EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI MAN 13 JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh Asep Abdul Rohman NIM: 105011000047
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M.
ABSTRAK Asep Abdul Rohman “Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di MAN 13 Jakarta” Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 disebutkan bahwa Standar Isi (SI) madrasah sama dengan Standar Isi (SI) sekolah, sehingga jumlah jam Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dan di madrasah sama dan tidak terdapat mata pelajaran Bahasa Arab. Sedangkan dalam Surat Edaran Dirjen Pendis Nomor 681 tahun 2006 dan disusul oleh Permenag Nomor 2 tahun 2008, jumlah jam Pendidikan Agama Islam (PAI) telah ditambah tetapi secara eksplisit tidak menyebutkan mata pelajaran al-Qur’an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan sejarah kebudayaan Islam (SKI), dan telah pula ditambahkan mata pelajaran Bahasa Arab. Respon madrasah beragam, ada yang menerapkan Pendidikan Agama Islam (PAI) secara terpadu, yang di dalamnya terkandung materi al-Qur’anHadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), model ini biasa disebut integrated system. Ada juga yang menerapkan bahwa materi tersebut menjadi mata pelajaran tersendiri. Model ini biasa disebut dengan rumpun PAI/separated system. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran PAI di Madrasah Aliyah (MA), lalu apakah pembelajaran PAI di MA efektif atau tidak. Penelitian dilaksanakan di kelas XI (sebelas) siswa MAN 13 Jakarta. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi, dengan sample 25% dari populasi 222 siswa, yaitu 56 siswa. Tehnik yang digunakan adalah: observasi, wawancara, angket (sebanyak 21 soal), dan dokumentasi. Dari penelitian dapat diketahui bahwa pembelajaran PAI di MAN 13 Jakarta: 1) materi dihabiskan per-aspek; 2) guru yang mengajar hanya 1 orang; 3) waktu 4 bulan/semester; 4) waktu 4 jam/minggu; dan 5) pembelajaran dimoving class-kan. Pembelajaran PAI di MAN 13 Jakarta sudah efektif, hal ini dapat dilihat jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 40 siswa dari 56 siswa. Adapun siswa yang kurang dari nilai KKM akan mengikuti remedial dan klinik mata pelajaran.
KATA PENGANTAR
ِِْ ِِْ اِ ا ْ َِ ا Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat. Amien Banyak sekali halangan dan rintangan yang penulis rasakan dalam penulisan skripsi ini. Mulai dari perbaikan judul, sampai pada penambahan dosen pembimbing, Tapi, alhamdulillah segala rintangan dapat diatasi dan akhirnya selesai juga skripsi ini. Disini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Ketua, Sekretaris, dan Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 3. Muhammad Zuhdi, Ph.D dan Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd, dosen pembimbing yang tidak henti-hentinya memberikan masukan dalam skripsi ini serta telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam membimbing. Semoga Allah membalas semua kebaikannya, amin; 4. Dr. Sururin, M.Ag,
dosen pembimbing akademik di jurusan Pendidikan
Agama Islam kelas B1 angkatan tahun 2005; 5. Dra. Hj. Jusniwaty Latief, M.Pd, Kepala Madrasah MAN 13 Jakarta yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk melakukan penelitian; 6. Drs. Pursidi dan Komalawati, S.Ag, Wakamad Bidang Kurikulum dan guru PAI MAN 13 Jakarta yang telah memberikan informasi-informasi sekitar proses pembelajaran yang dilaksanakan di MAN 13 Jakarta; 7. Abdussalam, S.Ag, selaku Kepala TU yang telah memberikan pelayanan dalam masalah persuratan dan perizinan; 8. Pimpinan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
9. Ketua dan Staff Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 10. Para dosen jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Prof. Dr. Abd Rahman Ghazali, MA; Prof. Dr. H. Salman Harun, MA; Prof. Dr. H. Muardi Chatib, MA, Dr. H. M. Suparta, MA; Dr. Syafi’i Noor, M.Ag, dan dosen-dosen lainnya yang tidak bias penulis sebutkan satu per-satu; 11. Drs. H. Mahsusi, MM dan keluarga yang telah memberikan tempat tinggal kepada penulis, selama hidup di Jakarta ini, Mustofa Fahmi – Diah Ayuningtyas beserta Zahran Aulawy , Hamdan Fauzie , Faisal Akbar, dan Fikri Rahmaji; 12. Ayahanda D. Saepullah, mudah-mudahan berada di tempat yang mulia di sisi Allah SWT, amin dan Ibunda, Unung, yang selalu mendoakan penulis, semoga sehat selalu dan panjang umur sampai menyaksikan anaknya menjadi anak yang sukses; 13. Kakak-kakakku, Awan Mulyawan – Ai, Nani Nuraini – Aa Suri, Aceng Solihin – Yusni Rohimah , Ceng Sodikin, yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan kasih sayang kepada penulis; Adik-adikku, Solehudin dan Neng Nina Marlina yang selalu tabah menjalani kehidupan ini; Keponakanku, Nur, Dede, Zainal, Raihan,. Fahmi, Rafa; dan Rida; 14. Rekan seperjuangan kotsan Fitra Hadianto dan EER Zainal Wahidin; 15. Ervan, Uchey, dan Ruben yang telah membantu pulang-pergi ke MAN 13 Jakarta untuk melaksanakan penelitian; 16. Rekan-rekan PAI angkatan 2005 kelas B, khususnya Imron Rosyadi Amin, Ibrahimovic, De rossi, Alesandro Nesta, Kaka, Del Piero, Aksay Kumar, Jhon Umang, Cristiano, Buffon, Messi, Lampard, Nida Umayah, dan yang lainnya; Mudah-mudahan bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Hanya Allah-lah yang bisa membalas kebaikan, mudah-mudahan kebaikan semua dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang lebih, amin.
Jakarta, November 2009 Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………..
i
Daftar Isi ……………………………………………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………….
1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………
6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah ……………………………….
6
2. Perumusan Masalah ………………………………..
7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………..
7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran …………………………...
8
2. Pembelajaran sebagai Suatu Sistem ………………..
9
3. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran ……
9
4. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam …………..
14
b. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah …
18
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam ………………
20
d. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah …………………………….
22
B. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Efektivitas ………………………………
24
2. Bagaimana Pembelajaran yang Efektif …………….
25
3. PAIKEM sebagai Pembelajaran yang Efektif ……..
36
C. Kerangka Berpikir ………………………………………
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional ……………………………………
39
B. Variabel Penelitian ………. ……………………………
39
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….
40
D. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………….
40
E. Metode Penelitian ………………………………………
40
F. Populasi dan Sampel ……………………………………
41
G. Teknik Pengumpulan Data ……………………………..
42
H. Pengelolaan dan Analisa Data ………………………….
42
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta 1. Kondidi MAN 13 Jakarta ………………………….
45
2. Visi, Misi, dan Motto Madrasah ……………………
48
3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan ……..
48
4. Keadaan Siswa ……………………………………..
49
5. Prestasi MAN 13 Jakarta …………………………..
50
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 13 Jakarta …………………………………………………..
53
C. Deskripsi Data ………………………………………….
55
D. Analisis Data …………………………………………...
69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………..
73
B. Saran ……………………………………………………
74
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. LAMPIRAN-LAPMPIRAN
75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an-Hadits; Akidah-akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan saling melengkapi.1 Al-Qur’an-Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam (kedudukan al-Qur’an dan Hadits berada di atas ijtihad), dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut. Akidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syari’ah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah/fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablu minallah), sesama manusia (hablu minannas), dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (muamalah) itu menjadi sikap
hidup
kehidupannya
dan
kepribadian
(politik,
manusia
ekonomi,
sosial,
dalam
menjalankan
pendidikan,
sistem
kekeluargaan,
kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan yang dilandasi oleh akidah.
1
Departemen Agama, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetendi Dasar (KD): Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Madrasah Aliyah Umum, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2007), h. 1, t.d.
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. AlQur’an-Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan konstekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna . Aspek akhlak menekankan pada pembiasan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanankan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Sedangkan aspek tarikh dan kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.2 Namun demikian, dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 disebutkan bahwa Standar Isi (SI) madrasah sama dengan Standar Isi (SI) sekolah, sehingga jumlah jam Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dan di madrasah sama dan tidak terdapat mata pelajaran Bahasa Arab. Sedangkan dalam Surat Edaran Dirjen Pendis Nomor 681 tahun 2006 dan disusul oleh Permenag Nomor 2 tahun 2008, jumlah jam Pendidikan Agama Islam (PAI) telah ditambah tetapi secara eksplisit tidak menyebutkan mata pelajaran alQur’an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan sejarah kebudayaan Islam (SKI), dan telah pula ditambahkan mata pelajaran Bahasa Arab. Husni Rahim 3 menawarkan tiga pola untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu: 1. Madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas Islam, seperti yang selama ini. Namun harus berani menterjemahkan kurikulumnya tetap 100% walaupun umum sama dengan sekolah dan khusus sama dengan madrasah. Ini berarti pelajaran umum tidak semua harus diajarkan tatap 2
Departemen Agama, Standar Kompetensi …., h. 1 Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 2005), h. 91-92 3
muka, demikian juga pelajaran agama. Yang diajarkan hanya yang esensial (Mata pelajaran utama sekolah umum itu apa dan materi yang harus dikuasai seberapa). Demikian juga dengan pelajaran agama, tidak semua diajarkan tatap muka. Dengan demikian anak didik dapat lebih berkonsentrasi kepada pelajaran utama sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Dengan cara begini hasil yang didapat akan lebih meningkat dan dapat bersaing fair dengan sekolah. Menghasilkan lulusan yang menguasai pengetahuan umum dengan prima namun sebagai muslim yang baik; 2. Madrasah sebagai lembaga pendidikan keagamaan, di mana fokus utama adalah pelajaran agama. Pelajaran umum hanya sebagai penunjang saja. Dalam hal ini harus diberikan kebhinekaan program antara madrasah sebagai lembaga pendidikan keagamaan. Namun standar umum harus sama dengan sekolah dan madrasah sebagai sekolah umum berciri khas. Menghasilkan lulusan yang menguasai pengetahuan agama yang baik, namun memahami dasar ilmu dan teknologi sebagai pelengkap kehidupan; 3. Madrasah sebagai sekolah kejuruan, dimana fokus pelajaran pada keterampilan hidup (life skill) namun sebagai muslim yang baik. Pola pendidikan mengikuti pola sekolah umum kejuruan dengan prinsip seperti pola madrasah. Respon madrasah beragam, ada yang menerapkan Pendidikan Agama Islam (PAI) secara terpadu, yang di dalamnya terkandung materi al-Qur’anHadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), model ini biasa disebut integrated system. Ada juga yang menerapkan bahwa materi tersebut menjadi mata pelajaran tersendiri. Model ini biasa disebut dengan rumpun PAI/separated system. Integrated system ini diprakasai oleh Prof. Dr. H. Amin Suma, MA (Ketua Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan Propinsi DKI Jakarta periode 2004-2009). Diantara sebab yang melatarbelakangi
metode
ini
sebagaimana
tadi
disebutkan
dalam
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, yaitu adanya pengurangan jam pelajaran, dari 6-8 jam pelajaran menjadi 2-3 jam pelajaran dalam sepekan.Untuk menerapkan model pembelajaran ini, maka mulai diterapkan di
MAN 4 Model Jakarta. Nama pelajaran ini pun berubah dari Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi Studi al-Qur’an/SKI. 4 Alasan integrated system diterapkan di MAN 4 Model Jakarta, karena MAN 4 dianggap sebagai patokan untuk MAN-MAN lainnya di Jakarta. Lalu dimungkinkan pula karena ketua Majelis Guru Musyawarah Pendidikan (MGMP) agama dijabat oleh guru yang mengajar di MAN 4 yaitu, Hj. Kholiyah Thahir, MA dan kebetulan Hj. Kholiyah Thahir, MA sendiri adalah istri dari Prof. Dr. H. Amin Suma, MA. Dengan alasan-alasan tadi sudah cukup mendukung MAN 4 Model Jakarta dijadikan madrasah aliyah pertama yang menerapkan integrated system. Seiring berjalannya waktu, MAN-MAN lain pun mengikuti jejak MAN 4 Model Jakarta, yakni menerapkan model integrated system . Seperti tidak mau ketinggalan dengan MAN yang lain, MAN 13 Jakarta (pecahan MAN 7 Jakarta) juga mengikuti model pembelajaran yang diterapkan pada MAN 4 Model Jakarta. Hal yang berbeda dari kedua MAN ini, kalau MAN 4 Model Jakarta menggunakan pendekatan metode tafsir tahlili5, sedangkan di MAN 13 Jakarta menggunakan pendekatan metode tafsir maudhu’i (tematik)6. Namun sayang, konsep yang ditawarkan oleh Prof. Dr. H. Amin Suma, MA tersebut tidak tuntas. Hal ini ditandai dengan koordinasi antar madrasah kurang berjalan dengan baik dan jarang datangnya Prof. Dr. H. Amin Suma, MA pada pembinaan guru,7 entah itu karena ada halangan atau karena alasan
4
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta, Dokumen Administrasi Kurikulum semester III, VI, dan VIII tahun Pelajaran 2008-2009, (Jakarta: MAN 13 Jakarta, 2009). 5 Tafsir metode tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya sesuai urutan bacaan yang terdapat dalam al-Qur’an mushaf ‘Utsmani. Lih: Azyumardi Azra (Ed), Sejarah dan ‘Ulum alQu’ran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet. k-3, h. 172 6 Secara semantic, al-tafsir al-mawdhu’i berarti tafsir tematis. Metode ini mempunyai dua bentuk: 1) Tafsir yang membahas satu surat al-Qur’an secara meneluruh, memperkenalkan dan menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis besar, dengan cara menghubungkan ayat yang satu dengan ayat yang lain, dan atau antara pokok masalah dengan pokok masalah lain; 2) Tafsir yang menghimpun dan menyusun ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian memberikan penjelasan dan mengambil kesimpulan, di bawah satu bahasan tema tertentu. Lih: Azyumardi Azra (Ed), Sejarah dan ‘Ulum al-Qu’ran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet. k-3, h. 192-193 7 Drs. Pursidi, Wawancara Pribadi, pada tanggal 19 Mei 2009 (Kantor Wakamad Bidang Kurikulum MAN 13 Jakarta)
yang lainnya. Akhirnya model pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di madrasah menjadi tidak jelas arahnya, guru menjadi tidak memahami sepenuhnya konsep yang ditawarkan oleh Prof. Dr. H. Amin Suma, MA. Jadi, dengan masalah-masalah tadi pihak madrasah ada yang mempertahankan model pembelajaran integrated system, ada yang menjalankannya, tapi setengah-setengah, dan ada pula yang kembali ke model pembelajaran separated system. Khusus di MAN 13 Jakarta, sejak tahun 2004 sampai tahun pelajaran 2008/2009 masih menggunakan mata pelajaran Studi al-Qur’an/SKI, namun yang berbeda dari MAN 13 Jakarta ini adalah dalam satu kelas hanya terdapat satu orang guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru dituntut harus mampu mengajarkan semua aspek yang terdapat dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam sepekan, pelajaran ini diberikan selama 4 jam pelajaran. Cara menyampaikan materi dihabiskan per-aspek, lalu pembelajaran dilaksanakan di tempat tersendiri (Ruang Agama/di-moving class-kan). Begitu pula dengan jangka waktu semester, yang biasanya 6 bulan berubah menjadi 4 bulan. Jadi dalam 1 tahun, di MAN 13 Jakarta ini terdapat 3 semester. Dengan demikian semua materi pelajaran (termasuk pula Pendidikan Agama Islam/PAI) dapat dihabiskan dalam kurun waktu 2 tahun. Kalaupun ada pelajaran PAI di kelas XII, porsi belajarnya menjadi 2 jam pelajaran. Sistem pembelajaran empat bulan yang dilakukan MAN 13 Jakarta dilakukan dengan mengaudit Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi
Dasar (KD) yang ringan dan KD yang rendah untuk digabungkan dari dua pertemuan menjadi satu pertemuan. Jadi walaupun belajar hanya empat bulan tapi KD-KD dapat dituntaskan karena guru sudah mengaudit KD-KD pada awal semester. Kelebihan sistem ini, siswa tahun ketiga sudah tidak lagi belajar pelajaran yang tertera dalam kurikulum, tapi fokus belajar Ujian Nasional (UN) dan Ujian Madrasah (UM) (review). Namun kelemahan/kendala yang dihadapi oleh MAN 13 Jakarta, khususnya dalam Pendidikan Agama Islam (PAI), diantaranya: 1) tidak semua guru dapat mengajarkan semua aspek yang
ada dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana dimaklum bahwa biasanya guru hanya mengajar mata pelajaran al-Qur’an-Hadits, Fikih, Akidah-Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI); 2) pendalaman materi menjadi kurang, hal ini dikarenakan kurangnya waktu belajar. Makanya, biasanya guru hanya memberikan materi tanpa memperdalam materi tersebut;
Melihat fenomena di atas, maka penulis menyusun skripsi ini dengan judul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MAN 13 JAKARTA”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah: 1.
Bagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diterapkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta
2.
Berapa besar keefektifan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN)13 Jakarta
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan penulis, baik waktu, tenaga, maupun yang lainnya,
maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
Efektivitas disini adalah efektif dilihat dari sudut pandang proses dan hasil belajar siswa.
2. Perumusan Masalah Setelah masalah diidentifikasi dan dibatasi, maka penulis merumuskan permasalahan ini, “Bagaimana efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta tahun pelajaran 2008-2009?”.
D. Manfaat Penelitian 1.
Untuk mengetahui pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta;
2.
Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta.
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.8 Dari pengertian tadi dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik (guru) hanya menjadi salah satu sumber belajar. Guru bisa berperan sebagai pengajar, pemimpin
kelas,
pembimbing,
pengatur
lingkungan,
partisipan,
9
ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselur.
Dari sekian banyak peranan guru tadi, peranan yang paling penting adalah: 1) demonstrator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai siswa; 2) pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi; 3) mediator dan fasilitator, sebagai mediator hendaknya guru memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan dan menjadi perantara dalam hubungan antarmanusia. Sebagai fasilitator, guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. Evaluator, guru hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.10
8
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2001), cet. ke-12, h. 9 10 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru …., h. 9-12 9
2. Pembelajaran sebagai Suatu Sistem Sistem adalah sesuatu kesatuan yang terdiri dari sub-sub bagian yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri untuk membentuk satu tujuan. Dengan demikian, Atwi Suparman mengatakan: Suatu sistem sekurangkurangnya harus memenuhi empat hal, yaitu: 1) dapat dibagi ke dalam bagian-bagian kecil; 2) setiap bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri; 3) seluruh bagian tersebut melakukan fungsi secara bersama-sama, dan 4) fungsi bersama yang dilakukannya mempunyai suatu tujuan tertentu.11
3. Pendekatan, metode, dan Teknik Pembelajaran a. Pendekatan “Pendekatan merupakan orientasi atau cara memandang terhadap sesuatu karena pendekatan merupakan manifestasi dari falsafah nilai-nilai yang dianutnya dalam menilai sesuatu;”12 perbedaan pendekatan berdampak berbeda pula pada langkah-langkah teknis penerapannya. Berbagai pendekatan ini berkaitan dengan variasinya teori belajar-mengajar. 1) Berkaitan dengan Model Belajar Pendekatan pembelajaran dapat dibedakan antara lain: a) Expository Teaching – Recepting Learning Dalam pendekatan ini pembelajaran berlangsung melalui “penyampaian
materi”
materi
oleh
guru
dan
murid
“menerimanya”. Metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah ceramah. Dalam hal ini, pembelajaran berpusat pada guru.
b) Active Learning (Belajar Aktif)
11
M. Atwi Suparman, Desain Intruksional, (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2001), cet. k-
1, h. 4 12
A. Syafi’i, “Metodologi Pembelajaran PAI”, Workshop Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI pad Madrasah dan Sekolah Umum Tingkat Dasar se-Provinsi DKI Jakarta, (Hotel Griya Astoeti, Cisarua, puncak Bogor, 20 Desember 2003), h. 6, t.d.
Dalam pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada anak didik. Guru bertindak sebagai fasilitator dan menempatkan diri hanya sebagai
salah
satu
sumber
belajar.
Selebihnya
guru
mempasilitasi berbagai situasi, kondisi, dan sarana agar anak didik dapat melakukan aktivitas belajar. c) Interactive Learning Dalam pendekatan ini anak didik dikondisikan belajarnya dalam situasi interaktif. Interaksi dapat berlangsug dua arah atau multi arah; antara guru – siswa – guru dan antar siswa. d) Inquiry – Discovery – Problem Solving Dengan pendekatan ini, anak didik didorong untuk melakukan upaya pencarian, penemuan, dan pemecahan masalah. 13 e) CTL (Contextual Teaching and Learning) “Pembelajaran
kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.”14 2) Berkaitan dengan Pengolahan Kelas Pendekatan ini dapat dibedakan atas: a) Pendekatan klasikal; b) Pendekatan kelompok; c) Pendekatan individu. 15
3) Berkaian dengan Sasaran Belajar
13
A. Syafi’i, “Metodologi Pembelajaran …., h. 7 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik : Konsep, Landasan Teorotis – Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet. ke-1, h. 103 15 A. Syafi’i, “Metodologi Pembelajaran …., h. 8 14
Dalam Pendidikan Agama Islam, pendekatan ini dapat dibedakan atas: a) Pendekatan keimanan, yaitu memberi peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini; b) Pendekatan pengamalan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam kehidupan; c) Pendekatan pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan prilaku yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan; d) Pendekatan emosional, yaitu upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa; e) Pendekatan rasional, usaha memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berabagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya demham prilaku yang baik yang buruk dalam kehidupan duniawi; f) Pendekatan fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah dan tarikh), dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas; g) Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan non-agama serta petugas sekolah lainnya maupun orang
tua
peserta
berkepribadian.
didik,
sebagai
cermin
manusia
yang
16
b. Metode dan Teknik Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara guru mengorganisasi pembelajaran dan cara murid belajar. Metode pembelajaran berkaitan dengan
pendekatan
yang
digunakan,
misalnya
apabila
guru
menggunakan pendekatan “Interactive Learning” maka metode yang digunakan adalah diskusi. Lalu apabila guru menggunakan pendekatan “Expository Teaching” atau ‘Inquiry – Discovery’ maka metode yang digunakan bisa ceramah, pemberian tugas, dan eksperimen. Metode pembelajaran yang dapar digunakan adalah: 1) Ceramah 2) Tanya Jawab 3) Diskusi 4) Driil/latihan 5) Demontrasi/praktik 6) Eksperimen 7) Pemberian tugas dan resitasi 8) Bermain peran (role play); sosiodrama, dan 9) Karya wisata.17 Hubungan antara metode dan kemampuan yang akan dicapai dapat terlihat dari bagan berikut ini:
16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. k-3, h. 170-171 17 A. Syafi’i, “Metodologi Pembelajaran …., h. 8-9. Untuk lebih jelasnya baca juga: M. Basyarudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. ke-1, h. 34-61; H. Martinis Yamin, Sertifkasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), cet. ke-1, h. 154-170; Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), ed. Ke-1, cet. ke-2, h. 289-312; dan Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PMB, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), ed. ke-1, cet. ke-5, h. 39-67.
