BAB II PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PROGRAM AKSELERASI
A. Proses Pembelajaran 1. Pengertian Proses Pembelajaran Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar.1 Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mangarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi
1
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010),
hlm. 216
17
18
(transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.2 Gagne dan Briggs (dalam Joe, 2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Proses belajar yang dimaksud disini adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.3 Jadi dapat dismpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang digunakan oleh guru untuk membantu dan mendukung proses belajar siswa. Dalam peraturan pemerintah RI No. 19/2005 Pasal 19 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif secara memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.4 Komponen-komponen dalam kegiatan belajar mengajar yaitu : 2
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 17 3 Mubiar Agustin, Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran (Bandung: Aditama, 2011), hlm. 81-82 4 Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 30
19
a. Tujuan Pembelajaran Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Menurut Roestiyah, N. K dalam buku karangan Syaiful Bahri Djamarah, menyatakan bahwa suatu tujuan pembelajaran adalah deskripsi tentang perilaku murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. b. Bahan pelajaran Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Menururt Suharsimi Arikunto dalam buku karangan Syaiful Bahri Djamarah juga memyampaikan bahwa bahan pelajaran merupakan unsur inti yang di dalam kegiatan belajar mengajar.5 c. Kegiatan belajar mengajar Kegiatan
belajar
mengajar
adalah
kegiatan
dalam
pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.
5
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006), hlm. 42
20
d. Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. e. Alat Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat merupakan fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan. f. Sumber Pelajaran Sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai bahan pengajaran. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan lain sebagainya. g. Evaluasi pembelajaran Evaluasi menurut Wayan Nurkancana dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah, adalah tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.6
6
Ibid., hlm. 50
21
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan sistem proses pembelajaran, diantaranya adalah : a. Faktor Guru Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu
strategi
pembelajaran.
Tanpa
guru
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak dapat diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Guru dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Dalam pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan yang bagi siswa yang diajarnya, tetapi sebagai pengelola
pembelajaran.
Dengan
demikian
efektifitas
pembelajaran terletak pada pundak seorang guru.7 b. Faktor Siswa Siswa adalah organisme yang unik sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan
7
Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 59-60
22
anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. c. Faktor Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap
proses
pembelajaran,
misalnya
media
pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung mendukung keberhasilan penyelenggaraan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, kamar kecil, dan sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan komponen
penting
yang
dapat
mempengaruhi
proses
pembelajaran.8 d. Faktor Lingkungan Faktor
lain
dari
dimensi
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Iklim sosial ini dapat terjadi baik secara internal maupun eksternal. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat di dalam sekolah. Iklim sosial psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar atau lingkungan sekitar sekolah. Sekolah mempunyai hubungan yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerja sama yang baik antar semua pihak yang ada di sekolah
8
Ibid., hlm. 60
23
tersebut. Sebaliknya manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan ketidak nyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis siswa dalam belajar.9 3. Kualitas Proses Pembelajaran Proses pendidikan yang bermutu melibatkan input seperti siswa, guru, metode, kurikulum, sarana, lingkungan dan pengelolaan pembelajaran yang baik. Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan. Kualitas proses pembelajaran merupakan salah satu titik tolak ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Ukuran berkualitas atau tidaknya suatu sekolah adalah relatif, karena tolak ukur yang digunakan terus menerus akan senantiasia mengalami perubahan sesuai dengan perubahan tantangan era atau zaman. Menurut Rohmat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan yaitu faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor kurikulum, faktor pembiayaan, dan lain-lain.10 Yang dimaksud proses pembelajaran di sini adalah efektif tidaknya proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan dan faktor dari diri peserta didik seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi dan faktor fisik dan psikis serta faktor 9
