BAB IV PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP ANAK JALANAN DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT (RPSBM) KOTA PEKALONGAN
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai pembinaan agama Islam anak jalanan di RPSBM Kota Pekalongan. Maka, dapat ditemukan beberapa analisis. Berikut adalah hasil selengkapnya: A. Analisis Pembinaan Agama Islam Terhadap Anak Jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat Kota Pekalongan Anak jalanan adalah seseorang yang berumur di bawah 18 tahun yang menghabiskan atau memanfaatkan sebagian atau seluruh waktunya di luar rumah dan jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan
uang
atau
sekedar
mempertahankan
kehidupan
serta
melampiaskan kejenuhan. Faktor-faktor yang menyebabkan anak turun ke jalanan adalah karena faktor internal yaitu faktor yang berasal atau didorong diri sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berhubungan dengan lingkungan luar.1Berdasarkan penelitian, bahwa anak jalanan yang berada di Kota Pekalongan kebanyakan turun ke jalanan karena faktor eksternal yaitu yang berhubungan dengan keluarga dan pengaruh lungkungan. Keluarga kurang
1
Syaifudin Zuhri, op. Cit., hlm. 8.
79
80
memberikan fungsi afeksi yaitu fungsi untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya sehingga sangat mempengaruhi perkembangan pribadi anak. Keluargamerupakan bagian penting dalam pembinaan anak. Keluarga meruapakan institusi pertama dan utama dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu, bahwa keluarga memiliki tanggung jawab untuk membina dan membentuk kepribadian anak.2 Mendidik dan membina anak adalah tanggung jawab dan kewajiban dari setiap muslim yang mengaku dirinya memeluk agama Islam, terutama orang tua dan keluarga. RPSBM kota Pekalongan merupakan salah satu lembaga sosial yang menangani Peyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperti anak jalanan, penderita Psikotik, dan lanjut usia. Berdasarkan temuan di lapanagan, dalam menangani permasalahan PMKS seperti anak jalanan, RPSBM kota Pekalongan telah melakukan berbagai tindakan dan pembinaan yang
bertujuan
untuk
mengembalikan
fungsi-fungsi
sosial
mereka.
Pembinaan tersebut dilaksanankan dengan berbagai cara, seperti: Pertama, Tindakan represif yaitu tindakan yang dilakukan dengan memberikan hukuman kepada anak jalanan. Pekerja sosial dalam hal ini adalah pengelola RPSBM Kota Pekalongan menjadi sahabat dan pendidik yang baik bagi anak jalanan di RPSBM. Apabila pekerja sosial mengetahui anak jalanan asuhan RPSBM melakukan penyimpangan perilaku, maka
2
Novan Ardy dan Barnawi, op. Cit., hlm. 55.
81
mereka akan mengambil tindakan untuk menanganinya yaitu dengan pemberian nasihat dan pemberian hukuman. Kedua, Tindakan kuratif yaitu tindakan yang dilakukan untuk membantu anak jalanan agar tidak melakukan penyimpangan perilaku lagi. Pada tahap ini, anak jalanan akan diberikan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu anak jalanan mengalihkan atau bahkan meninggalkan perilaku menyimpang. Berdasarkan penelitian, dalam tahap ini anak akan diikutkan jadwal kegiatan yang telah disediakan oleh pihak RPSBM. Misalnya, kerja bakti, senam pagi, atau hanya sekedar belajar ketrampilan. Ketiga, tindakan rehabilitasi yaitu tindakan yang dilakukan untuk membantu anak jalanan mengubah keterbatasan-keterbatasan kemampuannya dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya. Tindakan rehabilitasi berjalan beriringan dengan tindakan kuratif dan represif.. Pada tahap ini, dilakukan dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan ini dilakukan melalui pembinaan. Pembinaan yang dilakukan RPSBM dalam menangani anak jalanan adalah dengan memberikan beberapa pembinaan yaitu, pembinaan mental, pembinaan sosial, pembinaan kesehatan dan pembinaan ketrampilan. Pertama, Pembinaan Mental yaitu proses pembinaan yang ditujukan untuk meningkatkan keyakinan terhadap nilai-nilai agama yang dianut dan mampu menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan umat beragama. Berdasarkan temuan di lapangan, kegiatan pembinaan keagamaan yang dilaksanakan oleh Rumah Perlindungan Sosial Berbasis
82
Masyarakat (RPSBM) Kota Pekalongan ada tiga, yaitu, sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an atau mengaji, dan kajian keagamaan setiap hari mulai pukul 16.00-17.00 WIB. Menurut peneliti, pembelajaran dalam mengaji sudah tepat yaitu dimulai dari tahapan awal dengan mengenal huruf dan bacaan sehingga anak jalanan tidak merasa kesulitan dalam pembelajaran. Selain itu,
kegiatan
tersebut memberikan dampak yang cukup baik bagi anak jalanan. Selainitu, materi yang disampaikan dalam kajian keagaaman tersebut sudah cukup baik karena hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak jalanan. Akan tetapi, untuk kemudian hari materi dapat bervariasi lagi supaya anak jalanan tidak menemukan kejenuhan materi. Menurut analisis peneliti, metode yang digunakan dalam kajian keagamaan dan pembinaan yang lain sudah baik. Melalui metode yang bervariasi akan menghilangkan kejenuhan bagi anak jalanan yang mengikuti pembinaan agama Islam. Karena suatu metode itu digunakan sebenarnya untuk memudahkan anak jalanan dalam mengikuti pembinaan. Menurut analisis penulis, seseorang yang bukan anak jalanan dan bias merasakan pendidikan yang layak pun belum tentu dapat memilki sikap dan pengetahuan yang sesuai dengan syariat Islam. Apalagi anak jalanan, kondisi anak jalanan yang terbiasa hidup bebas di jalanan tanpa aturan yang mengikat jika hanya diberikan pembinaan agama seperti yang disebutkan di atas masih kurang cukup. Oleh karena itu, pihak RPSBM Kota Pekalongan dapat menambah pembinaan agama Islam terhadap anak jalanan. Misalnya,
83
pengontrol pembiasaan, muhasabah atau renungan setiap 2 minggu sekali, dan pembinaan berbasis teknologi. Pengontrol pembiasaan yang dimaksud adalah pengontrol pembiasaan disiplin anak jalanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk mengotrol kegiatan anak jalanan. Apabila mereka melakukan prestasi seperti, membaca Al-Qur’an 1, 2 juz, menghafal Juz ‘Amma, sholat tepat waktu dan lain-lain, maka pihak RPSBM dapat memberikan penghargaan kepada anak jalanan sehingga dapat memacu semangat mereka untuk melakukan kebaikan-kebaikan lainnya. Secara teori, pemberian penghargaan atas prestasi yang dicapai seseorang mampu meningkatkan kualitas dan kinerja seseorang. Muhasabah atau renungan berasal dari kata hasibah yang berarti menghisab atau menghitung. Maksudnya adalah bahwa muhasabah itu dapat dilakukan untuk menilai diri sendiri atau mengevaluasi diri. Kegiatan muhasabah tersebut dapat dilakukan pihak RPSBM Kota Pekalongan dalam rangka mengajak anak jalanan untuk merenungkan dan mengevaluasi perilaku dirinya selama ini supaya tersadarkan dan segera bertaubat dan berubah mejadi lebih baik dan tidak menjadi anak jalanan kembali. Pembinaan berbasis teknologi yang dimaksud adalah bahwa selain pembinaan yang dilakukan dengan metode dan media sederhana, di zaman yang serba maju ini pihak RPSBM Kota Pekalongan perlu mengadakan pembinaan berbasis teknologi. Misalnya, nonton bareng via internet tentang anak jalanan, bahaya narkoba, pergaulan bebas, dan lain-lain. Setelah itu,
