86
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM di SMP N 10 PEKALONGAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai analisis tentang pelaksanaan pendidikan inklusi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan inklusi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP N 10 Kota Pekalongan. Analisis ini didasarkan pada data yang telah diperoleh pada saat melakukan penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif. Dengan demikian dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan kemudian memberikan analisis berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti kemudian dirujuk kembali kepada teori yang sudah ada. Sesuai dengan penelitian ini, bahwa data yang akan dianalisis penulis tidak berupa angka-angka, tetapi dalam bentuk argument, yaitu informasi yang diperoleh penulis dari informasi antara lain: Kepala Sekolah, Guru pendidikan agama Islam, siswa dan data-data yang dimiliki pihak sekolah. Dari analisis ini diharapkan
mampu
memberikan
gambaran
dan
pemahaman
bagaimana
pelaksanaan pendidikan inklusi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP N 10 Pekalongan. 86
87
A. Pelaksanaan Pendidikan Inklusi pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 10 Kota Pekalongan. 1. Perencanaan Pembelajaran di SMP N 10 Pekalongan a. Penyusunan Prota dan Promes Pembelajaran pada dasarnya rekayasa untuk membantu murid agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud penciptaannya. Fungsi guru pendidikan agama Islam adalah berupaya untuk memilih, mengatakan dan mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan dapat membantu kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan murid mempelajari Islam untuk dijadikan pedoman dan petunjuk hidup dan kehidupannya. Aktivitas pembelajaran agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah/madrasah yang syarat dengan muatan nilai kehidupan
islami,
perlu
diupayakan
melalui
perencanaan
pembelajarrn yang baik,agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan murid. Oleh karena itu, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah membuat perencanaan pembelajaran secara profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik, pembelajar sekaligus sebagai perancang pembelajaran.94
94
Abdul Majid, Op.Cit., hlm.11-12.
88
Dari hasil wawancara dengan guru PAI di SMP N 10 Pekalonagan menyatakan bahwa keberadaan prota dan promes sangat penting karena guru dapat merencanakan pembelajaran. Baik pembelajaran
yang telah dirancang selama dalam program
semesteran dan tahunan. Dalam penyusunan prota dan promes guru PAI di SMPN Kota Pekalongan biasanya disesuaikan dengan acuan dari Kementrian Agama. Penyusunan prota dan promes tersebut juga berlaku buat pendidikan inklusi di SMPN 10 Pekalongan. sehingga diharapkan dalam proses pembelajaran PAI anak berkebutuhan khusus dapat berjalan dengan baik. Itu terbukti tahun pertama yaitu 2011, dimana SMPN 10 Pekalongan yang ditunjuk dari Dindikpora Kota Pekalongan
didukung
dengan
Provinsi
Jawa
Tengah
bisa
melaksanakan proses belajar mengajar untuk anak berkebutuhan khusus sesuai pedoman. b. Penyusunan RPP dan Silabus Pada umumnya tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat diperinci sebagai berikut: 1. Menetapakan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana melakukannya. 2. Membatasi sasaran dan menetapakan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target. 3. Mengembangkan alternatif-alternatif.
