IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM (Studi Evaluatif di STKIP Sungai Penuh) ABSTRAK
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi umum (PTU) telah memperoleh landasan yang kokoh sejak dikeluarkan Ketetapan MPRS Nomor II Tahun 1960 dan Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 22 Tahun 1961, yang mewajibkan pengajaran mata kuliah agama di perguruan tinggi negeri. Di dalam GBHN dinyatakan bahwa dasar dan tujuan pendidikan nasional adalah Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Berangkat dari fenomena tersebut, maka beberapa pertanyaan yang menarik yang akan dijadikan fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; (1) bagaimana kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diterapkan di PTU? (2) bagaimana profil dan kualifikasi ketenagaan pendidikan/ dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam di PTU? (3) bagaimana respon mahasiswa terhadap pembelajaran Pendidkan Agama Islam di PTU? (4) apa metode/ strategi pembelajaran Pendidkan Agama Islam yang dikembangkan di PTU? (5) apa sarana dan prasarana pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PTU? (6) bagaimana sistem penilaian /evaluasi yang dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PTU? Sesuai dengan hasil temuan penelitian yang ada, maka Pembelajaran PAI di PTU seyogyanya perlu penambahan SKS, sesuai dengan kebutuhan, bisa jadi menjadi 4 SKS atau lebih. Disamping itu, perlu juga dibentuk lembaga konsultasi keagamaan, yang berfungsi sebagai pusat konsultasi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Jenjang karir dosen PAI di Perguruan Tinggi Umum seyogyanya diperhatikan, karena dosen agama sering dianggap tidak setara dengan dosen-dosen bidang ilmu lainnya, sehingga sering sekali terhambat jenjang karir mereka, baik dari aspek kepangkatan, jabatan structural dan lainlainnya. Perlu diadakan sertifikasi bagi para dosen agama yang belum memiliki kualifikasi atau latarbelakang pendidikan Agama yang berkualitas, agar proses pembelajaran PAI berjalan sesuai dengan harapan. Perlu dilakukan upaya standarisasi sarana dan prasarana pembelajaran PAI di PTU agar proses pembelajaran bisa berjalan secara efektif, efisien, meanrik, dan produktif. Kata Kunci: Implementasi, PAI,
1
BAB I
ajaran agamanya di dalam kehidupan
PENDAHULUAN
pribadi, bermasyarakat dan di dalam melaksanakan
A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pendidikan Agama
sejak
dikeluarkan
Ketetapan
MPRS
Nomor II Tahun 1960 dan UndangUndang Perguruan Tinggi Nomor 22 Tahun 1961, yang mewajibkan pengajaran mata kuliah agama di perguruan tinggi negeri. Di dalam GBHN dinyatakan bahwa dasar dan tujuan pendidikan nasional adalah Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan
yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut maka di dalam struktur Kurikulum Pendidikan
Tinggi,
mata
kuliah
Pendidikan Agama termasuk komponen mata kuliah Dasar Umum, artinya menjadi dasar
bagi
pembentukan
manusia
intelektual yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki wawasan, bersikap dan bertindak sesuai dengan
pembangunan
nasional. Dalam rangka mencapai maksud
Islam di perguruan tinggi umum (PTU) telah memperoleh landasan yang kokoh
tugas
tersebut, pemerintah telah mengusahakan agar Pendidikan Agama Islam dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien melalui
berbagai
kurikulum,
perbaikan,
metode
seperti
dan
system
pembelajaran, penyempurnaan materi, dan penyediaan sarana yang mencukupi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk melahirkan kurikulum yang
antisipatif
terhadap masa depan, termasuk lahirnya kurikulum PAI di PTU yang dipakai sekarang
ini.
Namun
masih
banyak
kalangan menganggap bahwa kurikulum Pendidikan Agama islam (PAI) termasuk di perguruan tinggi belum memadai dan kurang relevan (Madjid, N., 1999: 26). Sedangkan
menurut
(2003:94),
untuk
Pendidikan
Agama
diperlukan
interelasi
komponen, dengan
yaitu:
berbagai
Muhaimin
mengembangkan Islam
di
antara input
latar
PTU
beberapa (mahasiswa
belakangnya),
program pendidikan (kurikulum PAI), tenaga
kePendidikan
sarana/prasarana,
Agama
biaya,
Islam,
manajemen,
proses pembelajaran PAI, dan lingkungan yang kondusif sehingga menghasilkan out 2
put atau hasil Pendidikan Agama Islam
ditetapkan.
yang diharapkan.
akan diteliti adalah :
Untuk
itu
perlu
penelitian evaluatif guna keefektifan Agama
dilakukan mengevaluasi
pelaksanaan
di
perguruan
Pendidikan
tinggi
umum.
Fokus permasalahan yang
1. Bagaimana
kurikulum
Pendidikan
Agama Islam yang diterapkan pada PTU di STKIP Sungai Penuh? 2. Bagaimana
profil
dan
kualifikasi
Penelitian ini merupakan usaha kongkrit
ketenagaan pendidikan/dosen pengajar
untuk memperoleh informasi di lapangan
mata kuliah Pendidikan Agama Islam
yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
pada PTU di STKIP Sungai Penuh?
pembuatan kebijakan terhadap pembinaan
3. Bagaimana respon mahasiswa terhadap
dan pengembangan pendidikan agama di
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
perguruan tinggi umum (PTU).
pada PTU di STKIP Sungai Penuh? 4. Apa
B. Fokus Penelitian
Pendidikan
Berdasar latar belakang masalah tersebut di atas,
permasalahan yang
menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah
bagaimana
penyelenggaran
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PTU, khususnya dalam mengembangkan kurikulum, dosen, mahasiswa, sarana dan prasarana, metode/strategi pembelajaran, maupun
sistem
metode/strategi
evaluasi/penilaiannya.
pembelajaran
Agama
Islam
yang
dikembangkan pada PTU di STKIP Sungai Penuh? 5. Apa
sarana
dan
prasarana
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada PTU di STKIP Sungai Penuh? 6. Bagaimana sistem penilaian/evaluasi yang
dikembangkan
dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada PTU di STKIP Sungai Penuh?
Asumsinya adalah Pendidikan Agama Islam di PTU akan berhasil baik apabila
D. Tujuan Penelitian
kurikulum dapat dilaksanakan dengan
Penelitian
ini
secara
umum
optimal serta dosen, mahasiswa, sarana
bertujuan untuk memperoleh informasi
dan
tentang
prasarana,
pembelajaran,
metode/strategi dan
kelebihan
dan
kekurangan
sistem
penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan
evaluasi/penilaiannya dapat mendukung
Agama Islam yang dikembangakan oleh
pencapaian
perguruan tinggi umum. Secara lebih
target
kurikulum
yang
3
khusus, penelitian ini ingin mengetahui
1. Memberikan
sumbangan
secara lebih jelas dan benar hal-hal berikut
mengenai metode dan strategi
ini:
yang tepat dalam pembelajaran
1. Pelaksanaan
kurikulum
Pendidikan
Pendidikan
Agama Islam pada PTU di STKIP
2. Memberikan profil
dan
Islam
di
perguruan tinggi umum
Sungai Penuh. 2. Karaktristik
Agama
kualifikasi
sumbangan
pengembangan
pada
keilmuan
di
ketenagaan pendidikan/dosen pengajar
bidang Pendidikan Agama Islam
mata kuliah Pendidikan Agama Islam
pada perguruan tinggi umum.
pada PTU di STKIP Sungai Penuh. 3. Respon
mahasiswa
3. Memberikan
terhadap
pengambil
masukan
kepada
kebijakan
dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melakukan inovasi dan evaluasi
pada PTU di STKIP Sungai Penuh.
kurikulum
4. Metode/strategi Pendidikan
Agama
pembelajaran Islam
Pendidikan
Agama
Islam di perguruan tinggi umum.
yang
dikembangkan pada PTU di STKIP
BAB II
Sungai Penuh.
TINJAUAN PUSTAKA
5. Kondisi dan pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada PTU di STKIP
A.
Paradigma
Pengembangan
Pendidikan Agama Islam di PTU
Sungai Penuh 6. Sistem
penilaian/evaluasi
yang
dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada PTU di STKIP Sungai Penuh.
