SKRIPSI MINAT MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBELAJARAN KITAB KUNING (Study kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh: ALIPIAH 107011001148
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1233 H/2011
ABSTRACT Adfah Febri Winarni:2011. Improving Students' Ability in Using Personal Pronoun through Contextual Teaching Learning, Skripsi, English Department Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Advisor: Fahriany, Dr. M. Pd. Keywords : Personal Pronoun, Contextual Teaching Learning. The objective of this research is tc improve students' ability in using personal pronoun through Contextual Teaching Learning in the VIII-I class of SMP Raden Patah Depok.
This research includes Classroom Action Research to improve the students' ability in using personal pronoun. The Classroom Action Research was done based on the Kurt Lewin design, which is divided into 2 cycles. The subject of this research was the students of SMP Raden Patah Depok at VIII-I cla.ss rvhich consists of 46 students. The data is derived from the tests (pre-test and post-test), the result of interview to the English teacher, the result of questionnaires and the result of observation. The firrding of this research showed that the implementation of the Contextual Teaching Leaming method in personal pronoun rnaterial was successful and the criteria of success was achieved, that 7 5Y, of students' score could pass the minimum mastery criterion-kriteria ketuntasan minimal (KKM) that is 65. The result of the first pre-test was that 13 students' scores passed the minimum mastery criterion-kriteria ketuntasan minimal (KKM) by average score 55. The result of the second post-test was that 100% students' score pass the minimum ma.stery criterion-kriteria ketuntasan minirnal (KKl\{) by average score 87. The result of the post-questionnaire rn'as that 97o/o of students showed that their ability in using personal pronoun is improved by using Contextual Teaching Learning method. The result of observqtion described that student are more active in teaching leaming process. Based on the finding, it is suggests that English teacher could implement Contextual Teaching Learning method to improve students' ability in learning personal pronoun material.
ABSTRAK Arifah Febri Winarni 2011. Improving Students' Ability in Using Personal Pronoun through Contextual Teaching Learning, Skripsi, English Department Faculty of Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah State Islamic University J akartaAdvisor: Fahriany, Dr. M' Pd. Kata Kunci: Personal Pronoun, Contextual Teaching Learning'
ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan personal pronoun dengan metode Contextual Teaching Learning di Penelitian
kelas
VIII-I
dari SMP Raden Patah Depok.
penelitian
ini
termasuk penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menggunakan personal pronoun. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan design Kurt Lewin yang dibagi dalam 2 siklus. Subjek dari penelitianlni adalah siswa kelas VIII-1 dari S\4P Raden Patah Depok yang berjumlah 46 rir*u. Data di peroleh dari hasil tes (pre-tes dan post-tes), hasil wawancara kepada guru bahasa Inggris, hasil angket dan hasil observasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Contextual Teaching Leirning pada materi personal proncun telah berhasil dan kdteria keberhasilannya telatr-tbrcapai, yaitu nilai dari 75Yo siswa dapat melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 65. Hasil dari pre-tes pertama adalah 13 siswa
nilainya dapat melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata 55. Fiasil post-tes kedua adalah 100% siswa nilainya dapat melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata 87. Hasil angket terakhir adalah 97Yo siswa menjawab bahwa kemampuan mereka dalam menggunakan personal pronoun meningkat dengan menggunakan metode Contextual Teaching Learning. Hasii dari observasi mgnggambarkan bahwa siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasii tersebut, penulis menyarankan bahwa guru bahasa Inggris dapat menggunakan metode Contextual Teaching Learning untuk meningkatkan kemampuan sisr,va dalam belajar materi personal pronoun.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta alam, shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia hingga hari pembalasan datang. Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di semua perguruan tinggi -termasuk di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta- adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul : “Minat Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Kitab Kuning” (Studi kasus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)”. Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami dan dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data), penggunaan alat tulis, maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh karena itu, seyogyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesainya skripsi ini terutama kepada Bapak Dr. H. Abd. Rahman Ghazaly, MA. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan nasehat, masukan dan bimbingan yang sangat baik bagi penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
i
1. Dosen, pembantu Dekan, dan seluruh Bapak serta Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pendidikan dan pengajaran selama masa pendidikan penulis. 2. Ketua dan Sekretaris serta Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Dr. Anshari, LAL, MA. Selaku dosen Pembimbing Akademik. 4. Pimpinan dan Staff perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan study kepustakaan. 5. Ayah dan Bunda tercinta yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan segala kasih sayang kepada penulis sehingga penulis bisa melanjutkan study ke perguruan tinggi, semoga Allah membalas kebaikan mu ayah, dan Allah tempatkan di tempat yang sebaik-baiknya, untuk ibunda tercinta terima kasih untuk perjuangan mu membimbing ananda sehingga ananda bisa menyelesaikan study di perguruan tinggi ini. (semoga Allah jualah yang hanya dapat membalas segala pengorbanan mereka). 6. Adik-adik tercinta: Alpan Muhammad, Wais Al-qurni, Ade Syafaruddin, dan Atiq Ramdhani terima kasih atas setiap semangat yang kalian beri untuk kanda. 7. Saudara-saudara yang penulis cintai, Kakenda H.Mursal, Bapak: Drs.H.Abdussomad, MA beserta istri, Ibu: Dra. Nurshobah Spd.I. beserta suami. Serta ncang ncing yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu. terimakasih atas sokongan dari beliau baik bentuk moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 8. Tidak lupa pula teruntuk sahabat-sahabat tersayang: Ade Farhatul Ummah, Oktavia Sari, Wafa Zahruddin, Aan Fadia Annur, Lulu Zuhdiyah, Indriawati. dan seluruh rekan PAI B angkatan 2007. Terimakasih atas kebersamaan dan semangat yang kalian beri. Semoga kita semua menjadi orang sukses baik di dunia maupun di akhirat. Amin….
ii
9. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini mempunyai nilai manfaat dalam memahami dan memasuki dunia pendidikan di masa yang akan datang. Amin. Jakarta, 09 November, 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................. iv DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9 E. Sistematika Penulisan ................................................................. 9 BAB II KAJIANTEORI ........................................................................... 11 A. Minat ............................................................................................... 11 1. Pengertian Minat ........................................................................ 11 2. Peranan Minat dalam Belajar ..................................................... 13 3. Faktor yang Mempengaruhi Minat ............................................. 14 4. Jenis-jenis Minat ......................................................................... 14 5. Dimensi dan Indikator Minat...................................................... 15 B. Kitab Kuning ................................................................................... 17 1. Pengertian Kitab Kuning ............................................................ 17 2. Sejarah Kitab Kuning ................................................................ 19 3. Ciri-ciri Kitab Kuning ............................................................... 22 4. Macam-macam Kitab Kuning .................................................... 25
iv
C. Pembelajaran Kitab Kuning ............................................................ 25 1. Pengertian Pembelajaran ............................................................ 25 2. Metode Mempelajari Kitab Kuning ............................................ 27 3. Tujuan Mempelajari Kitab Kuning............................................. 29 4. Kesulitan Mempelajari Kitab Kuning......................................... 32 5. Manfaat Mempelajari Kitab Kuning........................................... 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 34 A. Tempat dan waktu Penelitian .......................................................... 34 B. Metodologi Penelitian ..................................................................... 34 C. Populasi dan Sample ....................................................................... 35 1. Populasi ..................................................................................... 35 2. Sample ........................................................................................ 35 D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35 E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 40 A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ....................... 40 1. Sejarah Singkat didirikannya Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta .......................... 40 2. Letak Geografis .......................................................................... 42 3. Keadaan Dosen menurut Latar belakang Pendidikan ................. 43 4. Sarana dan Prasarana .................................................................. 44 5. Struktur Organisasi ..................................................................... 46
v
B. Deskripsi Data ................................................................................. 47 C. Analisis dan Interpretasi Data ......................................................... 59 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 61 A. Kesimpulan...................................................................................... 61 B. Saran ................................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN.
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1 Pengukuran Secara Deskripsi....................................................... 38 Tabel 2 Keadaan Dosen menurut Latar belakang Pendidikan ................. 43 Tabel 3 Sarana dan Prasarana ................................................................... 45 Tabel 4 Mahasiswa Merasa Senang belajar Kitab Kuning ....................... 47 Tabel 5 Mahasiswa Semangat bila Dosen Menyajikan Kitab Kuning...... 48 Tabel 6 Mahasiswa Memahami Materi yang disampaikan oleh Dosen .... 48 Tabel 7 Termotivasi Datang Tepat Waktu pada Kuliah Kitab Kuning ..... 49 Tabel 8 Dosen Menjelaskan, Mahasiswa Mendengarkan dengan Seksama 50 Tabel 9 Mahasiswa Mengerjakan Tugas yang diberikan oleh Dosen ........ 50 Tabel 10 Mahasiswa Nyaman Saat Belajar Kitab Kuning di Pagi Hari .... 51 Tabel 11 Dosen Memberi Materi, Mahasiswa Ngobrol ............................. 52 Tabel 12 Mahasiswa Bertanya kepada Dosen, Jika Pelajaran Kurang Dipahami .................................................................................... 52 Tabel 13 Mahasiswa Mengulang Materi Kitab Kuning yang disampaikan, Walaupun Tidak ada Ulangan ................................................... 53 Tabel 14 Mahasiswa Mempunyai Kitab Kuning untuk dipelajari di Rumah......................................................................................... 54 Tabel 15 Mahasiswa Mengulang Pelajaran di Rumah, Sehari Sebelum Pelajaran Berlangsung ................................................................ 54 Tabel 16 Mahasiswa Bersungguh-sungguh Belajar Kitab Kuning ............. 55
vii
Tabel 17 Mahasiswa Belajar Kitab Kuning Agar Memberikan Banyak Manfaat dalam Kehidupan.......................................................... 55 Tabel 18 Belajar Kitab Kuning Menjadi Ciri Sarjana Agama ................. 55 Tabel 19 Dosen Melaksanakan Pembelajaran Menggunakan Metode yang Tepat ........................................................................................... 56 Tabel
20
Dosen
Memaparkan
Kajian
Kitab
Kuning
dengan
Menyenangkan ........................................................................... 57 Tabel 21 Dosen Kitab Kuning, Menggunakan Buku Sumber yang Sesuai Tabel 22 Mahasiswa Berperan Aktif dalam Setiap Diskusi yang ditugaskan oleh Dosen, terkait Pelajaran Kitab Kuning ............. 57 Tabel 23 Kitab Kuning dapat Memberikan Wawasan dan Khazanah Islam yang Bermanfaat bagi Keilmuan ...................................... 58
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat merupakan salah satu faktor psikis yang membantu dan mendorong individu dalam memberi stimulasi suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu yang mereka anggap sesuatu yang penting bagi dirinya dan dapat memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan. Karena adanya minat tersebut seseorang berusaha belajar sesuai dengan apa yang ia minati. Belajar juga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena jika seseorang tidak belajar, maka ia tidak akan tahu apaapa, hal seperti itu merupakan kebodohan, Islampun menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa belajar. Hal ini terdapat dalam surah Al-Alaq ayat 1-5:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang
1
2
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.1 Ayat tersebut mengandung makna terutama dalam kata “Iqra”, yaitu bacalah. Kata ini mengandung perintah yang berarti mewajibkan kepada umatnya untuk membaca. Kata memebaca ini bisa dikonotasikan sebagai kata belajar. Hal in senada dengan pendapat Fadhilah Suralaya yang mengatakan bahwa: “belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia”. Manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak mampu berbuat
apa-apa.
Akan
tetapi
melalui
proses
belajar
dalam
fase
perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai macam pengetahuan.2 Dengan adanya pengetahuan tersebut, seseorang mampu untuk belajar pada fase perkembangannya. Pada fase perkembangan ini seseorang mampu melalui proses belajar kepada jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Namun tidak semua mahasiswa mampu untuk masuk Ke perguruan tinggi, khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), karena jurusan tersebut mempunyai tujuan untuk melahirkan Guru Agama Islam yang memiliki kewenangan untuk mengajar Pendidikan Islam di SLTA dan SMK. Mereka juga memiliki kewenangan untuk mengajarkan salah satu dari empat pelajaran keagamaan di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, yaitu Tafsir hadits, Fiqih dan Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, dan Sejarah Peradaban Islam (SPI).3 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan di tuntut untuk mampu mempelajari dan memahami isi dari pelajaran-pelajaran keagamaan itu. Bagi
mahasiswa yang benar-benar di
pondok pesantren sangat mudah untuk mengikuti pelajaran di jurusan tersebut. Namun sebaliknya bagi mahasiswa lulusan SMA,SMK dan MA 1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005), h. 597. 2 Fadhilah Suralaya, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, h 59. 3 Komaruddin Hidayat, Pedoman Akademik 2009-1020 (Jakarta: Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010), h. 69.
3
tidak mudah untuk mengikuti mata kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam terutama yang berbahasa Arab karena mereka tidak terbiasa mempelajari pelajaran berbahasa Arab atau tidak pernah belajar kitab kuning. Di mana kitab kuning ini merupakan salah satu sarana keilmuan untuk mempelajari Agama Islam. Di samping itu, lulusan atau alumni Pendidikan Agama Islam harus mampu menguasai materi-materi pelajaran agama yang akan di ajarkan di sekolah-sekolah umum untuk menyebarluaskan agama di masyarakat disertai dengan memiliki banyak keahlian. Salah satu keahlian tersebut menurut Masdar F Mas’ud adalah mampu berbahasa Arab, minimal mampu membaca kitab klasik atau kitab kuning. Kemampuan ini diperlukan untuk menggali sendiri Ilmu Agama Islam yang tersimpan dalam kitab-kitab berbahasa Arab, atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau yang ditulis dengan format khas pra modern.4 Kajian tentang kitab kuning dengan segala dimensinya bisa dikatakan sebagai usaha yang cukup menantang dalam memahami tradisi Intelektual Islam di Indonesia. Tantangan itu, antara lain terletak dalam dua hal: Pertama, berupa kesungguhan kita untuk memberikan apresiasi akademis atas karya-karya klasik, terlepas dari nilai keilmiahannya menurut kaca mata kontemporer, karena betapapun juga kitab-kitab itu merupakan warisan peradaban dan pemikiran yang sangat berharga. Kedua, merupakan kesejatian kita dalam memberi makna yang lebih segar dan kontekstual dalam memahami kitab kuning, yang pada gilirannya akan memberi nuansa historis dan bobot kualitatif pada pemikiran-pemikiran Islam kontemporer. Dua tantangan ini mungkin terlalu berat dan berlebihan bila ditanggung secara sendiri atau individual, tetapi tentu akan lebih ringan bila diemban bersama oleh kalangan akademis. Agaknya, akan terlalu sia-sia membangun intelektual Islam Indonesia masa depan dengan begitu saja mengabaikan
4
Masdar F.Mas’ud, Pandangan Hidup Ulama Indonesia dalam Literatur Kitab Kuning, (Jakarta: Mizan,1988), h. 1.