89
4. Mengumpulkan dan menganalisis informasi. 5. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.95. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan perlu tidaknya suatu proyek pengajaran dilaksanakan. Yang pertama adalah dengan mengidentifikasi perkembangan asituasi dalam bidang yang anda minati. Ini mungkin melibatkan penelitian pelajaran yang sedang diberikan atau suatu analisis di tempat lain (dalam lembaga atau di luar lembaga). Yang kedua adalah dengan membandingkan data yang terkumpul dengan yang seharusnya terjadi. Perbedaan tentang apa yang ada dengan yang dikehendaki (atau seberapa jauh tujuan pelajaran yang telah tercapai sampai saat ini?) dan dipakai sebagai alasan terbaik untuk memutuskan apakah proyek perancangan pengajaran perlu dilanjutkan atau tidak.96 Hasil penelitian di SMP N 10 Pekalongan
mengenai
perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam sudah terlaksana dengan baik akan tetapi belum ada penyusunan program pembelajaran individual, dikarenakan kurangnya guru pembimbing khusus dan siswa berkebutuhan khusus masih sebatas pada siswa berkesulitan belajar dan siswa lamban belajar, serta kurangnya sarana dan prasarana yang khusus untuk pembelajaran ABK. Adapun langkahlangkah yang dilakukan sekolah sebelum melakukan penyusunan RPP 95
Abu Ahmad, Strategi belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka setia, 1997), hlm. 32. Jerrold E Kemp, Proses Perancangan Pengajaran, (Bandung: ITB, 1994), hlm. 35.
96
90
ialah melakukan musyawarah dengan komite sekolah maupun orang tua murid mengenai layanan yang akan diberikan kepada siswa ABK serta sekolah bekerja sama atau meminta bantuan tenaga profesional di bidang psikologi agar anak dapat diberikan tes IQ. Hasil tes tersebut dapat digunakan untuk menentukan apakah siswa tersebut memiliki intelegensi rata-rata, diatas rata-rata, atau dibawah rata-rata. Hasil ini juga dapat digunakan dalam pertimbangan memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan anak tersebut. Hal tersebut sangat penting karena sebagai guru hendaknya memahami kondisi individu siswa. Dengan mengetahui kondisi individual siswa, guru dapat merencanakan pembelajaran yang sesuai. Sebagaimana hasil wawancara bersama guru pendidikan agama Islam berikut: langkah-langkah yang perlu ditempuh yaitu identifikasi, assesment atau pengukuran selanjutnya guru baru mulai mendesain program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Jadi, melalui beberapa langkah tadi guru tidak sembarangan dalam memberikan pembelajaran bagi ABK. Kerangaka perencanaan dn implementasi pengajaran melibatkan uruta lankah-langkah yang sangat penting bagi para guru dalam mempersiapkan pelaksanaan rencana pengajaran.97 Dalam penyusunan rencana pembelajaran di SMP N 10 Pekalongan guru pendidikan agama Islam menyusun rencana dan
97
Abdul Majid,Op. Cit., hlm 92.
91
program pembelajaran (silabus, RPP), penjabaran materi, menentukan strategi dan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran, penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran, penentuan cara penilaian dan hasil belajar, dan setting lingkungan pembelajaran. Berdasarkan hasil temuan peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah inklusi di SMP N 10 Pekalongan dapat terlaksana dengan baik jika ada perencanaan yang matang di setiap tahapannya, mulai dari identifikasi anak sampai pada penyusunan rencana pelaksanaan pembelajarannya itu sendiri. Mengetahui kesulitan belajar anak serta penetapan pendekatan pembelajaran merupakan modal utama dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam. 2. Proses Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam bagi ABK a. Penentuan Strategi dan Metode Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam hendaknya senantiasa disesuaikan dengan perkembangan anak dan tidak dapat dipaksakan (fleksibel). Karena belajar merupakan kepentingan peserta didik bukan kepentingan guru. Apabila pelaksanaan pembelajaran mengabaikan kemampuan yang dimilikinya maka besar kemungkinan di dalam dirinya tidak akan tumbuh keaktifan, motivasi, kreatifitas untuk berprestasi dalam belajarnya. Berdasarkan perkembangan dan kemampuan anak, maka pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