1. Paradigma Dikotomis Paradigma
dikotomis
menganggap
bahwa pengembangan pendidikan agama Islam
hanya
berkisar
pada
aspek
kehidupan ukhrowi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Pendidikan (agama) Islam hanya mengurusi persoalan ritual dan spiritual, sementara kehidupan ekonomi, politik, seni-budaya,
ilmu
pengetahuan
dan 4
teknologi
serta
seni
dan
sebagainya
mampu mewujudkan nilai dasar agama
dianggap sebagai urusan duniawi yang
dalam menerapkan ilmu pengetahuan,
menjadi bidang garap pendidikan non
teknologi dan seni.
agama. Pandangan dikotomis inilah yang menimbulkan
dualisme
dalam
sistem
pendidikan. Istilah pendidikan agama dan pendidikan umum, atau ilmu agama dan ilmu umum sebenarnya muncul dari paradigma dikotomis tersebut.
Jika kajian
memperhatikan
PAI
pembelajaran
di serta
substansi
PTU,
metodologi
beban
studi
dan
tertuang dalam Keputusan Dirjen Dikti
pengembangan pendidikan agama Islam tergantung pada kemauan, kemampuan, dan political-will dari para pembinanya dan sekaligus pimpinan dari lembaga tersebut,
PTU
fasilitas yang diperlukan, sebagaimana
2. Paradigma Mekanisme
pendidikan
B. Pengembangan Kurikulum PAI di
terutama
dalam
membangun hubungan kerjasama dengan
Depdiknas
RI
38/DIKTI/Kep/2002 Rambu
Nomor:
Tentang
Rambu-
Mata
Kuliah
Pelaksanaan
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, maka dapat dirinci sebagai berikut: 1.
Substansi
kajian
Mata
Kuliah
mata pelajaran (kuliah) lainnya. Hubungan
Pendidikan Agama Islam meliputi:
(relasi) antara pendidikan agama dengan
a. Tuhan
yang
Maha
Esa
beberapa mata pelajaran atau mata kuliah
Ketuhanan,
lainnya paling banter hanya bersifat
keimanan
horizontal-lateral (independent), lateral-
filsafat ketuhanan (teologi).
sekuensial, atau bukan vertikal linier.
mencakup: dan
ketaqwaan;
dan (1) (2)
b. Manusia: (1) hakekat manusia; (2) hakekat dan martabat manusia; (3)
3. Paradigma Organism
tanggungjawab manusia. Dilihat dari visi dan misi PAI di PTU
c. Moral, menyangkut implementasi
tersebut, maka idealnya PAI di PTU
iman dan taqwa dalam kehidupan
dikembangkan
bersama sehari-hari.
ke
arah
paradigma
organisme, yang menjadikan PAI sebagai sumber
nilai
bagi
seni: (1) iman, ilmu dan amal
serta
sebagai kesatuan; (2) kewajiban
membantu mahasiswa (calon sarjana) agar
menuntut ilmu dan mengamalkan
penyelenggaraan
dan
pedoman
d. Ilmu pengetahuan, teknologi dan
program
studi
5
ilmu; (3) tanggungjawab terhadap
anggota keluarga, masyarakat dan
alam dan lingkungan.
warga negara.
e. Kerukunan antar umat beragama:
b. Metode
proses
pembelajaran:
(1) agama merupakan rahmat bagi
pembahasan secara kritis analitis,
semua; (2) hakekat kebersamaan
induktif, deduktif dan reflektif
dalam pluralitas beragama.
melalui dialog kreatif yang bersifat
f. Masyarakat: beragama
(1)
peran
dalam
umat
mewujudkan
masyarakat madani yang sejahtera;
partisipatoris
untuk
meyakini
kebenaran substansi dasar kajian. c. Bentuk
aktivitas
proses
(2) tanggungjawab umat beragama
pembelajaran: kuliah tatap muka,
dalam mewujudkan hak-hak asasi
ceramah, dialog (diskusi) interaktif,
manusia (HAM) dan demokrasi.
studi kasus, penugasan mandiri,
g. Budaya,
menyangkut
tanggungjawab
umat
beragama
dalam mewujudkan cara berfikir
seminar kecil dan evaluasi proses belajar. d. Motivasi: menumbuhkan kesadaran
kritis (akademik), bekerja keras
bahwa
dan bersikap fair.
mengembangkan
h. Politik,
menyangkut
kontribusi
agama dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara. i. Hukum,
belajar kepribadian
merupakan kebutuhan hidup. 3. Beban studi minimal untuk mata kuliah pendidikan agama Islam sebanyak 2
meliputi:
menumbuhkan
proses
(1)
kesadaran
untuk
(dua) sks. Bertolak dari visi mata kuliah PAI,
taat hukum Tuhan; (2) peran agama
yaitu
dalam perumusan dan penegakan
pedoman
hukum
program studi dalam mengantarkan
yang
adil;
(3)
fungsi
profetik agama dalam hukum. 2. Metode pembelajaran: a. Pendekatan: mahasiswa
menjadi
sumber
bagi
mahasiswa
nilai
dan
penyelenggaraan
mengembangkan
kepribadiannya; dan misinya adalah menempatkan
sebagai
subyek
membantu mahasiswa agar mampu mewujudkan nilai dasar agama dalam
pendidikan, mitra dalam proses
menerapkan
pembelajaran, dan sebagai umat,
teknologi dan seni yang dikuasainya dengan
ilmu
rasa
pengetahuan
tanggungjawab 6
kemanusiaan, maka idealnya PAI di
Pendekatan
PTU yang merupakan bagian dari MKU
triangulasi ini menekankan pendekatan
atau
serba segitiga, baik dari segi metode,
MPK
dikembangkan
dengan
pendekatan
pertama
menggunakan
sumber
kualitatif
informasi,
dan
teknik
maupun
teknik
(sebagaimana pendapat Hidayat, 1999
pengumpulan data. Pengertian triangulasi
di atas), yakni menekankan pentingnya
tidak selalu diartikan membatasi pada tiga
aspek religiusitas dan spiritualitas, serta
pendekatan, tetapi pada dasarnya adalah
menitikberatkan pada teori dan aksi
multi pendekatan. Dengan demikian hasil
sekaligus.
ke
kajian ini menjadi lebih objektif, ilmiah,
kedua
dalam
dan menggambarkan fakta secara lebih
pendidikan
agama
akurat.
model
Atau
dikembangkan
yang
penyelenggaraan
(menurut pendapat Madjid, 1999: 66), yakni
pendidikan
maksud
agama
memenuhi
dengan
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, sebagai berikut:
kewajiban
mahasiswa muslim mengetahui dasar-
1. Tahap pendahuluan yang meliputi:
dasar ajaran agamanya sebagai seorang
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
pemeluk
memformulasi
mendiskusikan masalah dengan pihak
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
bersifat
survey
ini
pada
dengan
dasarnya
menggunakan
pendekatan kualitatif berdasarkan filsafat post-positivisme dengan model evaluasi yang
dikaitkan
komponen
dengan
kualitatif
komponen-
penyelenggaraan
Pendidikan Agama di PTU dengan teknik triangulasi.
terkait
dan
menyusun
proposal
penelitian.
A. Jenis Penelitian Penelitian
masalah,
Dengan
teknik
ini,
akan
diperoleh suatu hasil studi yang relatif
2. Tahap pelaksanaan yang meliputi: pengumpulan dan analisis data secara intensif ke lokasi penelitian, serta sekaligus melakukan triangulasi. 3. Tahap
pelaporan
yang
meliputi:
pelaporan sementara dan pelaporan akhir
(menarik
kesimpulan
dan
memberikan rekomendasi). B. Lokasi Penelitian
akurat dan dapat mencapai objektivitas hasil
studi
mengurangi
yang
maksimal
subjektivitas
serta
informan.
Lokasi
penelitian
dipilih
yaitu
salah satu perguruan tinggi umum swasta
7
di Sungai Penuh. Pengertian perguruan
D. Prosedur Pengumpulan Data
tinggi umum adalah perguruan tinggi di
Dalam penelitian ini, teknik yang
luar bidang khusus agama. Perguruan
digunakan untuk mengumpulkan data
tinggi terkemuka perlu dijadikan pilihan
adalah
dengan pertimbangan perguruan tinggi
dokumentasi.
semacam itu sering dijadikan acuan atau
digunakan
referensi
dan
pimpinan PTU, dosen pembina PAI,
tinggi
mahasiswa peserta program PAI dan
swasta dimaksud adalah Sekolah Tinggi
aktivis UKM bidang keagamaan tentang
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
pelaksanaan kurikulum PAI di perguruan
Sungai Penuh.
tingginya masing-masing. Adapun teknik
perguruan
sekitarnya.
