BAB II METODE PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Metode Pengajaran 1. Pengertian Metode Pengajaran Sebelum kita membicarakan tentang berbagai metode yang dapat dipergunakan untuk mengajarkan agama, terlebih dahulu dikemukakan bahwa berhasil atau tidaknya sesuatu metode bukan karena macam metode yang dipakai atau karena efisiensinya, akan tetapi yang penting ialah orang yang melaksanakan metode itu. The man behind the gun kata pepatah, selain orang yang melaksanakan metode itu, memang cara memilih metode itu sendiri tidak dapat dilupakan. Setiap mengajar pendidik harus dapat memilih dan menentukan macam metode mana yang dipakai, bagaimana bentuk mengajar yang akan dilakukan, semuanya itu harus meninjau kepada eksistensi yang dihadapinya. Dengan kata lain, dalam segala persoalan, pendidik harus bertindak secara paedagogis, dan harus melihat fenomenologisnya, tidak secara receptik.1 Untuk itu semua, harus disadari bahwa metode mengajar di negara manapun, harus selalu berubah mengikuti perubahan bentuk dan cita-cita masyarakat, dan haruslah diinsyafi bahwa cara mengajar yang tidak baik tidak hanya berarti membuang-buang tenaga dengan percuma tetapi juga merusak jiwa anak. Istilah metode pengajaran terdiri dari kata “metode dan pengajaran”. Dan secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa (Greeka) yang terdiri dari dua suku kata yaitu metha artinya melewati atau melalui dan hodos artinya jalan atau cara.2 adapun pengajaran berasal dari kata “ajar” ditambah dengan awalan “me” menjadi “mengajar” berarti
1
Abd. Rachman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996),
2
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm.
hlm. 80. 104.
16
17 suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Pengajaran yang artinya bahan pelajaran yang disajikan atau proses penyajian bahan pelajaran. Dalam uraian ini istilah pengajaran diartikan sebagai proses penyajian bahan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkan bahan itu.3 Para ahli merumuskan berbagai ta’rif tentang metode pengajaran di antaranya ialah sebagai berikut: a. Depag RI menta’rifkan bahwa “Metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadalan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran”.4 b. Muhammad Athiyah al-Abrasyi menta’rifkan pula bahwa “Metode pengajaran adalah jalan yang diikuti untuk memberikan pengertian pada murid-murid tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran”.5 c. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, merumuskan pula sebagai berikut: “Metode pengajaran itu adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid, ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak didik dengan baik”.6 d. Marasudin Siregar menta’rifkan bahwa “Metode pengajaran adalah merupakan suatu proses interaksi edukasi dalam proses belajar mengajar antara peserta didik dengan pendidik. Peserta didik di satu pihak dan pendidik di pihak lain”.7
3
Ibn S. Lilih Bukit Karo-Karo, Metodologi Pengajaran, (Salatiga: Saudara, 1981), hlm.
3. 4
Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag RI, 2001), hlm. 88. Ramayulis, op. cit., hlm. 104. 6 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: tp. 1982), hlm. 50-51. 7 Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama (MPA), (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003), hlm. 15. 5
18 Dari beberapa pengertian para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran adalah suatu cara atau jalan yang berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan. 2. Tujuan dan Manfaat Metode Pengajaran a. Tujuan Metode Pengajaran Kegiatan pengajaran harus mempunyai tujuan, karena setiap kegiatan yang tidak mempunyai tujuan akan berjalan meraba-raba, tak tentu arah tujuan. Tujuan yang jelas dan berguna akan membuat orang lebih giat, terarah dan sungguh-sungguh. Dan semua kegiatan harus berorientasi pada tujuannya. Segala daya dan upaya pengajaran harus dipusatkan pada pencarian tujuan itu, bahan pelajaran, metode dan teknik pelaksanaan kegiatan pengajaran, sarana dan alat yang digunakan harus dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran dengan efektif dan efisien.8 Adapun tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Suatu kegiatan akan berakhir bila tujuannya sudah tercapai. Kalau tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir. Karena itu metode pengajaran dalam pendidikan Islam bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut: 1) Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, maklumat, pengalaman, ketrampilan dan sikapnya, terutama ketrampilan berfikir ilmiah yang betul dan sikap dalam bentuk cinta ilmu, suka menuntutnya dan membuka rahasianya, dan merasa enak dan nikmat dalam mencarinya. 2) Membiasakan pelajar menghafal, memahami, berfikiran sehat, memperhatikan dengan tepat, mengamati dengan tepat, rajin, sabar, 8
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996, hlm. 73.