92
Pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah inklusi SMP N 10 Pekalongan
merupakan implementasi RPP yang
telah disusun
sebelumnya. Dalam proses pelaksanaannya siswa berkebutuhan khusus mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa lain. ABK dilibatkan langsung dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran PAI di kelas menggunakan materi yang kurang lebih sama dengan sekolah umum lainnya. Perbedaan terletak pada perhatian dan motivasi guru yang diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis saat pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung guru mengkondisikan kelas, siswa berkebutuhan khusus duduk di bangku depan dekat dengan guru agar guru lebih mudah memantau dalam prosespembelajaran. Guru juga sering mendekatinya dan memberikan pertanyaan. Adapun yang dilakukan pihak sekolah SMPN 10 Pekalongan untuk mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak berkebutuhan khusus yaitu dengan mengadakan jam tambahan. Program tersebut dilaksanakan setelah pulang sekolah, hal tersebut dilakukan untuk memberikan layanan individu kepada ABK yang bersekolah di sekolah regular agar ABK tidak ketinggalan pelajaran
dengan
siswa
normal
lainnya,
khususnya
dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran:
93
1. Metode ceramah 2. Metode demonstrasi 3. Metode tanya jawab 4. Metode penampilan 5. Metode diskusi 6. Metode studi mandiri 7. Metode pembelajaran terprogram 8. Metode latihan bersama teman 9. Metode simulasi 10. Metode pemecahan masalah 11. Metode studi kasus 12. Metode insiden 13. Metode praktikum 14. Metode proyek 15. Metode bermain peran 16. Metode seminar 17. Metode sinposium 18. Metode tutorial 19. Metode deduktif 20. Metode induktif 21. Metode computer assisted learning98
98
Martinis Yamin, Desain Pembelajaran.berbasis Tingkat peraturan Pendidikan, (Jakarta: Ikapi, 2007), hlm.152.
94
Dari
hasil
penelitian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah inklusi SMP N 10 Pekalongan siswa berkebutuhan khusus dan siswa normal belajar bersama dalam satu kelas. Dalam pelaksanaannya siswa berkebutuhan khusus duduk di bangku depan dekat dengan guru agar guru lebih mudah memantau dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya semua metode pengajaran digunakan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi dalam pelaksanaan pendidikan Inklusi metode demonstrasi dan Eksperimen yang paling efektif diterapakan dalam proses pembelajaran PAI di SMP N 10 Pekalongan. Karena metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti: bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik, bagaimana dapat dketahui kebenaranya. Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegitan tersebut harus dimiliki oleh guru dan pelatih yang ditunjuk. Setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan latihan ketrampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru atau pelatih.99 Selain itu guru juga selalu melibatkan ABK dalam pembelajaran kooperatif dengan anak normal lain yaitu dengan mendekati siswa
99
Ibid., Hlm.154.
95
berkebutuhan khusus dan diberi pertanyaan. Hal tersebut dilakukan agar ABK lebih mudah memahami pembelajaran dan tidak tertinggal dengan siswa normal lainnya. Selain itu, untuk mengoptimalkan layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus pihak sekolah mengadakan jam tambahan yang dilaksanakan setelah pulang sekolah dan salah satu mata pelajarannya adalah Pendidikan Agama Islam. b. Penyediaan Sumber, Alat, dan Sarana Pembelajaran Sarana prasarana adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif. Sebagai slah satu komponen keberhasilan, tersedianya sarana prasarana tidak serta merta mudah diperoleh dengan mudah, tetapi membutuhkan kerja keras dari pemerhati pendidikan untuk mengupayakan fasilitas pendukung yang mendorong peningkatan kualitas anak berkebutuhan khusus. Sarana dan prasarana hendaknya disesuaikan dengan tuntutan kurikulum (bahan ajar) yang telah dikembangkan.100 Berdasarkan observasi dan wawancara di SMP N 10 fasilitas/sarana
prasarana
mempermudah
pelaksanaan
setiap
pembelajaran seperti buku keagamaan, musholla, mukena, sarung, peci,
dan
lainnya.