Adapun
tinggi
lain
perguruan
data
pengamatan
Teknik
untuk
dan
wawancara
menjaring
pendapat
observasi digunakan untuk mengamati
C. Sumber Data Jenis
wawancara,
kejadian yang terkait dengan pembelajaran yang
dikumpulkan
PAI di lapangan, baik perkuliahan regular
dalam penelitian ini adalah data kualitatif
maupun
yang bersumber dari para informan.
dokumentasi digunakan untuk menjaring
Informan penelitian sebagai sumber data
data
penelitian meliputi para mahasiswa peserta
pembelajan PAI di PTU.
yang
program PAI dan aktivis UKM bidang keagamaan (agama Islam) masing-masing 3 orang mahasiswa, dosen Pembina PAI di PTU masing-masing 2-3 orang, dan pimpinan PTU masing-masing 1 orang. Data yang dikumpulkan dari informan mencakup
data
tentang
pelaksanaan
kurikulum
PAI di PTU, yang meliputi
beban studi PAI, profil dosen PAI, respon
kegiatan
mentoring.
terkait
dengan
Sedang
kebijakan
Disamping itu, peneliti dilengkapi dengan
tape
recorder,
pedoman
wawancara, pedoman observasi, dan alatalat lain yang diperlukan secara insidentil. Peneliti juga dibantu oleh beberapa orang pemandu
(guider)
sesuai
dengan
permasalahan yang ada di lapangan. Untuk
memantapkan juga
hasil
mahasiswa terhadap pembelajaran PAI,
penelitian,
peneliti
melakukan
metode dan strategi pembelajaran PAI,
penggalian
informasi
sarana dan prasarana yang mendukung
kelompok
terfokus
pembelajaran PAI, dan evaluasi yang
Discussion). Dengan ini diharapkan hasil-
dengan
diskusi
(Fokused
Group
dilaksanakan terhadap pembelajaran PAI. 8
hasil penelitian akan lebih terarah sesuai
makna, keajegan, dan kesesuaian data
dengan rumusan masalah penelitian.
dengan yang lain, relevansi data dengan masalah, keseragaman satuan-satuan data);
E. Analisis Data
2) tahap pengorganisasian data yang
Sesuai dengan jenis data yang diperoleh,
maka
menggunakan
teknik
penelitian
ini
analisis
data
kualitatif deskriptif atau menurut Kasiram
merupakan inti dari analisis data; dan 3) tahap penemuan hasil. Tahap analisis data di mulai sejak memperoleh data yang pertama sampai menemukan hasil.
(1984: 37) disebut analisis reflektif, yaitu analisis yang berpedoman pada cara berfikir
reflektif
yang
merupakan
kombinasi yang jitu antara berfikir deduksi dan induksi. Analisis data ini untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang
dirumuskan dalam penelitian.
dilakukan sejak pengumpulan data sampai terkumpul data secara ke-seluruhan seperti yang disarankan oleh Bogdan dan Biklen (1982) dan dikerjakan secara lebih intensif setelah data yang dikumpulkan cukup memadai. Pekerjaan analisis data dalam hal ini mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan sehingga
Untuk memeriksa keabsahan dan kebenaran data, dilakukan dengan: 1. Ketekunan pengamatan, yaitu dengan mengadakan observasi secara intensif
Dalam penelitian ini, analisis data
mengkategorikannya,
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
terhadap obyek dan subyek penelitian guna
memahami
mendalam
terhadap
gejala
lebih
aspek-aspek
penting kaitannya dengan topik dan fokus penelitian. Sebagai ilustrasi, peneliti mengikuti shalat berjamaah dan pengajian agama di musholla kampus. 2. Triangulasi, yaitu mengecek keabsahan
dapat
data dengan memanfaatkan berbagai
ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja
sumber di luar data tertentu sebagai
yang disarankan oleh data (Moleong,
bahan perbandingan. Triangulasi yang
1990: 103).
digunakan adalah (1) triangulasi data,
Tahap analisis data dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) tahap pendahuluan atau pengolahan data (kelengkapan data yang diperoleh, keterbatasan tulisan, kejelasan
yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi, dan data hasil 9
pengamatan dengan dokumentasi; dan
yang dianggap dapat mewakili semua
(2)
informan, seperti 2 orang dosen agama
triangulasi
metode,
dilakukan
dengan dua cara: a) mengecek derajat
Islam yang menjadi informan kunci.
kepercayaan temuan penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data, dan 2) mengecek derajat kepercayaan
BAB IV
beberapa sumber data dengan teknik
ANALISIS DATA A. Kurikulum PAI yang diterapkan di PTU
yang sama. 3. Pengecekan sejawat, yaitu dengan
Pendidikan Agama Islam (PAI)
mendiskusikan data yang diperoleh
sebagai bagian dari MPK, dalam surat
dengan
pihak
yang
keputusan Dirjen Dikti tersebut disebutkan
khususnya
ahli
bahwa, Pendidikan Agama Islam meliputi
berbagai
berkompeten,
pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
kurikulum Pendidikan Islam. 4. Kajian kasus negatif, digunakan peneliti kesimpulan
untuk yang
memantapkan dibuat
sampai
1. Manusia dan Agama 2. Agama Islam 3. Sumber ajaran Islam
diperoleh kepastian bahwa kesimpulan
4. Kerangka Dasar Ajaran Islam
tersebut berlaku untuk semua kasus
5. Aqidah
yang relevan tanpa kecuali. Caranya
6. Syari’ah, Ibadah dan Mu’amalah
dengan mencari kasus lain
yang
7. Akhlaq
bertentangan dengan kasus tersebut
8. Taqwa
sampai ditemukan kesesuaian.
9. Ilmu Pengetahuan dalam Islam
5. Pengecekan anggota, dengan cara peneliti berusaha melibatkan informan untuk mengecek keabsahan data. Hal ini
dilakukan
untuk
mengkonfirmasikan antara interpretasi peneliti dengan subyek penelitian. Dalam pengecekan anggota ini tidak diberlakukan kepada semua subyek atau informan, tetapi kepada mereka
10. Disiplin Ilmu dalam Islam. Dari tersebut,
pokok-pokok
kemudian
pembelajaran
bahasan
disusunlah
matakuliah
materi
pendidikan
agama Islam berdasarkan Modul Acuan Proses
Pembelajaran
Pengembangan
Matakuliah
Kepribadian
(MPK)
Pendidikan Agama Islam sebagai berikut : 1. Konsep Ketuhanan dalam Islam 10
a. Filsafat Ketuhanan
d. Tanggungjawab ilmuwan terhadap
b. Keimanan dan ketakwaan
alam dan lingkungan
c. Implementasi Iman dan Takwa
6. Kerukunan Antar Umat Beragama
dalam Kehidupan Moderen
a. Agama Islam Merupakan Rahmat
2. Hakikat Manusia Menurut Islam
bagi Seluruh Alam
a. Konsep manusia
b. Ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah
b. Eksistensi dan martabat manusia c. Tanggungjawab manusia sebagai
insaniyah c. Kebersamaan
umat
beragama
hamba dan Khalifah Allah
dalam kehidupan sosial (tasamuh)
3. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan
7. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan
Demokrasi Dalam Islam
Umat
a. Konsep hukum, hak asasi manusia, dan demokrasi
b. Peranan
b. Sumbr Hukum Islam c. Fungsi
a. Konsep masyarakat madani
hukum
umat
Islam
dalam
mewujudkan masyarakat madani
Islam
dalam
kehidupan bermasyarakat d. Kontribusi
umat
c. Sistem
ekonomi
Islam
dan
kesejahteraan umat Islam
dalam
perumusan dan penegakan hukum
d. Manajemen zakat dan wakaf 8. Kebudayaan Islam
4. Etika, Moral, dan Akhlak
a. Konsep kebudayaan dalam Islam
a. Konsep etika, moral, dan akhlak
b. Sejarah intelektual Islam
b. Karakteristik etika Islam (akhlak)
c. Masjid sebagai pusat kebudayaan
c. Hubungan tasauf dengan akhlak d. Aktualisasi
akhlak
dalam
kehidupan masyarakat.
Islam d. Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia.
5. Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan Seni dalam Islam a. Konsep
Dalam
pelaksanaannya,
perguruan tinggi selanjutnya membuat ilmu
pengetahuan,
teknologi, dan seni
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) atau lesson plan yang merupakan penjabaran
b. Integrasi iman, Ipteks, san amal
dari materi pembelajaran tersebut atau
c. Keutamaan orang yang beriman
membuat modul kuliah. Dengan SAP dan
dan berilmu
modul
tersebut,
pembelajaran
PAI
diharapkan akan lebih terarah dan sesuai 11
dengan kebutuhan local (local need) dari masing-masing perguruan tinggi.
