STRATEGI GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 PURI MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh : Laily Maulidiah 04110066
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Juli, 2008
1
STRATEGI GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 PURI MOJOKERTO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Laily Maulidiah 04110066
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Juli, 2008
2
HALAMAN PERSETUJUAN
STRATEGI GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 PURI MOJOKERTO
SKRIPSI Oleh: Laily Maulidiah 04110066 Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing
Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag NIP. 150 214 978
Tanggal, 27 Juni 2008
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M.Pd.I NIP. 150 267 235
3
HALAMAN PENGESAHAN
STRATEGI GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 PURI MOJOKERTO
SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Laily Maulidiah (04110066) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 24 Juli 2008 dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) pada tanggal: 24 Juli 2008 Panitia Ujian Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Marno, M.Ag NIP. 150 321 639
Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag NIP. 150 214 978
Penguji Utama,
Pembimbing,
M. Asrori Alfa, M.Ag NIP. 150 302 235
Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag NIP. 150 214 978
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
4
PERSEMBAHAN
Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT dan ketulusan hati yang paling dalam, kupersembahkan skripsi ini untuk: Bapak dan Ibu tercinta Adji Suparto dan Siti Ma’rifah, yang telah memberikan kasih sayang, doa&segalanya, yang menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, Ilmu, Iman, Amal Shalih dan Ridho Allah. Semoga Allah SWT berkenan menerimanya sebagai amal shalih. Masku Irwan Rosyadi&istri tercinta Dina Ria, Nengku Nur Diana Firdaus&suami tercinta Imam Syafi’i, yang telah memberikan doa&support buatku. Semua guru dan dosenku, yang dengan ikhlas dan sabar telah mengamalkan ilmunya, mendidik dan membimbingku. Teman-temanku semua di kampus tercinta UIN Malang, khususnya temanteman PAI 2004. Ada banyak nama di hati yang tak tersebutkan satu persatu, akan tetapi kemuliaan kalian semua tak dapat kuuntai dengan rangkaian kata. Terima kasih, semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu menyertai kita semua, amiiiin...........
5
HALAMAN MOTTO
4 ß⎯|¡ômr& }‘Ïδ ©ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ∩⊇⊄∈∪ t⎦⎪ωtGôγßϑø9$$Î/ ÞΟn=ôãr& uθèδuρ ( ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ⎯tã ¨≅|Ê ⎯yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ ¨βÎ)
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl : 125)
6
Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Laily Maulidiah Lamp : 4 (Empat) Eksemplar
Malang, 27 Juni 2008
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Laily Maulidiah NIM : 04110066 Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul Skripsi : Strategi Guru PAI dalam Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri I Puri Mojokerto maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag NIP. 150 214 978
7
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 27 Juni 2008
Laily Maulidiah
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang berkat syafa’at dan barokah beliau kita dapat menjalankan kehidupan ini dengan penuh kedamaian. Adalah suatu pekerjaan yang sangat berat bagi penulis yang fakir ilmu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun berkat ma’unnah Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih teriring do’a kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar terselesaikannya skripsi ini, khususnya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak dan Ibu serta kakak-kakakku tercinta, yang telah ikhlas memberikan do’a restu, kasih sayang serta bimbingan yang senantiasa menyertaiku. 2. Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 3. Bapak Prof. DR. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
9
4. Bapak Moh. Padil M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 5. Bapak Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar hingga terselesainya skripsi ini. 6. Ibu Dra. Saitin, M.Si selaku Kepala SMA Negeri I Puri Mojokerto yang telah memberikan kesempatan dan pengalaman kepada penulis untuk penelitian. 7. Bapak/Ibu Guru dan segenap staf TU SMA Negeri I Puri Mojokerto. Terima kasih atas waktu dan informasi yang telah diberikan demi kelancaran penelitian ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam menjalankan tugas dan amanat, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, demi meningkatkan kualitas dan profesionalitas serta integritas dalam dunia pendidikan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan bagi penulis khususnya.
Malang, 27 Juni 2008 Penulis
Laily Maulidiah 0411006
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Kebutuhan dengan Motivasi.......................................... 24 Gambar 2.2 Pembagian Komponen Pembelajaran PAI ...................................... 30 Gambar 2.3 Pola Pembelajaran dengan Dominasi Guru..................................... 62 Gambar 2.4 Pola Pembelajaran dengan Guru dan Media ................................... 62 Gambar 2.5 Pola Pembelajaran dengan Guru dan Ahli Media Berinteraksi dengan Pelajar ................................................................................. 63 Gambar 2.6 Pola
Pembelajaran
dengan
Guru
yang
Mampu
Mengembangkan Media ................................................................ 64 Gambar 2.7 Kombinasi Keempat Pola Pembelajaran ......................................... 65 Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA N I Puri Mojokerto ................................ 79
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Instrumen Penelitian
Lampiran II
: Data Informan
Lampiran III
: Bukti Konsultasi
Lampiran IV
: Surat Pengantar Penelitian
Lampiran V
: Surat Keterangan Penelitian
Lampiran VI
: Keadaan Guru SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran VII
: Keadaan Karyawan SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran VIII
: Keadaan Siswa SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran IX
: Keadaan Sarana dan Prasarana SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran X
: Jadwal Pelajaran SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran XI
: Tata Tertib SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran XII
: Tugas, Pokok, dan Fungsi Guru
Lampiran XIII
: Kegiatan Ekstrakurikuler SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran XIV
: Prestasi SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran XV
: Daftar Nilai PAI Siswa Kelas XII - Ilmu Alam 2
Lampiran XVI
: Denah SMA N I Puri Mojokerto
Lampiran XVII
: Foto Penelitian
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v HALAMAN MOTTO .................................................................................. .vi NOTA DINAS PEMBIMBING....................................................................vii SURAT PERNYATAAN .............................................................................viii KATA PENGANTAR................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR.................................................................................... .xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii DAFTAR ISI.................................................................................................xiii ABSTRAK ....................................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 6 F. Definisi Operasional .................................................................. 7 G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 10
13
A. Pembahasan Tentang Strategi Guru PAI .................................. 10 1. Pengertian Strategi .............................................................. 10 2. Pengertian Guru PAI, Tugas, dan Tanggung Jawabnya ..... 11 B. Pembahasan Tentang Pengembangan Pembelajaran PAI ......... 21 1. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran........................... 21 2. Komponen-Komponen yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI ...................................................................................... 29 3. Problematika Pembelajaran PAI ......................................... 60 4. Pola Pengembangan Pembelajaran PAI .............................. 61 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 66 A. Desain Penelitian....................................................................... 66 B. Kehadiran Peneliti .................................................................... 66 C. Lokasi Penelitian....................................................................... 67 D. Sumber Data.............................................................................. 67 E. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 68 F. Teknik Analisis Data................................................................. 70 G. Pengecekan Keabsahan Data..................................................... 71 H. Tahap-tahap Penelitian.............................................................. 72 BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................. 73 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................... 73 1. Profil SMA N I Puri Mojokerto .......................................... 73 2. Sejarah Singkat SMA N I Puri Mojokerto .......................... 74 3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA N I Puri Mojokerto ............... 77
14
4. Struktur Organisasi SMA N I Puri Mojokerto .................... 79 5. Keadaan Guru dan Karyawan SMA N I Puri Mojokerto... 80 6. Keadaan Siswa SMA N I Puri Mojokerto........................... 80 7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA N I Puri Mojokerto .. 80 B. Paparan Hasil Penelitian ........................................................... 80 1. Strategi Guru PAI di SMA N I Puri Mojokerto dalam Pengembangan Pembelajaran PAI yang Meliputi Kondisi, Metode, dan Hasilnya ......................................................... 81 2. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dihadapi oleh Guru PAI dalam Pengembangan Pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto .................................................... 92 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...................................... 94 A. Strategi Guru PAI di SMA N I Puri Mojokerto dalam Pengembangan Pembelajaran PAI yang Meliputi Kondisi, Metode, dan Hasilnya ............................................................... 94 B. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dihadapi oleh Guru PAI dalam Pengembangan Pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto ......................................................... 103 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 107 B. Saran......................................................................................... 108 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
ABSTRAK Maulidiah, Laily. Strategi Guru PAI dalam Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri I Puri Mojokerto. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag. Dalam rangka usaha mewujudkan suatu pendidikan yang berhasil dan menjadikan anak didik semangat untuk belajar, maka perlu adanya seorang pendidik yang profesional diantaranya adalah harus mempunyai strategi tersendiri dalam kegiatan pembelajaran dan sekiranya dapat direspon oleh anak didik. Namun dalam kenyataannya, banyak kita temukan pengajar atau guru agama dalam mengembangkan pembelajaran sering tidak sesuai dengan apa yang diinginkan anak didik, sehingga terjadi kejenuhan atau tidak suka pada pelajaran agama. Padahal sebenarnya pendidikan agama sangat penting dalam membangun mental religius anak didik. Adapun untuk mengatasi kejenuhan-kejenuhan itu seorang pendidik perlu memotivasi anak didik atau membuat strategi yang sesuai dengan kondisi anak didik, sehingga mereka bersemangat dan merasa senang dalam belajar dan pendidik pun bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Berangkat dari latar belakang itulah penulis kemudian ingin membahasnya dalam skripsi dengan judul “Strategi Guru PAI dalam Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri I Puri Mojokerto”. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA Negeri I Puri Mojokerto serta mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh guru PAI dalam pengembangan pembelajaran tersebut. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan aspek yang relefan dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan guru PAI dalam pengembangan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri I Puri Mojokerto adalah: a) analisis kondisi pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran; karakteristik bidang studi; kendala pembelajaran; karakteristik peserta didik. b) pengembangan metode pembelajaran yang meliputi strategi pengorganisasian; strategi penyampaian; strategi pengelolaan. c) pengukuran hasil pembelajaran. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam pengembangan pembelajaran PAI adalah bersifat internal yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yakni semangat belajar dan faktor eksternal yakni lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jika semua faktor baik, maka bisa dikatakan sebagai faktor pendukung, namun jika sebaliknya maka bisa disebut sebagai faktor penghambat. Kata Kunci: Strategi Guru PAI, Pengembangan Pembelajaran PAI.
16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap
individu
mempunyai
berbagai
potensi,
dan
untuk
mengaktualisasikan serta memfungsikan potensi itu diperlukan pendidikan. Pendidikan merupakan proses budaya manusia untuk meningkatkan harkat, martabat, dan taraf kehidupan, karena pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan agar memperoleh kehidupan yang baik. Pendidikan yang dilaksanakan haruslah pendidikan yang sistematis dan
terencana.
Hal
ini
tidak
terlepas
dari
tugas
guru
dalam
mentransformasikan ilmunya. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Garis-garis besar haluan itulah yang disebut dengan strategi. Hal ini dilakukan agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, maka Pendidikan Agama Islam memerlukan konsepkonsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dalam praktisi di lapangan operasional. Pendidikan Agama Islam merupakan
usaha
sadar
yang
dilakukan
pendidik
dalam
rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam. Pendidikan Islam ini lebih memberikan jaminan terhadap
17
bangkitnya
umat
Islam
daripada
sistem-sistem
lainnya
meskipun
membutuhkan proses yang cukup lama, memang harus kita maklumi bahwa pendidikan berkembang dan berjalan melalui proses dan membutuhkan tahapan-tahapan. Dalam rangka usaha kita mewujudkan suatu pendidikan yang berhasil dan menjadikan anak didik semangat untuk belajar, maka perlu adanya seorang pendidik yang profesional diantaranya adalah harus mempunyai strategi tersendiri dalam kegiatan pembelajaran dan sekiranya dapat direspon oleh anak didik. Hal ini bertujuan agar lembaga pendidikan mampu melahirkan generasi penerus yang memiliki intelektualitas yang sesuai dengan harapan bangsa. Guru sebagai ujung tombak proses pendidikan, memegang peranan besar dan posisi menentukan bagi keberhasilan pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran, merupakan salah satu sistem interaksi edukatif dalam menentukan kualitas dan keberhasilan suatu pendidikan. Dengan prinsip inilah, maka tugas guru Pendidikan Agama Islam adalah menformat sebuah sistem atau pengembangan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi zaman dan kebudayaan setempat. Upaya ini perlu dilakukan agar pendidikan tidak kehilangan relevansinya dengan tuntutan sosial dan kebudayaan masyarakat. Pendidikan agama adalah sangat berperan dalam pembentukan mental spiritual anak didik bangsa Indonesia yang semakin hari semakin mengalami kemerosotan. Pendidikan Agama Islam dirasakan masih banyak kelemahan
18
dan tidak menunjukkan hasil belajar yang menggembirakan, bahkan ada yang mengatakan bahwa pendidikan agama telah gagal. Kegagalan ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya krisis moral yang tidak hanya di kalangan orang dewasa tetapi juga di kalangan pelajar. Diantara kelemahan pendidikan agama adalah dalam prakteknya pendidikan agama hanya memperhatikan aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik sering diabaikan. Menurut hasil studi Litbang Agama dan Diklat Keagamaan tahun 2002 didapatkan bahwa merosotnya moral dan akhlak peserta didik disebabkan antara lain karena kurikulum pendidikan agama yang terlalu padat materi, dan materi tersebut lebih mengedepankan aspek pemikiran dari pada kesadaran keberagamaan yang utuh. Selain itu, metodologi pendidikan agama kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan, serta keterbatasan bahan-bahan bacaan keagamaan. Buku-buku paket keagamaan yang belum memadai
kesadaran
beragama,
memberikan
keterampilan
fungsional
keagamaan dan mendorong perilaku bermoral dan berakhlak mulia pada peserta didik.1 Sekolah sebagai lembaga pendidikan secara formal dan sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga, hendaknya dapat melaksanakan tanggung jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua. Namun kenyataannya, banyak kita temukan pengajar atau guru agama dalam mengembangkan pembelajaran sering tidak sesuai 1
Ahmad Rofiq, “Urgensi Pemanfaatan Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Conciencia, Vol VII. No. 1 Juni 2007, hlm. 40.
19
dengan apa yang diinginkan anak didik, sehingga terjadi kejenuhan atau tidak suka pada pelajaran agama. Padahal sebenarnya pendidikan agama sangat penting dalam membangun mental religius anak didik. Adapun untuk mengatasi kejenuhan-kejenuhan itu seorang pendidik perlu memotivasi anak didik atau membuat strategi yang sesuai dengan kondisi anak didik, sehingga mereka bergairah, semangat, dan merasa senang dalam belajar dan pendidik pun bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Di sinilah penulis tertarik untuk membahas tentang “STRATEGI GURU
PAI
DALAM
PENDIDIKAN
AGAMA
PENGEMBANGAN ISLAM
DI
SMA
PEMBELAJARAN NEGERI
1
PURI
MOJOKERTO” sebagai judul penelitian untuk menyusun skripsi yang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi guru PAI di SMA N I Puri Mojokerto dalam pengembangan pembelajaran PAI yang meliputi kondisi, metode, dan hasilnya? 2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat yang dihadapi guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto?
20
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru PAI di SMA N I Puri Mojokerto dalam pengembangan pembelajaran PAI yang meliputi kondisi, metode, dan hasilnya. 2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N 1 Puri Mojokerto.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan kontribusi kepada semua pihak antara lain: 1. Lembaga Sebagai sumbangan pemikiran dan rujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 2. Guru Sebagai informasi penting dan tambahan wawasan bagi para guru PAI tentang strategi untuk mengembangkan pembelajaran PAI. Selain itu bisa juga
sebagai
bahan
masukan
dalam
mengaplikasikannya
dalam
pembelajaran. 3. Peneliti Memberi wawasan dalam bidang penelitian, sebagai masukan untuk
21
menganalisis masalah-masalah yang ada secara teratur dan sistematis berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh, dapat dijadikan bahan pijakan sebagai calon sarjana yanag dituntut untuk siap terjun dalam dunia pendidikan, serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian serupa di masa mendatang dan untuk dikembangkan lebih lanjut.
E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian merupakan
batasan bagi peneliti untuk
mendesain sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan dan menjadikan penelitian tersebut pada titik fokus sampai selesainya pelaksanaan penelitian dimana peneliti menyelidiki dan membahas secara detail yang berhubungan dengan penelitian. Dengan adanya ruang lingkup penelitian tersebut
dapatlah
membawa
keberuntungan,
misalnya
mempermudah
penelitian, menentukan metode dan sampai pada tahap pelaporan. Adapun dalam penelitian ini ruang lingkupnya adalah pada persoalan strategi guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI yang meliputi kondisi, metode, dan hasilnya serta faktor yang menjadi pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMAN I Puri Mojokerto.
22
F. Definisi Operasional Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penelitian ini, maka perlu kiranya penulis menjelaskan pengertian yang terkandung dalam judul, yaitu: 1. Strategi adalah garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. 2. Guru PAI adalah seseorang yang memiliki usaha sadar mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam guna membentuk pribadi muslim yang seutuhnya. 3. Pembelajaran
PAI
adalah
kegiatan
terencana
yang
mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
G. Sistematika Pembahasan Dalam membahas suatu permasalahan harus didasari oleh kerangka berfikir yang jelas dan teratur. Suatu masalah harus disajikan menurut urutanurutannya, mendahulukan sesuatu yang harus didahulukan dan mengakhirkan sesuatu yang harus diahirkan dan seterusnya. Karena itu harus ada sistematika pembahasan sebagai kerangka yang dijadikan acuan dalam berfikir secara sistematis. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I :
Pendahuluan. Merupakan wilayah yang menerangkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
23
penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional, dan yang terakhir memaparkan tentang sistematika pembahasan. BAB II : Kajian pustaka. Merupakan wilayah yang berisikan tentang kajian strategi guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI yang meliputi: pengertian strategi, pengertian guru PAI, tugas dan tanggung jawabnya, prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran, komponen-komponen yang mempengaruhi pembelajaran PAI, problematika pembelajaran PAI, serta pola pengembangan pembelajaran PAI. BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini berisikan tentang desain penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data dan pengecekan keabsahan data. BAB IV: Hasil penelitian. Bab ini merupakan pemaparan data tentang sejarah singkat SMA N I Puri Mojokerto; profil, visi, misi dan tujuan; struktur organisasai; keadaan guru dan karyawan; keadaan siswa; keadaan sarana dan prasarana. Hasil penelitian tentang strategi guru PAI di SMA N I Puri Mojokerto dalam pengembangan pembelajaran PAI yang meliputi kondisi, metode, dan hasilnya serta faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto.
24
BAB V:
Pembahasan hasil penelitian. Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di lapangan.
BAB VI: Penutup. Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dan saran.
25
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembahasan Tentang Strategi Guru PAI 1. Pengertian Strategi Kata strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti sebagai berikut: a. ilmu dan seni mengembangkan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; b. ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam kondisi perang atau dalam kondisi menguntungkan; c. rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; d. tempat yang baik menurut siasat perang.2 Dalam bahasa Inggris, strategi berarti ilmu siasat.3 Secara sederhana strategi merupakan hasil buah pikiran seseorang terhadap analisis objek disebabkan ada sesuatu yang ingin dicapai. Secara umum, kata strategi mengandung makna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti jenderal, oleh karena itu kata strategi harfiah berarti “seni para jenderal”. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar 2 3
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 1092. John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia,1996),
hlm 560.
26
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.4 Pengertian strategi dalam pendidikan itu sendiri adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana
yang
ada
untuk
meningkatkan
efektifitas
dan
efisiensi
(pengajaran).5 Menurut teori di atas strategi mempunyai peranan yang sangat besar dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi baik waktu, tenaga, dan kesempatan dalam proses pengajaran.
2. Pengertian Guru PAI, Tugas, dan Tanggung Jawabnya a. Pengertian Guru PAI Dijelaskan oleh Hadari Nawawi, bahwa guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Secara lebih khusus lagi guru bararti orang yang bekerjanya di bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaan masing-masing.6
4
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 5. 5 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS) (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 90. 6 Triyo Supriyatno, Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Teo-Antropo-Sosiosentris (Malang: P3M Press, 2004), hlm. 17.
27
Guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya sangat menentukan. Ia harus mampu menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah.7 Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 8 Jadi Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lapangan Pendidikan Agama Islam menurut Hasbi Ash-Shidiqi antara lain: 1) tarbiyah jismiyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya; 2) tarbiyah aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran yang akibatnya mencerdaskan akal dan menajamkan otak;
7
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), hlm. 1. 8 Abd. Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130.
28
3) tarbiyah adabiyah, yaitu segala rupa praktik maupun berupa teori yang wujudnya meningkatkan budi dan meningkatkan perangai.9 Siapapun dapat menjadi pendidik/guru agama Islam, asalkan dia memiliki pengetahuan (kemampuan) lebih, mampu mengimplisitkan nilai relevan (dalam pengetahuannya itu), yakni sebagai penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang diajarkan, dan bersedia menularkan pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam: 1) Q.S. Al-Nahl ayat 125
}‘Ïδ ©ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ÞΟn=ôãr& uθèδuρ ( ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ⎯tã ¨≅|Ê ⎯yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ ¨βÎ) 4 ß⎯|¡ômr& ∩⊇⊄∈∪ t⎦⎪ωtGôγßϑø9$$Î/ Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” 10 Kata hikmah antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu,
baik
pengetahuan
maupun
perbuatan.
Dia
adalah
pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan atau kekeliruan. 9 Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.43. 10 Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: J-Art, 2004), hlm. 281.