4
kekayaan warisan intelektual masa lalu yang teramat panjang itu, yakni kitab kuning.5 Untuk menyeimbangkan informasi dan metodologi dalam pengajaran kitab kuning, maka pembelajaran ushul fiqih atau mantiq sebagai perangkat metodologi terpenting, perlu diberikan porsi lebih besar ketimbang sekedar dibaca atau dihafal. Termasuk, ushul fiqih perlu sekali dipelajari sebagai sarana pengembangan berfikir rasional. Upaya selanjutnya yang sangat penting sebagai tindak lanjut sebelumya , menurut Zainal Arifin Thoha, ialah menanamkan dan memelihara kesadaran terhadap keluwesan kitab kuning. Upaya tersebut perlu dilakukan agar kandungan kitab kuning sesuai dengan tuntutan atau semangat situasi dan kondisi masanya. Kitab Kuning sebetulnya memiliki murunah (menerima pembaharuan) alias fleksibilitas yang cukup tinggi. Itu terbukti dari adanya qaul qodim dan qoul Jadid dalam kitab karya Imam Syafi’i , misalnya, yang jelas mencerminkan dinamika ilmiah berdasarkan empirisme rasioanl yang berangkat dari paradigma filsafat. 6 Selanjutnya ia mengatakan, upaya kontekstualisasi kitab kuning mau tidak mau mesti dijiwai dengan semangat murunah (menerima pembaharuan), sebagai tanda semangat tersebut mustahil kitab kuning kiranya bisa actual dan refresentatif dengan perubahan zaman. Karenanya dalam pengajaran kitab kuning, spirit murunah tadi harus ditekankan sebagai sarana pembaharuan baik dalam system, metode maupun materi.7 Menurut Azumardi Azra, kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayu, Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan aksara Arab, yang selain ditulis oleh ulama Timur Tengah, juga ditulis oleh ulama Indonesia sendiri. Pengertian ini merupakan perluasan dari terminology kitab kuning yang selama ini, yaitu kitab-kitab
5
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) , h. 245. 6 Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kiai, (Yogyakarta: KUTUB, 2003), h. 48. 7 Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kiai, (Yogyakarta: KUTUB, 2003), h. 49.
5
keagamaan berbahasa Arab, menggunakan kitab kuning relevan dengan kehidupan sekarang.8 Menurut Ali Yafie, di daerah asalnya, diseputar Timur Tengah, kitab kuning ini disebut al-kutub al-qadimah, sebagai sandingan dari al-kutub alashriyah, Al-kutub al-qadimah yang beredar di kalangan pesantren di Indonesia terbatas jenisnya. Yang sangat dikenal ialah kitab-kitab fiqih, tasawuf, tafsir, hadits, tauhid dan tarikh, yang semuanya termasuk kelompokkelompok syari’ah, yang banyak dikenal ialah kitab-kitab nahwu dan sharaf, yang mutlak diperlukan sebagai ilmu bantu.9 Al-kutub Al-qadimah, atau yang kemudian disebut kitab kuning ini, telah membentuk khazanah kepustakaan dunia Islam. Oleh karenanya, kita bisa
menyaksikan
bagaimana
perpustakaan-perpustakaan
barat
mengumpulkan sejumlah sangat besar kitab kuning ini, mulai dari kitab-kitab yang sudah tercetak sampai manuskrip-manuskrip yang sudah sangat tua, yang ada kalanya di dunia Islam sendiri sudah susah untuk mendapatkannya. Jelas bahwa al-kutub al-qadimah merupakan suatu kekayaan kultural yang luar biasa, yang diwariskan oleh peradaban besar Islam yang mempunyai arti penting bagi manusia.10 Di sisi lain kitab kuning di anggap sacral, karena ditulis oleh para ulama dengan kualifikasi ganda, yakni keilmuan yang tinggi dan hati yang disinari cahaya Tuhan. Oleh karena itu, kitab kuning dipandang tidak memiliki cacat serta tertutup dari pemikiran kritis.11 Kitab kuning ditulis oleh ulama salaf yang di dalamnya membahas tentang ajaran-ajaran Islam, bagi umat Islam untuk memperdalam kajian Islam, pembahasan yang relevan itu terdapat pada kitab kuning. 8
http://www.google.co.id/search?q=pengertian%20kitab%20kuning%20menurut%20azu mardi. Tanggal, 24 April, 2011. 9
Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhwah, (Bandung: Mizan 1994), h. 52. 10 Ali Yafie, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhwah, (Bandung: Mizan 1994), h. 53. 11 Affandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren (Bekasi: Pustaka Isfahan, 2008), h. 21.
6
Dengan membaca kitab kuning, - kata Abdurrahman Wahid - kita sebagai umat Islam. dapat memperdalam ilmu keislaman, menjawab persoalan-persoalan yang ada pada saat ini, memberikan implikasi pada daya adaptabilitas dan responsibilitas terhadap perkembangan zaman. Kitab kuning juga merupakan sumber asli dan dapat memberikan banyak pengetahuan tentang Islam. Manfaat lain menurutnya dalam membaca kitab kuning adalah untuk memahami kedua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi agar tidak terjerumus dalam kesalahan dan kekeliruan yang dibuatnya sendiri. Sebab, kandungan kitab kuning merupakan penjelasan yang siap pakai (instan) dan rumusan ketentuan hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang dipersiapkan oleh para mujtahid di segala bidang dan untuk memfasilitasi proses pemahaman keagamaan yang mendalam sehingga mampu merumuskan penjelasan yang segar..12 Dari fakta dan urgensi yang disebutkan di atas inilah, dalam jurusan Pendidikan Agama Islam belajar membaca kitab kuning menjadi salah satu mata kuliah yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa. Karena kitab kuning merupakan ilmu dasar untuk mempelajari pelajaran keagamaan seperti: Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, Ilmu Kalam, dan lain-lain. Buktinya, untuk memahami pelajaran keagamaan tersebut mahasiswa Pendidikan Agama Islam khususnya, dituntut untuk mampu mempelajari dan memahami pelajaran keagamaan tersebut. Oleh Karena itu, pemahaman kitab kuning pada dasarnya dapat membantu mahasiswa dalam penguasaan pelajaran keagamaan tersebut. Beberapa mahasiswa mengakui atau menyadari bahwa pembelajaran kitab kuning di lingkungan perguruan tinggi itu sangat penting khususnya untuk mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Secara pribadi, yang penulis rasakan semasih di bangku sekolah pembelajaran Kitab Kuning hanya sekedar kebutuhan saja. Tetapi ketika penulis memasuki perguruan tinggi baru terasa bahwa pembelajaran Kitab 12
236.
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayat, 1999), h.
7
Kuning merupakan sesuatu hal yang sangat penting yaitu sebagai inti dari pelajaran keagamaan yang harus dan wajib kita pelajari dan pahami. Oleh karena itu, pembelajaran Kitab Kuning itu sangat penting di pelajari dan di pahami oleh mahasiswa UIN umumnya, dan mahasiswa PAI khususnya. Sebagai salah satu mata kuliah inti yang harus diberikan kepada mahasiswa di jurusan Pendidikan Agama Islam, mata kuliah pembelajaran kitab kuning memiliki peranan yang penting dalam memhami khazanah keilmuan Islam, yang ditulis oleh ulama salaf. Oleh karena itulah, jurusan Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menyiapkan kader ulama yang menguasai ilmu-ilmu Agama melalui kitab kuning, baik yang klasik maupun modern dan Alumni Jurusan Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu mempertahankan ajaran Islam yang benar dan menangkis segala paham yang menyimpang berlandaskan dalil-dalil AlQur’an dan Hadits dengan metode ilmiah secara kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan dunia dan akhirat. Dari latar belakang masalah itulah, maka penulis tertarik ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana minat mahasiswa PAI terhadap pembelajaran kitab kuning, dengan judul “MINAT MAHASISWA JURUSAN
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM
TERHADAP
PEMBELAJARAN KITAB KUNING”.
B. Identifikasi Masalah Beberapa permasalahan diatas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Apakah yang dimaksud dengan kitab kuning?
Apa saja ciri-ciri dan macam-macam kitab kuning itu?
Apa tujuan dari mempelajari kitab kuning?
Apakah mudah mempelajari kitab kuning itu?
Apa saja kendala-kendala dalam mempelajari kitab kuning?
Bagaimana metode yang tepat dalam mempelajari kitab kuning?
8
Mengapa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan pendidikan Agama Islam diadakan pembelajaran kitab kuning atau Qiraatul Qutub?
Apa saja usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan dalam mempelajari kitab kuning?
Apa saja alat atau ilmu yang dapat membantu untuk memudahkan mempelajari kitab kuning?
Bagaimana minat belajar membaca kitab kuning yang di miliki oleh mahasiawa Pendidikan Agama Islam?
C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Untuk terarahnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi “Minat Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Kitab Kuning” 2. Perumusan masalah Bertolak dari pembatasan di atas, maka masalah penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut: a. Apakah yang di maksud dengan kitab kuning dan bagaimana metode pembelajaran kitab kuning? b. Sejauh mana minat mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan terhadap pembelajaran kitab kuning?
9
D.
Tujuan, dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: a. Untuk mengetahui kitab kuning dan macam-macamnya b. Untuk mengetahui minat mahasiswa terhadap pembelajaran kitab kuning c. Untuk memperoleh salah satu syarat mencapai gelar sarjana Pendidikan Islam
2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: a. Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam menekuni dan mendalami masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kitab kuning, macam-macam dan pembelajarannya. b. Untuk memperoleh wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan penelitian baik kepustakaan maupun penelitian lapangan. c. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
melengkapi
koleksi
perpustakaan, baik perpustakaan utama maupun perpustakaan fakultas tarbiyah UIN Syari Hidayatullah Jakarta di bidang kitab kuning, dan cara, beserta pembelajarannya.
3. Sistematika Penulisan Isi keseluruhan skripsi (hasil penelitian) ini, terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan. Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II
Menjelaskan
kerangka teori
yang berisi tentang minat
pembelajaran kitab kuning, yang mencakup pengertian minat, peranan minat dalam belajar, faktor yang mempengaruhi minat,
10
jenis-jenis minat, dimensi dan indikator minat. Kitab kuning, mencakup pengertian kitab kuning, sejarah kitab kuning, ciri jenis dan
karakter
kitab
kuning,
macam-macam
kitab
kuning.
Pembelajaran kitab kuning meliputi, pengertian pembelajaran, metode mempelajari kitab kuning, tujuan mempelajari kitab kuning, kesulitan mempelajari kitab kuning, manfaat mempelajari kitab kuning. Bab III Menjelaskan tentang, metodologi penelitian yang berisi tentang, tempat dan waktu penenlitian, metodologi penelitian, populasi dan sample, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil penelitian, berisikan tentang gambaran umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. yang mencakup, sejarah singkat dan tujuan didirikannya, letak geografis, keadaan dosen menurut latar belakang pendidikan, sarana dan prasarana, serta struktur organisasi, deskrifsi data, analisis dan interpretasi data. Bab V
Penutup. Berisikan kesimpulan dan saran-saran.
