MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh DWI ISNAINI 11108087
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama
: Dwi Isnaini
NIM
: 11108087
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
JudulSkripsi
: MODEL
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR
BIASA
NEGERI
PEMBINA
YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 14 Maret 2015 Penulis
Dwi Isnaini NIM: 11108087
ii
SKRIPSI MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012
DISUSUN OLEH DWI ISNAINI NIM : 11108087 Telah dipertahan di depan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 11 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Siti Rukhayati, M. Pd.
………………..
Sekretaris Penguji
: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si.
………………..
Penguji I
: Drs. Bahroni, M. Pd.
……………......
Penguji II
: Dra. Siti Asdiqoh, M. Si.
……………….
Salatiga, 29 Agustus 2015 Dekan FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd. NIP. 19670121 199903 1 002
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 3 Ekslempar Hal
: PengajuanSkripsi
Kepada Yth.Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersamaini kami kirimkan naskah Skripsi mahasiswi: Nama
: Dwi Isnaini
NIM
: 11108087
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/PAI
Judul
: MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK TUNAGRAHITA DISEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA TAHUN 2013
Telah kami setujui untuk dimunaqasyah. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Salatiga,..Maret 2015 Pembimbing
Dra.Hj. Lilik Sriyanti, M.Si NIP: 199608141991032003
iv
MOTTO
“Sukses tidaknya seseorang tergantung atas keseriusan pribadi masingmasing”
v
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, aku persembahkan skripsi ini untuk: Orang tuaku tercinta bapak Budi Wiyono & Ibu Muahniati, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doanya yang tak pernah putus bagi putrinya. Kakakku mbak Olif, Mas Pendi terimakasih atas motivasinya. Pendamping hidupku, mas Akbar dan anakku azra alwa dzakiya kau lah semangat
hidupku.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tempat memohon pertolongan dan ampunan, tempat berlindung dari segala kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh-Nya, maka tidak akan ada yang mampu menyesatkan dan barang siapa disesatkan-Nya, maka tidak ada yang mampu member petunjuk. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus untuk membawa risalah dan membebaskan umat Islam dari belenggu kebodohan. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dihaturkan rasa terimakasih, terutama kepada: 1. Bapak ibu tercinta yang senantiasa merelakan seluruh jiwa raga nya kepada ku. 2. Bapak Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. 3. Bapak Suwardi, M. Pd, selaku Dekan FTIK Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M. Ag. Selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan pengarahanya. 5. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
vii
6. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan. 7. Bapak Rejokirono, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SLB Negeri Pembina Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
viii
8. Ibu Neti Herawati, S.Ag, M.S.I selaku guru Pendidikan Agama Islam Negeri Yogyakarta, terimasih atas bimbinganya sehingga penelitian ini dapat penulis selesaikan. 9. Mbk olif,mz pendi, rara arin, mbk roh, mbk hida, ibuk tarmi, bapak eko,simbah, muslim, mz sigit, mz iyan, mz gogon
dan semua keluarga,
terimakasih atas dukunganya. 10. Pendamping hidupku mz Muhammad jihad akbar dan anakku azra yang telah memberikan dukungan awal hingga akhir terselesaikanya skripsi ini. 11. Semua teman-teman PAI C yang telah mendahului aku, tapi tetap menberikan semangat kepadaku, puput, halimah, heri, ranita afah mia, afika , arista, yuni yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa berdoa, semoga semua amal dan kebaikan semua pihak dapat diterima dan dicatat disisi Allah sebagai amal yang sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya. Akhirnya penulis hanya bisa berdoa, semoga semua amal dan kebaikansemua pihak dapat diterima dan dicatat disisi Allah sebagai amal yang sholeh dan mendapatkan balasan sebaik-baiknya. Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Dia yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pada semua pihak untuk memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini. Dan penulis berharap semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Salatiga, Februari 2015 Penulis
ix
ABSTRAK Isnaini, Dwi. 2015. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita Di Sekolah Negeri Pembina Yogyakarta Tahun 2012. Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Institud Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing :Dra. Hj. LilikSriyanti, M.Si. Kata Kunci : Model Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Anak Tunagrahita Pendidikan Agama Islam adalah sarana untuk menumbuh kembangkan kepribadian anak, baik secara fisiologis maupun psikologis, hal tersebut tidak terkecuali bagi anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita, faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung dalam memberikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita, serta bagaimana tingkat keberhasilan model pembelajaran Pendidikanan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif analisis Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, dan penelaahan dokumen. Sedangkan data penelitian dianalisis menggunakanan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Model Pembelajaran PAI di SLB Negeri Pembina Yogyakarta menerapkan model pembelajaran PAI Adaftif, dengan menggunakan metode praktik, ceramah, pembiasaan, dan demontrasi. Sedangkan Materi Pembelajaran Agama Islam disederhanakan oleh pembimbing PAI sesuai prinsip-prinsip pembelajaran tanpa mengabaikan standar kompetensi, yaitu shalat, wudhu, hafalan surat pendek dan membaca iqro’. Adapun faktor penghambat dan pendukung Model pembelajaran PAI adalah kelas yang majemuk, inteligensi anak, PAI yang tidak diawasi oleh kemenag, bahkan tenaga pengajar masih kurang. Adapun faktor pendukung diantaranya, semangat guru yang tinggi, fasilitas sekolah yang dimaksimalkan, serta kemauan keluarga untuk selalu mendampingi anaknya dalam mengikuti pembelajaran. Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Yogyakarta disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan mengenai Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita mengalami perkembangan yang baik, artinya ada perbedaan perilaku yang awalnya masih perlu arahan dalam melakukan shalat, wudhu sekarang mampu melakukan sendiri, dan perilaku anak tidak mengganggu orang lain lagi. Saran penulis dari sehubungan dengan hasil penelitian diharapkan SLB Negeri Pembina Yogyakarta dapat mengatur jadwal pembelajaran khusus untuk studi pembelajaran agama Islam diperbanyak, Guru Pendidikan Agama Islam supaya memberikan pembelajaran yang lebih kreatif lagi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami agama Islam. Adapun untuk orangtua harus lebih sabar dan telaten dalam mendampingi dan membimbing.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................
iii
MOTTO ...........................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
ABSTRAK .......................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Fokus Penelitian ........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
6
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................
7
E. Penegasan Istilah .......................................................................
8
F. Metode Penelitian ......................................................................
11
G. Sistematika Penulisan ................................................................
17
KAJIAN PUSTAKA ......................................................................
20
A. Pendidikan Agama Islam ...........................................................
20
B. Pembelajaran Adaptif ...............................................................
28
C. Anak Tunagrahita ......................................................................
34
xi
D. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.........................
45
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN ..................................................
54
A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.................................................................................
54
B. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta ............................................
66
C. Materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.................................................................................
69
D. Faktor Penghambat dan pendukung Model Pembelajaran Pendidikan
Agama
Islam
di
SLB
Negeri
Pembina
Yogyakarta.................................................................................
71
E. Tingkat Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta ...............................
72
BAB IV PEMBAHASAN ..............................................................................
73
A. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta ............................................
73
B. Materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.................................................................................
75
C. Faktor Penghambat dan pendukung Model Pembelajaran Pendidikan
Agama
Islam
di
SLB
Negeri
Pembina
Yogyakarta.................................................................................
79
D. Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta .........................................
xii
81
BAB V
PENUTUP .......................................................................................
84
A. Kesimpulan ...............................................................................
84
B. Saran ..........................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Riwayat Hidup
Lampiran 2.
Daftar Nilai SKK
Lampiran 3.
Permohonan Ijin
Lampiran 4.
Foto Kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Yogyakarta
Lampiran 5.
VERBALTIM
Lampiran 6.
Pedoman Wawancara
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk berfikir, berkreasi dan juga beragama serta beradaptasi dengan lingkunganya. Untuk itu manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk mengembangkan beberapa potensi yang dimilikinya agar berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara. Salah satu bentuk bantuan yang bisa diperoleh adalah melalui proses pendidikan, karena dengan pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab IV pasal 5ayat 1 yang berbunyi: Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Maka setiap anak berhak memperoleh pendidikan. Melalui pendidikan
itulah diharapkan setiap anak dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan fitrahnya. Fitrah disini adalah faktor kemampuan dasar perkembangan manusia yang terbawa sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang. Manusia diberi kelebihan berupa akal yang tidak dimiliki oleh mahluk lain. Dengan akal itu manusia dapat mengembangkan potensinya, dapat berfikir, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
1
Potensi-potensi
dasar
atau
fitrah
manusia
tersebut
harus
diaktualisasikan dan ditumbuh kembangkan secara optimal dan terpadu dalam kehidupan nyata melalui melalui proses pendidikan sepanjang hayat. Sehingga kelak dapat dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Pendidikan adalah sarana untuk menumbuh kembangkan kepribadian anak, baik secara fisiologis maupun psikologis. Pendidikan artinya memberi pembelajaran
kepada
anak
didik,
yang
mencakup
fungsi
kognitif
(pengetahuan), afektif (perasan), dan psikomotorik (perubahan tingkah laku). Hal tersebut tidak terkecuali bagi anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental atau Tunagrahita. Dimana anak Tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasanya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti progam pendidikan di sekolah biasa secara klasikal. Anak Tunagrahita mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Karena kekurangan itulah sehingga anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental memerlukan perhatian khusus. Anak Tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata sedemikian rupa dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku pada masa pekembangan, terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan sosial, mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehinga menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.
2
Anak Tunagrahita mengalami masalah persepsi yang menyebabkan kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda, keterlambatan yang dialami Tunagrahita menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku sesuai dengan usianya. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang- undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab IV pasal 5 ayat 2 yang berbunyi: Warga yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan / atau sosial berhak berhak memperoleh pendidikan khusus. Ketetapan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan anak normal lainya dalam pendidikan dan pengajaran. Selain itu dalam • QS. Al Hujurat ayat 13 : َّ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُىبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُىا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد َِّللا َّ أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن َّللاَ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dalam ayat di atas disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dan menjadikannya dalam berbagai suku bangsa agar manusia tersebut saling mengenal. Potongan ayat tersebut bermakna bahwa manusia dianjurkan untuk dapat saling mengenal dan bergaul dengan manusia lain dengan tidak mem
3
beda-bedakan satu dengan lainnya. Dalam potongan ayat tersebut tidak dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia dan menjadikan manusia tersebut dalam berbagai suku dan bangsa untuk saling mengenal, kecuali yang buta, tuli, atau jenis kecacatan lainnya. Tak ada istilah diskriminasi dalam potongan
ayat
tersebut.
Potongan
ayat
selanjutnya
adalah
bahwa
sesungguhnya manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang paling bertaqwa. Tidak pula dikatakan dalam potongan ayat tersebut bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang baik rupanya atau hal-hal yang bersifat inderawi lainnya. Artinya bahwa setiap orang baik yang berkebutuhan khusus maupun tidak berkebutuhan khusus harus senantiasa meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Sama halnya sebagai warga negara, seseorang yang mengalami kelainan
cacat
fisik maupun mental (abnormal), tidak didiskriminasikan
untuk memperoleh pendidikan. Kelainan ini menjadi penting untuk diperhatikan dalam pemberian layanan pendidikan dan pengajarannya, oleh karena itu sangat dibutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) yang disesuaikan dengan kondisi objektivitasnya. Disamping
hak-hak
yang
dimiliki
oleh
seseorang
yang
memiliki
kecenderungan abnormal dalam memperoleh layanan pendidikan dan pengajaran, juga sebagai anggota masyarakat yang hidup dan berinteraksi dengan lingkungan, keluarga dan sosial kemasyarakatan. Untuk itu sangat diperlukan adanya adaptasi sosial sebagai konsekuensi logis dari masingmasing individu sebagai makhluk sosial.
4
Anak luar biasa pada dasarnya mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak-anak normal pada umumnya. Anak luar biasa hanya sedikit berbeda dari anak normal. Pendidikan luar biasa, bertujuan membantu peserta didik
yang
menyandang
kelainan
fisik
atau
mental
agar
mampu
mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau dapat mengikuti pendidikan lanjutan. Tujuan pendidikan anak berkelainan adalah bagaimana anak berkelainan tersebut menentukan tempat mereka dimasyarakat berdasarkan kemampuan dan ketrampilan yang ada pada mereka (Sapariadi,1982:18). Pendidikan
luar biasa merupakan salah satu lembaga pendidikan,
maka mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga diajarkan pada peserta didik yang beragama Islam. Dengan tujuan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dan untuk kepentingan dunia kini dan di akhirat nanti. Pendidikan luar biasa adalah pendidikan dengan cara yang khusus yang disesuaikan dengan jenis dan
taraf
kelainannya, dengan demikian
“dalam mengajar pendidikan Agama Islam, pendidikan dan guru Pendidikan Agama Islam menggunakan metode khusus, dan kurikulum yang khusus pula”(Fuad, 2001:128) terutama dalam proses pembelajaran terhadap anak
5
berkebutuhan khusus, para pengajar kemungkinan besar akan menghadapi banyak masalah. Hal ini menarik untuk di teliti lebih lanjut, agar berbagai permasalahan yang timbul dapat diatasi, sehingga pendidikan Agama Islam bagi anak Tunagrahita dapat terlaksana secara maksimal dan tepat guna. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang, “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta Tahun 2012”.