29
Hikmah
juga
diartikan
digunakan/diperhatikan
akan
sebagai
sesuatu
mendatangkan
yang
kemaslahatan
bila dan
kemudahan yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar. Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun dinamai hikmah. Menurut Thahir Ibn ‘Asyur hikmah adalah nama himpunan segala ucapan atau pengetahuan yang mengarah kepada perbaikan keadaan dan kepercayaan manusia secara bersinambung. Dan menurut Thabathaba’i, hikmah adalah argumen yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan tidak juga kekaburan. Kata al-mau’izhah terambil dari kata wa’azha yang berarti nasihat. Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Sedangkan kata jaadilhum terambil dari kata jidaal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.
30
Mau’izhah hendaknya disampaikan dengan hasanah/baik, sedang perintah berjidal disifati dengan kata ahsan/yang terbaik, bukan sekedar yang baik.11 2) Q.S. Al-Syura ayat 15
àMΖtΒ#u™ ö≅è%uρ ( öΝèδu™!#uθ÷δr& ôìÎ7®Ks? Ÿωuρ ( |NöÏΒé& !$yϑŸ2 öΝÉ)tFó™$#uρ ( äí÷Š$$sù šÏ9≡s%Î#sù !$uΖs9 ( öΝä3š/u‘uρ $uΖš/u‘ ª!$# ( ãΝä3uΖ÷t/ tΑωôãL{ ßNöÏΒé&uρ ( 5=≈tGÅ2 ⎯ÏΒ ª!$# tΑt“Ρr& !$yϑÎ/ ( $uΖoΨ÷t/ ßìyϑøgs† ª!$# ( ãΝä3uΖ÷t/uρ $uΖoΨ÷t/ sπ¤fãm Ÿω ( öΝà6è=≈yϑôãr& öΝä3s9uρ $oΨè=≈yϑôãr& ∩⊇∈∪ çÅÁyϑø9$# ϵø‹s9Î)uρ Artinya: “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita).” 12 3) Q.S. Ali Imran ayat 104:
Ç⎯tã tβöθyγ÷Ζtƒuρ Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/ tβρããΒù'tƒuρ Îösƒø:$# ’n<Î) tβθããô‰tƒ ×π¨Βé& öΝä3ΨÏiΒ ⎯ä3tFø9uρ ∩⊇⊃⊆∪ šχθßsÎ=øßϑø9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé&uρ 4 Ìs3Ψßϑø9$# 11 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, VII (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 386-387. 12 Al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 484.
31
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” 13 Ummah: Umat adalah sekelompok manusia atau selain manusia yang terikat oleh hubungan jenis, bahasa, agama dan tujuan mereka sama. Tetapi yang dimaksud umat di dalam ayat ini orang-orang yang berjihad (berjuang) dan lembaga-lembaga yang giat dalam bidang amar ma’ruf nahi munkar. Al-Khaiir: Kebaikan, yaitu agama Islam dan segala perkara yang bermanfaat bagi manusia dalam kehidupannya di dunia dan di akhirat; yakni Iman dan amal saleh. Al-Ma’ruuf: Ma’ruf adalah segala sesuatu yang dinilai baik oleh syariat agama, karenanya ia diperintahkan untuk dilaksanakan karena adanya faktor manfaat dan kebaikan di dalamnya, baik untuk individu maupun masyarakat. Al-Munkar: Perkara munkar; kebalikan dari perkara yang ma’ruf: yaitu segala sesuatu yang dilarang oleh syari’at agama disebabkan faktor membahayakan dan merusak yang ada di dalamnya, baik untuk individu maupun masyarakat. Dalam ayat di atas Allah memerintahkan hamba-Nya agar membentuk satu kelompok orang (jamaah) yang bertugas untuk berdakwah; mengajak orang lain dan umat lain untuk masuk ke dalam 13
Ibid., hlm. 63.
32
agama Islam, kelompok ini juga yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Lalu Allah memberi kabar gembira bahwa kelompok umat yang memikul tugas dan kewajiban ini merupakan kelompok yang akan beruntung dengan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.14 4) Q.S. Al-Ashr 1-3:
(#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ωÎ) ∩⊄∪ Aô£äz ’Å∀s9 z⎯≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) ∩⊇∪ ÎóÇyèø9$#uρ ∩⊂∪ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” 15 Selain ayat-ayat di atas, juga disebutkan dalam sebuah hadits:
َﺑﱢﻠ ُﻐﻮْا:ل َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﻰ اﷲ َ ﺻّﻠ َ ﻲ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ ﻋ َﻤ ٍﺮ َوَا ﱠ ُ ﻦ ُ ﷲ ِا ْﺑ ِ ﻋ ْﺒ ِﺪ ا َ ﻦ ْﻋ َ ( )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى.ﻋﻨﱢﻲ َوَﻟ ْﻮ ﺁ َﻳ ٍﺔ َ Artinya: “Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit.” (HR. Bukhori) 16 Jadi, yang disebut sebagai guru Pendidikan Agama Islam adalah 14
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Qur’an al-Aisar, II, terj., M. Azhari Hatim dan Abdurrahim Mukti (Jakarta: Darus Sunnah, 2007), hlm. 163-164. 15 Ibid., hlm. 601. 16 Shohih Bukhori, Riyadhus Sholihin, hlm. 529.
33
seseorang yang memiliki usaha sadar mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam guna membentuk pribadi Muslim yang seutuhnya. Pendidikan agama ternyata tidak hanya menyangkut masalah transformasi ajaran dan nilainya kepada pihak lain, tetapi lebih merupakan masalah yang kompleks, misalnya masalah peserta didik dengan berbagai latar belakangnya, dalam kondisi dan situasi apa ajaran itu dididikkan, sarana apa yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, bagaimana cara atau pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajarannya, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran itu, dan seberapa jauh tingkat efektivitas efisiensinya, serta usaha apa saja yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik bagi peserta didik, demikian seterusnya.17 Atas dasar itulah, maka perilaku kependidikan dari pendidik agama juga sangat kompleks pula, yang memerlukan kajian secara mendalam. Dalam kerangka kependidikan, secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku pendidik/guru dipandang sebagai “sumber pengaruh”, sedangkan tingkah laku yang belajar sebagai “efek” dari berbagai proses, tingkah laku dan kegiatan interaksi. Ada beberapa kemampuan dan perilaku yang perlu dimiliki oleh guru/pendidik yang diharapkan agar dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya dapat berhasil secara optimal. Profil tersebut pada intinya 17
Muhaimin (dkk). Strategi Belajar-Mengajar (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), hlm.
12-13.
34
terkait dengan: 1) aspek personal: menyangkut pribadi guru/pendidik itu sendiri, sehingga perlu menatap dan mengaca dirinya serta memahami konsep dirinya sebagai guru yang patut digugu dan ditiru; 2) aspek sosial: menyangkut misi yang diemban oleh guru/pendidik adalah misi kemanusiaan dalam arti tugas mengajar dan mendidik adalah tugas pemanusiaan manusia; 3) aspek profesional: menyangkut peran profesi guru/pendidik, dalam arti ia memiliki kualifikasi profesional sebagai seorang guru/pendidik. Athiyah al-Abrasy mengatakan, ada tujuh sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru, antara lain: 1) zuhud, yaitu mengutamakan untuk mendapatkan materi dalam menjalankan tugasnya karena mengharapkan keridhaan Allah semata; 2) memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang tercela; 3) ikhlas dalam melaksanakan tugasnya; 4) pemaaf terhadap muridnya; 5) dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru; 6) mengetahui bakat, minat dan watak anak didiknya; 7) menguasai materi bidang studi yang akan diajarkannya.18
18
Triyo Supriyatno, op. cit., hlm. 22-23.
35
b. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru PAI Menurut Peters, ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yakni: 1) guru sebagai pengajar: lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran; 2) guru
sebagai
pembimbing:
memberi
tekanan
kepada
tugas,
memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya; 3) guru sebagai administrator kelas: pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Sejalan dengan Peters, Amstrong membagi tugas dan tanggung jawab guru menjadi lima, yakni: 1) tanggung jawab dalam pengajaran 2) tanggung jawab dalam memberikan bimbingan 3) tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum 4) tanggung jawab dalam mengembangkan profesi 5) tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.19 Dari berbagai pengertian di atas, maka strategi guru PAI mengandung pengertian rangkaian perilaku pendidik yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk menginformasikan, mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam agar dapat membentuk kepribadian Muslim seutuhnya.
19
Nana Sudjana, op. cit., hlm. 15.
36
B. Pembahasan Tentang Pengembangan Pembelajaran PAI 1. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran Belajar diidentikkan dengan proses kegiatan sehari-hari siswa di sekolah/madrasah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar itu sangat beragam, baik bahan-bahan yang dirancang dan disiapkan secara khusus oleh guru, ataupun bahan belajar yang ada di alam sekitar yang tidak dirancang secara khusus tapi bisa dimanfatkan siswa. Sedangkan dari sisi guru belajar itu dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar itu tampak lewat perilaku siswa dalam mempelajari bahan ajar. Perilaku belajar itu tampak pada tindaktindak hasil belajar, termasuk tindak belajar berbagai bidang studi di sekolah. Perilaku belajar itu merupakan respon siswa terhadap tindak belajar dan tindak pembelajaran yang dilakukan guru. Belajar pula dapat diartikan memahami sesuatu yang baru kemudian memaknainya. Dengan kata lain, belajar adalah perubahan tingkah laku (change of behaviour) para peserta didik, baik pada aspek pengetahuan, sikap ataupun keterampilan sebagai hasil respon pembelajaran yang dilakukan guru. Oleh karena itu, belajar adalah perubahan tingkah laku lebih merupakan proses internal siswa dalam rangka menuju tingkat
37
kematangan.20 Istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar, yang antara lain dilakukan oleh guru dalam mengondisikan seseorang untuk belajar.21 Perencana atau pengembang pembelajaran yang hendak memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran perlu memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang mengacu pada teori belajar dan pembelajaran. Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat diidentifikasi prinsip-prinsip belajar dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: a. Prinsip Kesiapan (Readiness) Kesiapan belajar adalah kondisi fisik-psikis (jasmani-mental) individu
yang
memungkinkan
subjek
dapat
melakukan
belajar.
Berdasarkan prinsip kesiapan belajar tersebut, dapat dikemukakan hal-hal 20 21
Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, op. cit., hlm. 7. Ibid., hlm. 9.
38
yang terkait dengan pembelajaran, antara lain 1) individu akan dapat belajar dengan baik apabila tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan kesiapan (kematangan usia, kemampuan, minat, dan latar belakang pengalamannya); 2) kesiapan belajar harus dikaji lebih dulu untuk memperoleh gambaran kesiapan belajar siswanya dengan jalan mengetes kesiapan atau kemampuan; 3) jika individu kurang siap untuk melaksanakan suatu tugas belajar maka akan menghambat proses pengaitan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Karena itu, jika kesiapan sebagai prasyarat belajar maka prasyarat itu harus diberikan lebih dulu; 4) kesiapan belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan untuk menerima sesuatu yang baru dalam membentuk atau mengembangkan kemampuan yang lebih mantap; 5) bahan dan tugastugas belajar akan sangat baik kalau divariasi sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik yang akan belajar.22 b. Prinsip Motivasi (Motivation) Motivasi bisa diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu 1) motivasi intrinsik, yakni motivasi yang datang dari dalam diri peserta didik; 2) motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang dating dari lingkungan di luar diri peserta didik. 22
Muhaimin (dkk). Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 137-138.
39
Berkenaan dengan prinsip motivasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran pendidikan agama: 1) memberikan dorongan (drive) Tingkah laku seseorang akan terdorong ke arah suatu tujuan tertentu apabila ada kebutuhan. Kebutuhan ini menyebabkan timbulnya dorongan internal, yang selanjutnya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu menuju tercapainya suatu tujuan. Setelah tujuan dapat dicapai biasanya intensitas dorongan semakin menurun. Hubungan kebutuhan dan motivasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
kebutuhan
respons (tingkah laku)
dorongan
tujuan
pengurangan kebutuhan Gambar 2.1 Hubungan Kebutuhan dengan Motivasi (Teori Morgan, 1986 dalam Muhaimin dkk, 2004) 2) memberikan insentif Adanya karakteristik tujuan menyebabkan seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku tersebut disebut insentif. Setiap orang mengharapkan kesenangan dengan mendapatkan insentif yang bersifat positif. Begitu pula sebaliknya, orang akan menghindari insentif yang bersifat negatif.
40
Dalam kegiatan pembelajaran PAI juga diperlukan insentif untuk lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Insentif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak selalu berupa materi, tetapi bisa berupa nilai atau penghargaan sesuai kadar kemampuan yang dapat dicapai peserta didik. Bila perlu insentif dapat diberikan kepada peserta didik secara bertahap sesuai tahap tingkatan yang dapat dicapainya. 3) motivasi berprestasi Setiap orang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk dapat berprestasi. Karena itu, guru perlu mengetahui sejauh mana kebutuhan berprestasi setiap peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menyelesaikan tugas atau masalah yang memberikan tantangan dan kepuasan secara lebih cepat. Peserta didik jenis ini memerlukan balikan setiap unjuk kerjanya dengan nilai atau pujian yang tepat. Sebaliknya, peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi rendah, pada umumnya tidak realistik untuk mencapai tujuannya. 4) motivasi kompetensi Setiap peserta didik memiliki keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan berusaha dengan menaklukkan lingkungannya. Motivasi belajar tidak bisa dilepaskan dari keinginannya untuk menunjukkan kemampuan dan penguasaannya kepada yang lain. Karena itu, diperlukan a) keterampilan mengevaluasi diri; b) nilai tugas bagi setiap
41
peserta didik; c) harapan untuk sukses; d) patokan keberhasilan; e) kontrol belajar.23 5) motivasi kebutuhan Menurut Maslow, manusia memiliki kebutuhan yang bersifat hirarkis, yaitu a) kebuuhan fisiologis; b) kebutuhan akan perasaan aman (safety need); c) kebutuhan akan cinta kasih dan kebutuhan untuk memiliki atau dimiliki (love and belonging); d) kebutuhan untuk mengetahui dan untuk mengartikan sesuatu (desire to know and to understand); e) kebutuhan akan penghargaan (esteem); f) kebutuhan akan kebebasan bertingkah laku tanpa hambatan dari luar, untuk menjadikan diri sendiri sesuai dengan citra dirinya sendiri (self actualization).24 Ada beberapa cara untuk memperkuat motivasi seseorang supaya dia dapat berbuat baik. Hal ini dapat pula berlaku untuk memperkuat motivasi untuk belajar dengan baik dan lebih cepat. Cara-cara tersebut antara lain a) memperpadukan motif-motif yang sudah ada; b) memperjelas tujuan-tujuan sementara; c) merumuskan tujuan-tujuan sementara; d) merangsang pencapaian kegiatan; e) persaingan diri sendiri; f) pemberian contoh yang positif.25 c. Prinsip Perhatian Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan, yaitu 1) berorientasi pada suatu masalah; 2) meninjau 23
Ibid., hlm. 139-140. A. Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Karya Offset, 1989), hlm. 94-95. 25 Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm. 142-143. 24
42
sepintas isi masalah; 3) memusatkan diri pada aspek-aspek yang relevan; 4) mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya. Kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang disajikan atau dipelajari, peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam mempengaruhi perhatian seseorang
adalah
1)
memperhatikan
faktor-faktor
internal
yang
mempengaruhi belajar: minat, kelelahan, karakteristik peserta didik, motivasi; 2) memeperhatikan faktor-faktor eksternal yang memepengaruhi belajar: intensitas stimulus, kemenarikan stimulus yang baru, keragaman stimuli, penataan metode yang sesuai dan sebagainya. d. Prinsip Persepsi Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah 1) makin baik persepsi mengenai sesuatu, makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut; 2) dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena hal ini akan memberikan pengertian yang salah pula pada peserta dididk tentang apa yang telah dipelajarai; 3) dalam pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber
43
belajar yang dapat mendekati benda sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat. e. Prinsip Retensi Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Cara-cara untuk meningkatkan retensi belajar, antara lain 1) usahakan agar isi pembelajaran yang dipelajari disusun dengan baik dan bermakna; 2) pembelajaran dapat dibantu dengan jembatan keledai (macmonic), karena akan meningkatkan organisasi materi yang akan dipelajari seperti akronim NIMIM (Nuh Ibrahim Musa Isa Muhammad) untuk mengingat nabi mendapat gelar ulul azmi; 3) berikan resitasi karena hal ini akan meningkatkan aktifitas peserta didik; 4) susun dan sajikan konsep yang jelas, misalnya dengan bantuan media audio visual; 5) berikan latihan pengulangan terutama untuk pembelajaran keterampilan motorik. f. Prinsip Transfer Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan sesuatu yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari. 26 Prinsip-prinsip yang telah dijelaskan di atas sesuai dengan standar proses pembelajaran yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19
26
Muhaimin (dkk.), op. cit., hlm. 144.
44
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2. Komponen-Komponen yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik.27 Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan agama. Ketiga komponen tersebut adalah kondisi pembelajaran pendidikan agama; metode pembelajaran pendidikan agama; hasil pembelajaran pendidikan agama. Klasifikasi dan hubungan antarkomponen yang mempengaruhi pembelajaran PAI dapat digambarkan dalam bagan berikut:
27
Ibid., hlm. 145.
45
Kondisi
Tujuan dan karakteristik bidang studi PAI
Kendala sumber belajar dan karakteristik bidang studi
Karakteristik peserta didik
Metode
Strategi pengorganisasi an pendidikan agama
Strategi penyampaian pendidikan agama
Strategi pengelolaan pendidikan agama
Hasil
Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran PAI Gambar 2.2 Pembagian Komponen Pembelajaran PAI (Degeng, 1989 dalam Muhaimin dkk, 2004)
a. Kondisi pembelajaran PAI Kondisi
pembelajaran
PAI
adalah
semua
faktor
yang
mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI, yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi PAI; kendala dan karakteristik bidang studi PAI; karakteristik peserta didik. 1) Tujuan pembelajaran PAI Tujuan pembelajaran PAI adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran PAI atas apa yang diharapkan.28 Menurut Degeng, tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dulu, dan berikutnya semua upaya pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Dengan demikian, adanya tujuan pembelajaran akan memberikan arah isi bidang studi apa 28
Ibid., hlm. 150.
46
yang akan disajikan dan sekaligus bagaimana mengorganisasikannya.29 Tujuan pendidikan agama Islam tergambar dalam rumusan yang dikemukakan oleh Munir Mursi, sebagai berikut: a) tercapainya manusia seutuhnya yang berakhlak mulia; b) tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat; c) menumbuhkan kesadaran manusia untuk mengabdi dan takut kepadaNya; d) menguatkan ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum Muslim.30 Sejalan dengan citi-cita Islam yang menjadi dasar pendidikan agama Islam, maka prioritas kegiatan Pendidikan Agama Islam harus diarahkan untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan para lulusan yang memiliki pandangan ajaran Islam yang luas, menyeluruh dan holistik serta mampu mengaplikasikannya sesuai dengan tingkat usia anak didik dan perkembangan zaman.31 Sebagai suatu subjek pelajaran, PAI mempunyai fungsi yang berbeda dari subjek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh masingmasimg lembaga pendidikan. Fungsi yang diemban olehnya akan menentukan berbagai aspek pengajaran yang dipilih oleh pendidik agar tujuannya tercapai. Secara umum, menurut John Sealy, Pendidikan agama, termasuk PAI dapat diarahkan untuk mengemban salah satu atau gabungan 29
M. Arif Ridwan, “Strategi Madrasah Aliyah Dalam Mengembangkan Pembelajaran Bahasa Arab”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2007, hlm. 45. 30 Ahmad Zayadi dan Abdul Majid. Op. cit., hlm. 44. 31 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 165.
47
dari beberapa fungsi, yaitu: konfensional, neo konfensional, konfensional tersembunyi, implisit, dan non konvensional. a) Konfensional. Dalam fungsi ini, Pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen dan perilaku keberagamaan peserta didik. Pendidikan agama dimaksudkan untuk mengagamakan orang yang beragama sesuai dengan keyakinannya. Fungsi ini didasarkan pada asumsi bahwa hanya ada kebenaran tunggal dalam agamanya. Pemberian alternatif pendidikan agama lain dianggap tidak hanya tidak bermanfaat, tetapi juga akan mengganggu keberagamaan mereka. b) Neo konfensional. Hampir sama dengan fungsi konfensional, namun pendidikan agama ini juga memberikan kemungkinan keterbukaan untuk mempelajari dan mempermasalahkan ajaran agama lain. c) Konfensional tersembunyi. Pendidikan agama menawarkan sejumlah pilihan ajaran agama dengan harapan peserta didik nantinya akan memilih salah satu yang dianggap paling benar atau sesuai dengan dirinya. Pendidik tidak diperkenankan memberikan arahan kepada peserta didik sehingga ia harus netral terhadap berbagai ajaran agama yang diajarkan. d) Implisit. Fungsi ini dimaksudkan untuk mengenalkan kepada peserta didik ajaran agama secara terpadu dengan seluruh aspek kehidupan melalui berbagai subjek pelajaran. Fungsi ini lebih menekankan pada nilainilai universal dari ajaran agama yang berguna bagi kehidupan manusia dalam berbagai aspeknya.
48
e) Non konfensional. Pendidikan agama dimaksudkan sebagai alat untuk memahami keyakinan atau pandangan hidup yang dianut oleh orang lain. Pendidikan agama tidak memiliki peran “agamis” tetapi semata-mata untuk mengembangkan sikap toleransi dalam rangka mengembangkan kerukunan antar umat manusia.32 Dari berbagai fungsi di atas, tidak semuanya sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama di Indonesia. Sesuai dengan penjelasan pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, Pendidikan Agama “merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan mempertimbangkan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”. Dengan kata lain, Pendidikan
Agama
pada
dasarnya
memiliki
dua
tujuan,
yaitu
meningkatkan keberagamaan peserta didik dan mengembangkan sikap kerukunan hidup antarumat beragama. Hal ini berarti bahwa fungsi yang sesuai untuk Pendidikan Agama Islam, sebagai salah satu pendidikan agama di Indonesia adalah yang kedua, neo-konfensional.33 Pendidikan nasional kita diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang tidak saja memiliki intelektual tinggi (unggul dalam akademis) tetapi juga memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (religius), atau sering disebut manusia seutuhnya yang 32 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Metodologi Pengajaran Agama (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 8-10. 33 Ibid., hlm. 11.