19 dan teliti dalam menuntut ilmu, mempunyai pendapat yang berani, asli dan bebas. 3) Memudahkan proses pengajaran itu bagi pelajar dan membuatnya mencapai sebanyak mungkin tujuan yang diinginkan, dan menghemat tenaga dan waktu yang diperlukan untuk mencapainya. 4) Menciptakan suasana yang sesuai bagi pengajaran dan berlaku sifat percaya mempercayai dan hormat menghormati antara guru dan murid dan hubungan baik antara keduanya, dan juga meningkatkan semangat pelajar dan menggalakkannya belajar dan bergerak.9 Inilah sebahagian dari tujuan yang ingin dicapai oleh metode pengajaran dalam pendidikan Islam. b. Manfaat Metode Pengajaran Ada beberapa manfaat metode pengajaran, baik terhadap guru maupun terhadap murid. Manfaat metode pengajaran bagi guru adalah sebagai berikut: 1) Mampu memilih metode yang sesuai, baik kesusaian terhadap murid, materi pelajaran, situasi dan kondisi maupun tujuan materi pelajaran. 2) Sebagai pedoman dan alat evaluasi dalam pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM). 3) Mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif. 4) Mudah menyerap materi bahan pelajaran. Sedangkan manfaat metode pengajaran bagi siswa adalah sebagai berikut: 1) Terjadi hubungan keakraban antara guru dan peserta didik 2) Tercipta situasi yang menyenangkan bagi peserta didik 3) Timbul kreativitas dan aktivitas belajar pada peserta didik 4) Terbentuk hubungan kerja sama yang baik antara peserta didik.10 9
Omar Mohammad at-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 585. 10 Marasuddin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama (MPA), (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003), hlm. 17.
20 3. Dasar-dasar Metode Pengajaran Sesungguhnya metode pengajaran dalam pendidikan Islam, seperti juga dengan kurikulumnya dan segala yang bersangkut paut dengannya, mempunyai dasar-dasar dan sumber-sumber yang umum yang di atasnya ia berdiri dan darinya ia memperoleh unsur-unsur, tujuan-tujuan, matlamat-matlamat, dan prinsip-prinsipnya. Adapun sumber atau dasar-dasar umum ini dapat digolongkan ke dalam kategori sebagai berikut: a. Dasar Agama Yang dimaksud dengan dasar ini adalah prinsip-prinsip, asasasas, dan fakta-fakta umum yang pada dasarnya diambil dari teks agama Islam dan syari’at pada sumbernya yang induk dan bercabang yang bermacam-macam, dan juga dari peninggalan dan amalan nenek moyang yang shaleh. Tentang penentuan macam metode atau teknik yang dapat dipakainya dalam mengajar maka ia didapat pada cara-cara pendidikan yang terhadap dalam al-Qur’an, pada sunnah Nabi, amalan Salaf Assaleh dari sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Peluang yang luas sekali untuk memilih di antaranya yang sesuai dengan mata pelajaran, perkara yang diajarkan, umur murid-murid, suasana alam sekitarnya dan suasana pengajaran di mana ia berada. Jika kita ambil al-Qur’an misalnya maka kita mendapatinya mengandung metode pendidikan yang banyak, antaranya teknik kisah, teknik pembahasan, teknik soal jawab, dan lain-lain.11 b. Dasar Bio Psikologis Di samping dasar agama ada lagi dasar lain yang harus dijaga di dalam metode mangajar dan dalam proses pendidikan sebagai keseluruhan dasar ini kelihatan pada dasar bio psikologis yang bermakna sekumpulan kekuatan dan ciri-ciri jasmaniah dan psikologis yang mempengaruhi tingkah laku pelajar pada proses belajarnya. Maka 11
Ibid., hlm. 587-588.
