BAB II MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN AKHLAK SISWA
D. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Minat Belajar PAI Secara sederhana, minat yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah interest berarti kecenderungan yang besar terhadap sesuatu.3 Secara umum minat berarti perhatian, kesukaan, dan kecenderungan hati kepada suatu kegiatan.4 Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.5 Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seorang siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.6
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
hlm. 134. 4
Muhammamad Fathurrohman, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 168.
Belajar
dan
Pembelajaran,
5
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. IV, hlm. 180. 6
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 191.
6
Minat seharusnya menjadi pangkal dari semua aktivitas dalam usaha pencapaian tujuan manusia, yang dalam hal ini adalah siswa. Dengan adanya usaha untuk mencapai tujuan tersebut, maka timbullah minat yang kuat dalam dirinya untuk berusaha
dengan
sungguh-sungguh
dalam
mencapai
kebutuhan tersebut tanpa adanya perintah atau paksaan orang lain.7 Dengan demikian minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai tujuan yang diminati tersebut.8 Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap PAI akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa yang tidak minat. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi
7
Muhammamad Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, hlm.
8
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
169. hlm. 56.
7
untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. 9 Pada umumnya, minat dikaitkan dengan kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dan kesenangan mengikuti pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, minat terkait dengan kesediaan siswa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga sangat berpengaruh pada hasil belajarnya. Siswa yang memiliki minat yang tinggi akan cenderung selalu berupaya untuk melaksanakan kegiatan yang terkait dengan minat tersebut. Dengan begitu dapat diketahui indikator dari minat belajar adalah kesenangan terhadap pelajaran, kesediaan untuk mengikuti pelajaran, dan upaya belajar siswa untuk mencapai hasil belajar.10 Sedangkan pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman.11 Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa pendapat tentang pengertian belajar, antara lain:
9
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
hlm. 135. 10
Ahmad Ludjito, dkk., Guru Besar Bicara: Mengembangkan Keilmuan Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan RaSAIL Media Group, 2010), hlm. 225. 11 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet XV, hlm. 85.
8
a. Musthofa Fahmi Belajar adalah proses perubahan tingkah laku dan pemindahan pengetahuan.12 b. Azhar Arsyad Belajar
adalah
interaksi
antara
seseorang
dengan
lingkungannya, yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu.13 c. Moh. Uzer Usman Belajar adalah suatu aktifitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan
dalam
pengetahuan,
14
keterampilan dan sikap.
d. Menurut Hilgar & Bower Learning is the process by which an activity originated or is changed through reacting to an encountered situation.15 (Belajar adalah proses dimana suatu kegiatan berasal atau diubah melalui reaksi terhadap situasi yang dihadapi). e. Lester D Crow dan Alice Crow
12
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 62. 13
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. V, hlm. 1. 14
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 14. 15
Ernest R. Hilgard & Gordon H. Bower, Theoris Of Learning, (New Tork: Meredith Publishing Company, 1966), hlm. 2.
9
“Learning is a modification of behavior accompany growth procsses that are brought about throught adjusment to tension initiated throught sensory stimulation” (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang mengikuti suatu proses pertumbuhan sebagai hasil penyesuaian diri secara terus menerus yang berasal dari pengaruh luar).16 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha perubahan-perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi yang dimaksud dengan minat belajar adalah suatu kecenderungan seseorang terhadap suatu objek disertai dengan adanya perhatian dan keaktifan melalui aktifitas yang disengaja yang akhirnya melahirkan perubahan yang relatif tetap, baik berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
2. Fungsi Minat a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga, maka citacitanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi. Seorang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka berminat menjadi dokter.
16
Lester D Crow, Human Development and Learning, (New York: American Book Company, Lt, 1999), hlm. 215
10
b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat seorang anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan. c. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang. Meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran yang sama tapi antara satu anak dengan anak yang lainnya mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda, hal ini terjadi karena daya serap mereka yang berbeda, dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka. d. Minat yang terbentuk sejak masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan. Sebagai misal minat untuk menjadi guru yang terbentuk sejak kecil akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh suka rela. Dan apabila minat tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan terbawa sampai mati.17
17
Chabib Thoha, dkk, PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Bekerjasama Dengan Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 109-110.