49
memiliki imtaq dan iptek. Ini tercermin dari tujuan pendidikan nasional dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawa. ”34 Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas adalah sebagai berikut: a) Membina siswa agar benar-benar beriman kepada Allah dan RasulNya serta apa yang disyari’atkan Allah. b) Mengokohkan jiwa keagamaan. c) Menanam kepercayaan siswa tentang akhlak dan nilai-nilai yang baik dalam masyarakat atas dasar (hasil) pemikiran, pemahaman. d) Meningkatkan kemauan siswa untuk selalu menjaga dasar-dasar dan syi’ar agama. e) Meningkatkan keterikatan siswa dengan al-Qur’an dan Hadits. f) Menumbuhkan kemampuan siswa untuk memahami tujuan dan peraturan tentang pembinaan keluarga dalam Islam, yang didasarkan atas dasar agama, etika, dan bangsa. g) Memperluas pengertian siswa tentang tujuan agama dalam pembinaan masyarakat, pelaksaan pemerintahan atas dasar permusyawaratan, 34
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 7.
50
keadilan, kebebasan, persamaan dan persaudaraan dan memberi pengertian tentang arti saling membantu antara sesama Muslim. h) Mempertebal cinta tanah air, karena tujuannya sesuai dengan tujuan agama. i) Menanam kepercayaan siswa, bahwa mereka adalah tenaga potensial yang mampu berbuat dalam berbagai bidang untuk meningkatkan kemakmuran umum dan mengurusnya. j) Mengembangkan naluri berjiwa besar pada pemuda agar mereka bebas dari ketakutan, kelemahan, dan pengecut. k) Menjadikan sekolah pusat pengembangan agama dan etika masyarakat dan lingkungannya. l) Mengajak para siswa memperhatikan perkembangan dunia Islam dan hubungan antara sesama muslim, peran agama dalam memecahkan berbagai persoalan agar kehidupan sesuai dengan petunjuk agama.35 Tujuan pembelajaran ini bisa bersifat umum, bisa dalam kontinum umum-khusus, dan bisa bersifat khusus. Tujuan PAI yang bersifat umum tercermin dalam GBPP mata pelajaran PAI di sekolah, bahwa PAI bertujuan “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak
35
M. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985), hlm. 249-250.
51
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi”.36 Pernyataan tujuan tersebut masih sangat luas, idealis, dan sangat umum sehingga perlu dijabarkan unsur-unsur yang terkandung dalam rumusan tujuan tersebut pada tataran yang lebih rinci (khusus) dan operasional. Tujuan dalam kontinum umum-khusus, misalnya siswa memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan serta terbiasa menampilkan perilaku agamis dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tersebut masih perlu dijabarkan yang lebih khusus lagi, misalnya 1) peserta didik dapat memilih lingkungan yang bersih, sehat, indah, dan agamis; 2) peserta didik dapat menghargai lingkungan yang bersih, sehat, indah, dan agamis; 3) peserta didik dapat berperilaku menjaga lingkungan yang bersih, sehat, indah, dan agamis dalam kehidupan sehari-hari. 2) Karakteristik Bidang Studi Karakteristik bidang studi merupakan struktur bidang studi yang mengacu kepada hubungan-hubungan di antara bagian-bagian bidang studi itu. Sedangkan yang dimaksud dengan karakteristik bidang studi PAI adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang terbangun dalam struktur isi dan konstruk/tipe isi bidang studi PAI berupa fakta, konsep, dalil/hukum, prinsip/kaidah, prosedur, dan keimanan yang menjadi landasan dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran.37
36 37
Muhaimin (dkk.), op. cit., hlm. 150. Ibid..
52
Struktur bidang studi penting sekali bagi keperluan pemilihan dan pengembangan strategi pengorganisasian pengajaran yang optimal, yaitu yang berkaitan dengan pemilihan, penataan urutan, pembuatan rangkuman, dan sintesis bagian-bagian bidang studi yang terkait.38 Dalam suatu pembelajaran materi bukanlah merupakan tujuan. Karena itu, penentuan materi pengajaran harus didasarkan pada tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat kesulitan, maupun organisasinya. Secara garis besar, materi dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: a) Dasar, yaitu materi yang penguasaannya menjadi kualifikasi lulusan dari pengajaran yang bersangkutan. Materi jenis ini diharapkan dapat secara langsung membantu terwujudnya sosok individu “berpendidikan” yang diidealkan. Diantara materi tersebut adalah ilmu Tauhid, Fiqh, dan Akhlaq. b) Sekuensial, yaitu materi yang dimaksudkan untuk dijadikan dasar untuk mengembangkan lebih lanjut materi dasar. Materi ini tidak secara langsung dan tersendiri akan menghantarkan peserta didik kepada peningkatan dimensi keberagamaan mereka, tetapi sebagai landasan yang akan mengokohkan materi dasar. Diantara subjek yang berisi materi jenis ini adalah Tafsir dan Hadits. c) Instrumental, yaitu materi yang tidak secara langsung berguna untuk meningkatkan keberagamaan, tetapi penguasaannya sangat membantu
38
M. Arif Ridwan, op. cit., hlm. 46.
53
sebagai alat untuk mencapai penguasaaan materi dasar keberagamaan. Yang tergolong materi ini adalah Bahasa Arab. d) Pengembang personal, yaitu materi yang tidak secara langsung meningkatkan keberagamaan ataupun toleransi beragama, tetapi mampu membentuk kepribadian yang sangat diperlukan dalam “kehidupan beragama”. Diantara materi yang termasuk dalam kategori jenis ini adalah sejarah kehidupan manusia, baik sejarah di masa lampau maupun kontemporer.39 Dalam operasionalnya pendidikan agama di sekolah-sekolah umum diatur oleh Menteri Agama dengan Menteri Pendidikan Kebudayaan (sekarang bernama Menteri Pendidikan Nasional). Di sekolah-sekolah negeri sejak dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, pendidikan agama dilaksanakan dua jam pelajaran setiap minggunya.40 Dalam Standar Nasional, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dikelompokkan ke dalam lima unsur pokok mata pelajaran, yaitu: alQur’an dan al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan tarikh/sejarah. Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas).41
39
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, op. cit., hlm. 16-19. Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 38. 41 Abdul Majid dan Dian andayani, op. cit.,hlm. 131. 40
54
3) Kendala Pembelajaran Kendala pembelajaran adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, seperti keterbatasan alokasi waktu, media, personalia, dan keterbatasan
dana
penyampaian
yang
yang
tersedia.42
akan
dipilih
Bagaimanapun dan
juga,
strategi
dilaksanakan
harus
mempertimbangkan variabel ini. Sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan
kemudahan
kepada
seseorang
dalam
belajarnya.
Pengembangan sumber belajar terdiri dari dua macam, yaitu: a) sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu belajar-mengajar (learning resources by design). Misalnya buku, brosur, ensiklopedia, film, video, tape, slides, film strips, dan OHP. b) sumber belajar yang dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala macam yang ada di sekeliling kita (learning resources by utilization). Misalnya pasar, toko, museum, tokoh masyarakat, taman, gedung lembaga Negara, dan lainlain.43 Adalah tidak masuk akal suatu strategi penyampaian yang tidak didukung oleh sumber-sumber belajar. Memilih media transparansi umpamanya, harus didasari oleh kepastian bahwa tersedia overhead projector (OHP). Keputusan memilih OHP harus didasari oleh kepastian 42
Muhaimin (dkk), loc.cit. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), hlm. 77. 43
55
tersedianya aliran listrik, dan begitu seterusnya, sampai pertimbangan apakah personalia (guru) mempunyai kemampuan untuk menggunakan OHP sebagai media pembelajaran. Disamping faktor tersedianya media dan kemampuan personalia, keterbatasan dana juga perlu diperhatikan. Faktor ini amat menentukan berhasil tidaknya penggunaan suatu strategi penyampaian. Realisasi dari faktor ini akan tampak sekali dalam penyediaan sumber-sumber belajar. Degeng, sebagaimana dikutip M. Arif Ridwan dalam skripsinya menyatakan bahwa faktor lain yang termasuk kendala adalah waktu. Keterbatasan
waktu
banyak
mempengaruhi
pemilihan
strategi
penyampaian. Beberapa media pengajaran, atau kegiatan belajar tertentu, atau pula penstrukturan kelas membawa konsekuensi khusus pada alokasi waktu belajar. Menyampaikan pengajaran dengan media film umpamanya, membutuhkan waktu lebih singkat dari pada mengamati langsung suatu proses kegiatan. Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima, membutuhkan waktu lebih singkat dari pada kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menemukan. Menyampaikan pengajaran kepada kelompok besar lebih menghemat waktu dari pada kelompok-kelompok kecil atau pada perseorangan.44 4) Karakteristik Peserta Didik Karakteristik peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan 44
M. Arif Ridwan, op. cit., hlm. 47.
56
kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai.45 Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berpikir, watak, perilakunya, dan hasil belajarnya berbedabeda antara manusia satu dengan lainnya.46 Individu peserta didik memiliki karakteristik sendiri-sendiri sehingga individu yang satu dan individu lainnya berbeda, baik secara horizontal (mental, emosional, sosial, dan personal) maupun secara vertikal (berbeda dalam segi jasmaniah). Setiap individu berada dalam situasi tumbuh dan berkembang, merupakan suatu kesatuan yang potensial yang jika disediakan lingkungan yang serasi, pertumbuhan dan perkembangan itu berlangsung lebih terarah dan lebih cepat. Keberbedaan individual diwarnai oleh latar belakang sistem nilai, sosiokultural, keluarga , dan masyarakat sekitarnya.47 Peserta didik juga berasal dari lingkungan keluarga yang beraneka ragam tingkat pemahaman, pengalaman serta penghayatan agama. Dan hal ini tentu ada peserta didik yang berasal dari keluarga yang sudah memiliki pemahaman, pengalaman, dan penghayatan agama yang tinggi, tetapi juga ada yang berasal dari kelompok sedang dan rendah. Idealnya kelompok45
Muhaimin (dkk.), op. cit., hlm. 150. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 10. 47 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan CBSA (Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 5-6. 46
57
kelompok tersebut harus dipisahkan agar mendapat perlakuan yang berbeda sehingga masing-masing kelompok memperoleh perhatian.48 Karena
keberbedaan
individual
itu
pula
maka
perlu
dipertimbangkan prosedur instruksional yang tepat dalam bentuk kemudahan dan bimbingan sesuai dengan individu-individu yang bersangkutan. Pelayanan terhadap individu-individu yang berbeda itu merupakan salah satu tugas strategi atau pendekatan pengajaran. Apapun
pendekatan
yang
dipilih,
yang
terpenting
dalam
pembelajaran adalah menempatkan peserta didik sebagai pusat aktivitas. Peserta didik tidak hanya terbatas “mempelajari tentang suatu hal”, melainkan bagaimana proses belajar itu mampu memperkaya khazanah pengalaman belajar dan mempelajari bagaimana cara belajar. Proses pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitarnya.49 Variabel ini sangat berpengaruh dalam pemilihan strategi pengorganisasian isi dan strategi penyampaian pembelajaran PAI. Lingkungan juga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan jiwa peserta didik itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan akan dapat memberikan pengaruh yang positif maupun negatif terhadap pertumbuhan jiwa, akhlak maupun perasaan agamanya. Pengaruh tersebut diantaranya datang dari teman-teman sebayanya atau 48
Haidar Putra Daulay, op. cit., hlm. 39. Mamat S B, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 3. 49
58
masyarakat sekitarnya. Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif, apabila lingkungan itu dapat memberikan dorongan atau dapat memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal-hal yang baik. Begitu pula sebaliknya lingkungan dapat dikatakan negatif apabila keadaan sekitar anak itu tidak memberikan dukungan atau pengaruh yang baik.50 b. Metode pembelajaran PAI Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran PAI yang berada dalam kondisi pembelajaran tertentu.51 Menurut Degeng, dalam mengembangkan metode pembelajaran, ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan, yaitu strategi pengorganisasian
(organizational
strategi);
strategi
penyampaian
(Delivery strategi); strategi pengelolaan pembelajaran (Management strategi).52 1) Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategi) Strategi
pengorganisasian
adalah
suatu
metode
untuk
mengorganisasi isi bidang studi PAI yang dipilih untuk pembelajaran. Pengorganisasian isi bidang studi mengacu pada kegiatan pemilihan isi, pembuatan diagram, skema, format, dan sebagainya. Strategi ini dapat dibedakan menjadi strategi mikro dan strategi
50
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang: UM Press, 2004), hlm. 28-29. 51 Ibid., hlm. 147. 52 M. Arif Ridwan, op. cit., hlm. 141.
59
makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasikan isi pembelajaran PAI yang menyangkut satu konsep, prosedur, atau prinsip, dalil,
hukum.
Strategi
makro
mengacu
pada
metode
untuk
mengorganisasikan isi pembelajaran PAI yang melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur, atau prinsip, dalil, dan hukum. Strategi makro berkaitan dengan bagaimana memilih isi pembelajaran PAI yang sesuai dengan tujuan, menata urutan isi pembelajaran berdasarkan urutan konsep secara prosedural,
membuat
sintesis
dengan
menunjukkan
keterkaitan
antarkonsep, dan rangkuman isi berdasarkan tujuan pembelajaran serta keterkaitan antarkonsep atau prosedur.53 Guru
harus
mampu
mengorganisasikan
pengetahuan
dan
pengalaman yang sudah diperoleh siswa di luar sekolah dengan pengalaman belajar yang diberikannya. Pengorganisasian yang sistematis dapat membantu guru untuk menyampaikan informasi dan mendapatkan informasi secara tepat. Informasi tersebut kemudian dijadikan sebagai umpan balik untuk kegiatan belajar yang sedang dilaksanakan.54 2) Strategi Penyampaian (Delivery Strategi) Strategi penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-metode penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespons dan menerima pelajaran PAI dengan mudah, cepat, dan menyenangkan. Karena itu penetapan strategi penyampaian perlu
53 54
Muhaimin (dkk.), op. cit., hlm. 151. Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, op. cit., hlm. 75.
60
menerima serta merespons masukan dari peserta didik.55 Ada tiga komponen dalam strategi ini, yaitu a) media pembelajaran: dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan perantara (medium) untuk dimuati pesan nilai-nilai pendidikan agama yang akan disampaikan kepada peserta didik; b) interaksi media pembelajaran dengan peserta didik: komponen strategi penyampaian pengajaran yang mengacu kepada kegiatan apa yang dilakukan oleh peserta didik dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar itu; c) pola atau bentuk belajar-mengajar:
komponen strategi penyampaian pengajaran yang
mengacu apakah siswa belajar dalam kelompok besar, kecil, perseorangan ataukah mandiri.56 3) Strategi Pengelolaan Pembelajaran (Management Strategi) Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi ini berupaya untuk menata interaksi peserta didik dengan memperhatikan empat hal, yaitu a) penjadwalan kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik dalam pembelajaran; b) pembuatan catatan kemajuan belajar peserta didik melalui penilaian yang komprehensif dan berkala selama proses pembelajaran berlangsung maupun sesudahnya; c) pengelolaan motivasi 55 56
Muhaimin (dkk.), op. cit., hlm. 152. Ibid..
61
peserta didik dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik; d) kontrol belajar yang mengacu kepada pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.57 Metode dalam sistem pendidikan Islam mempunyai peran dan fungsi khusus. Penerapan metode yang tepat harus disesuaikan dengan kekhususan kemampuan peserta didik dalam belajar, oleh sebab itu metode secara operasional memiliki berbagai macam bentuk dan variasi praktis.58 Suatu metode kita pilih maka itu berarti kita menerima kelemahannya disamping keunggulannya. Itu berarti pula tidak satupun metode pengajaran yang baik kalau dia berdiri sendiri. Karena itu sangat dianjurkan untuk menggunakan berbagai macam metode (multi metode) dalam setiap kali penyajian bahan pengajaran. Adapun kriteria pemilihan metode yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) tujuan pengajaran, yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakkan siswa setelah proses belajar-mengajar. Tujuan pengajaran pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik jelas berbeda; b) materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran. Materi pengajaran yang berupa fakta memerlukan metode yang berbeda dari metode yang dipakai untuk mengajarkan materi yang berupa konsep, prosedur, atau kaidah; 57
Ibid., hlm. 155. Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 145. 58
62
c) besar kelas (jumlah siswa), yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan. Kelas dengan 5-10 orang siswa memerlukan metode pengajaran yang berbeda dari metode pengajaran untuk kelas dengan 50-100 orang siswa; d) kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa untuk menangkap dan memperkembangkan bahan pengajaran yang diajarkan. Hal ini banyak bergantung pada tingkat kematangan siswa baik mental, fisik, maupun intelektualnya; e) kemampuan guru/dosen/instruktor, yaitu mencakup kemampuan fisik dan keahlian dalam menggunakan berbagai jenis metode pengajaran. Metode ceramah memerlukan kekuatan guru secara fisik. Metode diskusi menuntut keahlian guru yang agak tinggi, karena informasi yang diperlukan kadang lebih banyak daripada sekedar bahan yang diajarkan;59 f) fasilitas yang tersedia, yaitu bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Seorang guru yang mengajar dalam kelas yang besar tetapi dengan suara yang lembut, masih dapat menggunakan metode ceramah apabila tersedia alat pengeras suara; g) waktu yang tersedia, yaitu jumlah waktu yang direncanakan atau dialokasikan untuk menyajikan bahan pengajaran guna mencapai tujuan pengajaran yang sudah ditentukan. Untuk materi yang banyak yang akan disajikan dalam waktu yang singkat memerlukan metode yang berbeda 59
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 33.
63
dengan penyajian bahan yang relatif sedikit tetapi waktu penyajian relatif cukup banyak;60 h) situasi, yang termasuk dalam situasi adalah keadaan para pelajar (yang menyangkut kelelahan dan semangat mereka), keadaan suasana, keadaan guru (kelelahan guru), keadaan kelas lain yang berdekatan dengan kelas yang akan diberi pelajaran dengan metode tertentu. Apabila para pelajar telah lelah (yang diajar dengan metode ceramah), guru sebaiknya mengganti metode mengajarnya misalnya dengan metode sosiodrama. Demikian pula apabila guru melihat bahwa pelajar sedang bersemangat (dalam
membicarakan
peristiwa
dalam
masyarakat)
maka
guru
menggunakan metode diskusi. Apabila kelas di sekitar kelas yang sedang diberi pelajaran ribut, sebaiknya guru menggunakan metode pemberian tugas atau metode Tanya jawab (sebab metode tersebut menuntut konsentrasi pelajar). i) partisipasi, adalah turut aktif dalam sesuatu kegiatan. Apabila guru ingin agar para pelajar turut aktif secara merata dalam suatu kegiatan, guru tersebut tentunya akan menggunakan metode kerja kelompok. Demikian pula apabila para pelajar dikehendaki turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan ilmiah misalnya mengumpulkan data yang kemudian disajikan dalam pembahasan ilmiah, maka tentunya, guru akan menggunakan metode unit dan atau metode seminar;
60
Slameto, op. cit., hlm. 98-99.
64
j) kebaikan dan kelemahan metode tertentu, tidak ada satu metode yang baik untuk setiap tujuan dalam setiap situasi. Setiap metode mempunyai kebaikan
dan
kelemahan.
Dengan
sifatnya yang
polivalen
dan
polipraemasi, guru perlu mengetahui kapan sesuatu metode tepat digunakan dan kapan dia menggunakan kombinasi dari metode-metode tersebut. Guru hendaknya memilih metode yang paling banyak mendatangkan hasil.61 Beberapa jenis metode dan penggunaannya dalam pendidikan agama Islam: a) Metode Ceramah Ceramah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang guru di depan sekelompok siswa/ kelas. Keunggulan dari metode ini adalah (1) dapat dipakai pada siswa yang sudah dewasa, (2) Menghabiskan waktu dengan baik-baik, (3) dapat dipakai dalam kelompok yang besar, (4) tidak melibatkan terlalu banyak alat pembantu, (5) dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah dibaca, (6) dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran atau aktivitas. Kekurangannya adalah (1) menghalangi respon dari siswa yang belajar, (2) hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik, (3) pembicara harus menguasai pokok pembicaraannya, (4) dapat menjadi kurang menarik, (5) pelajar dapat memanfaatkan hanya
61
Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm. 59-60.
65
pendengarannya, (6) sulit untuk dipakai pada anak-anak, (7) membatasi daya ingat, (8) biasanya hanya satu indera yang dipakai, (9) pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi siswa yang belajar.62 b) Metode Tanya Jawab Adalah cara penyajian bahan pengajaran dengan jalan mengajukan pertanyaan dengan maksud untuk mendapatkan jawaban lisan atau berupa tindakan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan guru/ instruktur kepada siswa atau sebaliknya sebagai upaya untuk melengkapi atau memperdalam penguasaan bahan guna pencapaian tujuan pengajaran. Keunggulannya adalah (1) siswa aktif dalam pengajaran, (2) terbuka peluang bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, (3) perbedaan pendapat dengan siswa atau antara siswa dapat diketahui sehingga mudah diarahkan kepada diskusi yang sehat, dan (4) tidak menuntut banyak fasilitas. Kekurangannya yaitu (1) hampir tidak ada informasi baru yang diperoleh, (2) mudah terpancing untuk menyimpang dari pokok/bahan pelajaran, (3) mudah terpengaruh untuk menggunakan jawaban siswa sebagai alat untuk menilai siswa, (4) tidak semua guru/instruktur terampil bertanya, dan (5) tidak cocok untuk mencapai tujuan pengajaran pada ranah afektif dan psikomotorik.63
62 63
Slameto, op. cit., hlm. 100-101. Ibid., hlm. 113-114.
