84
BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada BAB III, maka pada bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah pelaksanaan metode pembelajaran Individual Pendidikan agama Islam di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Batang, Karakteristik Anak Tunagrahita pada pembelajaran Agama Islam di SDLB serta faktor pendukung dan penghambat di SDLB Negeri Batang. Analisis ini didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang merupakan hasil penelitian yang merupakan bukti dan kenyataan yang ada di SDLB Negeri Batang. A. Analisis Karakteristik Anak Tunagrahita Pada Pembelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang Karakteristik Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang tidak sama dengan kondisi anak – anak pada sekolah umum, karena pada dasarnya Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. 1. Keterbatasan Inteligensi. Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan-ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah
85
dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk
merencanakan
masa
depan.
Anak
tunagrahita
memiliki
kekurangan dalam semua hal tesebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar berhitung, menulis, dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau kecenderungan belajar dengan membeo. Dari wawancara di atas,1 maka dapat di tarik informasi bahwasannya anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang di lihat dari tingkat IQ yang dimiliki dari masing – masing anak di bagi menjadi 3 kelompok yaitu Tunagrahita ringan disebut juga moron atau Debil kelompok ini memiliki IQ antara 68 – 52 menurut Skala Weschler (WISC),Tunagrahita Sedang disebut juga Imbesil, kelompok ini memiliki IQ 51 -36 menurut Skala Weschler (WISC). Tunagrahita berat sering juga disebut Idiot memiliki IQ 39 – 25 menurut Skala Weschler (WISC). Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar. 2. Keterbatasan sosial Sebagai
makhluk
individu
dan
sosial
anak
tunagrahita
mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana 1
Wawancara dengan Responden 1.baris 6 - 13.
86
layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih sering mengalami kegagalan dan hambatan yang berarti. Akibatnya anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut pada gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari mekanisme pertahanan diri dan sebagai wujud penyesuaian sosial yang salah. Selai itu dari hasil wawancara,2 maka dapat di tarik informasi bahwasannya anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang cenderung memilih teman bermain yang usianya relatife lebih muda di bandingkan berteman dengan anak yang memiliki umur yang sama, mereka terlalu mengandalkan Orang tuanya dalam setiap kegiatan yang di lakukan sehari – hari. Mereka juga tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, dan mereka juga memerlukan pengawasan khusus dan haru selalu di awasi oleh guru maupun orang tuanya. 3. Keterbatasan Fungsi – fungsi Mental Lainnya Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan katakata konkret yang sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, 2
Wawancara dengan Responden 1.baris 14 - 20.
87
pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang konkret. Dari wawancara di atas,3 maka dapat di tarik informasi bahwasannya anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu hal yang sedang dia hadapi, kesulitan dan tidak memahami atau membedakan antara hal yang baik dan hal yang buruk, dan membedakan anatara yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan yang dia lakukan. 4. Ciri – ciri Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Untuk ciri – ciri Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang dari hasil
wawancara
di
dapatkan
informasi,4
bahwasannya
anak
Tunagrahita di SDLB Negeri Batang memiliki karakteristik atau ciriciri fisik (penampilan) sebagai berikut. Wajah khas mongol, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik, kepala besar, raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar. Ukuran kepala tidak proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar).
3 4
Wawancara dengan Responden 1.baris 21 – 29. Wawancara dengan Responden 1.baris 30 – 35.
88
B. Analisis
Metode
Pembelajaran
Individual
pada
mata
pelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunagrahita di SLB Negeri Batang. Penerapan Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang tidak terlepas dari kebijakan Kepala Sekolah setelah berkordinasi dengan pihak terkait seperti Diknas atau Depag. Disamping itu kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan juga
melibatkan
sumber-sumber
yang
lain
yang
mungkin
dapat
meningkatkan kualitas pendidikan siswanya agar nantinya mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Pengembangan dan implementasi kurikulum pendidikan agama perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Dalam hal ini pemikiran para ahli sangat dibutuhkan, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi ilmu. Hasil wawancara dengan Slamet Makmur,S.Pd selaku Guru Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang mengatakan bahwa : Kebanyakan guru – guru di SDLB Negeri Batang ini lebih sering menggunakan metode Pembelajaran Individual dari pada metode yang lain, karena melihat kemampuan dan jenis ketuanaan dari siswa masing-masing. 1. Latar belakang Timbulnya Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Latar belakang timbulnya pembelajaran individual diilhami oleh teori Skinneryang dikenal dengan Reinforcement Theory pada tahun 1954. Menurut teori ini tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda antara
89
