STRATEGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LAPAS ANAK KUTOARJO (STUDI KASUS REMAJA DI LAPAS ANAK KUTOARJO, JAWA TENGAH) Maisyanah Dosen STAIN Kudus Email: Mayaari
[email protected]
Abstract: The juvenile delinquency continues to increase due to internal and external factors of education. The internal factors were from the teachers as one of the main components in dealing directly with the students, but they do not have the right strategy to minimize the delinquency. External factors were from the community and the government as an educational evaluator. The method used in this research was descriptive qualitative. Data collection methods used were interview, observation, and documentation. The analysis used two kinds of triangulation and SWOT analysis. The results showed that the teachers in choosing a strategy is monotonous. It was happened, because unqualified teachers of PAI, limited facilities and infrastructure. Outside of learning, the learners have demonstrated good behavior in the prison. Other factors should be developed is prison’s environment that supports the potential development of learners. Keywords: Juvenile Delinquency, Teachers, Islamic Education, Prison, Anak Kutoarjo Central Java
PENDAHULUAN “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” begitulah amanat Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat 1. Namun pada kenyataannya masih banyak warga negara terutama anak-anak dan remaja, yang seharusnya masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah formal tidak bisa ikut serta menikmati kebebasan untuk mendapatkan pendidikan sesuai yang diamanatkan undang-undang tersebut. Data kenakalan remaja selalu meningkat tiap tahunnya, seperti yang ditulis oleh kapolda Metro Jaya Putut, kenakalan remaja mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Polda Metro Jaya
menutup tahun 2012 dengan berbagai catatan penting soal tingkat kejahatan dan pengungkapan. Kasus kenakalan remaja mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu sebesar 36,66 persen Pada tahun 2011 tercatat ada tiga puluh kasus, sementara tahun 2012 terjadi empat puluh satu kasus, itu artinya naik sebanyak 11 kasus, atau meningkat sebanyak 36,66 persen. Menyikapi data yang semakin meningkat tersebut pemerintah berupaya memberikan perlindungan hak asasi manusia dalam bidang pendidikan, telah termuat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan dalam menyeimbangkan pola
pendidikan formal, informal dan nonformal
Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di
maka penghuni LAPAS pun mutlak perlu
Lembaga Pemasyarakatan Anak di samping
mendapatkan pendidikan. Hal ini tertera
berbentuk pendidikan sekolah juga
dalam Undang-Undang Pemasyarakatan
dilaksanakan dalam bentuk pendidikan
Pasal 14 ayat 1, yang menyatakan bahwa
keterampilan atau latihan kerja, hal tersebut
penghuni LAPAS berhak mendapatkan
dilakukan dalam rangka menyiapkan anak
pendidikan kepribadian dan pendidikan
didik dalam menyalurkan bakat yang ada
kemandirian. Namun kebanyakan LAPAS
pada dirinya untuk dapat dikembangkan
masih memfokuskan pada pendidikan
setelah selesai masa hukumannya.
keterampilan dan untuk pendidikan
LAPAS Anak Kutoarjo juga
kepribadian dan kemandirian masih sangat
menyelenggarakan program paket untuk
kurang.
anak didik LAPAS yang diselenggarakan
Agama adalah faktor penting yang bisa
oleh jalur pendidikan nonformal, yakni
mengubah manusia ke dalam kehidupan
PKBM Tunas Mekar yang terletak di
yang lebih baik, di dalamnya tidak
dalam LAPAS. Selain itu ada juga program
terkecuali remaja. Remaja dengan segala
pembinaan, seperti pembinaan kepribadian,
karakteristiknya memerlukan strategi
yang di dalamnya termasuk pembinaan
khusus untuk bisa memahami agama
agama Islam, yang lebih mereka kenal
sehingga dengan begitu mereka akan
dengan istilah pengajian. Selanjutnya ada
melaksanakan nilai-nilai agama yang
juga pembinaan kesehatan, dan pembinaan
sudah dipahaminya.
keterampilan. Terkait dengan pembinaan,
Anak-anak dan remaja yang berada di
peneliti ingin mengetahui sejauh mana
Lembaga Pemasyarakatan Anak atau yang
pembinaan keagamaan ini dilaksanakan,
disebut dengan anak didik pemasyarakatan
dan strategi apa saja yang sudah dilakukan
pada umumnya tidak dapat mengikuti
oleh LAPAS maupun oleh pembina agama
pendidikan sekolah di luar Lembaga
Islam di LAPAS anak Kutoarjo.