66
c) Metode Diskusi Kelompok Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang siswa atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin. Keunggulannya antara lain (1) memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat, (2) merupakan pendekatan yang demokratis, (3) mendorong rasa kesatuan, (4) memperluas pandangan, (5) menghayati kepemimpinan bersama-sama, dan (6) membantu mengembangkan kepemimpinan. Kekurangannya antara lain (1) tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, (2) peserta mendapat informasi yang terbatas, (3) diskusi mudah terjerumus, (4) membutuhkan pemimpin yang terampil, (5) mungkin dikuasai siswa-siswa yang suka berbicara, dan (6) biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formil.64 d) Metode Latihan Siap Metode ini dilaksanakan dengan jalan melatih anak-anak (murid) terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Kelebihannya (1) sesuai dengan tujuannya, para murid akan memperoleh dan memiliki pengetahuan kesiapan; (2) dalam waktu yang relatif singkat, murid dengan cepat dapat memperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan; dan (3) menanamkan pada murid terhadap kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.
64
Ibid..
67
Kelemahannya adalah (1) menghambat perkembangan dan daya inisiatif murid; (2) kurang memperhatikan penyesuaiannya dengan lingkungan; (3) membentuk kebiasaan-kebiasaan yang kaku dan otomatis; dan (4) membentuk pengetahuan verbalis dan mekanis.65 e) Metode Demonstrasi dan Eksperimen Metode demonstrasi dan eksperimen adalah penyajian bahan pelajaran oleh guru/instruktur kepada siswa dengan menunjukkan model/benda asli, atau dengan menunjukkan urutan prosedur pembuatan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu untuk mencapai tujuan pengajaran. Keuntungannya adalah (1) perhatian akan lebih terpusat, (2) melibatkan banyak indera sehingga meningkatkan hasil belajar. Kekurangannya antara lain (1) kurang efektif untuk kelas besar, (2) kalau alatnya kecil sehingga sukar diamati atau terlalu besar sehingga tidak dapat dibawa masuk ke dalam kelas, (3) kadang-kadang timbul persepsi yang berbeda dari situasi yang sebenarnya, (4) kurang efektif kalau tidak ada kesempatan siswa mempraktikkannya, dan (5) sering memerlukan bahan atau alat yang cukup banyak.66 f) Metode Pemberian Tugas Belajar Metode ini sering disebut juga metode pekerjaan rumah, yaitu metode interaksi edukatif dimana murid diberi tugas khusus (sehubungan dengan bahan pelajaran) di luar jam-jam pelajaran.
65 66
Zuhairini dan Abdul Ghofir, op.cit., hlm. 66. Ibid., hlm. 112-113.
68
Dalam pendidikan agama metode ini sering digunakan terutama dalam hal-hal yang bersifat praktis, misalnya wudhu, zakat fitrah. Keunggulannya adalah (1) sangat efektif untuk mengisi waktu luang atau senggang dengan kegiatan-kegiatan yang konstruktif, (2) memupuk rasa tanggung jawab dalam segala bentuk tugas pekerjaan, (3) memberi dan menanamkan kebiasaan pada murid untuk kegiatan belajar, dan (4) memberikan tugas yang bersifat praktis kepada murid, misalnya membuat laporan tentang kegiatan kepribadian dan kegiatan amaliah sosial di daerahnya masing-masing, dan sebagainya. Kekurangannya antara lain (1) apabila tidak dimonitor secara baik, sering terjadi, tugas yang seharusnya dikerjakan murid dikerjakan oleh orang lain sehingga murid tidak tahu-menahu tentang pekerjaan atau tugasnya, (2) agak sulit memberikan tugas karena perbedaan individual murid dalam kemampuan dan minat belajarnya, (3) sering terjadi, anakanak tidak mengerjakan sendiri tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena hanya menyalin atau meniru hasil pekerjaan temannya, dan (4) apabila tugas yang diberikan terlalu banyak atau berat, akan dapat mengganggu keseimbangan mental murid.67 g) Metode Karyawisata Melalui karyawisata, sebagai metode interaksi edukatif, murid di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan tujuan belajar.
67
Ibid., hlm. 69.
69
Keunggulannya antara lain (1) memberi kepuasan terhadap keinginan murid dengan banyak melihat kenyataan, disamping keindahan alam sekitar di luar kelas atau sekolah; (2) murid akan bersifat terbuka, objektif, luas wawasannya karena hasil pengetahuan luar yang diperolehnya akan mempertinggi prestasi kepribadiannya; dan, (3) murid dapat memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman melalui karyawisata, sedangkan guru mendapatkan kesempatan menjelaskan segala sesuatu kepada murid. Kelemahannya (1) apabila objek karyawisata tidak sesuai untuk mencapai tujuan; (2) memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga kurang efisien bila dilihat dari segi waktu yang digunakan; dan (3) biaya penyelenggaraan karyawisata merupakan beban tambahan bagi murid, sehingga sangat memberatkan bagi murid-murid yang orang tuanya kurang mampu.68 h) Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar adalah kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifat pedagogis yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu serta saling percaya. Di
dalam
mengelompokkan
murid,
ada
beberapa
dasar
pertimbangan, yaitu (1) perbedaan individual murid dalam kemampuan belajar; (2) perbedaan individual murid dalam minat belajar; (3) sarana
68
Ibid., hlm. 70.
70
dan fasilitas pendidikan yang tersedia; (4) peningkatan partisipasi; (5) pembagian pekerjaan dan tugas.69 i) Metode Sosiodrama atau Bermain Peran Adalah
metode
mengajar dengan mendemonstrasikan cara
bertingkah laku dalam hubungan sosial. Kelebihannya ialah (1) melatih murid untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian untuk menjadi peran; (2) metode tersebut akan menarik perhatian murid sehingga suasana kelas menjadi hidup; (3) murid-murid
dapat
menghayati
suatu
peristiwa
sehingga
mudah
mengambil simpulan berdasarkan penghayatannya; (4) anak dilatih dapat menyusun buah pikiran dengan teratur dan sistematis. Kekurangannya antara lain (1) memakan waktu cukup banyak; (2) memerlukan persiapan yang teliti dan matang; (3) kadang-kadang murid tidak mau mendramatisasikan sesuatu adegan karena malu dan takut; dan (4) kita tidak dapat mengambil simpulan apa-apa apabila pelaksanaan dramatisasi gagal.70 j) Metode Sistem Regu (Team Teaching) Ialah metode mengajar dimana dua orang guru (atau lebih) bekerjasama mengajar sekelompok murid. Kelebihannya (1) pemahaman dan penguasaaan murid terhadap bahan akan lebih luas dan mendalam karena masing-masing guru memberikan tinjauannya yang sesuai dengan keahliannya; (2) proses 69 70
Ibid., hlm. 71. Ibid., hlm. 74.
71
pengajaran berjalan lebih lancar sebab masing-masing pengajar merasa terikat dan selalu berusaha menjaga nama baik timnya/regunya. Kelemahannya (1) sebelum tiba giliran mengajar, kadang-kadang, guru-guru
tersebut
tidak
memanfaatkannya
untuk
membuat
persiapan/rencana pelajaran dengan lebih baik; (2) apabila pengajar tidak dapat berintegrasi menjadi satu regu yang kompak, tidak mengenal tanggung jawab kelompok, tidak mempunyai partisipasi kelompok, dan pimpinan regu tidak mengkoordinasi usaha setiap anggota regu maka tujuan pengajaran tidak akan tercapai; dan (3) kemungkinan timbul penilaian
negatif
para
murid
terhadap
seorang
guru,
dengan
membandingkannya dengan guru yang lain, sehingga minat dan perhatian murid menjadi berkurang.71 k) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak dan memotivasi murid untuk memecahkan masalah dalam kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar. Kelebihannnya (1) melatih murid untuk menghadapi problemproblem atau situasi yang timbul timbul secara spontan; (2) murid-murid menjadi aktif dan berinisiatif sendiri serta bertanggungjawab; dan (3) pendidikan di sekolah relevan dengan kehidupan di masyarakat. Kekurangannya (1) memerlukan waktu yang cukup lama sehingga kurang efektif dan efisien; (2) murid yang pasif dan malas akan tertinggal
71
Ibid..
72
dari temannya; dan (3) sukar sekali mengorganisasikan bahan pelajaran dengan baik.72 l) Metode Proyek/ Unit Adalah diorganisasikan
suatu
metode
sedemikian
mengajar rupa
dimana
sehingga
bahan
pelajaran
merupakan
suatu
keseluruhan/kesatuan bulat yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah. Kelebihan/kebaikanya adalah (1) murid memperoleh pengetahuan yang bulat; (2) murid akan berpandangan luas, melihat hubungan antara bahan/mata pelajaran satu dengan yang lain; (3) murid sama-sama aktif; (4) murid dibiasakan bekerja secara ilmiah; (5) Pengetahuan murid menjadi praktis; dan (6) hubungan antara sekolah dan masyarakat terbina baik. Kekurangan dan kelemahannya (1) memakan waktu yang cukup lama; (2) ada kalanya sukar mendapatkan sumber-sumber yang tepat; dan (3) pengetahuan dan kecakapan guru harus cukup dan memadai baik tentang bahan maupun metode tersebut.73 m) Metode Mengingat Adalah metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah bibaca dan dipelajari secara benar seperti apa adanya. Ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan metode ini, yaitu (1) merefleksi yakni memperhatikan bahan yang sedang 72 73
Ibid., hlm. 75. Ibid..
73
dipelajari baik dari segi tulisan dan tanda bacanya maupun syakalnya; (2) mengulang yakni membaca dan atau mengikuti berulang-ulang apa yang diucapkan oleh pengajar; (3) meresitasi yakni mengulang secara individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah dipelajari; dan (4) retensi yakni ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari bersifat permanen.74 n) Metode Studi Kasus Materi pengajaran Pendidikan Agama Islam banyak yang memerlukan pendekatan studi kasus (bahsul masail). Metode studi kasus bukan saja memberikan pengalaman dalam pengambilan keputusan, akan tetapi juga merangsang konseptualisasi yang didasarkan kasus individu maupun kelompok. Metode ini juga dapat merangsang diskusi dan interaksi dalam kelompok. Langkah-langkahnya: (1) pemilihan kasus, kasus yang dipilih harus representatif dalam pemecahan suatu masalah sehingga banyak hal bisa dipelajari; (2) membaca, setiap murid perlu membaca semua catatan dan referensi mengenai kasus tersebut secara mendalam; (3) analisis, selama dan sesudah membaca setiap murid disarankan untuk menganalisis kasus itu tahap demi tahap; (4) diskusi, setelah penilaian kasus secara individual selesai, tiba saatnya, semua murid di kelas mempertukarkan simpulan dan pertimbangannya secara lisan mengenai kasus tersebut.75
74 75
Ibid., hlm. 76. Ibid..
74
c. Hasil pembelajaran PAI Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi, dan daya tarik.76 1) Keefektifan pembelajaran Keefektifan pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian peserta didik pada tujuan atau isi bidang studi yang telah ditetapkan. Indikatornya adalah: a) Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari. Makin cepat siswa menguasai perilaku yang dipelajari maka makin efektif pula pengajaran yang telah dijalankan. b) Kecepatan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar. Ini dikaitkan dengan jumlah waktu yang diperlukan dalam menampilkan unjuk kerja. c) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh. Pembelajaran
dikatakan
efektif
apabila
peserta
didik
dapat
menampilkan unjuk kerja yang sesuai dengan prosedur baku yang telah ditetapkan. d) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar. Mengacu pada banyaknya unjuk kerja yang mampu ditampilkan oleh peserta didik dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan.
76
Muhaimin (dkk)., op. cit., hlm. 156.
75
e) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai. Cara inilah yang paling mungkin dan banyak dilakukan. f) Tingkat alih belajar, yaitu kemampuan peserta didik dalam melakukan alih belajar dari apa yang telah dikuasainya ke hal lain yang serupa. g) Tingkat retensi belajar, yaitu jumlah unjuk kerja yang masih mampu ditampilkan oleh peserta didik setelah selang periode waktu tertentu.77 2) Efisiensi pembelajaran Efisiensi
pembelajaran
dapat
diukur
dengan
rasio
antara
keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan atau dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.78 3) Daya tarik pembelajaran Daya tarik pembelajaran diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk berkeinginan terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.79
3. Problematika Pembelajaran PAI Ada banyak pemicu yang menyebabkan timbulnya problematika dalam pembelajaran PAI, antara lain: a. Guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan dan kurang dedikasi sesuai tuntutan pendidikan.
77
M. Arif Ridwan, op. cit., hlm. 51. Muhaimin (dkk.), loc. cit. 79 M. Arif Ridwan, op. cit., hlm. 52. 78
76
b. Kesulitan bagi guru dalam menghadapi perbedaan individu peserta didik. c. Kesulitan dalam menentukan materi dan metode yang sesuai. d. Kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran. e. Kurikulum yang terlalu padat, karena terlalu banyak menampung kegiatan tanpa mengarahkan prioritas. f. Hubungan guru agama dengan peserta didik hanya bersifat formal tanpa berkelanjutan dalam situasi informal di luar kelas. g. Situasi lingkungan sekolah yang dipengaruhi godaan-godaan syetan dalam berbagai ragam bentuknya, antara lain judi, tontonan yang bernada menyenangkan hawa nafsu. Situasi demikian melemahkan daya konsentrasi berfikir dan berakhlak mulia serta mengurangi daya saing dalam meraih kemajuan. h. Sikap orang tua yang kurang menyadari tentang pentingnya pendidikan agama di sekolah yang berlanjut di rumah.80
4. Pola Pengembangan Pembelajaran PAI Pola pembelajaran adalah model yang menggambarkan kedudukan serta peran guru dan pelajar dalam proses pembelajaran. Dalam praktiknya tidak ada pola pembelajaran yang baku dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi pembelajaran. Berbagai pola saling berbaur dan melengkapi satu dengan lainnya. Pada awalnya, pola pembelajaran 80
Abdul Wahid, Paradigma Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm.
279.
77
didominasi oleh guru sebagai satu-satunya sumber belajar, penentu metode belajar, bahkan termasuk penilai kemajuan belajar pelajar.81 Kondisi tersebut tampak pada diagram berikut: Penetapan isi dan metode pembelajaran
Tujuan
Guru
Pelajar
Gambar 2.3 Pola Pembelajaran dengan Dominasi Guru (Muhaimin dkk, 2004) Perkembangan
pembelajaran
telah
mempengaruhi
pola
pembelajaran. Guru yang semula sebagai satu-satunya sumber belajar, peranannya
mulai
dibantu
media
pembelajaran
sehingga
proses
pembelajaran tampak berubah lebih efisien. Penggunaan media dan teknologi dalam pembelajaran selain dapat memberi kontribusi terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa juga membantu guru untuk mempermudah proses pembelajaran dan memperjelas materi yang dipelajari secara beragam dan lebih kongkrit sehingga memberi kesan lebih mendalam bagi siswa.82 Pola tersebut tampak pada diagram berikut: Tujuan
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Guru dengan media
Gambar 2.4 Pola Pembelajaran dengan Guru dan Media (Muhaimin dkk, 2004)
81
Muhaimin (dkk.), loc. cit. Ahmad Rofiq, op.cit., hlm. 43.
82
78
Pelajar
Pembelajarn terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, kuranglah memadai kalau sumber belajar hanya berasal dari guru atau berupa media buku teks atau audio-visual. Kondisi ini mulai dirasakan perlu ada cara baru dalam mengomunikasikan pesan verbal maupun nonverbal. Kecenderungan pembelajaran dewasa ini adalah sistem belajar mandiri dalam program terstruktur. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber belajar secara khusus yang memungkinkan dapat dipergunakan pelajar secara langsung. Sumber belajar jenis ini lazimnya berupa media yang dipersiapkan oleh kelompok guru dengan tenaga ahli media sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Guru dan ahli media berinteraksi dengan pelajar berdasarkan satu tanggung jawab bersama. Pola jenis ini tampak pada diagram berikut:83 Guru dengan Audio Visual Tujuan
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Pelajar
Media
Gambar 2.5 Pola Pembelajaran dengan Guru dan Ahli Media Berinteraksi dengan Pelajar (Muhaimin dkk, 2004) 83
Muhaimin (dkk), op. cit., hlm. 157.
79
Penggunaan media pembelajaran bagaimanapun canggihnya tentunya tidak akan berarti banyak apabila tidak ditunjang dengan kecakapan guru dan perencanaan guru dengan baik.84 Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan kualitas guru yang profesional, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membekali para guru agar mampu mengembangkan berbagai media pembelajaran. Guru dapat mempersiapkan bahan pembelajaran yang sistematis dan terprogram seperti buku ajar, modul, atau media lain yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Dengan begitu, pelajar akan lebih mandiri dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Tujuan
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Guru media
Pelajar
Gambar 2.6 Pola Pembelajaran dengan Guru yang Mampu Mengembangkan Media (Muhaimin dkk, 2004) Keempat pola dasar pembelajaran tersebut bisa dikombinasikan supaya proses pembelajaran sebagai suatu sistem dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien. Kombinasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
84
Ahmad Rofiq, op.cit., hlm. 44.
80
Sistem Guru
Tujuan
Penetapan isi dan metode pembelajaran
Guru dengan media
Pelajar
Guru media
Arus Balik dan Evaluasi Gambar 2.7 Kombinasi Keempat Pola Pembelajaran (Muhaimin dkk, 2004) Dalam praktiknya tidak ada pola pembelajaran yang baku dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi pembelajaran. Berbagai pola tersebut saling berbaur dan melengkapi satu dengan lainnya. Secara operasional, penerapan pola pembelajaran mempunyai ciri pokok, yaitu: a. Fasilitas fisik sebagai perantara penyajian informasi; b. Sistem pembelajaran dan pemanfaatan fasilitas yang merupakan komponen terpadu; c. Adanya pilihan yang memungkinkan terjadinya perubahan fisik tempat belajar; hubungan guru dan pelajar yang dibantu media; aktivitas peserta didik yang lebih mandiri; perlunya kerja sama lintas disiplin ilmu (ahli instruksional, ahli media pembelajaran); perubahan peranan dan kecakapan mengajar; keluwesan waktu dan tempat belajar.85 85
Muhaimin (dkk), op. cit., hlm. 159.
81
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research). Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau ”in situ”.86 Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.87
B. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat digunakan, akan tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti instrumen.
86 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 26.Lexy J. Moleong, Op. Cit., h. 26. 87 Ibid., hlm. 6.
82
Oleh karena itu kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak dilakukan atau diperlukan.88 Peranan
penulis
sebagai
instrumen
utama
dalam
proses
pengumpulan data, penulis realisasikan dengan mengamati dan berdialog secara langsung dengan beberapa pihak dan elemen yang berkaitan langsung.
C. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA N I Puri Mojokerto yang terletak di Jl. Jaya Negara No.2 Mojokerto. Pemilihan lokasi ini atas beberapa pertimbangan yaitu bahwa letaknya yang sangat strategis sehingga menunjang penelitian ini tanpa kesulitan, selain itu sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit yang nota bene adalah sekolah umum sehingga pelajarnya tidak semuanya beragama Islam tetapi dari berbagai agama. Dari keadaan ini, maka peneliti mempunyai inspirasi untuk menelitinya.
D. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. 88
Fakultas Tarbiyah UIN, Pedoman Penulisan Skripsi (Malang: UIN, 2006), hlm. 18.
83
Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data.89 Data merupakan hal yang sangat esensial untuk menguak suatu permasalahan, dan data juga diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau mengisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.90 Data primer adalah data yang diambil dari sumber aslinya. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI, dan wakasek kurikulum. Sedangkan data skunder berasal dari sumber kedua, seperti dokumen-dokumen berupa catatan-catatan. Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah: dokumen-dokumen, catatan hasil wawancara, rekaman tape recorder, dan foto.
E. Prosedur Pengumpulan Data Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1. Metode Observasi Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang digunakan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis
89
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 129. 90 Yuswianto, Metodologi Penelitian (Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2002), hlm. 60.
84
terhadap fenomena yang diselidiki.91 Sehingga observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian untuk memperoleh data dalam melakukan penelitain. Dalam hal ini, peneliti menggunakan observasi partisipan yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, yakni kondisi fisik dan non fisik sekolah, proses pembelajaran PAI, serta fasilitas dan sarana pendidikan yang ada. 2. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan atau sebuah dialog dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.92 Dengan kata laian wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis berdasarkan tujuan umum penelitian. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto. Adapun sumber informasi (informan) dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI, dan wakasek kurikulum. 3. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan 91 92
Suharsimi Arikunto, hlm 136. Lexy J. Moleong, op. cit., hlm. 186.
85
untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.93 Dengan teknik dokumentasi, peneliti mengumpulkan data, dokumen atau laporan tertulis dari semua peristiwa yang isinya berupa penjelasan dan penilaian terhadap objek yang diteliti, seperti profil sekolah; sejarah berdirinya; visi, misi, dan tujuan; strutur organisasi, keadaan guru dan karyawan; keadaan siswa; sarana dan prasarana.
