Bersdiri
2009
12
Luas Tanah
7.851 m2
13
Luas Bangunan
780 m2
14
Luas Halaman
7.071 m2
3. Visi Dan Misi MAN 16 Jakarta a. Visi Terwujudnya lulusan yang religius, mandiri dan kompetitif. b. Misi 1) Mnumbuhkembangkan kebiasaan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. 2) Meningkatkan motivasi belajar dalam berbagai kondisi yang dihadapi.
1
Hasil Observasi langsung tanggal 17 November 2014 pada pukul 09:48
42
3) Melaksanakan pelayanan dan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga peserta didik apat berkembang secara optimal. 4) Menumbuhkan semangat bersaing secara sehat kepada seluruh warga madrasah, baik dalam kehidupan akademik maupun non akademik.2 4. Keadaan Siswa, Guru dan Staf a. Keadaan Personil Dalam melaksanakan visi dan misinya, Madrasah Aliyah Negeri 16 Jakarta dipimpin oleh Kepala Madrasah dan dibantu oleh 3 (tiga) orang Wakil Kepala Madrasah. 1) Kepala Madrasah Nama
: Samsurial, S.Pd
Tempat, Tgl. Lahir
: Padang, 13 Januari 1972
NIP
: 197201132000121001
Pangkat/Golongan
: Pembina ( IV a )
Pendidikan Terakhir
: S1 UNJ, Tahun 2000.
2) Wakil Kepala Madrasah a) Bidang Kurikulum Nama
: Aceng Solihin, MA
NIP
: 197909202005011010
Pangkat/Golongan
: Penata ( III c )
Pendidikan Terakhir
: S2 UIN Jakarta, Tahun 2008.
b) Bidang Kesiswaan Nama
: Drs. Kandi Yunus, M.Pd
NIP
: 196703041998031003
Pangkat/Golongan
: Pembina ( IV b )
Pendidikan Terakhir
: S2 UHAMKA, Tahun 2008.
c) Bidang Humas, Sarana dan Prasarana Nama 2
: Wido Prayoga, S.Pd
Hasil Observasi Langsung tanggal 24 November 2014 pukul 10.10
43
NIP
: 198004162005011005
Pangkat/Golongan
: Penata ( III c )
Pendidikan Terakhir
: S1 UNS, Tahun 2003.3
3. Pendidik Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 ini, Madrasah Aliyah Negeri 16 Jakarta memiliki 32 orang pendidik, 11 orang PNS dan 21 orang Honorer. Adapun datanya sebagai berikut : Tabel 4.2 No
Nama
Pendidikan
Status
Mengajar
Terakhir 1
Samsurial, S.Pd
S1
PNS
Fisika
2
Drs. Kandi Yunus,
S2
PNS
Pkn
M.Pd 3
Dra. Umi Hani
S1
PNS
Fikih
4
Aceng Solihin, MA
S2
PNS
Bahasa Arab
5
Wido Prayoga,
S1
PNS
Sejarah
S.Pd 6
Idris, M.Pd
S2
PNS
Ekonomi
7
Titik Munti’ah R,
S2
PNS
Fisika
S2
PNS
Seni dan
M.Pfis 8
Sri Wahyuni M,MM
3
Budaya
9
Nony Priany, S.Pd
S1
PNS
Matematika
10
Yeyet Rustini, S.Pd
S1
PNS
Kimia
11
Ibakhta Padlan, S.E
S1
PNS
Ekonomi
12
Sayudi, S.Pd.I
S1
Honorer Akidah Akhlak
13
Widiastuti, S.Pd
S1
Honorer
Matematika
14
Suryanto, S.Pd
S1
Honorer
Penjaskes
15
Siti Marwiyah,
S1
Honorer
Biologi
Arsip Tata Usaha MAN 16 Jakarta
44
S.Pd 16
Dra. Endang
S1
Honorer
Suhartini 17
Ahmad Nasrullah,
Bahasa Indonesia
S1
Honorer
Bahasa Inggris
S1
Honorer
Geografi
S1
Honorer
Bahasa Jepang
S1
Honorer
Bahasa
S.Pd 18
Intan Nurul Imamah, S.Pd
19
Corina Rosalina, S.Pd
20
Ana Dwi Kuntowati, S.Pd
Indonesia
21
Musayyib, S.Pd.I
S1
Honorer
Hadits
22
Masyitoh, S.Pd
S1
Honorer
BK
23
Akhmad Sigit
S1
Honorer
Bahasa Arab
S1
Honorer
Al-Qur’an
Ilhami, S.Pd.I 24
Mauwah, S.Ag
Hadits 25
Fathurrahman, S.S
S1
Honorer
Tafsir
26
Ahwan Yanuar R,
S1
Honorer
Fikih
S1
Honorer
Biologi
S1
Honorer
Pkn
S1
Honorer
Sosiologi
S1
Honorer
Bahasa
S.Pd.I 27
Nurman Arifin, S.Pd
28
Ahmad Sobari, S.Pd
29
Dede Kurniasih, S.Pd
30
Ika Wirna, S.Pd
Indonesia 31
Indah Wijayanti, S.Pd
S1
Honorer
TIK
45
32
Nur Mashlihah, S.P
S1
Honorer
Bahasa Inggris
4. Tenaga Kependidikan Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 ini, Madrasah Aliyah Negeri 16 Jakarta memiliki 15 orang tenaga kependidikan, 5 orang PNS dan 10 orang Honorer4. Adapun datanya sebagai berikut : Tabel 4.3 No 1
Pendidikan
Nama
Terakhir
Hj. Nurhalidah, S.Ag
2
PNS
Usaha
S1
PNS
Bendahara
S1
PNS
Staf
4
Idha Farida
SMA
PNS
Staf
5
Ismail, S.IP
S1
PNS
Staf
6
Iwan Munawar, S1
Honorer
Staf
Romdoni, S.Pd
S1
Honorer
Staf
Sri Hadi, S.Pd
S1
Honorer
Staf
S.Pd 7
8
4
S1
Saefudin, S.Pd.I
Jabatan
Kepala Tata
R. Siti Nurul Sa'adah, S.Ag
3
Status
Ibid.
Ahmad
R.