BAB
II
KAJIAN TEORI MINAT PEMBELAJARAN KITAB KUNING
A. Minat 1. Pengertian Minat Proses belajar mengajar yang dilaksanakan di berbagai lembaga pendidikan baik umum maupun agama menginginkan kondisi belajar yang efektif. Oleh karena diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam mencapai hal tersebut.Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar erat kaitannya dengan sifat-sifat itu sendiri, karena setiap siswa memiliki sikap yang berbeda dalam segala hal yang antara lain adalah minat.Minat akan timbul apabila siswa merasa tertarik pada sesuatu, karena sesuatu itu dirasakan sesuai dengan kebutuhannya atau merasa berarti baginya. Dengan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka terlebih dahulu perlu diketahui tentang pengertian minat. Dilihatdari segi bahasa minat berarti “ kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu kehendak, keinginan, kesukaran”.1Senada dengan pengertian di atas dalam kamus bahasa Indonesia terbaru dinyatakan: “minat berarti perhatian, kegemasan
1
Yoserizal.M, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Halim Jaya, 2002), h. 120
11
12
atas suatu hal, berminat menaruh perhatian, mempunyai kegemaran pada sesuatu.2 Menurut H.M. Alisuf Sabri dalam bukunya psikologi pendidikan dikatakan bahwa “minat merupakan pola reaksi individu terhadap sesuatu stimulus atau lingkungan kecendrungan interaksi dengan sesuatu hal, orang atau benda. Dengan demikian, bisa tiga kemungkinan, yaitu suka, tidak suka, dan sikap acuh tak acuh.3 William James (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan factor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif merupakan factor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Mursell dalam bukunya Succesful teaching, memberikan suatu klasifikasi yang berguna bagi guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa.Ia mengemukakan 22 macam minat yang diantaranya ialah: bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat anak terhadap belajar.4 Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kecendrungan sikap yang baik peserta didik dalam melakukan aktifitas belajar yang erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang (positif) terhadap mata pelajaran yang dianggapnya berharga atau sesuai kebutuhan atau memberi kepuasan kepadanya, baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.Sesuatu itu dapat berarti aktifitas, orang, maupun pengalaman atau benda yang dapat dijadikan sebagai stimulus, atau rangsangan yang memerlukan respon terarah. Apabila sesuatu itu dianggapnya sesuai dengan kebutuhan atau menyenangkan baginya maka sesuatu itu akan dilaksanakan. Namun sebaliknya, apabila sesuatu itu tidak sesuai dengan kebutuhan atau menyenangkan baginya maka sesuatu itu akan ditinggalkannya. Maka itu 2
Alex, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Alfa, 1994), h. 180 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 83 4 Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Professional (Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset, 2005), Cet. ke-2, h. 27 . 3
13
relative manetap pada diri individu, apabila kebutuhan atau kepuasannya terpenuhi maka minat terhadap sesuatu itu akan berkurang atau bahkan hilang. Dan oleh sebab itu, minat dianggap sebagai respon yang sadar. Selanjutnya menurut Bigot cs. “minat itu sebenarnya, mengandung unsur-unsur:
kognisi
(mengenal),
emosi
(perasaan),
dan
konasi
(kehendak)”.5Unsur kognisi, berarti minat itu didahului oleh adanya pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut.Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang).Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan di sekolah.6Dengan unsur-unsur yang dikandung oleh minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, maka minat tidak akan berarti apa-apa. 2. Peranan Minat dalam Belajar Minat merupakan suatu yang relative menetap pada diri seseorang dan mempunyai peranan besar terhadap keberhasilan belajar kepada setiap individu siswa di sekolah, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melaksanakan sesuatu karena keterlibatan siswa dalam belajar.Erat kaitannya dengan sifat-sifat murid yang bersifat kognitif maupun effektif seperti motivasi, rasa percaya diri dan minatnya terhadap belajar.7 Minat ini sangat berperan dalam menunjang keberhasilan belajar siswa, diantaranya sebagai berikut: a. 5
Pendorong untuk berbuat sesuatu
Abdul Rachman Abror, Psikologi pendidikan, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana,1993), Cet. ke-4, h. 28 6 Syamsul Yusuf, LN dan A.Juntika Nurihsah, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006 ), h. 170 7 M. Uzer, Menjadi Guru Frofessional, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. ke-13, h. 27
14
b.
Stimulus atau perangsang
c.
Motivasi dalam menunjang belajar.
3. Faktor yang mempengaruhi Minat Salah satu factor dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi banyak factor yang mempengaruhi munculnya minat.Seperti yang telah dikatakan oleh Bigot.cs di atas bahwa minat itu sebenarnya mengandung unsur-unsur:
kognisi
(mengenal),
emosi
(perasaan)
dan
konasi
(kehendak).8Ketiga unsur tersebut merupakan tahapan terjadinya suatu perbuatan atau tingkah laku.Unsur kognisi berarti minat itu didahului oleh adanya pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut. Berarti minat tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi didahului dengan mengamati atau mengenal obyek yang dituju, berarti emosi atau perasaan tertentu (biasanya perasaan senang). Dalam mempelajari obyek yang dituju, berarti emosi atau perasaan tertentu turut berperan, sehingga obyek yang sedang diamati tersebut dapat dilakukan atau tidak.Unsur konasi merupakan lanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan termasuk kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah. 4. Jenis-jenis Minat Berdasarkan factor-faktor yang mempengaruhi, minat terbagi menjadi beberapa jenis yaitu berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan arahnya minat dan berdasarkan orang mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri. 1)
Berdasarkan
timbulnya,
menurut
Witherington
minat
dapat
dibedakan menjadi minat primitif dan kultural. Minat primitif timbul karena adanya kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh. Contoh: kebutuhan akan makanan, kebebasan beraktifitas dan seks. 8
Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana, 1993), Cet. ke-4, h. 112
15
Sedangkan minat kultural yaitu minat yang secara tidak langsung berhubungan dengan diri kita, contoh: keinginan untuk memiliki mobil.9 2)
Berdasarkan arahnya, menurut Joner, minat dibedakan menjadi minat intristik dan ektrinsic.10Instristik langsung berhubungan dengan aktifitas sendiri, misalnya: seseorang belajar bukan karena ingin dipuji, sedangkan ektrinsikyaitu minat yang berhubungan dengan tujuan akhir, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh: seseorang belajar dengan tujuan mendapatkan juara kelas, setelah mendapatkannya, maka minat dan belajarnyapun menjadi turun.
3)
Berdasarkan cara mengungkapkan, menurut Super dan Crites, minat dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
exspressed interest, manifesr
interest, tested interest, inventoried interest.11exspressed interest: minat yang meminta subjek untuk menulis kegiatannya baik yan disenangi maupun yang tidak. Kemudian dari jawabannya dapat diketahui
minatnya.manifesr
interest
adalah
minat
dengan
mengamati langsung aktifitas subjek atau dengan hobi. tested interest adalah minat yang menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif, dengan nilai-nilai yang tinggi pula terhadap hal tersebut. Adapun inventoried interest adalah minat dengan menggunakan alat-alat yang sudah ditransdarisasikan, dan pertanyaannya ditujukan pada jumlah aktifitas yang disenangi atau tidak disenangi. 5. Dimensi dan Indikator Minat Minat merupakan suatu sifat yang relative menetap pada diri seseorang, keinginan atau minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu
9
Abdurrahman R. Shaleh dan Muhbib Abdul Wahhab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 265 10 Abdurrahman R. Shaleh dan Muhbib Abdul Wahhab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 267
16
mengerjakan sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, tidak mampu atau tidak ada kehendak untuk mengerjakan suatu pekerjaan maka ia tidak akan bisa menyelesaikan sesuatu pekerjaan walaupun pekerjaan itu mudah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, indikator adalah suatu alat pemantau atau suatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan.12. kaitannya dengan minat mahasiswa adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk kualitas minat. Ada beberapa indikator minat yang dapat dikenal atau dilihat antaranya: 1) Keinginan Keinginan merupakan indikator yang datang dari dorongan atau nafsu dirinya,
apabila
yang
dituju
itu
sesuatu
yang
nyata
atau
konkrit.Sehingga dari dorongan tersebut timbul keinginan dan minta untuk mengerjakan suatu pekerjaan.seorang siswa yang memiliki keinginan dirinya sendiri.Jadi apabila seorang mahasiswa memiliki keinginan terhadap pembelajaran kitab kuning.Maka ia akan mengikuti pembelajaran kitab kuning dan atas keinginannya sendiri. 2) Pengetahuan Pengetahuan yaitu mengetahui minat atau setidaknya seorang mahasiswa terhadap pembelajaran kitab kuning dapat dilihat dari pengetahuan yang dimilikinya, sehingga yang berminat dalam pembelajaran kitab kuning maka ia akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang kitab kuning dan tentang manfaat mempelajari kitab kuning. 3) Berani Adalah tidak tidak takut kepada semua rintangan atau hambatan yang akan dihadapi, karena sudah memiliki ilmu untuk menyelesaikan masalah tanpa harus dihindari. Siswa yang berani walaupun ia dikasih tugas banyak ia tidak merasa takut ataupun menyerah tetapi dia selali berusaha untuk menyelesaikan masalah itu. 12
Elizabet B.Hurlock, Perkembangan Anak Jilid II, Alih Bahasa oleh: Med.Meitasari Tjandrasa, (Jakarta: Erlangga 2006) Cet. ke-6, h. 116
17
4). Yakin atau percaya. Maksudnya adalah bahwa siswa merasa yakin atau percaya terhadap sesuatu
dengan
sungguh-sungguh
tanpa
terpengaruh
kepada
interpretasi lain. Siswa yang berminat akan merasa yakin dan percaya dalam mengerjakan sebuah tugas ataupun dalam menjalankan sesuatu. 5). Perhatian. Adalah mahasiswa mampu mempunyai perhatian yang lebih untuk mengikuti pembelajaran kitab kuning, baik secara formal maupun non formal.
B. Kitab Kuning Kitab kuning sebagai khazanah keilmuan dan warisan ulama terdahulu, sangat akrab di lingkungan pesantren.Kitab yang sejatinya hasil karya tulis para ulama masa lampau itu bukan menjadi icon yang khas-unik bagi pesantren.Kitab kuning lebih dari sekedar „manuskrip tertulis‟, melainkan jugamata rantai yang menyambungkan tradisi keilmuan Islam masa lampau dengan masa kini. 1. Pengertian Kitab Kuning Istilah “kitab kuning” pada mulanya diperlukan oleh kalangan luar pesantren sekitar dua darsa silam dengan nada merendahkan.Dalam pandangan mereka, kitab kuning dianggap sebagai kitab yang berkadar keilmuan rendah, ketinggalan zaman, dan menjadi salah satu penyebab terjadinya stagnasi befikir ummat. Sebutan ini pada mulanya sangat menyakitkan memang, tetapi kemudian nama “ kitab kuning” diterima secara meluas sebagai salah satu istilah teknis dalam studi kepesantrenan. Di kalangan pesantren sendiri, di samping istilah kitab kuning beredar juga istilah “kitab klasik” (al-qutub al-qadimah), untuk menyebut jenis kitab yang sama. Bahkan, karena tidak dilengkapi dengan sandangan (syakal), kitab kuning juga kerap disebut oleh kalangan pesantern sebagi “kitab gundul”.Dan karena rentang waktu sejarah yang sangat jauh dari
18
kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang mejuluki kitab kuning ini sebagai “kitab kuno”. Pengertian yang umum beredar di kalangan pemerhati masalah pesantern adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagi kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau (as-salaf) yang ditulis dengan format khas pra modern, sebelum abad ke-17-an M. dalam rumusan yang lebih rinci, definisi kitab kuning adalah kitab-kitab yang ditulis oleh ulama-ulama “asing”, tetapi secara turun-temurun menjadi refrence yang dipedomani oleh para ulama Indonesia sebagi karya tulis yang “independen”, dan ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab karya ulama “asing”.13 Dibawah ini kita akan melihat definisi Kitab Kuning yang diberikan oleh beberapa ilmuwan: Disebut Kitab Kuning karena ditulis di atas kertas berwarna kuning yang dibawa dari Timur Tengah pada awal abad kedua puluh. (Martin Van Bruinnessen). Kitab Kuning selalu dipandang sebagai kitab-kitab keagamaan berbahasa arab, atau berhuruf arab, sebagai produk pemikiran ulamaulama masa lampau (salaf) yang ditulis dengan format pra-modern, sebelum abad ke-17 an M. (Affandi Mochtar, 1999). Kitab Kuning adalah buku tentang ilmu-ilmu keislaman yang dipelajari di pesantren, ditulis dalam tulisan bahasa Arab dengan sistematika klasik. (Muntaha Azhari, 1989). Kitab Kuning adalah kepustakaan dan pegangan para kiai di pesantren, bahkan para kiai dan kitab kuning tidak dapat dipisahkan. Kitab Kuning merupakan kodifikasi nilai-nilai ajaran Islam. Sedangkan Kiai disebut alim bila ia benar-benar memahami, mengamalkan dan memfatwakan Kitab Kuning. (A/ Chozin Nasuha, 1989). 13
Abdurrahman Wahid, Pesantern Masa Depan Wacana Transformasi Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) h. 222
Pemberdayaan
dan
19
Disebut Kitab Kuning karena pada waktu dulu, ilmu pengetahuan tentang ajaran Islam ditulis di atas kertas warna kuning yang tidak dijilid. (H. Mohammad Daud Ali, 1992). Dari beberapa pendapat tentang Kitab Kuning di atas, penulis anotasi Kitab Kuning ini mengambil kesimpulan definisi Kitab Kuning sebagai berikut: “ Kitab-kitab yang mengandung nilai-nilai dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ajaran Islam, ditulis dalam bahasa Arab atau Melayu yang pada mulanya atau sampai saat ini dipelajari di pesantrenpesantren”.14 Pengertian yang beredar di kalangan pemerhati masalah pesantren adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagai kitab keagamaan, dan berbahasa arab atau berhuruf arab sebagai produk pemikiran ulama masa lampau atau salaf yang ditulis dengan khas pra modern, sebelum abad ke17an M. Dalam definisi yang lebih rinci, kitab kuning adalah kitab-kitab yang mempunyai kriteria: (a) ditulis oleh ulama-ulama asing, tetap secara turun temurun menjadi referensi yang dipedomani para ulama di Indonesia (b) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya tulis yang indevenden, dan (c) ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab karya-karya ulama asing.15 2. Sejarah kitab kuning Sejauh bukti-bukti historis yang tersedia, sangatlah mungkin untuk mengatakan bahwa kitab kuning menjadi teks book, reference, dan kurikulum dalam pendidikan pesantren, seperti yang kita kenal sekarang, baru dimulai pada abad ke-18M. bahkan, cukup realitas juga memperkirakan bahwa pengajaran kitab kuning secara missal dan permanent itu mulai terjadi pada pertengahan abab ke-19 M ketika
14
Anotasi Kitab Kunig, Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia, ( Jakarta: Darul Ilmi, 2007), Cet. ke-1.h. 7 15 F Mas’udi, Pandangan Ulama Indonesia (UI) dalam Literatur Kitab Kuning, (Jakarta: LIPI, 1988), h. 1
20
sejumlah ulama Nusantara, khususnya Jawa, kembali pada program belajarnya di Mekkah.16 Perkiraan di atas, tidak berarti bahwa kitab kuning sebagai produk intelektual, belum ada masa-masa awal perkembangan keilmuan di Nusantara. Sejarah mencatat bahwa, sekurang-kurangnya sejak abad ke-16 M. Sejumlah kitab kuning, baik dengan menggunakan bahasa Arab, bahasa Melayu, maupun bahasa Jawi, sudah beredar dan menjadikan bahan informasi dan kajian mengenai Islam. Kenyataan ini menunjukan bahwa karakter dan corak keilmuan yang dicerminkan kitab kuning, betapapun juga, tidak bisa dilepaskan dari tradisi intelektual Islam Nusantara yang panjang, kira-kira sejak abad sebelum pembukuan kitab kuning di pesantren-pesantren.17 Acapkali dipertanyakan mengapa, misalnya, hanya fiqih, ushuluddin, tasawuf, tafsir, hadits dan bahasa Arab yang menjadi disiplin ilmu pengetahuan pesantren.Tentu saja, jawaban atas pertanyaan ini hanya bisa dirumuskan secara memuaskan bila mempertimbangkan perkembangan intelektual
Islam
Nusantara
sejak
priode
awal
pembentukannya.Bagaimanapun juga, pembukuan kitab kuning di pesantren sangat berkaitan dengan tradisi intelektual Islam Nusantara kurun awal. Asal-usul dan perkembangan tradisi intelektual dan keilmuan Islam Nusantara sejauh ini telah mengandung perhatian sejumlah sarjana dan pengamat yang menekuninya.Diantara mereka adalah Taufik Abdullah, Kuntowijoyo, Martin Van Bruinessen, Abdurrahman Wahid, dan Azumardi Azra.Dalam berbagai karyanya, masing-masing intelektual itu memberikan analisis dan penilaian atas masalah ini. Walaupun berbeda rumusan karena perbedaan pendekatan yang digunakan, hasil kajian mereka agaknya memperlihatkan kecendrungan 16
Affandi Mochtar, Kitab kuning dan Tradisi Pesantren, (Bekasi: Pustaka Isfahan,2008),
17
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayat,1999), h.