F. Teknik Analisis Data Menurut Suharsimi, dalam melakukan analisis data harus disesuaikan dengan pendekatan atau desain penelitian.94 Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan bukan angka-angka, akan tetapi berupa kata-kata atau gambaran yang berasal dari hasil observasi, naskah, wawancara, catatan atau dokumen lapangan dan dokumen-dokumen lainnya. Atas dasar itulah maka analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Artinya analisis data bukan dengan angka-angka melainkan dalam bentuk kata-kata, kalimat atau paragraf yang dinyatakan dalam bentuk deskriptif.
93 94
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 231. Ibid., hlm. 244.
86
G. Pengecekan Keabsahan data Dalam menerapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, yang didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Moleong ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan
(dependability),
dan
kepastian
(confirmability).95 Sedangkan teknik pemeriksaaannya adalah dengan: 1. Perpanjangan Keikutsertaan Dalam penelitian ini, keikutsertaan peneliti dilakukan selama peneliti melakukan penelitian. Karena lokasi penelitian cukup dekat, maka peneliti dapat ke lokasi setiap hari. 2. Ketekunan/Keajegan Pengamatan Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. 3. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam hal ini adalah triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
95
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 324.
87
H. Tahap-Tahap Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan meliputi: 1. Tahap persiapan a. Pengajuan judul proposal b. Konsultasi proposal ke dosen pembimbing c. Melakukan kegiatan kajian pustaka yang sesuai dengan judul proposal d. Menyusun metode penelitian e. Mengurus surat-surat perizinan 2. Tahap pelaksanaan a. Mengadakan observasi langsung ke SMA N I Puri Mojokerto b. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian c. Menggali data penunjang melalui dokumen-dokumen yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan. 3. Tahap penyelesaian a. Menyusun kerangka laporan hasil penelitian b. Menyusun laporan akhir penelitian dengan selalu berkonsultasi pada dosen pembimbing c. Ujian pertanggungjawaban di depan dewan penguji d. Penggandaan dan penyampaian laporan hasil penelitian kepada pihak yang berwenang dan berkepentingan.
88
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil SMA N I Puri Mojokerto Nama Sekolah
: SMA Negeri I Puri Mojokerto
Nomor Statistik
: 301050302009
Provinsi
: Jawa Timur
Pemerintah Kota/Kabupaten : Mojokerto Kecamatan
: Puri
Desa/Kelurahan
: Banjar Agung
Jalan dan Nomor
: Jalan Jaya Negara No.2
Kode Pos
: 61369
Telepon
: (0321) 322636
Faximili/Faks
: (0321) 327674
Status Sekolah
: Negeri
Surat Kelembagaan
: No. 0206/0/1980 Tanggal 30-07-1980
Penerbit SK
: Mendikbud
Tahun Berdiri
: 1980
Kegiatan Belajar Mengajar
: Pagi
Bangunan Sekolah
: Milik sendiri
Jarak ke Pusat Kecamatan
: 20 km
Jarak ke Pusat Kota
: 1 km
89
Terletak pada Lintasan
: Kota/Kabupaten
Jumlah Keanggotaan Rayon : 1 Organisasi Penyelenggara
: SMA Negeri I Puri Mojokerto
2. Sejarah Singkat SMA N I Puri Mojokerto SMA Negeri 1 Puri Mojokerto mempunyai sejarah yang cukup panjang, sebab merupakan cikal bakal adanya Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas di Kabupaten dan Kotamadya Mojokerto. Tahun 1960 di Wilayah Kabupaten dan Kotamadya Mojokerto hanya terdapat satu SMA Negeri yang lazim disebut orang sebagai SMA Negeri Mojokerto. SMA ini menempati gedung Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto yang bernama Gedung Bhinneka Tunggal Ika, sebelah timur alun-alun Mojokerto yang sekarang menjadi Gedung DPR. Tahun 1963 Yayasan Pendidikan Umum Mojokerto mendirikan bangunan yang akan dipakai sebagai tempat kegiatan belajar bagi SMA Negeri Mojokerto di Desa Banjaragung yang lebih populer dengan sebutan Gatoel, sejak saat itu SMA ini juga populer dengan sebutan SMA Gotoel. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 041 tahun 1974 tentang pembaharuan Pendidikan Dasar dan Menengah dengan ciri-ciri efektif, efisien, relevan, realistis, maka didirikanlah Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan atau disebut orang dengan nama SMPP. Di 34 (tiga puluh empat) kota di Indonesia,
90
Kabupaten Mojokerto salah satu kota yang mendapat kehormatan untuk didirikan SMPP tersebut. Pengelolaan SMPP sepenuhnya diserahkan pada SMA Negeri 1 yang ada pada waktu itu yaitu SMA Negeri 1 Mojokerto yang ada di Gatoel. Sejak saat itu SMA Negeri 1 Mojokerto yang terkenal dengan nama SMA Negeri Gatoel menjadi SMPP Mojokerto yang memiliki dua gedung yang berlokasi di dua Kecamatan yang berbeda, di Kecamatan Puri dan Kecamatan Sooko. Dalam perjalanan waktu dan demi pemerataan kesempatan belajar yang dicanangkan oleh pemerintah, di wilayah Mojokerto dibutuhkan SMA Negeri lagi untuk menampung putra daerah agar bisa menikmati kesempatan belajar pada jenjang Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas didirikanlah SMA Negeri yang baru yaitu SMA Negeri 1 yang dulunya SMA Negeri Gatoel berubah menjadi SMPP kemudian kembali lagi menjadi SMA Negeri 1 Mojokerto pada tahun 1980. Tahun 1997 berganti nama menjadi SMU Negeri 1 Puri dan tahun 2004 populer dengan nama SMA Negeri 1 Puri sampai saat ini. Selama perkembangannya, sekolah ini mengalami delapan masa kepemimpinan, yaittu: a. Soejitno, BA
(1980-1984)
b. Drs. Sugiarso
(1984-1988)
c. Drs. Lestari
(1988-1991)
d. Dra. Ami Yarmani
(1991-1992)
91
e. Drs. Ahmad Parlan Mulyono
(1992-1995)
f. Drs. Ponadi Abdullah
(1995-2000)
g. Dra. Endang Suyanti, MM
(2000-2006)
h. Dra. Saitin, M.Si
(2006-sekarang)
SMA Negeri 1 Puri sejak tahun 2004 menjadi sekolah pelaksana terbatas Kurikulum 2004 atau
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Pengembangan Kurikulum SMA Negeri 1 Puri mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan Pendidikan Nasional terdiri atas : Standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi SMA Negeri 1 Puri dalam mengembangkan Kurikulum. Secara garis besar Kurikulum SMA Negeri 1 Puri memuat: Tujuan, Standar Kompetensi Lulusan, Struktur dan muatan Kurikulum, dan Kalender Pendidikan yang dijalankan secara operasional. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Puri apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai tujuan Pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan nontes. Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana guna memenuhi :
92
a. Kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global. b. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia global. c. Sebagai proses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA N I Puri Mojokerto a. Visi Berdisiplin
dalam
belajar
berprestasi,
beriman,
bertaqwa,
berbudaya santun, berwawasan lingkungan sehat dan bersih, serta berkreasi dengan semangat mentari. Indikatornya adalah: 1) Unggul dalam pendidikan dan tenaga kependidikan. 2) Unggul dalam kurikulum. 3) Unggul dalam prestasi intrakurikuler. 4) Unggul dalam prestasi ekstrakurikuler. 5) Unggul dalam kelulusan. b. Misi 1) Menumbuhkan sekolah berbudaya mutu. 2) Memberdayakan seluruh SDM yang ada di sekolah secara optimal. 3) Menumbuhkan sikap disiplin, tertib, bersih, sehat, pada semua warga di sekolah. 4) Melaksanakan PBM/KBM secara efektif dan efisien. 5) Menciptakan wawasan lingkungan sehat dan bersih.
93
c. Tujuan 1) Meningkatkan profesionalisme dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelayanan prima pada pelanggan internal maupun ekternal. 2) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berbasis kecakapan hidup dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat dan lingkungan. 3) Membantu membimbing
membangkitkan dalam
segala
potensi
mengembangkan
peserta
potensi
yang
didik
dan
ada
dan
menanamkan sikap kompetitif yang kooperatif dalam rangka menghadapi tantangan masa depanya dengan kegiatan pengembangan model-model pembelajaran yang inovatif. 4) Memenuhi
sarana
dan
prasarana
dalam
pembelajaran
serta
memanfaatkan secara optimal. 5) Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat, alumni dan lembaga yang terkait guna memperoleh dukungan positif terhadap setiap program yang dicanangkan.
94
4. Strukur Organisasi KOMITE SEKOLAH Drs. H. Teguh Abdul
KEPALA SEKOLAH Dra. Saitin, M.Si WAKIL KEPALA SEKOLAH
PENGELOLA PERPUS Jumrotin. Dien Chris.
PENGELOLA LAB/ MEDIA BELAJAR
TATA USAHA Hj. Lilik Retno Indiana, S.Pd
PJB. LAB. FISIKA Drs. Zaini Fanani
PJB. LAB. BAHASA Luluk Fajriyah, S.Pd
PJB. LAB. BIOLOGI Purwantoro
PJB. LAB. KOMPUTER Abdul Kholiq, S.Pd
PJB. LAB. KIMIA Chrystina Y, S.Pd
PJB. RUANG MEDIA BELAJAR
UR. KURIKULUM Dra. Restoeti Lindiana
UR. KESISWAAN R. Imam Wahjudi, S.Pd, MM
WALI KELAS
UR. SARANA PRASARANA Dra. Listijorini
UR. HUB. MASYARAKAT Dra. H. Sofia
WALI KELAS
WALI KELAS
X-1 Sundusin Irfan, S.Ag
X-2 Drs. Purwoko Hadiwasito
XI- BHS Soegiany, S.Pd
XI- IA 1 Dra. Sri Endah Dwi Astoeti
XII- BHS Shofiyah, S.Pd
XII- IA 1 Afifah, S.Pd
X-3 Dra. Retno Indriani
X-4 Sisilia Dwi Y, S.Pd
XI- IA 2 Suprapti, S.Si
XI- IA 3 Sriati Listyorini,
XII- IA 2 Abdul Kholiq, S.Pd
XII- IA 3 Drs. Achmad Budhiarto
X-5 Dra. Suwarnik
X-6 Suprihatinings ih, S.Pd
XI- IA 4 Drs. Bagus Amrozi
XI- IA 5 Mukti Rahayu
XII- IA 4 Lies Permata BAsuki, S.Pd
XII- IA 5 Endang Nuruati, S.Pd
X-7 Dra. Hari Soegihartini
X-8 Solikhatinings ih, S.Pd
XI- IS 1 Edy S, S.Psi
XI- IS 2 Siti Fatimah S.Pd
XII- IS 1 Kusnah H, S.Pd
XII- IS 2 Nanik P, S.Pd
X-9 Rohadi, S.Pd
X-10 Ismail, S.Pd
XI- IS 3 Dra. Elok Sri Wahyuni
XI- IS 4 Slamet Hariadi, S.Pd
XII- IS 3 Sri Kundari, S.Pd
XII- IS 4 Dian Premana, S.Pd
GURU MATA PELAJARAN SISWA
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA N I Puri Mojokerto
95
5. Keadaan Guru dan Karyawan a. Guru SMA N I Puri Mojokerto mempunyai 77 guru, yaitu guru tetap sebanyak 61 orang, 14 orang guru tidak tetap, dan 2 orang guru bantu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran VI. b. Karyawan SMA N I Puri Mojokerto mempunyai 20 karyawan, yaitu 6 orang staf tata usaha dan 14 pegawai tidak tetap. Untuk lebih rincinya bisa dilihat pada lampiran VII. 6. Keadaan Siswa SMA N I Puri Mojokerto mempunyai banyak siswa dengan total 1.040 siswa. Kelas X ada 353 siswa, kelas XI ada 335 siswa, dan kelas XII ada 352 siswa. Data bisa dilihat pada lampiran VIII. 7. Keadaan Sarana dan Prasarana Data ada pada lampiran IX.
B. Paparan Hasil Penelitian Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti memperoleh data tentang strategi guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode interview/wawancara dan dokumentasi. Adapun data-data yang penulis peroleh dari SMA N I Puri Mojokerto mengenai strategi guru PAI dalam pengembangan pembelajaran
96
PAI adalah sebagai berikut: 1. Strategi Guru PAI di SMA N I Puri Mojokerto dalam Pengembangan Pembelajaran PAI yang Meliputi Kondisi, Metode, dan Hasilnya Strategi
yang
dilakukan
guru
PAI
dalam
pengembangan
pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto adalah dengan memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhinya, yaitu: a. Kondisi Pembelajaran PAI 1) Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto sama halnya dengan sekolah-sekolah pada umumnya yaitu sesuai dengan UUD 1945, UU Kependidikan, yaitu membentuk manusia yang beriman dan berbudi luhur. Selain tujuan umum tersebut, ada tujuan yang lebih khusus lagi, yang sesuai dengan konsep sendi-sendi keagamaan yang ada di silabus KBK dan KTSP, bahwa siswa bukan sekedar mengetahui tapi juga bisa mengamalkan. Tujuan pembelajaran diharapkan bisa mencakup tiga ranah/ aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Sundusin selaku guru PAI kelas X, beliau mengatakan: “Selain memperhatikan tujuan umum pembelajaran berdasarkan Undang-undang dan kurikulum, ada tujuan yang lebih khusus lagi yang mencakup tiga ranah, yaitu: a) Kognitif, agar anak dapat wawasan luas secara religius dan sains. Dalam memahami kehidupan berpegang pada pokok agama, peninjauan wawasan dan sains yang destruktif dikunyah secara ilmiah. b) Afektif, anak memiliki perilaku akhlakul karimah. c) Psikomotorik, ajaran itu (nuansa keagamaan dan wawasan ilmiah) terealisasi dalam kehidupan.”96 96
Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008.
97
Hal yang sama diungkapkan pula oleh Bapak Saiful Anwar: “Tujuan khusus dari pembelajaran PAI adalah siswa dituntut bukan sekedar kemampuan kognitif saja tapi juga menyeluruh pada tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Percuma kalau hanya kognitif dan afektif saja tapi tidak ada praktiknya, begitu juga sebaliknya.”97 2) Karakteristik Bidang Studi Di SMA N I Puri Mojokerto, bidang studi PAI disusun menjadi satu kesatuan utuh yang berisi tentang al-Qur’an/hadits, aqidah/akhlaq, ibadah/syari’ah, dan tarikh Islam. Seperti diungkapkan oleh Bapak Sundusin: “Bidang studi PAI disusun menjadi satu kesatuan utuh yang berisi tentang al-Qur’an/hadits, aqidah/akhlaq, ibadah/syari’ah, dan tarikh Islam. Dilakukan dengan pendekatan bi al-ma’qul (dengan rasio/akal), bi al-manqul (dengan mengikuti al-Qur’an dan hadits), bi al-uswah (dengan teladan/contoh yang baik).”98 3) Kendala Pembelajaran Kendala pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto kebanyakan terletak pada keterbatasan media belajar dan waktu. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hasyim Asy’ari selaku guru PAI kelas XII yang mengatakan bahwa: “Media pembelajaran untuk PAI disini tidak terlalu banyak/terbatas, padahal banyak sekali tuntutan tapi fasilitas belum memadai. Yang sering digunakan adalah masjid untuk praktik shalat, sedangkan untuk praktik pengurusan jenazah biasanya dilaksanakan di lapangan, dan untuk praktik haji kita harus ke Jabon. Untuk melakukan praktik tersebut dibutuhkan waktu yang 97 98
Wawancara dengan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008. Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008.
98
cukup panjang.”99 Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Saiful Anwar selaku guru kelas XI: “Disini sumber belajar/media belum standar, masih banyak yang manual sehingga siswa 80% dituntut untuk lebih aktif dan guru berperan 20% hanya sebagai fasilitator. Komputer juga sering digunakan, tapi yang dianggap lebih berpengaruh dalam pembelajaran adalah dengan observasi lapangan terutama untuk praktik pengurusan jenazah. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang mendapat tugas masing-masing, dan kelompok yang lain harus memperhatikan kelompok yang sedang praktik sehingga semua kelompok saling melengkapi.”100 Masjid merupakan sumber belajar yang paling penting dalam pembelajaran
PAI.
Untuk
itu
sekolah
sangat
memperhatikan
perkembangannya. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Kepala Sekolah: “Masjid adalah sentra dari kegiatan keagamaan. Keberadaannya sangat penting terutama untuk pembelajaran PAI. Apapun yang diminta masjid sebisa mungkin akan disediakan. Misalnya saja buku-buku untuk perpus masjid, sajadah, mukenah, dan petugas kebersihan, meskipun dari anak-anak sendiri sudah ada jadwal piket.”101 Kendala yang lain adalah waktu. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Saiful Anwar: “Optimalisasi pembelajaran PAI perbandingannya 60:40, itu dikarenakan keterbatasan waktu. Kalau memakai jam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) sangat kurang sehingga alternatif lain yang menjadi pilihan adalah dengan menggunakan hari libur. Misalnya saja dalam pelaksanaan praktik haji di Jabon.”102
99
Wawancara dengan Hasyim Asy’ari, Guru PAI Kelas XII, tanggal 19 Mei 2008. Wawancara dengan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008. 101 Wawancara dengan Saitin, Kepala Sekolah SMA N I Puri Mojokerto, tanggal 16 Mei 100
2008.
102
Wawancara dengan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008.
99
4) Karakteristik Peserta Didik SMA N I Puri Mojokerto mempunyai banyak siswa dengan total 1.040. Dengan besarnya jumlah siswa tersebut maka semakin besar pula perbedaan karakteristiknya. Untuk mengatasi hal itu, maka guru berupaya untuk menumbuhkan kreativitas dan memberikan motivasi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sundusin: “Di setiap kelas pasti kita jumpai beraneka karakteristik siswa. Untuk itu seorang guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang kondusif, misalnya dengan cara mengembangtumbuhkan kreativitas anak dan memotivasinya. Anak diharapkan bisa lebih aktif, kreatif, bisa menganalisis, mengambil keputusan, serta bisa melangkah.”103 Kemampuan awal yang dimiliki siswa juga berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Untuk itu sekolah mengadakan les baca tulis AlQur’an dan mengaji kitab Fiqh an-Nisa’ yang diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi siswa dan mendukung pembelajaran PAI. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Hasyim Asy’ari: “Pembelajaran diawali dengan pemberian motivasi dulu tentang tujuan pembelajaran dan materi-materi yang akan disampaikan sehingga siswa paham akan pentingnya materi tersebut. Dan untuk mengoptimalkan pembelajaran terutama bagi siswa yang kurang bisa membaca al-Qur’an maka sekolah mengadakan les baca tulis al-Qur’an dan mengaji kitab Fiqh an-Nisa’(fiqih wanita), selain itu ada juga SKI (Sie Kerohanian Islam) dan hadrah. Kegiatan ini Biasanya dilakukan sepulang sekolah, setelah Jum’atan, dan sore hari sesuai jadwal.”104
103 104
Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008. Wawancara dengan Hasyim Asy’ari, Guru PAI Kelas XII, tanggal 19 Mei 2008.
100
b. Metode Pembelajaran PAI 1) Strategi Pengorganisasian Materi Dalam pengorganisasian materi PAI, SMA N I Puri Mojokerto menetapkannya berdasarkan MGMP di sekolah dan kabupaten sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yaitu KBK dan KTSP. Ini diungkapkan oleh Ibu Restoeti Lindiana selaku Wakasek kurikulum: “Penetapan isi/materi PAI dan metode pembelajaran ditentukan berdasarkan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) sekolah dan kabupaten. Program umum semua mata pelajaran berdasarkan pemerintah sesuai KTSP dan KBK. Wakasek Kurikulum tidak ikut.”105 Materi-materi yang diajarkan tidak hanya mengacu pada buku paket dan LKS, tapi juga buku-buku yang relevan. Namun dalam realisasinya, materi-materi tersebut kadang tidak diberikan secara berurutan sesuai dengan isi buku. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Hasyim Asy’ari: “Materi-materi yang diajarkan berasal dari berbagai buku yang dirangkum, tidak hanya mengandalkan buku paket dan LKS. Yang lebih diutamakan adalah materi yang banyak membutuhkan praktik, misalnya tentang mawaris dan perkawinan, sehingga kadang sering loncat-loncat tidak sesuai dengan prosedur/urutan dalam buku.”106 2) Strategi Penyampaian Materi Metode yang sering digunakan dalam penyampaian materi PAI adalah ceramah, diskusi, pemberian tugas, dan demonstrasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sundusin dan Bapak Saiful: 105 106
Wawancara dengan Restoeti Lindiana, Wakasek kurikulum, tanggal 13 Mei 2008. Wawancara dengan Hasyim Asy’ari, Guru PAI Kelas XII, tanggal 19 Mei 2008.