B. Fokus Penelitian Dari uraian latar belakang masalah diatas, dapatlah penulis rumuskan beberapa masalah yaitu 1. Bagaimana model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta? 2. Materi-materi apa yang diberikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta? 3.
Faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung dalam memberikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta?
4. Bagaimana tingkat keberhasilan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta?
6
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. 2. Materi-materi yang diberikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. 3. Faktor-faktor penghambat dalam memberikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. 4. Tingkat keberhasilan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Yogyakarta.
D. Kegunaan Penelitian Ada beberapa hal yang membuat penelitian ini menjadi cukup signifikan untuk dilakukan yaitu: 1. Bagi Penulis Guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana strata satu (S1) pada program Studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Negeri Islam Salatiga dan menambah pengetahuan diri sendiri tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita disekolah luar biasa negeri Pembina Yogyakarta 2. Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Memperkaya khasanah pustaka ilmu tentang pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita.
7
3. Bagi Orang tua Mengetahui cara memberikan pendidikan Agama pada anaknya yang berkebutuhan khusus.
E. Penegasan Istilah Perbedaan persepsi pasti akan selalu ada, maka untuk menghindari kesalah pahaman dalam menginterprestasikan makna kata-kata maka yang terdapat dalam judul diatas kiranya perlu penulis berikan batasan dan arah yang jelas, sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh para pembaca sesuai dengan pengertian dan pemahaman penulis baik dari sudut pandang maupun makna tulisan. 1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar utuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Ahmadi, 2011:8). Pendidikan agama Islam adalah suatu Usaha untuk membina dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada mengamalkan
akhirya dapat
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup
(Daradjat, 1987:87).
8
Dalam buku model pembelajaran pendidikan luar biasa yang dikeluarkan oleh direktorat pembinaan sekolah luar biasa mengatakan bahwa Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang ditunjukan untuk menciptakan situasi belajar berdasakan teori-teori dan cara mengorganisasi pembelajaran yang digunakan (Diretorat pembinaan SLB, 2008:7). Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pendidikan agama Islam adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis sebagai pedoman dalam melakukan upaya membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, terdorong untuk belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari Agama Islam. 2. Anak Tunagrahita Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki perkembangan inteligensi yang terlambat. Setiap klasifikasi selalu diukur dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi menjadi tiga kelas yakni Tunagrahita
ringan,
Tunagrahita
sedang
dan
Tunagrahita
berat.
Tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal (Somantri, 2006:105) . Anak Tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasanya
mengakibatkan dirinya sukar untuk
mengikuti program pendidikan disekolah biasa, oleh karena itu anak
9
keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Somantri, 2006:103). Jadi dapat disimpulkan bahwasanya Anak Tunagrahita adalah anak-anak dengan keterbatasan mental atau intelektual, keterbatasan tersebut menyebabkan mereka kesulitan memahami informasi dari luar sehingga mereka sering gagal dalam bidang akademik pada pembelajaran konvensional. Termasuk dalam pembelajaran agama Islam mereka juga sering mengalami kegagalan yang mendasar, baik untuk mengerti ataupun untuk menghafalkan sehingga mendemonstrasikan apa yang telah diajarkan. 3. Sekolah luar biasa Sekolah Luar Biasa (SLB) Yaitu sekolah yang di rancang khusus untuk
anak-anak
berkebutuhan
khusus
dari
satu
jenis
kelainan
http://Zalfabio.wordpress.com/2010/01/14. Di
Indonesia
kita
mengenal
bermacam-macam
SLB,antara lain: a. SLB bagian A (Khusus untuk anak Tunanetra) b. SLB bagian B (Khusus untuk anak Tunarungu) c. SLB bagian C (Khusus untuk anak Tunagrahita) Penulis meneliti anak Tunagrahita jadi penulis mengabil lokasi penelitian pada SLB bagian C. di SLB Negeri Pembina yang penulis teliti terdapat banyak jenjang pendidikan, maka penulis memilih meneliti pada jengjang pendidikan SMP nya.
10
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Sekolah luar biasa merupakan sekolah yang menangani anak yang mengalami penyimpangan dalam segi fisik, sosial, dan emosional sehingga tidak mampu memanfaatkan program sekolah biasa. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
Analisis kualitatif yang pada umumnya
menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen studi documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat, dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2005:108). Lebih spesifiknya penelitian ini mengadopsi pendekatan Grounded Teory, menurut (Daimon dan Holloway, 2008:180-181) yaitu sebuah
pendekatan yang refleksif terbuka dimana pengumpulan data,
pengembangan konsep teoritis serta ulasan literature berlangsung dalam proses berkelanjutan. Dalam laporan ini data memungkinkan berasal dari naskah wawancara, cacatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainya. 2. Kehadiran Peneliti Penelitian dan pengumpulan data-data di SLBN Pembina Yogyakarta dimulai dari pada pembuatan Proposal sampai dengan selesainya penelitian yang disertai dengan kegiatan akhir berupa penyusunan skripsi.
11
3. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini dilakukan di Sekolah luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta yang berada di Jl. Imogiri Timur 224 Giwangan Umbulharjo, Yogyakarta. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta adalah karena disekolah tersebut merupakan sekolah yang menjadi tolak ukur dari sekolah-sekolah luar biasa di Yogyakarta. 4. Sumber Data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari objek yang diteliti. Menurut Lofland dalam Moleong, (2007:157) sumber data utama dalam atau
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan sumber data tertulis, foto dan
statistik. Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua) a. Data Primer Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interprestasi data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan.
12
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Guru Agama Islam, dan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah wali murid SLB Negeri Pembina Yogyakarta. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari sumber-sumber selain data data primer. Diantaranya buku-buku reference, internet, majalah atau journal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. 5. Prosedur pengumpulan data Metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut : a. Metode Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lesan dari seorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2002: 102). Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang model pembelajaran pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di lokasi penelitian, jadi dari data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Objek yang diwawancari dalam penelitian ini adalah Guru Agama Islam, Wali murid dan siswa-siswi SMP SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
13
b. Metode Observasi Metode observasi adalah tekhnik pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994: 164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan SLB Negeri Pembina Yogyakarta baik keadaan bagi penyandang Tunagrahita serta proses pembelajaran Agama Islam. Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa
dalam
situasi
yang
berkaitan
dengan
pengetahuan
proposional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:174). Dalam bukunya “Metodologi Research”, Sutrisno Hadi, (1989:136) mengatakan bahwa observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data mengenai kondisi sekolah, letak geografisnya, sarana dan prasarana di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian (Rumidi, 2004:131). Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai informasi sekolah yang meliputi data Sejarah SLB
14
Negeri Pembina Yogyakarta, Struktur Organisasi, keadaan para guru, keadaan siswa, dan kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam serta macam-macam layanan yang dimiliki SLB Negeri Pembina Yogyakarta dan data-data dan informasi lain yang menunjang. 6. Metode Analisis Data Menurut Bogden & Biklen dalam Moleong, (1989:248) Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, menggorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Maka dalam hal ini penulis menggunakan analisi data kualitatif, dimana data dialasis dengan metode deskriptif analisis nonstatistik yang meliputi cara berfikir induktif yaitu penulis berangkat dari pengetahuan yang bersifat khusus untuk menilai suatu kejadian secara umum. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap beberapa kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaanya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi, pengecekan sejawat kecukupan referensi, adanya kriteria kepastiandengan teknik uraian rinci dan audit kepastian.
15
Untuk mengetaui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data akan dilakukan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada dilapangan atau tidak. Dengan demikian data yang diperoleh daari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda. 8. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan Model Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada anak
Tunagrahita. b. Pengembangan Desain Setelah mengetahui banyak hal tentang model pembelajaran PAI pada anak Tunagrahita, kemudian penulis melakukan Observasi ke objek penelitian untuk melihat secara langsung
model
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Tak lupa peneliti juga wawancara langsung terhadap guru Pendidikan Agama Islam.
16
c. Penelitian Sebenarnya Mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku mengenai Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan data yang diperoleh di lapangan. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dan mencerna masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Perlu dibuat urutan-urutan pembahasan yang sistematis. Oleh karena itu, peneliti mengetengahkan sistematika penelitian ini sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan Meliputi: Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. 2. Bab II Kajian Pustaka Meliputi : a. Pendidikan Agama Islam yang meliputi: 1) Pengertian Pendidikan Agama Islam. 2) Tujuan Pendidikan Agama Islam 3) Peran dan fungsi Pendidikan Agama Islam. 4) Metode Pendidikan Agama Islam. b. Anak Tunagrahita 1) Pengertian Tunagrahita (Gangguan mental). 2) Klasifikasi Tunagrahita 3) Karakteristik Tunagrahita. 4) Faktor penyebab KeTunagrahitaan.
17
5) Masalah Anak Tunagrahita. c. Model Pembelajaran 1) Pengertian model pembelajaran 2) Model pembelajaran Pendidikan Agama 3) Faktor-faktor dalam memilih model pembelajaran. 4) Model pembelajaran Pendidikan Agama. 3. Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian: Paparan Data: a. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. b. Gambaran umum Objek Penelitian c. Gambaran Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Yogyakarta. d. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. e. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. f. Faktor Pendukung Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. g. Faktor Penghambat Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. h. Tingkat Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. 4. Bab IV Pembahasan yang berisi tentang:
18
a. Kompetensi beragama yang ingin dicapai dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Yogyakarta. b. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. c. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. 5. Bab V Penutup, meliputi: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam meningkatkan pelaksanaan pembelajaran baik sesuai dengan model metode yang telah diterapkan di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:232) kata pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini mendapatkan awalan pe dan akhiran an sehingga menjadi pendidikan, yang artinya “ Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia, melalui upanya pengajaran dan pelatihan, atau proses perbuatan, cara mendidik”. Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam dalam (Kurikulum PAI, 3: 2002) seperti yang dikutip
oleh Abdul Majid, (2004:9)
mengatakan pengertian pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut (Daradjat, 1987:87) pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang
20
pada akhirya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup. Sedangkan (Yusuf, 1986:35) mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwasanya
pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran atau pelatian yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Pembelajaran Penidikan Agama Islam Menurut (Daradjat, 2011:29) tujuan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan telah selesai. Dalam (Kurikulum PAI : 2002) seperti yang telah dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Adayani, pendidikan disekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
melalui
pemberian
dan
pemupukan
pengetahuan,
penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjudkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
21
Ada beberapa tujuan pendidikan agama Islam yang dipaparkan oleh (Daradjat, 2011:30-33) a. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik pengajaran, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain menuju menjadi Insan Kamil. b. Tujuan akhir adalah menjadi Insan Kamil yang mati
dan akan
menghadap Tuhanya. c. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. d. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Sedangkan Pendidikan Agama Islam di SMPLB bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Direktorat Pembinaan SLB 2003: 8). Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya tujuan pendidikan agama Islam adalah menghasilkan manusia yang
22
berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dan untuk kepentingan dunia kini dan di akhirat nanti. 3. Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, sebagai penyempurna pendidikan agama yang telah diberikan oleh orangtuanya. Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Khususnya terhadap para siswa, pendidikan agama sangat penting sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik. Pendidikan agama yang diberikan sejak kecil, akan memberikan kekuatan yang akan menjadi benteng moral dan polisi yang mengawasi tingkah laku dan jalan hidupnya dan menjadi obat anti penyakit/ganguan jiwa (Daradjat, 2009:131). Pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka, dengan kesopanan yang tinggi, rasa fadilah (keutamaan), mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang seluruhnya ikhlas dan jujur. Pada akhirnya tujuan pendidikan Islam itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan ukhrawi. Dalam al-Qur'an sudah terang dikatakan bahwa manusia itu diciptakan
23
untuk mengabdi kepada Allah Swt. Hal ini terdapat dalam Al-qur’an Surat Adz-zariyat : 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku”. Pendidikan agama yang menyajikan kerangka moral sehingga seseorang dapat dapat membandingkan tingkah lakunya. Pendidikan agama yang terarah dapat menstabilkan dan menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini. Pendidikan agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi para siswa dalam menghadapi lingkungannya. Agama merupakan salah satu faktor pengendalian terhadap tingkah laku anak-anak didik hari ini. Hal ini dapat dimengerti karena agama mewarnai kehidupan masyarakat setiap hari. Dari uraian di atas jelaslah peran pendidikan agama sangat besar pengaruhnya bagi para siswa sebagai alat pengontrol dari segala bentuk sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan seharihari. Pendidikan agama mengarahkan kepada setiap siswa untuk komitmen terhadap ajaran agamanya. Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah atau dimadrasah yang dituliskan (Majid & Andayani, 2004:134), yakni sebagai berikut : a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak
24
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup didunia dan di akhirat. c. Penyesuaian
mental,
yaitu
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan,
yaitu
untuk
menangkal,
hal-hal
negatif
dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum system dan fungsional. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 4. Macam-Macam Model Pembelajaran
25
Pembelajaran merupakan suatu cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Berikut ini adalah macam-macam model pembelajaran yang terbaru: a. Model Ceramah Adalah
sebuah
model
pembelajaran
dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Model
pembelajaran
ini
bisa
dikatakan
sebagai
model
pembelajaran yang paling ekonomis dalam menyampaikan informasi serta paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literature. b. Model Diskusi Model
pembelajaran
diskusi
merupakan
model
pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah. Model pembelajaran ini sering disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi/pelafalan bersama. c. Model Demonstrasi Adalah model pembelajaran dengan cara memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
26
d. Model Ceramah Plus Model pembelajaran ceramah plus adalah model pembelajaran yang menggunakan lebih dari satu model, yakni model ceramah yang dikombinasikan dengan model yang lain. Terdapat 3 jenis model pembelajaran ceramah plus, yaitu: model ceramah plus tanya jawab dan tugas, model ceramah plus diskusi dan tugas, dan model ceramah plus demosntrasi dan latihan. e. Model Resitasi Model pembelajaran resitasi adalah suatu model pembelajaran yang mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri f. Model Eksperimental Sering juga disebut sebagai model pembelajaran percobaan.