yang satu dengan lainnya. Anak sejak dilahirkan memiliki sejumlah potensi namun dalam perkembangannya dan pertumbuhannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan baik. Sedangkan untukdi SDLB Negeri Batang berdasarkan dari hasil wawancara yang di lakukan dapat di peroleh informasi bahwasannya di SLB Negeri Batang khususnya di SDLB nya, anak Tunagrahita
memiliki jenis ketunaan yang berbeda – beda, jadi
penanganannya juga berbeda antara anak yang satu dengan yang lain sesuai dengan ketunaan yang di miliki tiap anak, contohnya
anak
Tunagrahita sendiri dalam satu kelas memiliki tingkat IQ atau kecerdasan yang berbeda dan perlu penanganan dan pemahaman materi yang berbeda pula sesuai dengan kemampuan anak itu sendiri. Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar (potensi jamaniah, pikir, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani) kemampuan mentalnya (mental ability), prestasi belajar yang dicapai terdahulu (past achievement), kecepatan belajar, motivasi, minat, dan gaya belajar. 2. Tujuan Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
Setiap pembaharuan di bidang metodologi pembelajaran oleh para ahli yang berkompeten selalu menetapkan tujuan yang akan dicapai baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Demikian pula metode pembelajaran individual pada mata Pelajaran Agama Islam bagi Anak Tunagrahita
di SDLB Negeri
Batang dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
90
a. Membantu Anak Tunagrahita yang mengalami kesulitan belajar terutama Anak Tunagrahita yang tergolong dalam kelompok Tunagrahita yang sangat berat. b. Menyesuaikan materi pelajaran dengan perbedaan individual Anak Tunagrahita,anak dalam belajar dan memperhatikan kepentingan anak secara individual. c. Meningkatkan mutu dan efektivitas proses pengajaran dan d. Pelaksanaan pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat individual anak Tunagrahita.
3. Karakteristik Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
Untuk karakteristik Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang adalah guru lebih mengutamakan pembelajaran dengan melihat kemampuan dan kebutuhan dari masing – masing anak di bandingkan mengejar materi, semua materi pelajaran di fokuskan sesuai dengan jenis ketunaan, IQ dan kemampuan yang di miliki oleh siswa jadi siswa tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang di berikan oleh guru”.5
Perhatian utama terhadap perbedaan individual anak Tunagrahita dan usaha untuk menyesuaikan pembelajaran dengan perbedaan tersebut adalah : 5
Wawancara dengan responden II,baris 42 – 49.
91
a. Guru lebih mengutamakan proses dari pada mengajar. b. Menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan
Anak Tunagrahita sebagai Individual. c. Mengusahakan partisipasi aktif dari Anak Tunagrahita untuk belajar secara individual. d. Merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik sehingga memudahkan bagi Anak Tunagrahita untuk mencapainya. e. Memberikan kesempatan untuk maju sesuai dengan kecepatannya masing-masing Anak Tunagrahita. 4. Prinsip –prinsip Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam di SDLB Negeri Batang. Prinsip –prinsip yang di gunakan dalam Metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Agama Islam bagi Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang sebagai berikut :
a. Memberikan kesempatan kepada Anak Tunagrahita untuk belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. b. Membuka
kemungkinan
bagi
Anak
Tunagrahita
untuk
mencapai belajar tuntas atas bahan pelajaran yang dipelajari. c. Mendorong Anak Tunagrahita untuk memecahkan masalah dan menggunakan pemikiran dalam memecahkan suatu masalah.
92
d. Mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri dalam belajar. e. Memupuk
kebiasaan
untuk
menilai
diri
sendiri
dan
mempertinggi motivasi Anak Tunagrahita untuk belajar. f. Menentukan dengan teliti taraf pengetahuan Anak Tunagrahita sebelum di berikan tugas. g. Mengadakan evaluasi yang sering secara individual untuk mengetahui dengan segera hasil yang dicapai sebagai penguatanbagi Anak Tunagrahita maupun guru atau untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Anak Tunagrahita, kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan oleh guru maupun kelemahan-kelemahan tugas yang diberikan oleh guru. h. Dilakukannya diagnosis dan diberikannya remediasi yang tepat dan segera. i. Evaluasi dengan berbagai bentuk (tes dan non tes) dan jadwal yang luwes. j. Pilihan berbagai bentuk pembelajaran (variasi penggunaan metode pembelajaran). k. Pengorganisasian materi pelajaran dalam suatu cara yang memungkinkan tiap Anak TUnagrahita maju sesuai dengan kemampuan pembelajaran, pembelajaran).
dan teks
minatnya
masing-masing
pembelajaran
terprogram,
(modul paket
93
l. Diberikannya bimbingan dan petunjuk instruksional kepada masing- masing siswa sesuai dengan kebutuhannya.
5. Peran siswa dalam metode
pembelajaran Individual pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
Peranan
siswa dalam metode pembelajaran individual pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang adalah
bersifat sentral.6 Pembelajar merupakan pusat layanan
pengajaran. Berbeda dengan pembelajaran klasikal, maka siswa memiliki keleluasaan berupa:
1) keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri. 2) kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini Anak Tunagrahita bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya. 3) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan oleh guru. 4) Anak Tunagrahita melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar. 5) Anak Tunagrahita dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta
6
Wawancara dengan Responden II, baris 61 - 63
94
6) Anak Tunagrahita memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.