Tabel 1 Hubungan antara Metode dan Kemampuan yang akan dicapai18
NO
METODE
KEMAMPUAN DALAM TIK/KD
1
Ceramah
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
2
Demontrasi
Melakukan
suatu
keterampilan
berdasarkan
standar prosedur tertentu 3
Penampilan
Melakukan sesuatu keterampilan
4
Diskusi
Menganalisis/memecahkan masalah
5
Latihan dengan teman
Melakukan suatu keterampilan
6
Simulasi
Menjelaskan,
menerapkan,
dan menganalisis
suatu konsep dan prinsip
7
Sumbang Saran
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/konsep, prinsip, dan prosedur tertentu
8
Studi Kasus
Menganalisis/memecahkan masalah
9
Praktikum
Melakukan suatu keterampilan
10
Bermain Peran
Menerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedur
Teknik pembelajaran berkaitan dengan teknik operasional dalam pelaksanaan metode pembelajaran, misalnya bila guru menggunakan metode diskusi maka dapat menggunakan teknik jigsaw, ‘brain storming’, dan diskusi kelompok kecil. Beberapa teknik pembelajaran yang dapat digunakan antara lain: 1) Brainstorming dan elisitasi 2) Diskusi kelompok kecil 3) Power of two 4) Snow balling 5) Poster comment 18
M. Atwi Suparman, Desain Intruksional, h. 186
6) Poster session 7) Card sort 8) Critical incident 9) Jigsaw 10) Everyone is a teacher here 11) Information searth.19
4. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum mengartikan apa itu Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu diartikan apa itu pendidikan. Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan awalan “pe” dan akhiran “kan” yang mengandung arti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.20 Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.21 Untuk lebih mudahnya, ada 4 (empat) kata kunci (keyword) dalam mengartikan pendidikan, yaitu: 1) usaha manusia; 2) sadar; 3) tujuan dewasa; dan 4) perlu dilakukan secara teratur dan sistematis. Dari ke-empat kata kunci tadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha manusia yang dilakukan secara sadar dengan tujuan kedewasaan, dan dilakukan secara teratur dan sistematis.
19
A. Syafi’i, “Metodologi Pembelajaran …., h. 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar …., h. 263 21 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. 20
Dalam khazanah pendidikan Islam terdapat sejumlah istilah yang merujuk langsung pada pengertian pendidikan dan pengajaran seperti tarbiyah, ta’dib, ta’lim, tabyin, dan tadris.22 Bahkan, dalam sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan Hadits, banyak ditemukan perintah yang berkaitan dengan belajar dan berpikir. Kata ‘ilm ( ) dalam Al-Qur’an termasuk yang memiliki frekwensi penyebutan sangat tinggi. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an.23 Sebagai contoh penggunaan kata ( ) dalam al-Qur’an adalah:24
(١١ :' )ا (د... ٍُْاا ْ"َِْ دَرََت#ُْْ وَا ِیَْ اُو%ِْ یََِْ اُ ا ِیَْ اَﻡَُْا ﻡ... “... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... (QS al-Mujadalah/58: 11) Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Kaum beriman dibagi menjdi dua, yaitu sekadar beriman dan beramal saleh dan yang ke dua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini jauh lebih tinggi, karena nilai ilmu yang disandangnya serta amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisa, tulisan maupun keteladanan.25 Istilah Arab yang telah umum dipakai untuk “pendidikan” (Islam) adalah tarbiyah. Penggunaan term tarbiyah dikaitkan dengan kenyataan bahwa Al-Qur’an dan al-Hadits ternyata menggunakan derivasi-derivasi yang dapat dikaitkan dengan kata tarbiyah. Kata tarbiyah dapat dikembalikan kepada tiga kata kerja yang berbeda. 22
H. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnnya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. k-2, h. 11 23 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Madhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 2000) cet. k-11, h. 434 24 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 15, h. 77 25 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah..., h. 80
Pertama, kata raba-yarbu ( َُْ ) رََ – یyang berarti berkembang namayanmu ( ُ َْ) ﻥَ َ – ی. Kedua, rabiya-yarba ( .َََْ – ی-َِ ) رyang bermakna nasya’a, tara’ra’a (tumbuh). Ketiga, rabba-yarubbu ( – رَب
0 ) یَُبyang berarti aslahahu, tawalla amrahu, sasaahu, wa qama ‘alaihi, wa ra’ahu (memperbaiki, bertanggung jawab atasnya, dan memeliharanya atau mendidik).26 Menurut Umar Yusuf Hamzah, seperti yang dikutip oleh Maksum, menyimpulkan bahwa “al-tarbiyah” mempunyai unsurunsur pokok sebagai berikut: 1)
Memelihara fitrah anak dan memantapkannya dengan penuh perhatian;
2)
Menumbuhkan aneka ragam bakat anak dan kesiapannya;
3)
Mengarahkan fitrah dan bakat anak menuju yang lebih baik dan mengupayakan kesempurnaan;
4)
Melakukan itu semua secara bertahap. 27 Term lain yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan
pendidikan Islam adalah al-ta’lim28. Istilah ta’lim memberi pengertian sebagai proses memberi pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah) dari segala kotoran dan menjadikan dirinya dalam kondisi siap untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuimya dan berguna bagi dirinya. Kata selanjutnya yaitu ta’dib29, menurut Muhammad Naquib al-Attas idtilah ini sudah mengandung arti ilmu (pengetahuan), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan (tarbiyah). Istilah lain yang juga diajukan untuk menggambarkan pendidikan Islam adalah tabyin30. Term terakhir ini dikemukakan oleh
26 27 28 29
H. Maksum, Madrasah Sejarah …., h. 12-13 H. Maksum, Madrasah Sejarah …., h. 14 H. Maksum, Madrasah Sejarah …., h. 18 H. Maksum, Madrasah Sejarah …., h. 19
Ismail Raji al-Faruqi dalam karyanya Hijrah. Menurutnya istilah ini digunakan untuk al-Qur’an dalam kaitan tugas untuk mencerahkan manusia dengan kebenaran Ilahi. Sedangkan Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai arti sebagai berikut: 1) “Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta
didik
untuk
mengenal,
memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaram agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.”31 2) Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.32 3) Menurut AD Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepribadian utama ini disebut kepribadian muslim, ialah kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dab bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sumber nilainilai ini adalah al-Qur’an.33
30
H. Maksum, Madrasah Sejarah …., h. 21 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. k-3, h. 130 32 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis …, h. 130 33 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: al-Ma’arif, 1980), cet. k-4, h. 23-24. 31
4) Menurut Zuhairini, pendidikan agam Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan fragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.34 Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani berdasarkan al-Qur’an yang bertujuan membentuk pribadi muslim. Disamping aspek kognitif, aspek afektip dan psikomotorik sangat kental sekali dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam ini. Sholat misalnya, siswa tidak hanya dikasih tentang pengetahuannya saja, tapi juga dibina agar ia menerima nilai bahwa sholat itu wajib dilakukan, serta dibina supaya terampil melakukan sholat. b. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an-Hadits; Akidah-akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan saling melengkapi.35 Al-Qur’an-Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam (kedudukan al-Qur’an dan Hadits berada di atas ijtihad), dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut. Akidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syari’ah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah/fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablu minallah), sesama manusia (hablu minannas), dan dengan makhluk
34
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), cet. k-8, h. 27. 35 Departemen Agama, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetendi Dasar (KD): Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Madrasah Aliyah Umum, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2007), h. 1, t.d.
lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan yang dilandasi oleh akidah. Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur’an-Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan konstekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan
keyakinan/keimanan
yang
benar
serta
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna . Aspek akhlak menekankan pada pembiasan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanankan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Sedangkan aspek tarikh dan kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi,
iptek, dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.36
36
Departemen Agama, Standar Kompetensi …., h. 1
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam Yang menjadi tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian muslim atau insan kamil dengan pola takwa, yaitu terbentuknya
pribadi
yang
beriman,
berakhlak,
berilmu
dan
berketampilan yang senantiasa berupaya mewujudkan dirinya dengan baik secara maksimal guna memperoleh kesempurnaan hidup karena didorong oleh sikap ketakwaan dan penyerahan dirinya kepada Allah swt. agar memperoleh ridho-Nya.37 Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam per-mata pelajaran di Madrasah Aliyah (MA) adalah sebagai berikut: 1) Al-Qur’an-Hadits Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis bertujuan untuk: a) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap al-Qur’an dan Hadis b) Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan c) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan alQur’an dan Hadis yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang al-Qur’an dan Hadis. 38
2) Fikih Mata pelajaran fikih bertujuan untuk: a) Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam 37
M. Alisuh Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. k-1, h. 109-
38
Departemen Agama, Standar Kompetensi …., h. 2
110.
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya. 39
3) Akidah-Akhlak Mata pelajaran akidah-akhlak bertujuan untuk: a) Menumbuhkembangkan
akidah
melalui
pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT; b) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. 40
4) Sejarah Kebudayaan Islam Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam bertujuan untuk: a) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. b) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan c) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. 39 40
Departemen Agama, Standar Kompetensi …., h. 11 Departemen Agama, Standar Kompetensi …., h. 16
d) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. e) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. 41
d. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah Aliyah terbagi menjadi dua
kelompok,
yaitu: 1)
menggunakan metode separated system dan 2) menggunakan metode integrated system. Kelompok
pertama,
yakni
yang
menggunakan
model
pembelajaran separated system. Membagi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kedalam empat mata pelajaran, yakni: 1) al-Qur’anHadits; 2) Akidah-Akhlak; 3) Fikih (syari’ah); dan 4) Tarikh (sejarah) kebudayaan Islam. Kelompok ini juga terbagi dua, ada yang per-mata pelajaran satu orang guru dan dipelajari secara bersama-sama dalam satu minggu. Contoh ini adalah kebanyakan dipakai oleh Madrasahmadrasah pada umumnya. Kelompok yang kedua, materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dihabiskan per-aspek dan diajarkan oleh satu orang guru, disamping itu dalam seminggu hanya empat jam pelajaran (dua kali pertemuan).
41
Departemen Agama, Standar Kompetensi …., h. 22
Sedangkan kelompok kedua, yakni yang menggunakan model pembelajaran integrated system. Integrated system ini diprakasai oleh Prof. Dr. H. Amin Suma, MA. Diantara sebab yang melatarbelakangi metode ini adalah adanya pengurangan jam pelajaran, dari 6-8 jam pelajaran menjadi 2-3 jam pelajaran dalam sepekan.42 Padahal, pelajaran Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima aspek, yaitu: 1) alQur’an-Hadits; 2) Akidah; 3) Akhlak; 4) Fikih; dan 5) Sejarah (Tarikh). Dalam kelompok kedua ini mengusung al-Qur’an al-Karim sebagai sumber utama dan pertama pengajaran dan pembelajaran agama Islam.