Itu
terbukti
dalam
pelaksanaan
praktek
pembelajaran agama Islam di SMP N 10 Pekalongan sudah menggunakan sarana dan prasaran yang memadai. Tidak Cuma sarana dan prasarana, akan tetapi dalam praktek tersebut dalam proses
100
Mohammad takdir Ilahi, OpCit., hlm.186
96
pembelajaran PAI di SMP N 10 Pekalongan berjalan dengan baik, karena anak-anak SMPN 10 Pekalongan pro-aktif dalam mengikuti proses pembelajaran PAI di SMPN 10 Pekalongan. Akan tetapi untuk pembelajaran pendidikan inklusi di SMP N 10 perlu peningkatan dalam sarana dan prasarana yang secara spesifikasi untuk anak berkebutuhan khusus. Misal buku ajar dan sarana lain dalam kegiatan yang khusus untuk inklusi belum ada secara lengkap. Dalam hal ini perlu ada perhatian khusus dari berbagai pihak dalam peningkatan pendidikan inklusi di SMPN 10 Pekalongan. Berdasarakan hasil wawancara juga terbukti kurangnya bahan ajar inklusi atau fasilitas pendukung dalam proses pembelajaran PAI bagi ABK di SMP N 10 Pekalongan menjadi faktor penghambat. Maka dari itu perlu adanya dukungan dari pemerintah dalam proses penyelenggaraan sekolah inklusi di Pekalongan khususnya di tingkat pendidikan sekolah menengah pertama. c. Penentuan Cara, Alat Penilaian, dan Hasil Belajar Evaluasi pembelajaran bagi peserta didik berati kegiatan menilai proses dan hasil belajar, baik baik yang berupa kegaiatan kurikuler, ko-kurikuler,
maupun
ekstrakurikuler.
Penilaian
hasil
belajar
bertujuan untuk melihat kemajuan dan prestsi belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai denga tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 101
101
Ibid., hlm 187.
97
Pada mata pelajaran PAI di SMP N 10, cara penilaian dengan berbagai cara yaitu tes tertulis, tes isan, dan tes perbuatan . berdasarkan hasil observasi penulis pada saat ulangan harian, dimana hasil ulangan tersebut menunjukkan ABK lebih tinggi daripada anak normal. Hal itu terbukti dari 33 siswa yag diteliti saat ujian tersebut, menunjukkan hasil ulangan secara persentase anak inklusi lebih baik daripada anak normal dengan standar KKM inklusi 40 dan anak normal 75. Dari hasil ini menunjukkan perlu adanya dukungan lebih bagi ABK dalam proses pembelajaran. Karena sebetulnya jika didukung dan dibimbing oleh guru, maka tujuan pendidikan khususnya bagi ABK dapat terlaksana dengan baik. d. Setting Lingkungan Pembelajaran SMP N 10 Pekalongan Komponen-komponen keberhasilan pendidikan inklusi banyak, salah satunya yaitu setting lingkungan. Dalam kaitannya dengan sistem dukungan, terdapat berbagai peran orang tua, siswa, dan pemerintah perlu diperhatikan. Beberapa komponen terkait dengan lingkungan sekitar juga sangat menentukan bagi keberhasilan ABK dalm menjalankan aktivitas pembelajaran sesuai engan tujuan yang hendak dicapai.102 Dari segi peran orang tua sangat menentukan bagi peningkatan motivasi dan kepercayaan diri anak. Hal itu terbukti bahwa ABK di
102
Ibid., hlm. 184
98
SMP N 10 peran orang tua sangat penting, karena orang tua memberikan bimbingan belajar , baik dilakukan di rumah atau di leskan di luar rumah. Sehingga anak terseut dapat mengikuti proses pembelajan dengan baik. Dari segi sekolah untuk jumlah ABK setiap kelas hanya ada 1, 2 sampai 3 ABK. Hal itu dimaksudkan agar guru yang mengampu dalam proses pembelajaran guru tidak mengalami kesulitan. Selain itu dari dukungan pemerintah dengan meningkatkan kualitas guru dan tenaga pendidik melalui berbagai pelatihan di bidang pendidikan inklusi, menyediakan guru khusus, memberikan subsidi berupa anggaran khusus dan dalam pengadaan media alat dan sarana khusus yang dibutuhkan sekolah. 