Model
pembelajaran
ini
merupakan
model
pembelajaran dengan metode pemberian kesempatan kepada para peserta didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu
proses
atau
percobaan.
Model
pembelajaran
ini
menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari 1x. g. Model Teileren Merupakan
model
pembelajaran
dengan
cara
memberikan materi secara bertahap/sebagian-sebagian. Misalnya paragraf per paragraf kemudian dilanjutkan lagi dengan paragraf lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
27
h. Model Global (Ganze Model) Merupakan suatu model pembelajaran dengan meminta peserta didik membaca keseluruhan materi kemudian membuat resume atau kesimpulan dari apa yang mereka baca. (http://carapedia.com.>home.> B. Pembelajaran Adaptif 1. Pengertian Pembelajaran Adaptif Masalah utama dalam pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan pendidikan khusus adalah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi kebutuhan siswa, sehinga potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang seoptimal mungkin. Metode pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) yang terkesan kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan one way method dimana aktivitas guru lebih dominan dari pada siswa. Hal tersebut sangat merugikan siswa karena yang belajar adalah siswa bukan guru, kondisi seperti ini disebabkan guru mengajar lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir. Berdasarkan kepentingan siswa, pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang demokratis, tidak otoriter, harus fleksibel tidak kaku, berorientasi kepentingan siswa bukan guru, lebih banyak memberi kebebasan bukan membelenggu, pelayanan lebih pada individual sedikit
28
klasikal, tidak hanya tekstual tetapi kontekstual (mengaitkan dengan kenyataan kehidupan), tidak reseptif tetapi mendorong kontruktivisme siswa, serta secara simultan mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Untuk menghadapi hal tersebut di atas, suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai alternatif, yaitu model pembelajaran yang diharapkan
mampu
melibatkan
siswa
dalam
keseluruhan
proses
pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, serta secara fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki suatu kebebasan berpikir, berpendapat, aktif dan kreatif. Berbicara tentang anak dengan kebutuhan pendidikan khusus, maka dalam proses pembelajarannyapun harus disesuaikan dengan kondisi siswa tersebut, oleh karena itu lahirlah istilah pembelajaran adaptif. Bila kita merujuk pada kata adaptif yang merupakan kata dari bahasa Inggris ”adapt”
yang
mempunyai
arti
”menyesuaikan
dengan”,
maka
pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan pendidikan khusus merupakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa. Artinya yang menyesuaikan adalah pembelajaran itu sendiri, baik metode, alat/media pembelajaran, dan lingkungan belajar, bukan siswanya. Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas Irham Hosni,(2003:67) menyebutkan bahwa pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
29
dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya. Jadi pembelajaran adaptif pada intinya adalah modifikasi aktivitias, metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan peluang kepada anak dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Prinsip utama dalam modifikasi aktivitas adalah penyesuaian aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi siswa dalam melakukan aktivitias tersebut 2. Ciri-ciri Pembelajaran Adaptif Sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) pembelajaran adaptif mempunyai ciri sebagai berikut: a. Memperhatikan perbedaan individu siswa, pada dasarnya setiap manusia tidak ada yang sama, oleh karena itu dalam pembelajaran yang adaptif, guru sangat memperhatikan perbedaan dari setiap siswanya yang implikasinya dalam proses pembelajaran di kelas hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Program pengajaran adaptif harus sesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa, sehingga siswa mendapatkan
30
kesempatan
untuk
mengembangkan
potensi
yang
dimilikinya
seoptimal mungkin dengan tepat, cepat, dan aman bagi siswa tersebut. b. Sebagai alat untuk memperbaiki atau meminimalkan dampak dari kelemahan yang siswa miliki. Dengan pembelajaran adaptif ini harus dapat memperbaiki dan atau meminimalkan dampak dari kelainan yang
dimiliki
siswa,
bukan
memperburuk
kondisi
siswa.
Contoh Anak dengan gangguan penglihatan namun masih mempunyai sisa penglihatan (low vision) yang menetap, maka dalam proses pembelajarnya jangan dipaksakan menggunakan hurup braille untuk baca tulisnya, namun gunakanlah hurup awas yang disesuikan dengan tingkat penglihatnnya. c. Sebagai alat untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Pembelajaran adaptif harus dapat mengakomodasi untuk pengembangan potensi yang dimiliki anak dengan kebutuhan khusus. Contoh: anak dengan kemampuan IQ yang di atas rata-rata (gifted) maka dalam proses pembelajaranya jangan disamakan dengan siswa yang lainnya, namun berikanlah pengayaan baik dengan materi sama yang mempuyai tingkat kesulitannya
lebih
tinggi
atau
melanjutkan
pada
selanjutnya.(http://banura.edublogs.org/2011/08/27pembelajaran adaptif.html.
31
materi
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Adaptif Pada dasarnya prinsip pembelajaran adaptif sama dengan prinsip pembelajaran pada umumnya, yaitu: a. Kesempatan
Belajar,
kegiatan
pembelajaran
perlu
menjamin
pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami proses, produk, keterampilan dan nilai yang diharapkan b. Motivasi, Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar tetap memiliki gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. c. Latar/Konteks, Guru perlu mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan
sekitar,
dan
semaksimal
mungkin
menghindari
pengulangan-pengulangan materi pengajaran yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi anak. d. Keterarahan, Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus merumuskan tujuan secara jelas. menetapkan sasaran dan alat yang sesuai serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat. e. Menyenangkan, kegiatan belajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa. f. Hubungan sosial, Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah.
32
g. Belajar sambil bekerja, Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya. h. Individualisasi,
Guru
perlu
mengenal
kemampuan
awal
dan
karakteristik setiap anak secara mendalam baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya dalam menyerap materi pelajaran. kecepatan maupun kelambatannya dalam belajar, dan perilakunya, sehingga setiap kegiatan pembelajaran masing-masing anak mendapat perhatian dan perlakuan yang sesuai.i. Menemukan, Guru perlu mengembangkan strategi pembela-jaran yang mampu memancing anak untuk terlihat secara aktif baik fisik, mental, sosial, dan/atau emosional (Endang. 2008:68). 4. Ciri-ciri Model Pembelajaran Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah : a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
33
(http://banura.edublogs.org/2011/08/27pembelajaran adaptif.html. Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi. C. Anak Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita Menurut Mangungsong (2009:129) dilihat dari asal katanya Tunagrahita berasal dari kata Tuna yang berarti merugi, sedangkan grahita yang berarti pikiran. Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental Retardation) yang artinya terbelakang mental. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasanya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak Tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang
mental
karena
keterbatasan
kecerdasanya
mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni
34
disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut (Somantri, 2006: 103). Sedangkan definisi anak Tunagrahita yang dikembangkan oleh AAMD (American Association Of Mental Deficiency) adalah sebagai berikut: “keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan (Somantri, 2006: 104). Jadi Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di mana perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Dari beberapa pendapat diatas mengenai pengertian dari anak Tunagrahita, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian anak Tunagrahita
adalah
anak
yang
mengalami
keterlambatan
perkembangan dibawah rata-rata, sehingga memerlukan bantuan atau layanan khusus untuk mengoptimalkan potensinya. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Menurut (Somantri, 2006:106) ada beberapa karakteristik Tunagrahita, yaitu: a. Keterbatasan Inteligensi Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan
menyesuaikan
35
diri
dengan
masalah-
masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak Tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. kapasitas belajar anak Tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. b. Keterbatasan Sosial Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak Tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Oleh karena itu mereka memerlukan bantuan. Anak tunagrhita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar. Tidak mampu memikul tanggungjawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. c. Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainya Anak Tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperhatikan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan
36
secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak Tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka yang lama. Anak Tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka bukanya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan katakata konkret yang sering didengarnya. Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti megajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang konkret. Selain
itu,
anak
Tunagrahita
kurang
mampu
untuk
mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan membedakan yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuanya terbatas sehingga anak Tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan. Sedangkan
berdasarkan
tinggi
rendahnya
kecerdasan
intelegensi yang diukur dengan menggunakan tes Stanford Binet dan Skala Wescheler (WISC), Tunagrahita digolongkan menjadi empat golongan antara lain :
37
1) Kategori Ringan (Moron atau Debil) Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weshler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak terbelakangan mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja, namun anak terbelakangan mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian secara sosial secara independen. 2) Kategori Sedang (Imbesil) Anak Tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut Skala Weschler(WISC). Anak terbelakangan
mental sedang bisa
mencapai perkembangan MA sampai kurang 7 tahun. Mereka dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya. Anak Tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis membaca dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara social.
38
3) Kategori Berat (Severe) Anak Tunagrahita berat disebut juga severe. Kelompok ini memiliki IQ 20-25 sampai 35-45. Menurut hasil tes Binet IQ- nya 32-20, sedangkan menurut tes WISC, IQ- nya 39-25. Penderita memiliki abnormalitas fisik bawaan dan kontrol sensori motor yang terbatas. 4) Kategori Sangat Berat (Profound) Anak Tunagrahita sangat berat
disebut profound.