6. Peranan guru dalam metode
pembelajaran Individual pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
Peranan guru dalam merencanakan kegiatan belajar dalam metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang sebagai berikut:
a.
membantu merencanakan kegiatan belajar Anak Tunagrahit dengan musyawarah guru membantu Anak Tunagrahita menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai kemampuan dari Anak Tunagrahita sendiri.,
b.
membicarakan
pelaksanaan
belajar,
mengemukakan
criteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar. c.
berperan sebagai penasihat atau pembimbing, dan
d.
membantu Anak Tunagrahita dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri. sebagai ilustrasi, guru membantu memilih program belajar dengan suatu modul.
7. Keunggulan dan Keterbatasan dalam metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
95
a. Keunggulan Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang bagi Anak Tunagrahita
1) peningkatan baik dari segi jenjang belajar maupun kadar ingatan. Jumlah anak Tunagrahita yang gagal dan menunjukkan kinerja tidak memuaskan dapat dikurangi secara nyata. 2) Program ini memberikan kesempatan kepada Anak Tunagrahita yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok. 3) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari Anak Tunagrahita oleh program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku pribadi. 4) lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antar Anak tunagrahita dengan guru. 5) Memungkinkan bagi Anak Tunagrahita untuk maju menurut kecepatannya sendiri dengan mempelajari setiap bidang studi atau mata pelajaran. 6) Anak Tunagrahita berhubungan langsung dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.
96
7) Kesempatan memperoleh respon dengan segera untuk menjawab pertanyaan dan segera pula memperoleh balikan, sehingga Anak Tunagrahita merasa puas dengan hasil yang dicapainya. 8) Memungkinkan Anak Tunagrahita untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik karena disusun secara sistematis dan terstruktur. 9) Memungkinkan Anak Tunagrahita untuk mempelajari dan memahami dengan lebih mendalam aspek-aspek mata pelajaran yang dipelajari, melaksanakan tes diagnostik dan mendorong Anak Tunagrahita mempelajari materi dengan lebih luas. 10) Bentuk pengajaran non grade dimana setiap Anak Tunagrahita siswa dapat maju dalam suatu mata pelajaran atau bidang studi sejauh kemampuannya memungkinkan.
b. Keunggulan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang bagi guru.
1) Membebaskan guru dari kegiatan mengajar rutin, sehingga guru dapat merencanakan tugas lain misalnya buku kerja yang mencatat kemajuan belajar atau kesalahan-kesalahan yang dilakukan untuk semua Anak Tunagrahita. 2) Guru akan lebih akurat mengenal kebutuhan pengajaran bagi setiap Anak Tunagrahita.
97
3) Memberikan kesempatan kepada guru untuk menyediakan tes diagnostik sebagai dasar untuk menentukan kedudukandari Anak Tunagrahita. 4) Guru menyediakan waktu lebih banyak bagi Anak Tunagrahita yang membutuhkan bantuan. 5) Memberikan kesempatan kepada guru agar menghasilkan sesuatu secara sistematis dan teliti walaupun program yang dihasilkan itu dimanfaatkan. 6) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam program belajar Individual berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan pengajar mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau Anak Tunagrahita dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan. 7) Timbul rasa kepuasan kerja yang lebih tinggi.
c. Keterbatasan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
Keterbatasan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang bagi anak Tunagrahita yaitu Anak Tunagrahita yang sudah terbiasa mengikuti pelajaran secara konvensional akan mengalami kesukaran apabila mereka diarahkan untuk belajar secara mandiri. Belajar secara
individual
membutuhkan
disiplin
belajar
yang
98
tinggi,mempunyai kemampuan yang kuat untuk belajar mencapai sukses, memiliki motivasi untuk berprestasi, untuk mencapai tingkat prestasi yang optimal. Hal ini sulit di lakukan oleh anak Tunagrahita yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah anak normal pada umumnya.
d. Keterbatasan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
Guru menyusun bahan ajar belajar memakan waktu berbulanbulan dan memerlukan biaya yang besar (menulis buku pelajaran misalnya modul, paket belajar, teks pembelajaran terprogram; pembelian bahan ajar, monitoring, menyusun soal tes dan sebagainya) serta membutuhkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang hasil produksi yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan. Guru merasa di repotkan karena harus memantau tingkat pemahaman anak dan mengajari anak satu per satu sesuai dengan kemampuan Anak Tunagrahita yang ada pada satu kelas.
8. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
Materi agama Islam yang diberikan kepada anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang
hanya dibatasi pada materi-materi yang
sederhana. Muatan materinya meliputi alqur’an, aqidah, akhlak, dan
99
fiqih. Cara penyampaian materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan Islami seperti doa seharihari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijaiyah, pengenalan rukun iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik. Dalam pembelajaran agama Islam di SDLB Negeri Batang guru mengajar
dengan
rasa
sabar,
berulang-ulang,
serta
dengan
memberikan contoh-contoh sederhana sehingga Anak Tunagrahita dapat sedikit demi sedikit memahami materi yang diajarkan. Di sini terdapat sesuatu yang khas dalam proses pembelajaran di SDLB Negeri Batang yaitu walaupun metode yang diterapkan sama dengan sekolah umum, namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan. Anak-anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang juga memiliki hak untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-anak pada sekolah umumnya di mana kurikulum dan materinya disesuaikan dengan kondisi mereka dan yang berupa materi-materi sederhana. Sedangkan
penyampaian
materinya
menggunakan
metode
Pembelajaran Individual dan di sesuaikan dengan jenis ketunaan yang dialami Anak Tunagrahita.
9.
Respon anak terhadap metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
100
Dari hasil wawancara di peroleh informasi bahwa respon anak Tunagrahita terhadap metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang yaitu Anak Tunagrahita lebih senang ketika menggunakan pembelajaran Individual karena materi pelajaran yang diberikan guru sesuai dengan kemampuan yang di miliki oleh anak, sehingga anak tidak merasa terbebani dengan beban materi apelajaran tersebut.7
10. Hasil belajar Anak Tunagrahita setelah menggunakan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang.
Dari hasil wawancara di peroleh informasi bahwa Hasil belajar Anak Tunagrahita setelah menggunakan metode pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang adalah Hasilnya anak Tunagrahita memahami materi Pelajaran
lebih dapat
karena materi pelajaran
yang di
pelajarinya di sesuaikan dengan kemampuan anak, sehingga mereka merasa tidak terbebani dengan beban amateri yang ada, dan anak Tunagrahita bisa berlatih untuk mandiri dan bisa lebih percaya diri dalam belajar.8
7 8
Wawancara dengan Responden II,baris 128 – 131. Wawancara dengan Responden II, baris 141 – 145.
101
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang Dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SDLB Negeri Batang, tentunya tidak terlepas dengan adanya faktor pendukung dan penghambat yang akan membawa dampak bagi pelaksanaan proses belajar mengajar di SDLB Negeri Batang. 1. Faktor penunjang dalam keberhasilan penerapan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak – anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang didapatkan informasi.9 bahwa Faktor penunjang dalam keberhasilan penerapan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak – anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang adalah : a. Faktor situasi, metode pembelajaran individual akan berjalan dengan baik jika ada situasi yang mendukung, situasi yang mendukung tersebut bisa dilihat dari keadaan guru dan siswanya. b. Faktor dukungan dan kerjasama dari Kepala sekolah dalam hal ini kepala sekolah berperan dalam memfasilitasi media yang akan di gunakan dalam penerapan metode pembelajaran individual. c. Faktor dukungan dan kerjasama dari guru Pendidikan Agama Islam, guru jelas sebagai
9
peran utama dalam penerapan metode
Wawancara dengan Responden II, baris 166 – 170.
102
pembelajaran
individual,
Guru
mengajar
sesuai
dengan
profesionalnya serta dengan penuh rasa ikhlas dan sabar. selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi sekolah. d. Faktor dukungan dan kerjasama dari orang tua siswa, dalam hal ini berperan sebagai pendidik utama di dalam lingkungan keluarga bagi siswa. 2. Faktor penghambat dalam keberhasilan penerapan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak – anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Faktor
penghambat
dalam
keberhasilan
penerapan
metode
pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak – anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang adalah10 : a. Faktor waktu dalam menyampaikan materi, dalam penerapan metode pembelajaran individual persiapan dan pelaksanaannya memakan waktu yang lama. Waktu yang sedikit membuat penerapan metode individual sedikit terganggu, sehingga terkadang membuat pelajaran metode pembelajaran individual harus bersambung dan di ulang kembali. b. Kurangnya tenaga pengajar, dalam pembelajaran bagi anak – anak tunagrahita sebaiknya menggunakan sistem satu guru untuk satu murid, tapi di SDLB Negeri Batang dalam pembelajarannya masih
10
Wawancara dengan Responden II, baris 171 – 184.
103
menggunakan system satu guru satu kelas, sehingga membuat pembelajaran menjadi tidak efisien. c. Faktor media, media yang tidak memadai menjadi tidak efektif bila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan pada penerapan metode pembelajaran individual. Itulah beberapa faktor yang menghambat dalam pelaksanaan Faktor penghambat
dalam
keberhasilan
penerapan
metode
pembelajaran
individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak – anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang.