PANDUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI PERGURUAN TINGGI
A. Latar Belakang MKWU-PAI Pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama di perguruan tinggi mengalami pasang surut. Pada awal tahun 1960-an, pendidikan agama merupakan mata kuliah umum yang tidak mengikat karena hanya sebagai mata kuliah ‘anjuran’. Kemudian pada masa orde baru pendidikan agama mengalami ‘penguatan’ pada saat mata kuliah agama menjadi mata kuliah wajib yang diberikan kepada setiap mahasiswa dan dikelola oleh sebuah Biro Mata Kuliah Pendidikan Agama sebagaimana mata kuliah wajib lainnya, misalnya, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewiraan, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Bahasa Indonesia dan lain-lain. Sesuai dengan pesan kurikulum tahun 1983, pengelolaan mata kuliah wajib ini berubah dari biro menjadi Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) di bawah fakultas yang terdekat dengan bidang keilmuannya. Penamaan MKDU memiliki dasar filosofis yang jelas karena mata kuliah yang tergabung dalam MKDU sebagai fundamen yang memberikan landasan spiritual keagamaan, moral, kebangsaan, nasionalisme, dan sosial budaya dalam mengembangkan bidang ilmu dan keahliannya masing-masing. Pada tahun 1990 nama MKDU berubah menjadi MKU (Mata Kuliah Umum), dan pada tahun 2000 berubah lagi menjadi MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian). Perubahan nama kelompok mata kuliah wajib ini diikuti perubahan kelembagaan dan pengelolaannya. Semula kelembagaan MKD berkedudukan setingkat jurusan (Jurusan MKDU) dan berada di bawah fakultas tertentu yang paling dekat dengan bidang keilmuannya. Kemudian, MKDU berubah menjadi sebuah Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum (UPTMKU) di bawah koordinasi langsung Pembantu Rektor 1 bidang akademik sampai saat ini. Perubahan nama dari MKDU menjadi MKU dan MPK menunjukkan bahwa keberadaan dan kelembagaan kelompok mata kuliah wajib yang mengalami pasang surut ini, terkesan pelaksanaannya sekedar memenuhi tuntutan undang-undang dan peraturan. Dengan demikan, wajar apabila muncul persepsi pada sebagian mahasiswa, dosen, program studi, dan pemimpin perguruan tinggi yang memandang mata kuliah wajib ini hanya sebagai ‘pelengkap’ kurikulum. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, nama MPK berubah lagi menjadi MKWU (Mata Kuliah Wajib Umum). Perubahan nama ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi dan peran MKWU sebagai kelompok mata 1
kuliah yang menjadi roh dan memberikan landasan bagi pengembangan kepribadian mahasiswa dan pengembangan bidang ilmu masing-masing. B. Landasan Yuridis MKWU-PAI Eksistensi Pendidikan Agama Islam (PAI), sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta sebagai mata kuliah di perguruan tinggi, memiliki landasan filosofis dan landasan yuridis formal yang sangat kuat. Landasan filosofis PAI berpijak pada sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sedangkan landasan yuridis PAI berpijak pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut. 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945: pasal 29 tentang agama dan pasal 31 tentang pendidikan; 2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3. Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; 4. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20102014; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 032 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. C. Posisi MKWU- PAI pada Kurikulum PT Secara konseptual pelaksanaan program akademik berorientasi pada tercapainya sasaran pembelajaran yang berkualitas yaitu membentuk pribadi utuh. Pergurun tinggi diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas iman, takwa, dan akhlak mulia, cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual, serta handal dalam keahliannya masing-masing. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, MKWU-PAI merupakan mata kuliah wajib yang diselenggarakan secara mandiri di setiap perguruan tinggi dan diberikan kepada semua mahasiswa yang beragama Islam di semua jenjang dan tingkatan serta diajarkan oleh para dosen profesional yang juga beragama Islam. Sebagai kelompok mata kuliah mandiri, MKWU-PAI perlu memiliki kejelasan tentang visi, misi, tujuan, ruang lingkup materi, dan kaya dengan metodologi. MKWU-PAI pada dasarnya tidak untuk menjadikan mahasiswa sebagai ahli di bidang 2
agama Islam, melainkan untuk menjadikan mereka semakin taat menjalankan perintah agama dengan baik dan benar. Melihat pentingnya pendidikan agama diberikan di perguruan tinggi, maka posisi MKWU-PAI dalam kurikulum perguruan tinggi dapat dilihat pada bagan berikut ini.