Kelompok ini memiliki IQ yang sangat rendah. Menurut hasil Skala Binet IQ penderita di bawah 19. Sedangkan menurut tes WISC IQ-nya dibawah 24. Banyak penderita yang memiliki cacat fisik dan kerusakan saraf.tak jarang pula penderita yang meninggal (Somantri, 2006:106-108). 3. Faktor Penyebab Menurut (Efendi, 2006:90) faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi Tunagrahita adalah sebagai berikut: a. Sebab terjadinya kurun waktu 1) Dibawa sejak lahir (faktor endogen) 2) Fator dari luar (faktor eksogen) b. Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan 1) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada jenis plasma 2) Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyeburan telur 3) Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi
39
4) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam embrio 5) Kelainan atau ketunaan yang dari luka saat kelahiran 6) Kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin 7) Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak c. Tunagrahita terjadi karena 1) Radang otot 2) Gangguan fisiologis 3) Faktor hereditas (keturunan) 4) Pengaruh kebudayaan d. Penyebab lainnya 1) Usia Ibu lebih dari 40 th dan kurang dari 16 th 2) Selama kehamilan ibu jatuh atau sakit 3) Selama persalinan a) Sukar atau lama b) Kembar c) Kurang bulan (prematur) 4) Sesudah lahir a) Jatuh atau cidera kepala b) Panas tinggi + radang c) Sakit barat dan lama d) Panas tinggi + tidak sadar e) Epilepsi
40
Sedangkan menurut (Smart, 2010:52) mengemukakan penyebab keterbelakangan mental adalah sebagai berikut antara lain: a. Anomali genetic atau kromosom b. Penyakit infeksi, terutama pada trisemester pertama karena janin belum memiliki system kekebalan dan merupakan saat kritis bagi perkembangan otak. c. Kecelakaan dan menimbulkan trauma dikepala. d. Prematuritas (bayi lahir sebelum waktunya / kurang dari 9 bulan). e. Bahan kimia yang berbahaya, keracunan pada ibu berdampak pada janin, atau polutan lainya yang terhirup oleh anak. Berkaitan dengan hal tersebut (Smith, 1998:14) terjemahan dari Denis juga menuliskan bahwasanya penyebab keterbelakangan mental antara lain : a. Penyebab dari genetik dan kromosom. b. Penyebab pada pra kelahiran. c. Penyebab pada saat kelahiran, dan d. Penyebab-penyebab selama masa perkembangan anak-anak dan remaja. 4. Masalah-masalah anak Tunagrahita Hambatan fungsi kecerdasan yang dimiliki anak Tunagrahita dapat menimbulkan masalah -masalah lainnya seiring dengan perkembangannya. Menurut (Astati&Mulyati, 2010:22), masalah yang dihadapi oleh anak Tunagrahita ringan dalam konteks pendidikan adalah sebagai berikut :
41
a. Masalah Kesulitan dalam Kehidupan Sehari-hari Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi keterbatasan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari mereka banyak mengalami kesulitan apalagi yang termasuk kategori berat dan sangat berat; pemeliharaan kehidupan sehari-harinya sangat memerlukan bimbingan. Karena itulah di sekolah diharapkan sekali dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam melatih dan membiasakan anak didik untuk merawat dirinya sendiri. Masalah-masalah yang sering ditemui diantaranya adalah : cara makan, menggosok gigi, memakai baju, memasang sepatu dan lain-lain. b. Masalah Kesulitan Belajar Dapat disadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan berfikir mereka, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka sudah tentu mengalami kesulitan belajar, yang tentu pula kesulitan tersebut terutama dalam bidang pengajaran akademik, sedangkan untuk bidang non-akademik mereka tidak banyak mengalami kesulitan belajar. Masalah-masalah yang sering dirasakan dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar diantaranya : kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan dalam belajar yang baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berpikir abstrak yang terbatas, daya ingat yang lemah, dan sebagainya. c. Masalah Penyesuaian Diri
42
Masalah ini berkaitan dengan masalah-masalah atau kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok maupun individu di sekitarnya. Disadari bahwa kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan. Karena tingkat kecerdasan anak Tunagrahita berada di bawah rata-rata (normal) maka dalam kehidupan bersosialisasi mengalami hambatan. Di samping itu mereka ada kecenderungan diisolir (dijauhi) oleh lingkungannya, apakah itu masyarakat atau keluarganya. dapat juga terjadi anak ini tidak diakui secara penuh sebagai individu yang berpribadi dan hal tersebut berakibat fatal terhadap pembentukan pribadi, sehingga mengakibatkan suatu kondisi pada individu itu ketiakmampuannya di dalam menyesuaikan
diri
baik
terhadap
tuntutan
sekolah,
keluarga,
masyarakat, dan bahkan terhadap dirinya sendiri. d. Masalah Penyaluran ke Tempat Kerja Secara
empirik
dapat
dilihat
bahwa
kehidupan
anak
Tunagrahita cenderung banyak yang masih menggantungkan diri kepada orang lain terutama kepada keluarga (orang tua) dan masih sedikit sekali yang sudah dapat hidup mandiri, inipun perlu disadari betapa pentingnya masalah penyaluran tenaga kerja Tunagrahita ini dan untuk itu perlu dipikirkan matang-matang dan secara ideal dapat diwujudkan dengan penanganan yang serius. e. Masalah Pemanfaatan Waktu Luang.
43
Adalah wajar bagi Tunagrahita dalam tingkah lakunya sering menampilkan tingkah laku nakal. Dengan kata lain bahwa anak-anak ini berpotensi untuk mengganggu ketenangan lingkungannya, apakah terhadap benda-benda ataupun manusia di sekitarnya, apalagi mereka yang hiperaktif. Sebenarnya sebagian dari mereka cenderung suka berdiam diri dan menjauhkan diri dari keramaian sehingga hal ini dapat berakibat fatal bagi dirinya, karena dapat saja terjadi tindakan bunuh diri. Untuk mengimbangi kondisi ini sangat perlu adanya imbangan kegiatan dalam waktu luang, sehingga mereka dapat terjauhkan dari kondisi yang berbahaya, dan pula tidak sampai mengganggu ketenangan masyarakat maupun keluarganya sendiri. Sedangkan permasalahan penyadang cacat menurut Pola Dasar Pembangunan Bidang kesejahteraan Sosial DEPSOS RI yang dikutip oleh (Mangungsong, 2009:141) antara lain: 1) Kecanggungan/hambatan
fisik
mobilitas
dalam
melakukan
kegiatan sehari-hari 2) Kecanggungan/gangguan ketrampilan kerja produktif 3) Rawan kondisi social ekonomi 4) Hambatan/kecanggungan mental psikologis 5) Kecanggungan/hambatan melaksanakan fungsi sosial Selain itu orang yang paling banyak menanggung beban akibat keTunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut. Oleh
44
sebab itu dikatakan bahwa penanganan anak Tunagrahita merupakan resiko psikiatri keluarga. Keluarga anak Tunagrahita berada dalam resiko, mereka menghadapi resiko yang berat. Saudara-saudara anak tersebut pun menghadapi hal-hal yang bersifat emosional ( Soemantri, 2006:117). Dari sini terlihat jelas bahwa permasalahan penyandang Tunagrahita, bukan semata-mata
masalah
medis
yang hanya
menyangkut penderita dan keluargnya saja, tetapi sudah berkembang menjadi masalah yang sangat luas dan kompleks, meliputi segi-segi medis, psikologis, social, ekonomi, pendidikan dan pekerjaan. D. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Model pembelajaran menurut Nurulwati dalam lifkhoiru (2011:8) adalah” kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar utuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang
pembelajaran
dan
para
pengajar
dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Sedangkan Dalam buku model pembelajaran pendidikan luar biasa yang dikeluarkan oleh direktorat pembinaan sekolah luar biasa mengatakan bahwa Model pembelajaran merupakan suatu bentuk
45
pembelajaran yang ditunjukan untuk menciptakan situasi belajar berdasakan teori-teori dan cara mengorganisasi pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, startegi atau metode pembelajaran (http//belajarpsikologi.com/2011/02/17). Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya. Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah : a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (http//belajarpsikologi.com/2011/02/17).
46
Berikut ini prinsip-prinsip pemilihan model pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus yang dituliskan oleh (Mangungsong, 2009:31) antara lain: a. Tipe kecacatan dan tingkat keparahan anak b. Tingkatan usia anak Selaian itu (Smart, 2010:79) juga menuliskan prinsip-prinsip pembelajara khusus sesuai dengan kelainan anak antara lain: a. Prinsip Motivasi b. Prinsip latar/Konteks c. Prinsip Keterarahan d. Prinsip Hubungan sosial e. Prinsip Belajar sambil Bekerja f. Prinsip Individualisme g. Prinsip menemukan h. Prinsip Pemecahan Masalah Dalam pemilihan model pembelajaran perlu ditempuh langkah-langkah secara sistematis. Menurut penentuan model pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh (Mangungsong, 2009:34) langkah-langkah dalam pemilihan model pembelajaran sebagai berikut : a. Identifikasi atribut-atribut (identify attributes) b. Menentukan tujuan-tujuan pengajaran (specify objectives) c. Pemilihan strategi (select strategy)
47
d. Pemilihan materi/bahan (select materials) e. Uji strategi dan materi (test strategy and materials) f. Evaluasi performansi (performance evaluation) 2. Model Pembelajaran Perlu disadari bahwa tak ada satu pun pendekatan dijamin berhasil untuk semua anak
atau untuk anak-anak dengan
berkebutuhan khusus tertentu. Untuk itu perlu dipilih pendekatanpendekatan yang sejalan dengan keyakinan keyakinan yang menggunakan perencanaan. Guru yang baik adalah guru yang membuat perencanaan-perencanaan yang teliti, membuat catatan yang tepat bagi setiap
kemajuan anak dan peka terhadap
kemampuan dan kebutuhan masing-masing anak (Mangungsong, 2009:38). Adapun
pendekatan-pendekatan
dan
strategi-strategi
intruksional yang bisa digunakan untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang dikuti oleh Mangungsong (2009:39) dari Cartwright, et, al, 1984;Hallahan & Kauffman, 2006;Ormrod, 2008) antara lain : a. Pendidikan remedial dan pendidikan tambahan/kompetensi (remedial education & compensatory education). Secara teknik pendidikan remedial mengacu pada proses peningkatan atau perbaikan mengenai bidang tertentu. Remedial merupakan penyebuhan atau perbaikan, peningkatan kecakapankecakapan seseorang menjadi normal atau mendekati normal.
48
Sedangkan konpensasi berarti penyeimbangan, penggantian suatu kecakapan yang lain. b. Pengajaran Langsung (direct instruction) Yaitu pengukuran langsung peformansi siswa atas suatu tugas belajar dan pengetahuan program-program dan prosedurprosedur pengajaran setian anak. Dengan kata lain pengajaran langsung adalah menyarankan
pemilihan tujuan-tujuan yang
tepat dan bisa diukur untuk setiap anak, dan menentukan kemungkinan–kemungkinan
dan
proedur-prosedur
belajar
sedemikian rupa sehingga anak dan guru bisa mengetahui dengan pasti apa yang akan dipelajari serta kriteria penilaianya. c. Analisis tugas (task analysis) Analisis tugas sangatlah penting bagi pengajaran langsung. Analisis tugas meliputi memecah-mecah tugas belajar ke dalam bagian-bagian komponennya sehingga kecakapankecakapan yang tercakup dalam tugas bisa diidentifiksi. Kecakapan-kecakapan
prasarat
harus
diidentifikasi,
yaitu
kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki anak sebelum perilaku lain bisa dilaksanakan dengan berhasil. Yang terutama dalam analisis
tugas adalah gagasan
bahwa belajar bersifat kumulatif artinya kecakapan-kecakapan terbentuk atas kecakapan-kecakapan lain. Dengan demikian tugas-tugas belajar dianalisis ke dalam perilaku-perilaku khusus
49
sehingga penjenjangan belajar bisa diterapkan pada situasi kelas. Analisi tugas digunakan untuk memastikan pengurutan yang tepat bagi pengajaran dan diagnosis kebutuhan-kebutuhan khusus. d. Pengajaran bertahap Yaitu memberikan pembelajaran diurutkan dari tingkatan yang termudah menuju ke tingkat kecakapan yang lebih tinggi. e. Latian persepsi-motorik (perceptual motor-trayning) Masalah-masalah koordianasi mata-tangan dan pesepsi motorik sering dikaitkan dengan masalah-masalah membaca, menulis, pada anak-anak terbelakangan mental dan anak dengan gangguan belajar. Pendekatan yang digunakan untuk mengajar adalah dengan memusatkan pada masalah-masalah perceptual mereka yaitu kecakapan-kecakapan motorik kasar, motorik halus, persepsi bentuk, pengurutan ingatan, pendekatan visual, dan auditif. Latian persepsi tidak hanya memperingan problemproblem persepsual dan akademis yang terkait, tetapi deficit perilaku, terutama kurangnya perhatian. f. Strategi-strategi yang lain. 1) Modeling Dengan
modeling seseorang belajar mengikuti
kelakuan orang lain sebagai model, modelling dapat
50
digunakan
untuk
mengajarkan
ketrampilan-ketrampilan
akademis dan motorik. 2) Pengajaran terprogram Pengajaran terprogram merupakan suatu sistem belajar (learning strategi) yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi-materi tertentu, yang telah terbagi atas bagian-bagian kecil yang memungkinkan secara berurutan, demi mencapai tujuan tertentu. 3) Permainan edukatif Bermain sambil belajar merupakan daya tarik permainan-permaina
edukatif.
Dengan
menggunakan
permainan yang mengandung nilai pendidikan akan lebih mudah dipahami oleh anak-anak berkebutuhan khusus. 4) Pengajaran dengan bantuan dan pengaturan computer Yaitu pengajaran dengan bantuan computer mengacu pada penggunaan computer untuk memberikan pengajaran langsung kepada peserta didik. 5) Program holtikultura Yaitu suatu terapi dan pendidikan dimana anak-anak berkebutuhan khusus dilatih untuk merawat tanaman hidup. 3. Faktor-faktor Pemilihan Model Pembelajaran Pendidikan khusus sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus di peruntukan bagi mereka yang mengalami hambatan
51
dalam belajarnya, secara sadar terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut (Sardiman, 2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan
strategi,
teori
belajar
dan
pembelajaran,
dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Pendapat serupa dikemukakan oleh (Colin Marsh,1996 : 10) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas,
berkomunikasi,
merencanakan
52
pembelajaran,
dan
mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar. Selain itu setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya. Menyadari bahwa anak Tunagrahita adalah individu yang unik. Keunikan ini mengandung pengertian bahwa anak Tunagrahita mempunyai sifat-sifat khusus atau karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, baik dalam segi kemampuan, bakat, minat maupun gaya belajarnya. Mendidik siswa di sekolah luar biasa tidak sama dengan mendidik siswa di sekolah umum. Yang perlu dipahami oleh pendidik yang memiliki siswa Tunagrahita antara adalah guru harus memahami karakter anak Tunagrahita yang memiliki keunikan tersendiri yaitu bersifat pelupa, susah memahami perintah yang kompleks, perhatian mudah terganggu, dan susah memahami hal-hal yang kompleks. Oleh karena itu guru siswa Tunagrahita harus sabar, penyayang, mengajar dengan kata-kata sederhana dan gambar yang nyata.