11
3. Akhlak a. Pengertian Akhlak Secara etimologis akhlak adalah bentuk jama‟ dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata tersebut mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Allah) dengan perilaku makhluq (manusia). Dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang hakiki apabila tindakan perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Allah). Dari pengertian secara etimologis tersebut, dapat dipahami bahwa akhlak bukan saja merupkan norma perilaku yang mengatur hubungan sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta. 18 Sedangkan
secara
terminologis
ada
beberapa
pengertian tentang akhlak menurut para tokoh, yaitu:
18
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta, LPPI, 2007), Cet. IX.
Hlm. 1.
12
1) Menurut Imam Al-Ghazali
فاخللق عبارة عن ىيئة يف النّفس راسخة عنها تصدر االفعال بسهولة 19 ويسر من غري حاجة اىل فكر ورؤية “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”20 2) Menurut Ibrahim Anis
ِ ِ ال لِلنَّ ْف ال ِم ْن َخ ٍْري اَو َش ٍر ِم ْن ٌ اخلُْل ُق َح ْ ُ ص ُد ُر َعْن َها االَفْ َع ْ َس َراس َخةٌ ت 21 ٍ اج ٍة اِ َىل فِ ْك ٍر َوَرِويَة َ َغ ِْري َح
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.” 22 3) Menurut Syaikh Muhammad bin Ali As-Syarif AJurjani
19
Imam Abi Hamid Al Ghazali, Ihya‟ „Ulum ad-Din, (Beirut:Dar Al Fikr, 2004), Juz. III hlm. 70. 20
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, Hlm. 2.
21
Ibrahim Anis, Al-Mu‟jam Al-Wasith, (Kairo: Dar Al Ma‟arif, 2008), Cet. IV, hlm. 261. 22
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, hlm. 2.
13
Akhlak adalah stabilitas jiwa yang melahirkan tingkah laku dengan mudah tanpa melalui proses berfikir.23 Jadi akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa melalui proses berfikir. Dari beberapa definisi tersebut, dapat diketahui bahwa suatu perbuatan dapat dikatakan akhlak jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah melekat menjadi kepribadian dan karakternya.24 Misalnya seseorang yang mendermakan hartanya, seseorang tersebut belum bisa dikatakan berakhlak dermawan apabila dalam menyerahkan hartanya hanya dimotivasi oleh kebutuhan yang mendadak, bukan oleh keadaan yang sudah menancap dan melekat di dalam jiwanya. Demikian juga seseorang yang dalam melakukan perbuatan dengan terpaksa, maka perbuatannya itu tidak bisa dikatakan sebagai akhlak. Serta orang yang
23
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2010), hlm. 32. 24
Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 151.
14
tidak
pernah
memberikan
sesuatu
karena
ketidakmampuannya juga tidak bisa disebut sebagai orang yang bakhil.25 2) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran lagi. Hal ini terjadi karena perbuatan tersebut telah melekat dalam jiwa dan kepribadiannya, sehingga dengan mudah dapat dilakukan. Misalnya, shalat yang telah mendarah daging dalam diri seseorang dapat dikerjakan dengan mudah. 3) Akhlak adalah perbuatan yang timbul atas kemauan sendiri dari orang yang mengerjakannya tanpa ada tekanan atau paksaan dari luar. Seseorang yang tampaknya baik dan sholeh perbuatannya, atau sebaliknya, namun perbuatan ini dilakukan dalam sebuah sinetron atau sandiwara, maka perbuatan ini belum dapat dikatakan sebagai akhlak, karena perbuatan ini hanya sekedar tuntutan skenario dan bukan dalam arti yang sesungguhnya muncul dalam diri orang yang melakukannya. 4) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan kesungguhan, bukan main-main atau berpura-pura.
25
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, hlm. 33.
15
5) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan semata-mata atas panggilan Allah SWT.26 b. Sumber Akhlak Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak adalah Al Qur‟an dan hadits, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur‟an:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak mengingat Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)27 Tingkah laku nabi Muhammad merupakan contoh suri tauladan yang baik bagi semua umat manusia. Demikian juga Ummul Mu‟minin menjelaskan ketika
26 27
Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif, hlm. 151.