21 di antara kewajiban guru muslim adalah bahwa ia memahami sepenuhnya kekuatan dan ciri-ciri ini ia memeliharanya dalam pengajarannya untuk menjamin kejayaan dalam pekerjaannya. 1) Dasar Biologis Adapun tentang segi atau dasar biologis maka adalah kewajiban
guru
untuk
memelihara
dalam
metode
teknik
pengajarannya ciri-ciri, kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, dan tahap kematangan muridnya. Guru harus memperhitungkan bahwa murid-murid itu mempunyai kebutuhan bio-fisik yang harus dipuaskan dan dipenuhi supaya tercapai penyesuaian jasmani, psikologis dan social yang sehat, seperti kebutuhan kepada udara yang bersih, kebutuhan kepada gerakan dan aktivitas, dan kebutuhan kepada istirahat, tidur dan lain sebagainya.12 Sehingga sebagai seorang guru harus berusaha dengan segala jalan untuk menolong murid-muridnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut sesuai yang diharapkan mereka. 2) Dasar Psikologis Tentang dasar psikologis yang dimaksudkan adalah sejumlah kekuatan psikologis termasuk motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal (intelektual). Sebagaimana guru harus menjaga kesediaan-kesediaan dan ketrampilan murid-murid dari segi jasmani ia juga harus menjaga kekuatan-kekuatan emosi, dan keseidaan-kesediaan dan kecakapan intelektualnya, karena tingkah lakunya secara umum, kegiatan dan proses belajarnya secara khas sangat terpengaruh oleh faktor-faktor psikologis ini. Adapun guru yang berjaya adalah yang menjadikan metode dan teknik pengajarannya sebagai pendorong bagi kegiatan murid-muridnya,
12
Ibid., hlm. 589.
22 dan menjadi penggerak bagi motivasi-motivasi dan kekuatankekuatan pengajaran yang terpendam pada diri murid-muridnya. 3) Dasar Sosial Sebagimana metode mengajar guru muslim terpangeruh oleh prinsip-prinsip agama Islam dan ajaran-ajarannya, dan oleh kebutuhan bio psikologis muridnya. Guru juga terpengaruh oleh faktor-faktor maasyarakat tempat tinggalnya. Seharusnya, guru di dalam metode mengajarnya seia sekata dan bersesuaian dengan nilai-nilai masyarakat dan tradisi-tradisinya yang baik dengan tujuan-tujuan, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapannya terhadap anggota-anggotanya dan tuntutan-tuntutan kehidupan yang berjaya dalam masyarakat tersebut.13 Adapun perkara-perkara tersebut sangat dituntut oleh pendidikan, lebih-lebih pendidikan modern sekarang ini supaya dipelihara sebagaimana pendidikan Islam telah memelihara dan melestarikannya. 4. Macam-macam
Metode
Pengajaran
serta
Kelebihan
dan
Kekurangannya Mengenai metode pengajaran ini banyak sekali jumlahnya seagai hasil dari penelitian para ahli pendidikan dan psikologi, dan juga hasil penumpukan dari dahulu kala sampai zaman mutakhir. Sebagai contoh Socrates telah terkenal dengan metode yang digunakannya sebagai metode dialog dan terkenal juga dengan Socratic Method. Dengan demikian luasnya pengetahuan tentang psikologi, maka semakin luas dan banyak pula metode mengajar yang ditemukan terutama sekali Ilmu Jiwa Belajar, sebab ia memberikan sumbangan bagaimana cara-cara orang berfikir, berbuat, berkemauan dan sebagainya yang kesemuanya itu bermuara kepada bagaimana cara orang belajar dan
13
Ibid., hlm. 590-591.
23 akhirnya didapat pula cara mengajar yang baru.14 Dan sudah terkenal sekali di kalangan kaum pendidik beberapa metode mengajar yang kerap kali mereka gunakan sehari-hari dalam menjalankan proses belajar mengajar untuk bermacam-macam mata pelajaran. Karenanya belajar mengajar terkandung di dalamnya dua kegiatan pokok, yaitu kegiatan guru dalam mengajar dan kegiatan murid dalam belajar. Mengajar pada umumnya diartikan sebagai usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungannya termasuk guru, alat pelajaran, kurikulum dan instrumen pendidikan lainnya, sehinga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan. Berbagai teori belajar telah dikenal dan masing-masing dapat memberi sumbangan mengenai proses belajar. Namun, demikian belum ada satu teori belajar yang dapat dijadikan pegangan untuk segala jenis belajar, karena berbagai jenis belajar ditentukan menurut jenis tujuannya. Demikian pula penggunaan satu jenis metode mengajar untuk segala macam tujuan belajar tentunya tidak efektif. Karena berbeda tujuannya berbeda pula cara mencapainya. Dengan demikian ada sejumlah cara yang dapat ditempuh atau sejumlah metode interaksi yang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif-alternatif untuk membina tingkah laku belajar secara edukatif dalam berbagai proses interaksi. Adapun metodemetode tersebut macamnya adalah sebagai berikut: a. Metode Ceramah Metode ceramah agaknya merupakan metode mengajar yang paling tua dan paling banyak dipergunakan di sekolah. Hal itu mungkin sekali disebabkan karena mudah dan murahnya metode ini. Dengan hanya bermodalkan suara guru akan dapat menyampaikan suatu materi pelajaran kepada murid-muridnya.