h. 34 256
21
yang sama dalam mepertimbangkan dua factor penting, yaitu: kontak ulama Nusantara dengan ulama Timur Tengah sebagai bagian dari proses internasiolisasi Islam, integrasi ketegangan budaya Islam dengan budaya local sebagi konsekuensi logis dari proses Islamisasi Nusantara. Kedua factor ini berperan dalam membentuk dan mewarnai corak keilmuan Islam Nusantara seperti tercermin dalam tradisi pendidikan pesantren, khususnya di Jawa.18 Term kitab kuning bukan merupakan istilah untuk kitab kuning yang kertasnya kuning saja, akan tetapi ia merupakan istilah untuk kitab yang dikarang oleh para cendikiawan masa silam. Istilah tersebut digunakan karena mayoritas kitab klasik menggunakan kertas kuning, namun belakangan ini penerbit-penerbit banyak yang menggunakan kertas putih.Yang pasti, istilah tersebut digunakan untuk produk pemikiran salaf. Sementara itu, produk pemikiran salaf dikalangan akademis lebih popular dengan sebutan tutors. Tutors secara harfiah berarti sesuatu yang ditinggalkan atau diwariskan. Di dunia pemikiran Islam, tutors digunakan dalam khazanah intelektual Islam klasik yang diwariskan oleh para pemikir tradisional. Istilah tutors yang berarti khazanah tradisional Islam merupakan asli ciptaan bahasa Arab kontemporer. Sejarah mencatat bahwa para pembuat kitab kuning atau tutors dalam memainkan perannya dipanggung pergulatan pemikiran Islam tak pernah sepi dari polemic dan hal-hal berbau kontradiktif. Segitnya perdebatan antara Mu’tazilah, Murji’ah, Rafidhah dan Ahlu al Sunnah yang direkam secara rinci oleh Abdul Qodir Ibn Tharir Ibn Muhammad Al-Baghdadi dalam karyanya al-farqu baina al-firaq.Dalam buku tersebut tergambar dengan jelas kemajemukan pemahaman agama terlebih lagi masalah akidah.Setelah melakukan pencarian dan kajian yang mendalam para tokoh aliran masing-masing menemukan konklusi yang berbeda-beda. 18
Afandi Mochtar, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren, (Bekasi: Pustaka Ishfahan, 2008) ,h. 39
22
Dalam jangkauan yang lebih luas, Martin Van Bruinessen berpendapat bahwa kitab kuning yang berkembang di Indonesia pada dasarnya merupakan hasil pemikiran ulama abad pertengahan.19 Kitab kuning ini termasuk kedalam kurikulum dalam system pesantren.Dan identik pada pesantren.Karena pesantren adalah lembaga pendidikan yang menjadikan kitab kuning ini menjadi pelajaran yang sangat utama dan menjadi khas suatu pesantren.Sehingga banyak dari keluaran atau alumni pesantren yang mahir dalam membaca kitab kuning. Oleh sebab itulah, kitab kuning sangatlah penting untuk dipelajari oleh setiap lembaga pendidikan.Bukan hanya untuk alumnus yang kompeten, tetapi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai para ulama terdahulu, hukum-hukum Islam, Akidah dan lainnya. Dalam pandangan masyarakat, kitab kuning merupakan formulasi final dari ajaran-ajaran Al-qur’an Sunnah Nabi. Yang jelas, ia ditulis oleh para ulama dengan modal keilmuan yang tinggi dan standar moral yang bisa dipertanggung jawabkan. Ia juga ditulis dengan pena dan jari-jari yang bercahaya. Hampir-hampir, ia dipandang sebagai karya yang tidak bercacat dan sulit untuk mengkritiknya. 3. Ciri, jenis dan karakter kitab kuning Dalam tradisi intelektual Islam, khususnya di Timur Tengah, dikenal dua istilah untuk menyebut kategori karya-karya ilmiah berdasarkan kurun atau format penulisannya.Kategori pertama disebut kitab-kitab klasik (alkutubqadimah), sedangkan kategori kedua disebut kitab-kitab (al-kutub al„ashriyyah).Perbedakan yang pertama dari yang kedua dicirikan, antara lain: oleh cara penulisannya yang tidak mengenal pemberhentian, tanda baca, dan kesan bahasanya yang berat, klasik, dan tanpa syakal (sandangan: fathah, dhommah, kasrah).Apa yang disebut kitab kuning pada dasarnya mengacu pada kategori yang pertama, yakni kitab-kitab klasik (al-kutub al-qadimah). 19
Martin Van Bruinessen, “Pesantren and Kitab Kuning Maintenance and Continuation Of Religius Learning”, 1992) ,h. 37
23
Spesifikasi kitab kuning secara umum terletak dalam formatnya, yang terdiri dari dua bagian: matn, teks asal (inti) dan syarah.Dalam pembagian semacam ini, matn selalu diletakkan di bagian pinggir (margin) sebelah kanan maupun kiri, sementara syarh, karena penuturannya jauh lebih banyak dan panjang dibandingkan matn.Diletakkan di bagian tengah setiap halaman kitab kuning pada umumnya kira-kira 26 CM (quarto). Ciri khas lainnya terletak pada penjilidannya yang tidak total, yakni tidak dijilid seperti buku. Ia hanya dilipat berdasarkan kelompok halaman (misalnya, setiap 20 halaman) yang secara teknis dikenal dengan istilah korasan (lembaran), jadi, dalam kitab kunig terdiri dari beberapa korasan yang memungkinkan salah satu atau beberapa korasan itu dibawa secara terpisah. Biasanya, ketika berangkat ke masjid pengkajian (pengajian), santri hanya membawa korasan tertentu yang akan dipelajarinya bersama sang kiai-ulama.20 Dari ciri-ciri yang sudah disebutkan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat tanda baca, sepeti: titik, koma dan tanda-tanda baca lainnya 2. Tidak terdpat tahun penerbitan kitab 3. Terdiri dari matan (inti permasalahan) dan syarah (penjelasan dari matan) 4. System penulisan: a. Matan ditulis di kiri dan kanan, bahkan ada yang sampai d atas dan bawah syarah b. Syarah ditulis didalam kolom berbentukempat persegi panjang dengan ukuran rata-rata 13X23 cm c. Digunakan kurung buka dan kurung tutup untuk matan yang sedang disyarah d. Keterangan dari syara ditulis sejajar dengan matan dengan garis, sebagai pemisah antara keterangan dengan matan 5. Matan dan syarah tidak ditulis oleh penulisyang sama
20
Abdurrahman Wahid, Pesantern Masa Depan Wacana Transformasi Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) h. 220
Pemberdayaan
dan
24
6. Tulisan tidak berharakat, kecuali matan yang disusun secara terpisah untuk para pemula 7. Tiap-tiap kitab terdiri dari kelompok-kelompok halaman yang dapat dipisah antara kelompok halaman yang satu dengan yang lain. Tiap-tiap kelompok masing-masing terdiri 16 halaman. Jika ditinjau dari jenisnya, kitab kuning terdiri dari kitab-kitab nahwu, sharaf, fiqih, ushul fiqh, mustalahul hadis, tauhid, tashauf, tafsir dan kitab-kita balaghah.Kitab nahwu berisi tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan selukbeluk kalimat.Kitab sharaf berisikantentang: ilmu-ilmu yang berkaitan dengan asal-usul kata. Kitab fiqih berisikan tentang: tata cara beribadah, dan bermu’amalah. Kitab ushul fiqih berisi tentang: kaidah-kaidah dan tata cara menetapan suatu hukum syariat. Kitab hadits berisikan tentang: kumpulan hadtshadits Rasullulah saw, baik yang berkaitan dengan perkataan, perebuatan, maupun hal-hal yang berkaitan dengan perizinannya. Kitab mustalahul hadits berisikan tentang: ilmu-ilmu untuk mengetahui keotentikan suatu hadits. Kitab tauhid dan kitab tashauf berisikan tentang: ketuhanan. Kitab tafsir berisiskan tentang: penjelasan-penjelasan tentang ayat-ayat suci al-qur’an. Dan kitab balaghah berisikan tentang: ilmu-ilmu yang berkaitan dengan retorika bahasa arab.
Sedangkan kitab kuning dilihat dari penampilan lahiriahnya, kitab kuning memiliki 5 karakter: Pertama: mengulas pembagian suatu yang umum menjadi suatu yang khusus, yang global menjadi terinci dan begitulah seterusnya. Kedua, menyajikan redaksi yang teratur dengan menampilkan beberapa pernyataan untuk menuju suatu kesimpulan yang benar-benar
dituju.Ketiga,
membuat
ulasan-ulasan
tertentu
dalam
mengulangi uraian-uraian yang dianggap perlu.Penampilannya tidak semraut dan pola pikirnya dapat dinilai lurus.Keempat, memberikan batasan-batasan yang jelas tentang sebuah definisi.Kelima, menampilkan beberapa alasan terhadap pernyataan yang dianggap perlu.21
21
28
A. Chozin Nasuha, “Epistemologi Kitab Kuning dalam pesantren”. (Jakarta: 1989), h.
25
4. Macam-macam kitab kuning Dalam kajian ajaran agama Islam atau ilmu-ilmu agama yang terdapat pada kitab kuning ini memiliki macam-macam bidang. Dibawah ini akan disebutkan macam-macam kitab kuning yang terkenal antara lain sebagai berikut: a) Dalam bidang Tafsir 1. Tafsir Ibnu Katsir 2. Tafsir Thabai 3. Tafsir Jalalain b) Dalam bidang Ulumul Qur’an 1. I’rob Qur’an 2. Ashbabun Nuzul Qur’an 3. Fadlailul Qur’an 4. Mazajul Qur’an 5. At-Tibyan 6. Fath Al-Rahman c) Dalam bidang Fiqih 1. I’anatuh Thalibin 2. Fathul Mu’in 3. Raudhotut Thalibin 4. Bidayatul Mujtahid d) Dalam bidang Tasawuf atau Akhlak 1. Ihya Ulumuddin 2. Riyadlush Shalihin 22
C. Pembelajaran Kitab Kuning 1. Pengertian Pembelajaran Kata ”pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini 22
Anotasi Kitab Kuning, Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia, ( Jakarta: Darul Ilmi, 2007), Cet. ke-1, h. 3.
26
banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya. Sehingga itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992: 3), yang menyatakan bahwa: “instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated”. Instruksi adalah sekumpulan kejadian yang berdampak terhadap siswa dimana pembelajaran di fasilitasi. Oleh karena itu menurut Gagne mengajar atau “teaching” merupakan bagian dari pembelajaran (intruction), di mana peran guru sangat ditekankan kepada bagaimana merancang atau aransement berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Dalam
istilah
“pembelajaran”yang
lebih
dipengaruhi
oleh
perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mepelajari bahan pelajaran. Dengan demikian, kalau dalam istilah “mengajar” (pengajaran)” atau “teaching” menempatkan guru sebagai
“pemeran
utama”
memberikan
informasi,
maka
dalam
“instruction” guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Terdapat beberapa karakteristik penting dari istilah pembelajaran.