MK…….
TINGKAT JUR/ PRODI
MK…… TINGKAT FAK
MKWU
TINGKAT INST/ UNIV
MKWU: 1) Pendidikan Agama 2) Pendidikan Pancasila 3) Pendidikan Kewarganegaraan, 4) Pendidikan Bahasa Indonesia
Bagan di atas menggambarkan bahwa MKWU-PAI bersama MKWU lainnya menjiwai pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Dengan demikian, MKWU diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta memiliki kearifan lokal dan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, sosial kemasyarakatan dan kebangsaan. D. Pengertian, Visi, Misi MKWU-PAI 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam di sekolah dan perguruan tinggi dapat dipahami sebagai suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas, yang dikemas dalam bentuk mata kuliah dan diberi nama Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran agama merupakan mata pelajaran wajib di sekolah sejak taman 3
kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi. Di perguruan tinggi, mata kuliah PAI dikelompokkan ke dalam Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU). MKWU-PAI dirancang secara khusus sesuai dengan tingkat psikologi beragama mahasiswa serta mengacu pada perkembangan kekinian, baik di tingkat nasional maupun internasional sejalan dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam konteks pengembangan kepribadian mahasiswa, mata kuliah PAI merupakan salah satu instrumen untuk membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Segala upaya pendidikan nasional berangkat dari konsep pembentukan kepribadian secara utuh. Adapun pelaksanaannya dilakukan secara sadar dan terencana untuk mengembangkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam bagi seluruh mahasiswa muslim, baik secara tekstual maupun kontekstual, melalui kegiatan pembelajaran, bimbingan, pelatihan, dan pengalaman, yang disampaikan secara dialogis, komprehensif, dan multiperspektif. 2. Visi MKWU-PAI Visi MKWU-PAI adalah “terbentuknya mahasiswa yang memiliki kepribadian utuh (kaffah) dengan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan kepribadian, keilmuan, dan profesinya”. 3. Misi MKWU-PAI Misi MKWU-PAI adalah mengembangkan potensi keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia mahasiswa, dengan menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan keilmuan, profesi, kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya misi MKWU-PAI dijabarkan sebagai berikut: a. Mengembangkan potensi keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia / karakter baik mahasiswa (misi psikopedagogis) b. Menyiapkan mahasiswa untuk berkehidupan islami baik sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai warga negara yang baik (misi psikososial) c. Membangun budaya spiritualitas sebagai determinan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (misi sosiokultural) d. Mengkaji dan mengembangkan pemahaman ajaran Islam yang terintegrasi dengan pelbagai disiplin ilmu (misi akademik).