14
Muhammad Zein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Aka Group dan Indra Buana, 1995), hlm. 169.
24 Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian atau penyajian bahan pelajaran dengan alat perantara berupa suara atau penyajian bahan pelajaran dengan alat perantara berupa suara. Dapat pula dikatakan suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan.15 Apabila seorang guru hendak menggunakan metode ceramah, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: 1) Guru benar-benar menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan 2) Guru dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan sistematis yang dapat diikuti murid-murid 3) Guru menguasai bahasa pengantar dengan baik 4) Guru dapat menyusun kata-kata yang akan diucapkannya dalam kalimat-kalimat yang sederhana tapi baik susunannya.16 Kelebihan metode ceramah ini adalah: 1) Penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak-banyaknya. 2) Pengorganisasian kelas lebih sederhana dan tidak diperlukan pengelompokan siswa secara khusus. 3) Dapat memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa dalam belajar 4) Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan
waktu
terbatas
dapat
dibicarakan
pokok-pokok
permasalahannya saja sedangkan bila materi sedikit waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.17 Kekurangan metode ceramah adalah: 1) Interaksi cenderung bersifat cerired (berpusat pada guru) 2) Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauhmana siswa telah menguasai bahan ceramah.
15
Jusuf Djajadisastra, Metode-Metode Mengajar I, (Bandung: angkasa, 19811), hlm. 15. Ibid., hlm. 17. 17 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 35. 16
25 3) Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru. 4) Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi istilah-istilah yang kurang/tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah kepada verbalisme. 5) Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti pikiran guru. 6) Kurang
memberikan
mengembangkan pendapat.
kesempatan
kecakapan
dan
kepada kesempatan
siswa
untuk
mengeluarkan
18
b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar di mana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir di antara murid-murid.19 Adapun untuk menggunakan metode tanya jawab tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Rumuskan tujuan pengajaran secara spesifik yang berpangkal pada tingkah laku siswa. 2) Guru melakukan pertanyaan dari hal-hal yang sederhana kemudian dilanjutkan kepada pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang materi yang dibicarakan.20 Kelebihan metode tanya jawab ini adalah: 1) Situasi kelas akan lebih hidup, karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan
buah
pikirannya
dengan
melalui
berbicara/menjawab pertanyaan.
18
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 139. 19 Ramayulis, op. cit., hlm. 121. 20 Basyiruddin Usman, op. cit., hlm. 44.
26 2) Sangat
positif
sekali
untuk
melatih
anak
agar
berani
mengemukakan pendapatnya dengan lisan secara teratur. 3) Timbulnya perbedaan pendapat di antara anak-anak akan membawa kelas pada situasi diskusi. 4) Mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh, dalam arti murid yang biasanya segan mencurahkan perhatian akan lebih berhati-hati dan aktif mengikuti pelajaran. 5) Walaupun
agak
lamban,
tetapi
guru
dapat
mengontrol
pemahaman/pengertian murid pada masalah yang dibicarakan.21 Kekurangan metode tanya jawab ini adalah: 1) Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat dikontrol secara baik oleh guru karena banyaknya pertanyaan yang timbul dari siswa. 2) Kemungkinan terjadinya penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenan dengan sasaran yang dibicarakan. 3) Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik, karena timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak dapat dijawab secara tepat, baik oleh guru maupun oleh siswa.22 c. Metode Diskusi Metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode lainnya misalnya metode ceramah, karyawisata dan lain-lain karena metode diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan suatu masalah (problem solving). Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok, pertanyaaan atau problema, di mana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk
21 Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1983), hlm. 87. 22 Basyiruddin, op. cit., hlm. 44.