Departemen Agama Republik Indonesia, Terjemahnya, (Semarang: Asy Syifa, 2001), hlm. 1125.
16
Al-Qur‟an
dan
ditanya tentang akhlak Rasulullah, dalam suatu riwayat dijelaskan:
كان خلقو: سألت عائشة خلق رسول اهلل؟ فقالت:عن احلسن قال 28 )القرأن (روه امحد “Dari Hasan Berkata: ditanya „Aisyah tentang akhlak Rasulullah, maka berkata „Aisyah: akhlak Beliau adalah Al Qur;an” ) HR. Ahmad) Akhlak adalah sebagai alat untuk mengontrol semua perbuatan manusia, dan setiap perbuatan manusia diukur dengan suatu sumber yaitu Al Qur‟an dan Hadits.29 Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena Al Qur‟an dan Hadits menilainya demikian. Tapi bukan berarti Islam menafikan hati nurani, akal dan pandangan masyarakat dalam menentukan baik dan buruk. Hanya saja ketiga hal tersebut terkadang tidak objektif dalam menentukan baik dan buruk. Jika jelas bahwa Al-Qur‟an dan Hadits Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, 28
Muhammad „Abdussalam „Abdussyafi, Musnad Imam Ahmad bin
Hambal, (Beirut: Dar Al Kutubul „Alamin, 1993), hlm. 241. 29
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. III, hlm. 224.
17
maka jelaslah keduanya merupakan sumber akhlak dalam ajaran Islam. Al-Qur‟an dan Hadits merupakan ukuran yang pasti, objektif, komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk.30 c. Klasifikasi Akhlak Menurut sifatnya akhlak dibagi menjadi dua macam yaitu: akhlak terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (madzmumah). 1) Akhlak terpuji (mahmudah) yaitu perbuatan baik dan benar menurut syariat Islam. Adapun jenis-jenis akhlak terpuji diantaranya adalah sebagai berikut: jujur, dapat dipercaya, pemaaf, sabar, istiqomah, tawadhu‟, malu, bekerja keras, dan lain-lain. 2) Akhlak tercela (madzmumah) yaitu akhlak yang tidak baik, dan tidak benar menurut syariat Islam. Adapun jenis-jenis akhlak tercela diantaranya adalah sebagai berikut: egois, dusta, khianat, dhalim, dan lain-lain. 31 Sedangkan berdasarkan ruang lingkupnya Muhaimin Alim membagi akhlak menjadi tiga, yakni akhlak
30
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran, (Jakarta: AMZAH, 2007), hlm. 5. 31
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif AlQuran,
hlm. 12.
18
terhadap Allah SWT, akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap lingkungan.32 Amin Syukur dalam bukunya Pengantar Studi Islam membagi akhlak menjadi tiga bagian yaitu: akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang lain dan masyarakat.
33
begitu juga
Mahjudin mengelompokkan akhlak menjadi tiga, yaitu perbuatan kepada Allah, sesama manusia, dan makhlukmakhluk yang lain.34 1) Akhlak terhadap Allah SWT Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk terhadap Allah. Menurut Abudin Nata sebagaimana yang telah dikutip oleh Muhaimin Alim dalam Pendidikan Agama Islam kurang lebih ada empat alasan mengapa manusia harus berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia. Kedua, 32
Muhaimin Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 152. 33
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Lembkota Semarang, 2006), Cet. V, hlm. 152&153. 34
Mahjudin, Kuliah Akhlaq-Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991),
hlm. 9.
19
karena Allah yang telah memberikan perlengkapan panca indra berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan hati sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna. Ketiga, karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan sebagainya. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.35 Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah, diantaranya ialah: a) Beriman kepada Allah SWT Beriman kepada Allah yaitu meyakini keberadaan Allah beserta sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Titik tolak
dari
beriman
kepada
Allah
adalah
pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dari pengakuan inilah dilanjutkan dengan sikap ikhlas dan ridha beribadah kepada-Nya, mencintai-Nya,
35
Muhaimin Alim, Pendidikan Agama Islam, hlm. 152-153.
20
banyak memuji-Nya, bertawakal kepada-Nya, dan lain sebagainya.36 Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS. AlHujarat: 15)37 b) Taat kepada Allah SWT Buah dari keimanan kepada Allah adalah ketaatan terhadap-Nya. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah akan taat kepada semua perintahNya
serta
menjauhi
semua
larangan-Nya.