4
E. Tujuan MKWU- PAI Berdasarkan pengertian, visi dan misi di atas, MKWU-PAI bertujuan untuk meningkatnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam secara komprehensif (kaffah) dalam pengembangan keilmuan, profesi, dan kehidupan bermasyarakat. Adapun secara spesifik tujuan MKWu-PAI adalah sebagai berikut. 1. Meningkatnya kualitas keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia mahasiswa. 2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelaksanaan ibadah ritual (mahdhah) mahasiswa. 3. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam memecahkan problematika kehidupan dengan berlandaskan pada ajaran Islam. 4. Meningkatnya kematangan dan kearifan berpikir dan berperilaku mahasiswa dalam pergaulan global. 5. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran mahasiswa dalam mengembangkan disiplin ilmu dan profesi yang ditekuninya, sebagai bagian dari ibadah (ghair mahdhah). F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Secara konseptual kurikulum MKWU-PAI bertumpu pada sejumlah komptensi yang hendak dicapai. Kompetensi adalah kemampuan mahasiswa untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di kampus, masyarakat, dan lingkungan tempat yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluasluasnya bagi mahasiswa selaku peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah. Kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selanjutnya pada pasal 26 ditegaskan bahwa standar kompetensi lulusan (SKL) pada jenjang pendidikan tinggi adalah bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik “menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan”. 5
Secara lebih detil rumusan SKL dapat dilihat pada Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Di dalamnya digariskan rumusan sikap dan keterampilan umum setiap lulusan lulusan baik pada program diploma, program sarjana, magister, program doktor, maupun pada program profsi. Berdasarkan pada SKL, pada kurikulum MKWU-PAI, kompetensi-kompetensi yang diinginkan selanjutnya dijabarkan ke dalam dua kompetensi yakni Konpetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti (KI) merupakan kemampuan atau kompetensi yang bersifat generik yang isinya merujuk pada (a) Tujuan Pendidikan Nasional [UU No. 20 /2003]; (b) Tujuan Dikti [UU No. 12/2012]; (c) KKNI (Permendikbud 73/2013); dan (d) SKL [Permendikbud SNPT]. KI berfungsi sebagai integrator kompetensi kelompok mata kuliah / program studi. Secara keseluruhan KI dikelompokkan menjadi empat kelompok yakni KI 1 (mencerminkan sikap spiritual), KI 2 (mencerminkan sikap sosial), KI 3 (mencerminkan pengetahuan), dan KI 4 (mencerminkan keterampilan). Kompetensi Inti 1 dan 2 (KI 1 dan KI 2) dikembangkan secara koheren / harmonis sebagai dampak pengiring (nurturant effects) KI 3 dan KI 4 yang secara filosofis berfungsi sebagai wahana aksiologis. Kompetensi Inti 3 dan 4 (KI 3 dan KI 4) dikembangkan secara konsisten dan interaktif sebagai dampak instruksional (instructional effects). KI 3 dan KI 4 secara filosofis berfungsi sebagai wahana ontologis dan epistemologis. Kompetensi Inti 1, 2, 3,dan 4 secara bersama-sama harus dipahami dan disikapi sebagai entitas utuh learning outcomes (capaian pembelajaran) dalam konteks utuh proses psikologispedagogis / andragogis dan sebagai suatu proses pencapaian / perwujudan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi Dasar (KD) bersifat spesifik dan mendeskripsikan kemampuan terkait substansi mata kuliah, dalam hal ini mata kuliah Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari empat elemen Mata Kulian Wajib Umum. Dalam konteks KKNI, KD sepadan dengan konsep dan posisi capaian pembelajaran. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), Kompetensi Dasar / capaian pembelajaran yang dikembangkan secara utuh dengan kerangka KI 1, 2, 3, dan 4 sangat konsisten dan koheren dengan keutuhan perwujudan religion virtues (kemuliaan keberagamaan / Islam) melalui pengembangan secara interaktif dan sinergis kemampuan-kemampuan: Islamic knowledge, Islamic dispositions, Islamic skills, Islamic confidence, Islamic commitment, Islamic competence, yang bermuara pada perwujudan Islamic responsibility dan Islamic enggagement. 6
Rincian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) serta penyebaran masing-masing kompetensi tersebut ke dalam bab, dapat dilihat pada tabelberikut: Tabel: Rincian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dan Ketersebarannya pada Topik No. 1.
Kompetensi Inti (KI) KI 1: Sikap Spiritual. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya sebagai pola hidup dalam konteks akademik, dan/atau profesi.