43
Madrasah yang pertama-tama menerapkan model ini
adalah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Model Jakarta. Dengan diterapkannya model ini, ada tiga permasalahan. Pertama, dikhawatirkan seorang guru agama akan mengalami kesulitan karena dituntut supaya menguasai berbagai atau malahan semua bidang ilmu agama Islam. Kedua, diduga kuat akan terjadi pengurangan guru agama, mengingat dari guru agama berbagai bidang diubah menjadi satu bidang saja.44 Ketiga, dilihat dari sudut sertifikasi guru, di madrasah terdapat guru mata pelajaran al-Qur’an-Hadits, guru mata pelajaran Fikih, guru mata pelajaran Akidah-Akhlak, dan guru sejarah kebudayaan Islam (SKI). Bukan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam. Guna mengatasi salah satu
persoalan diatas, memang
diperlukan atau tepatnya memerlukan guru-guru agama yang menguasai ilmu-ilmu agama Islam dan keagamaan yang luas dan bersifat
integratif
dan
keterampilan
metode
mengajar
dan
42 Muhammad Amin Suma dan Kholiyah Thahir, “Penguatan Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam Melalui Metode Integrated Khas Qur’ani”, AKRAB, XXXVIII, 304 (Oktober, 2008), h. 33 43 Muhammad Amin Suma dan Kholiyah Thahir, “Penguatan Pendidikan …., (Oktober, 2008), h. 34 44 Muhammad Amin Suma dan Kholiyah Thahir, “Penguatan Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam Melalui Metode Integrated Khas Qur’ani”, AKRAB, XXXIX, 305 (November, 2008), h. 35
pembelajaran. Disinilah terletak arti penting dari mutlak diadakannya penataran atau pendidikan khusus metode integrated oleh pihak berwenang dan pihak terkait dalam hal ini Departemen Agama dan atau Kantor Wilayah Departemen Agama di satu pihak, dengan pihak madrasah/sekolah dan perguruan tinggi (tenaga ahli) di pihak lain.45
B. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Efektivitas Efektivitas berasal dari bahasa Inggris effective yang mempunyai arti: berhasil; tepat; dan manjur.46 Kata efektif juga mempunyai arti: 1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2) manjur atau mujarab; 3) dapat membawa hasil; berhasil guna (tt usaha, tindakan); mangkus; 4) mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan).47 Sedangkan
efektivitas
diartikan
dengan
menunjukkan
taraf
tercapainya suatu tujuan. Dengan kata lain bahwa sesuatu dapat dikatakan efektif kalau usaha tersebut mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti tercapainya usaha tersebut seperti 60 % efektif mencapai tujuan “x” dan lain sebagainya. Sebagai contoh, di kelas A seorang guru mengajarkan materi tentang hukum alif lam (al-Qamariyah dan al-Syamsiyah) dengan metode ceramah dan di kelas B mengajarkannya dengan metode driil. Setelah diadakan evaluasi, ternyata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode driil jauh lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan
45
Muhammad Amin Suma dan Kholiyah Thahir, “Penguatan Pendidikan …., (November, 2008), h. 35 46 Edwin, Kamus Progress, (Surabaya: Alumni Surabaya, t.t), h. 82 47 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), ed. k-3, cet. k-3, h. 284
metode ceramah. Rata-rata siswa yang diajarkan dengan metode driil mendapatkan nilai 80, sedangkan dengan metode ceramah mendapatkan nilai 60. Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam mengajarkan materi hukum alif lam lebih efektif menggunakan metode driil daripada memakai metode ceramah. Tetapi, metode driil juga harus diselingi dengan ceramah juga, karena metode ceramah merupakan ”nenek moyang” metode yang lainnya.
2. Bagaimana Pembelajaran yang Efektif Ketika akan membahas tentang bagaimana pembelajaran yang efektif, alangkah lebih baiknya dibahas terlebih dahulu tentang standar proses pembelajaran. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.48 Gambaran tentang standar proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. 1) Silabus Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi 48
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah , (Jakarta: 2007)
pembelajaran,
kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.49 Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah: a) 49
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas,
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. …..,
semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. b)
Standar kompetensi, merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
c)
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik•dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
d)
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi
untuk
menunjukkan
ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. e)
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
f)
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
g)
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
h)
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai
pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.50 i)
Kegiatan pembelajaran 1. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 2. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran
menyenangkan,
dilakukan
menantang,
secara
memotivasi
interaktif, peserta
inspiratif,
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.51
j) Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. k) Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran 50 51
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 …., Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 ….,
1) Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran a. Rombongan Belajar Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah: 1. SD/MI
: 28 peserta didik
2. SMP/MTs
: 32 peserta didik
3. SMA/MA
: 32 peserta didik
4. SMK/MAK : 32 peserta didik52
b. Beban Kerja Minimal Guru 1. beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan; 2. beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
c. Buku Teks Pelajaran 1. buku
teks
pelajaran
yang
akan
digunakan
oleh
se-
kolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri; 2. rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran; 3. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya; 52
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 ….,
4. guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.53
d. Pengelolaan Kelas 1. guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan; 2. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik; 3. tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik; 4. guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik; 5. guru
menciptakan
keselamatan,
ketertiban,
dan
keputusan
kedisiplinan, pada
kenyamanan,
peraturan
dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran; 6. guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung; 7. guru menghargai pendapat peserta didik; 8. guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; 9. pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan 10. guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. 2) Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.54 a) Kegiatan Pendahuluan 53 54
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 …., Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 ….,
Dalam kegiatan pendahuluan, guru: 1. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; 2. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; 3. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; 4. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus. b) Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD
menyenangkan,
yang
dilakukan
menantang,
secara
memotivasi
interaktif, peserta
inspiratif,
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; b. menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain; c. memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; d. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
e. memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.55
2. Elaborasi Dalarn kegiatan elaborasi, guru: a. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; b. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; c. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; d. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif; e. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; f. rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; g. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun kelompok; h. memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; i. memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
yang 56
3. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik, 55 56
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 …., Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 ….,
b. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, c. memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, d. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: e. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; f. membantu menyelesaikan masalah; g. memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil eksplorasi; h. memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh; i. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.57
c) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: 1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; 2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; 3. memberikan
umpan
balik
terhadap
proses
dan
hasil
pembelajaran; 4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; 5. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 58 57 58
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 …., Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 ….,
c. Penilaian Hasil Belajar Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai hahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofoiio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. d. Pengawasan Proses Pembelajaran 1) Pemantauan a) Pemantauan
proses
pembelajaran
dilakukan
pada
tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. b) Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi. c) Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan59
2) Supervisi a) Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. b) Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. c) Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
3) Evaluasi 59
Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 ….,
a) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas
pembelajaran
secara
keseluruhan,
mencakup
tahap
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. b) Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: 1. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, 2. mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. c) Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran
4) Pelaporan Hasil
kegiatan
pemantauan,
supervisi,
dan
evaluasi
proses
pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
5) Tindak Lanjut a) Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar. b) Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar. c) Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran Iebih lanjut.
3. PAIKEM sebagai Pembelajaran yang Efektif Dewasa ini dunia pendidikan kita lagi dipopulerkan dengan istilah PAIKEM. PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovatif dimaksudkan guru harus mengarah kepada pembaharuan (perbaikan dan pengembangan). Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar
yang
menyenangkan
sehingga
siswa
memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAIKEM adalah sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran adalah proses belajar mengajar. Pembelajaran paling sedikit terdiri dari empat komponen, yaitu: 1) tujuan; 2) starategi; 3) materi; dan 4) evaluasi. Tujuan merupakan hasil belajar yang hendak dicapai melauli proses pembelajaran yang berupa sejumlah pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai, serta keterampilan. Tujuan dirumuskan dalam bentuk kata kerja operasinal. Materi atau bahan ajar berisi sejumlah pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai yang hendak ditransfer dan ditransformasikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditatapkan. Starategi adalah pendekatan, metode, teknik, dan seluruh prosedur mempersiapkan bahan ajar serta suasana yang diciptakan oleh guru bersama peserta didik untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Stategi tidak hanya diharapkan dapat mengantarkan bahan ajar samapai pada tujuan, tetapi pencapaian itu harus efektif. Evaluasi atau penilaian merupakan bentuk pengukuran terhadap pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan. Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 disebutkan bahwa Standar Isi (SI) madrasah sama dengan Standar Isi (SI) sekolah, sehingga jumlah jam Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dan di madrasah sama dan tidak terdapat mata pelajaran Bahasa Arab. Sedangkan dalam Surat Edaran Dirjen Pendis Nomor 681 tahun 2006 dan disusul oleh Permenag Nomor 2 tahun 2008, jumlah jam Pendidikan Agama Islam (PAI) telah ditambah tetapi secara eksplisit tidak menyebutkan mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan sejarah kebudayaan Islam (SKI), dan telah pula ditambahkan mata pelajaran Bahasa Arab. Respon madrasah beragam, ada yang menerapkan Pendidikan Agama Islam (PAI) secara terpadu, yang di dalamnya terkandung materi Al-Qur’an-
Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan sejarah kebudayaan Islam (SKI), model ini biasa disebut integrated system. Ada juga yang menerapkan bahwa materi tersebut menjadi mata pelajaran tersendiri. Model ini biasa disebut dengan rumpun PAI/separated system. Diantara kedua model diatas, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta memilih model sendiri,
yakni dengan menggunakan model
pembelajaran integrated system, namun di dalamnya tetap mengajarkan mata pelajaran layaknya pembelajaran separated sysyem. Namun perbedaannya adalah materi dihabiskan per-aspek, per-aspek diajarkan oleh guru yang sama, dan waktu satu semester berubah dari enam bulan menjadi hanya empat bulan. Sistem pembelajaran empat bulan yang dilakukan MAN 13 Jakarta dilakukan dengan mengaudit Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi
Dasar (KD) yang ringan dan KD yang rendah untuk digabungkan dari dua pertemuan menjadi satu pertemuan. Jadi walaupun belajar hanya empat bulan tapi KD-KD dapat dituntaskan karena guru sudah mengaudit KD-KD pada awal semester. Inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh MAN 13 Jakarta seyogyanya bersifat efektif, karena logikanya suatu institusi merubah suatu sistem karena menganggap bahwa sistem yang mereka lakukan lebih efektif daripada sistem yang ada.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional 1. Efektivitas adalah petunjuk taraf tercapainya suatu tujuan; 2. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar; 3. Pendidikan agama Islam adalah kumpulan dari mata pelajaran al-Qur’anHadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
B. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini menggunakan dua variable yaitu variabel proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Variable proses terdiri dari: metode, sikap dan respon siswa, waktu, materi, media, dan evaluasi. Sedangkan variable hasil terdiri dari nilai dan pandangan siswa. Tabel 2 Kisi-kisi Angket NO
ASPEK
1
Proses
INDIKATOR
NOMOR SOAL
KET
Metode
12, 13, 15, dan 16
+
Sikap dan Respon Siswa
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
+
8, 10, dan 20
+
Waktu
21
+
Materi
11 dan 13
- dan +
Media
14
+
17, 18, dan 19
+
Evaluasi 2
Hasil
Nilai
C. Tujuan Penelitian
9
1. Untuk mengetahui pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta; 2. Untuk menetahui keefektifan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta?
D. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta yang beralamat di Jalan Syukur Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan
Telepon:
(021)
www.man13-jkt.sch.id
78886355
e-mail:
Fax.
(021)
78880805
[email protected].
Adapun
Website: waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-November 2009.
E. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang di gunakan dalam penulisan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif (Descriptive Research). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran jelas dan akurat tentang material atau fenomena yang sedang diselidiki.60 Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam, maka penulis menggunakan angket.
F. Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta cirri-ciri yang telah ditetapkan.61 Adapun populasi disini adalah siswa-siswi kelas XI MAN 13 Jakarta yang berjumlah 222 siswa.
60
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996). Cet. Ke-1, h. 274. 61 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), cet. k-3, h. 325
Sampel adalah bagian dari populasi. 62 Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling, yaitu kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk menjadi sample.63 Adapun jenisnya adalah sampling acakan dengan purposive, yaitu dengan mengambil sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Adapun jumlah sampel yang diambil, penulis mengambil pendapat Suharsini,
menurut
Suharsini apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Namun jika jumlahnya besar (lebih dari 100) dapat di ambil antara 10-15% atau 2025%. Pilihan penulis jatuh kepada 25% dari 222 = 55,5. Karena manusia tidak ada yang setengah maka jumlah sample yang diambil sebanyak 56 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Perhitungan Sampling Kelas
Jumlah
Sampel
IPS
98
19
IPA
64
18
Bahasa
60
18
Jumlah
222
56
Selain memberikan angket kepada siswa, penelitian ini juga dilengkapi dengan wawancara kepada Wakamad Bidang Kurikulum dan guru bidang Studi Pendidikan Agama Islam.
G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.64 62 63
Moh. Nazir, Metode Penelitian, h. 325 S. Nasution, Metode Research : Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. k-
1, h. 86 64
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003) cet. k-4, h. 54
2. Wawancara, yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.65
Wawancara sendiri berlangsung di MAN 13 Jakarta.
Sedangkan orang yang diwawancarai adalah Drs. Pursidi (Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum) dan Komalawati, S.Ag (Guru Bidang Studi pendidikan agama Islam/PAI). 3. Angket, yaitu daftar pertanyaan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui pos atau perantara).66 Dalam skripsi ini angket yang digunakan adalah secara langsung, yakni datang langsung ke MAN 13 untuk membagikan kepada siswa-siswa. 4. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumendokumen.67
H. Pengelolaan dan analisa data Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam dengan prestasi balajar pendidikan agama Islam di MAN 13 Jakarta, penulis menggunakan teknik analisis data sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif Analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya jawaban angket dari responden, rumus yang penulis gunakan adalah rumus statistik persentase yaitu:
P = f/N x 100 % Ket : P = Angket persentase F = Frekuensi jawaban N = Jumlah sampel responden Untuk mengetahui proses pembelajaran pendidikan agama Islam dinilai dengan skor rating scale dan prestasi belajar pendidikan agama
65 66 67
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian …., h. 57-58 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian …., h. 60 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian …., h. 73
Islam siswa sesuai dengan nilai raport semester 2 , maka dibuatlah klasifikasi sebagai berikut :
Tabel 4 Klasifikasi Angket proses pembelajaran untuk pertanyaan yang positif
No
Skor
Keterangan
1.
1
Rendah
2.
2
Cukup
3.
3
Baik
4.
4
Baik sekali
No. Soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, , 10, , 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, dan 21
Tabel 5 Klasifikasi Angket proses pembelajaran untuk pertanyaan yang negatif
No
Skor
Keterangan
1.
4
Rendah
2.
3
Cukup
3.
2
Baik
4.
1
Baik sekali
Tabel 6 Klasifikasi prestasi belajar PAI siswa
No. Soal
11
No
Skor
Keterangan
1.
>75
Cukup
2.
76-80
Baik
3.
81-90
Baik sekali
4.
<91
Istimewa
No. Soal
9
2. Analisis Kualitatif Analisis ini menggunakan teori efektivitas pembelajaran dengan dua parameter yaitu: proses dan hasil. Proses terdiri dari: metode, sikap dan respon siswa, waktu, materi, media, dan evaluasi. Sedangkan variabel hasil terdiri dari nilai dan pandangan siswa.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta 1. Kondisi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta a. Lingkungan Sosial Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta berlokasi di jalan Syukur Lenteng Agung Jagakarsa Jakarta Selatan. Semula madrasah ini merupakan madrasah jauh (Kampus B) dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 7 Jakarta yang berlokasi di Srengseng Sawah. Kemudian dengan surat keputusan Menteri Agama RI Nomor 558 tanggal 30 Desember tentang Penegerian 250 Madrasah Aliyah. Maka akhirnya madrasah ini dinegerikan menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Lenteng Agung. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta berada di wilayah Jakarta Selatan yang berada di perbatasan antara kota Jakarta dan kota Depok. Oleh karena itu, peserta didik yang belajar di MAN 13 ini bukan hanya berasal dari warga Jakarta, tapi juga banyak peserta didik yang berasal dari warga kota Depok. Transportasi menuju ke MAN 13 Jakarta terbilang mudah, karena berada di wilayah jalan raya Pasar Minggu – Depok. Jadi banyak sekali trayek jurusan kendarann umum, misalnya peserta didik bisa memilih angkutan jurusan Lebak Bulus – Depok maupun Pasar Minggu – Depok.
b. Lingkungan Fisik 1) Tanah dan Halaman
Tanah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta adalah milik Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta dengan status hak pakai. Luas areal seluruhnya 6.500 m2. sekitar madrasah dikelilingi oleh pagar setinggi 2,5 m. Tabel 7 Keadaan Tanah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta Status Tanah
:
Pemda DKI status hak pakai
Luas Tanah
:
6.500 m2
Luas Bangunan
:
5.086 m2
2) Gedung Madrasah Fasilitas gedung yang dimiliki Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta: a) Tiga gedung berlantai tiga dengan kapasitas masing-masing gedung 12 ruangan; b) Dua gedung berlantai satu untuk bidang keterampilan Tata Busana dan Elektronika Komputer; c) Satu gedung berlantai dua untuk ruang Bimbingan dan Konseling (BK), Unit Kesehatan Siswa (UKS), dan ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS); d) Masjid rencana tiga lantai namun baru selesai sampai dua lantai. Adapun rincian sarana yang dimiliki Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta antara lain: a) Fasilitas Belajar
Tabel 8 Fasilitas Belajar No 1
Jenis Fasilitas Ruang Kelas
Jumlah
Keterangan
23
-
2
Ruang Kepala
1
-
3
Ruang Tata Usaha
1
-
4
Ruang Wakil Kepala
3
-
5
Ruang Laboratorium a. IPA
2
-
b. Bahasa
1
-
c. Komputer
1
-
6
Ruang Keterampilan
3
-
7
Ruang BK
1
-
8
Ruang Perpustakaan
2
-
9
Ruang UKS
1
-
b) Fasilitas Umum Tabel 9 Fasilitas Umum No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Keterangan
1
Lapangan Olah Raga
1
-
2
Kamar Mandi/Toilet Siswa
30
-
3
Kantin
8
-
4
Toko Koperasi
1
-
5
Klinik Madrasah
1
-
6
Ruang Internet
1
-
7
Ruang Multimedia
1
-
2. Visi, Misi, dan Moto Madrasah a. Visi: Lembaga pendidikan pembentuk pribadi muslim yang berakhlak al-karimah, cerdas, sehat, terampil, dan mandiri;
b. Misi: 1) Akademik, a) menumbuhkembangkan potensi prilaku islami melalui penerapan dan penegakkan ajaran Islam; b) menyelenggarakan pendidikan tingkat menengah berciri khas Islam yang berorientasi kepada nilai kebenaran, sosial, etika, dan estetika. 2) Non Akademik, menumbuhkembangkan mental wirausaha melalui kegiatan-kegiatan kewirausahaan yang halal; c. Moto: Peduli, Berbagi, dan dipercaya.
3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Jumlah seluruh guru atau tenaga pendidik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta sebanyak 62 orang, terdiri dari 37 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 25 orang tenaga honorer. Sedangkan tenaga kependidikan (Tata Usaha/TU) sebanyak 26 orang, terdiri dari 13 orang PNS dan 12 orang honorer. Adapun kepala madrasah yang pernah bertugas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta adalah sebagai berikut: Tabel 10 Nama-nama Kepala Madrasah NO
NAMA
PERIODE TUGAS
1
Dra. Hj. Isnadiar Dekok, MM
2004 s/d. 2008
2
Dra. Hj. Jusniwaty Latief, M.Pd
2008 s/d. sekarang
Kalau dilihat dari nama kepala madrasah, maka kita akan bertanya-tanya mengapa kepala madrasah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta semuanya perempuan. Jawabannya adalah karena sebagian besar tenaga pendidik di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta adalah perempuan. Perbandingan tenaga pendidik antara perempuan dan laki-lakinya 60% (42 orang) : 40% (20 orang). Perbedaan inilah yang menjadi alasan kepala madrasah disini dijabat oleh perempuan.