53
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta SLB Negeri Pembina merupakan lembaga pendidikan yang pada awalnya menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak yang mengalami cacat mental, baik yang mampu didik maupun mampu latih. SLB Negeri Pembina didirikan melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 051/O/1083 tentang organisasi dan tata kerja sekolah luar biasa Pembina Tingkat Propinsi dengan nama SLB-C Pembina Tingkat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam
perkembangannya,
sejalan
dengan
berlakunya
Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang telah ditindaklanjuti dengan PP. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, SLB Negeri Pembina Yogyakarta menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.126/tahun 2003 tentang struktur Organinasi dan Tata
54
kerja SLB, SLB-C Pembina Tingkat Propinsi berubah menjadi SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Dengan berubahnya nama tersebut memiliki
implikasi
yang
sangat
luas.
Khususnya
terhadap
penerimaan peserta didik, yang sebelumnya hanya menerima siswa tuna grahita, sekarang menerima dari berbagai jenis kekhususan. Sejak tahun 2006 SLB Negeri Pembina menjadi salah satu Sentra Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (Sentra PK-PLK). Sentra PK-PLK adalah salah satu program dari Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa dengan program utamanya pengembangan ketrampilan anak berkebutuhan khusus dalam rangka menyiapkan anak berkebutuhan khusus untuk dapat kembali ke masyarakat dengan penerimaan yang wajar. 2. Visi, Misi dan Fungsi Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta a. Visi Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta Sekolah
Luar
Biasa
Negeri Pembina
Yogyakarta
memiliki visi “ Terwujudnya Lulusan Anak Berkebutuhan Khusus yang Mandiri, Beriman dan Bertaqwa” Indikator Visi: 1) Terlaksana pembelajaran berbasis CTL. 2) Tersusun silabus untuk jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. 3) Terlaksana pembelajaran berbasis teknologi 4) Tersusun kurikulum ketrampilan.
55
5) Tersedianya tempat pemagangan dengan kerjasama dunia industri. 6) Tersedianya paket-paket pendidikan keterampilan. 7) Tersusunnya standar kompetensi keterampilan yang berbasis masyarakat. 8) Adanya jaringan kerjasama dengan pihak non pemerintah/asosiasi 9) Terciptanya iklim kondusif untuk meningkatkan profesionalitas kerja. b. Misi Sekolah Luar Biasa Negeri Yogyakarta 1) Memberdayakan tenaga pendidik 2) Mengoptimalkan kemampuan siswa 3M (membaca, menulis, menghitung). 3) Menyelenggarakan pendidikan inklusi. 4) Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan. 5) Memperluas kesempatan pendidikan, pelatihan serta pelayanan bagi ABK. 6) Menyelenggarakan manajemen sekolah secara profesional 7) Menjalin kerjasama dengan semua pihak. 8) Menyelenggarakan layanan bagi alumni atau lulusan SLB. c. Fungsi Sekolah Luar Biasa Negeri Yogyakarta SLB Negeri Pembina Yogyakarta mempunyai fungsi menyelenggarakan, mengkaji, mengembangkan pendidikan luar biasa, dan pelatihan penyegaran bagi pendidik dan tenaga kependidikan.
56
Tugas Pokok Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut di atas, SLB Negeri Pembina Yogyakarta mempunyai tugas pokok: 1) Penyusunan Program SLB Negeri Pembina Yogyakarta. 2) Pengkajian dan pengembangan pendidikan luar biasa serta pelatihan penyegaran bagi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. 3) Penyelenggaraan pelayanan pendidikan luar biasa dari tingkat persiapan (TKLB), tingkat dasar (SDLB), tingkat lanjutan (SMPLB) dan tingkat menengah (SMALB). 4) Penyelenggaraan rehabilitasi dan pelayanan khusus bagi anak-anak luar biasa. 5) Publikasi yang menyangkut pendidikan luar biasa. 6) Penyelenggaraan latihan kerja bagi anak luar biasa dari berbagai ketunaan dalam persiapan memasuki dunia kerja. 7) Penyelenggaraan ketatausahaan SLB Negeri Pembina Yogyakarta. 8) Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program SLB Negeri Pembina Yogyakarta. 9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan 10) Fungsinya.
57
3. Struktur Organisasi Organisasi dalam arti luas
adalah suatu badan yang
mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi melalui adanya struktur organisas. Adapun struktur organisasi SLB Negeri Pembina Yogyakarta sebagai berikut: BAGAN 3.1 STRUKTUR ORGANISASI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA Kepala SLB N Pembina Yk (Rejokirono, M. Pd.)
Komite Sekolah (Sudarman) WM ISO (Sri Widodo, S. P d . ) Wa.Ka.Ur.
Wa.Ka.Ur Kesiswaan ( Nanik
P e R n u g z a i j n a i r Koord. Koord. Koord. ,BP a Perpus Resource Center ( Hartanto, SPsy) n ( Purwanti) ( Sri S ( Drs. W P M i d u d ) h o a d KOORDINATOR DIKDAS n o d , Kelompok Tenaga i sFungsional S . M P ) d Siswa )
Tim Ahli
SUB.BAG. TATA USAHA (Dra.
Wa.Ka.Ur Sarana
J u w a Wa.K r y a n i ) Hum
Manaj a . U r .
P r a s a a r s a Kood. Asrama Koord. Koord. Akomodasi (Wid n SPd) Klinik/Assesmen ( Sumardijah, (Sri Widodo) y a ( Sukardi, S. Pd.) a ( n T i u n p g a r KOORDINATOR DIKMEN r u ( Drs m m a Kelompok Tenaga n Fungsional ) )
e r S e n t r a P K P L K E d y
58
Siswa
D w
4. Keadaan Siswa Dalam perspektif pembelajaran agama Islam, anak didik merupakan subyek dan obyek dalam pendidikan. Aktivitas pendidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan anak didik. Oleh karena itu, guru dan anak didik sebagai dwi tunggal, artinya keduanya tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan kependidikan. Ketiadaan salah satunya menjadi penyebab tidak adanya kegiatan pendidikan ( Bahri, 2004: 92) Agar
lebih
jelasnya
akan
disajikan
data
tentang
perkembangan siswa 3 tahun terakhir di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 daftar Peserta Didik Jenjang
Ketunaan
Tunarungu TGR TGS AUTIS Jumlah
Obs
TKLB
SDLB
SMPLB
SMALB
-
6 6
18 40 7 65
27 19 9 55
14 13 1 28
5. Keadaan Guru
59
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Dipundaknya terletak tugas dan tanggungjawab yang berat dalam upaya mengantarkan anak didik ke tujuan pendidikan yang di citacitakan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak didik (Bahri, 2004:87) Guru-guru di SLB Negeri Pembina Yogyakarta mendapat tugas dan tanggungjawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik guru-guru yang ada di SLB Negeri Pembina Yogyakarta tidak pernah merasa mengeluh, menjalankan tugasnya dengan penuh semangat, sabar dan ikhlas dalam membimbing anak yang berkebutuhan khusus mulai dari anak tuna grahita ringan sampai dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental, dan anak autis. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SLB Negeri Pembina sebagai berikut: Tabel 3.2 Kepegawaian
Status
Edukati p
Jenis TU/Pelaksan a
Jm
8
55
l
Peg.Neg.Sipi l 47 ( P
60
N S ) CPNS Non P N S / H o n o r e r Jumlah
10
4
14
4
7
11
61
19
80
SLB Negeri Pembina mempunyai keadaan guru dan karyawan sbb: Table 3.3 Data Guru Dengan Status Kepegawaian No 1 2
Status kepegawaian Pegawai Negeri Sipil/CPNS Guru Tidak Tetap/PTT JUMLAH
6. Progam Pelayanan
yang dikembangkan
Jumlah 69 11 80
Sekolah Luar Biasa Negeri
Pembina Yogyakarta a. Klinik Rehabilitasi Klinik Rehabilitasi merupakan layanan bagi anak berkebutuhan khusus yang bertujuan agar kelainan yang menyertai dapat diminimalisir atau dihilangkan sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 1) Layanan Klinik Rehabilitasi meliputi: a) Pemeriksaan Kesehatan
61
b) Konsultasi Psikologis c) Layanan Terapi 2) Layanan terapi meliputi: a) Terapi Perilaku b) Terapi Wicara c) Terapi Edukasi d) Fisioterapi e) Hidroterapi b. Center Workshop Center Workshop disebut juga Shelter Workshop, sebagai pusat latihan kerja bagi siswa /tamatan SLB dari berbagai jenis ketunaan dan lain-lain, dari SLB Pembina maupun dari SLB lain. Center Workshop ini meliputi: 1) Ketrampilan Kayu 2) Ketrampilan Keramik 3) Ketrampilan Tanaman hias 4) Ketrampilan Tata Boga 5) Ketrampilan Tata Busana 6) Ketrampilan Tekstil 7) Ketrampilan Otomotif 8) Ketrampilan Tata Rias
62
c. Resource Center Resource Center (Pusat Sumber) merupakan inovasi program SLB Pembina sesuai Tugas Pokok dan Fungsi SLB Pembina. Kegiatan Resource Center meliputi: 1) Penelitian/Evaluasi Hasil Pembelajaran 2) Pengkajian masalah ke PLB dan atau masalah Pendidikan Khusus 3) Penyelenggaraan Pelatihan dan Penyegaran Guru SLB 4) Pusat penyebarluasan informasi PLB /Pendidikan Khusus d. Asrama/Panti Menampung anak-anak yang memerlukan tempat tinggal di lingkungan sekolah. Asrama SLB Negeri Pembina dengan Sistem Wisma (Cotage System) yang terdiri dari 10 wisma, 5 wisma untuk putra dan 5 wisma untuk putri. Masing-masing wisma terdiri dari 4 kamar tidur dilengkapi dengan kamar mandi / wc, dapur. Pembinaan anak di asrama menekankan pada pembinaan kepribadian dan kemandirian dengan kegiatan rutinitas dan kegiatan ekstra kurikuler. Program
unggulan
layanan
panti/asrama
adalah
"Pelayanan sistem kelompok kegiatan keluarga" dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki. e. Perpustakaan
63
Perpustakaan SLB Negeri Pembina menyediakan bukubuku pelajaran untuk anak SLB, buku ke PLB an, buku tentang kesehatan, kamus, buku psikologi dan lain-lain. f. Ruang Komputer dan Internet Ruang komputer dan internet SLB Negeri Pembina merupakan tempat untuk pembelajaran komputer dan layanan akses internet gratis bagi siswa, guru, dan karyawan. Dengan fasilitas komputer pentium 4. g. Kios Pemasaran dan Showroom Tempat untuk mempublikasikan dan memasarkan hasil karya siswa agar dikenal oleh masyarakat luas. Baik berupa barang dan jasa yang meliputi: tata boga, tata busana, akupresur, salon kecantikan, teknologi informasi, hasil perkayuan, keramik, dan jasa perbengkelan. h. Fasilitas Pendukung Lain 1) Playground satu-satunya taman bermain sekolah yang terlengkap di DIY yang sangat diminati anak-anak. 2) Resource room (ruang sumber). Terdapat berbagai macam alat peraga sebagai sumber belajar, alat peraga tsb sebagian besar buatan Australia. 3) Auditorium atau aula yang biasa digunakan untuk tempat pertemuan, seminar, penataran dsb. Dapat pula dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai gedung pertemuan/hajatan.