Menurut beberapa dosen, selama ini tidak ada kesulitan dalam pelaksanaan
Pokok-pokok bahasan tersebut,
pembelajaran PAI di PTU. Hal ini
sekurang-kurangnya disampaikan dalam 2
disebabkan oleh beberapa hal antara lain
sks. Namun menurut beberapa dosen
(1) Mahasiswa pada dasarnya berasal dari
agama, pokok-pokok bahasan tersebut
input mahasiswa yang bagus, dijaring
sangat sulit untuk dipenuhi dengan hanya
melalui
2 sks. Idealnya materi tersebut dapat
kompetetif
ditempuh dalam 4 sks atau lebih. Untuk
intelektualnya sangat memadai dan tertata
itu, penambahan sks dalam pembelajaran
sejak awal. (2) Ada kecendrungan, dengan
PAI sangat diperlukan.
input
proses
seperti
yang
selektif
sehingga
itu,
dan
kemampuan
umumnya
mereka
merespon dengan baik setiap materi kuliah B. Profil dan Kualifikasi ketenagaan Pendidikan/dosen
pengajar
mata
kuliah PAI di STKIP Sungai Penuh Dosen
merupakan
pendidik
profesional, karena secara implisit ia telah
yang diberikan, termasuk PAI. Mereka menganggap materi PAI tidak terpisahkan (integral) dengan materi kuliah lainnya. Bagi mereka, PAI adalah salah satu matakuliah wajib yang harus direspon
merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab Untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar. Di STKIP Muhammadiyah sendiri telaha
secara sepadan dengan mata kuliah lain. Lebih-lebih, mata kuliah ini memiliki misi khusus yaitu mengembangkan semangat
Memiliki tenaga Pengajar yaitu 16 orang dosen tetap dan 30 orang dosen tidak tetap. Dengan jumlah mahasiswa sebanyak 1.498 0rang, dengan rincian 875 orang maha
dan wawasan keagamaan para mahasiswa. Oleh karena itu, dalam menerima mata kuliah
ini,
mahasiswa
cendrung
siswa program studi matematika dan 623 orang
mahasiswa
program
studi
menerimanya dengan sangat bersemangat. Kehadiran PAI sebagai mata kuliah bagi
pendidikan bahasa inggris.
mereka telah menggairahkan C.
Respon
Mahasiswa
pembelajaran PAI di STKIP Penuh
kehidupan
terhadap Sungai
beragama, baik secara individu maupun kelompok. 12
Hal ini terlihat dari gairah para
Di STKIP Sungai Penuh sangat
mahasiswa dalam menjalan kewajiban
tampak religiusitasnya. Hal ini terbukti
agamanya, terutama dalam menjalankan
dengan adanya berbagai sarana kegiatan
shalat berjamaah, baik sholat fardlu (lima
kegamaan yang dimiliki oleh kampus.
waktu) maupun sunnah seperti taraweh
Mushalla yang tidak pernah sepi dari
bersama dan berbagai kegiatan keagamaan
kegiatan kegamaan baik yang dilakukan
lainnya. Seperti pada bulan Ramadhan.
oleh para mahasiswa maupun dosen –
Umumnya
karyawan kampus sendiri. Kegiatan pun
dengan
mahasiswa
menyambutnya
kegiatan-kegiatan
keagamaan
beragam, mulai dari Sholat berjamaah,
mulai dari buka bersama, taraweh, i’tikaf
Kuliah Tujuh Menit (Kultum), PHBI,
dan lain-lain.
dialog keagamaan dan lain-lain.
Tidak memperdalam mereka
itu wawasan
mengadakan
saja,
untuk
Menariknya, di STKIP Sungai
keagamaanya,
Penuh sarana kegiatan ibadah dimiliki
halaqah-halaqah
oleh
hampir
semua
kantor
unit
keagamaan yang dipandu oleh dosen PAI
pelaksana teknis. Umumnya mereka
maupun mahasiswa senior yang umumnya
menyediakan
bernaung
Aktifitas
melaksanakan ibadah baik digunakan
Kerohanian Islam. Karena itu, Dapat
oleh para dosen dan karyawan, tetapi
dikatakan bahwa program tambahan apa
juga untuk mahasiswa serta para tamu.
pun yang berkaitan dengan pembelajaran
Tentu, keberadaan fasilitas keagamaan
maupun pendalaman materi PAI yang
ini sangat mendukung untuk terciptanya
diadakan oleh dosen atau pihak kampus
lingkungan yang islami.
di
bawah
Unit
selalu direspon mahasiswa secara baik.
tempat
khusus
untuk
Malah data menunjukkan bahwa respon
mahasiswa
terhadap 13
pembelajaran
PAI
sangat
bagus,
khususnya mahasiswa yang berasal dari
fakultas
eksakta.
Hal
untuk mempraktekannya sesuai dengan bidang ilmu kita masing-masing”.
ini
sebagaimana diceritakan oleh seorang
D. Metode /strategi pembelajaran PAI yangdikembangkan
dosen agama sebagai berikut :
di
STKIP
Sungai Penuh “mahasiswa eksak (dari ilmu umum) relatif lebih antusias dalam menerima pembaharuan, sehingga tugas dosen adalah memberikan parameter-parameter sesuai dengan AlQur’an dan Al-Hadits secara obyektif, sedang pilihan berada di tangan mereka sendiri. Hal seperti ini akan sangat berarti bagi mahasiswa. Keobyektifan dosen dalam memandang suatu permasalahan dan menjelaskan persoalan secara syariat yang tepat sangat dibutuhkan. Mereka justru dapat menerima, meskipun terdapat sesuatu yang tidak rasional, kalau kita katakan dengan terus terang mengenai berbagai persoalan berdasarkan norma agama”. Hal senada diungkapkan mahasiswa lainnya bahwa:
oleh
“pembelajaran PAI disini relatif lebih baik. Karena dosen-dosen yang memberikan kuliah agama sangat tampak menguasai materinya sehingga setiap kita menanyakan
sesuatu
selalu
Untuk menarik minat mahasiswa dalam mempelajari PAI, strategi dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh beberapa dosen PAI di PTU adalah dengan mengaitkan materi PAI dengan materi pelajaran masing-masing program studi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang dosen PAI STKIP Sungai Penuh, sebagai berikut: “agar mahasiswa tertarik dengan pembelajaran PAI, saya selalu berusaha untuk menyampaikan pokok bahasan PAI sesuai dengan materi yang dibahas oleh masing-masing program studi atau jurusan dimana saya mengajar. Misalnya saya mengajar tentang konsep alam di prodi Matematika, maka saya akan membahas konsep alam yang bersinggungan dengan matematika“
dijawab
dengan memuaskan. Disamping itu, kita diajarkan wawasan keagamaan atau teori-
Hal senada juga diungkapkan oleh seorang dosen lainnya bahwa “kurikulum
teori keislaman sekaligus juga diajarkan yang diterapkan di kampus ini sesuai 14
dengan yang ditetapkan oleh DIKTI, yakni
Namun demikian, ada PTU yang tidak lagi
2 sks yang materinya dihubungkan dengan
mewajibkan mentoring ini mulai tahun
disiplin ilmu yang dikembangkan di
ajaran 1999 – 2000, karena alasan teknis.
masing-masing
jurusan“.
Namun
Sejak tahun 2000, kegiatan mentoring
demikian, untuk
menambah wawasan
dihapuskan sama sekali hanya berupa
mahasiswa dalam
bidang keagamaan,
orientasi pada saat pembekalan mahasiswa
khususnya dalam baca tulis Al-Qur’an
baru. Sebagai gantinya diadakan kegiatan
serta tafsir surat-surat pendek, maka
tutorial
beberapa
dilaksanakan
pertemuan mata kuliah PAI yang 2 sks.
dalam rangka untuk mencapai tujuan PAI
Tutorial diberikan oleh kakak tingkat per
di
Proses
jurusan secara klasikal, sehingga hasilnya
melalui
tidak terlalu mengikat. Waktu pelaksanaan
kegiatan ekstra kurikuler selain yang 2 sks
lebih fleksibel, pengantarnya oleh dosen
kuliah reguler pada semester 1. Kegiatan
pembina mata kuliah dan diakhiri dengan
dimaksud antara lain : mentoring atau
kuliah tamu, berupa diskusi untuk materi-
tutorial. Mentoring dilaksanakan dengan
materi Islam aktual dan strategis. Modul
membagi mahasiswa baru (pada semester
yang digunakan adalah hasil refleksi yang
I)
menjadi kelompok-kelompok kecil,
ditulis oleh para dosen sendiri. Materi
masing-masing kelompok diasuh oleh
reguler PAI dibantu dengan literatur
seorang
Dienul Islam karangan Nazaruddin.
pengembangan
PTU
secara
pengembangan
mentor
optimal.
dilaksanakan
dari
aktifis
UAKI.