27 mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.23 Kelebihan metode diskusi ini adalah: 1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jawaban bukan satu jalan (satu jawaban saja). 2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan diskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. 3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.24 Kekurangan metode diskusi ini adalah: 1) Bila terdapat anggota yang ingin menguasai suasana dengan jalan pembicaraan yang panjang lebar tanpa memberikan kesempatan kepada yang lain. 2) Pendapat yang ada terbatas pada jumlah yang sedikit.25 3) Pada umumnya, peserta didik tidak berlatih untuk melaksanakan diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan baik. 4) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.26 d. Metode Drill (latihan) Metode drill adalah suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.27
23
Jusuf Djajadisastra, op. cit., hlm. 33. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 199. 25 Abdurrahman Shaleh, op. cit., hlm. 84. 26 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, t.th.), hlm. 209. 27 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 84. 24
28 Kelebihan metode drill adalah: 1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. 2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian,
penjumlahan,
pengurangan,
pembagian
tanda-
tanda/symbol dan sebagainya. 3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.28 Kekurangan metode drill ini adalah: 1) Menghambat bakat dan inisiatif siswa 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan 3) Membentuk kebiasaan yang kaku 4) Menimbulkan verbalisme.29 e. Metode Demonstrasi Metode
demonstrasi
adalah
metode
mengajar
yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak. Kelebihan metode demonstrasi ini adalah: 1) Perhatian anak didik dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati secara tajam. 2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat kepada apa yang didemonstrasikan. Jadi proses belajar anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.30 Kekurangan metode demonstrasi ini adalah: 1) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan. 2) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan. 28 29
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 204. Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, t.th.),
hlm. 80. 30 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana di Perguruan Tinggi Agama, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985), hlm. 232.
29 3) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.31 f. Metode Sorogan Menurut Zamakhsyari Dhofir bahwa metode sorogan adalah seorang murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa baris al-Qur’an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa tertentu yang pada gilirannya murid mengulangi dan menerjemahkan kata perkata sepersis mungkin seperti yang dilakukan gurunya.32 Adapun metode sorogan ini didasari atas peristiwa yang terjadi ketika Rasulullah saw. menerima ajaran dari Allah SWT. melalui malaikat Jibril mereka langsung bertemu satu persatu, yaitu antara malaikat Jibril dan Rasulullah saw. Kelebihan metode sorogan ini adalah: 1) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan murid. 2) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. 3) Murid yang IQnya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran, sedangkan yang IQnya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup lama. Kekuarangan metode sorogan ini adalah: 2) Tidak efisien karena hanya menghadap beberapa murid, sehingga kalau menghadap murid yang banyak metode ini kurang begitu tepat. 3) Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, ketaatan dan disiplin pribadi.33
31
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 201. Armai Arief, op. cit., hlm. 150. 33 Ibid., hlm. 152. 32
30 g. Metode Katekesmus Metode katekesmus adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan. Kelebihan metode katekesmus ini adalah: 1) Keseragaman dan kemurnian pengatahuan akan terjamin, dengan demikian maka amat baik dipakai dalam menyajikan mata pelajaran agama. 2) Bahan pelajaran telah tertulis dalam buku pelajaran hingga hal ini memudahkan serta meringankan beban guru. Kekurangan metode katekesmus ini adalah: 1) Kurang memberi rangsangan untuk mengembangkan bahan pelajaran sebab bahan-bahan tersebut sudah tersedia baik bagi guru maupun bagi murid. 2) Inisiatif guru dan murid dikekang, pengetahuan guru dan murid tidak luas.34 Inilah sebagian metode-metode proses belajar, pengajaran dan pendidikan yang sering dipergunakan dalam pendidikan Islam, dan banyak lagi metode dan cara-cara lain yang tidak sempat disebutkan. Karenanya walaupun metode dan cara-cara pengajaran dan bimbingan dalam pendidikan Islam berbeda-beda dan berlainan, akan tetapi terdapat ciri-ciri dan sifat-sifat umum yang umum untuk semuanya, menyebabkan ia mempunyai watak sendiri, sebagaimana ia juga mempunyai tujuan-tujuan umum yang ingin dicapainya bersama dan pada dasarnya bahwa keberadaan metode pengajaran dalam dunia pendidikan dan pengajaran adalah berfungsi sebagai salah satu alat yaitu alat untuk menyajikan bahan pelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
34
Ibn Lilih Bukit Karo-karo, op. cit., hlm. 22.
