BAB III PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP ANAK JALANAN DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT(RPSBM) KOTA PEKALONGAN
A. Gambaran
Umum
Rumah
Perlindungan
Sosial
Berbasis
Masyarakat(RPSBM) Kota Pekalongan 1. Sejarah Berdirinya RPSBM Kota Pekalongan Permasalahan sosial yang ada di masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinas Sosial, melainkan masyarakat juga berperan penting dalam upaya mencari solusi permasalahan sosial yang terjadi terutama terkait dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dikarenakan ada gangguan tertentu, sehingga mereka tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya. Keaadaan yang demikian menjadikan kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial) tidak terpenuhi secara memadai, layak, dan wajar. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) membutuhkan penanganan yang serius baik dari Dinas Sosial maupun masyarakat.1
1
Dokumentasi Arsip RPSBM Kota Pekalongan, Diambil tanggal 26 September 2015.
43
44
Permasalahan-permasalahan
sosial
tersebut
membangkitkan
semangat dan kepedulian keompok karang taruna kota Pekalongan untuk membantu program pemerintah dalam menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Dalam hal ini, Pak Casno2 menuturkan: “tujuan didirikannya RPSBM ini untuk membantu pemerintah kota dalam menangani PMKS dengan memberikan pelayanan, rehabilitasi, dan pembinaan terhadap klien sehingga mampu memperoleh hak dasarnya dan mempertahankan diri di tengah-tengah masyarakat tanpa harus timbul perasaan diskriminasi” Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat di Pekalongan didirikan setelah mendapat dukungan dari Walikota Pekalongan. Lokasi RPSBM terletak di Desa Kuripan Kidul Pekalongan Selatan yang sebelumnya adalah Gedung Sekolah Dasar Negeri 01 Kuripan Kidul. Bangunan tersebut dialihfungsikan menjadi Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat karena siswa di Sekolah Dasar Negeri 01 jumlahnya sedikit. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ini menempati SD Negeri 01, sedangkan Siswa dari SD Negeri 01 yang jumlah siswanya sedikit dipindahkan ke SD Negeri 02 Kuripan Kidul. Rumah
Perlindungan
Sosial
Berbasis
Masyarakat
berdiri
berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Pekalongan Nomor 400/490 tanggal 5 November 2009. Ide pendirian lembaga ini mengacu pada
2
Casno, Bag. Keamanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi, 26 September
2015.
45
Undang-undang Nomor II Tahun 2009 di mana masyarakat berperan serta dalam pelayanan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).3 2. Visi dan Misi Visi dan Misi Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat dapat dilihat pada liflet Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM). Visi Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) adalah Profesionalitas Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) menuju Kesejahteraan Sosial Klien. Sedangkan Misi dari Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. b.
Meningkatkan, memperluas serta pemerataan kesejahteraan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
c.
Membina dan mengentaskan penyandang masalah sosial sehingga mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar.
d. Memulihkan rasa harga diri dan percaya diri bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). e.
Meningkatkan
partisipasi
sosial
masyarakat
dalam
usaha
Kesejahteraan Sosial (UKS) bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
3
loc. Cit.
Dokumentasi Arsip Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat Kota Pekalongan,
46
f. Meningkatkan pelayanan masalah secara terbuka (open sistem) dan merupakan pusat informasi kesejahteraan sosial. 3. Kegiatan Pelayanan Kegiatan pelayanan di Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) Kota Pekalongn berupa: a. Pendekatan awal dan penerimaan kelayan, 1) Orientasi, konsultasi, identifikasi, dan motivasi seleksi serta regrestasi. 2) Pengunhkapan
masalah
(asesment)
yaitu
pengkajian,
diagnostik, wawancara, dan konsultasi. 3) Perumusan rencana pelayanan dan penempatan pada program berdasarkan hasil asesmen. b. Pengasramaan selama sepuluh hari dengan pembinaan meliputi: a) Bimbingan rehabilitasi sosial. b) Bimbingan sosial c) Bimbingan mental/ bimbingan agama d) Ketrampilan kerja/usaha e) Bimbingan kecekatan fisik c. Resosialisasi dan pembinaan lanjut. d. Penyelenggaraan workshop. e. Kegiatan penunjang, meliputi: 1) Pendataan, pelaporan, dan evaluasi. 2) 8Kerjasama instansional.
47
3) Pembinaan partisipasi masyarakat dalam Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS). 4) Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan sosial dan rehabilitasi. 4. Tata Cara Pengiriman Kelayan Wilayah
penerimaan
Usaha
Pelayanan
Terpadu
Rumah
Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (UPT RPSBM) mempunyai wilayah operasi pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebagai berikut. a. Wilayah Kota Pekalongan. b. Menerima rujukan dari daerah lain dan atau lembaga/instansi sosial serta yayasan swasta dengan persetujuan Dinsosnakertrans Kota Pekalongan. 5. Pengelola a.
Tugas-tugas Pengelola Masing-masing pengelola memiliki tugas dan diantara mereka saling koordinasi antara yang satu dengan yang lainnya. Tugas-tugas tersebut antara lain sebagai berikut. 1) Ketua a) Koordinasi dengan Dinas-Dinas terkait. b) Mengarahkan dan melaksanakan kegiatan penanganan di RPSBM. c) Menjalin hubungan dengan pihak luar/swasta dunia usaha.
48
d) Membuat rencana program jangka pendek, menengah dan panjang. e) Penandatanganan surat-surat keluar. f) Membuat laporan perkembangan RPSBM kepada Walikota Pekalongan
lewat
Dinas
Sosial,
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi. g) Mewakili Institusi dan dapat menunjuk staf berkaitan dengan menyelesaikan kasus kelayan atau bila sedang berhadapan dengan pihak pengadilan; h) Tugas-tugas lain yang di berikan oleh Ka. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2) Sekretaris a) Kegiatan keadministrasian surat menyurat. b) Mendata seluruh aset kantor dan data kelayan. c) Menerima kelayan dan mengakses data kelayan. d) Sekretaris dibantu oleh Petugas Pelayanan dan Advokasi untuk diagnosa kelayan. e) Membuat Data Base kelayan. f) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ketua berkaitan dengan RPSBM. 3) Bendahara a) Membuka rekening di Bank. b) Membuat laporan keuangan/ neraca keuangan.