46
No 9
Nama
Pendidikan Terakhir
Jaji Jamjuri
Cleaning SMA
10
Honorer
Cleaning
Siti Ngatiroh
12
Nasrul Mu’minin
SMA
Honorer
Service
SD
Honorer
Pramusaji
SD
Honorer
Tukang Kebun
Kusen
Cleaning SD
14
15
Service
Usman
11
13
Jabatan
Status
Honorer
Service
Rusno
Cleaning
Rina
SD
Honorer
Service
SMK
Honorer
Pramusaji
d) Keadaan Siswa Tabel 4.4 No
Kelas
1
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
X MIA 1
10
30
40
2
X MIA 2
10
16
26
3
IIS 1
17
23
40
4
IIS 2
16
24
40
5
IIS 3
16
24
40
47
6
IIK 1 Total
22
18
40
91
135
226
Tabel 4.5 No
Kelas
1
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
XI IPA 1
11
27
38
2
XI IPA 2
11
27
38
3
XI IPS 1
18
16
34
4
XI IPS 2
20
14
34
5
XI IPS 3
19
17
36
6
XI IPS 4
19
17
36
7
XI AG 1
13
23
36
111
141
252
Total
Tabel 4.6 No
Kelas
1
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
X
91
235
226
2
XI
111
141
252
3
XII
63
95
158
Subtotal
265
371
636
e) Keadaan Orang Tua/ Wali Peserta Didik Tabel 4.7 No
Pendidikan
1 2
Kelas
Jumlah
%
3
38
7,9
16
213
44,4
X
XI
XII
S2
20
15
S1
111
85
48
3
Diploma
40
20
9
69
14,4
4
SMA/MA
70
30
14
11
23,7
5
SMP/MTS
18
6
5
29
6,0
6
SD/MI
10
5
2
17
3,6
0
0
0
0
0,0
269
161
50
480
100
7
Tidak Tamat Sekolah Jumlah
5. Kerjasama Dengan Pihak Luar Untuk mewujudkan tujuan-tujuan madrasah, seperti yang tersirat dalam visi dan misi, terutama dalam bidang akademik, MAN 16 Jakarta menjalin kerja sama dengan Balai Latihan Kerja Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam wujud pembelajaran/pelatihan/kursus keterampilan yang menunjang untuk hidup bermasyarakat atau dunia kerja. Di samping itu, MAN 16 Jakarta juga bekerja sama dengan PRIMAGAMA dalam bentuk Bimbingan Belajar Intensif, khusus untuk kelas XII yang akan menghadapi Ujian Nasional, pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional. 6. Prestasi Yang Diraih Madrasah 1. Prestasi Akademik a. Tahun Pelajaran 2009/2010 1) Lulus UN 100%. b. Tahun 2010/2011 1) Lulus UN 100%. c. Tahun 2011/2012 1) Lulus UN 100%. 2) Juara III OSM Mata Pelajaran TIK tingkat Propinsi DKI Tahun 2012. 3) Juara Harapan I OSM Mata Pelajaran Astronomi Tingkat DKI Tahun 2012.
49
4) Juara Harapan II OSM Mata Pelajaran Astronomi Tingkat DKI Tahun 2012. d. Tahun 2012/2013 1) Lulus UN 100%. e. Tahun 2013/2014 1) Lulus UN 100%. 2. Prestasi Non Akademik a. Tahun Pelajaran 2009/2010 1) Juara I MTQ Tingkat SMA Se-Jakarta Barat, dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, Penyelenggara SMAN 33. 2) Juara I PBB Tingkat MA se-Provinsi Jakarta, dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara Kanwil Kemenag DKI Jakarta & DKM Istiqlal. 3) Juara I Memasak Selera Nusantara Tingkat MA se-Provinsi Jakarta, dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara Kanwil Kemenag DKI Jakarta & DKM Istiqlal. 4) Juara II MTQ Putri Tingkat MA se-Provinsi Jakarta, Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara Kanwil Kemenag DKI Jakarta & DKM Istiqlal. 5) Juara Harapan I MTQ Tingkat Pelajar MA Kota Jakarta Barat,
dalam
rangka
Hari
Amal
Bakti
Kemenag,
Penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat. 6) Juara Harapan II Gerak Jalan Putra Tingkat Pelajar MA Kota Jakarta Barat, dalam rangka Hari Amal Bakti Kemenag, Penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat. 7) Juara Harapan II Marawis Tingkat Pelajar MA Kota Jakarta Barat, dalam rangka Hari Amal Bakti Kemenag, Penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat.
50
b. Tahun Pelajaran 2010/2011 1) Juara I MTQ Tingkat Provinsi DKI Jakarta, dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta dan DKM Istiqlaal. 2) Juara I Masak Selera Nusantara Tingkat Provinsi DKI Jakarta, dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta dan DKM Istiqlaal. 3) Juara I PBB Tingkat Provinsi DKI Jakarta, dalam rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Penyelenggara Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta dan DKM Istiqlaal. 4) Juara I MTQ Tingkat SMA Jakarta Barat, dalam rangka Peringatan Hardiknas, penyelenggara SMA 33 Jakarta. 5) Juara Harapan I MTQ Tingkat Kota Jakarta Barat, dalam rangka
peringatan
HAB
Kementerian
Agama,
penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat. 6) Juara Harapan I Marawis Tingkat Kota Jakarta Barat, dalam rangka
peringatan
HAB
Kementerian
Agama,
penyelenggara Kankemenag Kota Jakarta Barat. 7) Juara Harapan II Gerak Jalan Tingkat Nasional, dalam rangka
peringatan
HAB
Kementerian
Agama,
penyelenggara Kementerian Agama Pusat. c. Tahun Pelajaran 2011/2012 1) Juara I MTQ Tingkat SMA se Jakarta Barat di SMAN 33 Tahun 2012. 2) Juara II MTQ Tingkat SMA se Jakarta Barat – Tangerang di Pesantren Al-Falah 33 Tahun 2012.Juara III MTQ Tingkat SMA se Jakarta Barat – Tangerang di Pesantren Al-Falah 33 Tahun 2012. 3) Juara Harapan II Lomba Kreasi Seni Tari Daerah se Prov. DKI Jakarta dalam Rangka hari Musium se-Dunia 2012.
51
d. Tahun Pelajaran 2012/2013 1) Juara I Lari 400 M Putra AKSIOMA Tingkat MA Se-DKI Jakarta, Tahun 2013. 2) Juara I Tenis Meja Putra AKSIOMA Tingkat MA Se-DKI Jakarta, Tahun 2013. 3) Juara I Tenis Meja Putri AKSIOMA Tingkat MA Se-DKI Jakarta, Tahun 2013. 4) Juara II Lari 400 M Putri AKSIOMA Tingkat MA Se-DKI Jakarta, Tahun 2013. 7. Sarana dan Prasarana Sampai saat ini (Tahun Pelajaran 2013/2014) Madrasah Aliyah Negeri 16 Jakarta memiliki sarana dan pra sarana yang sangat beragam.5 Adapun sarana dan Prasarana tersebut sebagai berikiut : Tabel 4.8
5
NO
Nama Ruang
Jumlah
1
Gedung
3 Unit
2
Ruang Kelas
14 Lokal
3
Ruang Multimedia
1 Lokal
4
Perpustakaan
1 Lokal
5
Masjid
1 Lokal
6
Labolatorium
1 Unit
7
Lapangan
3 Ruang
8
Sarana Olahraga
3 Buah
9
WC
10 Jenis
10
Ruang Kepala
9 Buah
11
Ruang TU
1 Ruang
12
Ruang Guru
1 Ruang
13
Ruang BK
1 Ruang
14
Jaringan Internet
21 Unit
Hasil Observasi Langsung Pada Tanggal 25 November 2014
52
15
Kantin
2 Unit
16
Koperasi
1 Ruang
17
Dapur
1 Ruang
B. Pembahasan Ada beberapa hasil penelitian yang penting untuk dibahas lebih lanjut. Dalam pembahasan ini, hail penelitian akan dibahas dengan menganalisis data berdasarkan kajian pustaka yang telah ada. Pembahasan tersebut sebagai berikut : 1. Suasana Proses Pembelajaran PAI Siswa MAN 16 Jakarta Disekolah ini hubungan antara guru dengan murid tidak ada batas, sangat terlihat sekali ketika seorang siswa yang sedang belajar khususnya belajar PAI sangat terlihat nyaman, bahkan menurut mereka guru tersebut adalah guru favorit mereka. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa mata pelajaran PAI di Madrasah Aliyah itu dibagi kedalam beberapa bagian, diantaranya : Fiqih, Akidah Akhlak, AlQur’an, Tafsir Hadits, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Akan tetapi saat peneliti meneliti di kelas XI IPA I kebetulan pelajaran PAI kali ini diajarkan oleh Bapak Sayudi dan beliau mengajar materi Akidah Akhlak. Sebelum memulai pembelajaran siswa diwajibkan untuk membaca ayat-ayat al-qur’an secara bersamaan (tadarus), itu sudah menjadi rutinitas yang wajib dilakukan oleh semua warga sekolah, baik itu guru maupun siswanya. Setiap hari siswa secara bergantian memimpin membaca al-qur’an menggunakan microphone yang berada dikantor tata usaha, sehingga semua membaca al-qur’an secara bersamaan. Setelah itu guru memberikan motivasi terhadap siswa, membuat siswa bersemangat
untuk
mengikuti
proses
pembelajaran.
Proses
pembelajaran berlangsung sangat baik, Guru membuat suasana kelas sangat nyaman, dan siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran akidah akhlak tersebut. Pembelajaran Akidah Akhlak kali ini
53
membahas tentang adab bertamu, diawal pelajaran Guru memberikan umpan kepada para siswanya, ia menanyakan kepada siswanya terkait dengan materi adab-adab bertamu, cara menjadi tamu dan menerima tamu, kemudian beliau menjelaskan materi tersebut, kemudian beliau menugaskan siswa-siswinya untuk membuat sebuah drama sederhana mengeni materi bertamu tersebut. Selanjutnya Guru membuat 4 kelompok, kelompok tersebut dipilih secara acak, sehingga semua dapat berbaur satu sama lain. Untuk mengefisiensikan waktu Guru memberikan waktu kepada siswanya selama 30 menit untuk membuat sebuah drama yang sederhana mengenai adab bertamu tersebut. Siswa terlihat sangat aktif sekali, akan tetapi tidak dapat dipungkiri ada pula siswa yang hanya menguntungkan siswa yang lain. ketika peneliti perhatikan, ia hanya duduk santai, sedangkan yang lain sibuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya secara berkelompok. Selama siswa mengerjakan tugas drama sederhana tersebut, Guru mengontrol siswa secara baik, ia menegur siswa yang malas untuk ikut serta aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut. Setelah 30 menit kemudian, Guru mengumumkan bahwa hasil kerja kelompok mereka harus segera dipraktikkan di depan kelas. Mereka mengaku belum siap untuk menampilkan hasil kerja kelompok mereka tersebut, akan
tetapi
mereka
harus
tetap
bertanggung
jawab
untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya. Setelah semua kelompok mempraktikannya di depan kelas, Guru memberikan apresiasi terhadap seluruh siswamya. Kemudian beliau memberikan soal latihan untuk mengevaluasi pembelajaran kali ini. Menurut Guru tersebut beliau memberikan tugas kelompok tujuannya agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksikan
pengetahuan
dengan
cara
menemukan
dan
mengalami sendiri secara langsung, ini tentu sangat berkaitan dengan metakognitif mereka. Adapun praktik langsung yang melibatkan
54
siswanya akan membawa dampak yang baik, siswa akan cepat memahami materi pelajaran yang diajarkan. Misalnya paa saat memecahkan masalah terkait dengan adab bertamu, antara Andhika yang menjadi tamu dan Ibathul yang menjadi tuan rumah sebagai penerima tamu. Kegiatan ini sangat bermakna, karena Suci selain ikut serta, ia juga mendapat pelajaran dari kasus-kasus yang telah dipelajari tersebut.6 2. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Fakta Dalam Materi Pendidikan Agama Islam Informan 1, Informan 2, Informan 3 dan Informan 4 menyadari bahwa belajar Pendidikan Agama Islam pada materi akidah akhlak (adab-dab bertamu) adalah penting bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Hampir sebagian besar dari mereka sangat mengidolakan mata pelajaran PAI mereka berfikir bahwa belajar PAI itu sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, bahkan menurut Andhika dengan belajar agama baik disekolah maupun dirumah itu akan menambah keimanan kita, dan menjadi pedoman dalam kehidupan kita.7 Berkaitan dengan materi PAI yang sudah dipelajari dikelas pada saat peneliti meneliti dikelas tersebut adalah Akidah Akhlak dan materinya adalah Adab Bertamu. Informan 2 menuturkan bahwa materi tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupannya karena bertamu itu adalah kebiasan sehari-hari kita sebagai makhluk sosial dan semua yang dipelajari dalam materi PAI ada di dalam Al-Qur’an dan Hadits.8 Bahkan ketika ada masalah dalam bertamu dalam kehidupan sehariharinya ia dapat mengatasinya dengan baik, ia teringat dengan apa yang diajarkan oleh gurunya terkait dengan materi adab bertamu.
6
Hasil Wawancara dengan Pak Sayudi (Guru Akidah Akhlak) di kelas XI IPA I pada tanggal 24 November 2014. 7 Hasil Wawancara dengan Andhika Yudha Pratama siswa kelas XI IPA I pada tanggal 24 November 2014 8 Op.cit.,
55
Bahkan bukan hanya Informan 1 dan Informan 2 yang merasa pelajaran dan materi-materi dalam Pendidikan Agama Islam itu sangat bermanfat untuk kehidupan sehari-harinya, semuanya materi yang dipelajari ada didalam kehiduapn sehari-harinya. Informan 3 sendiri mengatakan bahwa ia sering mengajarkan apa yang ia dapat dari hasil belajar agamanya disekolah kemudian ia ajarkan kembali kepada anakanak didik di TPA di tempat ia mengajar mengaji.9 Menurut Informan 3 hampir semua yang ia pelajari di sekolah dapat ia jadikan bahan untuk mengajar di TPA tersebut, tetapi tetap ada tambahan materi yang berkaitan dengan materi tersebut. Sedangkan dari hasil wawancara dengan Informan 4, ia mengatakan bahwa dengan belajar PAI disekolah itu sangat nyata ada dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan mempelajari Pendidikan Agama Islam disekolah ia dapat mengetahui saja yang dilarang dan diwajibkan dalam islam, dan itu sangat ada didalam kehidupan sehariharinya karena ia sendiri masih melakukan apa yang dilarang oleh agama islam, misalnya ia sendiri mengaku bahwa kadang ia malas bila diperintah oleh orangtuanya.10 Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa metakognitif siswa MAN 16 khusunya pada kelas XI IPA I pada pemahaman fakta materi Pendidikan Agama Islam mereka sangat baik, sebagian besar dari mereka menganggap bahwa belajar agama sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Fakta yang ada di lapangan atau di dalam kehidupan sehari-hari dengan apa yang diajarkan dalam kelas itu sangat sejalan dengan apa yang mereka alami. 3. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Konsep Dalam Materi Pendidikan Agama Islam Materi Pendidikan Agama Islam di MAN 16 Jakarta ini cukup banyak di bagi kedalam beberapa bagia diantaranya, Akidah Akhak, 9
Op.cit., Op.cit.,
10
56
Fikih, Hadits, dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan konsep atau cara yang dibuat oleh siswa sendiri dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam. Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti setelah dilihat di dalam kelas hampir sebagian besar dari siswa kelas XI IPA I dapat mempunyai konsep dalam belajar PAI khususnya dalam materi Akidah Akhlak. Selanjutnya peneliti mencoba meneliti lebih lanjut mengenai konsep mereka dalam mempelajari PAI tersebut melalui wawancara. Wawancara dilakukan pada saat jam pelajaran Akidah Akhlak selesai mereka pelajari sehingga mempermudah peneliti untuk bertanya terkait dengan materi yang telah mereka pelajari tersebut. Informan 1 mempunyai konsep belajar di malam hari sebelum materi tersebut diajarkan oleh Guru Akidah Akhlaknya tersebut, menurutnya apabila ia mempelajarinya dimalam hari ia akan dapat berinteraksi dengan baik di dalam kelas ketika mempelajari materi di keesokan harinya. Selain itu ia juga dapat menanyakan kembali terkait materi yang kurang difahami kepada guru yang bersangkutan.. Begitupun dengan Informan 2 ia mengatakan bahwa ia mempelajari materi PAI sebelum materi tersebut diajarkan didalam kelas. Akan tetapi berbeda dengan Informan 1, Informan 2 mempelajarinya
sebelum
jam
pelajaran
tersebut,
jadi
ia
mempelajarinya di sekolah di dalam kelas. ia mengaku bahwa kegiatan tersebut adalah kebiasaan yang ia miliki itu keinginan dari dirinya sendiri. Walaupun materi PAI di sekolah itu cukup banyak Informan 2 tetap mempelajarinya secara keseluruhan dengan konsep yang telah ia buat yaitu mebacanya sedikit demi sedikit lalu mempraktikkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Ia mempunyai prndapat bahwa jika ia membaca materi pelajaran sebelum mata pelajaran itu diajarkan oleh guru itu dapat memantapkan kesiapannya dalam belajar dan ia lebih
57
mengetahui materi mana yang belum ia mengerti agar mudah ia tanyakan didalam kelas. 11 Kemudian peneliti mencoba mewawancarai Informan 3 karena dari awal ia sudah antusias ingin membantu peneliti dalam penelitian ini. Dalam proses observasi didalam kelas maupun diluar kelas peneliti melihat Informan 3 adalah siswa yang sangat aktif baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hampir sama dengan Informan 1 ia mempunyai cara atau konsep belajar sendiri dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam yang diajarkan disekolah. Biasanya Informan 3 mempelajari materi yang akan diajarkan besok dimalam harinya setelah ia selesai mengaji dan biasanya ia belajar langsung di tempat ia mengaji, karena ia berasumsi bahwa jika ada materi yang kurang ia pahami ia dapat bertanya kepada guru mengajinya tersebut. Tetapi ia lebih menyukai belajar pada intinya
saja misalnya
adab
bertamu,
ia akan
mengembangkan kemampuannya untuk memahami apa itu adab bertamu, dan apa saja hal-hal yang berkaitan dengan adab bertamu dengan cara bertanya kepada guru mengajinya tersebut. Ia mengaku bahwa jarang sekali membaca materi sebelum materi itu dijelaskan oleh Guru, maka ia lebih menyukai bertanya langsung kepada guru mengajinya dirumah sebelum keesokan harinya diajarkan langsug oleh Guru mata pelajaran yang tersebut. Dalam hal ini Informan 3 mengatakan bahwa membaca buku yang sudah disediakan oleh sekolah itu terkadang kurang lengkap, ia harus mencari buku-buku lain di perpustakaan. Dengan cara yang lebih mudah biasanya ia lebih menyukai internet, ia bisa mencari apapun hal terkait materi yang sekiranya belum terlalu ia pahami di Internet tersebut, menurutnya hal ini sangat membantu dan lebih cepat dan mudah. Selanjutnya adalah Informan 4, seperti yang telah peneliti uraikan sebelumnya, sebelum peneliti mewawancarai siswa-siswi MAN 16 11
Op.cit.
58
Jakarta ini khususnya di kelas XI IPA 1, peneliti melakukan observasi di dalam kelas dan peneliti melihat bahwa Informan 4 termasuk siswa yang pasif. di dalam proses pembelajaran ia tidak begitu antusias untuk menangkap umpan yang diberikan oleh Guru, padahal Guru tersebut dalam proses pembelajaran sangat terlihat kreatif dalam menggunakan metode atau gaya bicaranya yang membuat siswa-siswi merasa senang, karena menurut mereka beliau adalah guru yang sangat mengasyikan. Dari hasil transkip wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Informan 4, ia menyatakan bahwa ia belajar di malam hari itupun jika ia mempunyai tugas saja, jika tidak ia cukup mempelajarinya ketika ia belajar di dalam kelas. Ia pun mengakui bahwa tidak mempunyai konsep belajar sendiri, ia tidak pernah mencoba untuk membaca materi sebelum Guru mengajarkannya di dalam kelas, menurutnya apabila ia membaca sebelum dijelakan itu akan percuma karena ia tidak akan paham sebelum dijelaskan oleh Guru. Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa Metakognitif siswa pada pemahaman konsep dalam pembelajaran PAI khususnya pada kelas XI IPA 1 aalah sebagian besar dari mereka mempunyai konsep belajar masing-masing yang telah mereka siapkan sebelum materi tersebut dipelajari didalam kelas. sebagian besar dari mereka mempunyai kesadaran bahwa mempelajarinya sebelum diajarkan oleh Guru akan memudahkan mereka dalam proses pembelajaran. Adapun sebagian kecil dari mereka yang hanya pasif dalam menerima apa yang diajarkan oleh Guru, mereka menganggap bahwa walaupun mereka pelajari sebelumnya maka percuma karena mereka tidak akan paham sebelum Guru mengajarkannya.12 4. Metakognitif Siswa Pada Pemahaman Prosedur Dalam Materi Pendidikan Agama Islam Ketika peneliti melihat proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas langkah-langkah pembelajaran yang diberikan oleh Guru 12
Op.cit.
59
dalam proses pembelajaran sangat tertata dengan baik. Namun tidak menutup kemungkinan setiap langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat oleh siswa. Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti bagaimana langkahlangkah pembelajaran yang dibuat oleh siswa MAN 16 khususnya kelas XI IPA 1 baik dilihat berdasarkan secara observasi langsung dan melalui hasil transkip wawancara. Informan 1 menuturkan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak yang diajarkan oleh Guru itu mempunyai langkah-langkah yang cukup baik, hampir semua siswa merasa tertarik dengan langkah-langkah belajar dalam pembelajaran beliau, khusunya ia sendiri. Namun Informan 1 menambahkan beberapa langkah belajar yang menurutnya akan menambah pemahamannya dalam menguasai materi. Dalam belajar biasanya ia setiap mendapatkan tugas dari guru akan tergambar langkah apa yang selanjutnya akan ia lakukan, biasanya ia langsung mengerjakan tugas
tersebut,
kemudian ia
melakukan diskusi
kelompok, karena menurutnya jika belajar secara berkelompok maka akan mudah bertanya terkait materi yang belum dipahami bersama teman yang lebih paham. Setelah itu ia mempraktikkannya dalam kehidupannya sehrai-hari. Sejalan dengan yang langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh Informan 1, Informan 2 pun mempunyai langkah-langkah sendiri tentang langkah-langkah belajarnya. Dilihat di dalam kelas ketika peneliti sedang mengamati siswa di dalam kelas Informan 2 termasuk siswa yang aktif, ketika ia diberikan tugas oleh guru ia langsung mengerjakannya secara kelompok, menurutnya tugas mandiri ataupun kelompok lebih sering ia kerjakan secara berkelompok, karena mengerjakan secara berkelompok sangat membantunya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Sebelum tugas tersebut dikumpulkan untuk dinnilai oleh guru yang bersangkutan biasanya Informan 2 mengoreksinya terlebih dahlu,
60
menurutnya proses tersebut untuk meyakinkannya kembali apakah tugas tersebut sudah betul-betul terselesaikan semua atau tidak. Setelah betul-betul yakin selesai semua tugasnya kemudian ia mengumpulkan tugas tersebut. Langkah terakhir yang Informan 2 lakukan adalah membaca kembali terkait tugas yang sudah ia kerjakan agar semakin menambah pemahamannya dalam mempelajari materi tersebut. Kemudian Informan 3. Ia menyatakan bahwa setiap ia diberikan tugas oleh guru, biasanya langkah yang ia lakukan yaitu langsung mengerjakan tugas tersebut yang ia pahami dahulu, kemudian apabila ada tugas yang kurang ia pahami, maka ia akan bertanya kepada teman yang lain yang lebih memahami tugas tersebut. Kemudian jika temannya sama-sama belum memahami tugas tersebut, ia akan bertanya langsung kepada guru yang bersangkutan. Dalam tahap terakhir langkah yang ia lakukan adalah ia menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Langkah tersebut mempunyai peran untuk mengevaluasi pemahamannya terkait materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Selanjutnya adalah Informan 4 Seperti yang telah peneliti uraikan sebelumnya, Informan 4 termasuk siswa yang pasif didalam kelas, keika
peneliti
menciba
meneliti
lebih
dalam
dengan
cara
mewawancarainya dengan pertanyaan yang sama dengan informan lainnya terkait dengan langkah-langkah pembelajaran yang dibuatnya sendiri didalam pembelajaran PAI tesrsebut. Informan 4 menyatakan bahhwa ia mengikuti langkah-langkah belajar yang telah dibuat oleh guru. ia hanya menambahkan langkah belajarnya pada tahap evaluasi, biasnya ia menanyakan kembali terkait materi yang kurang ia pahami kepada guru yang bersangkutan diluar jam pelajaran. Seperti siswa yang lain ia pun menerapkan pemahaman materinya tersebut dalam kehiduapan sehari-harinya. Aapun hasil observasi langsung mengenai metakognitif siswa di kelas XI IPA I adalah sebagai berikut :
61
Tabel 4.9 Format Pengamatan Observasi Metakognitif No 1.
Sasaran yang diamati
Ya
Tidak
Keterangan
Fase motivasi dalam pembelajaran a. Siswa antusias dalam mengerjakan
Siswa ingin
tugas
pembelajaran
b. Siswa tertarik mengikuti proses
segera memulai
Siswa
pembelajaran
bersungguhsungguh dalam mengikuti pembelajaran
c. Siswa berperan aktif dalam
Siswa dalam
mengerjakan tugas
pembelajaran ini secara berkelompok sehingga siswa dapat berperan secara keseluruhan.
2.
Fase konsentrasi dalam pembelajaran a. Siswa mengamati
Sebagian besar
pelajaran yang sedang berlangsung
siswa
memfokuskan fikirannya pada proses pembelajaran
62
b. Siswa memusatkan perhatiannya pada
Siswa tidak
mengalihkan
materi yang
penglihatannya
diajarkan
terhadap yang lain
c. Siswa fokus pada kegiatan
Siswa tidak
pembelajaran
kegiatan lain
d. Siswa mencatat point yang penting
melakukan
Banyak siswa
yang mencatat hal-hal yang dianggap penting
e. Siswa memfokuskan
Tidak
pendengarannya
memperdulikan terhadap suara lain
3.
Fase pengolahan dalam pembelajaran
a. Siswa menyimpan informasi
Siswa
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, terdiam sejenak kemudian mencatat
b. Siswa mengingat informasi
Berfikir keras
sebelum ia
63
menjawab pertanyaan c. Siswa menggali
Ketika diberi
kembali informasi yang telah
kesempatan
diingatnya
untuk menyimpulkan materi yang disampaikan oleh guru, siswa mampu menyimpulkan dengan baik
4.
Fase Umpan balik dalam pembelajaran a. Siswa mampu menyampaikan
Banyak siswa
pertanyaan
yang bertanya ketika diberi kesempatan untuk bertanya saat pembelajaran berlangsung
b. Siswa mampu menjawab pertanyaan
Siswa mampu
menjawab pertanyaan saat guru menanyakan kembali sekitar materi yang diajarkan
64
c. Siswa mampu
Siswa mampu
mengatasi masalah
mengerjakan soal yang diberikan
d. Siswa mampu
Siswa menjawab
menjawab wawancara
pertanyaan pada saat wawancara dengan baik
Berasarkan tabel metakognitif diatas menunjukkan siswa secara keseluruhan telah melakukan proses metakognitif dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tingkahlaku belajar siswa termotivasi, konsentrasi yang baik, mengingat dan memberikan umpan balik. Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa Metakognitif siswa MAN 16 khususnya pada kelas XI IPA 1 pada pemahaman menyusun
langkah-langkah
pembelajaran
dalam
memahami
pembelajaran PAI itu sudah sangat baik sekali, namun perlu dikembangkan kembali agar pemahaman materi akan dipahami secara optimal. Dalam proses analisis data penelitian ini menggunakan sudut pandang metakognitif
untuk membangun pengetahuan tentang
metakognitif siswa. Adapun metakognitif tersebut adalah kesadaran berfikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dan pengetahuan tentang pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu dan pengetahuan tentang pemahaman pribadi seseorang.13 Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar secara efektif.
13
Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran , (Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1,h.10
65
Metakognitif adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta hasil-hasilnya.14 Kemudian adapun komponen-komponen metakognitif, menurut Anita Woolfolk dalam bukunya mengemukakan bahwa metakognisi melibatkan tiga macam pengetahuan, diantaranya : a. Declarative Knowledge Pengetahuan deklaratif tentang diri siswa sebagai pembelajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan ingatan siswa, serta keterampilan, strategi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengerjakan sebuah tugas (tahu apa yang dilakukan). b. Procedural Knowledge Procedural
Knowledege,
yaitu
pengetahuan
tentang
bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajar. c. Conditional Knowledge Conditional Knowledge adalah pengetahuan tentang kapan menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan kapan hal-hal tersebut tidak digunakan, mengapa suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari prosedur-prosedur yang lain. Dari hasil temuan peneliti berdasarkan hasil dari penelitian melalui wawancara langsung dengan situasi yang sangat nyaman, dan observasi yang terus-menerus dilakukan peneliti selama satu bulan lebih peneliti menemukan beberapa faktor yang dapat mendukung metakognitif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama islam ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor secara internal dan faktor secara eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa. Faktor ini sangat dominan dan sangat menentukan untuk pencapaian proses pembelajaran agar pembelajaran berlangsung secara 14
3, h.168.