64
4) Penginapan/Asrama Penataran digunakan tempat untuk menginap para peserta penataran atau pertemuan semacam. 5) Masjid sebagai tempat ibadah, yang cukup untuk menampung 60 orang. 7. Sarana dan Prasarana SLB Negeri Pembina memiliki sarana dan prasarana yang dibangun di atas tanah seluas 2,5 hektar sehingga sangat memadai dan mendukung proses pendidikan, diantaranya: a. 27 Ruang kelas untuk KBM. b. 1 Ruang TU c. 1 Ruang Kepala sekolah d. 1 Ruang Guru e. 1 Perpustakaan f. 1 laboratorium IPA g. 1 Ruang ICT (dilengkapi dengan 20 unit computer dan ber AC) h. 1 Ruang Seni tari i. 1 Ruang Musik (dilengkapi alat music band dan gamelan serta drumband) j. 10 unit Asrama (masing-masing unit memiliki ruang tamu dan ruang makan) k. 6 Unit wisma (setiap wisma dapat menampung 10 orang) l. 6 Unit Rumah dinas m. 1 Mushola
65
n. 1 Ruang Resource Center o. 1 Ruang UKS p. 1 Ruang BP/Bimbingan Konseling q. 1 Ruang Pengajaran / Wa.Ka.Ur. r. 2 Ruang Pertemuan s. 1 Ruang aula t. 9 Ruang Ketrampilan meliputi busana, tekstil/ batik, kayu, otomotif, keramik, boga, Salon/kecantikan, IT dan Tanaman Hias/Pertanian. Selain gedung yang cukup memadai tersebut, di lengkapi juga dengan berbagai alat bantu pendidikan dan peralatan keterampilan yang lengkap. 8. Tata kerja dan Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dalam merealisasikan misi yang telah ditetapkan, disusun tata kerja yang masing-masing di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sekolah. a. Pengajaran b. Kesiswaan c. Sarana Prasarana d. Humas e. Sentra PK dan PLK f. Bimbingan Konseling g. Resource Center
66
h. Perpustakaan i. Asrama j. Klinik Rehabilitasi dan Assesment k. Bengkel Kerja l. Tata Usaha B. Gambaran Umum Objek Penelitian Informan adalah orang yang diperlukan dan dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penilitian. Informan ditetapkan secara sengajadan dipilih berdasarkan kriteria tertentu atau pertimbangan-pertimbangan tertentu ( Faisal,1995:97). Informan dalam penelitian ini adalah: a. IN
: Adalah seorang guru Pendidik Agama Islam di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta. b. PKS
: Adalah Kepala Sekolah SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
c. WM
: Adalah wali murid di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
d. SS
: Siswa – Siswi SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Jadi ada 4 informan dalam penelitian ini. Dari keempat informan
tersebut
didapatkan
berbagai
macam
informasi
mengenai
pembelajaran PAI di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. C. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta Tentunya dalam suatu proses pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah manapun mempunyai kurikulum yang sama di seluruh
67
Indonesia hanya memang cara dan penyampainnya pasti bervareasi. Tentunya sekolah normal berbeda dengan sekolah berkebutuhan khusus seperti di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Model pembelajaran agama Islam, metode pembelajaran, waktu dan jadwal pembelajaran agama Islam di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta. Belajar itu sangat
diperlukan, apalagi sebagai seorang muslim mencari ilmu itu hukumnya wajib. Seperti halnya pembelajaran yang dilakukan di SLB ini, memondasikan anak-anak dengan pondasi agama yang mereka anut yaitu agama Islam, dari dasar yang baik maka anak-anak akan memiliki jiwa yang tangguh dan kuat, tidak hanya untuk anak yang normal tetapi juga kita lakukan untuk anak yang khusus seperti anak Tuna grahita disini. Hasil penelitian mengenai pelaksanaan
model pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dapat di lihat dari wawancara seperti yang akan dijelaskan di bawah ini: Sesuai dengan pembelajaran di sekolah-sekolah umum lainnya, bahwasanya suatu pendidikan agama Islam menjadi salah satu pembelajaran yang wajib diikuti oleh siswa dan siswi yang beragama Islam, ini juga dilakukan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta bahwa pembelajaran agama Islam diterapkan disini. Pelaksanaan pembelajaran agama itu sangat penting karena sebagai seorang muslim kita dituntut untuk selalu menjalankan apa yang selalu diperintakan oleh ALLAH SWT dan menjauhi segala laranganNya. Dalam pernyataan IN yaitu :
68
(“Kegiatan pembelajaran Agama Islam adalah salah satu mata ajar yang penting, karena pondasi kehidupan yang tertata dan bersinergi yang dimulai dari suatu kepercayaan akan adanya Zat pencipta atau ALLAH SWT akan mengarahkan kita kedalam disiplin berkehidupan. Sesuai dengan sekolah pada umunya di SLB Negeri Pembina Yogyakarta mengajarkan pendidikan agama Islam yang dilakukan setiap seminggu sekali dengan 2 jam pertemuan dan 1 jam pertemuan selama 45 menit, dikarenakan pada bulan puasa jadi setiap 1 jam pertemuan selama 30 menit”).
Hal itu sama dengan apa yang diungkapkan oleh PKS yaitu : (“Ada satu kali pertemuan dalam satu minggunya”).
Dengan demikian dari pernyatan yang dikemukakan oleh IN dan PKS diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran agama Islam di SLB ini dilakukan secara baik dan terjadwal, karena metode pembelajaran agama Islam sangatlah penting. Berbicara tentang anak dengan kebutuhan pendidikan khusus, maka dalam proses pembelajarannyapun harus disesuaikan dengan kondisi siswa tersebut, oleh karena itu lahirlah istilah pembelajaran adaptif. Bila kita merujuk pada kata adaptif yang merupakan kata dari bahasa Inggris ”adapt” yang mempunyai arti ”menyesuaikan dengan”, maka pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan pendidikan khusus merupakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kondisi siswa. Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tantang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
69
bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik cara mengajarnya, makin efektif pula pencapaian tujuannya (Haryati, 2011: 67). Pembiasaan yaitu memeberikan kesempatan pada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilku yang sesuai dengan ajaran agama Islam (Majid & Andayani, 2004:170). Ceramah adalah penyampaian materi dengan memaparkan materi-materi tertentu yang disampaikan oleh pembimbing yang berguna untuk memahamkan siswanya. Sementara demontrasi adalah sistem pengajaran yang dilakukan seseorang dengan cara memraktekkan suatu materi, dengan gerak atau cara-cara terlatih, untuk memperlihatkan secara nyata. Dari hasil penelitian mengenai model dan metode pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dapat dilihat dari wawancara seperti yang akan dijelaskan oleh IN di bawah ini: (“Seperti yang pernah anda lihat mbak, saya menggunakan model PAI adaptif dengan metode pembiasaan, demonstrasi, dan ceramah. Dari pembelajaran yang saya terapkan ini saya mengharapkan anak-anak dapat lebih mudah menerima materi dan bisa melakukan apa yang sudah saya ajarkan mbak. Sebenarnya tidak jauh beda dengan pembelajaran di sekolah umum mbak secara teknik maupun teori tapi tentunya dilapangan nanti akan sangat berbeda”). Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa model yang dilaksanakan adalah PAI adaptif dengan metode pembiasaan, ceramah, dan demonstrasi, yang digunakan dalam pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta memudahkan para siswanya untuk
70
memahami dan melakukan apa yang telah diajarkan oleh gurunya. Meskipun
dalam
pelaksanaanya
dalam
lapangan
tentunya
ada
perbedaan. D. Materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Setiap anak di SLB
Negeri Pembina Yogyakarta ini tidak
terlewatkan dalam setiap pemberian materi yang diberikan oleh pembimbing. Kebiasaan kami setiap ada pelajaran agama apabila anakanak belum lengkap kita belum mulai pemberian materi, kecuali ada anak yang tidak masuk atau memang ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan. Karena untuk anak dengan kebutuhan khusus tentunya sangatlah beda dengan anak yang normal, jadi setiap ketinggalan mereka tidak dapat mengikuti dengan baik. Dari hal itulah begitu pentingnya penyampaian materi ini dapat diikuti oleh semua siswa. Materi dan metode termasuk bagian dari alat-alat pendidikan yang pokok. Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Shobron, 2004: 243). Seperti halnya kita akan memasak memerlukan bahan-bahan dasar yang sesuai dengan menu yang akan kita sajikan, tidak jauh beda dengan pembelajaran yang membutuhkan suatu bahan dasar atau materi serta metode untuk menyampaikan suatu inti sari dari sebuah materi supaya bisa disajikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Materi disini sudah sesuai kurikulum yang ada, dimana materi tidak jauh berbeda dengan
71
sekolah umum, ataupun SLB lainya tetapi di SLB tentunya ada materi khusus tersendiri dibandingkan dengan sekolah umum. Dari hasil penelitian mengenai materi pendidikan agama Islam dapat dilihat dari hasil wawancara dengan IN di bawah ini: (“Untuk materi disini hanya sebatas yang pokok-pokok saja mbak, seperti wudhu, sholat, surat-surat saja, itu saja butuh waktu yang lama mbak buat anak-anak memahami dan menghafalkan. Sebenarnya juga sudah ada standar kompetensinya mbak, tapi standar kompetensinya sangat tinggi, yang saya ajarkan ini saja mereka sering lupa, apalagi dengan standar kompetensi yang ditentukan pasti sangat sulit buat mereka”).
Hal itu sejalan dengan yang diutarakan oleh ibu WM yaitu : (“ hemm, belum hafal mbk bacaan sholatnya, paling hanya surat alfatihahnya saja, sedangkan gerakanya maih saya ingatkan”).
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dilakukan sesuai standar yang ditetapkan, tetapi dalam pelaksaan belum bisa dilakukan sesuai dengan standar itu sendiri secara baik, hanya beberapa yang baru bisa dilaksanakan, seperti whudu, shalat, shalawat, mebaca iqra’ dan hanya surat-surat pendek. E. Faktor Penghambat dan pendukung Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Dalam pelaksanaan model pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta tentunya tidak terlepas dari halangan
dan
hambatan
serta
faktor
72
yang
mendukung untuk
terlaksananya
pembelajaran
pendidikan
agama
Islam.
Faktor
penghambat adalah faktor yang mempersulit tahapan pembelajaran yang menjadikan apa yang disampaikan pembimbing keseluruhan tidak masuk secara keseluruhan kepada siswa. Sementara faktor pendukung adalah faktor yang memeperlancar tahapan pembelajaran, sehingga sistem pengajaran berjalan sesuai rencana dan secara optimal apa yang kita sampaikan dapat masuk secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor pendukung dan penghambat serta faktor yang mendukung pembelajaran dapat dilihat dari hasil wawancara dengaan IN sebagai berikut: (”Kendalanya banyak sekali mbak salah satunya materi mbak, dimana materi yang disampaikan tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan. Kita harus mencari materi-materi yang mudah dan disederhanakan sendiri dan diambil yang kongkrit-kongkrit saja mbak, selain itu PAI disini diawasi Kemendiknas mbak, seharusnyakan ikutnya Kemenag. Selain itu juga kekurangan guru serta terlalu tingginya standar kompetensi, mengingat kemampuan anak yang rendah dan kelas yang majemuk. Serta untuk faktor yang mendukung ya hanya dari diri sendiri mbak, dimana di Al’Quran sudah dijelaskan yang intinya seperti ini mbak “Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia” dengan ayat ini saya yakin mbak kalau anak-anak itu dididik denga benar dan tekun pasti bermanfaat, walaupun hanya untuk dirinya sendiri mbak dan mereka tidak merugikan orang lain”). Pendapat IN itu sejalan dengan PKS yaitu : ("Ya pastinya ada mb, seperti anak yang kadang waktunya pelajaran malah tidak masuk kelas tapi malah jajan”). Dilihat dari hasil wawancara terdapat beberapa faktor penghambat dan pendukung
dalam
pelaksanaan
model
pembelajaran
pendidikan agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta.
73
F. Tingkat Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta Pencapaian akhir dari suatu misi adalah suatu keberhasilan, tentunya keberhasilan pembelajaran yang sesuai standar kompetensi yang ada. Tapi bukan berarti keberhasilan itu menuntut sempurna, keberhasilan disini adalah adanya perubahan dan perkembangan serta perubahan perilaku. Ini adalah motivasi untuk memenuhi suatu standar kompetensi.
Tingkat
keberhasilan
dalam
metode
pembelajaran
pendidikan agama Islam khususnya di SLB Negeri Pembina Yogyakarta tentunya ingin merujuk kepada standar kompetensi yang ada atau yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil wawancara dari IN sebagai berikut: “Hem…untuk tingkat keberhasilan mbak sudah ada perkembangan dan kemajuan dibanding dulu waktu awal-awal masuk sini. Anakanak bisa bermanfaat dan tidak mengganggu orang lain saja sudah cukup mbak.”
Hal itu sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh WM yaitu : (“iya alhamdulilah sekarang mau mbk,tapi masih tergantung dengan saya,kalau saya ingatkan baru dia mau sholat”). Sejalan juga dengan PKS yaitu : (“Ya sudah ada kemajuan mb, lama kelamaan anak juga bisa sendiri, yang penting anak bisa memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang positif”).
74
Dari
hasil
wawancara
bisa
disimpulkan
bahwa
ada
perkembangan dan kemajuan yang terjadi walaupun belum memenuhi stadar kompetensi. Perubahan perilaku pada anak-anak di SLB sudah mencerminkan
keberhasilan
pengajaran
pembimbing di SLB ini.
75
yang
dilakkukan
oleh
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta Kegiatan belajar mengajar atau pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta dilaksanakan dalam satu minggu sekali dengan 2 jam pelajaran, dan 1 jam pertemuan selama 45 menit, dikarenakan pada bulan puasa jadi setiap 1 jam pertemuan selama 30 menit. Model yang digunakan adalah dengan cara PAI adaptif menyesuaikan dengan kemampuan siswa, dimana siswa dengan keadaan Tunagrahita tidak mudah memahami dengan apa yang diaajarkan. Sementara metode yang digunakan ada beberapa metode antara lain, Metode ceramah yaitu guru menyampaikan
pelajaran
atau
materi
secara
langsung
dan
murid
mendengarkan. Metode pembiasaan yaitu guru memberikan pelajaran dengan cara membiasakan anak agar mudah mengingat apa yang telah disampaikan.metode pembiasaan digunakan untuk materi seperti shalat dan whudu, jadi ketika masuk kelas anak-anak harus berwudhu dahulu dengan arahan dan bimbingan guru. Metode pembiasaan ini juga dugunakan untuk penyampaian materi, Baca Tulis Alquran (BTA), setiap habis shalat anak-anak melakukan ngaji bersama gurunya walapun ingatan bacaannya terbatas, selain itu pembiasaan ketika bertemu guru-guru harus berjabat tangan.
