FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sri Purwanti H. Normuslim ABSTRAK Dalam melaksanakan suatu pendidikan khususnya minat siswa, peranan seorang guru sangatlah penting terutama dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik maka guru dituntut agar berperan aktif dalam memberikan bimbingan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung maupun diluar proses pembelajaran. Namun kebanyakan guru menggunakan metode-metode atau cara-cara yang tidak sesuai dengan kondisi kelas pada saat berlangsungnya pembelajaran di dalam kelas. Sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dengan pelajaran yang diajarkan dan membuat kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut dan siswa pun mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam mencerna dan memahami pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru. Kata Kunci : Minat Siswa Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam memberikan pengembangan dan pengetahuan bagi siswa, dikarenakan siswa merupakan anak yang harus dibina dan diberikan pendidikan yang sepenuhnya baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu semua orang tua, guru dan masyarakat harus mengutamakan pendidikan. Namun siswa juga tergantung pada cara atau bagaimana orang tua, guru dan masyarakat dalam menyampaikan suatu ilmu pengetahuan tersebut kepada siswa.
Guru MTs Panarung Palangka Raya Dosen Pada Jurusan Tarbiyah STAIN Palangka Raya
Cara yang tepat dalam mengembangkan dan memelihara fitrah manusia (siswa) ini adalah melalui pendidikan, karena pendidikan mencakup berbagai dimensi: badan, akal, perasaan, kehendak dan seluruh unsur kejiwaan manusia serta bakat-bakat dan kemampuannya. Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan bakat dan kemampuan individual, sehingga potensi-potensi kejiwaan itu dapat diaktualisasikan secara sempurna, karena potensi-potensi itu sesungguhnya merupakan kekayaan dalam diri manusia yang amat berharga. Dengan adanya pendidikan ini maka dapat diketahui bakat dan kemampuan siswa, sehingga bakat dan kemampuan tersebut dapat dibina dan dikembangkan, dan menjadi tugas seorang pendidiklah untuk membantu siswa agar mengetahui bakat dan kemampuannya. Di samping itu pendidik juga berkewajiban untuk menemukan kesulitankesulitan yang membatasi perkembangan potensinya serta membantu menghilangkan hambatan itu untuk mencapai kemajuan siswa.1 Sebagaimana firman Allah swt dalam surah Ali Imran ayat 104 sebagai berikut:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”2 Pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu. Pembelajaran di sekolah
1 2
Ahmad Syar’I, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005, h. 14-15 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Pelita III, 1983, h. 93
semakin berkembang dari pengajaran yang bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan system modern.3 Pandangan Islam tentang muatan materi pendidikan yang diberikan kepada siswa, yaitu harus sesuai dengan potensi dan kebutuhan siswa yang bersanghkutan. Islam memandang bahwa potensi yang dimiliki anak berbeda-beda, baik dari sudut modal dasar sebagai peluang pengembangan pengetahuan dan keterampilan, maupun kualitas potensi itu sendiri. Namun masih banyak guru menggunakan metode-metode atau cara-cara yang tidak sesuai dengan kondisi kelas pada saat berlangsungnya pembelajaran di dalam kelas. Sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dengan pelajaran yang di ajarkan dan membuat kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut dan siswa pun mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam mencerna dan memahami pelajaran yang di ajarkan oleh seorang guru. Penulisan disini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, lebih kepada faktor kurangnya minat siswa, yaitu pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung. Untuk mengetahui lebih jelasnya lagi faktor penyebab kurangnya minat siswa. A. Minat Siswa Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.4 Pada permulaan anak memasuki sekolah, anak lebih banyak ditekankan untuk perkembangan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekolah termasuk teman3 4
Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012, h. 128 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2012, h. 20
temannya, ruang belajarnya, guru serta juga sistem nilai atau tata tertib yang ada di sekolah. Semua hal tersebut sudah diatur secara sistematis dan terpadu.5 Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain dapat disebutkan di bawah ini: 1) Kebutuhan jasmaniah Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah, entah yang menyangkutkan kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga menjadi materi utama. Di samping itu kebutuhan-kebutuhan lain seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian. 2) Kebutuhan sosial Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didik/siswa. 3) Kebutuhan intelektual Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, bilogi atau yang lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan, kalau ingin mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat menyalurkan minat maisng-masing.6 Dilihat dari sumbernya, motivasi belajar ada dua jenis, yaitu: a)
Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa ransangan atau bantuan orang lain. Seseorang yang secara intrinsik termotivasi akan melakukan pekerjaan karena mendapatkan pekerjaan itu menyenangkan dan bisa memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya. Motivasi intrinsik
5 6
Ibid, h. 46 Ibid, h. 113-114
dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, atau berupa penghargaan dan cita-cita. b) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan atau bantuan dari orang lain.
Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk
menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktorfaktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman.7 Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktivitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar. 2) Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar. 3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman. 4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar. 5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. 6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.8 B. Faktor Kurangnya Minat Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam keseharian tugas dinasnya bahwa siswa paling banyak berhubungan dengan guru dan demikian juga sebaliknya merupakan perwajahan sekolah yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Dalam tugas kesehariannya, guru berhadapan dengan siswa yang tinggi, sedang, atau rendah prestasi akademiknya. Belum lagi manakala keragaman itu dilihat dari perspektif sosial, ekonomi, kultur, kebiasaan, agama, kepedulian dan derajat kohesifitasnya, dan sebagainya.9 Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar
7
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2014, h. 152 Ibid, h. 157 9 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, h. 191 8
juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut: a) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Misalnya: 1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegasi siswa. 2) Yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). b) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Misalnya: 1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan teman sepermainan yang nakal. 3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.10 c) Faktor-Faktor Penyebab Lupa 1) Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
10
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Rosdakarya Offset. 2003, h. 173
2) Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja maupun tidak . 3) Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali. 4) Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. 5) Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. 6) Lupa tentu dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.11 d) Kejenuhan Belajar Kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Selain itu, juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan. Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa ytang bersangkutan. Hal-hal yang menyebabkan siswa mengalami keletihan mental, ada empat faktor penyebab keletihan mental siswa yaitu: 1) Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri. 2) Karena kecemasan siswa terhadap standar/ patokan keberhasilan bidangbidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tadi.
11
Ibid., h. 158-160
3) Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat. 4) Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri.12 Siswa yang bermasalah biasanya menjadi beban tambahan sekaligus sumber kepedulian utama bagi guru. Bahkan, siswa yang bermasalah ini makin menjadi pusat kepedulian utama (major concern) para guru, administrator, orang tua, bahkan publik. Akan tetapi, kondisi anak seperti itu menjadi peluang bagi guru untuk mengelola kelasnya secara efektif bagi penciptaan faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi, dan perilaku siswa. 13 Berbagai faktor yang mempengaruhi sumber belajar perlu diketahui untuk memahami karakteristiknya agar pemanfaatannya dalam kegiatan pengajaran bisa optimal. Faktor tersebut antara lain: 1) Perkembangan teknologi. Pada masa lampau jenis sumber belajar yang tidak dirancang banyak dipergunakan oleh guru, tetapi sekarang justru sumber belajar yang dirancang lebih banyak dimanfaatkan. 2) Nilai-nilai budaya setempat. Sering ditemukan bahan yang diperlukan sebagai narasumber belajar dipengaruhi oleh faktor budaya setempat, antara lain nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat. 3) Keadaan ekonomi pada umumnya. Keadaan ekonomi mempengaruhi sumber belajar dalam hal upaya pengadaannya, jenis atau macamnya, dan upaya menyebarkannya kepada pemakai. 4) Keadaan pemakai. Keadaan dan sifat pemakai akan turut mempengaruhi sumber belajar yang dimanfaatkan, misalnya: beberapa banyak jumlah
12
Ibid., h. 165-166 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002, h. 191 13
pemakai sumber belajar itu, bagaimana latar belakang dan pengalaman pemakai,
bagaimana
motivasi
pemakai
apa
tujuan
pemakai
memanfaatkannya sumber belajar itu.14 C. Upaya Dalam Mengatasi Kurangnya Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Apa yang dilakukan guru dan murid dalam kegiatan belajar-mengajar merupakan realisasi dari rencana yang telah disusun sebelumnya (program pengajaran atau satuan pelajaran) oleh guru. Pelaksanaan pengajaran terdiri atas dua fase, (a) fase perencanaan pelaksanaan, yang meliputi: menyeleksi atau memilih berbagai sumber bahan pengajaran dan memilih strategi pengajaran, (b) fase mempresentasikan yakni menerapkan berbagai sumber dan strategi yang telah dipilih. Tetapi setelah fase pertama dan kedua dilalui, maka perlu dilihat hasilnya apakah memenuhi harapan atau tidak. Untuk mengetahuinya tentu perlu dilakukan evaluasi
pembelajaran
baik
pada
tatar
konsep
dokumennya
maupun
implementasinya.15 Menangani anak yang bermasalah tidaklah mudah. Apalagi apabila di dalam kelas ada 20 anak, dengan lima orang anak bermasalah. Kebanyakan guru akan menganggap lima anak tersebut normal sehingga memperlakukan kelimanya secara sama. Beberapa guru kadang berkilah dengan mengatakan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana, ketidaktahuan cara menyelesaikan masalah, serta keterbatasan pribadi menjadi alas an diberikannya hukuman yang justru terkadang membuat anak membenci guru. Pada akhirnya, meskipun dalam satu kelas ada lebih dari lima anak yang memerlukan perhatian khusus, asalkan guru mampu memilah dan memfasilitasi sesuai kebutuhan mereka, anak pun bisa dikatakan tidak bermasalah lagi. Dengan 14
Mazrur, Teknologi Pembelajaran, Jawa Timur: Intimedia. 2011, h. 87-89 Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Alfabeta. 2010, h. 128 15
menyelesaikan setiap permasalahan, guru dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar pun berjalan dengan lancer dan tertib sehingga membuat anak dan guru merasa nyaman.16 Berikut berbagai permasalahan yang berhubungan dengan cara mendidik orang tua yang kurang tepat, baik orang tua kandung maupun orang-orang di sekitar anak yang sering berinteraksi dengan anak. a.