Pemasyarakatan melalui pendidikan formal seperti yang dilakukan oleh anak-
STRATEGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI REMAJA DI LAPAS
anak yang lainnya. Namun anak didik LAPAS mendapatkan pendidikan lain di dalam LAPAS dengan program pendidikan kesetaraan melalui program paket. 118
Istilah strategi berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan
Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli 2016
antara kata stratos (militer) dengan ago
sebagai suatu tindakan pembelajaran.
(memimpin). Sebagai kata kerja, stratego
Kedua, strategi disusun untuk mencapai
berarti merencanakan (to plan) (Majid,
tujuan tertentu. Dengan demikian semua
2013: 3). Para ahli mempunyai definisi
proses perencanaan, pemanfaatan berbagai
yang berbeda-beda dalam mengartikan
fasilitas dan sumber belajar semuanya
strategi, diantaranya sebagai berikut: Kemp
diarahkan dalam upaya mencapai tujuan.
berpendapat jika Strategi pembelajaran
Oleh karena itu, sebelum menentukan
adalah kegiatan pembelajaran yang harus
strategi, maka harus diketahui terlebih
dikerjakan guru dan peserta didik agar
dahulu tujuan dari pembelajaran yang
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
jelas dan dapat diukur keberhasilannya,
efektif dan efisien. Kozma menjelaskan,
sebab tujuan adalah hal penting dalam
strategi pembelajaran adalah kegiatan
mengimplementasikan suatu strategi.
yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
Strategi menurutnya bukan desain
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik
instruksional, karena desain pembelajaran
menuju tujuan pembelajaran tertentu.
berkenaan dengan kemungkinan variasi
Cropper mengatakan bahwa strategi
pola dalam arti macam dan urutan
pembelajaran adalah pemilihan atas
umum perbuatan yang secara prinsip
berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai
akan berbeda satu sama lain, sedangkan
dengan tujuan pembelajaran yang ingin
desain instruksional merujuk kepada cara-
dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap
cara merencanakan sistem lingkungan
tingkah laku yang diharapkan agar dapat
belajar tertentu, setelah ditetapkan untuk
dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan
menggunakan satu atau lebih strategi
belajarnya harus dapat dipraktikkan
pembelajaran tertentu.
(Majid, 2013: 2-3, 7), (Sofa, 2009: 2).
Strategi berbeda dengan metode.
Menurut Hamruni, ada dua hal yang
Strategi adalah a plan of operation acheiving
dicermati dari pengertian-pengertian di
some thing, sedangkan metode adalah a
atas. Yang pertama, strategi pembelajaran
way in acheiving some thing. Maksudnya
merupakan rencana tindakan, termasuk
adalah strategi menunjukkan pada sebuah
penggunaan metode dan pemanfaatan
perencanaan untuk mencapai tujuan,
berbagai sumber daya dalam pembelajaran.
sedangkan metode adalah cara yang dapat
Strategi pembelajaran adalah proses
digunakan untuk melaksanakan strategi
penyusunan rencana sebelum dilakukan
(Sofa dalam Sya’roni, 2009: 3). Pendekatan
Strategi Pendidikan Agama Islam di Lapas Anak Kutoarjo...
119
dalam pembelajaran sangat penting untuk
Langkah atau strategi yang diambil
menetapkan strategi pembelajaran, supaya
akan menimbulkan dampak yang luas
dalam aplikasi pembelajaran metode yang
dan berkelanjutan. Oleh sebab itu strategi
digunakan tidak terpaku pada satu strategi
bisa juga dikatakan sebagai langkah cerdas
saja, dan metode yang digunakan akan
(Nata, 2011: 208), yang apabila langkah
lebih variatif dan menyenangkan.
cerdas tersebut tidak tepat, maka tujuan
Pendekatan dalam pembelajaran PAI di
yang sudah ditetapkan tidak akan tercapai.
sekolah umum atau formal melalui kegiatan
Bagi seorang pendidik seharusnya
intrakulikuler maupun ekstrakurikuler
harus memahami paradigma nilai Ilahiah.
yang satu sama lain saling melengkapi.
Paradigma itulah yang dijadikan salah
Pendekatan yang digunakan dalam
satu hal penting dalam operasional
pembelajaran yaitu pendekatan pendekatan
pembentukan nilai. Ada dua hal yang
pengalaman, pendekatan pembiasaan,
harus dipertimbangkan dalam rangka
pendekatan emosional, dan pendekatan
menetapkan strategi pendidikan nilai, yaitu
rasional. Meskipun demikian pendekatan
yang pertama paradigma nilai termasuk
ini tidak menutup kemungkinan relevan
karakteristiknya, dan yang kedua adalah
diterapkan dalam sekolah nonformal.
potensi kejiwaan anak dalam tiga dimensi
Dengan demikian penulis menyimpulkan dari beberapa pendapat
pendidikan, yakni formal, informal dan nonformal (Nata, 2011: 208).
di atas, bahwa strategi adalah langkah-
Nilai agama harus memancar dalam
langkah yang terencana yang bermakna luas
seluruh aspek kehidupan manusia dalam
dan mendalam untuk diwujudkan dalam
memberikan motivasi, atau sebagai standar
kegiatan yang bertitik tolak dari sebuah
perilaku, baik dalam bentuk norma
tujuan yang sudah ditentukan. Mencakup
maupun kaidah-kaidah. Nilai ini terutama
tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam
harus dimiliki oleh pendidik. Motivasi Ilahi
kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan,
akan mengantarkan seseorang kepada
dan sarana penunjang kegiatan. Atau
ketundukan dan keikhlasan, berbeda
supaya lebih mudah dalam memahaminya
dengan seseorang yang dimotivasi oleh
penulis meringkas, bahwa strategi adalah
materi yang bisa mengakibatkan seseorang
manifestasi dari pendekatan, dan metode
materialistik, hedonistik dan individualistis
adalah manifestasi dari strategi.
(Buseri, 2003: 74).
120
Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli 2016
menurut ukuran Allah. Dengan kata lain
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam atau At-Tarbiyah Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (Daradjat, 1996: 86). Pendidikan agama Islam adalah kegiatan yang bertujuan
ciri khas pendidikan Islam dapat diketahui dari dua segi 1) tujuannya yaitu membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut Allah; dan 2) isi pendidikannya yaitu ajaran Allah yang tercantum dalam al-Qur’an yang dilaksanakan ke dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW (Jumransjah, 2007: 11).
menghasilkan orang-orang beragama,
Pusat Kurikulum Depdiknas
dengan demikian pendidikan agama perlu
mengemukakan bahwa pendidikan agama
diarahkan ke arah pertumbuhan moral dan
Islam di Indonesia adalah bertujuan
karakter (Zuhairini; Ghofur. A, 2004: 1).
untuk menumbuhkan dan meningkatkan
Menurut Amin Abdullah, tugas pokok pendidikan adalah untuk melakukan pembaharuan dan penyegaran dari dalam (intern) masing-masing kelompok pemeluk agama-agama itu sendiri, yang terinspirasi dari pengalaman pokok dari setiap kelompok agama. Sangat penting bagi pendidikan keagamaan untuk berasumsi bahwa tugas internalnya adalah untuk memperkenalkan sistem tanggung jawab
keimanan peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Nasih, A.M., Kholidah, L.N., 2009: 7).
bersama kepada generasi muda sesuai
Tujuan pendidikan agama Islam
dengan panduan agama masing-masing
menurut Al-Ghazali ada dua, yaitu
(Abdurrohim, 2011: 39).
yang pertama, kesempurnaan manusia,
Pendidikan Islam sebagai upaya yang di dalamnya mengandung arti membimbing dan mengarahkan anak didik untuk mencapai derajat makhluk yang tinggi
yang puncaknya adalah dekat kepada Allah SWT, dan yang kedua adalah kesempatan manusia yang puncaknya adalah kebahagiaan dunia dan akhirat (Djumransjah, Karim, A.M., 2007: 73).