31 B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran PAI Untuk
memudahkan
pembahasan
dan
pemahaman
dalam
mendefinisikan tentang pembelajaran PAI, maka penulis memaparkan dalam beberapa bagian. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.35 Sementara itu menurut E. Mulyasa, pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.36 Dalam pandangan S. Nasution bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa atau sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap serta menetapkan apa yang dipelajari.37 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha orang dewasa yang sistematis, terarah serta bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasaarnya menuju kepada perubahan tingkah laku dan kedewasaan ke arah yang lebih baik, baik diselenggarakan secara formal maupun non formal. Dalam petunjuk pelaksanaan mata pelajaran Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah dijelaskan: Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam penyiapan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan hadits. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman dibarengi tuntunan untuk menghormati agama lain dalam 35
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 57. E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2003), hlm. 100. 37 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), hlm. 102. 36
32 hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.38 Sedangkan menurut Ahmadi, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang lebih dikhususkan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.39 Dari pengertian PAI tersebut di atas, maka dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI yaitu: a. PAI sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara terencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. b. Peserta diidk yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. c. Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam bagi peserta didik dan di samping untuk membentuk keshalehan atau kualitas pribadi juga sekaligus untuk membentuk keshalehan sosial. Dalam arti kualitas/keshalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat) baik yang seagama ataupun yang tidak seagama dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan nasional (ukhuwah wathoniyah) bahkan ukhuwah insaniyah (persatuan dan kesatuan antar sesama manusia). Dari semua penjelasan tentang pembelajaran dan pendidikan agama Islam tersebut dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwasanya pembelajaran PAI adalah suatu proses interaksi antara pendidik dan 38
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 3. 39 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma dan Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya, 1993), hlm. 19.
33 peserta didik guna tercapainya perubahan tingkah laku dalam mempelajari dan meningkatkan pengetahuan sumber daya insani yang berhubungan dengan sang pencipta. 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran PAI Dalam petunjuk pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran PAI Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah disebutkan bahwa: Pendidikan agama Islam di SMU bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam supaya menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.40 Rumusan tujuan PAI tersebut mengandung pengertian bahwa tahapan kognisi, yaitu pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menjadi ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Karenanya untuk mencapai tujuan tersebut, maka ruang lingkup PAI meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan 40
Depdiknas, Standar Kompetensi, op. cit., hlm. 4.
34 manusia dengan Allah SWT., hubungan manusia dnegan sesama manusia, hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan. Sedangkan ruang lingkup bahan PAI Sekolah Menengah Atas berfokus pada aspek alQur’an dan hadits, keimanan, syari’ah, akhlak dan tarikh.41 Dalam konteks masyarakat Indonesia yang pluralistik baik dalam agama, ras, etnis, tradisi budaya dan sebagainya adalah sangat rentan terhadap timbulnya perpecahan dan konflik sosial. Dengan kata lain agama dalam kehidupan masyarakat majemuk berperan sebagai faktor pemersatu (integratif)
dan 42
(disintegratif).
dapat
pula
berperan
sebagai
faktor
pemecah
Oleh karena itu, pembelajaran pendidikan agama Islam
diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas, yaitu ukhuwah fi al-ubudiyah, ukhuwah fi al-insaniyah, ukhuwah fi alwathaniyah, dan ukhuwah fi al-din al-Islam. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauan sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi PAI yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.
41
Ibid. Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 77. 42
35 Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling terpengaruh dalam proses pembelajaran agama. Adapun ketiga komponen tersebut adalah: a. Kondisi pembelajaran agama Kondisi pembelajaran PAI adalah semua faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI, faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran yaitu: 1) Tujuan dan karakteristik bidang studi PAI, 2) Kendala dan karakteristik bidang studi PAI, dan 3) Karakteristik peserta didik.43 Tujuan dan karakteristik bidang studi dihipotesiskan memiliki pengaruh utama pada pemilihan strategi pengorganisasian isi pembelajaran. Kendala dan karakteristik bidang studi mempengaruhi strategi pengelolaan pembelajaran. Namun, perlu diingat, pada tingkat tertentu
dimungkinkan
suatu
kondisi
pembelajaran
akan
mempengaruhi setiap komponen pemilihan metode pembelajaran seperti karakteristik siswa dapat mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian isi dan strategi penyampaian pembelajaran PAI. b. Metode pembelajaran agama Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Strategi pengorganisasian; 2) Strategi penyampaian, dan 3) Strategi pengelolaan pembelajaran. c. Hasil pembelajaran pendidikan agama. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan kriteria: 1) Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari 2) Kecepatan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar 3) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh 4) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar 43
Ibid., hlm. 150.
36 5) Kualitas hasil akhir yang dapat dibaca 6) Tingkat alih belajar 7) Tingkat retensi belajar44 Dari pemaparan tersebut disimpulkan bahwa antara ketiga komponen, yaitu: 1) kondisi pembelajaran pendidikan agama; 2) metode pembelajaran pendidikan agama, dan 3) hasil pembelajaran pendidikan agama. Ketiganya terdapat hubungan yang saling mempengaruhi dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, dan dari ketiganya komponen tersebut memiliki interelasi yang saling melengkapi.
44
Ibid., hlm. 156.