Ibid., hlm. 61 Ali Rohmat, Kapita Selekta Pendidikan (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2004),hlm. 20 10
24
utama yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk cepat memahami segala sesuatu. Tiga unsur yang sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan secara acak ke tiga unsur tersebut agar dapat dipahami dengan mudah. Kompetensi guru mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah satu proses yang terjadinya interaksi antara pendidik dan siswa, salah satu yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah guru (dalam hal ini adalah kompetensi yang dimilikinya). Dengan asumsi, bahwa guru adalah sutradara dan sekaligus aktor dalam proses pembelajaran. Ini tidaklah berarti mengesampingkan variabel lain, yaitu seperti media pembelajaran. Selain karena faktor guru, kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain : a. Besarnya (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah peserta didik yang mengikuti proses pengajaran. b. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingan dengan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas penuh pada guru. c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sering kita temukan dalam proses belajar di kelas bahwa guru sebagai sumber belajar
25
satu-satunya. Padahal seharusnya peserta didik diberi kesempatan untuk berperan sebagai sumber belajar dalam proses belajar.11 Faktor lain yang mempengaruhi kualitas pengajaran di sekolah adalah karakteristik sekolah itu sendiri, yang mana sangat berkaitan erat dengan disiplin (tata tertib) sekolah, media pembelajaran yang dimiliki, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, estetika dan etika dalam arti sekolah memberikan perasaan nyaman, kepuasan peserta didik, bersih, rapi dan memberikan inspirasi. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen pendidikan yang satu diantara yang lain saling berhubungan dan menunjang, karena apabila salah satu diantara unsur tersebut tidak memenuhi standar kualitas pendidikan, maka kemungkinan besar kualitas pembelajaran tidak akan tercapai secara optimal. 4. Evaluasi Proses Pembelajaran Evaluasi proses pembelajaran merupakan tahap yang perlu dilakukan oleh guru untuk menentukan kualitas pembelajaran. Kegiatan ini sering disebut juga sebagai refleksi proses pembelajaran, karena kita akan menemukan kelebihan dan kekurangan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup 11
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar: Micro Teaching (Jakarta : Quantum Teaching, 2005), hlm. 51-52
26
tahap
perencanaan
poses
pembelajaran,
pelaksanaan
proses
pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a. Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses. b. Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) Menurut kurikulum PAI 2004 sebagaimana diikuti oleh Ramayulis disebutkan bahwa pendidikan agama Islam, pendidikan itu sendiri adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dan dalam hubungan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.12 Selain dari definisi tersebut perlu diketahui pula pengertian pendidikan agama Islam menurut beberapa ahli, diantaranya adalah : Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama 12
Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara,2009), hlm. 152
27
Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam.13 Menurut Daradjat dkk, pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta dalam menjdikannya sebagai pandangan hidup (Way of Life).14 Abdul Gani Abud berpendapat bahwa pendidikan Islam yang kita inginkan sebagaimana seharusnya, yakni pendidikan Islam yang tujuan dan dasar-dasarnya berdasarkan kepada ruh Islam yang dituangkan Allah dalam Al-Qur’an dan dicontohkan Rosul dalam hadits. Jadi yang kita inginkan itu adalah pendidikan yang berada dalam lingkungan kehidupan yang penuh dengan suasana Islami seperti yang digariskan dalam Al-Qur’an dan Hadits Rosulullah SAW.15 Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengajarkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
13
Ibid., hlm. 7 Zakiyah Daradjat, et. al, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 86 15 JSIT Indonesia, Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu (Jakarta: Jaringan Sekolah Islam Terpadu, 2010), hlm. 6 14
28
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain.16 Tujuan dalam proses pendidikan Islam adalah cita-cita yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahan. Sedangkan menurut Muhaimin, secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman dan pengalaman bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berbangsa dan bernegara. Kedua pengertian tersebut selaras dengan tujuan pendidikan agama Islam di sekolah yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui
pemberian
dan
pemupukan
pengetahuan,
penghayatan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.17
16
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan (jakarta: Pustaka al-Husna, 2008), hlm.