Sebagaimana Firman Allah:
36
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 180. 37
Departemen Agama Terjemahnya, hlm. 1388.
Republik
Indonesia,
Al-Qur‟an
dan
21
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nuur: 51)38 c) Berdzikir kepada Allah SWT Berdzikir artinya mengingat Allah. Berdzikir bisa dilakukan dengan mengingat Allah dalam hati, menyebutnya dengan lisan (berupa ucapanucapan
dzikrullah),
dan
bisa
juga
dengan
mentadaburi atau mentafakuri yang terdapat pada alam semesta. Sebagaimana Firman Allah:
“karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
38
Departemen Agama Terjemahnya, hlm. 953.
22
Republik
Indonesia,
Al-Qur‟an
dan
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS. Al-Baqarah: 152)39 d) Berdo‟a kepada Allah SWT Berdoa artinya mengajukan permohonan kepada Allah. Berdo‟a merupakan bukti pengakuan terhadap Allah karena dengan kekuasaan dan bantuan-Nya
lah
semua
permintaan
dan
kebutuhan kita bisa terpenuhi.40 Allah berfirman: “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (QS. Al-Mu‟min: 60)41 e) Bersyukur kepada Allah SWT Bersyukur secara sederhana dapat diartikan sebagai ungkapan terimakasih kepada Allah.
39
Departemen Terjemahnya, hlm. 57.
Agama
Republik
Indonesia,
Al-Qur‟an
dan
40
Heri jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 26-27. 41
Departemen Agama Terjemahnya, hlm. 1271.
Republik
Indonesia,
Al-Qur‟an
dan
23
Bersyukur dapat dilakukan dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta memanfaatkan semua yang dianugrahkan Allah secara benar. Sebagaimana Firman Allah:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)42 f) Bersabar kepada Allah SWT Bersabar adalah tabah menerima cobaan atau ujian dari Allah, disertai dengan usaha untuk mengubah atau memperbaikinya.43 Sebagaimana Firman Allah:
42
Departemen Agama Terjemahnya, hlm. 680. 43
Republik
Indonesia,
Al-Qur‟an
Heri jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, hlm. 28-29.
24
dan
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 153)44 2) Akhlak terhadap sesama manusia Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yakni suka berhubungan dan bergaul dengan orang lain. Dorongan ini di samping dorongan yang bersifat instingsif juga dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pergaulan ini dimulai dari keluarga sekitar dan masyarakat luas.45 Akhlak-akhlak
terhadap
sesama
manusia
diantaranya ialah: a) Persaudaraan,
yaitu
semangat
persaudaraan,
lebih-lebih antara sesama umat muslim. Intinya adalah agar manusia tidak mudah merendahkan golongan lain, tidak merasa lebih baik atau lebih rendah dari golongan lain, tidak saling menghina, tidak saling mengejek, tidak berprasangka buruk, tidak suka mencari-cari kesalahan orang lain dan suka mengumpat.
44
Departemen Terjemahnya, hlm. 57. 45
Agama
Republik
Indonesia,
Al-Qur‟an
dan
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, hlm. 154.
25
b) Rendah hati, yaitu sikap yang tumbuh karena keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah.
Maka,
tidak
sepantasnya
manusia
mengklaim kemuliaan kecuali dengan pikiran dan perbuatan yang baik, itu pun hanya Allah yang menilainya. c) Dermawan, yaitu sikap yang memiliki kesediaan besar untuk menolong sesama manusia, terutama mereka
yang
kurang
beruntung
dengan
mendermakan sebagian dari harta benda yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada mereka.46 d) Bersikap lemah lembut dan sopan santun. Semua umat muslim sudah seharusnya bersikap lemah lembut dan sopan santun. Hal ini perlu dilakukan tanpa memandang suku bangsa, ras, keturunan, agama, golongan, kedudukan, tingkat sosial, maupun tingkat pendidikan. e) Tolong menolong dalam kebaikan, manusia memiliki tiga predikat dalam hidupnya yaitu sebagai insan Tuhan, insan sosial, dan insan politik. Sebagai insan Tuhan harus melaksanakan
46
Muhaimin Alim, Pendidikan Agama Islam, hlm. 156.