49
c) Membayarkan gaji/ honor karyawan. d) Mencari dana bantuan kepada pihak swasta/ dunia usaha yang tidak mengikat. 4) Bidang Pelayanan dan Advokasi a) Memberikan pelayanan kepada kelayan apabila : a. Sakit untuk dirujuk ke Rumah Sakit (Jadwal ke Rumah Sakit). b. Memfasilitasi kelayan untuk ketenangan keluarga. b) Memberikan
pelayanan
kepada
kelayan
yang
perlu
penanganan khusus: a. Anak yang berhadapan dengan hukum / Advokasi anak dihadapan pengadilan anak. b. Pelayanan khusus terhadap kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT); c. Pelayanan khusus terhadap Lansia terlantar. Memberikan pelayanan berupa : 1. Makanan dan minuman sehari-hari. 2. Menjaga kesehatan kelayan seperti, 1) Memberikan obat-obatan yang di berikan Rumah Sakit. 2) Tempat tidur bersih dan rapi 5) Tugas Bidang Keamanan a) Menjaga seluruh aset yang ada di RPSBM.
50
b) Menjaga keamanan dan ketertiban seluruh penghuni di RPSBM. c) Membantu
petugas
pelayanan
dan
advokasi
serta
menerima klien apabila kondisinya membahayakan. d) Mengawal klien yang di rujuk ke RSUD Bendan atau ke panti sosial. e) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua RPSBM. 6) Tugas Bidang Dapur a) Menyediakan makanan kelayan 3 x sehari. b) Menjaga kebersihan ruangan dapur. c) Mengatur menu makanan setiap hari. d) Mengatur jam makan agar kelayan makan di ruang makan kecuali yang sedang sakit. e) Tidak diperbolehkan makan di ruangan/ kamar kelayan. 7) Tugas Bidang Kebersihan a) Kebersihan lingkungan kantor (Halaman, saluran air dan lain-lain). b) Kebersihan di setiap ruangan (ruang kelayan). c) Kebersihan kamar mandi dan WC. d) Menyimpan dan menjaga peralatan kebersihan. 8) Tugas Bidang Khusus profesional merupakan tenaga-tenaga professional yang terdiri dari Dokter, Perawat, Ahli Gizi, Psikolog, dan Rohaniawan. Kelompok ini bertanggung jawab
51
kepada pimpinan sedangkan tugasnya membantu pekerja sosial sebagai profesi utama dalam proses pelayanan.4 6. Struktur Organisasi
TIM PELINDUNG
TIM PENGRAH
KETUA
SEKRETARIS I
BENDAHARA I BENDAHARA II
SEKRETARIS II
SEKRTARIAT
PELAYANAN DAN ADVOKASI
PETUGAS PROFESIONA L
KEAMAN AN
KEBER SIHAN
Gambar 2 Struktur organisasi RPSBM Kota Pekalongan
4
Ibid.
DAPUR
52
Tabel 3. 1 Data Pengelola RPSBM Kota Pekalongan No.
Nama
Jabatan
1.
M. Nofel, SE, ST, M.si.
Ketua
2.
dr. Dwi Heri Wibawa, M. Kes.
Sekretaris I
Julistiyowati, SH.
Sekretaris II
4.
Zamroni
Bag. Sekretariat
5.
Sri Ruminingsih, SE, M. Si
Bendahara I
6.
Hj. Tuti Toro
Bendahara II
7.
Dwi Nugroho H, SH, S.Sos, Bag. Pelayanan Sosial dan Advokasi MM
8.
Zaenudin A
Bag. Pelayanan Sosial dan Advokasi
9.
Faturohman
Bag. Pelayanan Sosial dan Advokasi
10.
Uswatun Khasanah
Bag. Pelayanan Sosial dan Advokasi
11.
Fadholi
Bag. Pelayanan Sosial dan Advokasi
12.
Rudiyanto
Bag. Keamanan
13.
Adi Suntoro
Bag. Keamanan
14.
Aji Prasetyo
Bag. Keamanan
15.
Casno
Bag. Keamanan
16.
Zaenudin B
Bag. Keamanan
17.
Umar
Bag. Keamanan
18.
Andre Pernawan
Bag. Keamanan
53
19.
dr. Budi Santoso
Bag. Tenaga Profesional (dokter)
20.
Wahyu Rokhmanianto
Bag. Tenaga Profesional (perawat)
21.
Naelul Farah
Bag. Tenaga Profesional (ahli gizi)
22.
Fiki Dzakiati, S.Psi
Bag. Tenaga Profesional (Psikolog)
23.
Slamet Mukhlisin
Bag.
Tenaga
Profesional
(rohaniawan) 24.
Sutriyah Murni
Bag. Dapur
25.
Umi Mafiroh
Bag. Dapur
26.
Khadhirin
Bag. Kebersihan
7. Sarana dan Prasarana Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat mempunyai fasilitas gedung yang terdiri dari beberapa ruangan yaitu: ruang pelayanan, ruang administrasi, ruang tidur, ruang medis, ruang sel aula dan mushola. RPSBM juga dilengkapi dengan ruang dapur halaman dan area parkir. Ruang pelayanan merupakan tempat yang dijadikan pertemuan antara pimpinan Rumah Perlindungan Sosial, pekerja sosial, anak jalanan dan pelayan pihak-pihak lain yang melakukan kunjungan ke Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat. Ruangan ini dilengkapi dengan
meja kursi, dan almari. Ruangan ini juga terdapat terdapat
catatan-catatan
mengenai
kegiataan
RPSBM
dalam
memberikan
pelayanan pada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial diantaranya
54
adalah anak jalanan, dan terdapat juga skema pelayanan kelayan serta struktur organisasi Rumah Perlindungan Berbasis Masyarakat. Selain itu ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas TV. Ruang administrasi merupakan suatu ruangan yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas administrasi seperti surat-menyurat, membuat dokumentasi, mencatat kelayan yang masuk ke RPSBM atau keluar dari RPSBM, tempat membuat absensi dan tempat untuk laporan kehadiran penghuni RPSBM dan melakukan tugas-tugas keuangan. Ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas komputer dan printer, 1 lemari penyimpanan berkas-berkas dan berbagai laporan dan dokumen penting lainnya. 5 Ruang tidur merupakan ruang untuk peristirahatan yang biasanya digunakan untuk tidur sementara bagi orang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang singgah ke RPSBM. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan untuk tidur, meja dan lemari pakaian. Adapun ruang medis yang merupakan tempat untuk pelayanan kesehatan kelayan RPSBM. Ruangan ini dilengkapi peralatan medis, tempat penyimpanan obat, meja kursi dan lain-lain. Selain itu ada pula ruang sel, ruang sel ini terdiri dari 10 sel yang sebagian masih dalam tahap perbaikan. Sel ini digunakan sebagai tempat isolasi penghuni RPSBM yang melakukan perlawanan atau anak jalanan yang melannggar peraturan.
