BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LAPAS KLAS II A PEKALONGAN A.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren Darul Ulum Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan diidentifikasi dari sumber-sumber berikut: Agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam bab III, bahwa aspek penting program pembinaan yang dilakukan lapas adalah aspek kerohanian, terutama menyangkut penghayatan dan penanaman nilai-nilai agama yang dianutnya, berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar, dalam Lapas disediakan lokal khusus untuk Pondok Pesantren. Di samping itu juga disedaiakan masjid sebagai tempat beribadan. Pelaksanaan pembinaan pendidikan agama Islam di Pondok pesantren Darul Ulum bagi warga
97
binaan pemasyarakatan menjadi suatu pembinaan yang vital, mengingat mayoritas warga binaan adalah muslim. Pembinaan keagamaan dalam Ponpes Darul Ulum berupa Kegiatan Belajar Mengajar, tahfidhul Qur’an, dzikir, dan shalat berjamaah adalah merupakan suatu pendekatan penanaman nilai, yang disebutkan Superka, yaitu suatu pendekatan yang member penekanan pada penanaman nilai-nilai dalam diri peserta didik. Hal tersebut juga merupakan penerapan metode Berkowitz yaitu peningkatan pengetahuan narapidana terhadap kejujuran, rasa percaya diri, rasa hormat, rasa tanggung jawab, rasa kepedulian, dan toleransi. Disamping itu, pelaksanaan pendidikan agama Islam berikut kegiatannya juga merupakan penerapan metode memoralisasi oleh Simon, dkk, yaitu model pendidikan nilai-moral secara langsung, yaitu mengajarkan sejumlah nilai yang harus menjadi pegangan hidup peserta didik. Pendidik mengajarkan apa saja yang dianggapnya baik untuk dituruti dan dipraktikkan oleh peserta didik. Pendekatan ini merupakan indoktrinasi. Di sini peserta didik “diharuskan” untuk menerima warisan nilai-nilai hidup dari para pendidik. Cara-cara yang lazim digunakan misalnya pemberian nasihat / wejangan dan larangan, khotbah, pidato, dan ceramah. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Di kalangan
98
pendukung agama-agama samawi, seperti Islam, Kristianitas (Katolik, Protestan, dan lain-lain), dan Yudaisme/Israelisme, agama merupakan sumber moralitas manusia. Jadi, moralitas merupakan bagian dari agama, moralitas merupakan bagian dari domain agama yang secara khusus member pedoman bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama. Menurut analisis peneliti, pelaksanaan pendidikan Agama Islam di Lapas Klas II A Pekalongan dan kegiatan-kegiatan rutinnya merupakan sebuah implementasi pendidikan karakter dengan berbagai metode seperti yang telah disebutkan di atas. Melalui Pembinaan pendidikan agama Islam juga terdapat nilai karakter : 1.
religious;
2.
Disipin;
3.
Jujur;
4.
Bertanggung jawab;
5.
Rasa peduli; dan
6.
Toleransi
99
B.
Pembinaan Kemandirian WBP melalui Kegiatan Kerja Produktif Pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Sebagaimana yang disebutkan dalam bab III, bahwa tujuan pembinaan kemandirian adalah sebagai bekal bagi narapidana agar bisa hidup mandiri, minimal bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarga, serta mampu menciptakan lapangan kerja ketika selesai menjalani masa pidananya. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan karakter yang diharapkan Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan. Pembinaan kemandirian bagi para WBP Lapas Klas II A Pekalongan meliputi berbagai macam kegiatan kerja Produktif yaitu: Pertukangan kayu; las besi; pertemuan; menjahit; sablon; perkebunan sayur; budidaya ikan; pembuatan paving; membuat tempat sampah bermotif batik; dan kaligrafi. Adapun bimbingan ketrampilan luar Lapas bagi WBP yang sedang menjalani asimilasi yaitu : Cucian motor/mobil, potong rambut, fotocopy, peternakan kerbau, dan pertanian sayur.
100
Dalam pelaksanaan pembinaan kemandirian tersebut terdapat implementasi pendidikan karakter dengan salah satu metode berkowitz yaitu “Mengerjakan” (acting the good). Dalam tahap ini, dilaksanakan dengan metode pembelajaran inkuiri, dimana narapidana akan melaksanakan proyek kerja berbasis lingkungan Lapas, seperti proyek kebersihan blok dan saluran air, simulasi penanganan konflik, dan proyek tugu ikrar. Pada akhir pelaksanaan proyek akan diadakan evaluasi yang melibatkan semua stakehorlder sehingga ada input untuk perbaikan Pendidikan Karakter selanjutnya. Melalui kegiatan ini, dapat menumbuhkan nilai karakter: 1. Mandiri; 2. Kreatif; dan 3. Bertanggung jawab
C.