26
tugas yakni beribadah. Sebagai insan sosial harus bermasyarakat atau hidup rukun dengan sesama manusia. Sebagai insan politik harus menjadi warga negara yang baik. Saling menolong tanpa memandang ras, suku, bangsa, agama, dan lain sebagainya merupakan kewajiban
manusia
dalam
hidupnya.
Berbahagialah mereka yang dalam hidupnya bisa hidup rukun, saling menolong, dan bermanfaat bagi sekitarnya.47 3) Akhlak terhadap lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda-benda tak
bernyawa.
Islam
melarang
umat
manusia
membuat kerusakan di muka bumi, baik kerusakan terhadap lingkungan maupun terhadap diri sendiri. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungan.
47
Heri jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, hlm. 40.
27
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Hal ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati setiap proses yang sedang berjalan dan kepada proses yang sedang terjadi. Sikap seperti ini akan membentuk dan menunjukkan seseorang bertanggung jawab, sehingga ia
tidak
melakukan
kerusakan
terhadap
lingkungannya, sebab kerusakan lingkungan akan berdampak pada kerusakan diri manusia sendiri. Maka dari itu kita harus menyadari bahwa segala sesuatu baik binatang, tumbuhan, dan bendabenda tak bernyawa semuanya adalah umat Allah yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.48 d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, karena dalam diri manusia terdapat kemampuan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, ia mempunyai akal sebagai pembeda dengan yang lain. Akibat adanya kemampuan inilah manusia mengalami perkembangan dan perubahan baik dari segi psikologis maupun fisiologis. Perubahan
48
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, hlm. 190.
28
yang terjadi pada diri manusia akan menimbulkan perubahan terhadap perkembangan pribadi manusia atau tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Akhlak tidak dapat dipisahkan dari mental seseorang, sebab akhlak seseorang merupakan pencerminan daripada mentalnya. Kita tidak dapat mengetahui mental seseorang, melainkan yang dapat diketahui adalah akhlaknya yang merupakan pekerti, sikap, tingkah lakunya dan kebiasaan sehari-hari.
Dengan
mengetahui
akhlaknya
yang
merupakan hal yang lahiriyah tersebut kita dapat mengetahui mentalnya. Oleh karena itu para ahli etika berpendapat
bahwa
sumber-sumber
akhlak
yang
merupakan pembentukan mental itu ada dua faktor, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Berdasarkan pendapat diatas
dapat
diambil
suatu
kesimpulan
bahwa
perkembangan dan perubahan akhlak pada manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1) Faktor Intern Faktor-faktor yang terdapat dalam diri manusia itu adalah instink atau naluri, kebiasaan, dan kemauan. a) Instink (naluri) Disamping jasmani dengan segala alatnya yang serba
indah
manusia
diberi
instink,
suatu
kepandaian yang dipunyai makhluk Tuhan tanpa 29
belajar, termasuk manusia dan binatang yang diberi instink. Dengan instink inilah pertama kali makhluk bernyawa memakai senjata hidupnya.49 b) Kebiasaan Yang
dimaksud
dengan
kebiasaan
adalah
perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Misalnya: bangun tengah malam shalat tahajud berat bagi orang yang belum terbiasa. Tetapi jika hal tersebut terus diulangi, akhirnya menjadi mudah dan terus menjadi kebiasaan yang menyenangkan.50 c) Kemauan („azam) Salah satu kekuatan yang tersembunyi dibalik tingkah laku manusia adalah kemauan keras, termasuk didalamnya adalah motivasi dan minat. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh. Kemauan yang kuat inilah sebagai modal utama bagi orang-orang yang terkemuka, modal bagi orang-orang yang maju.51 49
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam: Akhlak Mulia, (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1996), hlm. 18.
30
50
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam: Akhlak Mulia, hlm. 48.
51
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam: Akhlak Mulia, hlm. 52.