Strategi Pendidikan Agama Islam di Lapas Anak Kutoarjo...
121
TERMINOLOGI REMAJA Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolencememiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa perkembangan remaja disebut juga dengan adolesen, atau disebut juga dengan fase “The Un”
2004: 16-19). Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja ini yang pada akhirnya menyebabkan perubahan psikis di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Nisfianoor, M., Kartika Y., 2004: 160).
atau periode serba tidak (tidak anak-anak,
Ada dua faktor yang mempengaruhi
tidak juga dewasa) (Sulaiman, 1995: 3).
pertumbuhan fisik pada seseorang,
Zakiyah Daradjat seorang ahli psikologi
termasuk remaja, yang pertama adalah
agama mengartikan remaja sebagai masa
faktor internal (endogen) atau sering juga
peralihan yang ditempuh oleh seseorang
disebut dengan faktor natural, yaitu sifat
dari masa anak-anak menuju dewasa, atau
jasmani yang diwariskan dari orang tuanya,
masa perpanjangan sebelum mencapai
seperti bakat minat, kecerdasan, postur
masa dewasa (Daradjat, 2003: 82). Jadi dari
tubuh, dan kepribadian (Dariyo, 2004: 14).
dua pendapat tersebut dapat diambil satu
Yang kedua adalah kematangan. Secara
definisi, bahwasanya remaja adalah transisi
sepintas pertumbuhan fisik pada seseorang
di mana seseorang mengalami perubahan
seolah-olah sudah direncanakan oleh
masa anak-anak menuju dewasa.
faktor kematangan. Meskipun seseorang
Perkembangan dari anak-anak anak ke remaja biasanya ditandai dengan perubahan fisik (Sarwono, 2013: 10) dan
sejak kecil diberi makan yang bergizi, apabila saat kematagan belum sampai, pertumbuhannya akan tertunda.
(Daradjat, 2003: 84). Pada laki-laki biasanya
Faktor kedua adalah faktor eksternal
ditandai dengan tumbuhnya kumis,
(exogen) atau sering disebut nurture.
perubahan suara, mimpi basah, dan berotot.
Faktor luar ini bisa faktor fisik maupun
Sedangkan pada perempuan biasanya
sosial (Dariyo, 2004: 14), lingkungan
ditandai dengan keluarnya darah haid,
fisik seperti kesehatan, makanan, dan
dan perubahan bentuk tubuh dapat dilihat
stimulasi lingkungan. Seseorang yang
dari pinggul dan perubahan payudara.
sering sakit, maka pertumbuhan fisiknya
Perubahan fisik pada wanita di usia 12-14
akan terhambat. Dan seseorang yang
tahun lebih cepat dibandingkan dengan
cukup gizi, akan tumbuh dengan pesat.
laki-laki (Sulaiman, 1995: 24) dan (Dariyo,
Pertumbuhan fisik bisa diupayakan,
122
Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli 2016
seperti dengan cara menjaga kesehatan
pola asuh orang tua yang terlalu kaku,
badan misalnya saja degan berolah raga,
dan otoriter. Remaja yang hidup dalam
mengonsumsi makanan yang baik dan
lingkungan keluarga seperti ini akan
sehat, dan istirahat yang cukup.
berakibat fatal terhadap perilakunya kepada orang lain. Sofyan menyebutnya
SEBABǧSEBAB KENAKALAN REMAJA
dengan remaja salah suai, yaitu remaja yang
Kenakalan remaja atau juvenile
memilih untuk bergaul dengan remaja lain
delinguencyadalah kelainan tingkah laku,
yang tersesat, karena pola asuh orang tua
perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat
yang kaku.
asosial, bahkan anti sosial yang melanggar
Agoes Dariyo menggambarkan faktor-
norma-norma sosial, agama, serta hukum
faktor penyebab kenakalan remaja dalam
yang berlaku dalam masyarakat (Willis,
skema berikut:
2008: 88-89). Menurut Kusmanto, kenakalan Broken Home
remaja adalah tingkah laku individu yang bertentang dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai accepteble dan baik oleh suat lingkungan atau hukum yang berlaku di masyarakat yang
Inkonsistensi Disiplin Orang Tua
Faktor Kenakalan Remaja
Kurang Kasih Sayang Orang Tua
berkebudayaan (Willis, 2008: 89). Para ahli psikologi remaja menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja. Mayoritas dari mereka berpendapat, bahwa kenakalan remaja disebabkan oleh lingkungan keluarga yang rusak (broken home), lemahnya pengawasan masyarakat, dan lemahnya sistem pengawasan di lembaga pendidikan (Dariyo, 2004: 109), (Willis, 2008: 93-120) dan (Sudarsono, 2005: 5-32). Kurangnya penyesuaian diri akan mengakibatkan remaja menjadi kurang pergaulan. Hal ini bisa disebabkan oleh
Status Sosial Ekonomi Rendah
Gambar: Skema Faktor-Faktor Kenakalan Remaja
Lingkungan masyarakat juga ikut bertanggung jawab untuk mengawasi perilaku remaja. Lemahnya pengawasan masyarakat menjadi salah satu faktor kenakalan remaja. misalnya saja kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekuen, masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan, lemahnya
Strategi Pendidikan Agama Islam di Lapas Anak Kutoarjo...
123
pengawasan, dan pengaruh norma-norma
upaya kuratif (antisipasi), dan upaya
baru dari luar (Willis , 2012: 107-112).
pembinaan. Bimbingan dan konseling
Sekolah adalah lingkungan ke
dapat dijadikan strategi dalam membenahi
tiga setelah lingkungan keluarga dan
perilaku negatif remaja. Konselor tidak
lingkungan masyarakat. Unsur-unsur
hanya memberikan konseling kepada
pendidikan seperti kurang profesionalnya
peserta didik, tapi juga kepada orang
guru, fasilitas pendidikan yang rendah,
tua, guru kelas dan wali kelas. Apabila
lemahnya ekonomi guru, kekurangan guru,
peserta didik, guru, orang tua, dan
minimnya norma-norma dan kekompakan
masyarakat mengerti dan memahami
antar sesama guru, bisa menjadi faktor
tujuan pendidikan yang sesungguhnya,
penyebab kenakalan remaja (Willis ,
dan memahami peserta didik sebagai
2012: 113-120). Yang perlu dievaluasi
subyek didik, maka akan terbentuk norma-
dalam sistem pendidikan seharusnya
norma yang disepakati bersama oleh semua
bukan hanya terbatas pada guru dan
elemen pendidikan, untuk mencapai tujuan
sarana atau fasilitas pendidikan, namun
pendidikan yang sudah ditentukan.
semua aspek dalam sistem pendidikan,
Lingkungan pendidikan selanjutnya
yaitu kurikulum, pendidik, peserta didik,
adalah lingkungan masyarakat yang
sekolah, milieu masyarakat, strategi dan
ikut andil dalam mendidik, sekaligus
metode pembelajaran (Assegaf, 2012: 108-
mengontrol proses pendidikan. Upaya yang
124).Tiga lingkungan, yakni keluarga,
bisa dilakukan oleh masyarakat misalnya
masyarakat dan sekolah adalah lingkungan
memaksimalkan dalam pendidikan
pendidikan di mana remaja memperoleh
nonformal yang bersifat hobi, seperti
nilai-nilai positif dan negatif. Abdurrahman
Kesenian, elektronika, dan media, atau
menambahkan satu lingkungan pendidikan
yang bersifat keterampilan berorganisasi,
yang pada masa ini sudah mulai diabaikan
seperti organisasi pramuka, karang taruna,
oleh remaja, yaitu masjid.
olah raga, dan lain-lain. Selain yang bersifat kegiatan sosial, misalnya Palang Merah
STRATEGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM UPAYA PENCEGAHAN KENAKALAN REMAJA DI LAPAS Upaya yang bisa dilakukan dalam penanggulangan kenakalan remaja adalah dengan upaya preventif (pencegahan), 124
Remaja. Upaya penanggulangan di atas digolongkan dalam upaya preventif. Selain upaya preventif ada upaya kuratif. Upaya kuratif adalah upaya dalam
Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli 2016
menanggulangi masalah kenakalan remaja,
oleh pemerintah, seperti lembaga hukum,
supaya kenakalan itu tidak meluas dan
merupakan upaya pembinaan kuratif.