4. Keadaan Siswa
Jumlah siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta sebanyak 675 orang, terdiri dari 221 orang kelas X (sepuluh), 222 orang kelas XI (sebelas), dan 232 orang kelas XII (dua belas). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan di bawah ini: Tabel 11 Jumlah Siswa NO 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
JENIS KELAMIN LK PR JML 11 20 31 12 19 31 23 39 65 15 18 33 1–C 14 17 31 1–D PROGRAM X UMUM 29 35 64 21 11 32 1–E 18 13 31 1–F 15 17 32 1–G 54 41 95 JUMLAH KELAS X 106 115 221 14 13 27 BHS ARAB BHS ARAB 15 18 33 BHS JPG BHS JPG JML BAHASA 29 31 60 8 19 27 IPA – A IPA 12 25 37 IPA – B XII JML IPA 20 44 64 13 11 24 IPS – A IPS 20 19 39 IPS – B 20 15 35 IPS – C JML IPS 53 45 98 JUMLAH KELAS XI 102 120 222 12 25 37 BHS ARAB BHS ARAB 16 16 32 BHS JPG BHS JPG JML BAHASA 28 41 69 9 18 27 IPA – A IPA 17 23 40 IPA – B XII JML IPA 26 41 67 IPS – A 15 12 27 IPS 17 17 34 IPS – B 16 19 35 IPS – C JML IPS 48 48 96 JUMLAH KELAS XII 102 130 232 JUMLAH SELURUHNYA 310 365 675 NAMA KELAS 1–A 1–B
KELAS
PROGRAM
5. Prestasi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta Pada tahun pelajaran 2008-2009 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta telah dianugrahi dua prestasi besar, yaitu: a) Akreditasi dengan standar SSN MAN 13 memperoleh nilai A pada tahun 2008; b) Juara 1 lomba Madrasah berprestasi Tingkat Nasional tahun 2008. Adapun prestasi peserta didik tahun ajaran 2008-2009, diantaranya sebagai berikut: a) Akademik Tabel 12 Prestasi Akademik NO
PRESTASI Finalis (salah satu
1
sekolah
yang mewakili provinsi DKI Jakarta)
KEGIATAN Olimpiade
TINGKAT
TAHUN
Nasional
2008
Nasional
2008
Nasional
2008
Sains
Nasional di Makasar Sul-Sel antar pelajar SMA/MA se-Indonesia Lomba ide kreatif antar
2
Juara 1
pelajar SMA/MA seIndonesia Lomba Cerdas Cermat
3
Juara 3
UUD
1945
Tingkat
SLTA se-Indonesia Lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR) bidang 4
Juara 3
IPS antar pelajar MA se-Pulau
Jawa
yang
diadakan oleh Litbang Depag RI
Se-Pulau Jawa
2008
Lomba 5
Juara 1
KIR
Rekayasa
bidang
Teknologi
Provinsi
antar Pelajar MA se- DKI Jakarta
2008
Provinsi DKI Jakarta 6
Juara 2
Cerdas Cermat Nihon Bunka Matsuri Fahmil
7
Juara 3
DKI Jakarta Qur’an
Kompetensi Madrasah Aliyah DKI Lomba
8
Juara 1
IPS
KIR
Provinsi DKI Jakarta
2008
2008
bidang
antar
SMA/MA
Provinsi
pelajar se-Jakarta
Se-Jakarta Selatan
2008
Selatan Lomba
9
Juara 1
KIR
bidang
Rekayasa
Teknologi
antar
SMA/MA
(perorangan)
Jakarta
Se-Jakarta Selatan
07062009
Selatan Lomba
10
Juara 1
KIR
bidang
Rekayasa
Teknologi
antar
SMA/MA
(kelompok)
Jakarta
Se-Jakarta Selatan
07062009
Selatan Lomba
11
Juara 1
KIR
bidang
IPA antar SMA/MA
Se-Kanwil
(perorangan)
Prov. DKI
Kanwil
Tingkat
Depag
DKI
26062009
Jakarta
Jakarta 12
Juara 1
Lomba IPA
KIR
bidang
antar SMA/MA
DKI Jakarta 02072009
(perorangan)
tingkat
Provinsi Jakarta Lomba 13
Juara 2
IPS
KIR
bidang
antar SMA/MA
(kelompok)
tingkat
DKI Jakarta 02072009
Provinsi Jakarta Lomba 14
Juara 3
IPS
KIR
bidang
antar SMA/MA
(perorangan)
tingkat
DKI Jakarta 02072009
Provinsi Jakarta
b) Non Akademik Tabel 13 Prestasi Non-akademik NO
PRESTASI
1
Juara 1
2
Juara 2
KEGIATAN
TINGKAT
3 on 3 Basket di
Provinsi
SMAN 49
DKI Jakarta
Lomba Pencak Silat Lomba Pidato Bahasa
3
Juara 2
Inggris
Kompetensi
Madrasah Aliyah
Provinsi DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta
TAHUN 2008
2008
2008
Lomba PBB tingkat Sekolah 4
Juara Harapan 1
Menengah
Umum/SMK Rangka
dalam Hari
Provinsi DKI Jakarta
2008
Pahlawan FPP-JS
B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta berbeda dengan madrasah aliyah (baik negeri maupun swasta) pada umumnya. Sejak tahun 2004 sampai tahun pelajaran 2008/2009 MAN 13 menggunakan nama bagi bidang studi Pendidikan Agama Islam dibingkai dengan nama Studi al-Qur’an/SKI. Proses pembelajaran di MAN 13 Jakarta ini adalah dalam satu kelas hanya terdapat satu orang guru bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru dituntut harus mampu mengajarkan semua aspek yang terdapat dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)- al-Qur’an-Hadis, Akidah-Akhlak, fikih, dan Sejarah-. Dalam sepekan, pelajaran ini diberikan selama 4 jam pelajaran. Materi dihabiskan per-aspek, pembelajaran agama di-moving class-kan, begitu pula dengan jangka waktu semester, yang biasanya 6 bulan berubah menjadi 4 bulan. Jadi dalam 1 tahun, di MAN 13 Jakarta ini terdapat 3 semester. Dengan demikian semua materi pelajaran (termasuk pula Pendidikan Agama Islam/PAI) dapat dihabiskan dalam kurun waktu 2 tahun. Kalaupun ada pelajaran PAI di kelas XII, porsi belajarnya menjadi 2 jam pelajaran. Sistem pembelajaran empat bulan yang dilakukan MAN 13 Jakarta dilakukan dengan mengaudit Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi
Dasar (KD) yang ringan dan KD yang rendah untuk digabungkan dari dua pertemuan menjadi satu pertemuan. Jadi walaupun belajar hanya empat bulan tapi KD-KD dapat dituntaskan karena guru sudah mengaudit KD-KD pada awal semester. Kelebihan sistem ini, siswa tahun ketiga sudah tidak lagi belajar pelajaran yang tertera dalam kurikulum, tapi fokus belajar Ujian Nasional (UN) dan Ujian Madrasah (UM) (review). Namun kelemahan/kendala yang dihadapi oleh MAN 13 Jakarta, khususnya dalam Pendidikan Agama Islam (PAI), diantaranya: 1) tidak semua guru dapat mengajarkan semua aspek yang ada dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana dimaklum bahwa biasanya guru hanya mengajar mata pelajaran al-Qur’an-Hadits, Fikih, Akidah-Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI); 2) pendalaman materi
menjadi kurang, hal ini dikarenakan kurangnya waktu belajar. Makanya, biasanya guru hanya memberikan materi tanpa memperdalam materi tersebut. Selain kedua masalah di atas, ada juga permasalahan yang muncul. Bagaimana dengan jumlah jam mengajar guru? Apakah dengan model pembelajaran tadi beban mengajar guru menjadi berkurang? Kalau berkurang, bagaimana pihak madrasah mensiasatinya?. Dalam undang-undang telah diamanatkan bahwa guru sekurang-kurangnya mengajar selama 24 jam tatap muka dalam satu minggu. Sebagai contoh, Drs. Mastur, M.Pd beliau adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di kelas XII A-B Bahasa (4 jam pelajaran), XI B IPA (4 jam pelajaran), dan kelas XII B IPA (2 jam pelajaran). Jadi bila dijumlah keseluruhan adalah sebanyak 10 jam pelajaran dalam sepekan. Bila dilihat dari jumlah jam mengajar guru tadi terlihat adanya kekurangan jumlah jam mengajar, tetapi ternyata Drs. Mastur, M.Pd ini, selain sebagai seorang guru juga sebagai Waka. Kesiswaan. Contoh kedua, Komalawati, S.Ag beliau adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di kelas XI B-C IPS (8 jam pelajaran) dan kelas XII B-C (4 jam pelajaran). Jadi bila dijumlah keseluruhan adalah sebanyak 12 jam pelajaran. Sebagaimana Drs. Mastur, M.Pd, Komalawati, S.Ag juga mempunyai jabatan lain, yakni Ketua Program IPS. Contoh ketiga, Rofa’ah, S.Ag beliau adalah guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di kelas X A IPA (4 jam pelajaran), XI A IPA (4 jam pelajaran), XII A IPA (2 jam pelajaran), X A IPS (4 jam pelajaran), XI A IPS (4 jam pelajaran), dan XII A IPS (2 jam pelajaran). Jadi bila dijumlah keseluruhan adalah sebanyak 20 jam pelajaran.
C. Deskripsi Data
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya salah satu tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada para siswa. Angket ini disebarkan kepada 56 responden yang terpilih secara acak sebagai sample. Kemudian data yang diperoleh melalui angket tersebut diolah dalam bentuk table distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P=f/N x 100 % Ket:
P = Angket presentase F = frekuensi jawaban N = jumlah sample responden
Berikut ini akan dibahas satu persatu angket yang telah di berikan kepada siswa: Tabel 14 Saya senang belajar Pendidikan Agama Islam (Studi al-Qur’an/SKI)
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Sangat Setuju
21
38%
2
Setuju
35
62%
3
Tidak Setuju
-
-
4
Sangat Tidak Setuju
-
-
56
100%
JUMLAH
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas siswa senang belajar Pendidikan Agama Islam. mereka menjawab sangat setuju 21 siswa (38%) dan setuju sebanyak 35 siswa (62%).
Tabel 15 Bidang studi Pendidikan Agama Islam (Studi al-Qur’an/SKI) dibagi menjadi mata pelajaran al-Qur’an-Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan SKI
ALTERNATIF
NO
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Sangat Setuju
20
36%
2
Setuju
31
55%
3
Tidak Setuju
4
7%
4
Sangat Tidak Setuju
1
2%
JUMLAH
56
100%
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa lebih setuju kalau Pendidikan Agama Islam dibagi menjadi mata pelajaran al-Qur’an Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini dapat dilihat table di atas, siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 20 siswa (36%), setuju 31 siswa(55%), tidak setuju 4 siswa (7%), dan sangat tidak setuju 1 (2%).
Tabel 16 Bidang studi al-Qur’an/SKI di-moving class-kan
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Sangat Setuju
11
19%
2
Setuju
31
55%
3
Tidak Setuju
12
21%
4
Sangat Tidak Setuju
3
5%
JUMLAH
56
100%
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas siswa setuju Pendidikan Agama Islam di-moving class-kan. Pembelajaran dengan moving class dapat membuat anak lebih menghayati pelajaran. Karena kelas sudah disetting sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Dari pertanyaanpertanyaan yang diajukan, 11 siswa menjawab sangat setuju (19%), 31 siswa menjawab setuju (55%), 12 siswa menjawab tidak setuju (21%), dan 3 siswa menjawab sangat tidak setuju (5%).
Tabel 17 Bidang studi al-Qur’an dihabiskan per-aspek
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Sangat Setuju
11
20%
2
Setuju
42
75%
3
Tidak Setuju
3
5%
4
Sangat Tidak Setuju
-
-
56
100%
JUMLAH
Siswa mayoritas setuju Pendidikan Agama Islam dihabiskan per-aspek. Hal ini dapat terlihat dari siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 11 siswa (20%), setuju 42 siswa (75%), tidak setuju 3 siswa (5%), sangat tidak setuju tidak ada yang menjawab (0%). Dari data ini dapat dikatakan bahwa siswa tidak keberatan/terbebani bila Pendidikan Agama Islam dihabiskan peraspek.