76
Metode demonstrasi juga digunakan dalam PAI untuk materi seperti shalat dan whudu, hal ini dilakukan agar anak-anak bisa mempraktekan dengan apa yang sudah dicontohkan. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh IN yaitu: (“Seperti yang pernah anda lihat mbak, saya menggunakan model PAI adaptif dengan metode pembiasaan, demonstrasi, dan ceramah., serta disini lebih menekankan prakteknya dibanding dengan teorinya, kalau langsung praktek kan anak-anak lebih mudah mengingatnya. Dari pembelajaran yang saya terapkan ini saya mengharapkan anak-anak dapat lebih mudah menerima materi dan bisa melakukan apa yang sudah saya ajarkan mbak”). Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas menyebutkan bahwa pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya. Sesuai yang tersirat dalam kutipan berikut ini bahwa model Pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka, dengan kesopanan yang tinggi, rasa fadilah (keutamaan), mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang seluruhnya ikhlas dan jujur. Pada akhirnya tujuan pendidikan Islam itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan ukhrawi.
77
Sedangkan dalam buku model pembelajaran pendidikan luar biasa yang dikeluarkan oleh direktorat pembinaan sekolah luar biasa mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang ditunjukan untuk menciptakan situasi belajar berdasakan teori-teori dan cara mengorganisasi pembelajaran yang digunakan. Jadi dalam paparan wawancara dan kutipan diatas dapat kita simpulkan, bahwa model pembelajaran yang diterapkan di
SLB Negeri
Pembina Yogyakarta ada beberapa metode tetapi lebih menekankan pada model praktiknya yang lebih dominan dari pada teorinya, mendidik akhlak dan jiwa mereka, dengan kesopanan yang tinggi, rasa fadilah (keutamaan), mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang seluruhnya ikhlas dan jujur, dengan metode praktik anak tunagrahita akan lebih mudah menirunya secara langsung sehingga menjadi pengalaman. Pada akhirnya tujuan pendidikan Islam itu tidak terlepas dari tujuan nasional yang menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, seimbang kehidupan duniawi dan ukhrawi. Baik dilakukan pada manusia yang mempunyai kesempurnaan secara fisik maupun yang mengalami kelemahan dalam fisiknya. Meskipun ada perbedaan anatara pembelajaran secara umum dengan pembelajaran di SLB, namun hal ini tidak mengurang minat belajar siswa di SLB.
B. Materi Pembelajaran Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Materi yang digunakan di SLB ini adalah
materi yang dianggap
pokok-pokok saja menurut pembimbing agama Islam. Seperti halnya shalat,
78
wudhu, membaca Iqrok’, dan surat-surat pendek saja. Materi yang diberikan tidak terpaku dengan standar dan kurikulum yang berlaku. Materi yang diberikan juga berbeda dengan materi yang diberikan disekolah-sekolah umum lainya. Sesuai dengan beberapa teori yang dikemukakan, materi adalah bahanbahan yang harus diberikan atau disajikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Shobron, 2004: 243). Dimana pendidikan agama Islam
di SLB bertujuan untuk menumbuh kembangkan akidah melalui
pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia yang produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga harmoni secara personal dan sosial (Kemenag RI, 2010). Sesuai dalam prinsip-prinsip khusus yang dikemukakan dalam (Kemenag RI, 2010) bahwa problema mendasar bagi peserta didik Tunagrahita adalah memiliki inteligensi dibawah rata-rata. Oleh karena itu pendidikan hendaknya selalu memperhatikan prinsip-prinsip khusus agar materi pendidikan agama Islam lebih fungsional, aplikatif, dan bermanfaat bagi peserta didik. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain, 1) Menyederhanakan materi (downgrade) bila terdapat tinggi dan sulit dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dalam menerima materi dan
79
tidak memaksakan kepada peserta didik bila tidak mampu, 2) Menghindari penyampaian materi PAI secara abstrak, teoritis dan verbal, 3) penyampaian materi
PAI
secara
kontekstual,
praktis,
mudah,
visual,
bertahap,
berkesinambungan, dan berulang-ulang, agar peserta didik dapat menerima dan memahami, 4) mengoptimalkan potensi afektif dan psikomotor daripada kognitifnya, 5) Pendekatan individual lebih utama dari pada klasikal, 6) Gunakan media, dan metode yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Materi disini lebih sederhana, mengingat intelegensi anak yang sangat rendah dan sulit untuk menerima materi bahkan mengingatnya. Di sini materi disederhanakan agar dapat lebih mudah diterima dan dipahami. Kegiatan bimbingan ibadah shalat yang dilaksanakan di SLB ini dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis dibimbing langsung oleh pembimbing PAI. Seperti halnya yang disampaikan oleh IN nyaitu : (“Untuk materi disini hanya sebatas yang pokok-pokok saja, seperti wudhu, sholat, membaca iqro’, dan surat-surat pendek saja, itu saja butuh waktu yang lama buat anak-anak memahami dan menghafalkan. Sebenarnya juga sudah ada standar kompetensinya, tapi standar kompetensinya sangat tinggi, yang saya ajarkan ini saja mereka sering lupa, apalagi dengan standar kompetensi yang ditentukan pasti sangat sulit buat mereka”). Hal itu sejalan dengan apa yang dilakukan oleh wali murid dirumah bahwa anak-anak juga diajarkan sholat puasa dan ngaji, seperti yang disampaikan oleh salah satu wali murid WM yaitu: (“iya mbk alhamdulilah mau sholat, tapi perlu diingatkan begitu juga waktu puasa mb, dulu juga mau ngaji tapi diejekin temennya sekarang jadi gak mau lagi, tapi dirumah saya ajari ngaji sendiri”).
80
Berkaitan dengan hal diatas model pembinaan shalat pada penyandang Tunagrahita secara holistik-komperhensif. Maksudnya
bahwa dengan
pelaksanaan bimbingan shalat dilakukan secara holistik-komperhensif tersebut proses
pembinaan
pada
penyandang
Tunagrahita
dilakukan
secara
menyeluruh, yang tidak berpusat satu metode saja tetapi semuanya dibutuhkan agar penyandang Tunagrahita dapat menjalakan ibadah shalat dengan baik dan dapat menjalankan kembali fungsi-sungsi kehidupan yang baik. Didalam proses kegiatan, pembinaan ibadah shalat para pembimbing Agama Islam memberikan arahan para penyandang Tunagrahita untuk dapat mengenal shalat, mengenal gerakan shalat dan dapat menghafal baca-bacaan shalat seperti surat al-fatihah, serta melakukan shalat. Selain itu para penyandang Tunagrahita juga dibimbing untuk mengenal tata cara berwudhu serta menghafal surat-surat pendek seperti surat al iklas dan membaca iqro’. Adapun model pelaksanaan ibadah shalat yang dikembangkan di SLB ini dalam pendidikan Agama Islam bagi para penyandang Tunagrahita melalui ibadah shalat yang menggunakan model ceramah, Tanya jawab, doa (Dzikir), dan praktek/demonstrasi. Dari sinilah dapat dipahami bahwa metode yang dipakai sesuai dengan teori dari zainal arifin dalam bukunya yang berjudul “Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama”. Penggunaan metode ini merupakan cara untuk menyampaikan ajaran agama dan kewajiban seorang muslim serta nasihat-nasihat atau materi kepada penyandang Tunagrahita dengan menuntun dan melatihnya. Berdoa dan
81
berdzikir untuk menanamkan dan mengingat atau menghafal bacaan-bacaan ibadah shalat. Jadi bisa disimpulkan bahwa kegiatan pelaksanaan pendidikan sholat dan wudhu sangat penting bagi anak Tunagrahita walaupun hanya sekedar gerakan dan surat al fatihahnya saja dengan itu, anak bisa terbiasa melakukan sendiri tanpa arahan dari guru pembimbing. untuk materi hafalan anak-anak dibiasakan membaca surat al-iklas setiap kali ada pembelajaran PAI agar pada saat anak mengimplementasikan dalam melakukan shalat. Sedangkan dalam, bacaan iqro’, anak diberikan pengenalan huruf hijaiyah seperti A, BA, TA, TSA. selain itu materi yang disampaikan disederhanakan oleh pembimbing PAI sesuai prinsip-prinsip pembelajaran tanpa mengabaikan standar kompetensi, serta anak-anak bisa mengikuti dengan cukup baik. Hal ini tentunya berbeda dengan sekolah secara umum, mengingat SLB adalah tempat bagi
anak-anak
yang
mempunyai
kecerdasan
dibawah
rata-
rata/keterbelakangan mental, jadi daya serap mereka tentunya berbeda. Inilah yang menjadikan sekolah secara umum dan SLB berbeda, baik secara pembelajaran maupun kurikulumnya.
C. Faktor Penghambat dan pendukung Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah Mental Retardation, Mentally Reterdet,
82
Mental Deficiency, Mental Detective, dan lain-lain. Tentunya bagi para penyandang Tunagrahita mereka mengalami banyak hal yang sulit, tidak seperti orang normal lainya yang mudah melakukan aktifitas sehari-hari dengan normal. Tetapi hal itu tidak menjadikan pembelajaran jadi terhenti, karena
anak
Tunagrahita
juga
membutuhkan
pembelajaran
untuk
mengembangkan potensi yang ada, walaupun seminimal mungkin potensi yang mereka miliki. Meskipun ada faktor penghambat serta faktor pendukungnya. Dimana faktor penghambatnya adalah adanya kelas yang majemuk, tentunya intelegensi anak yang rendah atau dibawah rata-rata, PAI yang tidak diawasi oleh kemenag, melainkan oleh kemendiknas jadi guru lebih susah mencari materi yang sesuai dengan keadaan anak. Selain itu fasilitas yang kurang, seperti halnya tenaga pengajar, alat-alat pembelajaran ini juga sangat menghambat dalam proses pendidikan yang baik. Faktor pendukung yang ada untuk model pembelajaran di SLB ini antara lain, semangat guru yang tinggi dalam memberikan pembelajaran, beberapa
fasilitas
sekolah
untuk
menunjang
pembelajaran
yang
dimaksimalkan walaupun sedikit, serta kemauan keluarga untuk selalu mendampingi anaknya dalam mengikuti pembelajaran. Tentunya orang tua yang peduli akan perkembangan anaknya, orang tua yang rela menyisihkan waktunya untuk menemani anaknya sangat membatu dalam pelaksanaan pendidikan yang baik.
83
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh IN yaitu: (”Kendalanya banyak sekali salah satunya materi, dimana materi yang disampaikan tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan. Kita harus mencari materi-materi yang mudah dan disederhanakan sendiri dan diambil yang kongkrit-kongkrit saja,selain itu kendala dari ketidak sempurnaan fisik anakanya juga. Serta kekurangan guru dan terlalu tingginya standar kompetensi, mengingat kemampuan anak yang rendah dan kelas yang majemuk. Serta untuk faktor yang mendukung ya hanya dari diri sendiri, dimana di Al’Quran sudah dijelaskan yang intinya seperti ini “Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia” dengan ayat ini saya yakin kalau anak-anak itu di didik dengan benar dan tekun pasti bermanfaat, walaupun hanya untuk dirinya sendiri dan mereka tidak merugikan orang lain”). Sama halnya dengan apa yang diungkapan oleh PKS yaitu (“kita disini kekurangan guru agama, tapi walaupun kekurangan guru beliau-beliau tetap memberikan yang terbaik untuk muridmuridnya”).
Sedangkan permasalahan penyandang cacat menurut Pola Dasar Pembangunan Bidang kesejahteraan Sosial DEPSOS RI yang dikutip oleh (Mangungsong,
2009:141) antara lain:
Kecanggungan/hambatan
fisik
mobilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari, Kecanggungan/gangguan ketrampilan
kerja
produktif,
Hambatan/kecanggungan
Rawan
mental
kondisi
psikologis,
social
ekonomi,
Kecanggungan/hambatan
melaksanakan fungsi sosial. Selain itu orang yang paling banyak menanggung beban akibat keTunagrahitaan adalah orang tua dan keluarga anak tersebut. Oleh sebab itu dikatakan bahwa penanganan anak Tunagrahita merupakan resiko psikiatri keluarga. Keluarga anak Tunagrahita berada dalam resiko, mereka
84
menghadapi resiko yang berat. Saudara-saudara anak tersebut pun menghadapi hal-hal yang bersifat emosional (Soemantri, 2006:117).Hal itu juga sejalan dengan yang diungkapkan oleh wali murid WM yaitu: (“anak gampang lupa mb, jadi harus diingatkan trus ketika sholat, trus mertua saya yang tidak bisa menerima kondisi anak saya, selain itu tetangga saya yang mengejek anak saya sehingga dia tidak mau TPA lagi”).