5
Observasi pada tanggal 25 September 2015.
55
Aula menjadi ruang pertemuan antara penghuni RPSBM dan pengurus serta pekerja sosial. Ruang aula digunakan sebagai tempat pelaksanaan pembinaan bagi anak jalanan dan penghuni RPSBM lainnya. Selain itu, ruang aula tersebut juga dijadikan mushola untuk melakukan sholat berjamaah. Rumah
Perlindungan
Sosial
Berbasis
Masyarakat
juga
dilengkapi dengan ruang dapur sebagai tempat pelayanan pangan anak jalanan dan penghuni RPSBM yang lain.6 8. Pembiayaan a. Sumber Dana Tetap Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) Kota Pekalongan mendapat anggaran dari Pemerintah Kota Pekalongan secara rutin setiap bulan dengan peruntukan sebagai berikut: 1) Honorarium Petugas. 2) Anggaran makan kelayan. 3) Biaya rekening listrik. 4) Biaya rekening telepon b. Sumber Dana Tidak Tetap Sumbangan dari keluarga kelayan baik berupa barang maupun uang dengan jumlah yang tidak menentu.
6
Observasi pada tanggal 25 September 2015.
56
9. Kelayan Kelayan Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang baerada di wilayah kota Pekalongan baik warga dari kota sendiri maupun luar kota, penertiban petugas satuan polisi pamong praja (Satpol PP) dan kepolisian setempat.7 Hal ini disampaikan Ibu Uswatun Khasanah8: “untuk kelayan itu macam-macama, ada yang memang dirujuk oleh keluarga. Ada pula yang dikirim oleh Satpol PP, hasil dari razia di jalan-jalan. Kebanyakan adalah warga Pekalongan dan sekitarnya, akan tetapi biasanya jika yang dibawa Satpol PP atau hasil razia itu berasal dari luar kota”
B. Gambaran Umum Anak Jalanan Asuhan Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat(RPSBM) Kota Pekalongan
Anak jalanan yang diasuh RPSBM Kota Pekalongan berjumlah 32 anak yang terdiri dari 25 anak yang melakukan penyimpangan perilaku dan 7 anak yang tidak melakukan penyimpangan perilaku. Komposisi anak jalanan asuhan RPSBM Kota Pekalongan adalah sebagai berikut:
7
Dokumentasi Arsip RPSBM Kota Pekalongan, diambil pada tanggal 26 September
2015. 8
Uswatun Khasanah, Bag. Pelayanan dan Advokasi RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi, 26 September 2015.
57
1. Jumlah Anak Jalanan yang Mengikuti Pembinaan menurut Jenis Kelamin. Tabel 3.2 Jumlah Anak Jalanan yang Mengikuti Pembinaan RPSBM Kota Pekalongan Menurut Jenis Kelamin
NO
JENIS KELAMIN
JUMLAH
1
Laki-Laki
29
2
Perempuan
3
Total
32
Berdasarkan tabel di atas bahwa jumlah anak jalanan laki-laki asuhan RBSBMKota Pekalongan yang mengikuti pembinaan jumlahnya lebih besar dari pada anak jalanan perempuan yaitu dengan jumlah 29 anak jalanan laki-laki dan 3 anak jalanan perempuan. 2. Jumlah Anak Jalanan yang Mengikuti Pembinaaan menurut Usia. Tabel 3. 3 Jumlah Anak Jalanan Yang Mengikuti Pembinaan Menurut Usia
NO
USIA
L
P
JUMLAH
1
13 tahun
2
-
2 anak
2
14 tahun
4
-
4 anak
3
15 tahun
5
2
7 anak
4
16 tahun
5
1
6 anak
5
17 tahun
7
-
7 anak
6
18 tahun
6
-
6 anak
Jumlah
29
3
32 anak
58
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa anak jalanan yang mengikuti pembinaan jumlahnya paling banyak adalah yang berusia 17 tahun sebanyak 7 anak, paling sedikit adalah berusia 13 tahun sebanyak 2 anak. Anak jalanan asuhan RPSBMKota Pekalongan mempunyai usia yang beragam, usia paling muda adalah 13 tahun dan yang paling tua adalah 18 tahun mereka rata-rata sudah tidak sekolah bahkan putus sekolah (droup out). Pendidikan terakhir mereka rata-rata SD dan SLTP. 3. Keberadaan dan Sebaran Anak Jalanan di Kota Pekalongan. Persebaran anak jalanan asuhan RPSBMKota Pekalongan mereka ada yang menetap di satu lokasi, misalnya perempatan lampu merah dan Terminal Pekalongan. Di lokasi tersebut mereka melakukan aktivitasnya, apabila ada orang yang berusaha beraktiviitas di daerah sekitar tersebut maka akan diusir dan suruh mencari tempat lain, karena mereka menganggap tempat itu sudah dikuasainya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Pak Dwi Nugroho Hariardi9, “Anak jalanan itu sukanya menempati tempat yang ramai dan biasanya menetap di satu lokasi dan dijadikan wilayah kekuasaannya, misalnya di persimpangan lampu merah atau terminal-terminal” Anak jalanan yang suka berpindah-pindah dari satu ke tempattempat lain biasanya mobilitas di lapangan cukup tinggi dan mereka mempunyai banyak kenalan, hal ini disebabkan apabila tempat itu bisa
9
Dwi Nugroho Hariardi, Bag. Pelayanan dan Advokasi RPSBM Kota Pekalongan, wawancara Pribadi pada tanggal 28 September 2015.