merugikan masyarakat. Upaya kuratif
Pembinaan kuratif bisa dilakukan dengan
secara formal oleh Polri dan Kejaksaan
berbagai kegiatan pembinaan, contohnya
Negeri. Sebab jika terjadi kenakalan remaja
seperti pembinaan mental dan kepribadian
berarti sudah terjadi pelanggaran hukum
agama, pembinaan mental ideologi negara,
yang dapat mengakibatkan kerugian
yakni Pancasila, agar menjadi warga negara
bagi remaja sendiri, dan masyarakat. oleh
yang baik, pembinaan kepribadian yang
sebab itu akan lebih efektif jika Polri dan
wajar untuk mencapai kepribadian yang stabil
Kejaksaan sebagai perangkat pemerintah
dan sehat, pembinaan ilmu pengetahuan,
bekerja sama dengan masyarakat dalam
pembinaan keterampilan khusus, dan
upaya penanggulangan tersebut.
pengembangan bakat-bakat khusus. Dengan
Pembinaan merupakan salah satu
pembinaan-pembinaan semacam ini remaja
upaya yang tepat sebagai solusi kenakalan
yang sudah terlanjur melakukan tindakan
remaja. Pembinaan adalah kegiatan yang
melanggar hukum akan tetap mendapatkan
mempertahankan atau menyempurnakan
hak-haknya sebagai remaja pembelajar,
apa yang telah ada, sesuai dengan yang
dan sekaligus membekali mereka dengan
diharapkan. Pembinaan merupakan proses
keterampilan yang disesuaikan dengan minat
yang identik dengan pendidikan. Adapun
dan kemampuan mereka, sehingga ketika
tujuan dari pembinaan adalah untuk
mereka kembali ke keluarga dan masyarakat,
memberikan bantuan kepada orang lain
tidak lagi menjadi beban, justru mereka bisa
untuk melakukan pembenahan, perbaikan,
jauh lebih baik (Willis, 2008: 127-146).
serta pengembangan pengetahuan dan
Orang tua, masyarakat, lembaga
kecakapan yang telah dimiliki, di samping
pendidikan, dan pemerintah selain
itu untuk memperoleh keterampilan
memfokuskan pada masalah kenakalan
dan pengetahuan baru yang mampu
remaja, sebaiknya juga memfokuskan
menjadi bekal untuk pengembangan
pada potensi-potensi yang dimiliki remaja.
selanjutnya secara efektif dan efisien
Memberikan penghargaan kepada mereka,
(Kemenkumham, 2013: 17). Upaya
bisa menjadi salah satu upaya untuk
pembinaan dalam lingkungan keluarga,
mencegah terjadinya kenakalan remaja.
sekolah dan masyarakat adalah pembinaan
Pendidikan agama dianggap sebagai dasar
preventif, tapi pembinaan yang dilakukan
pembentukan moral positif peserta didik,
Strategi Pendidikan Agama Islam di Lapas Anak Kutoarjo...
125
sebaiknya melakukan evaluasi secara terus
sesuai kondisi objektif di lapangan tanpa
menerus dari semua aspek pendidikan.
adanya manipulasi. Proses penelitian yang
Terutama guru atau dosen sebagai garda
dimaksud antara lain melakukan observasi
terdepan dalam pendidikan baik di sekolah
terhadap orang dalam kehidupannya sehari-
formal maupun pendidik harus memiliki
hari, berinteraksi dengan mereka, dan
kualifikasi yang cukup untuk ikut serta
berupaya memahami bahasa dan tafsiran
mewujudkan tujuan pendidikan. Zakiah
mereka tentang dunia di sekitarnya. Metode
Daradjat menyebutkan ada dua kualifikasi
penelitian kualitatif bertitik tolak dari
yang harus dimiliki oleh guru agama, yaitu
filsafat konstruktivisme, yang memandang
kompetensi dan kepribadian. Guru selain
kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif,
harus kompeten dalam bidangnya, juga
dan suatu pertukaran pengalaman
harus memiliki kepribadian yang baik.
sosial yang diinterpretasikan oleh setiap
Kompeten yang dimaksud adalah, guru
individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa
haru memahami isi kurikulum, dan guru
kebenaran adalah sebuah dinamika dan
harus bisa memilih strategi yang tepat
dapat ditemukan dengan menganalisis
untuk pembelajaran (Daradjat, 2001: 83-90).
orang-orang melalui interaksinya dengan
Strategi yang masih dalam
situasi mereka (Arifin, 2011: 140). Dan di
wilayah konsep tidak akan terealisasi
sini peneliti ingin mengetahui bagaimana
tanpa diterapkan dalam metode, yang
strategi pendidikan agama Islam yang
dimaksudkan di sini adalah metode
diterapkan di LAPAS Anak Kutoarjo
pembelajaran pendidikan agama Islam.
dengan menginterpretasikan data yang
Strategi pendidikan yang dipilih, haruslah
diperoleh melalui wawancara dengan
bercorak Islam, agar sejalan dengan tujuan
petugas atau pembina LAPAS, anak didik
pendidikan Islam dalam meningkatkan
LAPAS, dan khususnya dengan pembina
kualitas manusia (Mubarok, 2014).
keagamaan di LAPAS. Sumber data yang diinterpretasikan bukan hanya itu,
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
melainkan juga dari dokumentasi, seperti data tentang jadwal kegiatan anak didik LAPAS, jumlah penghuni LAPAS, struktur organisasi, dan lain-lain.
adalah suatu proses penelitian yang
Tujuan dari penelitian kualitatif ada
dilakukan secara wajar dan natural
tiga, yaitu menggambarkan, memahami,
126
Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli 2016
dan menjelaskan tentang fenomena yang
secara langsung maupun tidak, karena
unik secara mendalam dan lengkap
intensitas mereka berada di LAPAS lebih
dengan prosedur teknik yang sesuai
lama, justru menjadi model yang bisa ditiru
dengan karakteristik penelitian kualitatif
oleh peserta didik untuk mengembangkan
(Arifin, 2011: 143). Jenis penelitian ini jika
potensinya, dan menjadikan perilaku atau
dilihat dari sudut tujuannya merupakan
akhlak mereka menjadi lebih baik. Dan
jenis penelitian lapangan (field research),
keberadaan para pembina, pegawai ini
karena penelitian ini merupakan metode
bisa dijadikan salah satu strategi untuk
penelitian kualitatif, jadi pengumpulan
mencapai tujuan pembinaan.
datanya dilakukan dengan observasi
Faktor pendukung dari pihak lembaga
secara berpartisipasi (partisipan observation),
LAPAS adalah, dengan menjalin kerjasama
wawancara secara mendalam (indepth
dengan lembaga-lembaga pendidikan,
interviewing), dan metode lain yang bersifat
menyediakan fasilitas kegiatan keagamaan
deskriptif guna mengungkapkan sebab dan
meskipun belum maksimal, dukungan
proses terjadinya peristiwa yang dialami
penuh dari pemimpin lembaga untuk
oleh subjek penelitian.
kegiatan-kegiatan keagamaan. Faktor lain yang mendukung kegiatan keagamaan
KESIMPULAN
adalah semangat pendidik dalam
Dari empat strategi yang mengacu
memberikan pendidikan agama bagi WBP,
pada tulisan Noeng Muhadjir, strategi
respon peserta didik yang baik meskipun
yang paling sering digunakan dalam
hanya sebagian, dan fasilitas gedung yang
pembelajaran PAI adalah strategi
kondusif untuk pembelajaran. Selain
tradisional. Selain faktor kompetensi
faktor pendukung ditemukan juga faktor-
lulusan pengajar PAI yang masih belum
faktor penghambat yang terkait dengan
memenuhi standar, dari kelembagaan
implementasi strategi pembelajaran PAI.
LAPAS juga terdapat beberapa faktor
Seperti kualifikasi akademik guru, sarana
pendukung sekaligus penghambat dalam
dan prasarana, metode yang kurang
proses pendidikan keagamaan tersebut.
variatif menjadikan peserta didik enggan
Efektivitas strategi yang diterapkan
untuk mengikuti proses pembelajaran.
sebenarnya masih kurang efektif, namun lingkungan LAPAS dan seluruh anggota LAPAS baik yang memberikan pembinaan Strategi Pendidikan Agama Islam di Lapas Anak Kutoarjo...
127
KEPUSTAKAAN ACUAN
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2012.
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: Rosdakarya, 2013.
Andi Mappiare, Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
2011. ___________________, Pendidikan Tanpa
_________, Paradigma Psikologi Islam,
Kekerasan Tipologi Kondisi, Kasus, dan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Konsep,Yogyakarta: Tiara Wacana
Djumransjah, Pendidikan Islam, Malang:
Yogya, 2004.
UIN Malang Press, 2007.
Abdurrohim, Pendidikan Islam
Dadang Sulaiman, Psikologi Remaja Dimensi-
Postmodernisme Pandangan Inklusif-
Dimensi Perkembangan, Bandung:
Multikultural M. Amin Abdullah,
Mandar Maju, 1995.
Yogyakarta: Kopertais Wilayah III, 2011.
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,
dalam Sistem Pendidikan di Indonesia,
Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Jakarta, Prenada Media, 2004.
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan
Hamruni, Strategi dan Model-Model
Remaja, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan,
Ahmad Munjin Nasih; Lilik Nur Kholidah,
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung:
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran
Refika Aditama, 2009.
Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Menyenangkan, Jakarta:
Akmal Hawi, Dasar-Dasar pendidikan Islam,
Bumi Aksara, 2007.
Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2005.
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju PsikologiIslami,
Akhmad Sofa, Kapita Selekta Strategi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(PAI) dalam Muh Sya’roni (ed), Yogyakarta:
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan
Idea Press Yogyakarta, 2009. 128
Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli 2016
Islam, Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam,
Guru dan Dosen yang dilengkapi dengan
Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 2008.
Undang-Undang RI No 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2005
Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Irina V. Sokolova, dkk, Kepribadian Anak, Jogjakarta: Katahati, 2008. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda Karya, 2005. Munif Chatib, Sekolahnya Manusia Sekolah
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2005. Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Edisi keenam, Terj. Jakarta: Erlangga, 2008. Kamrani Buseri, Ontologi Pendidikan Islam dan Dakwah, Yogyakarta: UII Press, 2003. Kemenkumham, Pedoman Pembinaan Kepribadian Nara Pidana Bagi Petugas di Lapas dan Rutan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 2013. Kusdar, dkk., Pendidikan Agama Islam Memabanguan Kepribadian Generasi Islam, Kalimantan Timur: MPK Universitas
Berbasis Multiple Intelejences di Indonesia, Bandung: Kaifa, 2009. Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2012. Pupuh Fathurrohman, Strategi belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2009. Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2004. Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, Bandung, Rosda Karya, 2012. Sarbaini, Model Pembelajaran Berbasis Kognitif
Mulawarman, 2010. Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran,Yogyakarta: Pustaka
Moral dari Teori ke Aplikasi, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012. Sarlito, W. Sarwono, Psikologi Remaja,
Pelajar, 2013. Mohammad Ali, Psikologi Remaja perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013. Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Strategi Pendidikan Agama Islam di Lapas Anak Kutoarjo...
129
Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan
William A. Smith, Conscientizacao Tujuan
Luar Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Sofyan, S. Willis, Remaja & Masalahnya, Bandung: Alfabeta, 2012. Sri Rumini, Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Pendidikan Paulo Freire, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2011. Zakiyah Darajat; A. Sadali, dkk, DasarDasar Agama Islam, Jakarta: PT Bulan
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Bintang, 1996. _______, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan
Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.
Bintang, 2003. _______, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009. Syamsul Bachri Thalib,Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris dan Aplikatif, Jakarta: Kencana, 2010. Syafudin Azwar, Metode Penelitian,Yogyakarta:
Bumi Aksara, 1996. _______, Metodologi Pengajaran Agama Islam,Jakarta: Bumi Aksara, 2008. _______, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Zuhairini dan Abdul Ghofur, Metodologi
Pustaka Pelajar, 2003. Syamsul Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Rosda Karya, 2011.
130
Jurnal el-Hekam, Vol. I, No. 1, Januari-Juli 2016
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: Universitas Malang, 2004.