Kegiatan ini dianggap lebih efektif, karena peserta
dapat
mentornya
lebih
terutama
terkontrol dalam
oleh
aktifitas
untuk
menambah
kekurangan
Disamping model tersebut, STKIP Sungai Penuh ada juga mengembangkan pembelajaran PAI melalui kegiatan ekstra
beragama, karena dalam kelompok kecil.
15
kurikuler yang setara dengan 2 sks.
E. Sarana dan Prasarana Pembelajaran PAI di STKIP Sungai Penuh
Kegiatan dimaksud meliputi : Sarana a. Resume,
merupakan
dipergunakan
prasarana sebagai
yang
media
yang
kegiatan wajib untuk mahasiswa baru tingkat
memperlancar pembelajaran PAI adalah
pertama, yaitu kajian baca tulis Quran
peralatan standar di dalam kelas yaitu
yang
dilaksanakan
pada
(materi terlampir) dan kajian Islam
papan tulis dan OHP. Dilengkapi pula
sebanyak 10 kali tatap muka dengan pilihan waktu yang fleksibel setiap
dengan beberapa praktik maupun kegiatan
Jumat. Bukti keikutsertaan kegiatan
outdoor
Resume (terlampir) sebagai prasyarat
yang
terstruktur
dilaksanakan
dan
terprogram,
secara misalnya
untuk dapat mengambil Kartu Rencana jamaah
Studi (KRS) semester III. b. Pendalaman,
yang
diberikan sebagai pembekalan wajib
dan
pengajian
di
masjid,
kunjungan ke panti asuhan yatim piatu dan panti-panti jompo, penanganan zakat, dsb
pada mahasiswa semester VII dengan dengan
yang dikoordinasikan oleh pembina mata
metode lebih banyak pada diskusi,
kuliah keislaman. Fasilitas perpustakaan
materi
Fiqh
Munakahah
brainstorming dan problem solving.
untuk
materi
keislaman,,
biasanya
Kegiatan ini diakhiri dengan perolehan kartu PUAS untuk pengambilan KRS
dipusatkan di perpustakaan masjid atau
semester VIII.
kantor Unit Kerohanian Islam (UKI).
Penerapan berbagai metode dan strategi yang bervariasi tersebut, akan mengurangi kejenuhan yang mungkin dialami oleh mahasiswa. Sebab kejenuhan akan menyebabkan rendahnya motivasi mahasiswa dalam belajar agama. Dengan ini diharapkan, pembelajaran PAI akan lebih efektif, efisien, dan menarik, sehingga tujuan pembelajaran PAI dapat tercapai secara optimal
Tetapi
umumnya
memanfaatkannya
mahasiswa untuk
hanya
mengerjakan
tugas saat mengerjakan tugas, jarang sekali yang memanfaatkan untuk menambah wawasan keagamaan, sehingga di luar penyelesaian tugas itu, mereka sudah tidak lagi datang untuk membaca ataupun 16
meminjam buku. Padahal diperpustakaan
dengan tempat ibadah, agar terbangun
masjid beberapa masjid kampus banyak
perasaan cinta terhadap agama. Sarana lain
tersedia literatur keislaman.
yang
sangat
membantu
proses
Buku teks yang sering digunakan
pembelajaran adalah internet. Hal ini
dalam perkuliahan PAI di STKIP Sungai
sebagaimana dikemukakan oleh salah
Penuh adalah : (1) Fadjar, Malik, Drs.,
seorang dosen PAI STKIP Sungai Penuh,
dkk., 1981, Kuliah Agama Islam di
bahwa :
Perguruan Tinggi, Surabaya : Al Ikhlas; (2) Daradjat, Zakiyah, prof., Dr., 1986, Dasar-Dasar Agama Islam : Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : Universitas Terbuka; dan (3) Subaiti, Musa, Dr., 1982, Akhlak Keluarga Muhammad SAW, Jakarta : Lentera. Buku tersebut sangat digemari mahasiswa dalam mempelajari agama, karena
dalam
berbagai
buku
pemikiran
ini
menyajikan
keagamaan
dasar
secara gampang dan mudah dipahami. Adapun sarana dan prasarana lain yang
digunakan
dalam
“memberikan perkuliahan sekarang tidak hanya di kelas dengan OHP dan papan tulis, tetapi dukungan sarana prasarana lain digunakan juga, misalnya dengan internet. Download materi-materi aktual dari berbagai belahan dunia tentang paham-paham baru adalah sangat penting, sehingga pembahasan menjadi lebih menarik, memperkaya wawasan dan tidak eksklusif. Tidak seperti kuliah saya dulu yang membicarkan dikotomi Muhammadiyah dan NU saja”.
pelaksanaan
pembelajaran PAI pada umumnya adalah masjid atau musalla. Hal ini sekaligus sebagai upaya mendekatkan mahasiswa
Terkait dengan sarana dan prasarana di STKIP Sungai Penuh, menurutnya, pihak kampus sangat mendukung dengan memberikan fasilitas penuh untuk kegiatan kerohanian,
misalnya
buku-buku
keagamaan,
kaset-kaset
keagamaan,
CD/VCD dan berbagai elektronik lainnya.
17
Penggunaan fasilitas ini melalui koordinasi
pertanyaan lisan yang digunakan untuk
dengan pembina mata kuliah PAI dan
mengetahui
Pembantu Ketua III.
terhadap materi perkuliahan PAI kaitannya
daya
serap
mahasiswa
dengan persoalan kekinian. Tes tertulis dilakukan untuk mengungkap penguasaan F. Evaluasi
Pembelajaran
PAI
di
mahasiswa dalam ranah kognitif mulai dari
STKIP Sungai Penuh
jenjang
Terdapat banyak kemiripan cara
penerapan,
dilakukan
dalam
evaluasi. Bentuknya dapat berupa uraian
menentukan berhasil tidaknya mahasiswa
obyektif, uraian non-objektif, hubungan
dalam menempuh perkuliahan pendidikan
sebab
agama Islam (PAI). Namun secara umum,
klasifikasi, atau kombinasinya.
yang
oleh
dosen
pengetahuan, analisis,
akibat,
pemahaman,
sintesis,
hubungan
sampai
konteks,
menurut penuturan beberapa dosen PAI Sedang
domain
afektif
dinilai
STKIP Sungai Penuh, sasaran penilaian dengan minat mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran PAI hanya mencakup dua perkuliahaan, disiplin masuk, kualitas domain, yaitu: kognitif dan afektif. Sedang tugas yang diberikan dosen, dan perilaku domain
psikomotorik
tidak
menjadi mahasiswa sehari-hari. Keterlibatan atau
perhatian dalam penilaian karena lebih sikap
mahasiswa
terhadap
kegiatan
bersifat praktek. Untuk mahasiswa, tidak keagamaan yang diselenggarakan oleh mungkin
mempraktekkan cara sholat, mahasiswa maupun dosen juga dinilai
zakat, dan haji dalam pembelajaran PAI. dengan memanfaatkan teman sekelompok Penguasaan kognitif diukur dengan
(peer assessment) dalam organisasi atau
menggunakan tes lisan di kelas atau
kelompok kajian. Hasil penelitian antar
berupa
mahasiswa dapat dijadikan pertimbangan
tes
tulis.
Tes
lisan
berupa
18
untuk
memberikan
saran-saran,
agar
adalah
sangat
baik
mengingat
input
mahasiswa lebih termotivasi dalam belajar
mahasiswa disini adalah calon mahasiswa
agama, juga agar mahasiswa mau lebih
yang memang sudah potensial, diberi
baik berinteraksi sesama mahasiswa dalam
materi
aktivitas keagamaan.
mengalami masalah“.