59
mendatangkan keuntungan serta mereka merasa terlindungi dan aman maka mereka akan berpindah di tempat tersebut. Terkadang mereka juga mencari tempat yang sepi dan tidak menimbulkan persaingan. Titik teramai yang sering digunakan anak jalanan untuk melakukan aktivitas di jalan adalah lokasi sekitar persimpangan jalan. Tempat mangkal anak jalanan biasanya disebut kantong. Kantong-kantong anak jalanan asuhan RPSBM Kota Pekalongan biasanya mangkal di Perempatan Lampu Merah, Perlintasan Rel Kereta Api, Gor Jetayu dan di Terminal Pekalongan. Keberadaan anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni pertama, Children on the street, mereka pulangnya tidak teratur kepada orang tuanya di rumah. Umumnya mereka bekerja dari pagi sampai sore hari. Kedua, kelompok anak jalanan yang masih berhubungan teratur dengan orang tuanya, mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam di jalanan lalu kembali ke rumah. Umumnya mereka masih sekolah, dan turun ke jalan sebelum atau sesudah sekolah. Ketiga, yaitu anak jalananyang telah lulus SD atau SMP. Hubungan mereka dengan orang tua ada yang terputus ada pula yang tidak teratur atau hanya sesekali pulang ke rumah orang tuanya.10
10
Bagungsuyanto, op. Cit., hal. 186-187.
60
4. Asal Anak Jalanan Anak jalanan asuhan RPSBM Kota Pekalongan berasal dari Kota Pekalongan dan dari luar Pekalongan. Jumlah asal anak jalanan dapat dilihat di tabel berikut ini: Tabel 3. 4 Jumlah dan Asal Anak Jalanan Asuhan RPSBM Kota Pekalongan NO
ASAL ANAK JALANAN
JUMLAH
1
Jakarta
2 anak
2
Tegal
1 anak
3
Pemalang
3 anak
4
Pekalongan
13 anak
5
Batang
2 anak
6
Kendal
2 anak
7
Semarang
4 anak
8
Sragen
2 anak
9
Magelang
1 anak
15
Banjarnegara
1 anak
17
Indramayu
1 anak
Jumlah
32 anak
Berdasarkan tabel di atas jumlah asal anak jalanan asuhan RPSBM Kota Pekalongan yang paling banyak adalah dari Kota Pekalongan sebanyak 13 anak jalanan, sedangkan yang dari luar Kota Pekalongan jumlah anak jalanan paling banyak adalah dari Semarang sebanyak 4 anak jalanan.
61
5. Faktor-faktor Penyebab Anak Turun ke Jalan Anak jalanan turun atau menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan mempunyai berbagai alasan, yaitu sebagai berikut: a. Kesulitan keuangan atau kemiskinan dapat menyebabkan anak turun ke jalan, mereka membantu orang tua untuk mencari uang. Hal ini seperti diungkapkan oleh DA11 sebagai berikut: “Saya tidak ada maksud untuk menjadi anak jalanan, tetapi ekonomi keluarga saya sulit, saya membantu orang tua untuk mencari uang. Mau tidak mau saya harus membantu orang tua dengan berjualan di jalanan”. Hal ini juga diungkapkan oleh SW12 yang menyatakan: “Saya tidak ada maksud untuk menjadi anak jalanan, tetapi ekonomi keluarga saya sulit, jangankan untuk biaya sekolah dan biaya hidup lainnya untuk makanpun susah. Akhirnya saya membantu orang tua untuk mencari uang. Keadaan ekonomi yang sulit dapat mempengaruhi anak untuk turun ke jalan. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi diri mereka untuk bekerja lebih baik karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki dan tidak adanya biaya untuk mengenyam bangku pendidikan apalagi untuk memiliki usaha, sehingga jalanan sebagai jalan pintasnya. b. Rumah tangga orang tua yang berantakan dapat menyebabkan anak turun ke jalan, karena mereka merasa tidak ada yang memperhatikan Hal ini seperti diungkapkan IA13 sebagai berikut:
11
DA, Anak Jalanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 25 September 2015. 12 SW, Eks. Anak Jalanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 28 September 2015.
62
“Saya menjadi anak jalanan sebab keluarga saya berantakan, Bapak sama Ibu ribut terus setiap hari. Jadinya saya tidak ada perhatian dari orang tua kemudian saya mencari perhatian di luar. Teman-teman di jalan lebih perhatian daripada keluarga, saya juga sudah nyaman sama lingkungan yang baru”. Hal ini juga diungkapkan oleh IT14 sebagai berikut: “Orang tua saya bercerai mbak, saya malu ma tementemen pas ketemu mesti ditanyain Ibumu cerai ha’a? Kan saya malu mbakditanyain gitu terus. Lalu saya kabur dari rumah dan disana saya ketemu temen-temen baru. mereka asik mbak welcome sama saya. Saya juga pernah make obat”. Perceraian orang tua dapat menyebabkan anak turun ke jalan, karena anak menjadi semakin binggung, dan merasa ketidakpastian emosional. Kemudian muncul banyak konflik batin sehingga anak tidak betah tinggal di rumah, selalu merasa pedih-risau, dan malu. Untuk melupakan semua derita batin ini anak melampiaskan kemarahan dan agresivitasnya ke jalanan c. Kurangnya perhatian dari orang tua Perhatian dari orang tua sangatlah penting bagi anak. Kurangnya perhatian dari orang tua dapat menyebabkan anak turun ke jalan, orang tua hanya memikirkan pekerjaannya saja. Hal ini seperti diungkapkan oleh SI15 17 tahun sebagai berikut:
13
IA, Anak Jalanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 25 September 2015. 14 IT, Anak Jalanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 25 September 2015. 15 SI, Anak Jalanan di RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 25 September 2015.
63
“Saya turun ke jalan karena orang tua bekerja di Jakarta sehingga tidak ada yang memperhatikan saya. Di rumah adanya nenek, nenek juga sibuk kerja dan bawel sama saya. Di rumah sepi, jadinya bosan di rumah terus. Saya butuh suasana yang berbeda dan mneyenangkan”. Kesibukan orang tua dengan pekerjaan akan menyita waktu berkumpul dengan anak sehingga perhatian yang diberikan pun akan berkurang. Keadaan yang demikian membuat anak jenuh sehingga berpikiran untuk memilih hidup di jalanan yang dipenuhi orang sebaya untuk meraih perhatian yang tidak didapatkan dari rumah. Karena pada dasarnya, usia anak adalah usia yang masih membutuhkan perhatian.