Program Kelas Inspirasi bagi WBP Lapas Klas II A Pekalongan Melihat potensi warga binaan yang beragam, untuk menyalurkan minat dan bakat para WBP, Lapas Pekalongan menyelenggarakan Program Kelas Inspirasi bagi warga binaan pemasyarakatan. Kelas Inspirasi diselenggarakan untuk menampung bakat warga binaan di bidang tulis menulis dan sastra. Kelas inspirasi ini juga memfasilitasi warga binaan untuk menerbitkan karyanya. Muhammad Anang Saefulloh, selaku penggagas sekaligus Pembina Kelas Inspirasi ini juga mengatakan “Kami
101
ingin menunjukkan pada semua orang bahwa warga binaan di Lapas itu bisa produktif dan menginspirasi”. Sebagaimana yang telah dibahas dalam bab III, kelas inspirasi sudah melaksanakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kreativitas warga binaan seperti creative writing, creative entrepreneur, belajar membatik, dan mengikuti berbagai lomba. Rahmat Hidayat, salah satu anggota Kelas Inspirasi, mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi dirinya. Melalui kelas ini kemampuan saya dibidang penulisan dan desain grafis bisa dikembangkan. Awalnya saya berpikir ketika masuk Lapas, kreativitas saya akan terhenti. Ternyata lewat kelas ini saya bisa terus meningkatkan kreatifitas. Sebagaimana diatur dalam Permen Diknas Nomor 19 tahun 2005 bahwa proses pembelajaran pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Menurut analisis peneliti, melalui program kelas inspirasi bagi para WBP, Lapas Klas II A Pekalongan sudah melaksanakan proses pembelajaran yang dimaksud di atas, yaitu proses pembelajaran pendidikan yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan
102
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Disamping itu, juga terdapat Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam pelaksanaan kelas inspirasi, yaitu : 1. Kreatif; 2. Mandiri; dan 3. Rasa ingin tahu
D.
Taman Bacaan Lapas Klas II A Pekalongan Selain pondok pesantren dan kelas inspirasi, untuk menunjang pembinaan bagi warga binaan di Lapas Klas II A Pekalongan juga terdapat taman bacaan yang mengoleksi berbagai macam buku untuk menambah wawasan warga binaan. Untuk meningkatkan minat baca WBP, pengelola Taman Bacaan Lapas Pekalongan mengadakan berbagai kegiatan yang kreatif, edukatif dan rekreatif. Salah satunya adalah dengan acara nonton bersama film-film yang mendidik dan menginspirasi. Untuk diperbolehkan ikut menonton film bersama, para WBP juga harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya, menjadi anggota Taman Bacaan Lapas Pekalongan, serta aktif berkunjung dan meminjam buku minimal 40 kali. Dibuktikan dengan kartu anggota taman bacaan. Acara nonton bareng ini diharapkan memotivasi warga binaan agar mengambil hikmah dan pelajaran dari film yang ditontonnya
103
dan dapat mengembangkan pemikiran dan perilaku positif bagi warga binaan. Hal ini sejalan dengan Permen Diknas Nomor 19 tahun 2005 mengatakan bahwa proses pembelajaran pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Disamping itu, juga terdapat Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam pelaksanaan taman bacaan yaitu : 1. Gemar membaca; 2. Rasa ingin tahu; dan 3. Menghargai prestasi
E.
Pembiasaan dalam Kehidupan Sehari-hari Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik
104
menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik, dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan. Salah satu implementasi pendidikan karakter bagi WBP di Lapas Klas II A Pekalongan adalah dengan menerapkan pembiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari para WBP. Kegiatan tersebut antara lain: Shalat berjamaah; pengajian/ ceramah agama; Dzikir; Pembinaan oleh kasi binadik setiap hari pukul 09.00 WIB; kerja bakti setiap hari jum’at; kegiatan spontan saat Pembina mengetahui sikap atau tingkah laku WBP yang kurang baik akan mendapat teguran serta nasehat; pengkondisian lingkungan yang menjadi teladan bagi WBP seperti kedisiplinan petugas Lapas, bannerbanner yang mengajak untuk bersikap jujur, bertanggung jawab, tidak menyuap, dan lain-lain. Melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari tersebut terdapat nilai-nilai karakter: 1. Jujur; 2. Rasa hormat; 3. Bertanggung jawab; dan
105
4. Disiplin Dari
hasil
pengamatan
di
lapangan
dan
analisis
peneliti,
implementasi pendidikan karakter melalui pembiasaan kegiatan positif dalam kehidupan sehari-hari bagi WBP di Lapas Klas II A Pekalongan berjalan baik, dan cukup dapat melatih WBP untuk senantiasa berkelakuan baik, dan menghindari terjadinya keributan di dalam lapas. Dari konsep pembinaan narapidana yang ada di Lapas Klas II A Pekalongan, teridentifikasi sebagian nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagaimana yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi gemar membaca, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Dalam konsep pembinaannya untuk membentuk WBP yang berkarakter, Lapas Klas II A Pekalongan memprioritaskan pembinaan pada aspek kerohanian. Hal ini juga sejalan dengan tujuan pendidikan karakter yang diharapkan Kementerian Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa
patriotik,
berkembang
dinamis,
berorientasi
ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Implementasi pendidikan karakter bagi WBP Lapas Klas II A Pekalongan dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar, penyaluran
106
bakat dan kreatifitas, hiburang yang mengandung unsur pendidikan, peraturan dan pengkondisian di lingkungan Lapas Klas II A Pekalongan, keteladanan yang ditunjukkan oleh seluruh petugas Lapas, dan pembiasaan kegiatan positif dalam kehidupan sehari-hari.