Sri Esti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2006), Cet
66
optimal. Faktor internal salah satunya adalah motivasi, karena tanpa adanya motivasi yang baik siswa tidak akan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dalam kondisi tersebut siswa tidak dapat menentukan pilihannya dalam belajar. Akan tetapi di SMA 16 Jakarta ini siswa-siswi memiliki motivasi yang sangat tinggi dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam. Motivasi tersebut sangat terlihat ketika mereka sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam., bahkan Informan 2 mempunyai cita-cita untuk menjadi Ustadz atau guru agama, adapun Informan 3 yang selalu giat belajar agama karena ia sangat bersemangat dalam menambah ilmu dan pengetahuan agamanya untuk menyampurnakan ibadahnya, dan dalam kehiuapan sehari-harinya. Selanjutnya adalah faktor eksternal, faktor eksternal yang dimaksud adalah kelengkapan berupa sarana dan prasarana. Faktor ini sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Jika fasilitas yang digunakan oleh siswa lengkap, maka itu akan mempermudah siswa dalam menyelesaikan pelajarannya. Adapun yang menjadi faktor penghambat metakognitif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 16 Jakarta ini adalah manajemen waktu pada setiap individu siswanya masing-masing. Siswa sangat sulit untuk membagi waktu untuk mempersiapkan materi Pendidikan Agama Islam sebelum memulai pelajaran, hal ini karena jumlah mata pelajaran umum yang sangat banyak, dan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dibagi-bagi menjadi bebrapa bagian sedangkan jam belajarnya disekolah hanya dua jam selama setiap minggunya. Berkaitan dengan komponen metakognitif yang telah diuraikan diatas
yaitu
Declarative
Knowledge,
Procedural
Knowledge,
Conitional Knowledge yang ada di MAN 16 Jakarta ini sebagian besar siswa telah mempunyai tiga konsep metakognitif tersebut, akan tetapi
67
pada konsep Conditional Knowledge siswa masih memerlukan bantuan guru untuk mengkondisikan tentang strategi ataupun prosedur yang telah mereka rancang sebelumnya sebelum memulai pembelajaran di dalam kelas. Konsep metakognitif tersebut sangat bermanfaat sekali bagi peningkatan metakognitif siswa, karena dengan adanya Declarative Knowledge yang akan membantu siswa untuk meningkatkan kekreatifannya dalam menyelesaikan sebuah tugasa yang diberikan oleh guru, Procedural Knowledge dalam hal ini siswa dapat mengetahui bagaima harusnya melakukan apa yang telah ada di Declarative Knowledge tersebut, dan Conditional Knowledge ini apabila siswa mampu mempunyai konsep tersebut siswa dapat mengkondisikan misalnya hal apa yang harus ia lakukan dan hal apa yang tidak harus ia lakukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara terus menerus mengenai metakognitif siswa di MAN 16 Jakarta ini, terdapat asumsi menurut guru yang bersangkutan dengan penelitian ini menyatakan bahwa dari pengalaman beliau mengajar di MAN 16 Jakarta selama 8 tahun dapat dilihat bahwa metakognitif siswa secara keseluruhan sudah baik, baik dalam pemahamannya secara fakta, konsep dan prosedur, namun tidak dipungkiri itu semua masih terdapat kekurangan. Dengan adanya kaitan pada konsep metakognitif pada siswa menurut beliau siswa akan lebih mengetahui tentang “Apa yang ia kerjakan?”, Mengapa ia mengerjakan hal tersebut?, dan “Hal apa yang dapat membentunya untuk menyelesaikan masalah tersebut?”, pernyataan tersebut sejalan dengan pengertiang metakognitif itu sendiri yaitu Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Dengan kemampuan seperti ini seseorang dimungkinkan memiliki kemampuan tinggi dalam memcahkan masalah, sebab dalam setiap langkah yang dia kerjakan senantiasa
68
muncul pertanyaan : “Apa yang saya kerjakan?”, “Mengapa saya mengerjakan
ini?”,
“Hal
apa
yang
membantu
saya
untuk
menyelesaikan masalah ini?”15 Dari ketiga konsep metakognitif tersebut yang diajukan oleh Anita Woolfolk yaitu Declarative Knowledge, Procedural Knowledge, dan Conditional Knowledge, sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menemukan konsep metakognitif Motivation Knowledge yang harus menjadi konsep metakognitif seorang siswa. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan konsep-konsep metakognitif yang baik. Siswa pada dasarnya mempunyai konsep-konsep yang dikemukakan oleh Anita Woolfolk tersebut, tetapi satu hal yang tidak diungkapkan adalah konsep metakognitif Metakognitif Knowledge. Siswa mengikuti pembelajaran dengan adanya motivasi dari dalam dirinya sendiri, kemudian ditambahkan oleh guru didalam kelas, dengan adanya motivasi yang ada didalam dirinya sendiri itu dapat menambah semangat belajarnya dan itu akan berpengaruh besar terhadap metakognitifnya didalam pembelajaran dan akan membuat pengaruh yang sangat baik untuk peningkatan hasil belajarnya. Konsep Motivation Knowledge ini telah dimiliki oleh sebagian besar siswa MAN 16 Jakarta khususnya paa kelas XI IPA 1. Hal ini sangat terlihat dengan keadaan pembelajaran mereka yang sangat antusias, mereka sangat termotivasi dengan motivasi yang diberikan oleh guru didalam kelas, konsentrasi yang baik, antusias untuk bertanya terkait materi yang belum terlalu mereka fahami. Dengan pentingnya peranan metakognitif dalam keberhasilan belajar seorang siswa, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar mereka dapat dilakukan dengan cara meningkatkan metakognitif mereka. Guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran berperan penting serta mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan metakognitif seorang siswa. Misalnya dengan cara membimbing siswa 15
Ibid., h.96
69
untuk membiasakan mengikuti pembelajaran dengan baik, seperti membiarkan siswa belajar dengan gayanya sendiri, tanpa harus memaksakan siswa menggunakan strategi tertentu, selain itu siswa juga dibiasakan untuk bersifat kritis, siswa dapat bertanya salam setiap materi yang disampaikan, dan siswa dapat memberikan pendapatnya terkait dengan materi yang disampaikan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Dengan
melalui
analisis
yang
mendalam
terhadap
konsep
metakognitif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 16 Jakarta, peneliti menemukan satu konsep yang tidak ada dalam ketiga konsep yang disebutkan oleh Anita Woolfolk pada bab sebelumnya1, Dalam
konsep
metakognitif
siswa
peneliti
menemukan
konsep
“Motivation Knowledge”. Dalam konsep ini menunjukkan adanya metakognitif mereka yang baik dengan adanya pengetahuan motivasi dari diri mereka sendiri. Adapun keadaan metakognitif siswa pada pemahaman fakta, konsep dan prosedur dalam pembelajaran PAI di MAN 16 yaitu : 1. Metakognitif siswa pada pemahaman fakta materi mata pelajaran pendidikan agama islam MAN 16 khusunya pada kelas XI IPA I mereka sangat baik, sebagian besar dari mereka menganggap bahwa belajar agama sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Fakta yang ada di lapangan atau di dalam kehidupan sehari-hari dengan apa yang diajarkan dalam kelas itu sangat sejalan dengan apa yang mereka alami. 2. Metakognitif siswa pada pemahaman konsep materi mata pelajaran pendidikan agama islam di MAN 16 Jakarta khususnya pada kelas XI IPA 1 yaitu sebagian besar dari mereka mempunyai konsep belajar masing-masing yang telah mereka siapkan sebelum materi tersebut dipelajari didalam kelas.