Kompetensi Dasar (KD) 1.1. Menunjukkan sikap tobat (selalu introspeksi dan koreksi diri) untuk selalu berpegang pada nilainilai kebenaran ilahiah. 1.2. Bersikap wara’ (selalu berhati-hati dalam bersikap dan berprilaku) dengan selalu mengacu kepada prinsip-prinsip halal dan baik. 1.3. Bersikap zuhud (sederhana dan berorientasi akhirat). 1.4. Bersikap sabar dan tawakal (menyikapi semua problematika kehidupan secara positif dan menerimanya sebagai kebaikan dari Tuhan). 1.5. Mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, Islam, dan kehidupan. 1.6. Menunjukkan sikap ikhlas (melakukan segala aktivitas tanpa pamrih dan hanya karena Allah). 1.7. Berikhtiar secara maksimal dengan sabar, ikhlas, dan
Topik 3
4
4
4
3 dan 4
4
8
7
1.8.
1.9.
2.
KI 2: Sikap Sosial. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro-aktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat yang berakhlak mulia dalam membangun peradaban bangsa yang memancarkan nilai dan moral Pancasila, dan membangun dunia yang sejahtera, aman, dan damai.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
tawakal untuk mengembangkan ilmu dan profesi. Bersikap tawaduk (rendah hati) sebagai pribadi, ilmuwan, dan profesional. Bertanggung jawab terhadap sikap dan prilaku yang dilakukan secara sadar. Menunjukkan sikap positif terhadap pendidikan agama Islam sebagai komponen mata kuliah wajib umum pada program diploma dan sarjana. Menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial, dan profesional. Peduli terhadap nilainilai moral dan normanorma agama sebagai salah satu determinan dalam membangun karakter bangsa. Turut bertanggung jawab dalam menciptakan kerukunan antarumat dan interumat beragama sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa. Berkomitmen untuk membangun dunia yang damai, aman, dan sejahtera sebagai implementasi ajaran Islam.
9
3
1
3
2
7
5
8
3.
KI 3: Pengetahuan. Memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait berbagai fenomena dan kejadian, serta menggunakannya pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya.
2.6. Disiplin dalam melaksanakan kewajiban dan santun dalam menuntut hak, sebagai muslim Indonesia. 2.7. Terbuka dan tanggap terhadap dinamika kehidupan modern dengan mengaktualisasikan prinsip al-muḫafazhah ‘alā al-qadīm al-shālih wa al-akhdzu bi aljadīd al-ashlah 3.1 Menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam sebagai komponen mata kuliah wajib umum pada program diploma dan sarjana. 3.2 Menjelaskan esensi dan urgensi nilai-nilai spiritualitas Islam sebagai salah satu determinan dalam pembangunan bangsa yang berkarakter. 3.3 Menganalisis agama sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3.4 Menjelaskan esensi dan urgensi integrasi iman, Islam, dan ihsan dalam pembentukan insan kamil. 3.5 Menganalisis sumber ajaran Islam dan kontekstualisasinya dalam kehidupan modern.
5
8
1
2
7
4
5 dan 8
9
4.
KI 4: Keterampilan. Mengolah, menalar, mencipta, dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret dan abstrak secara mandiri serta bertindak secara efisien, efektif, dan kreatif, serta menggunakannya sesuai kaidah keilmuan dan/atau keprofesian.