45 17
BSNP, Pedoman Penyusunan KTSP-Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Depdiknas, 2006), hlm. 7-8
29
C. Program Akselerasi 1. Pengertian Akselerasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menerbitkan pedoman penyelenggaraan Program Percepatan Belajar tahun 2003 yang menjelaskan bahwa program percepatan (akselerasi) adalah pemberian pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa, dengan
memberi
kesempatan
kepada
mereka
untuk
dapat
menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan teman-temannya.18 Colangelo dalam buku Akselerasi
A-Z menyebutkan bahwa
istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan akselerasi termasuk juga mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya. Sedangkan sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa itu. Dengan adanya akselerasi akan membuat anak berbakat banyak menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit.19 Dari uraian di atas disimpulkan bahwa program akselerasi adalah pemberian layanan pendidikan sesuai potensi siswa yang berbakat, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan
18
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP dan SMA- Suatu Model Pelayanan Pendidikan bagi Peserta Didik yang memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003), hlm. 20 19 Reni Akbar Hawadi (Ed), Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 5-6
30
program
pendidikan
dalam
jangka
waktu
yang
lebih
cepat
dibandingkan teman-temannya. 2. Landasan Hukum dan Tujuan Program Akselerasi a. Landasan Program Akselerasi (Percepatan Belajar) 1) Landasan Yuridis / Hukum Landasan program akselerasi (percepatan belajar) sesuai dengan: a) Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistempendidikan nasional : -
Pasal
3:
Pendidikan
nasional
berfungsi
untuk
mengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk
membangun potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, mandiri dan menjadi
warga
negara
yang
demokratis
serta
bertanggung jawab. -
Pasal 5 ayat 4: warga negara yang memiliki potensi kecerdasan
dan
kemampuan
istimewa
berhak
memperoleh pendidikan khusus. -
Pasal 32 ayat 1: pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
31
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelalaian fisik, emosional, mental, sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.20 b) Undang-undang no. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 52: anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan khusus. c) Khusus untuk SMP, aturan mengenai akselerasi diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 yang ditindak
lanjuti
dengan
keputusan
Mendikbud
No.
054/U/1993 Pasal 16 ayat 1 yang menyebutkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SLTP sekurang-kurangnya dua tahun. 2) Landasan Filosofis Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, termasuk di dalamnya program percepatan belajar (akselerasi) didasari filosofi yang berkenaan dengan: 21
20
UURI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 6-8 21 Depdikbud, Materi Penataran Lokakarya Pelayanan Pendidikan Untuk Anak Berbakat (Jakarta : Balitbang Depdikbud Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, 1994), hlm. 46-47
32
a) Hakekat Manusia manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan. Di samping
memiliki
persamaan
dalam
sifat
dan
karakteristiknya, potensi tersebut memiliki tingkat dan jenis yang berbeda-beda. Pendidikan dan lingkungan berfungsi untuk mengembangkan potensi tersebut agar menjadi aktual dalam
kehidupan.
Dengan
demikian,
usaha
untuk
mewujudkan anugerah potensi tersebut secara penuh merupakan konsekuensi dari amanah Tuhan. Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, sebagaimana anak pada umumnya, juga mempunyai kebutuhan pokok akan keberadaannya (eksistensinya). b) Hakekat Pembangunan Nasional Pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, melainkan akan
membawa
kerugian
yang
lebih
besar
bagi
perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan di Indonesia. Pendidikan nasional mengemban tugas dalam mengembangkan manusia Indonesia sehingga menjadi manusia yang utuh dan sekaligus merupakan sumberdaya pembangunan.
33
c) Tujuan Pendidikan Untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, maka diperlukan intensi bukan hanya memberikan kesempatan yang sama, melainkan memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi obyektif peserta didik. Perlakuan pendidikan yang adil pada akhirnya adalah perlakuan yang didasarkan pada minat, bakat, dan kemampuan serta kecerdasan peserta didik. d) Usaha untuk Mencapai Tujuan Pendidikan dalam upaya mengembangkan kemampuan peserta didik, pendidikan berpegang kepada azas keseimbangan dan keselarasan, yaitu: keseimbangan antara kreativitas dan disiplin, keseimbangan antara persaingan (kompetisi) dan kerjasama (kooperatif), keseimbangan antara pengembangan kemampuan berpikir holistik dengan kemampuan berpikir atomistik, dan keseimbangan antara tuntutan dan prakarsa. b. Tujuan Program Akselerasi Secara
umum,
tujuan
dari
penyelenggaraan
program
percepatan belajar menurut Hawadi adalah : 1.) Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya. 2.) Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidik dirinya.
34
3.) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik. 4.) Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan. Masih menurut Hawadi, lebih lanjut secara khusus tujuan dari penyelenggaraan akselerasi ini adalah : 1.) Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk menyelesaikan pendidikan lebih cepat. 2.) Memacu kualitas atau mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang. 3.) Meningkatkan efektifis dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.22 4.) Program akselerasi sangat esensial dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas. Proses belajar yang terjadi di dalam program akselerasi akan memungkinkan siswa untuk memiliki semangat dan gairah belajarnya. 3. Kurikulum Program Akselerasi Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyeleggaraa kegiatan belajar-mengajar.