1
Desmita , Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Rosdakarya, 2009),
h.135
70
71
3. Metakognitif siswa pada pemahaman prosedur materi mata pelajaran pendidikan agama islam di MAN 16 khususnya pada kelas XI IPA 1 sudah sangat baik sekali, sebagian besar siswa menyusun langkahlangkah pembelajaran dalam memahami pembelajaran pendidikan agama islam, namun perlu dikembangkan kembali agar pemahaman materi dapat dipahami secara optimal. B. Saran Adapun Saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca dan pihak sekolah terkait dengan penelitian yang telah dilakukan ini diantaranya adalah : 1. Diharapkan seorang guru mampu mengetahui metakognitif siswa secara individu, sehingga guru dapat mengembangkan metakognitif siswa-siswinya secara optimal. 2. Diharapkan guru dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang baik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, agar siswa dapat menggunakan metkognitif secara baik didalam pembelajarannya. 3. Diharapkan seorang guru memberikan motivasi terhadap siswasiswinya agar metakognitif siswa dipengaruhi dengan adanya motivasi dari guru akan berkembang secara cepat. 4. Diharapkan bagi yang ingin melakukan penelitian yang sama sebaiknya dilakukan dengan menggunakan kuantifatif sehingga hasil yang didapatkan dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Muiz,Dindin.Psikologi perkembangan anak pada aspek kognitif.Surabaya :Inti media press:2001 Akbar,Setiadi.Metodologi penelitian sosial. Jakarta: Gaung Pusaka.2004 Alwashilah,Chaedar.Pokoknya Kualitatif.Jakarta :Pustaka Jaya.2011 Arifin,Muzayyin.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta :Bumi Aksara.2009 Arikunto,Suharsimi.Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.2009 Daradjat,Zakiah Metodologi Pengajaran Agama Islam.Jakarta :Bumi Aksara.1996 Desmita.Psikologi perkembangan.Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.2006 Djiwandono,Esti.Psikologi Pendidikan.Jakarta :Grasindo.2006 http://josephrdaniel.wordpress.com/2013/08/16/coding-sebuah-proses-pentingdalam-penelitian-kualitatif/ Jonnasen,Thoward a design theory of problem solvinng to apper in educational technologi : Reseach and Depelopment Karim,Malik.Pendidikan Islam.Malang :UIN Malang Press.2007 Kriyantono,Rahmat.Teknik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta :Kencana.2008 Majid,Abdul.Pendidikan Agama Islam Berbasis KompetensiBandung :PT. Remaja Rosdakaya.2004 Mudjiyono.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta :PT. Rinekha Cipta.1999 Muhaimin.Rekontruksi Pendidikan Islam.Jakarta :Rajawali Pers.2009 Moloeng,J.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2000 Nasution. Metodologi Penelitian Naturalistic Kualitatif.Bandung : Trsito.1988
Nazir,Mohammad.Metode Penelitian.Jakarta :GhaliaIndonesia, 1983 Nizar,Samsul.Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan.Jakarta :Gaya Media Pratama.2001 Nomida,Diana.Metakognitif dalam pembelajaran.Jakarta :Bumi Aksara.2008 Nur.Strategi-strategi belajar.Surabaya :UNESA :University Press.2008 Rasyad,Aminudin.Teori Belajar dan Pembelajaran .Jakarta :Uhamka Press.2003 Riduan.Metode dan Teknik Menyusun TesisBandung :Alfabeta.2004 Sabri,Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Ciputat : UIN Jakarta Press.2005 Salinan Lampiran Permendikbud No.64 tahun 2013 tentang Standar Isi. Sanjaya,Wina.Strategi Pembelajaran Berorientasi Paa Proses Pendidikan.Jakarta :Kencana Pranda Media Grup.2006 Santorck.Strategi Belajar.Jakarta :Rinekha Cipta.2004 Siregar,Eveline.Teori Belajar dan Pembelajaran.Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia.2010 Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif.Bandung: Alfabeta.1988 Sukmadinata.Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.PT Universitas Pendidikan Indonesia Suherman dkk.Strategi pembelajaran Matematika kontemporer.Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.2001 Syah,Muhibbin.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung :PT Remaja Rosdakarya.1997 Purwanto,Ngalim.Psikologi Pendidikan.Bandung :Remaja Rosakarya.2007 Poerwanari,Kristi.Pendkatan LP3ES.1998
kualitatif
dalam
penelitian
psikologi.Jakarta:
UU NO 20 TAHUN 2003, Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1
LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA Penelitian Metakognitif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Nama
: Andhika Yudha Pratama
Kelas
: XI IPA I
Waktu wawancara : Senin, 24 November 2014
NO 1
Pertanyaan
Jawaban Informan
Kode
Terkait dengan materi pendidikan agama islam, Penting banget kak, karena setiap yang kita Kode 1 : Kuning apakah anda menganggap materi tersebut lakukan itu akan dipertimbangkan nanti di akhirat (Pemahaman siswa pada penting dalam kehidupan sehari-hari anda? jadi kita harus mempelajari ilmu agama dan materi PAI sesuai Fakta) Jelaskan jawaban anda !
menerapkannya di dalam kehdupan sehari-hari, gitu kak.
2
3
1. Penting banget kak, karena setiap yang
Oh, jadi menurut Yudha penting yah, terus Hmmm... Kalo Menurut saya sih sikap kaya itu
kita lakukan itu
gimana menurut Yudha sendiri gimana sih sangat tidak baik karena ilmu agama adalah
akan
sama siswa yang menganggap bahwa pelajaran pedoman dalam hidup kita kita kak. (sambil
dipertimbangkan
PAI itu tidak begitu penting?
nanti di akhirat.
tersenyum).
Materi ajar dan mata pelajaran Pendidikan Saya mempelajarinya sejak duduk dibangku
2. Hmmm... Kalo
Agama Islam cukuplah banyak, kapan anda sekolah kak.
Menurut saya sih
mempelajari materi tersebut?
sikap kaya itu
4
5
Mohon maaf Yudha maksud kapannya disini Oh hahaha (tertawa) yah maaf kak, kirain sejak
sangat tidak baik
tuh didalam sekolah nya loh yud, kan materi kapan. Kalo mempelajari materi tersebut saya
karena ilmu agama
PAI tuh banyak yah, nah kapan tuh Yudha mempeleajarinya di malam hari kak, sebelum
adalah pedoman
mempelajarinya?
besoknya materi tersebut dipelajari sama guru
dalam hidup kita
disekolah.
kita kak.
Iya Yudha gak apa-apa santai aja (tersenyum), Betul kak. jadi
6
Yudha
mempelajari
materi
3. Iyah kak sangat
tersebut
perlu sekali, sangat
dimalam hari yah.
berguna sekali
Bagaimana pandangan anda mengenai materi Iyah kak sangat perlu sekali, sangat berguna
dalam kehidupan
ajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sekali dalam kehidupan sehari-hari.
sehari-hari.
yang cukuplah banyak, menurut anda apakah 4. Iya pernah kak, kita
semua materi bahan ajar tersebut perlu
7
8
dipelajari?
kan pernah jadi
Jadi menurut Yudha semuanya tuh perlu ya? Iya kak, emang semuanya tuh perlu dipelajari kak.
tamu dan menerima
semuanya harus Yudha pelajari?
tamu.