Untuk
tidak
banyak
Hal senada juga diungkap oleh
tersebut, juga dilakukan dengan suatu
dosen lain, bahwa oleh karena input
diskusi mendalam tentang suatu topik
mahasiswa sudah baik, materi keagamaan
tertentu untuk mengungkapkan berbagai
apapun
peristiwa
ini,
mahasiswa, sehingga evaluasi yang kami
kemudian ditinjau dari perspektif agama.
lakukan, baik melalui tes maupun non tes
Disamping
(pengamatan) secara umum adalah sangat
yang
itu
terjadi
juga,
pengetahuan
aspek
mereka
afektif
berbagai
menilai
apapun
sekarang
mendiskusikan yang
berkaitan
akan
dapat
diserap
oleh
baik“.
dengan disiplin ilmu mahasiswa kaitannya Dengan demikian dalam kegiatan dengan agama. evaluasi pembelajaran PAI
di STKIP
Hal ini sebagaimana dikemukakan
Sungai Penuh, tidak mengalami hambatan
oleh salah satu dosen PAI di STKIP
yang berarti; dan apa yang dilakukan
Sungai Penuh sebagai berikut, bahwa
terkait
„dalam melakukan penilaian,, nilai akhir
pembelajaran
kami olah berdasar hasil tes, aktivitas
dengan apa yang dikerjakan oleh dosen
diskusi dan hasil pengamatan terhadap
mata kuliah lainnya dalam menentukan
perilaku mahasiswa di samping rekap nilai
nilai akhir mahasiswa.
dengan
kegiatan
nampaknya
evaluasi sama
saja
mentoring yang diolah oleh tim mentoring; dan pada umumnya hasil evaluasi mereka 19
Secara
kegiatan
kegiatan diskusi keagamaan yang berbobot
pembelajaran PAI di STKIP Sungai Penuh
0 sks, bahan diskusi terkait dengan
adalah sebagai berikut (1) pada semester
masalah
awal
mahasiswa
misalnya masalah perkawinan, membina
diwajibkan mengikuti kegiatan mentoring
keluarga sakinan dan sebagainya, bukti
dengan bobot nol sks, dalam mana tidak
mengikuti kegiatan ini digunakan sebagai
ada nilai lulus atau tidak yang ada adalah
prasyarat untuk menempuh mata kuliah di
boleh
semester VIII.
atau
terperinci
satu
atau
setiap
tidaknya
mahasiswa
menempuh mata kuliah PAI di semester II, sebab kartu bukti kegiatan mentoring dengan batas minimal tertentu dapat digunakan
sebagai
prasyarat
untuk
mengambil mata kuliah PAI di semester II; (2) pada semester II disajikan mata kuliah PAI dengan bobot 2 sks dan 2 jam studi, penentuan
lulus
tidaknya
mahasiswa
dalam mengikuti program ditentukan oleh tingkat
kehadiran
dalam
mengikuti
perkuliahan, skor tes, keaktifan dalam diskusi, pengumpulan tugas dan sikap yang ditunjukkan selama mahasiswa yang bersangkutan
mengikuti
program
perkuliahan; dan (3) pada semester VII mahasiswa
diwajibkan
menempuh
yang
dekat
Dengan
dengan
mereka
demikian
dapat
disimpulkan bahwa disamping berbagai jenis
tes
tersebut,
evaluasi
juga
mempertimbangkan kehadiran mahasiswa, minimal 75% dari waktu pertemuan efektif, juga nilai Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Dengan alasan teknis,
penilaian
sikap
dan
perilaku
mahasiswa dalam kehidupan di luar kampus belum menjadi perhatian utama. Penilaian lebih menekankan pada aspek kognitif
(pengetahuan)
dan
perilaku
mahasiswa di dalam kampus. Namun demikian, ada sebagian kecil PTU yang memberikan
penilaian
secara
terpadu
antara : hasil ujian, kehadiran, keaktifan, 20
intensitas kegiatan dan tingkah laku di
menggunakan presensi, catatan mahasiswa
lingkungan kampus dan di luar kampus,
pada waktu diskusi, selain UTS dan UAS”.
sehingga hal ini sudah mewakili unsur kognitif, afektif dan psikomotorik. Senada
dengan
Bagi lembaga atau PTU yang menerapkan pola tim asistensi, maka evaluasi
pembelajaran
tersebut, menurut salah seorang dosen PAI
dengan
cara
“terdapat banyak cara dalam melakukan
penilaian yang dilakukan oleh dosen PAI
evaluasi
dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh
pembelajaran
pernyataan
PAI,
selain
tim
dalam
dikemukakan oleh
nilai
kepada
dilakukan
menggabungkan
kehadiran, faktor lain yang diperhitungkan memberikan
PAI
asistensi.
Hal
ini
hasil
sebagaimana
dosen PAI STKIP
mahasiswa adalah berdasar hasil ujian,
Sungai Penuh bahwa “hasil penilaian
hasil
dosen
resume,
juga
melihat
perilaku
di
kelas
dan
hasil
penilaian
mahasiswa dalam berinteraksi dengan
mentoring
yang diselenggarakan
teman-temanya di kampus”. Pernyataan ini
mahasiswa
juga didukung oleh dosen PAI lainnya
dijadikan
bahwa “menilai mahasiswa tidak cukup
menentukan kelulusan mahasiwa dalam
dari hasil ujiannya saja, tetapi harus
matakuliah PAI”.
LDK-FPMI bahan
ini
kemudian
pertimbangan
dirancangkan instrumen yang lain, karena
oleh
dalam
BAB V
tidak ada jaminan bahwa tes tertulis bagus,
PEMBAHASAN
perilakunya juga bagus. Hal senada juga diungkap oleh dosen PAI Ilainnya bahwa “untuk
menentukan
mahasiswa
dalam
lulus
tidaknya
perkuliahan,
saya
A.
Kurikulum
PAI
yang
diimplementasikan di STKIP Sungai Penuh Dilihat dari aspek beban studi yang hanya 2 sks merupakan beban minimal, 21
sehingga
PTU
untuk
materi harakah ini kurang relevan dengan
menambahnya sesuai dengan kebutuhan.
materi kurikulum. Bahkan tidak mustahil,
Memang beban studi 2 sks pada umumnya
materi
dianggap
tidak
kontradiktif dengan materi PAI yang
ada
diajarkan di kampus. Kondisi ini sering
terlalu
mencukupi.
diberi
peluang
sempit
Namun
dan
demikian,
kajian
dalam
memicu
dengan
dapat
munculnya persoalan khilafiyah dalam
mencukupi, asalkan PAI diselenggarakan
konsep dan operasionalisasi norma agama.
dengan tepat pilih aspek agama yang
Untuk itu, tidak ada jeleknya kalau
diajarkan
dalam
penambahan sks ini merupakan bentuk
dalam
akomodatif untuk menyalurkan ghirah
sks
dan
metodologinya,
sesungguhnya
kreativitas serta
mantap
spiritual,
ini
sebagian pendapat yang yakin bahwa 2
ketegangan
harakah
karena
amalannya (Mastuhu, 1999:88).
agama mahasiswa, agar mereka tidak
Penambahan sks ini didasarkan pada
mencari di luar kampus.
atau
Dilihat dari aspek substansi kajian
penguasaan mahasiswa mengenai dasar-
PAI sebagaimana tersebut di atas, agaknya
dasar keagamaan yang terangkum dalam
ajaran-ajaran agama yang bersifat ritual
kurikulum
tanpa
tidak begitu ditonjolkan, justeru yang lebih
penambahan sks, tidak mungkin materi
ditonjolkan adalah masalah keimanan yang
yang terangkum dalam kurikulum dapat
dikaitkan dengan dimensi moralitas dalam
diajarkan dengan baik, sehingga diduga
pengembangan
bahwa, mereka yang mempunyai ghirah
kemanusiaan dan kemasyarakatan, serta
konteks
untuk
pendalaman
agama.
Sebab
keagamaan yang tinggi, akan mencari pendalaman
di
harakah-harakah,
luar yang
kampus
melalui
kadang-kadang
aspek-aspek lainnya.
iptek
dan
pembangunan
Agaknya
persoalan
seni,
nasional ritual
dianggap sudah dipelajari pada pendidikan
22
dasar dan menengah, sehingga PAI di PTU
yang
merupakan
keagamaan untuk diberi mandat sebagai
kelanjutan
(bukan
pengulangan) terhadap substansi materi
peserta didik ada yang belum menguasai ajaran-ajaran ritual dalam Islam ataupun hal-hal lainnya yang bersifat mendasar (seperti baca tulis al-Qur’an dan lain-lain), maka perlu disediakan kegiatan pembinaan atau
pelatihan
kurikuler
yang
dan/atau
bersifat pembinaan
ekstra di
masyarakat, bukan dimasukkan dalam kegiatan perkuliahan. B. Profil dan Kualifikasi Dosen PAI di STKIP Sungai Penuh
oleh
lembaga
dosen Mata kuliah PAI (pasal 7).