Tabel 18 Belajar bidang studi al-Qur’an/SKI sebanyak empat jam pelajaran dalam sepekan termasuk sudah cukup
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Sangat Setuju
4
7%
2
Setuju
35
63%
3
Tidak Setuju
16
28%
4
Sangat Tidak Setuju
1
2%
JUMLAH
56
100%
Mayoritas siswa menjawab setuju, 4 siswa menjawab sangat setuju (7%), 35 siswa menjawab setuju (63%), 16 siswa menjawab tidak setuju (28%), dan 1 orang menjawab sangat tidak setuju (2%). Menurut hemat penulis, siswa yang menjawab sangat setuju/setuju beralasan bahwa sudah cukup belajar Pendidikan Agama Islam sebanyak empat jam pelajaran bila dibandingkan dengan sekolah (2 jam pelajaran). Namun sebaliknya, bila dibandingkan dengan madrasah yang biasa, maka siswa akan menjawab tidak setuju/sangat tidak setuju (6-8 jam pelajaran). Tabel 19 Sebelum belajar studi al-Qur’an, belajar terlebih dahulu di rumah NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
1
2%
2
Sering
12
21%
3
Pernah
37
66%
4
Tidak Pernah
6
11%
56
100%
JUMLAH
Belajar di rumah merupakan kebiasan yang harus dilakukan oleh seorang siswa, dengan demikian ketika pelajaran dimulai siswa sudah punya
gambaran/apersepsi tentang bahan pelajaran yang akan dipelajari. Namun, siswa mayoritas menjawab pernah belajar terlebih dahulu di rumah, yaitu 37 siswa (66%), 1 siswa menjawab selalu (2%), 12 siswa menjawab sering (21%), dan 6 siswa menjawab tidak pernah (11%). Tabel 20 Setelah belajar di sekolah, pelajaran diulangi lagi di rumah NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
1
2%
2
Sering
5
9%
3
Pernah
47
84%
4
Tidak Pernah
3
5%
56
100%
JUMLAH
Sebagaimana belajar di rumah sebelum belajar di madrasah, belajar kembali di rumah merupakan kebiasaan yang baik. Hal ini dapat membuat materi pelajaran yang telah dipelajari semakin melekat di ingatan siswa. Karena, minimal siswa sudah mengulang materi pelajaran sebanyak 3 kali, yaitu sebelum belajar, ketika belajar, dan setelah belajar. Namun siswa lagilagi mayoritas menjawab pernah, yaitu 47 siswa (84%), 1 siswa menjawab selalu (2%), 5 siswa menjawab selalu (9%), dan 3 siswa menjawab tidak pernah (5%). Tabel 21 Setiap aspek (al-Qur’an-Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan SKI) diajarkan oleh guru yang berbeda NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Sangat Setuju
12
21%
2
Setuju
33
59%
3
Tidak Setuju
9
16%
4
Sangat Tidak Setuju
2
4%
JUMLAH
56
100%
Mayoritas siswa setuju kalau setiap aspek Pendidikan Agama Islam diajarkan oleh guru yang berbeda. Hal ini bisa terlihat dari tanggapan siswa, 12 siswa menjawab sangat setuju (21%), 33 siswa menjawab setuju (59%), 9 siswa menjawab tidak setuju (16%) dan 2 siswa menjawab sangat tidak setuju (4%). Masalah ini dapat dilihat dari dua aspek: Pertama, siswa akan merasa bosan bila guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam hanya satu orang saja, padahal Pendidikan Agama Islam terdiri dari aspek al-Qur’an-Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI); Kedua, bila dilihat dari kompetensi guru itu sendiri, biasanya guru hanya mempunyai keahlian dalam satu matu pelajaran, misalnya guru A biasa mengajar Fikih, dimungkinkan ia akan mengalami kendala apabila mengajarkan pelajaran sejarah, karena dua pelajaran tadi mempunyai cara pendekatan yang berbeda. Selain itu, pada masalah sertifikasi guru, di madrasah sendiri tidak terdapat guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, namun yang ada adalah guru mata pelajaran al-Qur’an-Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Tabel 22 Nilai ulangan studi al-Qur’an/SKI NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
>75
16
28%
2
76 - 80
35
63%
3
81 - 90
4
7%
4
<91
1
2%
56
100%
JUMLAH
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh MAN 13 Jakarta, 16 siswa memperoleh nilai >75 (28%), 35 siswa memperoleh nilai 76-80
(63%), 4 siswa memperoleh nilai 81-90 (7%), dan hanya 1 siswa yang memperoleh nilai <91 (2%). Tabel 23 Saya mempunyai buku paket Pendidikan Agama Islam
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Ya
56
100%
2
Tidak
-
-
56
100%
JUMLAH
Semua siswa mempunyai buku paket. Hal ini berarti telah memenuhi syarat yang telah di amanatkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), yaitu rasio buku dengan siswa adalah 1:1.
Tabel 24 Guru menyampaikan SK-KD serta indikator sebelum pelajaran dimulai
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
10
18%
2
Sering
12
21%
3
Pernah
28
50%
4
Tidak Pernah
6
11%
56
100%
JUMLAH
Siswa mayoritas menjawab pernah pada pertanyaan ini, 10 siswa menjawab selalu (18%), 12 siswa menjawab sering (21%), 28 siswa menjawab pernah (50%), dan 6 siswa menjawab tidak pernah (11%). Penyampaian indikator sangat penting, hal ini diperuntukkan agar siswa mengetahui materi
yang akan dipelajari dan mengetahui kompetensi apa yang akan didapat siswa setelah belajar. Tabel 25 Guru menggunakan lebih dari dua metode yang berbeda ketika mengajar
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
5
9%
2
Sering
4
7%
3
Pernah
38
68%
4
Tidak Pernah
9
16%
56
100%
JUMLAH
Dalam pertanyaan selanjutnya, mayoritas siswa kembali menjawab pernah, 5 siswa menjawab selalu (9%), 4 siswa menjawab sering (7%), 38 siswa menjawab pernah (68%), dan 9 siswa menjawab tidak pernah (16%). Tapi memang tidak semua materi pelajaran harus menggunakan 2 metode, namun ketika menggunakan 1 metode maka harus diperhatikan ramburambunya. Misal ketika guru menggunakan metode ceramah, maka tipsnya adalah: 1. membangun minat a) awali dengan cerita dalam gambar; b) ajukan kasus masalah; c) ajukan pertanyaan. 2. memaksimalkan pemahaman dan ingatan a) berilah kata-kata kunci; b) berikan contoh analogi; c) gunakan dukungan visual. 3. melibatkan siswa dalam proses pembelajaran a) beri siswa esempatan memberikan contoh dan menjawab kuis; b) selingi presentasi dengan aktivitas singkat.
4. memperkuat proses pembelajaran a) terapkan materi pelajaran pada masalah; b) siswa me-review materi-materi pelajaran. Tabel 26 Materi Pendidikan Agama Islam sulit dipahami
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Sangat Setuju
-
-
2
Setuju
15
27%
3
Tidak Setuju
36
64%
4
Sangat Tidak Setuju
5
9%
JUMLAH
56
100%
Bagi siswa di MAN 13 Jakarta, mayoritas menjawab tidak setuju Pendidikan Agama Islam sulit untuk dipahami, hal ini wajar karena mereka senang belajar Pendidikan Agama Islam. Namun perlu digaris bawahi, materi secara umum terbagi dua, yakni sulit dan mudah. Materi yang sulit terbagi dua, yakni materi sulit, tapi mudah menyampaikannya dan materi sulit dan sulit pula menyampaikannya. Begitu pula materi mudah terbagi dua, yakni materi mudah dan mudah menyampaikannya, serta materi mudah, tapi sulit menyampaikannya.
Tabel 27 Guru menggunakan media ketika mengajar
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
3
5%
2
Sering
3
5%
3
Pernah
30
54%
4
Tidak Pernah
20
36%
56
100%
JUMLAH
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hanya sesekali saja guru mengajar menggunakan media. Padahal media menjadi salah satu unsur yang penting dalam mengajar. Diantara kegunaan media antara lain: 1) dapat membuat yang jauh menjadi dekat, begitu pula sebaliknya; 2) membuat yang lama menjadi cepat, begitu pula sebaliknya; 3) membuat belajar menjadi lebih berkesan pada siswa. Maka dari itu, guru harus senantiasa mengajar menggunakan media yang sesuai dengan bahan pelajaran. Tabel 28 Guru memberikan kesempatan untuk bertanya
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
39
70%
2
Sering
10
18%
3
Pernah
7
12%
4
Tidak Pernah
-
-
56
100%
JUMLAH
Mayoritas siswa menjawab selalu, yakni 39 siswa menjawab selalu (70%), 10 siswa menjawab sering (18%), dan 7 siswa menjawab pernah (12%). Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memainkan peran penting
sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif kepada siswa, yaitu: 1) memberikan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar; 2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan; 3) mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sendriri sesungguhnya adalah bertanya; 4) menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menemukan jawaban yang baik; dan 5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.68
Tabel 29 Guru menuntun siswa untuk menjawab pertanyaan NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
14
25%
2
Sering
28
50%
3
Pernah
12
21%
4
Tidak Pernah
2
4%
56
100%
JUMLAH
Mengenai pertanyaan di atas, mayoritas siswa menjawab sering dituntut oleh guru ketika menjawab pertanyaan, yaitu sebanyak 28 siswa yang menjawab sering (50%), 14 siswa menjawab selalu (25%), 12 siswa menjawab pernah (21%), dan hanya 2 siswa yang menjawab tidak pernah (4%). Pemberian tuntunan ini dilakukan oleg seorang guru bila siswa menjawab salah atau tidak dapat menjawab, tujuan dari tuntunan ini adalah supaya siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.69
68
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), cet. ke-12, h. 74 69 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru …., h. 78
Tabel 30 Guru memberikan tugas setiap kali selesai memberikan materi NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
7
13%
2
Sering
21
37%
3
Pernah
28
50%
4
Tidak Pernah
-
-
56
100%
JUMLAH
Dari pertanyaan di atas, mayoritas siswa menjawab guru pernah memberikan tugas setiap kali selesai memberikan materi, yakni sebanyak 28 siswa menjawab pernah (50%), 7 siswa menjawab selalu (13%), dan 21 siswa menjawab sering (37%). Pemberian tugas setelah mempelajari materi bertujuan agar siswa semakin mendalami suatu materi. Tabel 31 Guru mengevaluasi hasil belajar
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
7
13%
2
Sering
16
28%
3
Pernah
32
57%
4
Tidak Pernah
1
2%
56
100%
JUMLAH
Kembali pada pertanyaan kali ini, siswa mayoritas menjawab pernah, yaitu sebanyak 32 siswa menjawab pernah (57%), 7 siswa menjawab selalu (13%), 16 siswa menjawab sering (28%), dan hanya 1 siswa yang menjawab tidak pernah (2%). Evaluasi atau penilaian merupakan bentuk pengukuran terhadap pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan.
Tabel 32 Guru me-review materi yang diajarkan dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
9
16%
2
Sering
13
23%
3
Pernah
34
61%
4
Tidak Pernah
-
-
56
100%
JUMLAH
Kembali untuk kali ketiga siswa mayoritas menjawab pernah guru mereview kembali materi yang diajarkan dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, yaitu sebanyak 34 siswa menjawab pernah (61%), 9 siswa menjawab selalu (16%), dan 13 siswa menjawab sering (23%). Review berarti mengulang kembali materi-materi yang telah diajarkan untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa, biasanya ada guru yang me-riview pelajaran dengan memberikan poin-poin materi. Kemudian informasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang dimaksudkan supaya siswa dapat mengetahui materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, dan diharapkan siswa agar belajar terlebih dahulu di rumah.
Tabel 33 Memperhatikan guru ketika mengajar NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Selalu
24
44%
2
Sering
29
52%
3
Pernah
2
4%
4
Tidak Pernah
-
-
56
100%
JUMLAH
Mayoritas siswa menjawab sering memperhatikan guru ketika mengajar, yaitu sebanyak 29 siswa menjawab sering (52%), 24 siswa menjawab selalu (44%), dan hanya 2 siswa yang menjawab pernah. Perhatian kepada guru ini penting supaya materi yang diberikan oleh guru cepat masuk. Jangan pula dilupakan, selain harus memperhatikan guru, siswa juga harus bisa berkonsentasi terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Tabel 34 Belajar selama empat bulan terasa dikejar-kejar waktu
NO
ALTERNATIF JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Sangat Setuju
16
30%
2
Setuju
21
39%
3
Tidak Setuju
13
24%
4
Sangat Tidak Setuju
4
7%
JUMLAH
56
100%
Pada pertanyaan ini siswa kebanyakan setuju bahwa belajar selama empat bulan terasa dikejar-kejar waktu, yaitu 21 siswa menjawab setuju (39%), 16 siswa menjawab sangat setuju (30%), 13 siswa menjawab tidak setuju, dan 4 siswa menjawab sangat tidak setuju (7%). Hal ini dapat dipahami
bahwa memang dengan sedikitnya waktu belajar dapat mengakibatkan materi yang diajarkan terkesan dipaksakan dan tidak mendalam..