27
a. Pembelajaran berarti membelajarkan siswa Dalam
konteks
pembelajaran,
tujuan
utama
mengajar
adalahmembelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dengan sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar.inilah maka proses pembelajaran berpusat kepada siswa (student oriented). b. Proses pembelajaran berlangsung di mana saja Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja. Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa.Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran. c. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola prilaku siswa itu sendiri. 2. Metode Mempelajari Kitab Kuning Kitab kuning yang membedakan dari yang lainnya adalah metode mempelajarinya.Sudah dikenal bahwa ada dua metode yang berkembang di lingkungan pesantren untuk mempelajari kitab kuningmetode sorogan dan metode bandungan. Pada cara yang pertama, santri membacakan kitab kuning di hadapan kiai-ulama yang langsung menyaksikan keabsahan bacaan santri, baik dalam konteks makna maupun bahasa (nahwu dan sharf).Sorogan artinya belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.Sedangkan menurut Wahyu Utomo, metode sorogan merupakan sebuah sistem belajar dimana para
28
santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab dihadapan seorang guru atau kiai. Dalam Pesantren, sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Metode ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing Bahasa Arab. Ciri utama penggunaan sistem individual ini adalah; (1) lebih mengutamakan proses belajar daripada mengajar, (2) merumuskan tujuan yang jelas, (3) mengusahakan partisipasi aktif dari pihak murid, (4) menggunakan banyak feedback atau balikan dan evaluasi, (5) memberi kesempatan kepada murid untuk maju dengan kecepatan masing-masing. Pada carakeduametode bandongan,Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren yaitu sistem bandongan atau seringkali disebut sistem weton. Secara etimologi, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, bandongan diartikan dengan pengajaran dalam bentuk kelas (pada seklek agama).Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam Bahasa Arab.Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit, berupa
syakal
atau
makna
mufrodhat
atau
penjelasan
(keterangan
tambahan).Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut dengan halaqoh yang arti bahasanya lingkaran murid atau sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: System belajar yang diterapkan dalam mempelajari kitab kuning adalah: system bandongan dan system sorogan. Bandongan adalah system belajar satu arah yang dilakukan oleh kiai kepada santri. Cara pelaksanaannya sebagai berikut: 1. Kiai membaca kata demi kata 2. Kiai megartikan 3. Kiai menjelaskan maksudnya23
23
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Mutiar, 1979) h. 35
29
Dalam system ini, keaktifan santri hanya menyimak, menulis arti kata-kata yang belum dimengerti, dan mendengarkan penjelasan kiai.Sorogan adalah system belajar secara langsung antara kiai dan santri. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1. Santri menghadap kiai satu persatu secara bergantian 2. Santri membaca secara utuh 3. Santri mengartikan secara harfiyah Dalam system ini, keaktifanm kiai hanya menyimak dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh santri. Bagi santri yang belum memiliki dasar kitab yang dikaji dengan system sorogan yaitu: kitab yang telah dikaji dengan system bandongan. Sedangkan bagi santri yang telah memiliki kemampuan dasar , kitab yang dikaji adalah kitab-kitab yang belum pernah dikaji sebelumnya. Dengan demikian system sorogan merupakan system pengulangan bagi sntri pemula dan merupakan penggayaan bagi santri yang telah memiliki kemampuan dasar.
Selain kedua metode di atas, sejalan dengan usaha kontekstualisasi kajian kitab kuning, di lingkungan pesantren dewasa ini telah berkembang metode jalsah (diskusi/kelompok) dan halaqoh (seminar).Kedua metode ini lebih sering digunakan di tingkat kiai-ulama atau pengasuh pesantren, antara lain, membahas isu-isu kontemporer dengan bahan-bahan pemikiran yang bersumber dari kitab kuning.24 3. Tujuan Mempelajari Kitab Kuning Pendekatan-pendekatan untuk memahami kitab kuning sesuai dengan konteks zaman sekarang.Memahami Kitab Kuning bukan merupakan istilah untuk kitab yang kertasnya kuning saja, akan tetapi ia merupakan istilah untuk kitab yang dikarang oleh para cendekiawan masa silam. Istilah tersebut digunakan karena mayoritas kitab klasik menggunakan kertas kuning, namun belakangan ini penerbit-penerbit banyak yang menggunakan kertas putih.Yang pasti, istilah tersebut digunakan untuk produk pemikiran salaf. Sementara itu,
24
Abdurrahman Wahid, Pesantern Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren (Bandung: Pustaka Hidayah 1999) h. 221-224
30
produk pemikiran salaf dikalangan akademisi lebih populer dengan sebutan tutors. Tutors secara harfiah berarti sesuatu yang ditinggalkan/ diwariskan. Pada masa sekarang ini banyak dari kalangan santri, mahasiswa,dan masyarakat yang meragukan akan isi kitab kuning karena tidak sesuai dengan konteks pada zaman sekarang,sehingga mengakibatkan sedikitnya orang-orang yang mempelajari kitab kuning. oleh karena itu, perlu diadakannya pendekatan atau metode baru dalam memahami kitab kuning yaitu: 1. Pengkaji kitab kuning tidak hanya berhenti pemahaman hukum-hukum hasil karya ulama terdahulu, tetapi melacak metodologi penggalian hukumnya. Hal ini sebagaimana tawaran Al-Ghazali bahwa ilmu yang paling baik adalah penggabungan antara aqli dan naqli, antara menerima hasil pemikiran ulama’ salaf sekaligus mengetahui dalil dan penalarannya. 2. Membiasakan untuk bersikap kritis dan teliti terhadap objek kajian. Karena pada dasarnya budaya kritis adalah hal yang lumrah dalam dunia intelektual. Sebagaimana telah kita saksikan potret kehidupan ulama’ salaf yang sarat dengan nuansa konflik dan polemik. Hal itu terjadi, tak lain hanyalah karena ketelitian, kejelian dan kritisisme yang dimiliki oleh para pendahulu kita yang kesemuanya patut untuk kita teladani. 3. Melakukan analisa yang mendalam, apakah pendapat ulama itu benarbenar murni refleksi atas teks (nash) atau ada faktor lain yang mempengaruhi. Sekedar contoh, kenapa sampai ada qoul qodim dan qoul jadid, kenapa Imam Nawawi berbeda pendapat dengan Imam Syafi’i dalam transaksi jual beli tanpa sighat (bai’al mu’athoh), kenapa Imam Qoffal berani berbeda pendapat dalam memahami sabilillah yang berarti setiap jalan kebaikan (sabil al khair) dapat menerima zakat sedangkan mayoritas ulama tidak memperbolehkan. 4. Menelusuri sebab terjadinya perbedaan pendapat, sejarah kodifikasi kitab kuning, latar belakang pendidikan pengarang, keadaan sosial dan
31
budaya yang mempengaruhinya. Memahami faktor dan tujuan pengarang mengemukakan pendapatnya. 5. Pengkaji harus menjaga jarak antara dirinya (selaku subyek) dan materi kajian (selaku obyek). Dengan prinsip ini, peneliti tidak boleh membuat penilaian apapun terhadap materi dan melepaskan dari fanatisme yang berlebihan. Dalam tahap ini peneliti harus berusaha ”menelanjangi” aspek kultural, sosial dan historis dimana suatu hukum dicetuskan. Benar-benar memahami latar belakang suatu hukum yang telah dirumuskan ulama’ salaf. Hal ini dimaksudkan agar terjadi penilaian dan pemahaman yang obyektif. 6. Langkah terakhir adalah pengkaji menghubungkan antara dirinya dengan obyek kajian. Langkah ini diperlukan untuk mereaktualisasi dan mengukur relevansi kitab kuning dengan konteks keyakinan. Pengkaji dalam hal ini dituntut untuk menjadikan kitab kuning sebagai sesuatu yang cocok untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi saat ini dan bersifat ke-Indonesiaan. Senantiasa berpegang pada prinsip bahwa syariat Islam diciptakan demi tegaknya kemaslahatan sosial pada masa kini dan masa depan. Dengan pendekatan-pendekatan di atas untuk memahami kitab kuning, Insya Allah kitab kuning akan senantiasa aktual, up to date dan layak pakai sepanjang masa. Dengan berbekal pendekatan tekstual dan pemahaman yang lugu justru akan menjadikan kitab kuning hanya sekedar bundelan kertas peninggalan ratusan tahun silam. Realitas mengatakan bahwa yang berhasil menjadi pemikir-pemikir besar Islam Indonesia adalah mereka yang betulbetul mampu mengusai khazanah Islam klasik dengan baik.Tokoh seperti Sahal Mahfudz, Quraisy Syihab, Said Aqil Siraj dll.Adalah tokoh-tokoh yang berlatar belakang pendidikan pesantren dan kitab kuning. Penulis sangat yakin bahwa orang yang mampu mengusai kitab kuning dengan sempurna adalah orang yang layak meneruskan estafet intelektual pemikiran Islam masa depan.
32
Selamat bergumul dengan kitab kuning dan berhadapan dengan arus modernitas serta tantangan zaman.25 4. Kesulitan Mempelajari Kitab Kuning Sebenarnya, untuk mempelajari kitab kuning bukanlah hal yang sulit. Hanya butuh pembelajaran yang mendalam saja seperti: 1. Membaca dan mengartikan kitab kuning 2. Mengartikan kosa kata dari kitab kuning 3. Mengetahui kedudukan kalimat karena dalam kitab kuning, tata bahasa lebih banyak dan unik dibanding dengan tata bahasa yang lain. Semua dapat diperoleh hanya dengan ketekunan, ketiga pembelajaran tersebut cukup mudah bila kita mempunyai tiga bekal dalam memahami kitab kuning yaitu: a. Matan ajurumiyah b. Amtsilatu Tasrifiyah c. Kamus Dengan adanya tiga bekal tersebut insyaallah pembelajaran bisa lebih mudah karena sudah mengetahui dan memahami sedikit banyak isi dari kitabkit yang akan dikaji terlebih dahulu. 5. Manfaat Mempelajari Kitab Kuning Dalam mempelajari kitab kuning yang ditulis oleh para mujtahid atau ulama-ulama terdahulu yang isinya mengenai ajaran-ajaran Islam yang sangat relevan untuk dijadikan referensi bagi ummat Islam ini, tentu banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari belajar membaca kitab kuning. Diantaranya adalah sebagi berikut: manfaat kitab kuning adalah untuk memahami kedua sumber utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang tidak terjerumus dalam kesalahan dan kekeliruan yang dibuatnya sendiri. Sebab, kandungan kitab kuning merupakan penjelasan yang siap pakai (instan) dan rumusan ketentuan hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang yang 25
http://www.google.co.id/search?q=kesulitan%20mempelajari%20kitab%20kuning. Tanggal, 24 April, 2011.
33
dipersiapkan oleh para mujtahid di segala bidang dan untuk memfasilitasi proses pemahaman keagamaan yang mendalam sehingga mampu merumuskan penjelasan yang segar. Tetapi, tidak historis mengenai ajaran Islam, Al-Qur’an dan Hadits Nabi.26 dapat memberikan ilmu-ilmu keislaman secara menyeluruh dengan membaca kitab kuning, dapat menjawab persoalan-persoalan yang ada pada saat ini, mengetahui ulama-ulama terdahulu, memberikan implikasi pada daya adaptabilitas dan reponsibilitas terhadap perkembangan zaman.
26
236
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, (Bandung: Pustaka Hidayat, 1999), h.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian Adapun tempat yang dijadikan subjek penelitian adalah mahasiswa Pendidikan Agama IslamUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011. B. Metodologi Penelitian Penelitian ini menelaah tentang minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran kitab kuning. Penelitian ini dirancang melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitan deskriptif adalah penelitian yang meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitan. Tipe yang paling umum dari penelitan deskriptif ini meliputi penilan sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, atau prosedur.1 Di dalam penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif.2 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena peneliti ingin memberikan gambaran data secara jelas mengenai minat mahasiswa ilmu agama Islam. Penelitian ini 1
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet ke-11, h. 11 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet ke-11, h. 70
2
34
35
berhubungan erat dengan pendekatan yang sifatnya interpretative dari sudut informan. C. Populasi danSample 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya.3 Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kualitatif atau kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari sifat-sifatnya. 4 Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008 Reguler yang berjumlah 299 orang. 2. Sampel Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang dimaksudkan untuk menggeneralisasikan kesempatan yang diperoleh dalam penelitian. 5 Sample dalam penelitian kualitatif dinamakan nara sumber, partisipan, atau informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar pendidikan. 6 Pada penelitian kualitatif sumber data dan informasi adalah informan. Informan akan membantu peneliti untuk mengumpulkan data yang diinginkan dalam penelitian.
3
h. 215
Sugiyono, Metode Penelitian kuatiitatif, kualitatif dan R & D, (Bandung: IKAPI, 2008),
4
Sudjana, Metode Statistika (Bandung: Tarsito, 1996), h. 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 1999), h.
5
17 6
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi ReVisi. (Bandung: remaja Rosdakarya, 2007), h. 132
36
Teknik pemilihan informan menggunkan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sample atau informan bertujuan.Menurut, Sugiyono bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data dengan pertimbangan tertentu. 7 Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 299 orang, sedangkan sample yang diambil sebanyak 30 orang mahasiswa.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memudahkan data, fakta dan informasi
yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu: melalui penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). a. Metode Library (penelitian kepustakaan) penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari buku-buku dan literature-literatur yang ada hubungan dengan objek yang diteliti. Riset kepustakaan ini ditunjukkan untuk mencari landasan teori yang berhubungan dengan penyusunan skripsi melalui membaca buku referensi serta dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh pengertian secara teoritis sebagai bahan yang mendasari pengumpulan data dilapangan serta analisis yang dilakukan. b. Metode Field Research (penelitian lapangan) Untuk memperoleh data lapangan, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut 1) Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.8kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari mahasiswa. Teknik ini dipilih 7
Sugiono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,2006 ), h. 300 8 Suharsismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 17
37
peneliti dengan pertimbangan efektifitas, waktu dan biaya.Data pertanyaan kuesioner terlampir. Angket yang berisi 20 butir pertanyaan peneliti lakukan terhadap 30 mahasiswa Pendidikan Agama Islam.Data angket kemudian direkap dengan bentuk table-tabel yang memuat frekuensi munculnya jawaban responden Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju.Selanjutnya dihitung presentasenya untuk mempermudah dalam melakukan analisis data. 2) Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dalakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 Wawancara ini dilakukan kepada 10 orang mahasiswa Pendidikan Agama Islam angkatan 2008 reguler. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tetapi juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Editing Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit atau memilih data, sehingga hanya data yang tercapai saja yng tersisa. Langkah editing ini bertujuan untuk merapihkan data agar rapi, bersih, dan mengadakan pengolahan lebih lanjut.