3. Pelaksanaan Pembelajaran PAI bagi ABK Perubahan zaman yang demikian cepat, menuntut kita untuk menyesuaikan diri termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam Iingkungan pendidikan tidak terlepas dengankurikulum sebagai salab satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran siswa. Tahun pelajaran 2006-2007 pemerintah Republik Indonesia melalui DepartemenPendidikan Nasional mulai memberlakukan kurikulum baru, dengan kurikulum 2006. KTSP dirancang untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2004, yang sebenarnya Iebih tepat sebagai penyempumaan dan pengembangan daripada penggantian. Perubahan kurikulum di masa mendatang
99
akan lebih dititikberatkan pada penetapan kompetensi dasar peserta didik sehingga apapun bentuk kurikulum pada satuan pendidikan,ukuran yang terpenting dan prestasi peserta didik adalah penguasaan mereka terhadap standar kompetensi yang dituntut. Dalam konteks pendidikan luar biasa di Indonesia, pendidikan inklusif bukanlah satu-satunya cara mendidik dissabled Children dengan maksud untuk menggantikan pendidikan segregasi yang sebelumnya dipakai sebagai konsep pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Akan tetapi, suatu alternatif, pilihan, inovasi, atau terobosan/pendekatan baru disamping pendidikan segregasi yang sudah berjalan lebih dari satu abad.103 Hasil penelitian di SMP N 10 Pekalongan mengenai model kurikulum. Model kurikulum merupakan wujud rancangan khusus (spesification of design) yang menggambarkan struktur kurikulum yang akan dilaksanakan oleh atuan pendidikan berdasarkan hasil analisis terhadap teori, pendekatan, prinsip, dan kondisi internal maupun eksternal pendidikan. Kurikulum Tingkat
memenuhi tuntutan
perubahan dan perkembangan sainstek, realitas pendidikan nasional, respons terhadap otonomi daerah.104 Hal ini berati bahwa desentralisasi pendidikan merupakan suatu keharusan yang menuntut kemandirian pemerintah daerah. Pergeseran pengelolaan pendidikan berimplikasi pada penyempurnaan kurikulum 103
Muhammad Takdir Ilahi, Op.Cit., hlm.25. Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik (Jogyakarta : Ar-Ruzz, 2013), hlm. 44. 104
100
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah pusat hanya memberikan rambu-rambu standar kompetensi sebatas minimal yang harus dicapai oleh peserta didik105. Dalam hal ini SMP N 10 Pekalongan menggunakan kurikulum KTSP hasil wawancara bersama Kepala Sekolah. Kurikulum KTSP ini juga secara otomatis digunakan dalam pendidikan Inklusi. Sebagaimana hasil wawancara bersama guru Pendidikan Agama Islam hanya yang membedakan standar nilai KKM bagi anak inklusi 40 dan anak normal 75. 4. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran PAI bagi ABK Evaluasi merupakan alat untuk mengukur sampai dimana kemampuan anak didik menguasai materi yang telah diberikan. Evaluasi bisa dijadikan sekolah sebagai bahan introspeksi diri, dengan melihat sejauh mana kondisi belajar diciptakannya. Berikut ini prinsip-prinsip dalam penilaian otentik: 1.
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, buakn terpisah dari proses pembelajaran.
2.
Penlaian harusmencerminkan masalah dunia nyata bukan masalah dunia sekolah.
3.
Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kreteria.
105
Ibid., hlm. 309.
101
4.
Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran106. Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 10
Pekalongan dilaksanakan serempak satu kelas seperti pada kelas reguler pada umumnya. Siswa ABK maupun siswa bukan ABK mendapatkan soal yang sama dengan waktu yang bersamaan pula. Dalam evaluasi diadakan pula remedial atau perbaikan. Setelah anak dievaluasi dan hasilnya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka guru mengadakan remedial. Remedial ini bukan hanya untuk ABK saja tetapi juga untuk semua anak yang mengikuti tes dan hasilnya tidak atau kurang dari standar yang ditetapkan. Remedial diadakan oleh guru sebagai upaya perbaikan terhadap sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan atau diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal. Dengan diadakannya remedial tersebut maka diharapkan ada peningkatan prestasi sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Untuk pelaksanaan evaluasi akhir atau tes akhir semester dan atau tes kenaikan kelas dan UAN, siswa ABK mengikuti ujian bersama teman-temannya yang lain. Meskipun ABK mendapatkan perlakuan yang khusus saat pembelajaran, akan tetapi mereka da pat mengikuti ujian bersama teman-temannya yang lain. Hal tersebut atas kesepakatan orang tua para ABK, karena semua program yang menyangkut ABK harus
106
Abdul Majid, Op.Cit., hlm.187.
102
dilaksanakan secara terbuka dan harus ada konsultasi dengan pihak-pihak terkait khususnya orang tua. Dari hasil penelitian di SMP N 10 Pekalongan, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui pencapaian
kompetensi
siswa
serta
sebagai
bahan
untuk
menyempurnakan perencanaan pembelajaran berikutnya. Evaluasi tengah semester, uijan kenaikan kelas maupun UAN dilaksanakan serempak satu kelas seperti pada kelas reguler pada umumnya. Siswa ABK maupun siswa bukan ABK mendapatkan soal yang sama dengan waktu yang bersamaan pula. Setelah anak dievaluasi dan hasilnya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka guru mengadakan remedial. Untuk siswa ABK setelah selesai melanjutkan pendidikan di SMP N 10 pekalongan biasanya mereka di arahkan ke SMAN 2 Pekalongan. Karena SMAN 2 Pekalongan yang ditunjuk dinas pendidiakn Kota Pekalongan untuk sebagai lanjutan pendidikan inklusi selanjutnya. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian rata-rata lulusan SMP N 10 Pekalongan diarahkan ke Sekolah kejuruan. Dengan alasan siswa inklusi lebih baik dibekali keahlian untuk dapat sebagai bekal tambahan untuk dunia pendidikan selanjutanya. B. Faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Inklusi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 10 Kota Pekalongan Hasil
penelitian
dalam
pembelajaran
pada
dekade
terakhir
mengungkapkan bahwa belajar akan efektf, jika peserta didik dalam
103
keadaan gembira. Kegembiraan dalam belajar telah terbukti memberikan efek yang luar biasa terhadap capaian hasil belajar peserta didik. Bahkan potensi kecerdasan intelektual yang selama ini menjadi “primadona” sebagai penentu keberhasilan belajar, ternyata tidak sepenuhnya benar. Kecerdasan emosional telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap efektivitas pembelajaran disamping kecerdasan intelektual.107 Pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada mata pelajaran yang sangat menarik bagi seorang siswa, ada pula pada mata pelajaran yang siswa enggan masuk kelas, karena pelajaran yang tidak menarik. Mata pelajaran yang tidak menarik akan menurunkan motivasi belajar siswa. Namun dengan menggunakan humor, ternyata pelajaran yang dibuat lebih menarik Sentuhan humor pada mata pelajaran yang sulit dan tidak menarik dapat diubah menjadi sesi pelajaran yang dinantikan siswa. Treft & Blakesle dalam studinya yang berhubungan dengan pembelajaran perpustakaan, menemukan bahwa humor adalah cara terbaik membuat materi pelajaran yang membosankan menjadi lebih menarik bagi siswa dan para guru. Tentu saja dalam pelajaran yang menarik akan membuahkan hasil belajar yang lebih baik.108 Keberhasilan suatu pembelajaran tidak bisa lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan penulis di SMP N 10 Pekalongan dapat dijabarkan faktor107
Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, Cet.3 (Jakarta: Bumi aksara, 2012), hlm.3. 108 Ibid., hlm. 87-88.