D. Analisis Data Secara garis besar, 21 butir item angket yang ditunjukkan kepada siswa, dibagi menjadi dua variabel, yaitu proses dan hasil. Proses terdiri dari: metode, sikap dan respon siswa, waktu, materi, media, dan evaluasi. Sedangkan variable hasil terdiri dari nilai dan pandangan siswa. Pembahasan tentang metode ada pada soal no 12 dan 13. Dari kedua soal tadi guru hanya sesekali menggunakan dua metode ketika mengajar dan metode yang sering dipakai oleh guru adalah: ceramah, tanya jawab, diskusi, isi soal, persentasi, merangkum, dan hapalan. Pembahasan tentang sikap dan respon siswa ada pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, dan 20. Dari 10 soal tadi dapat disimpulkan bahwa siswa MAN 13 Jakarta secara umum senang belajar Pendidikan Agama Islam. Siswa menginginkan Pendidikan Agama Islam di bagi menjadi mata pelajaran alQur’an Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di-moving class-kan, lalu materi Pendidikan Agama Islam dihabiskan per-aspek. Belajar empat jam dalam sepekan dianggap sudah cukup untuk dapat memahami materi Pendidikan Agama Islam. Namun, siswa hanya sesekali belajar, baik sebelum dan sesudah pelajaran dilaksanakan. Siswa juga menginginkan guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam berbeda sesuai dengan aspek yang sedang dipelajari. Siswa sangat antusias sekali ketika sedang belajar Pendidikan Agama Islam, hal ini terlihat dari perhatian siswa terhadap guru yang sedang mengajar. Sedangkan bila dilihat dari segi guru, menurut Wakamad bidang Kurikulum, Drs. Pursidi, mengatakan bahwa salah satu kendala yang dihadapi oleh MAN 13 Jakarta dalam hal pembelajaran PAI adalah masalah guru yang tidak semuanya dapat mengajar semua aspek dalam Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana diketahui bahwa biasanya seorang guru di madrasah mengajar bidang
studi
al-Qur’an-Hadits,
Akidah-Akhlak,
Fikih,
dan
Sejarah
Kebudayaan Islam, bukan mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam. Namun demikian, menurut Komalawati, S.Ag dengan diberlakukannya aturan guru madrasah harus mengajarkan semua aspek dalam Pendidikana Agama Islam, maka guru harus dituntut harus bisa mengajarkan semua aspek dalam Pendidikan Agama Islam. Dengan demikian guru harus lebih banyak lagi belajar tentang metodologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pembahasan tentang waktu terdapat pada soal nomor 21. Dari soal tadi dapat penulis simpulkan bahwa belajar hanya empat bulan dalam satu semester terasa dikejar-kejar waktu. Lalu materi yang diajarkan pun kurang begitu mendalam. Hal ini bisa saja dapat mengakibatkan pendangkalan materi pelajaran. Hal ini juga diakui oleh guru, biasanya guru akan memberikan materi secara singkat tanpa dikaji dengan dalam mengingat waktu yang tersedia sangat terbatas. Berbeda halnya bila waktu semester sebanyak enam bulan, guru akan memberikan materi dengan mengkajinya secara mendalam. Adapun usaha yang dilakukan oleh pihak MAN 13 Jakarta untuk membantu siswa mengulang pelajaran adalah dengan melaksanakan pemantapan/review materi yang biasanya dilaksanakan 2 atau 1 minggu sebelum Ujian Madrasah (UM) dilaksanakan. Pembahasan tentang materi terdapat pada soal nomor 11 dan 13. Dari kedua soal tadi dapat disimpulkan bahwa guru hanya sesekali memberitahukan SK-KD kepada siswa sebelum pelajaran dimulai. Padahal pemberitahuan SKKD sangat penting supaya siswa mngetahui kompetensi yang akan dicapai serta tahu materi apa yang akan dipelajari. Siswa merasa materi PAI mudah dipahami. Padahal materi itu sendiri terbagi dua: materi sulit dan mudah. Materi sulit juga terbagi dua: ada yang sulit, tapi mudah menyampaikannya, dan ada materi yang sulit dan sulit pula menyampaikannya. Begitu pula dengan
materi mudah dibagi dua: ada
menyampaikannya,
dan
materi
yang
materi mudah,
mudah
serta
tapi sulit
mudah
pula
menyampaikannya. Pembahasan tentang media ada pada nomor 14. Ketika mengajar di kelas, guru hanya sesekali menggunakan media ketika mengajar. Di antara
kegunaan media adalah: 1) dapat membuat yang jauh menjadi dekat, begitu pula sebaliknya; 2) membuat yang lama menjadi cepat, begitu pula sebaliknya; 3) membuat belajar menjadi lebih berkesan pada siswa. Pembahasan tentang Evaluasi terdapat dalam nomor 17, 18, dan 19,. Dari ketiga soal tersebut dapat disimpulkan guru hanya sesekali memberikan tugas, mengevaluasi, dan me-review kembali materi yang telah diajarkan serta menginformasikan materi yang akan datang. Padahal ketiganya dapat menjadikan materi yang diterima oleh siswa semakin dipahami. Khusus untuk informasi materi yang akan datang, berguna agar siswa mengetahui materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Pembahasan tentang nilai ada pada nomor 9. Siswa MAN 13 Jakarta rata-rata memperoleh nilai antara 76 - 80. Hanya 16 siswa saja yang mendapat nilai > 75. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Pendidikan Agama Islam tahun pelajaran 2008-2009 adalah 75. Adapun pembinaan yang dilakukan terhadap siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM adalah sebagai berikut: 1. Remediasi Program pembelajaran tambahan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar di kelas dengan alokasi waktu di luar jam pembelajaran regular. 2. Klinik Mata Pelajaran Program pembelajaran tambahan bagi peserta didik yang sangat mengalami kesulitan belajar di kelas dan membutuhkan bantuan tenaga kependidikan. Selain pembinaan di atas, MAN 13 juga mengadakan pembinaan lain, yaitu: 1. Matrikulasi Pembelajaran tambahan yang dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran bagi siswa kelas X, dengan target penguasaan materi-materi dasar mata pelajaran cirri khas program studi. Tujuan pembelajaran tambahan ini ini dalam rangka sinkronisasi kemampuan peserta didik
sehingga
terbentuk
pengidentifikasian
rombongan
kemampuan
belajar
siswa
dalam
yang
homogen
rangka
dan
optomalisasi
pelayanan, serta sebagai acuan penentuan pengambilan program studi yang diminati siswa. 2. Pengayaan Program pembelajaran tambahan bagi peserta didik yang dititik beratkan pada materi-materi yang cakupannya lebih luas atau pemecahan soal-soal. 3. Pendalaman Materi Program pembelajaran tambahan bagi peserta didik yang dititik beratkan pada pemahaman konsep-konsep dasar esensial. 4. Pembinaan Rumpun Mata Pelajaran Program pembelajaran tambahan pada mata pelajaran cirri khas kejuruan dengan alokasi waktu setelah jam pembelajaran regular sejumlah dua jam pelajaran tiap mata pelajaran. 5. Pembinaan Mata Pelajaran Program pembelajaran tambahan bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih pada masing-masing mata pelajaran. Dengan alokasi waktu pada jam ekstrakulikuler. Pembinaan dalam program ini lebih lebih ditunjukkan pada kemampuan psikomotor.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta sudah efektif. Karena lebih dari 60% (72% = 40 orang) dari 56 siswa memperoleh nilai 76 – 100. Adapun siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM, maka pihak madrasah (dalam hal ini guru) melaksanakan: 1) Remediasi, yaitu program pembelajaran tambahan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar di kelas dengan alokasi waktu di luar jam pembelajaran regular; dan 2) Klinik Mata Pelajaran, yaitu program pembelajaran tambahan bagi peserta didik yang sangat mengalami kesulitan belajar di kelas dan membutuhkan bantuan tenaga kependidikan. Melihat hasil yang diperoleh siswa, lalu di bandingkan dengan kelas konvensional. Maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 13 Jakarta tidak hanya efektif, tapi juga bisa dikatakan efisien. Karena biasanya waktu yang dibutuhkan untuk mengajarkan Pendidikan Agama Islam sebanyak ±48 jam pelajaran, menjadi hanya 24 jam pelajaran. Kelebihan dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 13 Jakarta adalah dapat memberikan waktu yang luas bagi siswa untuk memperoleh pembelajaran umum. Dengan demikian siswa madrasah akan mendapatkan pelajaran umum lebih banyak. Hal ini bisa dilihat dari prestasi MAN 13 Jakarta yang menjadi finalis Olimpiade Sains Nasional di Makasar, Sulawesi Selatan antar pelajar SMA/MA se-Indonesia pada tahun 2008. Namun demikian, disamping kelebihan di atas, ada juga kekhawatiran dengan jam pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkurang (hanya 4 jam pelajaran/minggu), yaitu ditakutkan terjadi pendangkalan materi yang diterima oleh siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan data yang telah diperoleh, maka saran yang dapat penulis berikan adalah: 1. Bagi siswa supaya lebih rajin lagi dalam belajar PAI. Belajar tidak hanya cukup di kelas saja, tetapi di rumah pun harus dipelajari kembali supaya materi yang sudah dipelajari semakin dapat dipahami dan dimengerti; 2. Bagi guru supaya lebih banyak belajar lagi tentang metodologi pembelajaran PAI. Misalnya tentang pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran; 3. Bagi Madrasah supaya memperhatikan pula keinginan dari siswa. Misalnya dalam masalah materi PAI di habiskan per-aspek. Penulis setuju materi dihabiskan per-aspek, namun guru yang mengajar lebih dari satu orang guru. Misalnya pada saat materi tentang aspek al-Qur’an-Hadits, maka yang mengajar adalah guru yang biasa mengajar al-Qur’an-Hadits. Sedangkan pada saat aspek Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) maka yang mengajar adalah guru yang biasa mengajar SKI. 4. Bagi
madrasah
aliyah
lain
untuk
tidak
segan-segan
pembelajaran yang dilaksanakn oleh MAN 13 Jakarta.
mengikuti
DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi (Ed), Sejarah dan ‘Ulum al-Qu’ran, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001. Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 41 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah , Jakarta: 2007. Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, ed. Ke-1, cet. ke-2. Departemen Agama, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetendi Dasar (KD): Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Madrasah Aliyah Umum, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2007, t.d. Edwin, Kamus Progress, Surabaya: Alumni Surabaya, t.t H. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnnya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, cet. k-2. Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996, cet. ke-1.. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta, Dokumen Administrasi Kurikulum semester III, VI, dan VIII tahun Pelajaran 2008-2009, Jakarta: MAN 13 Jakarta, 2009. Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, cet. k-3. Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: al-Ma’arif, 1980, cet. k-4. Nasution, S, Metode Research : Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet. ke-1. Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, cet. k-3. Permenag Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) Rahim, Husni, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 2005. Sabri, M. Alisuh, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. k-1, h. 109-110.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 15 __________, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Madhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 2000) cet. k-11, h. 434 Suma, Muhammad Amin dan Kholiyah Thahir, “Penguatan Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam Melalui Metode Integrated Khas Qur’ani”, AKRAB, XXXVIII, 304 (Oktober, 2008). _________, “Penguatan Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam Melalui Metode Integrated Khas Qur’ani”, AKRAB, XXXIX, 305 (November, 2008). Suparman, M. Atwi, Desain Intruksional, Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2001, cet. ke-1. Surat Edaran Dirjen Pendis Nomor 681 Tahun 2006 Syafi’i, A, “Metodologi Pembelajaran PAI”, Workshop Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI pad Madrasah dan Sekolah Umum Tingkat Dasar se-Provinsi DKI Jakarta, Hotel Griya Astoeti, Cisarua, puncak Bogor, 20 Desember 2003. Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PMB, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995, ed. ke-1, cet. ke5. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, ed. k-3, cet. k-3. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik : Konsep, Landasan Teorotis – Praktis dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, cet. ke-1. Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003 cet. k-4. Usman, M. Basyarudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet. ke-1. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2001, cet. ke-12. Yamin, H. Martinis, Sertifkasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006, cet. ke-1. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, cet. k-8.