9
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-24, h. 186
38
b. Scoring Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket dengan ketentuan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) diberi nilai
4
Setuju (S) diberi nilai
3
Tidak Setuju (TS) diberi nilai
2
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai
1
c. Tabularing Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang telah tersusun rapih dan rinci dalam bentuk tabel. Untuk menganalisa data yang telah terkumpul, maka penulis menggunakan teknik analisa non-statistik menggunakan metode deskriptif, yaitu menuturkan dan menganalisa data dari beberapa angka-angka yang diperoleh dari penelitian, sebagai berikut: Tabel 1 Pengukuran secara Deskripsi Jawaban
Pengukuran Item
Jumlah Item
Nilai
A B C
4 3 2
20 20 20
80 60 40
D
1
20
20
Pengukuran Secara Deskriptif Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat tidak Setuju
Untuk analisis penulismenggunakan bentuk prosentase dalam mencari skor masing-masing dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
39
P=
𝑓 N
x 100%
Keterangan: P= Prosentase F= Frekuensi jawaban responden N= Number of Cases (Jumlah Responden)
Mahasiswa (Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Jumlah
1 2 3 4 2 4 4 4 4 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 70
2 2 2 3 2 3 2 4 4 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 61
3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2 65
4 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 2 2 65
5 3 3 4 3 2 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 2 71
6 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 68
7 3 3 3 2 4 3 3 4 2 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 74
8 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 2 1 2 3 3 52
2.33
2
2
2
2
2
2
2
Nomor Soal (X) 9 10 11 12 13 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 71 63 66 55 67 2
2
2
2
14 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 2 73
15 2 3 2 3 2 2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 65
16 17 3 2 3 3 2 3 2 3 2 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 4 2 3 1 3 2 64 63
2 2.4 2.2 2.1
18 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 75
19 20 Jumlah Nilai Rata-rata 3 3 48 1.6 2 3 56 1.866666667 3 4 60 2 2 3 45 1.5 2 4 56 1.866666667 3 3 57 1.9 3 4 62 2.066666667 4 4 70 2.333333333 3 3 54 1.8 3 3 53 1.766666667 3 3 56 1.866666667 2 3 50 1.666666667 2 3 48 1.6 3 3 56 1.866666667 3 3 49 1.633333333 3 3 55 1.833333333 2 3 51 1.7 3 3 58 1.933333333 4 4 72 2.4 3 3 53 1.766666667 3 4 60 2 3 3 60 2 3 3 57 1.9 3 4 49 1.633333333 68 79 1335
2.1 2.5 2.3
2.6
44.5
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Sejarah Singkat dan Tujuan Didirikannya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada 1 Juni 2007, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan golden anniversary. Selama setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung proses pembangunan bangsa, dan sebagai institusi pengabdian masyarakatyang menyumbangkan
program-program
peningkatan
kesejahteraan
sosial.Selama setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN alJami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sesuai dengan namanya, memiliki tugas dan fungsi mendidik calon-calon pendidik (guru), khususnya di bidang Ilmu Agama Islam. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan riil masyarakat, maka Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan saat ini juga menawarkan program studi yang memungkinkan
40
41
alumni fakultas ini tidak sekedar bekerja sebagai guru agama saja, melainkan di bidang yang lain juga. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan menawarkan programprogram yang memungkinkan mahasiswa memiliki pemahaman ilmu agama sekaligus metodologi ilmu agama dan pengajarannya.Fakultas ini memiliki jurusan/program studi sebagai berikut:PendidikanAgama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Manajemen Kependidikan, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika, Pendidikan IPA, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Program AKTA IV. Dari Sembilan jurusan di fakultas tarbiyah itu.secara khusus, Jurusan Pendidikan Agama Islam bertujuan menghasilkan sarjana yang ahli di bidang pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang menguasai materi dan metodologinya. Jurusan ini menyiapkan sarjana bidang keguruan agama Islam yang profesional untuk mengajar pada jenjang Madrasah Aliyah dan yang sederajat. Selain itu, jurusan Pendidikan Agama Islam juga bertujuan melahirkan Guru Agama Islam yang memiliki kewenangan untuk mengajar Pendidikan Agama Islam di SLTP umum, SLTA dan SMK, mereka juga memiliki kewenangan untuk mengajarkan salah satu dari empat mata pelajaran keagamaan di Madrasah Tsananwiyah dan Madrasah Aliyah, Yaitu Tafsir-Hadits, Fiqih, dan Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, dan Sejarah Peradaban Islam (SPI). Lulusan atau outcome dari jurusan PAI FITK diharapkan memiliki kecakapan sebagai sarjana Muslim yang mampu menjadi Guru Pendidikan Agama Islam yang professional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.1 Mata Kuliah Keahlian yang diberikan di jurusan ini meliputi: Ilmu Pendidikan, Sejarah Pendidikan Islam, Qawaid Fiqhiyah, Metode Pendidikan Islam, Keterampilan Profesi, Psikologi, Perencanaan Sistem 1
Komaruddin Hidayat, Pedoman akademik 2009-1020 (Jakarta: Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010), h. 69
42
Pendidikan Islam, Pengembangan Kurikulum, Materi Pendidikan Agama Islam, Statistik, Sistem Evaluasi Pendidikan, Masail Fiqhiyah, Strategi Belajar Mengajar, Media Pengajaran, Manajemen Perpustakaan, Filsafat Pendidikan Islam, Qira'atul Kutub, Hadits dan Tafsir. Visi dan Misi Visi fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan adalah “Menjadi LPTK yang
unggul,
kompetitif,
professional
dengan
mengintegrasikan
keilmuan, keislaman dan kemanusiaan”. Misi FITK adalah: 1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berwawasan riset 2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan keilmuan untuk menghasilkan satu karya inovatif di bidang pendidikan 3. Mengembangkan
pengabdian
kepada
masyarakat
melalui
pembinaan pemberdayaan madrasah/sekolah 4. Mengembangkan komitmen dan budaya akademik bagi para civitas akademika 5. Mengembangkan layanan berbasis teknologi informatika/ICT 6. Mengembangkan jenjang dan kemitraan dengan berbagai lembaga nasional maupun internasional 7. Melaksanakan
evaluasi
kinerja
kelembagaan
secara
berkelanjutan.2 2. Letak Geografis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atau Universitas Islam NegeriJakarta (sebelumnya: IAIN Jakarta atau IAIN Syarif Hidayatullah) adalah sebuah universitas yang terletak di Ciputat, Tangerang Selatan. Secara geografis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berada di daratan tinggi, sehingga sangat kecil terjadinya banjir yang dapat menghambat kelancaran Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Di
2
Komaruddin Hidayat, Pedoman akademik 2009-1020 (Jakarta: Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010), h. 69
43
samping itu,yang sangat dekat dengan jalan raya, yaitu sekitar 5 meter, memudahkan siswa untuk mengaksesnya. 3. Adapun keadaan Dosen menurut latar belakang pendidikan adalah sebagai berikut: Table 2 Keadaan Dosen Menurut Latar Belakang Pendidikan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Pendidikan Prof. Dr. Salman S3 Harun, MA Prof. Dr.Rif’at S3 Syauqi Nawawi, MA Prof. Dr. Dede S3 Rosyada, MA Prof. Dr Abdurrahman S3 Ghazali, MA Prof. Dr. Achmad S3 Syafi’I Noer Drs. Ahmad Ghalib, S2 M.Ag Dr. Abd. Madjid S3 Khon,M.Ag Dr. Abd. Fatah S3 Wibisono, M.Ag Dra. Nur’aini Ahmad, S3 M.Hum Drs. Nurdin Idris, S2 MA Dra. Shofiah S2 MS, M.Ag Dra. Siti Zainab, S2 M.Ag Drs. A. Basuni, M.Ag S3 Drs. A. Haris, M.Ag S3 Dra. Husnawati S3 Husein, M.Ag Drs. Sapiuddin, S3 M.Ag
Bidang Study
Jabatan
Tafsir
Dosen Tetap
Tafsir
Dosen Tetap
Metodologi Penelitian Fiqih Ushul Fiqih
Dosen Tetap
Ilmu Kalam
Dosen Tetap
Hadits
Dosen Tetap
PPMDI
Dosen Tetap
Filsafat Ilmu
Dosen Tetap
Hadits
Dosen Tetap
Hadits
Dosen Tetap
Akhlaq Tashauf SKI Hadits
Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap
Ilmu Kalam
Dosen Tetap
Fiqih dan Ushul Fiqih
Dosen Tetap
Bahrissalim, M.Ag
S3
Kurikulum
18
Drs. Rusdi, M.Ag
S2
Fiqih
19
Dr. Khalimi, MA
S3
Ilmu Kalam
S3
Pengembangan Kurikulum
20
Dosen Tetap
MK PAI
17
Muhammad Zuhdi,
Dosen Tetap
Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap
44
M. Ep.P.h 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ahmad Shodiq, M.Ag, DR Aminuddin Ya’kub, M.Ag Siti Khadijah, MA Ahmad Irfan Mufid, MA Abdul Ghafur, S.Ag, MA M. Sholeh Hasan, Lc, MA Marhamah Shaleh, MA M. Dahlan, S.Ag.M.Hum. DR Dr. Anshari, MA Dr. Gufron Ihsan, MA Dra. Elo M. Al Bugis, MA
S3 S3 S3 S2 S3
Akhlaq Tashauf Ushul Fiqh Muqaran Ilmu Pendidikan Islam Pendidikan Islam Ulumul Qur’an
Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap
S3
Tafsir
Dosen Tetap
S2
Qiraatul kutub
Dosen Tetap
S3
Filsafat Umum
Dosen Tetap
S3
Tafsir Hadits
S3
Ushul Fiqh
S2
Bahasa Arab
Dosen Tetap
Dosen Tetap Dosen Tetap
32
Dr. Sururin. M.Ag
S3
Psikologi Agama
Dosen Tetap
33
Heni Narendrani Hidayati, S.Ag.M.Pd
S3
Evaluasi Pendidikan
Dosen Tetap
34
Dra. Manerah
S2
35
Tanenji, S.Ag,MA
S2
36
Drs. Masan AF,M.pd
S2
37
Yudhi Munadi, M.Ag
S2
38
Dr.Zaimuddin, M.Ag
S3
Evaluasi Pendidikan Perencanaan Pengajaran Ilmu Metode Penelitian Media Pembelajaran Pendidikan Islam
Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap Dosen Tetap
45
4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di kampus dapat mendukung kelancaran proses pendidikan. Kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki Fakultas IlmuTarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam akan mempengaruhi kemajuan dan mutu kelulusan. Dengan diharapkan dengan tersedianya halhal tersebut membuat sivitas akademika FITK UIN Jakarta dapat mengembangkan segenap potensi untuk menjadi manusia yang unggul, kompetitif dan profesional.
NO 1
2
Table 3 Sarana Prasarana Sarana Jumlah Ruang Kerja Dosen: Satu ruang untuk lebih dari 2 4 dosen III dan lantai IV R. Perkantoran dan R.kelas Lt.III R. Jurusan PAI R. Program Non Reguler R. Akta mengajar R. Jurusan PGMI R. BEM J PAI R. Perkuliahan R. Loby R. Mushollah Toilet R. Panel R. Pentry R. Teater
1 1 1 1 1 9 3 1 4 1 1 1
Kondisi Terawat
Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat
46
5. Struktuktur Organisasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kguruan DEKAN PROF. DR. DEDE ROSYADA, MA NIP: 19571005 198703 1 003
PUDEK BID. AKADEMIK DR. NURLENA, MA.Ph.D NIP.19591020 198603 2 001
PUDEK BID. ADM.UMUM ABD. ROZAK, M.Si NIP.19690908 199603 1004
PPMPK DR. SURURIN, MA NIP. 19710319 199803 2 001
P4TK YUDHI MUNADHI, M.Ag NIP.19701203 199803 1 003
Sekretaris PPMK ABDUL MUIN,M.Pd NIP.19751201 200604 1 003
Sekretaris P4TK TANENJI, MA NIP.19720712 199803 1 003
Staff P4TK Nurkhayati, M.Si (1-72007)
JURUSAN/ PROGRAM STUDI
KABAG TATA USAHA Drs. H. Ali Nurdin, M.Pd NIP.19550601 198103 1 005 Kasubbag Akad. & Kemahasiswaan Drs. Rasi’in NIP.19650823 1999302 1 007
Tenaga Administrasi Perpustakaan
Laboratorium/ Studio Indra Munawar (Adm. Server-PTT 1-1-2010) Iwa Kurnia, S.Kom (Lab.Kom-PTT-17-2006) Iwan Setiawan, S.Pd (PTT 12-82009) Kasim, S.Pd (PTT-1-7-2010)
PUDEK BID. KEMAHASISWAAN DR. MUHBIB, MA NIP. 19690908 199603 1 004
Kasubbag Kepegawaian & Keuangan Dra. Siti Sugiarti NIP.150 237 767
Tenaga Administrasi Pegawai Tidak Tetap
Pengemudi Kebersihan
JURUSAN/ PROGRAM STUDI
Staf Jur. PAI
Staf Jur. PB A
Kasubbag Adm. Umum Sundus Nuzulia, M.Si NIP.19721108 Tenaga Administrasi 1999403 2 002
Keamanan
Staf Jur. PBI
Staf Jur. P. MT K
Staf Jur. KIMP
Sek jurP . IPS
Staf Jur. P. IPA
Sek jurP . BSI
47
B. Deskripsi Data Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam pembelajaran kitab kuning Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini penulis menjabarkan dalam bentuk tabel-tabel hasil dari penelitian: Table 4 Saya Senang belajar Kitab Kuning Hasil Jawaban Angket Point Pertama Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
5
16.67 %
S
3
18
60 %
TS
2
7
23.33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari total responden (30) orang yang menjawab bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Islam senang dengan pembelajaran kitab kuning, sebanyak 18 orang (60 %) dan 5 orang(16.67 %) mahasiswa sangat senang dengan pembelajaran kitab kuning. Untuk itu, dapat dilihat bahwa sebagian mahasiswa Pendidikan Agama Islam senang dalam pembelajaran yang sudah di sampaikan di kelas.Dan hanya 23.33 % atau 7 orang saja yang menjawab tidak setuju.Karena menurut mereka belajar kitab kuning itu sulit. Tabel 5 Saya semakin semangat bila dosen menyajikan kitab kuning Hasil Jawaban Angket Point kedua Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
2
6,67 %
S
3
15
50 %
TS
2
13
43,33 %
48
STS
1
Total
0
0%
30
100
Dari hasil angket yang terjawab, pada point kedua ini dapat dibuktikan bahwa 50 % atau 15 orang mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang setuju dan semakin semangat apabila dosen mulai memberikan materi kitab kuning. Karena memiliki kesenangan dalam belajar kitab kuning sehingga mahasiswa semangat apabila dosen mulai memberikan materi, meskipun 6,67 % mahasiswa yang menjawab sangat setuju. Sedangkan 43.3 % yang menjawab tidak setuju bila dosen memberikan materi mahasiswa akan semakin semangat. Dengan alasan mahasiswa tidak tertarik untuk belajar membaca kitab kuning.Hal ini dapat dilihat pada table di atas. Table 6 Saya memahami materi kitab kuning yang disampaikan oleh dosen Hasil Jawaban Angket Point ketiga Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
1
3,3 %
S
3
19
63,33 %
TS
2
10
33,33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil angket pada point ini, yang menjawab setuju sebanyak 15 orang (63,3 %), meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 3,3 %. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa mahasiswa mampu memahami pelajaran kitab kuning saat sedang berlangsung proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 33,3 % dengan alasan sulit untuk dipahami.