3.6 Menganalisis ajaran Islam dalam konteks kemoderenan dan keindonesiaan. 3.7 Menganalisis konsep Islam tentang keragaman dalam keberagamaan. 3.8 Menganalisis konsep Iptek, politik, sosialbudaya, ekonomi, dan pendidikan dalam perspektif Islam. 3.9 Menjelaskan kontribusi Islam dalam perkembangan sejarah peradaban dunia. 3.10. Menganalisis peran dan fungsi masjid kampus sebagai pusat pengembangan budaya Islam. 4.1. Menyampaikan argumen akademik dan / atau profesional tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam sebagai komponen mata kuliah wajib umum pada program diploma dan sarjana. 4.2. Menyajikan hasil penelaahan konseptual dan/atau empiris terkait esensi dan urgensi nilai-nilai spiritualitas Islam sebagai salah satu determinan dalam pembangunan bangsa yang berkarakter. 4.3. Menyajikan hasil penelaahan konseptual terkait
6
7
8
9
10
1
2
7
10
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
esensi dan urgensi agama sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengkreasi pemetaan konsistensi dan koherensi pokokpokok ajaran Islam sebagai implementasi iman, Islam, dan ihsan. Menyajikan hasil penelaahan konseptual tentang sumber ajaran Islam dan kontekstualisasinya dalam kehidupan modern. Menyajikan hasil projek kerja tentang implementasi ajaran Islam dalam konteks kemoderenan dan keindonesiaan Mengkreasi peta konseptual dan/atau operasional tentang keragaman dalam keberagamaan Menyajikan mozaik kasus dan solusi terkait konsep Iptek, politik, sosial-budaya, ekonomi, dan pendidikan dalam perspektif Islam Menyajikan hasil kajian perseorangan atau kelompok mengenai suatu kasus terkait kontribusi
4
5
6 dan 8
7
8
9
11
Islam dalam perkembangan sejarah peradaban dunia. 4.10. Mengembangkan program masjid kampus sebagai pusat pengembangan budaya Islam
10
G. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran MKWU-PAI Ruang lingkup materi pembelajaran MKWU-PAI meliputi beberapa topik. Setiap topik sekaligus merupakan pokok bahasan yang harus dielaborasi dan dikaji lebih lanjut memalui pendekatan activity base sejalan dengan Kompetensi Dasar (KD) masing-masing. Ruang lingkup tersebut adalah sebagai berikut. 1. Mengapa dan Bagaimana Mempelajari Islam di Perguruan Tinggi? 2. Bagaimana Manusia Bertuhan? 3. Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan? 4. Bagaimana Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil? 5. Bagaimana Membangun Paradigma Qurani untuk Kehidupan Modern? 6. Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia? 7. Bagaimana Islam Membangun Persatuan dalam Keberagaman? 8. Bagaimana Kontribusi Islam dalam Pengembangan Peradaban Dunia? 9. Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi? 10. Bagaimana Fungsi dan Peran Masjid dalam Pengembangan Budaya Islam di Kampus? H. Proses Pembelajaran MKWU-PAI Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada dasarnya menerapkan pendekatan berbasis proses keilmuan (scientific / epistemologic approach) dengan sintakmatik generik sebagai berikut. 1. Mengamati 2. Menanya 3. Mengumpulkan informasi 4. Mengasosiasi 5. Mengkomunikasikan Pendekatan tersebut dapat dikemas dalam pelbagai model pembelajaran yang secara psikologis-pedagogis memiliki karakter 12
pembelajaran yang mengaktifkan mahasiswa (student active learning) sebagai peserta didik sekaligus orang dewasa. Dengan pendekatan ini, mahasiswa difasilitasi untuk lebih banyak melakukan proses membangun pengetahuan (epistemological approaches) melalui transformasi pengalaman dalam berbagai model antara lain sebagai berikut. 1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning/PBL): merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah yang kompleks dan nyata untuk memicu pembelajaran sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. 2. Projek Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen): merupakan model pembelajaran pemecahan masalah kewargaanegaraan berbasis portfolio dengan fokus kajian masalah kehidupan masyarakat dari sudut pandang warga negara yang disajikan dalam bentuk simulasi dengar pendapat (simulated public hearing). 3. Studi Kasus (Case Study): merupakan model pembelajaran dengan cara memfasilitasi mahasiswa dengan suatu atau beberapa kasus, atau memilih kasus baru untuk dicari pemecahannya sesuai dengan kompetensi dasar yang sedang dibahas. 4. Kerja lapangan (Work Experiences / Service Learning): merupakan model pembelajaran yang memusatkan perhatian pada bahan kajian yang terkait langsung dengan kompetensi dasar yang dipelajari di luar kampus (extra-mural activities) 5. Tugas kelompok (Syndicate Group): merupakan model pembelajaran dengan pemberian tugas kepada kelompok mahasiswa berdasarkan minat dengan fokus tugas tertentu dalam rangka menyusun rekomendasi dalam bentuk makalah yang akan disajikan dalam suatu forum. 6. Debat (Controversial Issues): merupakan model pembelajaran yang memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan berpikir dan berkomunikasi secara kritis dan produktif. Mahasiswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari, misalnya, empat orang. Di dalam kelompok tersebut mahasiswa melakukan perdebatan tentang topik tertentu. 7. Simulasi (Simulation): merupakan model pembelajaran dengan tujuan penguasaan substansi melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan mahasiswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, tergantung kepada peran yang dimainkan. 8. Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning): merupakan model pembelajaran berbentuk proses belajar kelompok yang memberi peluang kepada setiap anggota untuk menyumbangkan 13
I.