101
“Metode yang saya gunakan dalam pembelajaran adalah: metode ceramah, diskusi kelompok, penugasan, dan demonstrasi. Dalam berdiskusi saya juga sering mengingatkan tentang etika berdiskusi, yaitu positive thinking dan pengembangan indera agar lebih mengena. Untuk metode demonstrasi jarang digunakan karena kurangnya dana.”107 Hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Bapak Hasyim Asy’ari. Beliau menyatakan bahwa: “Metode yang saya gunakan macem-macem: ada ceramah, tanya jawab, praktik/demonstrasi. Karena saya mengajar kelas XII, jadi metode yang sering saya gunakan adalah demonstrasi, terutama untuk materi-materi yang susah dijelaskan dan butuh banyak latihan. Misalnya materi tentang mawaris dan perkawinan.”108 Yang melatarbelakangi pemakaian metode di atas adalah kembali pada tugas guru sebagai pendidik yang bertugas untuk mendidik dan membekali anak didiknya. Seperti diungkapkan oleh Bapak Sundusin: “Yang melatarbelakangi penggunaan metode tersebut adalah tugas sebagai guru PAI untuk membekali anak didiknya, selanjutnya terserah mereka sendiri. Sesuai dengan QS. anNahl ayat 125 dan QS. Al-Ahzab ayat 21:
í÷Š$# 4’n<Î) È≅‹Î6y™ y7În/u‘ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ ÏπuΖ|¡ptø:$# ( Οßγø9ω≈y_uρ ©ÉL©9$$Î/ }‘Ïδ ß⎯|¡ômr& 4 ¨βÎ) y7−/u‘ uθèδ ÞΟn=ôãr& ⎯yϑÎ/ ¨≅|Ê ⎯tã ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ( uθèδuρ ÞΟn=ôãr& t⎦⎪ωtGôγßϑø9$$Î/ ∩⊇⊄∈∪
107
Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X dan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008. 108
Wawancara dengan Hasyim Asy’ari, Guru PAI Kelas XII, tanggal 19 Mei 2008.
102
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. AnNah: 125)
ô‰s)©9 tβ%x. öΝä3s9 ’Îû ÉΑθß™u‘ «!$# îοuθó™é& ×πuΖ|¡ym ⎯yϑÏj9 tβ%x. (#θã_ötƒ ©!$# tΠöθu‹ø9$#uρ tÅzFψ$# tx.sŒuρ ©!$# #ZÏVx. ∩⊄⊇∪ Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab ayat 21) Selain itu, ada sebuah hadits yaitu:
ﻋﻨﱢﻲ َوَﻟ ْﻮ ﺁ َﻳ ٍﺔ َ َﺑﱢﻠ ُﻐﻮْا. ()رواﻩ اﻟﺒﺨ ﺎرى Artinya: “Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit.” (HR. Bukhori). 109 Media dan kreativitas guru juga sangat mendukung dalam penyampaian materi, namun media yang tersedia seolah percuma kalau tidak didukung dengan kemauan murid untuk belajar. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Sundusin: “Banyak sekali media belajar disini, diantaranya: papan, spidol, buku-buku di perpustakaan, masjid, komputer, internet, audiovisual. Namun sebagian belum dapat diterealisasikan untuk pembelajaran PAI apalagi audio-visual karena anak-anak banyak yang malas mendengarkan dan ramai. Selain itu kreativitas guru dalam mengelola kelas juga sangat dibutuhkan, metode agar anak paham tujuan apa yang guru ajarkan. Karena kalau sudah tahu 109
Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008.
103
tujuannya maka anak-anak akan memahami dan mampu berkreasi: dengan cara apa? Wahana apa? Agar dapat berhasil pada tujuan yang dikehendaki.”110 Diungkapkan juga oleh Bapak Saiful Anwar: “Guru harus bisa mengelola kondisi pembelajaran PAI agar tidak menjemukan. Tidak selamanya pembelajaran harus dilaksanakan di dalam kelas, karena di luar kelaspun juga bisa, misalnya di halaman yang teduh dan nyama atau di masjid, kadang juga kita ajak nonton VCD di ruang audio-visual terutama dalam pembahasan bab nikah dan jenazah.”111 Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Hasyim Asy’ari: “Kreativitas guru dalam variasi pembelajaran dapat dilakukan dengan diskusi kelompok, presentasi, baca al-Qur’an kemudian ditanggapi. Semua itu diawali dengan pemberian motivasi dulu tentang tujuan pembelajaran dan materi-materi yang akan disampaikan sehingga siswa paham akan pentingnya materi tersebut.”112 Usaha untuk mendukung strategi dalam penyampaian materi adalah dengan cara mengikutkan guru dalam seminar-seminar, menjalin kerja sama dengan lembaga lain untuk izin praktik, misalnya haji. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Saitin selaku kepala sekolah SMAN I Puri Mojokerto: “Langkah-langkah untuk mendukung guru PAI dalam mengembangkan pembelajaran antara lain dengan cara: a) selalu mengikutkan guru dalam seminar-seminar dan work shop terkait dengan pembelajaran PAI, misalnya tentang metode-metode yang digunakan: pendekatan contextual, jigsaw, dan sebagainya. b) penerapan/praktik haji di sebuah lembaga yang biasa digunakan untuk manasik haji di Jabon Mojokerto. Ini diadakan pada akhir kegiatan pembelajaran untuk kelas X.”113 110
Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008. Wawancara dengan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008. 112 Wawancara dengan Hasyim Asy’ari, Guru PAI Kelas XII, tanggal 19 Mei 2008. 113 Wawancara dengan Saitin, Kepala Sekolah SMAN I Puri Mojokerto, tanggal 16 Mei 111
2008.
104
Selain usaha tersebut di atas, ada program lain yang juga sangat mendukung dalam penyampaian materi, yaitu studi banding ke sekolahsekolah lain dan pertukaran SKI (Sie Kerohanian Islam) dalam seminarseminar kecil. Hal ini isampaikan oleh Bapak Saiful Anwar: “Kita mengikuti perkembangan jaman dalam penyampaian materi, dalam artian tidak terpaku hanya pada kurikulum. Misalnya dengan: a) studi banding ke sekolah-sekolah lain. Kita pernah studi banding ke SMA N 3 Malang. Maunya kita ke pondok pesantren tapi ijinnya yang susah. b) Pertukaran SKI dalam seminar-seminar kecil, biasanya kita berbagi pengalaman lewat audio-visual.”114 3) Strategi Pengelolaan Pembelajaran Jam pelajaran PAI di SMA sangat singkat yakni hanya dua jam pelajaran, sedangkan materinya sangat padat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka Kepala SMA N I Puri Mojokerto
megeluarkan
kebijakan
khusus
yaitu
dengan
usulan
penambahan jam pelajaran dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang Islami. “Kebijakan khusus yang kami lakukan untuk pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto adalah dengan: a) mengusulkan tambahan jam PAI (bergantung pada rapat dewan guru) kalau setuju. b) kegiatan ekstra yang Islami, yakni SKI (Sie Kerohanian Islam). Diharapkan dengan berbagai kegiatan tersebut, tujuan pembelajaran dapat tercapai dan peningkatan kataqwaan terhadap allah SWT makin meningkat.”115
114 115
Wawancara dengan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008. Wawancara dengan Saitin, Kepala Sekolah SMAN I Puri Mojokerto, tanggal 16 Mei
2008.
105
Dengan adanya kegiatan ekstra tersebut ternyata benar-benar sangat membantu dalam pembelajaran PAI. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sundusin: “Program SKI (Sie Kerohanian Islam) lingkupnya sudah lebih luas (sosial) bukan parsial lagi kelas per kelas. SKI-lah yang mengatur semua kegiatan keagamaan di sekolah, misalnya shalat Jum’at, shalat jama’ah dzuhur, shalat Idul Adha, Zakat Fitrah, Qurban, dan peringatan hari-hari besar Islam. Dengan adanya kegiatan itu maka siswa secara langsung bisa mempraktikkan materi-materi yang diajarkan.”116
c. Hasil Pembelajaran PAI Dengan penerapan strategi yang telah disebutkan di atas tadi, yaitu untuk pengembangan pembelajaran PAI, ternyata dapat mengoptimalkan pembelajaran PAI. Seperti yang diungkapkan Bapak Sundusin: “Kalau program tersebut tetap standar dilakukan jelas akan sangat mengoptimalkan pembelajaran dan sangat positif, selama suasana masih kondusif. Contohnya saja kalau kelas XII sedang ujian, otomatis suasana menjadi kurang kondusif sehingga kelas X dan XI menjadi terganggu.”117 Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Saiful Anwar: “Perkembangan pembelajaran setelah melakukan berbagai strategi tadi sangat nampak sekali. Prosentase jelas makin naik, tidak hanya dari pengetahuan dan sikap, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Ini terlihat dari semakin meningkatnya jama’ah shalat dzuhur, banyak siswa yang memakai peci dan para siswi yang berkerudung.”118 Untuk mengetahui hasil pembelajaran, maka diadakanlah evaluasi. Evaluasi tersebut adalah dengan ulangan blok, tugas, dan ulangan harian. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Saiful Anwar: 116
Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008. Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008. 118 Wawancara dengan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008. 117
106
“Evaluasi dalam pembelajaran PAI dilakukan dengan cara: 1) Ulangan blok: evaluasi pada tiap permasalahan, namun karena sekarang sudah menggunakan KTSP maka diubah menjadi sumatif. 2) Tugas: individu maupun kelompok. 3) Ulangan harian: tulis dan praktik.”119 Selain itu ada pula evaluasi normatif, formatif, dan sumatif yang semua itu mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sundusin: “Evaluasi dalam pembelajaran PAI dilakukan melalui: 1) Evaluasi normatif: menggunakan evaluasi akan perilaku anak, sopan santun, dan budi pekerti (B=Baik, C=Cukup, dan K=Kurang). 2) Evaluasi formatif dan sumatif lewat ulangan harian yang dinilai dengan angka-angka. Ini terfokus pada ranah kognitif. 3) Dari ranah psikomotorik evaluasi dilakukan melalui praktik kehidupan dan penugasan, misalnya shalat Jum’at, shalat jama’ah dzuhur, shalat Idul Adha, Zakat Fitrah, Qurban, dan peringatan hari-hari besar Islam. 4) Dari ranah afektif, yang paling penting adalah dengan cara menciptakan suasana religius/sosial keagamaan. Ini terlihat dari kebiasaan yang diterapkan misalnya: berdo’a bersama melalui pengeras suara untuk memulai pelajaran dipimpin oleh guru PAI, setiap pergantian jam selalu membaca basmalah dan mengingat sang Pencipta. Selain itu, bagi kelas XII yang mau ujian mengadakan do’a bersama/istighosah dan meminta do’a restu pada guru-guru.”120
Sama halnya dengan yang diungkapkan Bapak Hasyim asy’ari: “Evaluasi dalam pembelajaran PAI persis dengan teorinya, bahwa bukan hanya pada materi tapi juga perkembangan jiwa anak dan penerapan konsep Islam. 1) Kognitif: melalui ulangan tiap bab atau 2 bab dan juga keaktifan siswa. Kepala sekolah sangat mengutamakan segi 119 120
Wawancara dengan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008. Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008.
107
kognitif/akademik sehingga untuk ulangan harianpun guru harus menyerahkan kisi-kisinya. 2) Psikomotorik: melalui sikap, bagi siswi yang memakai jilbab mendapat nilai plus.”121 Yang bertanggung jawab dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto bukan hanya guru PAI, tapi juga semua pihak. Proses monitoring dan evaluasi seluruh kegiatan dilakukan oleh Kepala Sekolah melalui laporan kegiatan. Hal ini dinyatakan oleh Ibu Saitin: “Yang bertanggung jawab dalam pengembangan pembelajaran PAI adalah Guru PAI tentunya, tapi selain itu wakasek, kepala sekolah, serta seluruh dewan guru ikut bertanggung jawab. Sedangkan proses monitoring dalam pelaksanaan tersebut adalah melalui proposal, laporan kegiatan, dan pelaksanaan. Evaluasinya dengan melihat kendala-kendala lama yang perlu diperbaiki melalui Pembina dan Wakasek.”122
2. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dihadapi oleh Guru PAI dalam Pengembangan Pembelajaran PAI di SMAN I Puri Mojokerto Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran PAI di SMAN I Puri Mojokerto. Faktor-faktor tersebut bisa mendukung bahkan juga bisa menghambat
pengembangan
pembelajaran.
bapak
Hasyim
Asy’ari
mengatakan bahwa:
“Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan pembelajaran adalah: a. Pendukung: 1) semangat belajar yang tinggi (tidak malas disuruh ke perpustakaan, dan buku paket harus punya). 2) Ortu memberi motivasi pada anak. 121 122
Wawancara dengan Hasyim Asy’ari, Guru PAI Kelas XII, tanggal 19 Mei 2008. Wawancara dengan Saitin, Kepala Sekolah SMAN I Puri Mojokerto, tanggal 16 Mei
2008.
108
3) 50% pendekatan persuasif pada siswa karena guru PAI sekaligus menjadi BP. 4) Tiap Jum’at ada istighosah giliran ataupun ketika menjelang ujian. 5) Shalat Jum’at. b. Penghambat: 1) Dasar yang lemah. Keluarga nggak ngikutkan anak ke TPQ, nggak pernah nyuruh ngaji. Kalau anak nggak bisa ngaji ya sulit kalau nggak ditunjang dengan belajar di luar. Ada juga yang anaknya pengen pake jilbab tapi ortu ngelarang. Karena itulah maka sangat dibutuhkan pemahaman dari berbagai pihak, yaitu sekolah, keluarga dan anak itu sendiri.”123 Sedangkan Bapak Saiful mengatakan bahwa: “Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan pembelajaran PAI adalah: a. Pundukung: anak-anak sudah mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk praktik dari rumah. b. Penghambat: sarana PAI masih minim, baik alat peraga maupun sumber lain.”124 Sebenarnya faktor pendukung dan penghambat itu berasal dari sumber yang sama. Ini dikemukakan oleh Bapak Sundusin: “Semua faktor bisa menjadi pendukung atau penghambat tergantung dari bagaimana kita menempatkan diri. Misalnya: a. Latar belakang keluarga dan lingkungan Kalau keluarga, sekolah, dan masyarakatnya baik, maka itu bisa mendukung kea rah yang positif. Sebaliknya, jika keluarga dan lingkungan sekitar buruk, maka kemungkinan besar akan berdampak buruk juga. b. Semangat anak itu sendiri: rajin atau malas.”125
123
Wawancara dengan Hasyim Asy’ari, Guru PAI Kelas XII, tanggal 19 Mei 2008. Wawancara dengan Saiful Anwar, Guru PAI Kelas XI, tanggal 12 Mei 2008. 125 Wawancara dengan Sundusin, Guru PAI Kelas X, tanggal 12 Mei 2008. 124
109
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi, dan dokumentasi, maka selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data untuk menjelaskan lebih lanjut dari penelitian. Sesuai dengan teknik analisis data yang dipilih oleh peneliti yaitu peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan) dengan menganilisis data yang telah peneliti kumpulkan dari wawanwara, observasi, dan dokumentasi selama peneliti mengadakan penelitian dengan lembaga terkait. Data yang diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti akan dianalisis oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah. Di bawah ini adalah hasil dari analisis peneliti, yaitu:
A. Strategi Guru PAI di SMA N I Puri Mojokerto dalam Pengembangan Pembelajaran PAI yang Meliputi Kondisi, Metode, dan Hasilnya Strategi yang dilakukan guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto adalah dengan memperhatikan komponenkomponen yang mempengaruhinya, yaitu: 1. Kondisi Pembelajaran PAI Kondisi
pembelajaran
PAI
adalah
semua
faktor
yang
mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI, yaitu tujuan dan
110
karakteristik bidang studi PAI; kendala dan karakteristik bidang studi PAI; karakteristik peserta didik. a. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran ada dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Begitu juga tujuan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto sama halnya dengan sekolah-sekolah pada umumnya yaitu sesuai dengan UUD 1945, UU Kependidikan, yaitu membentuk manusia yang beriman dan berbudi luhur, membimbing peserta didik agar mereka menjadi Muslim sejati beriman teguh, beramal saleh, dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama, dan negara. Dalam pendidikan agama yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh sebab keimanan yang teguh akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama. Selain tujuan umum tersebut, ada tujuan yang lebih khusus lagi, yang sesuai dengan konsep sendi-sendi keagamaan yang ada di silabus KBK dan KTSP, bahwa siswa bukan sekedar mengetahui tapi juga bisa mengamalkan. Siswa memahami dan menghayati ajaran Islam sehingga beriman dengan mengetahui dalil naqlinya, tekun shalat dengan menghayati hikmahnya, tekun membaca al-Qur’an dengan memahami ayat-ayat tertentu, terbiasa berdo’a dengan mensyukuri nikmat, dan beramal saleh serta membangun kehidupan berbangsa
dan bernegara. Tujuan pembelajaran
111
pada intinya
diharapkan bisa mencakup tiga ranah/aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. b. Karakteristik Bidang Studi Karakteristik bidang studi PAI adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang terbangun dalam struktur isi dan konstruk/tipe isi bidang studi PAI berupa fakta, konsep, dalil/hukum, prinsip/kaidah, prosedur,
dan
keimanan
yang
menjadi
landasan
dalam
mempreskripsikan strategi pembelajaran. Di SMA N I Puri Mojokerto, bidang studi PAI disusun menjadi satu kesatuan utuh dan terpadu (tidak terpisah) yang berisi tentang alQur’an/hadits, aqidah/akhlaq, ibadah/syari’ah, dan tarikh Islam. Dilakukan dengan pendekatan bi al-ma’qul (dengan rasio/akal), bi almanqul (dengan mengikuti al-Qur’an dan hadits), bi al-uswah (dengan teladan/contoh yang baik). Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi. Dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 Ayat 2 yaitu “dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan”.
112
c. Kendala Pembelajaran Kendala pembelajaran adalah keterbatasan sumber belajar yang ada, seperti keterbatasan alokasi waktu, media, personalia, dan keterbatasan dana yang tersedia. Kendala pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto kebanyakan terletak pada keterbatasan media belajar dan waktu. Hal ini dikarenakan terbatasnya fasilitas dan minimnya jam pelajaran, yakni hanya 2 jam pelajaran dalam sekali seminggu. Dari sini para guru PAI harus mulai mencari solusinya yaitu dengan cara mengoptimalkan penggunaan fasilitas yang telah tersedia dengan sebaik-baiknya, memanfaatkan hari libur dan hari-hari besar Islam untuk kegiatan-kegiatan yang mendukung pembelajaran PAI, dan bekerja sama dengan wali murid agar anak belajar lagi di rumah (tidak hanya mengandalkan sekolah). d. Karakteristik Peserta Didik Karakteristik peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan hasil belajar yang akan dicapai SMA N I Puri Mojokerto mempunyai banyak siswa dengan total 1.040. Dengan besarnya jumlah siswa tersebut maka semakin besar pula perbedaan karakteristiknya. Untuk mengatasi hal itu, maka guru berupaya untuk menumbuhkan kreativitas dan memberikan motivasi dalam pembelajaran. Pembelajaran diawali dengan pemberian
113
motivasi dulu tentang tujuan pembelajaran dan materi-materi yang akan disampaikan sehingga siswa paham akan pentingnya materi tersebut. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tapi juga bisa di halaman yang teduh. Kemampuan awal yang dimiliki siswa juga berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Untuk itu sekolah mengadakan les baca tulis Al-Qur’an dan mengaji kitab Fiqh an-Nisa’ yang diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi siswa dan mendukung pembelajaran PAI. Tujuan dan karakteristik bidang studi memiliki pengaruh utama/berimplikasi
pada
pemilihan
strategi
pengorganisasian
isi
pembelajaran. Kendala dan karakteristik bidang studi mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian, dan karakteristik peserta didik akan mempengaruhi strategi pengelolaan pembelajaran. namun pada tingkat tertentu, dimungkinkan suatu kondisi pembelajaran akan mempengaruhi setiap komponen pemilihan metode pembelajaran seperti karakteristik siswa dapat mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian isi dan strategi penyampaian pembelajaran PAI.
2. Pengembangan Metode pembelajaran PAI Dalam mengembangkan metode pembelajaran, ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan, yaitu strategi pengorganisasian; strategi penyampaian; strategi pengelolaan pembelajaran.
114
4) Strategi Pengorganisasian Strategi
pengorganisasian
adalah
suatu
metode
untuk
mengorganisasi isi bidang studi PAI yang dipilih untuk pembelajaran. Dalam pengorganisasian materi PAI, SMA N I Puri Mojokerto menetapkannya berdasarkan MGMP di sekolah dan kabupaten sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yaitu KBK dan KTSP. Materi-materi yang diajarkan tidak hanya mengacu pada buku paket dan LKS, tapi juga buku-buku yang relevan. Namun dalam realisasinya, materimateri tersebut kadang tidak diberikan secara berurutan sesuai dengan isi buku karena yang lebih diutamakan adalah materi yang banyak membutuhkan praktik. Kronologi pengorganisasian materi mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan terdiri dari perencanaan per satuan waktu dan perencanaan per satuan bahan ajar. Pelaksanaan terdiri dari langkah-langkah pembelajaran di dalam atau di luar kelas, mulai dari pendahuluan, penyajian, dan penutup. Penilaian merupakan proses yang dilakukan terus-menerus sejak perencanaan, pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan pembelajaran per pertemuan, satuan bahan ajar, maupun satuan waktu. Dalam proses perancangan dan pelaksanaan pembelajaran hendaknya diikuti langkah-langkah strategis sesuai dengan prinsip didaktik, yaitu dari mudah ke sulit; dari sederhana ke komplek; dari kongkrit ke abstrak.