49
Tabel 7 Saya termotivasi datang tepat waktu pada mata kuliah kitab kuning Hasil Jawaban Angket Point keempat Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
2
6,67%
S
3
15
50 %
TS
2
13
43,33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil angket yang terjawab, bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang setuju termotivasi datang tepat waktu pada mata kuliah kitab kuning, meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 6,67 % atau 2 orang saja. Sedangkan yang menjawab tidak setuju 43,33%. Dengan demikian sudah terlihat bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Islam tidak termotivasi datang tepat waktu untuk mengikuti mata kuliah kitab kuning yang akan mudah untuk memahami belajar kitab kuning dengan baik. Table 8 Ketika dosen menjelaskan mahasiswa mendengarkan dengan seksama Hasil Jawaban Angket Point kelima Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
5
16,67 %
S
3
19
63,33 %
TS
2
5
16,67 %
STS
1
1
3,3 %
30
100
Total
Dari hasil angket yang terjawab, pada point ini mahasiswa yang menjawab setuju ketika dosen menjelaskan materi kitab kuning mahasiswa mendengarkan dengan seksama agar proses pembelajaran kitab kuning berjalan dengan baik dan dapat diserap oleh para mahasiswa sebanyak
50
63,33 % meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 5 orang (16,67 %. Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 16,67 % dan 3,3 % menjawab sangat tidak setuju. Dengan alasan, masih banyak mahasiswa yang berisik ketika dosen menjelaskan sehingga suasan kelas tidak tenang dan tidak nyaman.Hal ini dapat dilihat pada table di atas. Table 9 Saya mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh dosen terkait pelajaran kitab kuning Hasil Jawaban Angket Point keenam Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
3
10 %
S
3
17
56,67 %
TS
2
10
33,33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari total responden 30 orang yang menjawab setuju sebanyak 56,67 % dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 %. Dapat dilihat bahwa, mahasiswa Pendidikan Agama Islam mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh dosen terkait pelajaran kitab kuning. Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 33,3 % dengan alasan sulit untuk memahami pelajaran kitab kuning.Sehingga mahasiswa merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas. Table 10 Saya nyaman saat belajar kitab kuning di pagi hari Hasil Jawaban Angket Point ketujuh Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
7
23,33 %
S
3
18
60 %
TS
2
5
16,67 %
51
STS
1
Total
0
0%
30
100
Dari hasil angket yang terjawab, maka dapat dibuktikan bahwa yang menjawab setuju sebanyak 18 orang (60%) dan sangat setuju sebanyak 7 orang (23,3 %) para mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merasa nyaman saat belajar kitab kuning di pagi hari dengan alasan, fikiran masih fresh. Sedangkan yang menjawab tidak setuju belajar kitab kuning di pagi hari akan nyaman sebanyak 16,67%. Table 11 Ketika dosen memberi materi, saya ngobrol Hasil Jawaban Angket Point kedelapan Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
0
0%
S
3
4
13,3 %
TS
2
19
63,33 %
STS
1
7
23,33 %
30
100
Total
Dari hasil yang terjawab, maka dapat dibuktikan bahwa ketika dosen menjelaskan kajian materi kitab kuning, para mahasiswa ada yang mendengarkan dengan seksama dan mendengarkan dengan baik tanpa ada yang mengobrol. Sehingga suasana belajar menjadi nyaman. Hal ini sesuai jawaban mahasiswa Ragu 63,3 %. Berbeda dengan yang menjawab setuju ketika dosen menjelaskan mahasiswa ngobrol sebanyak setuju 13,3 %. Hal ini dapat dilihat pada table di atas.
52
Tabel 12 Saya bertanya kepada dosen, jika ada pelajaran yang kurang dipahami Hasil Jawaban Angket Point kesembilan Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
3
10 %
S
3
24
80 %
TS
2
3
10 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil angket pada point ini, yang menjawab setuju sebanyak 80 %, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 %.Untuk itu dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa Penidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berusaha ingin tahu dan ingin mengerti dari pembahasan yang dosen berikan dengan bertanya hal-hal yang kurang dipahami.Sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 10 %. Tabel 13 Saya mengulang materi kitab kuning yang disampaikan di kelas, walaupun tidak ada ulangan Hasil Jawaban Angket Point kesepuluh Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
1
3,3 %
S
3
16
53,3 %
TS
2
13
43,33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil angket yang diperoleh, yang menjawab setuju sebanyak 53,3 % dan meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 3,3 %., dapat dilihat bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengulang-ulang kitab kuning tidak hanya saat
53
ulangan berlangsung saja, akan tetapi saat tidak ada ulanganpun. Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 43,3 % karena menurut mereka belajar hanya untuk ulangan saja agar mendapat nilai yang bagus. Table 14 Saya mempunyai kitab kuning untuk dipelajari di rumah Hasil Jawaban Angket Point kesebelas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
3
10 %
S
3
17
56,67 %
TS
2
10
33,33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil angket yang terjawab, mahasiswa yang menjawab setuju pada point ini adalah 57,57 % dan sangat setuju 10 % ini dapat dibuktikan bahwa para mahasiswa Pendidikan Agama Islam Di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai kitab kuning di rumah untuk dipelajari di rumah. Dengan mereka mempunyai kitab kuning di rumah, mereka dapat mengulang belajar kitab kuning di rumah dan minat mereka untuk membaca kitab kuning semakin kuat. Meskipun, 33,3 % menjawab tidak setuju. Dengan alasan, mahasiswa yang tidak mempunyai kitab kuning di rumah mereka bukan lulusan pesantren dan tidak ada keinginan untuk bisa membaca kitab kuning. Table 15 Saya mengulang belajar kitab kuning di rumah, sehari sebelum pelajaran berlangsung Hasil Jawaban Angket Point kedua belas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
0
0%
S
3
10
33,33 %
54
TS
2
15
50 %
STS
1
5
16,67 %
30
100
Total
Dari hasil angket yang terjawab, pada point ini yang menjawab tidak setuju sebanyak 15 orang (50 %) dan menjawab sangat tidak setuju sebanyak 5 orang (16,67%), itu berarti bahwa mahasiswa yang tidak mengulang belajar membaca kitab kuning di rumah itu lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang mengulang di rumah yang memiliki prosentase 33,3 % yang menjawab setuju. Maka dapat dibuktikan bahwa mereka tidak mengulang belajar kitab kuning di rumah. Akan tetapi para mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta hanya belajar kitab kuning pada saat jam mata kuliah kitab kuning saja. Hal ini dapat dilihat pada table di atas. Table 16 Saya bersungguh-sungguh belajar untuk memahami kitab kuning Hasil Jawaban Angket Point ketiga belas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
2
6,67 %
S
3
21
70 %
TS
2
7
23,33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil yang terjawab, maka dapat dibuktikan bahwa 70 % mahasiswa menjawab setuju dan 6,67 % menjawab sangat setuju untuk bersungguh-sungguh dalam belajar kitab kuning agar bermanfaat ilmu yang mereka dapatkan. Sedangkan yang menjawab tidak setuju hanya 23,3 %. Hal ini dapat dilihat pada table di atas.Karena minat mereka kurang dalam mempelajari kitab kuning.
55
Table 17 Saya belajar kitab kuning agar memberikan banyak manfaat dalam kehidupan Hasil Jawaban Angket Point keempat belas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
6
20 %
S
3
19
63,33 %
TS
2
5
16,67 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil angket yang terjawab, maka dapat dibuktikan bahwa 63,3 % para mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjawab setuju belajar kitab kuning di kamfus sesuai dengan jadwal. Karena belajar kitab kuning ini memberikan banyak manfaat dalam kehidupan mereka.Seperti mengetahui berbagai macam ilmu Agama Islam yang ada dalam kitab kuning. Sedangkan yang menjawab tidak setuju adalah sebanyak 16,67 % dengan alasan banyak ilmu lain yang dipelajari dan memberi manfaat dalam kehidupan. Hal ini dapat dibuktikan pada table di atas. Table 18 Belajar kitab kuning menjadi ciri sarjana Agama Hasil Jawaban Angket Point kelima belas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
3
10 %
S
3
15
50 %
TS
2
7
23,33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
56
Dari hasil angket yang terjawab, dapat dibuktikan yang menjawab setuju adalah 50 % dan sangat setuju 10 % yang menganggap belajar kitab kuning menjadi ciri bagi sarjana agama, mahasiswa Pendidikan Agama Islam sebagai calon ulama yang harus memiliki kemahiran dalam belajar kitab kuning dan harus bersungguh-sungguh dalam mempelajari kitab kuning oleh sebab itulah mereka semangat dalam mempelajarinya. Sedangkan yang menjawab tidak setuju pada point ini, sebanyak 23,33% dengan alasan bukan hanya dari kitab kuning saja yang dijadikan sebagai cirri bagi sarjana agama, hafalan Al-qur’an dan hadits juga menjadi cirri bagi sarjana agama. Tabel 19 Dosen melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat Hasil Jawaban Angket Point keenam belas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
2
6,67 %
S
3
17
56,67 %
TS
2
11
36,67 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari
hasil angket yang diperoleh bahwa 17 orang (56,67 %)
mahasiswa pendidikan agama Islam, setuju saat dosen menjelaskan materi menggunakan metode yang tepat, seperti metode diskusi yang dibuat masing-masing kelompok setiap minggunya akan mepresentasikan pembahasan yang sudah dibagikan oleh dosen. Dengan demikian mahasiswa dapat memahami meskipun yang menjawab sangat setuju hanya 2 orang saja. Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 11 orang (36,67 %) dengan alasan mereka kurang memahami terkait pelajaran yang disampaikan.
57
Tabel 20 Dosen memaparkan kajian kitab kuning dengan menyenangkan Hasil Jawaban Angket Point ketujuh belas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
3
6,67 %
S
3
19
63,33 %
TS
2
7
23,33 %
STS
1
1
3,3 %
30
100
Total
Dari hasil angket diperoleh bahwa 63,33 % mahasiswa Pendidikan Agama Islam setuju saat belajar, dosen memaparkan kajian kitab kuning dengan menyenangkan, dan 6,67% sangat setuju. Sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 23,33 %. Dengan alasan sulit untuk dipahami. Tabel 21 Dosen Kitab Kuning saudara, menggunakan buku sumber yang sesuai Hasil Jawaban Angket Point ke delapan belas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
5
16,67 %
S
3
25
83,33 %
TS
2
0
0%
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil angket pada point ini, bahwa 25 orang (83,33 %), mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab setuju, dan 5 orang (16,67 %) mahasiswa sangat setuju. Dosen kitab kuning di kamfus menggunakan buku sumber yang sesuai yaitu: Kitab Tarbiyatul Awlad dan Kitab Sayyid Sabiq. buku
58
karangan Sayyid Sabiq. sehingga mahasiswa bisa belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Tabel 22 Saya mengikuti dan berperan aktif dalam setiap diskusi yang ditugaskan oleh dosen, terkait pelajaran kitab kuning Hasil Jawaban Angket Point ke sembilan belas Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
3
6,67 %
S
3
20
66,67 %
TS
2
7
23,33 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
Dari hasil angket yang diperoleh, 20 orang (66,67 %) mahasiswa menjawab setuju, dan meskipun yang menjawab sangat setuju sebanyak 6,67 %. Mereka berperan aktif dalam setiap diskusi dengan alasan agar lebih memahami kajian kitab kuning yang ditugaskan oleh dosen tersebut. Sedangkan 23,33 % menjawab tidak setuju dengan alasan sulit sekali memahaminya. Tabel 23 Kitab kuning dapat memberikan wawasan dan khazanah Islam yang bermanfaat bagi keilmuan Hasil Jawaban Angket Point ke dua puluh Nilai Label
Nilai
Frekuensi
Persentasi
SS
4
9
30 %
S
3
20
66,67 %
TS
2
1
3,3 %
STS
1
0
0%
30
100
Total
59
Dari hasil angket yang terjawab, pada point terakhir ini mahasiswa yang menjawab setuju sebanyak 66,67 % dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 % dan tidak setuju sebanyak 3,3 %. Oleh karena itu dapat diketahui dari persentase tersebut bahwa kitab kuning itu memberikan mahasiswa wawasan dan khazanah Islam yang bermanfaat bagi keilmuan mereka.Hal ini dapat dilihat pada table di atas. Rata-rata persentase nilai angket adalah: Total Nilai/N (Skor Maksimal) x 100 % 1673/2400x100= 69, 70 % Dari keseluruhan angket yang diberikan kepada 30 responden terdapat hasil secara terperinci antara lain: SS (Sangat Setuju)
:10,16 %
S
: 58,98 %
(Setuju)
TS (Tidak Setuju)
: 28,47 %
STS (Sangat Tidak Setuju) :2,54 % Jadi, dapat disimpulkan dari keseluruhan angket yang sudah diberikan rata-rata mahasiswa menjawab setuju bisa dilihat dengan hasil persentase sebanyak 58,98 %. Itu berarti minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Kitab Kuning cukup tinggi dan mahasiswa cukup bersemangat dalam belajar kitab kuning.