pemikiran dan / atau pengalaman, berupa data / informasi, hasil kajian, pengalaman, ide baru, sikap, pendapat umum, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan penguasaan kompetensi dasar. 9. Bola Salju Menggelinding (Snow-balling Process): merupakan model pembelajaran melalui pemberian tugas individual, kemudian berpasangan. Selanjutnya dicarikan pasangan yang lain sehingga semakin lama anggota kelompok semakin besar seperti bola salju yang menggelinding. Model ini digunakan untuk mendapatkan jawaban pemecahan masalah yang dihasilkan dari mahasiswa secara bertingkat. Dimulai dari kelompok yang lebih kecil dengan dimensi masalah sederhana dan secara berangsurangsur kepada kelompok yang lebih besar dengan masaalah yang lebih kompleks. Dari proses tersebut, pada akhirnya dapat dirumuskan bersama dua atau tiga jawaban yang telah disepakati dan dinilai paling tepat menurut pemikiran kolektif. . Penilaian MKWU-PAI 1. Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan berdasarkan data yang di peroleh melalui penugasan dan observasi kinerja mahasiswa melalui tampilan lisan atau tertulis. 2. Kriteria penilaian dan pembobotannya diserahkan kepada dosen pengampu dan disesuaikan dengan pedoman evaluasi akademik yang berlaka pada perguruan tinggi masing-masing. 3. Sistem penilaian dijelaskan kepada mahasiswa pada awal perkuliahan. 4. Evaluasi Pendidikan Agama Islam dilaksanakan terhadap hasil penugasan-penugasan dan kinerja mahasiswa. 5. Sejalan dengan poin 2, bobot nilai evaluasi diserahkan kepada dosen pengampu dan disesuaikan dengan pedoman evaluasi akademik yang berlaka pada perguruan tinggi masing-masing. 6. Dosen Pendidikan Agama Islam dapat mengembangkan sendiri jenis-jenis evaluasi sesuai dengan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi, situasi, dan kondisi masing-masing.
J.
Kualifikasi dan Kompetensi Dosen MKWU-PAI Kualitas pembelajaran MKWU-PAI sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan kompetensi dosen pengampunya. Untuk itu, perlu ditentukan kualifikasi akademik dan standar kompetensi bagi seorang dosen pengampu MKWU-PAI sebagaimana dalam tabel berikut.
14
No.
KUALIFIKASI AKADEMIK
SERTIFIKASI
PENYEGARAN (Dikti/ADPISI) Kolaborasi
1.
Magister PAI/IPAI
Mengikuti Pelatihan MKWU-PAI Organisasi Profesi PAI
IPAI-PU 40 Jam
2.
Magister Studi Islam
Mengukuti Pelatihan MKWUPAI Organisasi Profesi PAI
IPAI-PU 40 Jam
3.