115
5) Strategi Penyampaian Strategi penyampaian pembelajaran PAI merupakan metodemetode penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespon dan menerima pelajaran PAI dengan mudah, cepat, dan menyenangkan. Metode yang sering digunakan dalam penyampaian materi PAI di SMA N I Puri Mojokerto adalah multi metode, yakni ceramah, diskusi, pemberian tugas, dan demonstrasi. Selain itu, media dan kreativitas guru dalam variasi pembelajaran juga sangat mendukung dalam penyampaian materi. Namun media yang tersedia seolah percuma kalau tidak didukung dengan kemauan yang keras dari murid untuk belajar. Usaha yang dilakukan sekolah untuk mendukung strategi dalam penyampaian materi tersebut adalah dengan cara mengikutkan guru dalam seminar-seminar, menjalin kerja sama dengan lembaga lain untuk izin praktik, studi banding ke sekolah-sekolah lain dan pertukaran kegiatan ekstra Islami yaitu SKI (Sie Kerohanian Islam) dalam seminar-seminar kecil. 6) Strategi Pengelolaan Pembelajaran Strategi pengelolaan pembelajaran dilakukan untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
116
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan maka Kepala SMA N I Puri Mojokerto megeluarkan kebijakan khusus yaitu dengan usulan penambahan jam pelajaran dan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang Islami. Dengan adanya kegiatan ekstra tersebut ternyata benar-benar sangat membantu dalam pembelajaran PAI. Hal ini dibuktikan dengan semakin meluasnya lingkup SKI yang tidak lagi parsial kelas per kelas. Semua kegiatan keagamaan di sekolah diatur oleh SKI, mulai dari shalat Jum’at, shalat jama’ah dzuhur,
3. Pengukuran Hasil Pembelajaran PAI Hasil pembelajaran PAI mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Evaluasi merupakan suatu cara memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat berbentuk tes dan non tes. Untuk mengetahui hasil pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto, maka diadakanlah evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran PAI persis dengan teorinya, bahwa bukan hanya pada materi tapi juga perkembangan jiwa anak dan penerapan konsep Islam. Evaluasi tersebut adalah bersifat normatif, formatif, dan sumatif yang semua itu mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
117
Yang bertanggung jawab dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto bukan hanya guru PAI, tapi juga semua pihak. Proses monitoring dan evaluasi seluruh kegiatan dilakukan oleh Kepala Sekolah melalui laporan kegiatan. Kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi adalah: a. Dilakukan melalui tes dan non tes b. Harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap c. Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung, misalnya: mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, dan memberikan tes d. Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran e. Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua. f. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja, hasil karya siswa, proyek, dan portofolio.
118
B. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dihadapi oleh Guru PAI dalam Pengembangan Pembelajaran PAI di SMAN I Puri Mojokerto Faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan seseorang adalah lingkungan, yang meliputi: 1. Lingkungan Individu Lingkungan ini merupakan lingkungan diri sendiri. Unsur yang terdapat pada individu terdiri dari tiga aspek: a. Aspek jasmaniah, meliputi tingkah laku luar yang tampak dan terlihat dari luar, misalnya cara berbuat, cara berbicara, dan lain-lain. b. Aspek rohaniah, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. c. Aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dari luar, misalnya cara berfikir, sikap, dan minat. Dari ketiga aspek tersebut manusia dapat dikatakan sebagai individu yang berkepribadian muslim, yang memiliki tingkah laku dan kejiwaan sesuai dengan ajaran Islam. 2. Lingkungan Keluarga Lingkungan ini merupakan lingkungan pertama yang dialami anak didik. Pendidikan dalam keluarga sangat penting, sebab apa yang terjadi dalam lingkungan tersebut membawa pengaruh terhadap anak didik baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Di lingkungan keluarga, pemeliharaan dan pembiasaan sangat memegang peranan penting. Kasih sayang dari orang tua mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap
119
kelancaran proses pendidikan yang hasilnya dapat diamati dari kemampuan anak didik untuk berdiri sendiri, berinteraksi dan beradaptasi di lingkungan masyarakat. 3. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan dan merupakan kelanjutan dari pendidikan yang diterima di lingkungan keluarga. Pendidikan di sekolah diarahkan untuk melatih perkembangan daya intelektual anak didik dengan memberikan materi yang sesuai dengan tingkat usia dan kematangan anak. 4. Lingkungan Masyarakat Lingkungan ini juga sangat berpengaruh. Perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat yang menghargai ajaran Islam akan menjadikan anak cinta dan rajin untuk mengamalkan ajaran Islam, demikian sebaliknya. Lingkungan masyarakat sangat membantu usahausaha pendidikan dalam bidang pembiasaan, pemberian ilmu-ilmu pengetahuan dan kesusilaan, juga dalam pembentukan wawasan keagamaan. Demikian jug faktor yang mempengaruhi pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto. Faktor-faktor tersebut bersifat internal, yaitu dari dalam diri sendiri dan eksternal, yakni dari luar, bisa dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Kedua faktor tersebut bisa mendukung bahkan juga bisa menghambat pengembangan pembelajaran. faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
120
c. Faktor Pendukung a. Internal: semangat belajar yang tinggi dari dalam diri anak, mereka punya buku paket, dan tidak malas kalau disuruh ke perpustakaan. b. Eksternal: dari lingkungan keluarga, orang tua memberikan motivasi yang besar pada anak. Di lingkungan sekolah, guru PAI melakukan pendekatan persuasif karena sekaligus menjadi BP, penciptaan suasana religius di lingkungan sekolah dengan shalat dzuhur berjamaah, shalat Jum’at, membaca doa sebelum dan sesudah pelajaran, dan sebagainya. d. Faktor Penghambat: a. Internal: dasar yang lemah dari anak itu sendiri, misalnya tidak bisa mengaji, tidak memakai jilbab, dan lain-lain. b. Eksternal: latar belakang keluarga dan lingkungan yang buruk, keterbatasan sumber belajar, sarana belajar PAI yang masih minim, baik alat peraga maupun sumber lain. Peserta didik berasal dari lingkungan keluarga yang beraneka ragam tingkat pemahaman, pengamalan serta penghayatan agama. Dan hal ini tentu ada peserta didik yang berasal dari keluarga yang sudah memiliki pemahaman, pengamalan, dan penghayatan agama yang tinggi, tetapi juga ada yang berasal dari kelompok sedang dan rendah. Idealnya kelompok-kelompok tersebut harus dipisahkan agar mendapat perlakuan yang berbeda sehingga masingmasing kelompok memperoleh perhatian. Agar pengembangan pembelajaran PAI berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya kerja sama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
121
Karena elemen tersebut memiliki kontribusi penting untuk mendukung pendidikan anak. Keberhasilan pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama, konsistensi penanaman nilai-nilai pada anak dalam tri pusat pendidikan yaitu pendidikan informal (keluarga), formal (sekolah), dan non formal (masyarakat) adalah suatu keniscayaan apabila kita menghendaki keberhasilan sebuah pendidikan.
122
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Strategi yang dilakukan guru PAI dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto adalah dengan memperhatikan komponenkomponen yang mempengaruhinya, yaitu: a. Kondisi Pembelajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran; karakteristik bidang studi; kendala pembelajaran; karakteristik peserta didik. b. Pengembangan Metode Pembelajaran,
yang
meliputi
strategi
pengorganisasian;
strategi
penyampaian; strategi pengelolaan pembelajaran. c. Pengukuran Hasil Pembelajaran. Untuk mengetahui hasil pembelajaran, maka diadakanlah evaluasi. Evaluasi bukan hanya pada materi tapi juga perkembangan jiwa anak dan penerapan konsep Islam. Evaluasi tersebut adalah bersifat normatif, formatif, dan sumatif yang semua itu mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh Guru PAI dalam pangembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto adalah bersifat a. Internal, yaitu dari dalam diri sendiri (semangat belajar dari siswa itu sendiri). b. Eksternal, yakni dari luar, bisa dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bisa berupa motivasi dari orang tua,
123
pendekatan persuasif oleh guru PAI, suasana religius di sekolah, dan pengaruh pergaulan di lingkungan masyarakat sekitar. Kedua faktor tersebut bisa mendukung bahkan juga bisa menghambat pengembangan pembelajaran karena keberhasilan pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama, konsistensi penanaman nilai-nilai pada anak dalam tri pusat pendidikan yaitu pendidikan informal (keluarga), formal (sekolah), dan non formal (masyarakat) adalah suatu keniscayaan apabila kita menghendaki keberhasilan sebuah pendidikan.
B. Saran 1. Sebaiknya pihak sekolah segera menanggapi usulan untuk menambah jam pelajaran PAI dan cepat merealisasikannya, sehingga waktu yang tersedia cukup dan diharapkan mampu untuk meminimalisasi kendala yang selama ini terjadi. 2. Guru PAI seharusnya memiliki motivasi yang kuat dan terus meningkatkan kualitas diri terutama dalam pengembangan pembelajaran PAI. Hal ini bisa dilakukan dengan sering mengikuti pelatihan, seminarseminar, workshop, dan sebagainya. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran PAI harus lebih diperhatikan, terutama yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran. misalnya kelengkapan sumber belajar, pemanfaatan dan memberdayaannya. Selain itu juga perlu ditunjang dengan penanaman nilai keagamaan dan penciptaan suasana religius di lingkungan sekolah.
124
4. Mengembangkan kegiatan ekstra dalam bidang keagamaan, misalnya seni baca al-Qur’an, seni musik, dan kaligrafi. Dengan begitu, potensi-potensi keagamaan pada siswa dapat berkembang pula, dan sekolah bisa mengikutkan mereka dalam kompetisi/perlombaan, sehingga prestasi yang diperoleh sekolah tidak hanya dari bidang umum saja.
125
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. Abdul Qadir. 1985. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. 2007. Tafsir al-Qur’an al-Aisar, Vol II. Terj., M. Azhari Hatim dan Abdurrahim Mukti. Jakarta: Darus Sunnah. Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2004. Bandung: J-Art. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Daulay, Haidar Putra. 2007. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Djamaroh, Syaiful Bahri DJ dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Echol, John M. dan Hasan Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Semarang: Pustaka Pelajar. Fakultas Tarbiyah UIN. 2006. Pedoman Penulisan Skripsi. Malang: UIN. Hamalik, Oemar. 1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar-Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. Majid, Abd., dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar-Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media. _______ 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandumg: PT Remaja Rosdakarya. Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
126
Nata, Abudin. 2007. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. Ridwan, M. Arif. 2007. Strategi Madrasah Aliyah Dalam Mengembangkan Pembelajaran Bahasa Arab (Studi Kasus di MA Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Rofiq, Ahmad. 2007. Urgensi Pemanfaatan Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Palembang: IAIN Raden Fatah. Rusyan, A. Tabrani. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya Offset. S B, Mamat. 2005. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian alQur’an, Vol VII. Jakarta: Lentera Hati. Shohih Bukhori. Riyadhus Sholihin. Slameto. 1990. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara. Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. _______ dan Ahmad Rivai. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Supriyatno, Triyo. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Teo-AntropoSosiosentris. Malang: P3M Press. Tafsir, Ahmad. 2004. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Jakarta: Balai Pustaka. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Bandung: Citra Umbara.
127
Wahid, Abdul. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuswianto. 2002. Metodologi Penelitian. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Zayadi, Ahmad dan Abdul Majid. 2005. Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berdasarkan Pendekatan Kontekstual. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Zuhairini dan Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: UM Press.
128
Lampiran I INSTRUMEN PENELITIAN 1. Pedoman Observasi Melihat secara langsung serta mencatat kejadian yang bersangkutan dengan objek penelitian. 2. Pedoman Dokumentasi a. Profil sekolah b. Sejarah berdirinya c. Visi, misi, dan tujuan d. Strutur organisasi e. Keadaan guru dan karyawan f. Keadaan siswa g. Keadaan sarana dan prasarana 3. Pedoman Wawancara Dalam hal ini, peneliti mengadakan wawancara dengan Kepala sekolah, Guru PAI, dan Wakasek kurikulum. a. Informan adalah Kepala Sekolah 1) Bagaimana konsep strategi pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto? 2) Apakah ada kebijakan khusus mengenai pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto? 3) Langkah-langkah apa yang diambil untuk mengembangkan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto? 4) Sarana dan prasarana apa saja yang disediakan dalam pengembangan pembelajaran PAI? 5) Bagaimana proses monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan tersebut? 6) Siapakah yang bertanggung jawab dalam pengembangan pembelajaran PAI di SMA N I Puri Mojokerto? b. Informan adalah seluruh Guru PAI (kelas X, XI, dan XII) 1) Apa tujuan utama pembelajaran PAI? 2) Strategi apa yang Bapak lakukan untuk mengembangkan pembelajaran PAI? 3) Apa yang melatarbelakangi strategi tersebut? 4) Bagaimana perkembangan pembelajaran setelah Bapak melakukan strategi tersebut? 5) Bagaimana metode yang diterapkan dalam pembelajaran PAI? 6) Media apa yang dipakai untuk menunjang pembelajaran PAI? 7) Bagaimana cara Anda mengelola kondisi pembelajaran PAI agar tidak menjemukan? 8) Faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambatnya? 9) Bagaimana Bapak melakukan evaluasi dalam pembelajaran PAI? 10) Apakah ada program tersendiri dari Anda terkait dengan pengembangan pembelajaran PAI?
11) Apakah dengan penerapan program tersebut mampu mengoptimalkan pembelajaran PAI? c. Informan adalah Wakasek Kurikulum 1) Apakah penetapan isi/materi PAI dan metode pembelajaran ditentukan oleh Anda selaku wakasek kurikulum? 2) Apakah ada program kurikulum tersendiri untuk pengembangan pembelajaran PAI? 3) Apa yang ingin dicapai dengan adanya program tersebut? 4) Langkah-langkah apa yang diambil untuk mengembangkan pembelajaran PAI? 5) Dalam langkah-langkah tersebut faktor apakah yang menjadi pendorong dan penghambatnya?
Lampiran II DATA INFORMAN
1. Nama NIP Jabatan
: Dra. Saitin, M.Si : 131 288 333 : Kepala Sekolah
2. Nama NIP Jabatan
: Dra. Restoeti Lindiana : 131 628 031 : Wakasek Kurikulum
3. Nama NIP Jabatan
: Sundusin, S.Ag : 131 269 800 : Guru PAI kelas X
4. Nama NIP Jabatan
: Drs. Saiful Anwar : 131 456 437 : Guru PAI kelas XI
5. Nama NIP Jabatan
: H. Hasyim Asy’ari, BA : 131 288 333 : Guru PAI kelas XII
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKULTAS TARBIYAH Jalan Gajayana No.50 Telepon (0341)552398Fax (0341)552398
BUKTI KONSULTASI Nama NIM/ Jurusan Dosen Pembimbing Judul Skripsi
No
Tanggal
: Laily Maulidiah : 04110066/ Pendidikan Agama Islam : Drs. H. Farid Hasyim, M.Ag : Strategi Guru PAI dalam Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N I Puri Mojokerto Hal Yang Dikonsultasikan
Tanda Tangan
1 2
26 Maret 2008 Revisi Judul 14 April 2008 ACC Proposal
1
3
07 Mei 2008
Revisi Bab I, II dan III
3
4
10 Juni 2008
Konsultasi Bab IV, V dan VI
5
16 Juni 2008
ACC Bab IV, V dan VI
6
27 Juni 2008
ACC keseluruhan
2
4 5 6
Malang, 28 Juni 2008 Dekan,
Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
Lampiran VI TABEL 4.1 KEADAAN GURU SMA N I PURI MOJOKERTO NO
NAMA
1
Dra. Saitin, M.Si
2
Hj. Aniek Masyhuda, S.Pd Dra. Sri Sunarjati
3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14
Dra. Restoeti Lindiana Drs. Achmad Budhiarto H. Achmad, S.Pd Nurjamilah, S.Pd Dra. Hj. Sofia
16
Endang Nuriati, S.Pd Siti Fatimah, S.Pd
18 19
Kepsek
Guru Pembina Guru Pembina Dra. Listijorini Guru Pembina Afifah, S.Pd Guru Pembina Drs. Suwasis, M.Pd Guru Pembina Drs. Agus Budiono Guru Pembina Dra. Hermien Indri Guru Astuti Pembina Dra. Sri Banowati, Guru M.Pd Pembina Drs. Moch. Cholis, Guru MM Pembina
15
17
JABATAN
Drs. Haryanto Santoso Sri Kundari, S.Pd
Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina
PENDIDIKAN TERTINGGI
Pasca Sarjana UGM/Psikometri Sarj. S1/A4 BP / BK Sarj. S1/A4 Olahraga Sarj. S1/A4 Bahasa Ind. Sarj. S1/A4 Matematika Pasca Sarjana S2 M.Pd Sarj. S1/A4 Ekonomi Sarj. S1/A4 Sejarah Pasca Sarjana S2 M.Pd Pasca Sarjana Magister Management Sarj. S1/A4 Bahasa Ind. Sarj. S1/A4 Kimia Sarj. S1/A4 Olahraga Sarj. S1/A4 BK Sarj. S1/A4 Biologi Sarj. S1/A4 Matematika Sarj. S1/A4 Matemaika Sarj. S1/A4 Kimia Sarj. S1/A4 Geografi
BIDANG STUDI
AGAMA
BP / BK
Islam
BP / BK
Islam
Penjaskes
Islam
Bahasa Indonesia Matematika
Islam Islam
Geografi
Islam
Ekonomi
Islam
Sejarah
Islam
Antropologi BP / BK BP / BK
Kristen Islam
Bahasa Indonesia Kimia
Islam
Penjaskes
Islam
BP / BK
Islam
Biologi
Islam
Matematika
Islam
Matematika
Islam
Kimia
Kristen
Geografi Sosiologi
Islam
Islam
20
Sundusin, S.Ag
21
Dra. Suwarnik
22
Pudji Hartati, S.Pd
23
Drs. Bagus Amrozi
24
Drs. Saiful Anwar
25
Sisilia Dwi Yuningtyas, S.Pd
26
Hj. Niken Lila W, S.Pd
27
28
Hj. Siti Rokhmah, S.Pd
Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina
Sarj. S1/A4 Pend. Agama Is. Sarj. S1/A4 Olahraga Sarj. S1/A4 Ekonomi Sarj. S1/A4 Matematika Sarj. S1/A4 Pend.Agama Isl. Sarj. S1/A4 Bhs.Inggris
Guru Pembina Guru Pembina
Sarj. S1/A4 Sejarah Sarj. S1/A4 Matematika Sarj. S1/A4 Biologi Sarj. S1/A4 PPkn Sarj. S1/A4 Fisika Sarj. S1/A4 Sejarah Sarj. S1/A4 Biologi Sarj. S1/A4 PPKn Pasca Sarjana Magister management Pasca Sarjana Magister management Sarj. S1/A4 Pend. Seni Sarj. S1/A4 Kimia Pasca Sarjana Magister Pendidikan Sarjana Muda Agama Islam
29
Lies Permata Basuki, S.Pd Nanik P, S.Pd
30
Drs. Zaini fanani
31
Dra. Elok Sri Wahyuni Sriati Listyorini, S.Pd Sri Endah Dwi Astoeti, S.Pd H. Junaidi, S.Pd. MM
Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina Guru Pembina
35
R. Imam Wahjudi, S.Pd, MM
Guru Pembina
36
Drs. Suhartono,
32 33 34
37 38
39
Guru Pembina Chrystina Yuniarti, Guru S.Pd Pembina Moch.Agus Salim, Guru S.Pd. M.Pd Pembina H. Hasyim Asy’ari, Guru BA Pembina
PAI
Islam
Penjaskes
Islam
Ekonomi
Islam
Matematika
Islam
PAI
Islam
Bhs.Ing Mulok Bhs.Ing Sejarah
Islam
Matematika
Islam
Biologi
Islam
PPkn
Islam
Fisika
Islam
Sejarah
Islam
Biologi
Islam
PPKn
Islam
Matematika
Islam
Bahasa Inggris
Islam
Pend. Seni
Islam
Kimia
Islam
Matematika
Islam
PAI
Islam
Islam
40 41 42
Restu Widyowati, S.Pd Kusnah Hadiningsih, S.Pd Dian Premana Krisdianie, S.Pd
43
Purwantoro, S.Pd
44
Shofiyah, S.Pd
45
Mukti Rahayu
46
Nuril Badri, S.Pd
47
Drs. Purwoko Hadiwasito
48
Dra. Hari Soegihartini
49
Luluk Fajriyah, S.Pd
50
Abdul Kholiq, S.Pd
51 52 53
54 55 56
Guru Pembina Guru Pembina Guru Dewasa TK.I Guru Dewasa TK.I Guru Dewasa TK.I Guru Dewasa TK.I Guru Dewasa TK.I Guru Dewasa TK.I Guru Dewasa TK.I Guru Dewasa
Guru Madya TK.I Kusarif Priambodo, Guru S.Pd Madya Dra. Retno Indriani Guru Madya Slamet Hariadi, Guru S.Pd Madya Solikhatiningsih, S.Pd Suprapti, S.Si Edy Sucahyono, S.Psi
Guru Madya Guru Madya Guru Madya
Sarj. S1/A4 BP/BK Sarj. S1/A4 Akuntansi Sarj. S1/A4 Bahasa Inggris
Sosiologi BP / BK Akuntansi
Islam
Bhs. Ing Mulok Bhs. Ing Biologi
Islam
Sarj. S1/A4 Bahasa Ind.
Bahasa Ind.