84
anak jalanan
dapat
diminta untuk mereview film
tersebut dan dapat
mengambil hikmah dari isi film serta mengamalkan dalam kehidupan seharihari. Kedua, pembinaan sosial yaitu Proses pembinaan yang ditujukan kepada anak jalanan agar mampu mengembangkan relasi sosial yang positif dan menjalankan peranan sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut peneliti, pembinaan sosial yang dilakukan di RPSBM sudah cukup lancar, hal ini terlihat dari kepedulian antar sesama penghuni RPSBM Kota Pekalongan. Menurut analisis peneliti, Selain menumbuhkan kepedulian antar sesama penghuni RPSBM Kota Pekalongan, pihak pengelola dapat mengembangkan pembinaan sosial dengan cara membentuk kelompok atau struktur anak jalanan, seperti ketua, sekretaris, dan anggota dengan tujuan untuk meningkatkan tanggungjawab sehingga mereka merasa diakui keberadaannya. Ketiga, menurut analisis peneliti pembinaan kesehatan yang dilaksanakan pihak RPSBM Kota Pekalongan sudah berjalan dengan cukup lancer dengan melibatkan seluruh penghuni RPSBM Kota Pekalongan. Akan tetapi, untuk menunjang kesehatan anak jalanan pihak RPSBM Kota Pekalongan perlu meningkatkan fasilitas untuk perlangkapan kesehatan dan kebersihan seperti perlengkapan mandi dan mencuci. Keempat, pembinaan ketrampilan yang dilakukan RPSBM Kota Pekalongan untuk memberi bekal kepada anak jalanan selepas bebas dari
85
RPSBM perlu ditingkatkan kembali dengan menambah fasilitas dan kegiatan ketrampilan lainnya, seperti otomotif dan elektro. Berdirinya RPSBM Kota Pekalongan merupakan respon dari meningkatnya
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial
(PMKS)
diantaranya anak jalanan. RPSBM kota Pekalongan melakukan pelayanan menggunakan prinsip sesuai dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan tujuan agar anak tersebut dapat hidup, tumbuh, berkembang dan partisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta memberikan perlindungan dari perilaku-perilaku menyimpang. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut. 1. Prinsip Non Diskriminasi a. Setiap anak berhak mendapat pelayanan secara manusiawi dan adil tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan status sosial lainnya. b. Menghargai anak sebagai manusia seutuhnya yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. c. Menerima keadaan anak apa adanya sebagai individu yang mempunyai harga diri, potensi, kelebihan, kemampuan, serta mempunyai sikap empati. d. Menghadapi anak sebagai individu yang berbeda dengan yang lainnya atau unik dari segi potensi, bakat, minat, ciri-ciri, latar belakang. Kondisinya saat ini, cita-cita dan harapan masa depannya.
86
2. Prinsip Kepentingan Terbaik Anak a. Mengupayakan semua keputusan, kegiatan dan dukungan dari berbagai pihak (kepolisian, pengadilan, dan instansi pemerintah lainnya, organisasi internasional dan nasional serta masyarakat untuk membantu anak yang membutuhkan perlindungan khusus dan semata untuk kepentingan terbaik anak. b. Mengupayakan suatu lingkungan yang terbaik bagi anak yang membutuhkan perlindungan khusus untuk dapat hidup, berkembang dan memperoleh masa depannya lebih baik. 3. Prinsip Menghormati Pandangan Anak a. Pandangan anak perlu didengar dan diperhatikan. b. Menghormati hak anak untuk menentukan keputusan sendiri dan memberi kesempatan seluasnya untuk mengambil keputusan tersebut. c. Memberlakukan semua informasi anak bagi dokumen yang rahasia dan tidak dapat diceritakan.