Magister Pendidikan Umum, konsentrasi Kajian Islam
Mengikuti Pelatihan MKWU-PAI dari Organisasi Profesi PAI
IPAI-PU 40 Jam
K. Kelembagaan MKWU-PAI Penyelenggaraan MKWU Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi pada dasarnya merupakan tugas universitas. Namun, dalam pelaksanaannya MKWU dapat dilakukan oleh jurusan khusus yang mengembangkan landasan keilmuan MKWU dengan membuka pelbagai program studi yang terkait langsung dengan kelompok Mata Kuliah Wajib Umum atau di bawah Unit Pelaksana Teknis (UPT) MKWU yang langsung di bawah pejabat bidang akademik (Pembantu/Wakil Rektor/Ketua I Bidang Akademik). L. Sarana dan Prasarana MKWU –PAI Untuk menunjang pencapaian tujuan perkuliahan MKWU-PAI, perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Setiap perguruan tinggi penyelenggara perkuliahan MKWU-PAI harus menyediakan sarana prasarana sebagai berikut. 1. Ruang kuliah yang memadai 2. Laboratorium PAI 3. Masjid Kampus dan / atau musala 4. Perpustakaan / ruang baca 5. Media pembelajaran (papan tulis, OHP, LCD, dan lain-lain sesuai dengan kondisi masing-masing perguruan tinggi) 6. RPKPS (Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester) 7. Ketersediaan sumber belajar sebagai berikut. 15
No.
JENIS SUMBER BELAJAR
RASIO
KET.
1.
Buku Ajar Mata Kuliah
1:1
Dikti dan Umum
2
Buku Referensi Baku
1 : 10
Pemerintah dan Umum
3
Buku Tematik Relevan
1 : 20
Pemerintah dan Umum
4
Laman Indonesia / Global
Bebas
Umum
5
Media Massa
Bebas
Umum
M. Rencana Tatap Muka Bertolak dari jabaran materi, KI, dan KD sebagaimana diuraikan di atas, maka disusunlah rencana tatap muka dalam 16 kali pertemuan sebagai berikut: No Pertemuan
Pokok Bahasan
1
1
Bab I: Mengapa dan Bagaimana PAI Diajarkan di Perguruan Tinggi?
2
2
Bab II: Bagaimana Manusia Bertuhan?
3
3
Bab II: Bagaimana Manusia Bertuhan?
4
4
5
5
Bab III : Bagaimana Agama Menjamin Kebahagiaan? Bab IV: Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ikhsan dalam Membentuk Insan Kamil
Sub Pokok bahasan Menelusuri landasan filosofis dan teologis Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi Menelusuri karakteristik dan urgensi spiritualitas Menggali sumber sosiologis, filosofis, teologis, dan historis konsep ketuhanan Menelusuri konsep dan implementasi tauhid dalam beragama Menelusuri konsep trilogi beragama dalam Islam (iman, Islam, dan ihsan) 16
6
6
Bab IV: Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ikhsan dalam Membentuk Insan Kamil
Membangun argumen tentang karakteristik insan kamil
7
7
Bab V: Bagaimana Membangun Paradigma Qurani?
8 9
8 9
10
10
UTS Bab VI: Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia? Bab VI: Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia?
11
11
12
12
13
13
14
14
Menelusuri konsep dasar tentang Al-Quran dan As-Sunnah dan metode pemahamannya Tes Menelusuri variasi pemahaman dan pengamalan agama Membangun argumen tentang urgensi dan metode pribumisasi AlQuran Menggali konsep Islam tentang pluralitas, toleransi, dan multikulturalisme Menyajikan mozaik kasus dan solusi terkait konsep Iptek, politik, social, ekonomi, dan pendidikan dalam perspektif Islam Mengembangkan argumen tentang kompatibiltas Islam dengan dunia modern Menelusuri jejak-jejak khazanah peradaban Islam
15
15
16
16
Bab VII: Bagaimana Islam Membangun Persatuan dalam Keberagaman? Bab VIII: Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi?
Bab VIII: Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi? Bab IX: Bagaimana Kontribusi Islam bagi Pengembangan Peradaban Dunia? Bab X: Bagaimana Fungsi dan Peran Masjid Kampus dalam Pengembangan Budaya Islam UAS
Membangun argumen tentang fungsi dan peran masjid kampus sebagai pusat kebudayaan Tes
17