Pernahkah anda belajar (membaca) materi Pernah kak haha.(tertawa) 5. Iya sangat
pelajaran Pendidikan Agama Islam sebelum
membantu sekali
guru agama mengajarkan materi tersebut?
dong kak.
Mengapa demikian? 9
Oh, Pernah ya terus kenapa kamu membaca Yah..Karena materi
tersebut
sebelum
guru
agar
kita
nyambung
kamu belajarnya kak, karena kalo kita gak
dalam baca
mengajarkannya?
sebelumnya, nanti pas belajar kita jadi gak bisa Kode 2 : Tosca menyampaikan materi yang kurang kita fahami (Pemahaman siswa kepada guru kita.
10
Iyah Yud, mungkin singkatnya biar kamu bisa Iya kak bener banget. berinteraksi dengan baik dengan guru maupun
12
Apakah
anda
PAI) 1. Kalo
teman yaYud 11
tentang konsep belajar
mempelajari
materi tersebut saya pernah
mengalami
dalam Pernah kak.
mempeleajarinya di
kehidupan sehari-hari ana terkait dengan
malam
materi tersebut?
sebelum
Hmm... Pernah ya, terus tadi kan materinya Iya pernah kak, kita kan pernah jadi tamu dan
materi
akidah akhlak tuh yah tentang adab bertamu menerima tamu.
dipelajari
dari materi tersebut Yudha pasti pernah
guru disekolah. 2. Iya
mengalaminya kan? misalnya apa tuh Yud?
hari
kak,
besoknya tersebut sama
kak,
emang
semuanya tuh perlu 13
Apakah pengalaman tersebut dapat membantu Iya sangat membantu sekali dong kak.
3. Yah..Karena
anda dalam menyelesaikan masalah yang ada
14
dipelajari kak agar
dalam tugas tersebut?
kita
nyambung
Membantu dalam menyelesaikan masalah yah, Yaaa.. (terdiam sejenak) misalnya tuh cara
dalam
belajarnya
misalnya apa tuh?
menerima tamu dengan baik sesuai ajaran islam
kak,
karena
kalo
itu gimana itu kan tadi diajarkan oleh Pak Sayudi
kita
gak
baca
tadi kak.
sebelumnya,
nanti
pas belajar kita jadi gak
bisa
menyampaikan materi yang kurang kita fahami kepada guru kita. Kode 3 : Hijau (Pemahaman siswa tentang langkah-langkah mereka dalam pembelajaran PAI) 1. Iyah Yud, mungkin singkatnya biar kamu bisa berinteraksi dengan baik dengan guru maupun teman yaYud 2. Yaaa.. (terdiam sejenak) misalnya tuh cara menerima
tamu dengan baik sesuai ajaran islam itu gimana itu kan tadi diajarkan oleh Pak Sayudi tadi kak. 3. Terus membaca, memahami dan mengamalkannya kak. 4. Mau tau banget kak, (bercanda) gini kak caranya saya sih dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari kak, soalnya kalau kita udah bisa mempraktikkannya kita baru bisa benar-benar
memahaminya kak. 5. Langsung dikerjain aja kak. 6. Biasanya sih saya punya langkahlangkah sendiri kak, kadang ada tugas yang tidak dipraktikkan tapi kalau saya harus dipraktikkan dulu baru saya paham kak. 7. Bertanya dengan baik dan penuh dengan rasa hormat kak. 8. Berarti gini yah kamu bertanya dulu, baru setelah itu kamu
mengeluarkan pendapatnya? dengan rasa hormat itu kaya gimana Yud? 9. pertama kita bertanya dengan baik lalu disambung dengan pendapat dan langkahlangkah kita yang mungkin agak sedikit berbeda dengan yang diajarkan oleh guru kita, dan dengan rasa hormat itu bicara yang baik kak, karena kita kan harus menghormati guru kita kak.
10. Lebih sering bertanya ajasih kak sama yang lebih mengerti dan terus membaca.
15
Bagaimana cara anda memantau pelajaran anda Terus membaca, memahami dan tersebut sehingga pemahaman terhadap mata mengamalkannya kak. pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut dapat efektif dan efisien?
16
Kalau boleh tau gimana sih cara kamu Mau tau banget kak, (bercanda) gini kak caranya memahami
dan
mengamalkannya
itu? saya sih dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
(tersenyum)
kak,
soalnya
kalau
kita
udah
bisa
mempraktikkannya kita baru bisa benar-benar memahaminya kak. 17
Aduh Yudha ngeledek nih (tertawa), Oh jadi Iya kak maaf yah kak becanda kok (tersenyum). kalau gak dipraktekin kamu gak bakalan bisa paham sepenuhnya gituh ya?
18
Setelah anda mengetahui uraian tugas dari guru Langsung dikerjain aja kak. anda,langkah-langkah tergambar
dalam
strategis fikiran
apa anda
yang untuk
menyelesaikan tugas tersebut? 19
Mengerjakannya seperti apa Yud?
dengan
langkah-langkah Biasanya sih saya punya langkah-langkah sendiri kak, kadang ada tugas yang tidak dipraktikkan
tapi kalau saya harus dipraktikkan dulu baru saya paham kak. 20
Bagaimana cara anda mengeluarkan pendapat Bertanya dengan baik dan penuh dengan rasa anda tentang langkah-langkah tersebut?
21
hormat kak.
Berarti gini yah kamu bertanya dulu, baru Iya kak, pertama kita bertanya dengan baik lalu setelah itu kamu mengeluarkan pendapatnya? disambung dengan pendapat dan langkah-langkah dengan rasa hormat itu kaya gimana Yud?
kita yang mungkin agak sedikit berbeda dengan yang diajarkan oleh guru kita, dan dengan rasa hormat itu bicara yang baik kak, karena kita kan harus menghormati guru kita kak.
22
Oh gituh ya Yud, wah hebat banget sih Yudha Iya gitu kak, haha makasih kak. (tertawa) ini (tersenyum).
21
Bagaimana cara anda mengevaluasi diri anda Lebih sering bertanya ajasih kak sama yang lebih setelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh mengerti dan terus membaca. guru?
22
Misalnya kamu nanya nya sama siapa?
Sama teman yang lebih paham kak, sama guru yang bersangkutan diluar jam pelajaran.
23
Jadi bisa dibilang diskusi sama teman-teman Iyah iyah kak gituh kak. yah, atau bertanya kepada Pak Sayudi misalnya gituh yah?
24
Hmm.. gituh yaudah terimakasih yah atas Iya kak sama-sama kak, enggak ganggu kok kak. bantuannya, maaf udah ganggu waktunya (tersenyum)
LAMPIRAN Bagian depan MAN 16 Jakarta
Mushola MAN 16 Jakarta
Gedung Sekolah MAN 16 Jakarta
Lapangan Olahraga MAN 16 Jakarta
Kolam Budi Daya Ikan Lele yang dilakukan oleh siswa MAN 16 Jakarta