C. Pembinaan
Agama
Islam
TerhadapAnakJalanan
di
Rumah
Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) Kota Pekalongan
Anak jalanan erat kaitannya dengan istilah marginal, rentan dan eksploitatif, karena istilah ini dapat menggambarkan kehidupan mereka. Mereka berada di jalanan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau hanya sekedar pelampiasan kekesalan atau kekecewaan terhadap keluarga. Anak jalanan sering dimaknai sebagai sesuatu atau perlaku yang negatif sehingga memunculkan perasaan dan perilaku diskriminasi dari masyarakat sekitar. Penyimpangan perilaku anak jalanan
seperti berkelahi, minum-
minuman keras, merokok, dan mencuri mempunyai akibat yang negatif bagi anak jalanan sendiri dan bagi masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu,
64
harus mendapatkan penanganan yang serius. Usaha penanganan masalah anak jalanan dapat dilakukan melalui tiga tindakan yaitu: 1. Tindakan represif yaitu dengan memberikan hukuman kepada anak jalanan. Anak jalanan yang melakukan penyimpangan perilaku diberi nasihat dan juga diberi hukuman. Seperti diungkapkan oleh IT16 sebagai berikut: “Saya pernah menggunakan obat-obatan terlarang, kemudian dihukum dimasukkan ke dalam sel dan kemudian saya dinasehati dengan diputarkan film tentang bahaya obatobatan terlarang”. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh SW17 sebagai berikut: “Biasanya jika kita berperilaku melanggar akan dinasehati dan diputarkan film tentang bahaya minuman keras serta diberi hukuman membersihkan dapur selama 3 hari”. Anak jalanan yang melakukan penyimpangan perilaku di RPSBM akan diberi hukuman sesuai dengan
perilaku yang dilakukan. Hukuman
tersebut berupa bersih-bersih ruangan sekitar RPSBM, apabila perilaku itu berulang-berulang dilakukan maka hukuman tersebut adalah mereka dimasukkan ke dalam sel selama dia benar-benar tidak mengulangi perbuatan tersebut. 2. Tindakan kuratif, membantu anak jalanan agar tidak melakukan penyimpangan perilaku lagi. 3. Tindakan rehabilitasi yaitu membantu klien mengubah keterbatasanketerbatasan kemampuannya dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan 16
IT, Anak Jalanan di RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 27 September 2015. 17 SW Anak Jalanan di RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 27 September 2015.
65
yang dimilikinya. Tindakan kurtaif dan rehabilitasi ini dilakukan dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan ini dilakukan melalui pembinaan. Pembinaan yang dilakukan RPSBM dalam menangani anak jalanan adalah dengan memberikan beberapa pembinaan yaitu: a. Pembinaan Mental yaitu proses pembinaan yang ditujukan untuk meningkatkan keyakinan terhadap nilai-nilai agama yang dianut dan mampu menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan umat beragama. Pembinaan Mental tersebut meliputi bimbingan keagamaan. Pembinaan
keagamaan bertujuan untuk membimbing anak
jalanan ke arah jalan yang benar.. Kegiatan pembinaan keagamaan ini diantaranya: 1) Sholat berjamaah Sholat merupakan salah satu rukun Islam sehingga termasuk ibadah yang diwajibkan bagi setiap muslim, baik anak-anak, dewasa, tua, kaya atau miskin. Hal ini pula yang diajarkan kepada anak jalanan, dengan memberikan pengetahuan dan pengarahan mereka diajarkan untuk melaksanakan sholat. Menurut Bapak Salamet18 : “Sholat jamaah ini diikuti oleh anak jalanan bersama penghuni RPSBM lainnya. pelaksanaan sholat berjamaah ini dilakukan dengan tujuan untuk membiasakan mereka sholat tepat waktu sehingga
18
Slamet Mukhlisin, Rohaniawan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 25 September 2015.
66
secara tidak langsung membantu mereka untuk lebih disiplin dan menghargai waktu”. Sholat berjamaah merupakan tutunan Rasulullah SAW, dimana yang melaksanakan sholat berjamaah akan memperoleh pahala 27 kali lebih baik daripada sholat sendri. Selain itu, pelaksanaan sholat berjamaah ini adalah dalam rangka melatih anak jalanan untuk hidup lebih disiplin dan menghargai waktu. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh IT19: “Disini saya dan teman-teman diajarkan sholat berjamaah, awalnya sih malas karena harus mengikuti jadwal. Tapi sekarang saya merasakan sedikit banyak membantu kita lebih disiplin” 2) Membaca al-Qur’an Kegiatan membaca Al Qur’an atau mengaji dilakukan setelah sholat maghrib dengan bimbingan salah satu pengurus RPSBM. Pembelajaran tersebut dimulai dari materi yang mudah yaitu mengenal huruf hija’iyah dan bacaan-bacaan dalam ilmu tajwid. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan anak dalam belajar karena sebagian dari mereka belum begitu mengenal bacan-bacaan dalam ilmu tajwid dan masih meraba-raba dalam mengaji. DK20 menuturkan: “Selama pembinaan, saya dan teman-teman yang lain diajarkan membaca Al Qur’an oleh pengurus. 19
IT, Anak Jalanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 27 September 2015. 20 DK, Anak Jalanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 25 September 2015.