22
Reni Akbar Hawadi, op. cit., hlm. 4
35
Muatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak berbeda dengan kurikulum standar yang digunakan untuk program regular. Perbedaannya terletak pada penyusunan kembali struktur program pengajaran dalam alokasi waktu yang lebih singkat. Program akselerasi ini akan menjadikan kurikulum standar yang biasanya ditempuh siswa SMP/SMA dalam tiga tahun menjadi hanya dua tahun. Pada tahun pertama, siswa akan mempelajari seluruh materi kelas satu ditambah dengan setengah materi kelas dua. Di tahun kedua, mereka akan mempelajari materi kelas dua yang tersisa dan seluruh materi kelas tiga. Oleh karena itu, setiap guru yang mengajar di kelas akselerasi perlu terlebih dahulu melakukan analisis materi pelajaran untuk menentukan sifat materi yang esensial dan kurang. Suatu materi dikatakan memiliki konsep esensial bila memenuhi kriteria berikut ini: (1) konsep dasar; (2) konsep yang menjadi dasar untuk konsep berikut; (3) konsep yang berguna untuk aplikasi; (4) konsep yang sering muncul pada Ebtanas; (5) konsep yang sering muncul pada UMPTN untuk SMA. Materi pelajaran yang diidentifikasi sebagai konsep-konsep yang esensial diprioritaskan untuk diberikan secara tatap muka, sedangkan materi-materi yang non-esensial, kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan mandiri. 23
23
Ibid., hlm.124
36
Kurikulum yang digunakan pada program akselerasi adalah kurikulum Nasional dan muatan lokal, yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi yang esensi dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran pengembangan
yang
dapat
spiritual,
memacu logika,
dan
etika,
mewadahi dan
integrasi
estetika
serta
mengembangkan kemampuan berfikir holistik, kreatif, sistemik, linier, dan konvergen utuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan.24 Pengembangan
kurikulum
berdiferensiasi
untuk
program
percepatan belajar dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal dengan cara sebagai berikut: a. Modifikasi alokasi waktu, yang disesuaikan kecepatan belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. b. Modifikasi isi/materi, dipilih yang esensial. c. Modifikasi sarana-prasarana, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yakni senang menemukan sendiri pengetahuan baru. d. Modifikasi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat memenuhi kehausan akan pengetahuan.
24
Direktorat, op.cit., hlm. 39
37
e. Modifikasi pengelolaan kelas, yang memungkinkan siswa dapat bekerja di kelas, baik secara mandiri, berpasangan, maupun kelompok.25 Dengan
demikian
kurikulum
program
akselerasi
adalah
kurikulum yang diberlakukan untuk satuan pendidikan yang bersangkutan, sehingga lulusan program akselerasi memiliki kualitas dan standar kompetensi yang sama dengan lulusan program reguler. Perbedaannya hanya terletak pada waktu keseluruhan yang ditempuh dalam menyelesaikan pendidikannya lebih cepat bila dibanding dengan program reguler. 4. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi Manajemen berasal dari kata to manage (inggris) yang berarti mengatur, mengelola, menata, mengurus, atau mengendalikan. Dengan kata lain pengertian manajemen tersebut merupakan proses mengatur, mengelola, menata atau mengendalikan.26 Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. a. Rekrutmen Siswa Rekrutmen peserta program akselerasi didasarkan atas dua tahap, yaitu tahap 1 dan tahap 2. 25
Ibid., hlm. 47 John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, 1996) hlm. 372 26
38
1) Tahap 1 Tahap 1 dilakukan dengan meneliti dokumen data seleksi Penerimaan Siswa Baru (PSB). Kriteria lolos pada tahap 1 didasarkan atas kriteria tertentu yang berdasarkan skor data berikut : a) Nilai Ebtanas Murni (NEM) SD ataupun SLTP. b) Skor tes seleksi akademis. c) Skor tes psikologi yang terdiri atas kluster, yaitu intelegensi yang diukur dengan menggunakan tes CFIT skala 3B, kreativitas
yang
diukur
dengan
menggunakan
Tes
Kreativitas Verbal-Short Battere,dan task Commitment yang diukur dengan menggunakan skala TC-YA/FS revisi. Selain faktor kemampuan umum tersebut, untuk melihat faktor kepribadian, dilakukan pula tes motivasi berprestasi, penyesuain
diri,
stabilitas
emosi,
ketekunan,
dan
kemandirian dengan menggunakan alat tes EPPS yang direvisi. Biasanya, persentase yang lolos dalam tahap ini berkisar antara 15-25% dari jumlah siswa yang diterima dalam seleksi Penerimaan Siswa Baru. 2) Tahap 2 : Penyaringan Penyaringan dilakukan dengan dua strategi berikut:
39
a) Strategi Informasi Data Subjektif. Informasi
data
subjektif
diperoleh
dari
proses
pengamatan yang bersifat kumulatif. Informasi dapat diperoleh melalui check list perilaku, nominasi oleh guru, nominasi oleh orang tua, nominasi oleh teman sebaya, dan nominasi dari diri sendiri. b) Strategi Informasi data Objektif. Informasi data objektif diperoleh melalui alat-alat tes lebih lengkap yang dapat memberikan informasi yang lebih beragam (berdiferensiasi), seperti Tes Intelegensi Kolektif Indonesia (TIKI) dengan sebelas subtes, tes Weschler Intelligence Scale For Children Adaptasi Indonesia dengan sepuluh subtes, dan Baterai Tes Kreativitas verbal dengan enam subtes. Kedua strategi tersebut dapat digunakan secara bersama-sama untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan utuh tentang siswa yang memiliki tingkat keberbakatan intelektual yang tinggi dan diharapkan mampu untuk mengikuti Program Akselerasi (biasanya jumlah yang tersaring berkisar antara 310%). 27
27
Reni Hawadi-Akbar (Ed), op.cit., hlm. 122-123.
40
Kriteria yang ditetapkan berdasarkan persyaratan Buku Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, adalah sebagai berikut: a) Informasi Data Obyektif, yang diperoleh dari pihak sekolah berupa skor akademis dan pihak psikolog (yang berwenang) berupa skor hasil pemeriksaan psikologis. Akademis, yang diperoleh dari skor: - Nilai Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya, dengan rata-rata 8,0 ke atas baik untuk SMP maupun SMA. Sedangkan untuk SD tidak dipersyaratkan. - Tes kemampuan akademis, dengan nilai sekurangkurangnya 8,0. - Rapor, nilai rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0. Psikologis, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan psikolog yang meliputi tes inteligensi umum, tes kreativitas, dan inventori keterikatan pada tugas. Peserta didik yang lulus tes psikologis adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori jenius (IQ ≥ 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ ≥ 125) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.
41
b) Informasi Data Subyektif, yaitu nominasi yang diperoleh dari diri sendiri, teman sebaya, orang tua, dan guru sebagai hasil dari pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan. c) Kesehatan fisik, yang ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter. d) Kesediaan calon siswa percepatan dan persetujuan orang tua, yaitu pernyataan tertulis dari pihak penyelenggara program percepatan belajar untuk siswa dan orang tua tentang hak dan kewajiban serta hal-hal yang dianggap perlu dipatuhi untuk menjadi peserta program percepatan belajar. b. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi Menurut Clark, 1983 (dalam Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah) ditinjau dari bentuk penyelenggaraanya, program akselerasi dapat dibedakan menjadi: 1) Kelas Reguler Dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetap berada bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas reguler (model inklusif). 2) Kelas Khusus Dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus.
42
3) Sekolah Khusus Satu sekolah hanya
menyelenggarakan satu
bentuk
pelayanan pendidikan, yaitu hanya program akselerasi. Pada model ini siswa dapat masuk asrama atau tidak. Keuntungan jika ada asrama adalah waktu belajar lebih panjang, memudahkan kegiatan ekstra kurikuler, jika tidak ada asrama keuntungannya adalah memepermudah untuk berinteraksi dengan sekolah lain. Kelemahan model ini dengan adanya asrama adanya pemisahan dengan keluarga dan harus menyesuaikan diri sedang tanpa asrama kelemahannya timbulnya penilain yang berlebih dari masyarakat sehingga menimbulkan jarak antara siswa akselerasi dengan siswa reguler yang kurang baik. 28
28
Direktorat, op.cit., hlm. 28-29