Keras kepala adalah sikap seseorang yang memiliki hati keras dan sukar dinasihati. Cara mengatasi yaitu dengan perhatian dan kasih sayang. Setelah siswa tenang, ajaklah berbicara dan berikan nasihat pada siswa tersebut.17
b.
c.
d.
Tidak mau beribadah, misalnya shalat. Cara mengatasi dengan memberikan pengertian pada orang tua bahwa pendidikan tidak hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab orang tua di rumah. Misalnya di sekolah diajarkan untuk beribadah, orang tua di rumah pun membimbing, memberikan contoh, dan melakukan peribadatan tersebut bersama anak. Maka anak pun akan mau beribadah.18 Anak yang kurang konsentrasi, cara mengatasinya guru kelas harus sering-sering mengingatkan anak agar tetap fokus dan berkonsentrasi. Minimal 5 menit sekali, cek keadaan anak supaya tetap fokus. Selain itu, berikan aktivitas yang bisa meningkatkan dan melatih konsentrasi anak, misalnya dengan memberikan tugas pada anak.19 Tidak bisa membaca, cara mengatasinya dengan memberikan kegiatan membaca yang menyenangkan bagi anak. Guru bisa memberikan buku yang memiliki banyak gambar berwarna yang diminati anak dengan tulisan yang sedikit.20
e.
16
Cepat bosan, cara mengatasinya dengan menggunakan metode belajar sambil bermain secara kreatif. Guru dapat menggunakan cara yang interaktif, motivatif, inspiratif, dan membangun karakter siswa karena cara ini akan mengikutsertakan siswa dalam proses belajar mengajar yang tentunya memacu kosentrasi siswa dalam menyerap pelajaran.21
Fatiharifah dan Nisa Yustisia, 71 Rahasia Sukses Menjadi Guru, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014, h. 30-32 17 Ibid, h. 42-43 18 Ibid, h. 48-49 19 Ibid, h. 63-66 20 Ibid, h. 139-140 21 Ibid, h. 150-151
D. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya, yaitu kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, serta penggunaan pengalaman.22 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, menyebutkan ilmu pendidikan Islam adalah akumulasi pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an dan AsSunnah, yang diajarkan, dibinakan, dan dibimbingkan kepada manusia sebagai peserta didik dengan menerapkan metode dan pendekatan yang islami dan bertujuan membentuk peserta didik yang berkepribadian muslim.23 Adapun pengertian pendidikan menurut Soegarda Poerbakawatja ialah semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untku mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda. Sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.24 Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan secara terperinci dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang dicita-citakan yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama.