104
faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran PAI antara lain sebagai berikut: 1. Dukungan orang tua siswa Dukungan dan kerjasama antara orang tua ABK sangat membantu proses penyembuhan anak berkebutuhan khusus. Sekolah dan orang tua saling terbuka dan menyampaikan perkembangan yang telah dicapai oleh anak. Orangtua mendukung penuh penyelenggaraan pelaksanaan inklusi. Setiap akhir tahun menjelang ujian orang tua siswa selalu menghadiri undangan untuk berdoa bersama di sekolah. 2. Guru selalu mengajar dengan sabar dan tlaten Guru PAI di sekolah inklusi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan juga ketekunan. Harus ada pula keikhlasan dan kesabaran dalam menyampaikan pelajaran. Sejatinya guru bukan hanya mendidik tetapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya. Hal tersebut dibuktikan penulis
ketika
melakukan
observasi,
saat
proses
pembelajaran
berlangsung siswa berkebutuhan khusus belum paham dengan materi yang disampaikan, kemudian guru dengan sabar dan tlaten mengulang materi tersebut sampai siswa berkebutuan kusus tersebut paham. ABK berusaha agar tidak ketingggalan pelajaran dengan siswa lain. Walaupun termasuk siswa berkebutuhan khusus mereka tidak berputus asa. Apabila tidak paham dengan pelajaran PAI mereka berusaha semaksimal mungkin dengan bertanya dengan teman bahkan orang tuanya saat
105
dirumah. Semua itu dilakukan agar mereka tidak ketinggalan dengan siswa lain. 3. Adanya sosialisasi tentang inklusi. Setiap tahun ajaran baru selalu diadakan sosialisasi tentang sekolah inklusi kepada komite selanjutnya kepada guru dan yang terakhir kepada orang tua murid dan murid baru di SMP N 10 Pekalongan. Faktor Penghambat dan Solusi dalam Implementasi Pendidikan Agama sebagai berikut: 1. Tidak adanya guru pembimbing khusus Adapun guru pembimbing khusus (GPK) bertugas sebagai konsultan dalam menangani ABK, ikut serta dalam merencanakan program pembelajaran, memonitor pelaksanaan program pembelajaran dan mengevaluasi pelaksanaan program pembelajaran, memberi masukan guru tentang kondisi, kelebihan dan kelemahan
ABK.
Sehingga guru dapat menjadikannya sebagai acuan dalam menangani ABK. 2. Jam pelajaran PAI yang dirasa masih kurang Dalam satu minggu siswa hanya mendapatkan materi PAI sebanyak 2x40
menit, itu dirasakan masih sangat kurang.Solusi:
Guru PAI mengadakan jam tambahan sepulang sekolah bagi anakanak berkebutuhan khusus.
106
3. Kurangnya sarana dan prasarana bagi ABK Sarana dan prasarana sebagai sarana penunjang dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diperlukan sarana dan prasarana yang khusus ABK agar dapat memudahkan dalam menerima materi pelajaran. Dari
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pendidikan inklusi pada mata pelajaran PAI di SMPN 10 Pekalongan maka dapat dianalisis bahwa pelaksanaan pendidikan inklusi telah diupayakan dengan cukup baik oleh kepala sekolah beserta dengan pendidik lainnya, namun dalam pelaksanaannya nampak bahwa kurangnya dukungan dari pemerintah kota setempat yaitu mengenai penyelenggara sekolah yaitu tidak adanya Guru Pendamping Khusus (GPK) yang bisa memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki anak, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Jam pelajaran PAI pun dirasa masih kurang, karena ABK kebanyakan kurang bisa menulis dengan cepat terutama dalam penulisan huruf arab. Serta kurangnya sarana dan prasarana