67
Biasanya kita belajar setelah sholat maghrib dan setelah rutin belajar akhirnya saya sudah mulai membaca Al Qur’an walaupun belum begitu lancar”. Damapk positif kegiatan tersebut juga dirasakan oleh IA21 yang menuturkan: “Disini saya diajari ngaji, seneng sih disini bisa ngaji bareng tapi kadang ngrasa kesusahan. Dulu pernah ngaji tapi pas kecil. Alhamdulillah mba, sekarang udah bisa baca al-Fatihah dan sedikit tahu bacaan-bacaannya”. 3) Kajian Keagamaan Pembinaan agama Islam di RPSBM Kota Pekalongan dilakukan dengan berbagai alternatif, selain masalah ibadah seperti sholat dan membaca Al Qur’an, RPSBM melakukan pembinaan agama Islam dengan cara memberikan pengetahuanpengetahuan agama Islam melalui kajian keagamaan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kecuali hari jum’at, kajian tersebut dimulai pukul 16.00-17.00 WIB oleh pak Lebe (Slamet Mukhlisin) di Aula RPSBM Kota Pekalongan yang juga digunakan sebagai mushola. Kajian keagamaan diikuti oleh seluruh penghuni RPSBM Kota Pekalongan. Adapun materi yang disampaikan adalah tentang kebersihan, kesehatan, dan akhlaq. Seperti yang diungkapkan oleh pak Lebe22, 21
IA, anak jalanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 25 Septembaer 2015. 22 Ibid.
68
“Materi yang disampaikan dalam kajian tersebut disesuaikan dengan kebutuhan mereka yaitu kebersihan dan kesehatan dalam Islam, akhlaq dan tambahan materi taubat. Penyampaian materi ini adalah materi yang ringan karena mereka bersedia mengikuti kajian saja sudah lebih baik”. Pemilihan materi ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penghuni RPSBM Kota Pekalongan. Kebersihan adalah salah satu materi yang disampaikan, karena anak jalanan dan penghuni RPSBM Kota Pekalongan masih menyepelekan masalah kebersihan. Kebersihan merupakan salah satu yang diperhatikan dalam Islam, seperti sabda Rasulullah: ى:سلَّ َع ى حا ِب ى ْن َع ْن َع ِب ِبى َعح َعى ُ َعحاَعى َع:ا ىَ َع َع ْنهى َع ِب ى َع ح ِبا ْن ى ْنا ح َع ِب ِبى ِبْنهى َع ِب س ْنُاُىهللاِبى َع الَّ ىهللاُى َع لَع ْني ِبً َع ط ٍُ ْنُ ُ ى ْن َّ ا ىَ ْنا َع ْنمدُىهللِبىت ْنَعمالنَع ى َع ْنَىت َع ْنمالَع َعءى ُ َى َعط ُ ْن ِب ْني َعم ِب س ْنب َع حنَع ىهللاِب َع ىَ ْنا َع ْنمدُهللِبىت َع ْنمالَع َعءى ْنا ِبميْنزَع ِبن َع حن َع ٌ ٌ صدَع َعتُ ُ ْن ض َعيح ٌء َعَ ْناقُ ْن أَعنُ ى ُح َّجتٌى َعا َع ى َّ َع ح َعيْنهَع ى ا س َعم ِب َّ ىَ ا َّ صالَعةُىوُ ْنُ ٌ َعَ ا َّ ىَ ا ىَ ْن َع ْن ِب ص ْنب ُ ِب َعحن َع ض َع حء َع ٌ َعُُى َع َعل ْني َع ى َعاُى اىح َّ ِبسى َعي ْنغد َُىفَع َعبحئِب ُعىوَع ْنف ِبس ِبًىفَع ُم ْنتِبقُ َعٍح َع ْنَ ُ ْنُ ِبقُ َعٍحىىىىى َ يى سل “Kebersihan adalah sebagian dari Iman”. (H.R. at Tabrani) Anak jalanan sudah terbiasa hidup bebas di luar sehingga kebersihan tidak mereka pedulikan. Hal ini terlihat jelas dengan penampilan mereka yang terlihat kumal. Kebersihan bukan menjadi prioritas lagi bagi anak jalanan. Akan tetapi, setelah adanya
kajian
tersebut
diharapkan
mereka
sadar
akan
69
pentingnya hidup bersih. Seperti yang diungkapkan IM23, salah satu anak jalanan, “Sebelumnya, bagi kami kebersihan itu tidak lebih penting dari kebersamaan dan isi perut. Tetapi setelah mengikuti kajian ini saya baru mengetahui kalau ternyata kebersihan itu sangat diperhatikan dalam Islam. Sekarng sedikit-sedikit lah mulai menerapkan hidup bersih”. Materi lain yang disampaikan dalam pembinaan agama Islam adalah kesehatan dalam Islam. Selain kebersihan, Islam juga memperhatikan tentang kesehatan, dimana setiap manusia dianjurkan untuk senantiasa menjaga kesehatan supaya tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan beribadah kepada Allah. Keadaan anak jalanan yang urakan dan biasa hidup di jalanan yang bebas tanpa aturan menjadikan anak jalanan hidup tanpa aturan, etika dan unggah-ungguh yang baik, sehingga diperlukan adanya pembinaan akhlaq. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anak jalanan memiliki etika, unggah-ungguh, sopan santun, dan budi pekerti yang lebih baik. Pelaksanaan kajian ini disampaikan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Selain metode tersebut, yang digunakan adalah metode teladan dimana pembina dan pengelola RPSBM Kota Pekalongan memberikan teladan
23
IM, Anak Jalanan RPSBM Kota Pekalongan, wawancara Pribadi pada tanggal 25 Seotember 2015.
70
yang baik dalam berperilaku, beribadah, dan menjaga kebersihan serta kesehatan. Seperti
diungkapkan oleh Pak Lebe (Slamet
Mukhlisin)24 sebagai berikut: “kajian keagamaan ini dilaksanakan di Aula dengan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Namun, metode yang terpenting itu adalah teladan dari kita semua. Karena apabila kita memberi teladan yang baik kepada mereka secara tidak langsung akan memepengaruhi dan memotivasi mereka untuk melaksanakan juga ”.
Pembinaan agama Islam bagi anak jalanan yang dilakukan oleh RPSBM Kota Pekalongan, diwalai dengan kajian keagamaan yang dilaksanakan setiap sore, kecuali hari jum’at pada pukul 16.00 WIB. Sekitar pukul 16.00 WIB anak jalanan bersama penghuni RPSBM Kota Pekalongan lainnya bersiap-siap menuju Aula RPSBM untuk mengikuti kajian keagaamaan yang diisi oleh Bapak Slamet Mukhlisin, selaku Rohaniawan RPSBM Kota Pekalongan. Kajian keagaamaan tersebut dimulai dengan membaca Basmallah bersama, setelah itu Bapak Slamet menyampaikan materi tentang kebersihan dengan metode ceramah. Tidak hanya menggunakan metode ceramah, kajian keagamaan tersebut juga menggunakan metode lainnya seperti tanya jawab dan diskusi. Kajian Keagamaan berakhir sekitar pukul 17.15 WIB, setelah itu anak jalanan istirahat sejenak dan mempersiapkan untuk
24
Slamet Mukhlisin, Rohaniawan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi 29 September 2015.