2) Faktor Ekstern Selain dari faktor intern manusia juga dipengaruhi oleh faktor dari luar, misalnya: pengalaman pada masa kecil, khususnya dari lingkungan keluarga, bagaimana cara orang tua mempengaruhi anak, pengaruh kelas sosial, berbagai lembaga sosial anak dan berbagai kelompok teman. Menurut Syamsu Yusuf, faktor-faktor ekstern meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.52 a) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk
membesarkan,
mendewasakan
dan
didalamnya anak mendapat pendidikan yang pertama. Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif terhadap perkembangan anak, sedang keluarga yang jelek berpengaruh negatif. Bimbingan dalam pengarahan orang tua menjadi faktor yang utama dalam mengembangkan akhlak anak. Karena tiada orang lain selain orang tua (keluarga) yang berhak mengatur dan memimpin 52
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 133.
31
seseorang anak dengan ketentuan bahwa semua arahan itu dalam hal kebaikan. b) Lingkungan Sekolah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang kedua mempunyai peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya sangat besar pada jiwa anak. Maka disamping keluarga
sebagai
pusat
pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan dalam pembentukan pribadi anak. Sekolah
dijadikan
pemerintah
mendidik
bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak didik yang berguna bagi dirinya dan berguna bagi nusa dan bangsanya. Di sekolah, guru buat muridnya tidak hanya berperan untuk memberikan pelajaran, akan tetapi guru adalah contoh dan teladan bagi anak didiknya. Sikap guru, kepribadian, agama, cara bergaul bahkan penampilan akan disoroti oleh anak. Sehingga anak bisa berubah kapan saja ketika terpengaruh dengan apa yang dilihatnya.
32
c) Lingkungan Masyarakat Anak sebagai bagian dari anggota masyarakat selalu
mendapat
pengaruh
dari
keadaan
masyarakat. Faktor masyarakat ini tidak kalah pentingnya dalam membentuk pribadi anak, karena dalam masyarakat berkembang berbagai organisasi sosial, ekonomi, agama, kebudayaan yang mempengaruhi arah perkembangan hidup khususnya yang menyangkut sikap dan tingkah laku.53
4. Pembelajaran PAI di SMP Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.54 Adapun tujuan pembelajaran PAI dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 yaitu:
53
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, 140-
141. 54
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20130729141205.permend iknas_No_22_Th_2006.pdf
33
a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja. b. Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan. c. Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi. d. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. e. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntunan agamanya. f.
Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab.
g. Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama.55 Kemudian sebagaimana tercantum dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 standar kompetensi lulusan (SKL) PAI adalah sebagai berikut: a. Menerapkan tata cara membaca Al Qur‟an menurut tajwid, mulai dari cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf. 55
34
http://sukabumikota.kemenag.go.id/file/dokumen/D001663.pdf
b. Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspekaspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna. c. Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah. d. Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat. e. Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara.56
E. Pengaruh Minat Belajar PAI Terhadap Akhlak Siswa Minat
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu.57 Minat belajar haruslah ditumbuhkan dalam diri siswa, agar mereka dapat berhasil dalam pendidikannya. Menumbuhkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya membantu siswa melihat
56 57
http://sukabumikota.kemenag.go.id/file/dokumen/D001663.pdf Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
hlm. 135.
35
bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuantujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Sebagaimana PAI yang merupakan suatu pelajaran yang sangat penting dan dibutuhkan siswa untuk menjadi insan kamil yang berakhlak mulia. Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa minat sangat penting dalam mencapai hasil belajar yang baik. Dengan kata lain belajar akan dapat mencapai hasil yang baik apabila belajar itu disertai dengan minat dan atau sebaliknya hasil belajar tidak akan maksimal jika dalam belajar dia tidak memiliki minat terhadap apa yang ia pelajari, yang dalam uraian ini adalah bidang studi PAI. Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perunahan perilaku pada individu yang belajar, perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.58 Pada dasarnya,
pencapaian hasil belajar siswa tidak hanya dilihat dari ranah kognitif dan psikomotor, sebagaimana selama ini terjadi 58
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 45.
36
dalam praktik pendidikan, tetapi juga harus dilihat dari hasil afektif. Berbagai hasil penelitian menunjukkan pencapaian hasil kognitif terjadi sejalan dengan pencapaian hasil afektif. Siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik pada umumnya memiliki minat belajar yang tinggi dan sikap positif terhadap pelajaran.59 Dalam Pendidikan Agama Islam tujuan yang ingin dicapai adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa Pendidikan Agama Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Jadi Pendidikan Agama Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa, dan hasil yang ingin dicapai dalam Pendidikan Agama Islam adalah tertanamnya akhlak mulia dalam diri siswa.60
F. Kajian Penelitian yang Relevan Sepanjang pengetahuan penulis, ditemukan adanya karyakarya yang relevan dengan penelitian ini:
59
Ahmad Ludjito, dkk., Guru Besar Bicara: Mengembangkan Keilmuan Pendidikan Islam, hlm. 215. 60 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 90.
37
1. Skripsi Mokhtar Nugroho, NIM 3103152, mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah tahun 2008, dengan judul “Pengaruh minat belajar PAI terhadap perilaku keberagamaan siswa di SMA NU 01 Al Hidayah Kendal”. Skripsi ini membahas tentang pengaruh minat belajar siswa terhadap bidang studi PAI terhadap perilaku keberagamaan. Jenis penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 53 siswa. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis statistik dengan rumus regresi satu prediktor, menghasilkan ada pengaruh positif antara minat belajar PAI siswa terhadap perilaku keberagaman, dengan hasil perhitungan reg F 26,947 dan uji t diperoleh 2,678. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis diterima.61 2. Skripsi Edi Riyanto NIM 100309, Mahasiswa Tarbiyah STAIN Kudus Tahun 2005, dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa
tentang
Pendidikan
Agama
Islam
terhadap
Pembentukan Akhlak Siswa di MA Hasyim Asy‟ari Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2004/2005”. Dalam skripsi ini Hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh persepsi siswa tentang PAI terhadap pembentukan akhlak”, siswa MA Hasyim Asy‟ari ditolak, hal ini terbukti dengan taraf signifikansi 5%
61
Mokhtar Nugroho, “Pengaruh Minat Belajar PAI Terhadap Perilaku Keberagamaan Siswa di SMA NU 01 Al Hidayah Kendal”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008)
38
dengan df = 24, diperoleh ro = 0,227 dan rt = 0,388, sehingga ro lebih kecil dari pada rt (ro < rt) berarti signifikansi ini berarti hasilnya adalah tidak signifikan dan tidak ada korelasi (tidak ada hubungan yang positif) antara kedua variabel tersebut.62 3. Skripsi Nur Abidin, NIM 043111063, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010, dengan judul “Korelasi Antara Minat Belajar PAI dan Perilaku Keberagaan Siswa di SMKN 04 Kendal”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) minat belajar PAI di SMKN 04 Kendal adalah cukup baik (tinggi) dengan nilai rata-rata 54,65, (2) perilaku keberagamaan siswa SMKN 04 Kendal dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 53,58. (3) terdapat
pengaruh
yang
positif
antara
minat
belajar
Pendidikan Agama Islam dengan perilaku keberagamaan siswa, dari perhitungan hasil nilai product moment dari variabel X dan Y kemudian dikonsultasikan pada koefesien korelasi yang ada pada tabel N = 116, ditunjukkan dengan ro (0,837) taraf signifikansi 5% diperoleh tr = 0,228 dan taraf 1% diperoleh tr = 0,174. Dengan demikian, ada korelasi yang signifikan antara minat belajar Pendidikan Agama Islam dan 62
Edi Riyanto, “Pengaruh Persepsi Siswa tentang Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di MA Hasyim Asy‟ari Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2004/2005”, Skripsi (Kudus: Fakultas Tarbiyah STAIN Kudus, 2005)
39
perilaku keberagamaan siswa, sehingga hipotesa yang penulis ajukan berbunyi: "Ada korelasi yang positif antara minat belajar Pendidikan Agama Islam dan perilaku keberagamaan siswa" diterima.63 Adapun kajian penelitian ini terfokus pada pengaruh minat belajar Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa SMP Negeri 3 Bulukerto Wonogiri.
G. Hipotesis Menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.64 Adapun hipotesis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara minat belajar PAI terhadap akhlak siswa SMP Negeri 3 Bulukerto Wonogiri.
63
Nur Abidin, “Korelasi Antara Minat Belajar PAI dan Perilaku Keberagaan Siswa di SMKN 04 Kendal”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010) 64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 200s2), hlm. 67.
40