22
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009, h. 250. 23 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2009, h. 22 24 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung, 1981, h. 257
Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat kita petik, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan di akherat. E. Tujuan Pendidikan Agama Islam Beberapa indikator tercapainya tujuan pendidikan Islam dapat dibagi menjadi tiga tujuan mendasar. 2) Tujuan tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun membantu menyelesaikan masalah orang lain yang membutuhkannya. 3) Tujuan tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran atau kesalehan emosional sehingga mampu memperlihatkan kedewasaan menghadapi masalah dalam kehidupannya. 4) Tujuan tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu menjalankan perintah Allah dan Rasulullah SAW. dengan melaksanakan rukun Islam yang lima dan mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari.25 Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Adz-Dzariyat ayat 56:
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.26 25
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009, h. 146-147
Berdasarkan penjelasan dan rincian tentang tujuan pendidikan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan nilai pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a) Menyiapkan dan membiasakan anak dengan ajaran Islam sejak dalam kecil agar menjadi hamba Allah SWT yang beriman. b) Membentuk anak muslim dengan perawatan, bimbingan, asuhan, dan pendidikan pra natal sehingga dalam dirinya tertanan kuat nilai-nilai keislaman yang sesuai fitrahnya. c) Mengembangkan potensi, bakat dan kecerdasan anak sehingga mereka dapat merealisasikan dirinya sebagai pribadi muslim. d) Memperluas pandnag hidup dan wawasan keilmuan bgi anak sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagaimana halnya pendidik, peserta didik pun, untuk mencapai tujuan yang direncanakan, ada beberapa sifat, tugas, tanggung jawab, dan langkah-langkah yang harus dipenuhi dan dilaksanakan. 1) Seorang peserta didik hendaklah menjauhkan diri dari perbuatan keji, mungkar, dan maksiat. 2) Seorang peserta didik hendaknya senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah. 3) Seorang peserta didik hendaknya memusatkan perhatiannya atau kosentrasi terhadap ilmu yang dikaji dan dipelajari. 4) Seorang peserta didik janganlah menyombongkan diri dengan ilmunya dan jangan menentang pendidiknya, tetapi menyerah sepenuhnya kepada pendidik dengan keyakinan kepada segala nasihatnya. 5) Hendaklah setiap peserta didik tidak melibatkan diri dalam perdebatan atau diskusi tentang segala ilmu pengetahuan. 26
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Pelita III, 1983, h. 862
6) Hendaklah seorang peserta didik tidak meninggalkan suatu mata pelajaran pun dari ilmu pengetahuan yang terpuji. 7) Seorang peserta didik hendaklah tidak memasuki suatu bidang ilmu pengetahuan dengan serentak, tetapi memelihara tertib dan memulainya dari yang lebih penting.27 F. Faktor penyebab kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar Faktor penyebab kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam, dikarenakan metode yang digunakan guru pada proses pembelajaran berlangsung kurang tepat dan memang dari faktor siswa itu sendiri yang belum bisa membaca dan menulis Al-Qur’an sehingga siswa kurang berminat dalam pembelajaran agama Islam. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam di SD yaitu terlalu banyak hafalan yang diberikan oleh guru, kemudian siswa juga ada yang belum bisa menulis huruf arab, banyak mencatat dan juga latihan, jadwal terlalu siang, bahkan siswa tidak diberikan penjelasan tentang pembelajaran pendidikan agama Islam pada saat pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu siswa jadi kurang berminat dengan pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai penyebab utama yaitu guru agama Islam masih belum mampu menguasai metodemetode yang terdapat di dalam referensi atau buku-buku yang menjelaskan bagaimana cara memberikan pembelajaran pada siswa agar tidak terjadi hal-hal yang seperti di jelaskan di atas. Seharusnya seorang guru mempunyai kreatifitas dalam memberikan pembelajaran, dan juga mampu menguasai berbagai macam metode.
27
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2012, h. 178-179
G. Kesimpulan Bentuk-bentuk faktor yang menyebabkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam pada Sekolah Dasar, antara lain: Melalui proses belajar mengajar wujudnya adalah metode yang digunakan terlalu menoton misalnya menghafal, tanya jawab, latihan soal, banyak pekerjaan rumah dan banyak menulis. Kemudian jadwal pelajaran agama yang terlalu siang sehingga membuat siswa bosan, mengantuk dan merasa kecapean hal tersebut yang membuat kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA A. M, Sardiman., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali. 1988 Achmadi., Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya media, 1992 Aqib, Zainab., Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan Kepribadian anak, Bandudng: Yrama Widya. 2012 Arifin, HM., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1976 Banun, Muslim, Sri., Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Alfabeta. 2010 Basri, Hasan dan Maman Abdul Djaliel., Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009 Danim, Sudarwan., Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002 Daradjat, Zakiah, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995 Depag RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Pelita III, 1983
Fatiharifah dan Yustisia, Nisa., 71 Rahasia Sukses Menjadi Guru, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014 Frederick J. MC. Donald, Educational Psychology, Tokyo: Overseas Publication LTD, 1959 Islamuddin, Haryu., Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2012 Khodijah, Nyanyu., Psikologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2014 Mazrur., Teknologi Pembelajaran, Jawa Timur: Intimedia. 2011 Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael., Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press, 2009 Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2000 Mulyana, Deddy., metode penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007 Pasaribu, I. L. dan Simanjuntak., Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. 1983 Poerbakawatja, Soegarda., Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung, 1981 Saebani, Beni Ahmad dan Akhdhiyat, Hendra., Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009 Salim, Moh. Haitami dan Kurniawan, Syamsul, Studi Ilmu Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2012 Sardiman., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: RajaGrafindo. 2011 Slameto., Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 1991 Subagyo, P. Joko., Metode Penelitian kualitatif, Jakarta:Rineka Cipta, 1997 Subagyo, P. Joko., Metode penelitian dalam teori dan praktik, Jakarta, Rineka Cipta: 1997 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010
Sumanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1984 Suryabrata, Sumadi., Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali, 1989 Syah, Muhibin., Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003 Syar’i, Ahmad., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005 Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1990 Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012