71
sholat berjamaah. Setelah usai sholat berjama’ah, pembinaan dilanjutkan dengan mengaji atau membaca Al-Qur’an dengan bimbingan salah satu pengurus RPSBM Kota Pekalongan.25 Pembinaan agama Islam ini memiliki pengaruh yang positif bagi anak-anak jalan yang mengikuti pembinaan, seperti yang diungkapkan SI, “Alhamdulillah mba, setelah mengikuti pembinaan disini saya sudah bisa ngaji dan memeperoleh banyak pengetahuan tentang keagamaan. Kemudian saya juga lebih bisa menghargai orang lain dan dapat mengotrol emosi serta saling peduli dengan sesama.” b. Pembinaan Sosial Pembinaan Sosial adalah proses pembinaan yang ditujukan kepada anak jalanan agar mampu mengembangkan relasi sosial yang positif dan menjalankan peranan sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembinaan
sosial
ini
berupa
kerja
bakti
membersihkan lingkungan RPSBM dan dilibatkan dalam kegiatan sehari-hari seperti menyiapkan minum, makan, atau obat-obatan. Pembinaan ini bertujuan agar anak jalanan dapat berinteraksi dengan pekerja sosial, sesama Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). c. Pembinaan Kesehatan Pembinaan Kesehatan adalah proses pembinaan yang ditujukan menjaga atau meningkatkan kondisi kesehatan kelayan,
25
Observasi Pada tanggal 29 September 2015.
72
sehingga dapat melaksanakan peran-peran sosial di masyarakat. Pembinaan kesehatan yang diberikan di RPSBM adalah meliputi pembinaan kesegaran jasmani dan pembinaan personal higienis. 1) Pembinaan kesehatan jasmani yaitu lebih memprioritaskan untuk berolahraga misalnya setiap pagi diberikan pembelajaran untuk senam dengan tujuan untuk mencapai kondisi fisik yang baik.. 2) Pembinaan personal higienis yaitu kebersihan diri yang meliputi mandi, gosok gigi dan mencuci baju. d. Pembinaan Pelatihan Keterampilan Pembinaan pelatihan keterampilan adalah proses pembinaan yang ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan kelayan dalam bidang usaha ekonomi produktif. Keterampilan dan pelatihan tersebut dimaksudkan supaya para anak jalanan nantinya dapat mengembangkan keterampilan tersebut di masyarakat. Pembinaan tersebut diharapkan dapat membantu mereka selepas keluar dari RPSBM Kota Pekalongan sehingga tidak kembali ke jalanan dan melakukan penyimpanga lagi. Pembinaan ketrampilan ini memiliki pengaruh dan manfaat yang baik bagi anak jalanan, seperti yang diungkapkan SW, 26 “Dulu saya pernah mengikuti pembinaan pembuatan tempe di RPSBM. Setelah mengikuti pembinaan saya bisa bikin tempe sendiri dan sekarang saya jualan di pasar dan nda harus malak di jalanan lagi mba. Lumayan bisa mencukupi kebutuhan keluarga secara halal”. 26
SW, Eks anak Jalanan RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi Pada tanggal 28 September 2015.
73
Pelatihan keterampilan yang diberikan di RPSBM Kota Pekalongan adalah pelatihan pembuatan tempe dan menyablon. Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Casno27 sebagai berikut: “Pembinaan ketrampilan pernah ada ketrampilan membuat tempe, menyablon, dan sebagainya untuk menambah ketrampilan anak jalanan dan penghuni lain sehingga diharapkan dapat membantu setelah keluar dari RPSBM” Petugas RPSBM Kota Pekalongan setelah melakukan tindakan represif, kuratif, dan rehabilitasi akan melakukan beberapa tindakan , sebagainana dijelaskan oleh Bu Uswatun Khasanah28sebagai berikut: “setelah anak jalanan dan penghuni lainnya mengikuti beberapa tahapan pembinaan sekitar selama 10-20 hari, maka akan dilakukan beberapa tindakan lagi sesuai dengan hasil evaluasi. Tindakan tersebut adalah penghentian layanan, rujukan, pemulangan dan penyaluran, serta pembinaan lanjut”. Tindakan-tindakan
lanjutan
yang
dilakukan
RPSBM
Kota
Pekalongan adalah sebagai berikut: 1.
Penghentian Pelayanan, dilakukan setelah kelayan selesai mengikuti proses pelayanan dan telah mencapai hasil pelayanan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
2. Rujukan (Reveral). Kegiatan ini dilaksanakan apabila kelayan membutuhkan pelayanan lainnya yang tidak tersedia dalam panti. 3. Pemulangan dan Penyaluran. Kegiatan ini dilaksanakan setelah kelayan 27
dinyatakan
berhenti
atau
selesai
mengikuti
proses
Casno, Bag. Keamanan RPSBM Kota Pekalongan, wawancara Pribadi pada tanggal 26 September 2015. 28 Uswatun Khasanah,Bag. Pelayanan dan Advokasi RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi pada tanggal 26 September 2015.
74
pelayanan. Proses pemulangan yaitu kelayan dikembalikan kepada pihak keluargaatau sanak saudara dan lingkungan tempat kelayan tinggal. Proses penyaluran yaitu kelayan disalurkan kepada perusahaan/tempat kerja/instansi yang berminat mempekerjakan kelayan sesuai dengan bidang dan jenis keterampilan yang telah dimiliki kelayan. 4. Pembinaan Lanjut. Kegiatan ini adalah untuk memonitor dan memantau kelayan sesudah mereka bekerja atau kembali ke keluarga.
D. Faktor Pendukung dan PenghambatPembinaan Agama Islam terhadap Anak Jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM) Kota Pekalongan
Setiap lembaga memliki tujuan dan cita-cita yang akan dicapai. Akan tetapi terdapat beberapa hambatan dan juga hal-hal yang mendukung dalam menjalankan dan mewujudkan cita-cita tersebut. Begitu juga yang dialami RPSBM Kota Pekalongan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya menangani pembinaan anak jalanan. Berikut faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pelaksanaan pembinaan agama Islam terhadap anak jalanan di Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat.