C. Analisis dan Interpretasi Data Pada bab terdahulu, peneliti telah mengemukakan bahwa tekhnik pengumpulan data yang digunakan didalam pelaksanaan penelitian ini adalah dengan pembagian angket dan wawancara kepada mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tekhnik pembagian angket dan wawancara ditujukan untuk memperoleh data atau informasi tentang seberapa besar minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam pembelajaran kitab kuning.
60
Angket disusun berdasarkan pada pokok penelitian dan indikator yang diteliti. Angket yang dibuat oleh penulis terdiri dari 20 item pertanyaan, dimana dari 20 item tersebut mengenai kitab kuning. Sedangkan pelaksanaan wawancara dilakukan dengan pihak yang berkaitan diantaranya mahasiswa pendidikan agama Islam. Adapun pertanyaan yang diajukkan adalah mengenai pembelajaran kitab kuning di kamfus, selanjutnya pertanyaan juga diajukan kepada pihak bagian akademik dan bagian kemahasiswaan mengenai gambaran umum Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Setelah penulis menguraikan uraian dari permasalahan-permasalahan yang dibahas, maka dapat diambil kesimpulan tentang minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam pembelajaran kitab kuning . Kesimpulan yang dibahas merupakan jawaban dari perumusan masalah yang dibuat pada bab sebelumnya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam belajar kitab kuning memiliki minat yang cukup tinggi. Tentunya hal tersebut dapat diketahui dari jawaban hasil angket yang diberikan kepada 30 mahasiwa Pendidikan Agama Islam yang dijadikan oleh penulis sebagai responden. Dari hasil jawaban mereka, dapat diketahui bahwa mayoritas dari mereka memiliki minat dalam belajar membaca kitab kuning. Baik di rumah maupun di kamfus. Karena mereka senang membaca kitab kuning, maka pada akhirnya mereka merasa ingin memiliki kitab kuning yang dapat dipelajari di rumah. Meskipun banyak kendala yang mereka hadapi dalam belajar kitab kuning baik dari segi nahwu, sharaf, memberi makna dan mengetahui isi kandungan dari apa yang mereka baca. Tetapi mereka tetap senang untuk belajar kitab kuning dengan terus belajar, mengulang-ulang dan bertanya dengan orang yang lebih mengerti dalam belajar kitab kuning. Dengan
61
62
perasaan senang tersebut, maka selanjutnya berpengaruh bagi mereka terhadap semangat gairah belajar kitab kuning melalui perasaannya yang pada akhirnya membangkitkan minat mereka untuk mencari pemahaman dan pengetahuan dalam belajar kitab kuning. Untuk mengetahui minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam belajar kitab kuning, maka penulis terlebih dahulu membuat indicator minat yang tepat untuk mengetahui keadaan dan latar belakang mahasiswa untuk mempelajari kitab kuning. Indicator minat yang berdasarkan rajin dalam belajar, memiliki minat, tekun dalam belajar, memilik buku pelajaran, mematuhi guru, dan disiplin waktu bahwa terdapat tingkatan kemampuan masing-masing mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam belajar kitab kuning. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan motivasi dan tujuan mereka yang pada akhirnya mempengaruhi minat mereka untuk belajar kitab kuning. Selanjutnya, walaupun kondisi, motivasi dan latar belakang telah mempengaruhi minat mahasiswa Pendidikan Agama Islam untuk belajar kitab kuning. Tentunya terdapat factor-faktor yang menghambat mereka ketika mempelajari dan belajar kitab kuning.diantara factor-faktor tersebut adalah kurangnya dasar-dasar ilmu yang menunjang mereka untuk belajar kitab kuning seperti nahwu sharaf. Kemudian tentunya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami makna, isi kandungan dan inti dari apa yang dibahas di dalam kitab kuning yang dikaji. Oleh sebab itulah, dalam belajar kitab kuning harus lebih efektif lagi agar mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memilik alumnus yang kompeten dalam belajar kitab kuning.
63
B. Saran Berdasarkan minat yang ada pada mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam belajar kitab kuning, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam memperdalam ilmu-ilmu keislaman dengan membaca kitab kuning oleh Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun saran penulis teruntuk jurusan Pendidikan Agama Islam harus lebih efektif dalam pembelajaran dengan: 1. Membahas dasar-dasar ilmu yang menunjang dalam belajar kitab kuning (nahwu, sharaf) . 2. Memberikan materi yang dapat membangkitkan semangat mereka. Sehingga mahasiswa pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dapat mempelajari dan mengkaji khazanah ilmu keislaman yang tedapat dalam kitab kuning dengan benar dan baik. 3. Memberikan buku-buku induk berbahasa Arab dalam pelajaran fiqih, tafsir, ushul fiqih dll. Dengan demikian, penulis berupaya untuk membuktikan bahwa kitab kuning adalah kitab yang ditulis oleh ulama salaf yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran Islam yang otentik, terpecaya dan relevan. Oleh sebab itulah, kitab kuning ini dijadikan referensi oleh para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam. Sehingga kitab kuning ini menjadi pegangan bagi ummat Islam dalam memperdalam ilmu agama khususnya untuk mahasiswa Pendidikan Agamai Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian akan menjadi alumnus yang mahir dalam belajar kitab kuning.
Mahasiswa (Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 2 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 88
2 2 2 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 79
3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2 81
4 2 2 2 2 3 3 3 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 4 3 2 2 75
5 3 3 4 3 2 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 2 88
6 3 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 83
7 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 92
8 2 3 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 3 2 1 2 3 3 63
Nomor Soal (X) 9 10 11 12 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 4 2 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 90 79 84 70
13 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 85
14 15 16 17 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 2 4 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 1 2 3 3 2 91 81 81 84
18 19 20 Jumlah 3 3 3 48 3 2 3 56 3 3 4 60 3 2 3 45 4 2 4 57 3 3 3 57 3 3 4 62 3 4 4 70 3 3 2 51 4 4 4 60 4 3 4 62 3 3 3 56 3 3 3 57 3 2 3 54 3 3 3 54 3 3 3 54 3 3 3 56 3 2 3 50 4 2 3 48 3 3 3 56 3 3 3 49 3 3 3 55 3 2 3 51 3 3 3 58 4 4 4 72 3 3 3 53 3 3 4 60 3 3 3 60 3 3 3 57 3 3 4 49 95 86 98 1673
DAFTAR PUSTAKA
Alex, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: Alfa, 1994 Anotasi Kitab Kuning, Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia, Jakarta: Darul Ilmi, 2007 Arifin Thoha Zainal , Runtuhnya Singgasana Kiai, Yogyakarta: KUTUB, 2003 Arikunto Suharsimi , Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineke Cipta, 2002 Badri Js, Muhammad Zein Sultan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996 Basyiruddin Usman M, “Metodologi pembelajaran Agama Islam” Ciputat: Ciputat Pers, 2002 Darajat Zakiah, “Ilmu Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 1991 F.Mas’ud Masdar, Pandangan Hidup Ulama Indonesia dalam Literatur Kitab Kuning, Jakarta: Mizan,1988 Hidayat Komaruddin, Pedoman akademik 2009-1020 Jakarta: Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2009-2010 Jakarta: Kizi Brother’s, 2008 Mochtar Affandi, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik Pesantren Bekasi: Pustaka Isfahan, 2008 Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi ReVisi. Bandung: remaja Rosdakarya, 2007 Nasution S, Didaktika Asas-asas mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Nata Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 Neni Iska Zikri, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Purwonto Ngalim, Alim Djaniah, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: PT.Rosda Jaya Putra, 1997 Rachman Abror Abdul, Psikologi pendidikan, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana,1993
Rasyad Aminuddin “Metode Riset Pndidikan, Jakarta: 2002 RI Agama Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005 Sabri Alisuf , Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007 Sugiono, Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Suralaya Fadhilah, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005 Syah Muhibbin , Psikologi Belajar, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2003 Uzer Usman Moh.. Menjadi Guru Professional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset, 2005 Van Bruinessen Martin, “Pesantren and Kitab Kuning: Maintenance and Continuation oe Religius Learning”, 1992 Wahid Abdurrahman, Pesantren Masa Depan wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren , Bandung: Pustaka Hidayah 1999 Wojowasito S, Kamus Besar Bahasan Indonesia, Bandung: Shinat Dharma, 1992 Yafie Ali, Menggagas Fiqih Sosial dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhwah, Bandung: Mizan 1994 Yoserizal.M, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Halim Jaya, 2002 Yusuf Syamsul, LN dan A.Juntika Nurihsah, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006
ANGKET Assalamu’alakum Wr.Wb Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan untuk penulisan skripsi di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universtas Islam Negeri Syaif Hidayatullah Jakarta dengan Judul: “ Minat Mahasiswa Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Kitab Kuning”. Studi kasus di Jurusan Pendidikan Agama Islam, maka saya harus mengumpulkan data dengan angket skripsi saya. Oleh karena itu, saya mohon kiranya adik-adik berkenan untuk mengisi angket yang saya ajukan ini. Saya menjamin data-data ini, tidak akan disalah gunakan kecuali hanya untuk penulisan skripsi. Demikian angket ini saya ajukan, atas bantuannya saya ucapkan trimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
PEDOMAN WAWANCARA Nama Interwiewee
:
Hari/ Tanggal
:
Tempat
:
Pokok pembicaraan: 1. Apakah saudara senang belajar kitab kuning? 2. Pernahkan saudara mengulang-ulang membaca kitab kuning di rumah? 3. Berapa kali saudara belajar kitab kuning dalam seminggu? 4. Kitab kuning apa sajakah yang saudara baca atau saudara miliki? 5. Apakah ada kendala atau hambatan yang saudara hadapi dalam belajar kitab kuning? 6. Bagaimana cara saudara mengatasi hambatan tersebut? 7. Bagaimana harapan saudara untuk selanjutnya dalam belajar kitab kuning yang ada di Jurusan Pendidikan Agama Islam? 8. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah membaca kitab kuning?
DAFTAR ANGKET SISWA Biodata Respondem Nama
:
Kelas / Semester
:
Petunjuk Pengisian: 1. Pengisian angket ini digunakan untuk keperluan penelitian skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Jawaban yang saudara berikan dalam angket ini tidak akan mempengaruhi nilai anda di kamfus ini, dan saya menjamin kerahasiannya 3. Jawaban dimohon sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, bukan rekayasa 4. Berilah tanda ceklis () pada jawaban yang sesuai 5. Jawaban yang saudara berikan pada angket ini merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi penelitian ini. Oleh karena itu, atas kesediaan saudara untuk mengisi angket ini saya ucapkan terima kasih yang sebesrbesarnya. 6. Keterangan: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
TS
= Tidak Setuju
STS
= Sangat Tidak Setuju
No 1. 2.
3.
4.
5. 6.
Pernyataan
SS
Saya senang belajar kitab kuning Saya semakin semangat bila dosen menyajikan kitab kuning Saya memahami materi kitab kuning yang disampaikan oleh dosen Saya termotivasi datang tepat waktu pada mata kuliah kitab kuning Ketika dosen menjelaskan mahasiswa mendengarkan dengan seksama Saya
mengerjakan
pekerjaan
rumah
yang
S
TS
STS
diberikan oleh dosen terkait pelajaran kitab kuning 7.
Saya nyaman saat belajar kitab kuning di pagi hari
8.
Ketika dosen memberi materi, saya ngobrol
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Saya bertanya kepada dosen, jika ada pelajaran yang kurang dipahami Saya mengulang materi kitab kuning yang disampaikan di kelas, walaupun tidak ada ulangan Saya mempunyai kitab kuning untuk dipelajari di rumah Saya mengulang belajar kitab kuning di rumah, sehari sebelum pelajaran berlangsung Saya bersungguh-sungguh belajar untuk memahami kitab kuning Saya belajar kitab kuning agar memberikan banyak manfaat dalam kehidupan Belajar kitab kuning menjadi ciri sarjana Agama Dosen
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan metode yang tepat Dosen memaparkan kajian kitab kuning dengan menyenangkan Dosen Kitab Kuning saudara, menggunakan buku sumber yang sesuai Saya mengikuti dan berperan aktif dalam setiap
19.
diskusi yang ditugaskan oleh dosen, terkait pelajaran kitab kuning
20.
Kitab kuning dapat memberikan wawasan dan khazanah Islam yang bermanfaat bagi keilmuan
Hasil wawancara dengan Khoirul Bariyyah Selasa, 4 Oktober 2011 (pukul: 15:00) Di Universits Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pokok pembicaraan: 1. Apakah saudara senang belajar kitab kuning? (Iya, saya senang belajar kitab kuning) 2. Pernahkan saudara mengulang-ulang membaca kitab kuning di rumah? (pernah, sya mengulang belajar kitab kuning di rumah minimal dua kali dalam seminggu) 3. Berapa kali saudara belajar kitab kuning dalam seminggu? (waktu yang saya butuhkan dalam belajar kitab kuning sangat lama) 4. Kitab kuning apa sajakah yang saudara baca atau saudara miliki? (kitab kuning yang saya miliki dan pernah say abaca adalah: Ta’lim Muta’lim dan AlMaraghi) 5. Apakah ada kendala atau hambatan yang saudara hadapi dalam belajar kitab kuning? (Ada, karena dalam belajar pasti ada kendalanya. Dan kendala yang saya rasakan dalam belajar kitab kuning ini adalah dalam memahami makna dan inti dari apa yang saya baca dalam kitab kuning tersebut) 6. Bagaimana cara saudara mengatasi hambatan tersebut? (cara yang saya lakukan dalam mengatasi kendala atau hambatan tersebut adalah belajar sungguh-sungguh dengan penuh semangat dan mengulang-ulang lagi di rumah yang menurut saya sulit ) 7. Bagaimana harapan saudara untuk selanjutnya dalam belajar kitab kuning yang ada di Jurusan Pendidikan Agama Islam? (Harapannya adalah terus berkembang, agar mahasiswa Pendidikan Agama islam mahir dan terampil dalam mengkaji kitab kuning) 8. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah membaca kitab kuning? (Manfaat yang saya rasakan adalah dapat menambah pengetahuan tentang Islam, mengerti nahwu, sharaf dan memperbanyak mufrodat)