Islam
D3/A3 Fisika
Fisika
Islam
Sarj. S1/A4 Fisika
Fisika
Islam
Sarj. S1/A4 Mipa
Fisika TIK
Islam
Sarj. S1/A4 Bahasa Inggris
Islam Bhs. Ing Mulok Bhs. Ing Islam Bhs. Ing Mulok Bhs. Ing Fisika Islam TIK
Sarj. S1/A4 Biologi
Sarj. S1/A4 Bahasa Inggris Sarj. S1/A4 Fisika Sarj. S1/A4 Fisika Sarj. S1/A4 PPKn Sarj. S1/A4 Bahasa Inggris Sarj. S1/A4 Kimia Sarj. S1/A4 Mipa Sarj. S1/A4 Psikologi
Islam
Kristen
Fisika
Islam
PPKn
Islam
Islam Bhs. Ing Mulok Bhs. Ing Kimia Islam Fsika
Islam
Sosiologi BP / BK
Islam
57
Soegiany, S.Pd
58
Ismail, S.Pd
59
Sulkan, S.Pd
60
Rohadi, S.Pd
61
62
Bhs. Ind. Bhs.Jerman Sejarah
Islam
Matematika TIK Matematika Pend. Seni Bhs. Ing Mulok Bhs. Ing PPKn
Islam
Dra. Lies Muhshonati
Guru Madya Guru Madya Guru Madya Guru Madya Guru Madya
Sarj. S1/A4 Bhs.Sastra Ind Sarj. S1/A4 PPKn Sarj. S1/A4 Matematika Sarj. S1/A4 Matematika Sarj. S1/A4 Bahasa Inggris
Suprihatiningsih, S.Pd Anis Mahaeni Zunaida, S.Pd
Guru Bantu Guru Bantu
Islam
64
Dony Subandi, S.Pd
65
Dra. Nunuk L Christiana
Sarjana Teologi
Katholik
66
Didik Hermawanto
67
Novi Hardiani, S.S
68
Nur Fitriana, S.Pd
69
Wirjatien EK, BSc, S.Th
Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak
Sarj. S1/A4 PPKn Bhs. Ind. Sarj. S1/A4 Bhs. dan Sastra Ind. Sarj. S1/A4 Bhs. Ind. Bahasa Ind
63
70
Dwi Endah Sri Wahyuni, S.Pd
71
Triadi Anggoro, S.Pd
72
Sudiarno, S.Pd
73
Lutfiyah, S.Pd
Pend. Agama Katholik Kursus Dasar 2 Bhs. Bahasa Mandarin Mandarin/ Jepang Sarjana Bahasa Bhs. Jepang Jepang
Islam
Kristen Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Sarj. S1/A4 Kimia
Kimia
Islam
Sarjana Teologi
Pend. Agama Kristen Geografi
Kristen
Sarj. S1/A4 Pend.Seni
Pend.Seni
Islam
Sarj. S1/A4 Biologi
Biologi
Islam
Sarj. S1/A4 Bahasa Ind
Bahasa Ind
Islam
Sarj. S1/S4 Geografi
Islam
Tetap 74
Popy Rosilawati, S.Pd
75
Suryadi, S.Pd
76
Moch. Al Amien, S.Pd
77
Farid Fazul Adhim, S.Pd
Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap Guru Tidak Tetap
Sarj. S1/A4 Bahasa Inggris
Mulok Bhs. Islam Ing
Sarj. S1/A4 Ekonomi
Ekonomi
Islam
Sarj. S1/A4 Olahraga
Penjaskes
Islam
Sarj. S1/A4 Sosiologi
Sosiologi
Islam
Lampiran VII TABEL 4.2 KEADAAN KARYAWAN SMA N I PURI MOJOKERTO NO
1
NAMA
2
Lilik Retno S.Pd Sukarso
3
GOL/ RUANG
Indiana, III/ c
JABATAN
IIII/ b
Koordinator TU Staf TU
Yulianik
III/ a
Staf TU
4
Buktinyoto
III/ a
Staf TU
5
Jumrotin
II/ d
Staf TU
6
Suhartini
II/ d
Staf TU
7
Sanusi
-
8
Zainul Arifin
-
9
Minartiningsih
-
10
Syaifudin
-
11
Arif Wijaya
-
12
Mutadin
-
13
Sunardi
-
14
Suyono
-
15
Diean Chris Vandieary
-
16
Sudiqdo
-
17
Suyanto
-
18
Dessy Forentahsari
-
19
Eko Prasertyo
-
20
Ujang Herdiana Imam. S
Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap
PENDIDIKAN TERTINGGI
AGAMA
Sarjana S1 Olahraga STM Bangunan MAN IPS KPAA Administrasi SMA IPS SMA IPA SMA IPS STM Mesin SMA IPA SMA IPA MTS
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
MAN IPS SD
Islam Islam
SD
Islam
D3 Akuntansi SMK
Islam
SMP
Islam
SMK
Islam
SMK
Islam
SMK
Islam
Islam
Lampiran VIII TABEL 4.3 KEADAAN SISWA SMA N I PURI MOJOKERTO NO
KELAS
L
P
JUMLAH
1
X. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah X XI. BHS IA. 1 2 3 4 5 IA IS. 1 2 3 4 IS Jumlah XI XII. BHS IA. 1 2 3 4 5 IA IS. 1 2 3 4 IS Jumlah XII
14 14 15 15 14 13 14 14 14 14 141 3 17 16 16 16 16 81 12 12 11 13 48 132 3 12 14 14 14 14 68 20 21 20 19 80 151 424
21 21 20 21 22 22 22 21 21 21 212 28 21 20 21 21 22 105 18 17 18 17 70 203 13 27 24 23 25 25 124 17 15 15 17 64 201 616
35 35 35 36 36 35 36 35 35 35 353 31 38 36 37 27 38 186 30 29 29 30 118 335 16 39 38 37 39 39 192 37 36 35 36 144 352 1.040
2
3
KETERANGAN Bulan: April 2008 Mutasi Masuk: Nihil
Mutasi Keluar: Nihil
Nuraini
Lampiran IX TABEL 4.4 KEADAAN SARANA DAN PRASARANA SMA N I PURI MOJOKERTO NO I II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 III 1 2 3
NAMA Luas Tanah Luas Bangunan Bangunan Tempat Pendidikan: Kantor TU & Kepsek Ruang Guru Ruang Pengembangan Ruang Ganti Olaraga Joglo Kantor Ruang BP Ruang UKS Ruang Arsip, Pecinta alam, Pramuka Kantin Osis Tempat Parkir Ruang Kelas MCK Kepsek/Guru MCK Murid Bangunan Tempat Pertemuan: Aula Tempat Pertemuan Konprensiroom
IV
Rumah Dinas
V 1 2 3 4 5 6 VI
Laboratarium: Fisika Kimia Biologi Bahasa Komputer Internet Gedung Tempat Olaraga: Lapangan Basket Lapangan Voly
1 2
JUMLAH SATUAN
LUAS
KONDISI
1
Persil
15.735 M2 6,764 M2
Baik Baik
2 1 1 1 1 1 1 3
Unit Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang
144 M2 210 M2 120 M2 27 M2 36 M2 90 M2 90 M2 81 M2
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1 1 3 30 4 21
Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang
171 M2 40 M2 590 M2 2700 M2 42 M2 75 M2
Baik Baik Baik Baik Baik Baik
2 1 1
Ruang Ruang Ruang
202 M2 286 M2 170 M2
Baik Baik Baik
1
Unit
100 M2
Kurang Baik
1 1 1 1 1 1
Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang Ruang
120 M2 170 M2 154 M2 90 M2 90 M2 68 M2
Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1 2
Ruang Unit
620 M2
Baik Baik
VII 1 VIII 1 IX 1 2 3 4 5 6 7 8
Bangunan Gedung untuk Pos: Pos Penjagaan Bangunan Gedung Tempat Ibadah: Masjid Peralatan LAB/Perpus/Olahraga: Fisika Kimia Biologi Bahasa Komputer Internet Buku Perpustakaan Alat olahraga
1
Ruang
1690 M2
Baik
1
Ruang
28090 M2
Baik
Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap
Lampiran XI TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 1 PURI MOJOKERTO
I. JAM MASUK SEKOLAH 1. Hari Senin
: Bel masuk Sekolah Jam 06.30 WIB : Bel Pulang Sekolah Jam 13.05 WIB
2. Hari Selasa s/d Kamis
: Bel Masuk Sekolah Jam 06.45 WIB : Bel Pulang Sekolah Jam 13.05 WIB
3. Hari Jum’at
: Bel Masuk Sekolah Jam 06.30 WIB : Bel Pulang Sekolah Jam 11.05 WIB
(kecuali yang mengikuti kegiatan sholat jum’at s/d jam 13.00 WIB) 4. Hari Sabtu
: Bel Masuk Sekolah Jam 06.45 WIB : Bel Pulang Sekolah Jam 11.35 WIB
(kecuali yang mengikuti kegiatan keagamaan s/d jam 13.00 WIB)
II. SERAGAM SEKOLAH 1. Senin – Selasa
: Seragam abu-abu putih lengkap dengan atributnya,
ikat pinggang hitam, sepatu hitam, kaos kaki putih. 2. Rabu – Kamis
: Seragam khas SMA Negeri 1 Puri lengkap dengan
atributnya, ikat pinggang hitam, sepatu hitam, kaos kaki putih. 3. Jum’at – Sabtu
: Seragam pramuka lengkap dengan atributnya,
sepatu hitam,kaos kaki hitam.
III. KEWAJIBAN SISWA 1. Taat, hormat, dan sopan kepada Kepala Sekolah, Guru, TU dan Karyawan Sekolah. 2. Ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap kebersihan, keindahan, kerindangan, keamanan, ketertiban, kelestarian kelas dan lingkungan Sekolah serta Program Trias UKS.
3. Ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan Sekolah, merawat, menjaga sarana dan prasarana yang ada di sekolah baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. 4. Menempatkan sepeda di tempat yang ditentukan dan diatur dengan rapi, dikunci, serta helm harus diamankan sendiri. 5. Menyisir dan mengatur rambut secara rapi untuk wanita, dan memotong rambut menjadi pendek dan rapi khusus untuk pria. 6. Mengikuti upacara bendera/apel pada hari yang telah ditentukan lengkap dengan atribut dan memakai topi.
IV. HAK – HAK SISWA 1. Menerima pelajaran dan ulangan sebagaimana mestinya. 2. Mengikuti kegiatan ektra kurikuler yang diadakan di sekolah dan mentaati tata tertib yang berlaku di dalamnya. 3. Menggunakan fasilitas sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Siswa yang mendapat tugas dari sekolah dan harus meninggalkan pelajaran maka dinyatakan hadir. 5. Mengadakan kegiatan bersifat positif di sekolah tetapi harus seijin sekolah. 6. Memperoleh layanan BK bagi bagi siswa yang membutuhkan dan yang mengalami kesulitan belajar dan masalah pribadi.
V. LARANGAN SISWA 1. Terlambat masuk sekolah lebih dari 10 menit tanpa alasan yang jelas dari waktu masuk yang telah ditentukan. 2. Menerima surat, tamu di sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. 3. Memakai perhiasan yang berlebihan atau asesoris yang tidak pada tempatnya, mengecat rambut dan lain-lain. 4. Meninggalkan kelas tanpa seijin guru kelas, Timtatib atau Kepala Sekolah. 5. Memakai jaket di dalam kelas, kecuali sakit.
6. Membawa
HP
berkamera
ke
sekolah
atau
menggunakan/mengoperasikan/menghidupkan HP pada saat KBM berlangsung, kecuali untuk kepentingan KBM. 7. Bermain di kantin, di masjid, di tempat parker sepeda siswa atu guru dan TU. 8. Merusak kelas atau mencoret-coret dinding serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah, menyimpan atau membawa gambar pornografi. 9. Berkelahi, bertengkar, main hakim sendiri, baik dilakukan sendiri atau kelompok yang menyebabkan mendertitanya orang lain di kelas atau di lengkungan sekolah. 10. Mencuri atau mengambil barang milik orang lain di kelas atau di lingkungan sekolah. 11. Merokok, menyimpan, mengedarkan NARKOBA atau sejenisnya di sekolah.
VI. SANKSI-SANKSI BAGI SISWA YANG MELANGGAR TATA TERTIB 1. Pelanggaran yang pertama siswa mendapat teguran. 2. Pelanggaran yang kedua siswa diperingatkan dan diberi sangsi yang bersifat mendiddik. 3. Pelanggaran yang ketiga siswa diberi sangsi dan orang tua dipanggil ke sekolah. 4. Pelanggaran yang keempat siswa dikembalikan ke orang tua/wali, siswa belajar di rumah selama 2 hari. 5. Khusus untuk pelanggaran berat pada larangan siswa poin 8, 9, 10 dan 11 maka orang tua siswa yang bersangkutan dipanggil ke sekolah untuk membuat surat pernyataan atau siswa dikembalikan ke orang tua/wali.
VII. LAIN-LAIN Barang-barang milik siswa diamankan di sekolah karena melanggar tata tertib akan dikembalikan kepada yang bersangkutan: 1. Orang tua/wali ikut serta menangani pelanggaran anaknya dengan pihak sekolah. 2. Siswa yang bersangkutan membuat dan menyerahkan surat pernyataan yang diketahui orang tua/ wali di atas materai Rp 6.000. 3. Hal-hal yang belum tercatum di atas akan diatur di kemudian hari dengan menyesuaikan situasi dan kondisi permasalahannya.
Lampiran XII
TUGAS, POKOK, DAN FUNGSI GURU
Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan PBM secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi: a. Membuat perangkat program pengajaran 1) AMP 2) Prota/ promes 3) Program rencana pengajaran 4) Program mingguan guru 5) LKS b. Melaksanakan program pengajaran c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir. d. Melaksanakan analisis hasil ulangan harian. e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan. f. Mengisi daftar nilai siswa. g. Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada guru lain dalam proses KBM. h. Membuat alat pelajaran/alat peraga. i. Menumbuhkembangkan sikap menghargai karya seni. j. Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum. k. Melaksanakan tugas tertentu di sekolah. l. Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya. m. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa. n. Menguji dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran. o. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum. p. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.
Lampiran XIII KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SMA N I PURI MOJOKERTO
NO.
JENIS EKSTRAKURIKULER
1
Bola Basket
2 3 4 5 6
Bola Volly Bulu Tangkis ECC: English Conversation Club KIR (Karya Ilmiah Remaja) Mading
7 8 9 10
Paduan Sura Paskibraka Pecinta Alam Pencak Silat
11 12 13 14 15
PMR/UKS (Palang Merah Remaja/Usaha Kesehatan Sekolah) Pramuka Seni Tari Sepak Bola Sheersleader
16
SKI (Sie Kerohanian Islam)
17
Teater
PEMBIMBING Niken Lila Widya Wati, Hj.S.Pd Saiful Anwar, Drs Nur Wachid Luluk Fajriah, S.Pd Bagus Amrozi, Drs Sri Endah Dwi Astoeti, S.Pd Triadi Anggoro, S.Pd H.Achmad, S.Pd Doni Prasetyawan M. Agus Salim, S.Pd. M.Pd Restu Widyawati,S.Pd/ Soegiany,S.Pd Suhartono, Drs Sri Banowati, Dra.M.Pd M. Yoppy Niken Lila Widya Wati, Hj. S.Pd Saiful Anwar. Drs/Hermien IndriA,Dra Shofiyah, S.Pd
Lampiran XVII : FOTO PENELITIAN
Aktivitas Siswa di Halaman Sekolah
Wawancara antara Peneliti dengan Bapak Drs. Saiful Anwar, Guru PAI kelas XI.
Lampiran XVI
DENAH SMA NEGERI 1 PURI KAB.MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2007/2008
JL. RADEN WIJAYA
3
OSIS
XI IA3
XI IA2
XI IA1
XI BH
PINTU MASUK
MCK
SEPEDA
XII IS2
XII IS3
XII IS4
CAFETARIA SEKOLAH
XI IA 4 L A B
LAB BHS
XI IA 5 Perepus KOM ROM
LT.2
X 10 X 9
U K S
X 8
B P
LT.2
LAB. FIS
*
A U L A
A U L A
R.KS
{
XI IS3
XI IS2
XI IS1
XII IA5
XII IA4
XII IA3
XII IA2
TOILET
XII IA1 X 1
X 5
LAP. VOLLEY
---------------------------
KEBUN TOGA
X 7
X 4
X 3
X 2
O S I S MCK
KANTOR PARIWISATA
X 6
LAP. BASKET
PINTU MASUK
R. GURU KOP SIS
M C K
3
R.TU
------ KEBUN TOGA
%%%%%%%%%
MASJID
T.Seped
PARKIR
TEMPAT
XII BHS
XII IS1
AULA
LT.2
O S I
3 PINTU MASUK
3
PINTU MASUK
JL. JAYA NEGARA
XI IS4
RUMAH DINAS
Lampiran XIV : PRESTASI SMA N I PURI MOJOKERTO
A. PRESTASI AKADEMIK NO.
BL/TH
JENIS KEGIATAN
KEJUARAAN
PRESTASI
PENGHARGAAN
SISWA
1
2007
Olimpiade Matematika
Tingkat Kab.Mojokerto
Juara IV
Piagam&Uang Pembinaan
Feriyanto
2
2007
Olimpiade Kimia
Tingkat Kab.Mojokerto
Juara II Juara IV
Piagam&Uang Pembinaan Piagam&Uang Pembinaan
Nainil Uzlifah Meta Widyas
3
2007
Olimpiade Biologi
Tingkat Kab. Mojokerto
Juara II Juara V
Piagam&Uang Pembinaan Piagam&Uang Pembinaan
Citra.M.A Angga Maulidha
3
2007
Ekonomi
Tingkat Kab.Mojokerto
Juara I Juara II Juara V
Piagam&Uang Pembinaan Piagam&Uang Pembinaan Piagam&Uang Pembinaan
Hesti Citra.N Elly.I Rizky Herdiansyah
4
2007
Astronomi
Tingkat Kab.Mojokerto
Juara IV
Piagam&Uang Pembinaan
Farida Atma.D
B. PRESTASI NON AKADEMIK NO.
BL/TH
JENIS KEGIATAN
KEJUARAAN
PRESTASI
PENGHARGAAN
SISWA
1
2007
Komite Perorangan Putri Karate Pelajar 53 Kg
Piala BupatiKab.Mjokerto
Juara I
Piala
Bayu Rista Fani
2
2007
Caste Basket Ball Campetition road to DBL SMA Negeri 1 Puri Mojokerto
Gerbang Kerta Susila
Juara I
Piala&Uang Pembinaan
Ari Suharto dkk.
3
2007
SMA Tigda Basket Ball Competion Road to DBL Di SMA 3 Sidoarjo
Kerbang Kerta Susila
Juara I
Piala&Uang Pembinaan
Ari Suharto dkk
4
2007
Lomba PBB Formasi se Kabupaten Mojokerto
Tingkat Kabupaten
Juara Harapan I
Piala
Taufiq, Faja,Youngky dkk
5
2007
Lomba Pencak Silat Pelajar Se Jatim di Bangil
Tingkat Jawa Timur
Juara 2 kelas E Putri Juara 3 Kelas B Putra Juara 3 Kelas B Putri
Medali Perak
Hetin Istiqomah
Medali Perunggu
Amir Syafudin
Medali Perunggu
Wahyu Hardianti
6
2007
One on One PBB Variasi Caraka 2007 di SMA 15 Surabaya
Tingkat Jawa Timur
Juara I
Piala
Taufiq, Fajar, Youngky dkk
7
2007
Festifal Teater Remaja SMA/SMK Se Kab.Mojokerto. Hardiknas
Tingkat Kabupaten
Juara I
Piala
Charindra, Sinta, Afrita, Yuni dkk
8
2007
Atletik Porsma 2007 : 200 M Pi 400 M Pa
Tingkat Kabupaten Juara I Juara I
Medali Emas Medali Emas
Falaku Chandra
100 M Pi 100 M Pi 100 M Pa
Juara 2 Juara 3 Juara 2
Medali Perak Medali Perunggu Medali Perak
Nur Inda Malita R. Choirun Nisak Sholikan
200 M Pa 400 M Pi 400 M Pa
Juara 2 Juara 2 Juara 2
Medali Perak Medali Perak Medali Perak
Fajar Budi.M R. Choirun Nisak Ari Suharto
Lompat Jauh Pi
Juara 2
Medali Perak
Nur Indah. M
Lompat Jauh Pa
Juara 2
Medali Perak
Ellen Desta
Gerbang Kerta Susila
Juara I Putra
Tropy Bergilir Tropy Tetap
Ari Suharto dkk
9
2007
Kejuaraan Bola Basket Antar SMA se Gerbang Kerta Susila UNESA CUP III 2007
10
Juli 2007 Lomba Debat Bahasa Inggris SMA Neg/Swasta
Tingkat Jawa Timur
Juara III
Tropy Tetap Uang Pembinaan
Yulita dkk
11
2007
Tingkat Jawa Timur
Juara I
Pila
Hastin Itiqomah
12
Juli 2007 Lomba Debat Bahasa Inggris SMA Negeri /Swasta
Tingkat Jawa Timur
Juara III
Tropy Tetap&Uang Pembinaan
Yni dkk
13
Juli 2007 Pertukaran Pelajar AFS ke Amerika Serikat
Nasional
Wakil Kab. Mojokerto
Studi di Amerika Selama 1 tahun
Nuraini Rahayu.N
Piala Rektor Unitomo Silat Perisai Diri Kelas E Putri. R
14
Agustus 2007
Voly Putra SMAGA Fair SMA 3 Surabaya
Gerbang Kerta Susila
Juara III
Tropy&Uang Pembinaan
Fatkhul Ulum
15
Agustus 2007
Kejuaraan Bulu Tangkis Antar SMA Kab. Mojokerto
Tingkat Kab.Dinas Pendidikan
Juara III Tunggal Putra
Piala
Johan Wahyudi
16
Desmbr 2007
Lomba Karya Tulis Anti Narkoba
Tingkat Kab. Mojokerto
Juara III
Piala
Galuh Ratih. R
17
Desmbr 2007
Lomba Karya Tulis UKS
Tingkat Jawa timur
Juara II
Piala&Uang Pembinaan
Yuni. S
18
2007
Pemilihan Duta Pariwisata ( Gus dan Yuk ) Gus Yuk Gus
Tingkat Kabupaten Juara I Juara II Juara III
Piala Piala piala
Ananta Praditya Silviananda.G Iqbal Shaviul. B
C. GURU BERPRESTASI NO. 1
BL/TH 2007
JENIS KEGIATAN Lomba Guru Berprestasi
KEJUARAAN Tingkat Kab.Mojokerto
PRESTASI Juara I
PENGHARGAAN Piala
GURU R. Imam Wahyudi