yang diajarkan pada jenjang pendidikan sebelumnya. Karena itu, jika di antara para
direkomendasi
Namun demikian, ada satu hal esensial yang patut diperhatikan dalam penentuan kualifikasi dosen PAI tersebut, yaitu
menyangkut
tuntutan
kemampuan
dosen
yang
kemampuan
intelektual
akan
menyamai
peserta
didik
(mahasiswa), terutama pada perguruan tinggi (PT) centers of excellence. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi, maka ejekan diam-diam terhadap dosen agama kadang-kadang
tidak
dapat
disembunyikan, yang pada gilirannya akan mengurangi efektivitas pelaksanaan PAI
Di dalam Keputusan Dirjen Dikti
dalam mencapai tujuannya. Masalah ini
Depdiknas RI Nomor: 38/DIKTI/Kep/
biasanya
2002 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan
kalangan PT yang bersangukatan sendiri
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
sebagai dosen agama. Menurut Nurcholis
di Perguruan Tinggi, dinyatakan bahwa
Madjid (1999), upaya itu di satu sisi ada
persyaratan kualifikasi dosen PAI minimal
keuntungannya, yaitu dosen tersebut dapat
S1 Agama atau cendekiawan agama yang
tampil
kompeten sebagai dosen, atau seseorang
intelektual mahasiswa. Namun demikian,
diatasi
sejajar
dengan
dengan
mengangkat
kemampuan
23
di sisi lain terdapat kelemahan, antara lain:
continous improvement; (2) menguasai
(1)
ilmu dan mampu mengembangkannya
kemungkinan kurang memadainya
penguasaan materi pendidikan agama; (2)
serta
kemungkinan dosen itu menyelenggarakan
kehidupan, menjelaskan dimensi teoretis
pengajaran agama menurut paradigma
dan praktisnya, atau sekaligus melakukan
tertentu
“transfer ilmu/pengetahuan, internalisasi,
yang
biasanya
sangat
kuat
menjelaskan
fungsinya
dalam
terpengaruh oleh disiplin khusus bidang
serta amaliah
kajiannya sendiri, yang pada gilirannya
mendidik dan menyiapkan peserta didik
PAI bisa menjadi korban mind set dosen
agar mampu berkreasi, serta mampu
yang berasal dari bidang keahlian yang
mengatur dan memelihara hasil kreasinya
menurut
menajam
untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi
sedemikian rupa, sehingga melahirkan cara
dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya;
berfikir single track dan monolinier yang
(4) mampu menjadi model atau sentral
simplistik.
identifikasi diri, atau menjadi pusat anutan,
naturnya
berfokus
Dari hasil telaah terhadap istilah-istilah guru/dosen dalam literatur kependidikan Islam
ditemukan
karakteristik
adanya
guru/dosen
beberapa
yang
dapat
dijadikan pertimbangan dalam penentuan persyaratan kualifikasi dosen PAI di PTU, yaitu:
(1)
komitmen
terhadap
profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses
dan
hasil
kerja,
serta
(impelementasi)”; (3)
teladan dan konsultan bagi peserta didiknya; (5) memiliki kepekaan intelektual dan informasi, pengetahuan
serta dan
memperbaharui keahliannya
secara
berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; dan (6) mampu bertanggungjawab dalam
sikap 24
membangun peradaban yang berkualitas di
sering diartikulasikan dalam halaqoh-
masa depan.
halaqoh kecil di kampus. Perkembangan
C. Respon Pembelajaran SungaiPenuh
Mahasiswa PAIN di
terhadap STKIP
halaqoh kecil ini bahkan ada pada tiap-tiap kampus, khususnya di PTU Kab. Kerinci. Halaqah ini sekarang semakin mendapat
Dilihat
dari
pemahaman hati
mahasiswa,
karena
banyak
keagamaan, dosen PAI di PTU juga sangat variatif.
Hal
ini
dapat
pemikiran-pemikiran
dilihat
mereka
menawarkan
alternatif
pemahaman
keagamaan,
baru
dalam
yang
relatif
dari
mengenai berbeda dengan pemahaman keagamaan
agama,
tatkala
peneliti
melakukan ala NU dan Muhammadiyah. Beberapa
wawancara. Misalnya, bagaimana mereka kelompok kajian agama dan organisasi memberikan tafsir mengenai ayat-ayat suci mahasiswa Islam menjadi motor pemikiran dan
memaknai
jihad
dalam
kenteks keagamaan alternatif ini. Disamping itu,
kehidupan kebangsaan. Di antara mereka ada Forum Kajian Islam Merah Putih ada yang bersikap sangat formalisme, (Bagian dari Jaringan Islam Liberal), HMI, tetapi
ada
juga
yang
sangat PMII, IMM, dan KAMMI yang cenderung
substansialisme
dan
spiritualisme. menawarkan pemikiran substansialis dan
Pemahaman ini tidak lepas dari latar spiritualis.
Identifikasi
dari
eksistensi
belakang organisasi keagamaannya dan mereka adalah dari pamflet-pamflet yang juga
organisasi
kemahasiswaan
yang mereka edarkan, meskipun seringkali tidak
pernah diikutinya di kampus. jelas, siapa person yang mengikutinya. Sesuatu
yang menarik adalah,
pemahaman
keagamaan
berpengaruh
terhadap
ini
juga
mahasiswa.
Namun
demikian,
menonjolkan
pada
mereka
lebih
aktivitas
yang
cenderung kepada paham-paham tersebut.
Sosialisasi pemahaman keagamaan ini 25
Berkaitan keagamaan
dengan
tersebut,
pemahamaan
ada
komentar
menarik dari beberapa mahasiswa STKIP Sungai Penuh. Menurut beberapa informan mahasiswa STKIP Sungai Penuh yang sempat ditemui peneliti di masjid kampus, bahwa idealnya seorang dosen mata kuliah PAI adalah yang mempunyai faham fundamentalisme/formalisme
yang
memberikan tafsir ayat-ayat Al-Qur’an secara tegas dan menjadikan orang-orang non-Islam sebagai “musuh”
yang harus
tetap diwaspadai. Karena paham-paham fundamental sekarang menjadi tawaran yang menarik bagi pengikutnya dalam menghadapi para musuh-musuh Islam.
tantangan jaman, agar umat Islam bisa naik kelas menjadi lebih baik. Disamping pemahaman keagamaan yang fundamentalisme/
formalisme
tersebut,
menurut mereka, seorang dosen juga harus mempunyai kemampuan dalam ilmunya serta metode mengajar yang handal. Kemampuan
ilmu
interpretasi
dan
dibutuhkan
dalam
tantangan dihadapi
rangka
tertentu
Dengan
terjadi yang
naqli
menjawab
pemikiran
mahasiswanya. tidak
disertai
dalil-dalil
dinamika
diharapkan, paham
dengan
yang ini
indoktrinasi
kadang-kadang
berbeda dengan kerangka normatif yang dimiliki mahasiswa.
Sebab menurutnya, banyak umat Islam yang didzalimi oleh orang non-Islam, D. Sarana dan PrasaranaPembelajaran terutama dalam kehidupan sosial-ekonomi, di STKIP Sungai Penuh sehingga umat Islam terus dalam posisi lemah dan dilemahkan. Untuk itu, gerakan jihad dalam semua aspek kehidupan harus tetap
disemaikan
dalam
menghadapi
Fasilitas pembelajaran: a. Perguruan Tinggi mengupayakan terwujudnya suasana lingkungan kampus
yang
kondusif
dan
26
tersedianya fasilitas yang mampu
Temuan
tentang
evaluasi
menumbuhkan interaksi akademik
pembelajaran menunjukkan bahwa untuk
lintas agama yang religius untuk
mengadakan evaluasi pembelajaran PAI
seluruh civitas akademika.
nampak adanya pola yang sama yakni
b. Sarana fisik yang diperlukan antara
meninjau
berbagai
aspek
yang
lain berupa perpustakaan dengan
dicerminkan oleh diri peserta didik atau
literatur berbagai agama dalam
mahasiswa.
judul dan jumlah yang memadai,
mencakup:
serta ruang serba guna untuk
mengikuti perkuliahan, keaktifan dalam
kegiatan
diskusi, pengumpulan tugas, sikap selama
akademik
secara
kelompok dan/atau bersama.
Aspek-aspek tingkat
tersebut
kehadiran
dalam
mengikuti program dan hasil tes baik tes
c. Sarana non fisik yang diperlukan
formatif maupun tes sumatif; serta hasil
berupa adanya system interaksi
dari kegiatan mentoring (khusus pada PTU
akademik yang religius.
yang menyelenggarakan program ini).