75
1. Faktor Pendukung a.
Adanya koordinasi dan komunikasi dari stakeholder terkait. Koordinasi dan komunikasi yang baik antara RPSBM Kota Pekalongan dengan lembaga-lembaga yang lain, tidak sedikit dapat membantu pelaksanaan pembinaan agama Islam terhadap anak jalanan. Lembaga yang terlibat dan berperan dalam pelaksanaan pembinaan ini adalah Pengelola RPSBM, Dinas sosial, Satuan Polisi Pamong Praja, Wali kota, DPRD dan lain-lain.
b. Adanya dukungan dari masyarakat. Pelaksanaan pembinaan Agama Islam bagi anak jalanan ini tidak
lepas
dari
dukungan
masyarakat
yang
mendukung
keberadaan RPSBM Kota Pekalongan. Dukungan masyarakat ini dapat berupa materi, seperti meberikan bantuan dana,
pakaian
layak pakai, makanan, atau sekedar ta’jil dan buka bersama saat bulan Ramadhan. Bu Uswatun Khasanah29 menuturkan, “Alhamdulillah mba, kegiatan pembinaan ini dapat dukungan dari beberapa pihak. Pak walikota juga mendukung kegiatn ini. Masyarakat juga alhamdulillah mendukung, biasanya masyarakat mengadakan baksos disini, dari STAIN juga pernah ngadain buka bersama disini.” Adapun dukungan dalam bentuk non materi seperti memberikan motivasi kepada anak jalanan untuk meninggalkan
29
Uswatun Khasanah, Bag. Pelayanan dan Advokasi RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi Pada tanggal 26 September 2015.
76
kebiasan negatif dan bersedia menerima mereka kembali di tengahtengah masyarakat. c. Adanya tim pengelola yang solid dan komitmen. Pembinaan Agama Islam bagi anak jalanan di RPSBM Kota Pekalongan tidak dapat terlaksana dengan rapi dan terencana jika kondisi
internal
tidak memiliki kesolidan dan komitmen.
Komunikasi yang intens antar pengelola mampu meningkatkan kinerja. 2.
Faktor Penghambat a. Keterbatasan alokasi waktu RPSBM Kota Pekalongan dalam memberikan pembinaan dan bimbingan waktunya sangat terbatas yaitu 10-20 hari, sehingga tidak maksimal. Hal ini Seperti yang
diungkapkan Ibu Uswatun
Khasanah30 sebagai berikut: “Pembinaan yang dilakukan di RPSBM Kota Pekalongan sangat terbatas yaitu 10-20 hari, jadi kurang maksimal. Padahal melakukan pembinaan terhadap anak jalanan itu membutuhkan proses yang panjang”. Keterbatasan alokasi waktu dalam pembinaan tersebut dapat memberikan pemahaman yang tidak utuh terhadap anak jalanan. b. Keinginan anak untuk berubah tidak ada Anak tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk berubah menjadi lebih baik. Mereka sudah terlanjur menyukai perilaku dan 30
Uswatun Khasanah, Bag. Pelayanan dan Advokasi RPSBM Kota Pekalongan, wawancara pribadi pada tanggal 26 September 2015.
77
hidup bebas tanpa aturan yang menyulitkan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Dwi Nugroho Hariadi31 sebagai berikut: “Dalam diri mereka sendiri tidak ada keinginan untuk berubah. Jadi, ya sulit-sulit mudah menangani anak jalanan itu. tidak sedikit mereka mengaku sudah nyaman dengan kondisi mereka masing-masing”. Pembinaan yang tidak diikuti dengan kesadaran diri untuk berubah menjadi lebih baik akan sulit dalam pembinanan. c. Kebiasaan hidup bebas Anak jalanan sudah terbiasa hidup bebas di jalanan, sehingga mereka akan berontak dan melakukan perlawanan ketika harus dihadapkan dengan aturan.. Seperti diungkapkan oleh Pak Casno32 sebagai berikut: “Mereka sudah biasa hidup bebas di luar tanpa aturan dan tidak ada yang mengontrol, jadi ketika dimasukan ke RPSBM Kota Pekalongan tidak sedikit akan melawan. Mereka tidak suka diberi aturan dan hidup disiplin”. Kehidupan anak jalanan tersebut tidak ada yang mengontrol dan mengatur kebiasaan hidupnya. Kehidupan yang bebas ini menyebabkan anak jalanan melakukan tindakan menyimpang baik norma masyarakat, maupun norma agama, bahkan mengarah pada tindakan kriminal. Tindakan kriminal yang biasa dilakukan anak jalanan misalnya minum-minuman keras, mencuri, menggunakan obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya. 31
Dwi Nugroho Hariadi, Bag. Pelayanan dan Advokasi RPSBM Kota Pekalongan, wawancara pribadi pada tanggal 28 September 2015. 32 Casno, Bag. Keamanan RPSBM Kota Pekalongan, wawancara Pribadi pada tanggal 26 September 2015.
78
d. Sarana dan prasarana kurang memadai Sarana dan prasarana yang dimiliki RPSBM Kota Pekalongan masih belum memadai, seperti mushola RPSBM Kota Pekalongan yang juga digunakan sebagai aula. RPSBM Kota Pekalongan
juga
belum
mempunyai
ruang
khusus
untuk
pembinaan. Selain itu, ruang sel dan ruang tidur yang tidak sebanding dengan jumlah penghuni RPSBM. Hal demikian diungkapkan oleh Bapak Dwi Nugroho Hariadi33: “Sarana dan Prasarana yang dimiliki Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat ini masih kurang memadai, seperti Mushola yang juga digunakan sebagai Aula. Selain itu, kondisi ruang sel dan kamar yang memerlukan renovasi. Penyediaan pakaian layak pakai yang sesuai dengan kebutuhan juga masih kurang”.
33
Dwi Nugroho Hariadi, Bag. Pelayanan Sosial dan Advokasi RPSBM Kota Pekalongan, Wawancara Pribadi Pada tanggal 28 September 2015.