87
B. Analisis Faktor Pendukung dan PenghambatPembinaan Agama Islam Terhadap Anak Jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) Kota Pekalongan
1. Faktor Pendukung Faktor pendukung merupakan faktor yang dapat membantu dan mendukung RPSBM Kota Pekalongan dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya dalam menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Faktor yang dapat mendukung pembinaan agama Islam terhadapanakjalanan di RPSBM Kota Pekalongan yaitu, Adanya koordinasi dan komunikasi dari stakeholder terkait, dukungan masyarakat, dan tim pengelola yang solid dan komitmen. Menurut analisis peneliti, ketiga faktor tersbut delum dapat dikatakan sebagai faktor pendukung yang kuat. Karena untuk tercipta suasana pembinaan agama Islam terhadap anak jalanan diperlukan dukungan yang lain. Misalnya, pemasangan parabola, pemasangan wi-fi, dan pembetukan komunitas anak jalanan. Pemasangan parabola tersebut dimaksudkan supaya anak jalanan dapat mengakses tayangan atau informasi yang mendukung perkembangan otak mereka. Selain itu, pemasangan wi-fi juga dapat membantu anak jalanan mengetahui informasi di luar sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman seperti anak pada umumnya. Akan tetapi, penggunaan media internet yang demikian harus tetap memperoleh
88
pantauan dari pihak RPSBM Kota Pekalongan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti membuka situs yang terlarang. Pembentukan komunitas anak jalanan bertujuan sebagai wadah untuk mengordinir dan mengarahkan kegiatan anak jalanan yang positif. Komunitas anak jalanan tersebut dapat menjadi penghubung antara RPSBM Kota Pekalongan dengan anak jalanan pasca pembinaan ataupun penghubung antara anak jalanan dan pemerintah. Keberadaan komunitas anak jalanan ini dapat memfasilitasi anak jalanan untuk berdiskusi dan menyampaikan aspirasi serta kreativitas. 1.
Faktor Penghambat Selain faktor pendukung, dalam mencapai tujuan tentu ada beberapa faktor yang dapat menghambat tujuan tersebut. Seperti pembinaan agama Islam terhadap anak jalanan di RPSBM Kota Pekalongan memiliki beberapa faktor penghambat, yaitu: a. Keterbatasan alokasi waktu Waktu merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan dalam suatu proses pembinaan dan bimbingan baik sikap, tingkah laku atau ketrampilan pada anak jalanan. Apabila waktu pembinaan proposional maka pembinaan menjadi lebih efektif. Menurut analisipeneliti, untuk menangani keterbatasan waktu dalam pembinaan anak jalanan di RPSBM, pengelola dapat melakukan pembinaan dengan melakukan pendekatan langsung dengan anak jalanan dan keluarga supaya mereka dapat lebih memberikan perhatian,
89
kasih sayang, dan motivasi terhadap anak supaya tidak lagi turun ke jalanan. b. Keinginan anak untuk berubah tidak ada Kemauan yang kuat dari diri anak jalanan untuk berubah merupakan faktor penting dalam pembinaan. Akan tetapi, jika dalam diri anak jalanan itu sendiri tidak ada keinginan kuat untuk berubah, maka
dalam
pembinaan
akan
mengalami
kendala.
Menurutanalisispeneliti, beberapa hal yang dapat dilakukan pihak RPSBM adalah dengan melakukan pendekatan langsung terhadap anak dan
keluarga
sehingga
terjalin
kedekatan
emosional
serta
mempermudah pembinaan. c. Kebiasaan hidup bebas Untuk menangani kebiasaan hidup bebas anak jalanan, menurut peneliti pihak RPSBM dapat menerapkan aturan atau tata tertib bagi anak jalanan, jadwal piket dan sebagainya. Hal ini diterapkan dengan tujuan untuk membangung rasa tanggung jawab dan disiplin anak jalanan. d. Sarana dan prasarana kurang memadai Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang yang penting bagi pembinaan agama Islam terhadap anak jalanan di RPSBM Kota Pekalongan. Akan tetapi, jika keberadaannya kurang memadai maka akan menghambat pembinaan. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan RPSBM Kota Pekalongan adalah dengan melengkapi sarana
90
dan prasarana, seperti pembangunan sel, ruang kamar, dan fasilitas lain sebagai penunjang pembinaan agam Islam.