Sebagaimana
dikemukakan
dalam
Dengan meninjau aspek-aspek yang dinilai
keputusan tersebut, bahwa substansi kajian
dalam melakukan evaluasi pembelajaran
PAI di PTU, metodologi pembelajaran
ini nampak bahwa kegiatan penilaian
serta beban studi dan fasilitas yang
dilakukan
diperlukan tersebut di atas merupakan
dilaksanakan
rambu-rambu atau tanda dan petunjuk bagi
proses maupun hasil.
pelaksanaan mata kuliah PAI di PTU. E. Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI di PTU
selama
kegiatan
dengan
program
memperhatikan
Dengan demikian kegiatan evaluasi pembelajaran PAI yang dilaksanakan di PTU seharusnya diarahkan untk memupuk pengalaman
belajar
bermakna
bagi 27
mahasiswa,
yang
konsep
Nasional, Nomor 232/U/2000, dan
mengajar menjadi bukan hanya upaya
juga No. 045/U/2002, serta Surat
mempengaruhi
Keputusan
agar
mengubah
terjadi
pemilikan
Dirjen
Dikti,
Nomor:
pengetahuan pada mahasiswa tetapi juga
38/DIKTI/Kep/2002.
mempengaruhi sikap, minat dan tingkah
Kurikulum PAI di PTU dilaksanakan
laku secara nyata dan bermakna bagi
sesuai dengan ketetapan Dirjen Dikti,
kehidupan.
yaitu sekurang-kurangnya 2 sks yang
Untuk mencapai tujuan tersebut,
Adapun
dihubungkan dengan disiplin ilmu
maka sistem evaluasi belajar menurut
yang
Dirjen
masing-masing. Namun demikian, ada
Pendidikan
Tinggi
Direktorat
Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan “dapat dilakukan secara formal, informal
dikembangkan
di
fakultas
beberapa PTU yang menambah sks
(pengamatan), sumatif (mempercayai test,
PAI tersendiri sebanyak 2 sks dan 4
tingkat kemajuan, klasifikasi, memberi
sks, sehingga jumlah sks PAI sebanyak
angka (nilai dan mengukur kemajuan peserta didik)” (Depdiknas, 2002:5).
4 sks dan 6 sks. 2 sks diajarkan pada semester I dan II, sedang 2 sks dan 4
BAB V
sks
PENUTUP
dilaksanakan
sangat
variatif, ada yang diajarkan pada semester 3, semester 5, dan semester 7
A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data, temuan penelitian, dan pembahasan penelitian dapat
lainnya
dikemukakan
simpulan
sebagai
menjelang mahasiswa meninggalkan bangku kuliah. 2. Latar belakang pendidikan dosen PAI
berikut:
sebagian besar magister (S-2) dan
1. Dasar pelaksanaan PAI di PTU adalah
berdisiplin
ilmu
organisasi
keagamaan
Keputusan
Menteri
Pendidikan
agama,
dengan Nahdlatul 28
Ulama’, Muhammadiyah, dan Persis,
pendalaman agama, serta kajian kitab
serta model pemahaman agama yang
kuning.
formalisme,
substansialisme,
dan
spiritualisme. 3.
Respon
5. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pembelajaran PAI
mahasiswa
terhadap
adalah tempat peribadatan, buku, kaset,
pembelajaran PAI sangat variatif, ada
CD/VCD, internet, dan berbagai
yang menganggap sekedar formalitas
perangkat eletronik lainnya.
untuk memmperoleh kelulusan, dan
6. Penilaian pembelajaran PAI mengacu
ada juga yang menganggap bahwa PAI
pada dua aspek (kognitif dan afektif)
mampu
mengembangkan
dengan memperhatikan hasil tes baik
kepribadiannya. Respon positif ini juga
tes formatif maupun tes sumatif,
menyebabkan mahasiswa tidak puas
tingkat kehadiran, keaktifan dalam
hanya memperoleh PAI dari kampus,
berdiskusi,
sehingga
mereka
dikumpulkan, sikap di luar kelas, dan
wawasan
keagamaannya
berbagai
halaqah
memperdalam
dan
melalui kelompok-
hasil
tugas
yang
aktivitas keagamaan mahasiswa di kampus.
kelompok keagamaan yang ada di B. Saran-Saran dalam maupun luar kampus. 4. Metode standar yang dipakai dalam pembelajaran PAI adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.
Berdasarkan
simpulan
di
atas,
dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
Sedang untuk menambah wawasan
1. Hendaknya PAI di PTU dikembangkan
agama mahasiswa, dikembangkan pula
ke arah paradigma organisme, yang
model resume, kuliah insidental, dan
menjadikan PAI sebagai sumber nilai 29
dan pedoman bagi penyelenggaraan program
studi
serta
membantu
5. Metodologi
yang
hendaknya
dikembangkan
disesuaikan
dengan
mahasiswa (calon sarjana) mampu
tuntutan intelektual mahasiswa yang
mewujudkan nilai dasar agama dalam
relatif tinggi, dengan pembahasan yang
menerapkan
kritis dan kaya dengan perbandingan
ilmu
pengetahuan,
teknologi dan seni.
6. Hendaknya lebih menekankan upaya
2. Hendaknya beban studi yang hanya 2
penanaman
sks diselenggarakan dengan tepat pilih
sebagai
aspek agama yang diajarkan dan
lahiri.
kreatifitas dalam metodologinya, serta
kesalehan
kelanjutan
maknawi
dari
kesalehan
7. Hendaknya diupayakan terwujudnya
mantap dalam amalannya, atau bila
suasana
sangat dibutuhkan dapat dilakukan
kondusif secara fisik dan non fisik
penambahan sks.
sehingga
3. Hendaknya pembelajaran PAI di PTU menekankan religiusitas
pentingnya dan
tercipta
kampus
sistem
yang
interaksi
akademik yang religius.
aspek
spiritualitas,
serta
menitikberatkan pada teori dan aksi sekaligus. 4. Hendaknya
lingkungan
C. Rekomendasi Berdasarkan saran-saran tersebut, maka dapat dikemukakan rekomendasi
diperhatikan
kualifikasi
sebagai berikut:
dosen terhadap pembelajaran Agama Islam di satu sisi, dan kualifikasi dosen sesuai dengan bidang mahasiswa di sisi lain.
1. Bahwa
dalam
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum perlu penambahan SKS dari 2 SKS menjadi 4 SKS. 2 SKS pada awal studi dan 2 SKS pada akhir 30
studi.
Sebab,
materi
Pendidikan
pendidikan agama yang mumpuni agar
Agama Islam sangat banyak, 2 SKS
proses
dirasakan sangat kurang apalagi untuk
sesuai dengan harapan.
membentuk kepribadian dan moralitas keagamaan mahasiswa PTU.
pembelajaran
PAI berjalan
5. Perlu dilakukan standarisasi sarana dan prasarana pembelajaran PAI di PTU
2. Perlu dibentuk Lembaga Konsultasi Keagamaan sebagai pusat pelayanan
agar proses pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efesien.
keagamaan bagi mahasiswa. Karena problem-problem
keagamaan
akan
selalu dihadapi mahasiswa setiap saat,
SARAN DAN REKOMENDASI YANG MUNCUL DARI HASIL DISKUSI
sementara Pendidikan Agama Islam di a. Hendaknya kurikulum PAI juga berisi
kelas diberikan sangat terbatas. 3. Perlu diperhatikan jenjang karir Dosen
kajian tentang keberadaan halaqah-
Agama di perguruan tinggi agar tidak
halaqah yang selama ini dianggap
ada kesan “diskriminasi”. Dimana
sebagai
sempalan,
dosen agama sering dianggap tidak
mahasiswa
akan
setara dengan dosen-dosen bidang ilmu
bahwa esensi agama adalah nisbi,
lainnya sehingga banyak menghambat
artinya tidak ada saling klaim diantara
jenjang
halaqah-halaqah
karir
dosen
agama
baik
sehingga
memiliki
tersebut
bekal
bahwa
kepangkatan, jabatan struktural dan
mereka itu mutlak benar sementara
lain sebagainnya.
yang di luar kelompoknya adalah
4. Perlu diadakannya sertifikasi bagi para
salah. Pemahaman demikian adalah
dosen agama yang belum memiliki
sangat penting mengingat kita hidup
kualifikasi
dalam masyarakat yang plural atau
atau
latarbelakang
majemuk. 31
b. Dengan melihat fenomena bahwa pada
saat
kelompok
ini
banyak
atau
terdapat
halaqah-halaqah
keagamaan di PTU, maka dapat diprediksikan bahwa pada masa yang akan datang kelompok atau halaqahhalaqah ini akan semakin berkembang dengan
pesat;
oleh
karena
itu
tantangan bagi program pembelajaran PAI di PTU akan semakin berat, dengan demikian diperlukan upaya yang mendesak untuk membuat atau menerapkan
strategi
pembelajaran
yang lebih menarik. Untuk memenuhi keperluan ini diperlukan pendidikan dan latihan strategi pembelajaran yang lebih
sesuai
dengan
tuntutan
kebutuhan.
32