Dari sini terlihat jelas bahwa permasalahan penyandang Tunagrahita, bukan semata-mata masalah medis yang hanya menyangkut penderita dan keluargnya saja, tetapi sudah berkembang menjadi masalah yang sangat luas dan kompleks, meliputi segi-segi medis, psikologis, sosial, ekonomi, pendidikan dan pekerjaan. Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak kendala atau penghambat yang terjadi untuk memberikan pendidikan agama Islam bagi anak-anak Tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, baik dari anaknya sendiri, dari fasilitas yag ada di sekolahan, bahkan sampai tenaga pengajar masih kurang, serta orang tua yang berperan , meskipun ada faktor pendukung untuk anak-anak mendapatkan pendidikan agama Islam yang jauh lebih dalam lagi. D. Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta Di setiap sekolah baik sekolah umum maupun sekolah khusus tentunya tingkat keberhasilan peserta didiknya sudah menjadi hal yang wajib, itu juga berlaku untuk Sekolah luar biasa Negeri Pembina Yogyakarta. Meski
85
berkebutuhan khusus tingkat keberhasilan dalam pembelajaran tentunya menjadi harga mati buat sekolah ini, walaupun tingkat keberhasilan itu tidak seperti pada sekolah-sekolah umum, tetapi anak mulai berkembang dari awal masuk sampai saat ini, itu sudah dikatakan berkembang baik , anak dapat mengingat gerakan sholat, tata cara berwudhu, menghafal sedikit surat-surat pendek yang diajarkan itu juga sudah merupakan hasil yang baik untuk anak berkebutuhan khusus, anak juga merasa senang saat melakukan pembelajaran dengan metode yang diterapkan, itu juga merupakan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh IN yaitu : (“untuk tingkat keberhasilan mbak sudah ada perkembangan dan kemajuan dibanding dulu waktu awal-awal masuk sini. Anak-anak bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri seperti terbiasa dalam melaksanakan shalat dan menghafal ayat-ayat pendek serta tidak mengganggu orang lain saja sudah cukup mbak”). Hal itu juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh WR yaitu: (“alhamdulilah nilai nya bagus mbk, yang penting mau masuk kelas pas pelajaran agam mbk”).
Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh PKS yaitu : (“Ya sudah ada kemajuan mb, lama kelamaan anak juga bisa sendiri, yang penting anak bisa memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang positif seperti extra robana”).
Hasil pembelajaran agama Islam merupakan barometer bagi baik atau buruknya pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan atau belum. Indikasi keberhasilan dari prose. pembelajaran agama Islam di SLB Negeri Pembina antara lain: kebiasaan buruk siswa sedikit demi sedikit sudah berkurang, siswa
86
dapat menunjukkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik sesama guru, teman, dan orang tua, siswa dapat melakukan sholat dan wudlu sesuai dengan syari’at agama, serta siswa dapat menulis dan menghafal pelajaran sedikit demi sedikit namun hanya terbatas pada kalimat sederhana, hal ini dikarenakan keterbatasan intelektual mereka. Ada beberapa tujuan pendidikan agama Islam yang dipaparkan oleh (Daradjat, 2011:30-33) antara lain : Tujuan Umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik pengajaran, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain menuju menjadi Insan Kamil, Tujuan Akhir Adalah menjadi Insan Kamil yang mati
dan akan menghadap Tuhanya,
Tujuan Sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal, Tujuan Operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Tentunya tujuan inilah yang akan mengarahkan kepada suatu keberhasilan dimana jika tujuan itu tercapai, artinya dengan kata lain tujuan tercapai maka misi berhasil. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan mengenai pendidikan agama Islam pada anak Tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta mengalami perkembangan yang baik, artinya ada perbedaan perilaku yang awalnya belum bisa dan masih perlu arahan dari guru pembimbing untuk melakukan gerakan sholat, tata cara berwudhu sekarang terbiasa melakukan sendiri. Selain itu anak-anak juga dapat menghafal suratsurat pendek, serta anak-anak tidak menggangu kehidupan orang lain lagi.
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Model Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta adalah dengan menggunakan model pembelajaran PAI Adaptif dengan menggunakan metode antara lain: a. Pembelajaran praktik b. Ceramah c. Model Pembiasaan dan, d. demonstrasi 2. Materi Materi yang diberikan merupakan materi yang disederhanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam sendiri yaitu : a. Pendidikan shalat Bagi anak tunagrahita pendidikan shalat hanya ditekankan pada gerakan shalat dan bacaan alfatihahnya saja. b. Wudhu Tentunya dalam melaksanakan kegiatan shalat, wudhu adalah hal yang wajib dilakukan karena wudhu merupakan syarat sah shalat.
88
Dan pada anak tunagrahita materi wudhu juga hanya ditekankan pada gerakan dan urut-urutanya saja. c. Hafalan surat pendek Untuk hafalan surat pendek hanya
surat al-iklas saja yang
dibacakan setiap ada pelajaran PAI sehingga dengan pembiasaan itu, anak bisa menghafal dengan baik. d. Membaca iqro’ Membaca iqro’ juga diberikan untuk anak tunagrahita di SLB Negeri Pembina, agar anak-anak mengenal huruf hijaiyah seperti a, ba, ta, dan tsa saja. 3. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam memberikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta a. Faktor yang menghambat 1) Kelas yang majemuk 2) Inteligensi anak yang rendah atau dibawah rata-rata 3) PAI
yang
tidak
diawasi
oleh
kemenag
melainkan
oleh
kemendiknas jadi guru lebih susah mencari materi yang sesuai dengan keadaan anak 4) Tenaga pengajar yang masih kurang b. Faktor yang mendukung 1) Motivasi dan semangat guru yang tinggi dalam memberikan pembelajaran.
89
2) Fasilitas
sekolah
untuk
menunjang
pembelajaran
yang
dimaksimalkan 3) Kemauan keluarga untuk selalu mendampingi anaknya dalam mengikuti pembelajaran 4. Keberhasilan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Pembina Yogyakarta Dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pendidikan agama Islam pada anak tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta sesuai dengan indikator yaitu anak mengalami perkembangan yang baik, ada perbedaan perilaku yang awalnya masih perlu arahan dari guru dalam melaksanakan shalat dan wudhu sekarang sudah bisa melakukan sendiri sebatas gerakan dan bacaan fatehah nya saja,selain itu anak mampu menghafal surat al-iklas dan anak mulai dapat membaca iqro’ hanya huruf a, ba, ta,tsa. Selain itu anak-anak perilakunya
tidak mengganggu
kehidupan orang lain .
B. Saran 1. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta Jadwal pembelajaran khusus untuk studi pembelajaran agama Islam diperbanyak lagi, agar para siswa dapat meningkatkan kemampuan dan pemahamanya bahwa pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan bagi para Tunagrahita.
90
2. Pembimbing / Guru Pendidikan Agama Islam Supaya memberikan pembelajaran yang lebih kreatif
lagi,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami agama Islam. 3. Orang Tua Orangtua harus lebih sabar dan telaten dalam mendampingi dan membimbing anaknya yang berkebutuhan khusus.
91
DAFTAR PUSTAKA
AbdulMajid & Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Ahmadi, lif khoiru. 2011. Paikem Gembrot. Jakarta : PT Prestasi Puspakarya Astati, Mulyati. 2010. Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Anwar Prabu Mangku Negoro. 2002. Perkembangan Intelejensi Anak dan Pengukurannya. Bandung : Angkasa Bandung Bahri, Syaiful. 2004. Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Darodjat, Zakiah. 1979. Kesehatan Mental. Jakarta : Gunung Agung Daradjat, Zakiah. 2009. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Daradjat, Zakiah. 1987. Pendidikan Islam dalam Perspektif Psikologi Agama. Jakarta: Bina Aksara. Depag. 2003. Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam (Di Sekolah Umum Tingkat Menengah dan Sekolah Luar Biasa). Jakarta: direktorat jendral Kelembagaan Agama Islam. Diretorat Pembinaan SLB. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Khusus Tuna Grahita (SLB-C). 2008. Efendi, Mohamad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara Fuad, Sugiato. 2001. Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:Gramedia. Faisal, Sanapiah.1995. Merancang Penyelenggaraan Penelitian Kualitatif. Malang:Proyek OPF IKIP Malang. Haryati, Nik. 2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta. Hosni, Irham. 2003. Pengantar Pendidikan Tunanetra. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Istanti, Surviani. 2004. Membimbing Anak Memahami Masalah Seks (Panduan Praktis Untuk Orang Tua). Bandung: Pustaka Ulumuddin. Kamus Besar Bahasa Indonesia.1994.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Mangungsong, Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineke Cipta Saifudin Azwar, MA. 2001. Pengantar Psikologi Intelegensi.
92
Sardiman. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta : CV Rajawali Bumi Aksara. Sapariadi, dkk. 1982. Mengapa Anak Berkelainan Perlu Mendapat Pendidikan. Jakarta : Balai Pustaka Smart, Aqila. 2010, Anak cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Smith, J. David. Editor ahli : Mohammad Sugiarmin, Mif Baihaqi. 2009. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung : Nuansa Somantri, T Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Sukmadinata, Nana. 2005. Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Rosa Karya. Rumidi, Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Peneliti Pemula. Yogyakartaa: Gadjahmada Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Ilmiah dan Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito Sutrisno, Hadi.1989.Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Publiser Yusuf. Muri. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia Zakiah Daradjat, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara Zakiah, dkk. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara http//belajarpsikologi.com/2011/02/17). http://banura.edublogs.org/2011/08/27pembelajaran adaptif.html
93
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Dwi Isnaini
Tempat Tanggal Lahir
: Kab Semarang, 02 Desember 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Siroto, candirejo RT 03 RW 01 Ungaran barat.
Jenjang Pendidikan : 1. SD Candirejo 02, Ungaran Barat, lulus tahun 2002 2. MTs. Al – Uswah, Kec Bergas, Kab Semarang , lulus tahun 2005 3. MAN Wonokromo, Bantul,Yogyakarta, lulus tahun 2008 4. STAIN Salatiga sampai sekarang Demikian riwayat hidup ini dibuat sebenar-benarnya.
Ungaran,
Maret 2015
Penulis
94
95
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancara hari/tanggal
:
5. Waktu
:
B. Sasaran Wawancara 1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita. 2. Faktor- faktor penghambat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tuna grahita. 3. Faktor-faktor pendukung model Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tuna grahita.
C. Butir-butir Pertanyaan Daftar pertanyaan wawancara Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Yogyakarta. 1. Bagaiamana sejarah berdirinya SLB Negeri Pembina Yogyakarta? 2. Apa saja Visi dan Misi SLB Negeri Pembina Yogyakarta? 3. Kurikulum apa yang dterapkan diSLB Negeri Pembina Yogyakarta?
96
4. Apakah peserta didik di SLB Negeri Pembina Yogyakarta pada setiap tahunya mengalami peningkatan? Kalau iya berapa jumlahnya? 5. Berapa jumlah murid di SLB Negeri Pembina Yogyakarta? 6. Tata tertip apa sajakah yang berlaku di SLB Negeri Pembina Yogyakarta? 7. Di SLB Negeri Pembina apakah hanya khusus untuk anak tuna grahita atau untuk semua peserta didik yang berkebutuhan khusus? 8. Berapa jumlah kelas yang yang ada di SLB Negeri Pembina ini? 9. Untuk anak tuna grahita dibagi menjadi berapa kelas? 10. Ada berapa kali pertemuan untuk pelajaran PAI di SLB Negeri Pembina Yogyakarta? 11. Adakah progam tambahan PAI untuk peserta didik tuna grahita ? kalau ada 12. Adakah kendala yang dihadapi dalam menjalakan progam tersebut? 13. Bagaimana tingkat kesuksesan progam tersebut?
97
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancara hari/tanggal
:
5. Waktu
:
B. Sasaran Wawancara 1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita. 2. Faktor- faktor penghambat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tuna grahita. 3. Faktor-faktor pendukung model Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tuna grahita.
C. Butir-butir Pertanyaan Daftar pertanyaan wawancara Guru Pendidikan Agama Islam SLB Negeri Pembina Yogyakarta. 1. Ada berapa kelas bagi peserta didik tuna grahita? 2. Bagaimana cara pembagian kelas untuk anak tuna grahita?apakah dikelompokan menurut klasifikasinya atau tidak? 3. Berapa jumlah peserta didik tuna grahita setiap kelasnya?
98
4. Materi PAI apa saja yang diberikan pada anak tuna grahita? 5. Apakah materi yang diberikan sama antara tuna grahita sedang, ringan dan berat? 6. Model pembelajaran seperti apa yang diterapkan untuk menyampaikan materi pelajaran PAI? 7. Apakah sama model pembelajaran yang digunakan utuk peserta tuna grahita ringan, sedang dan berat? 8. Apakah ada kendala dalam menggunakan model pembelajaran seperti itu? 9. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang dihadapi? 10. Bagaiamana tingkat keberhasilan model pembelajaran tersebut?
99
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancara hari/tanggal
:
5. Waktu
:
B. Sasaran Wawancara 1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita. 2. Faktor- faktor penghambat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tuna grahita. 3. Faktor-faktor pendukung model Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tuna grahita.
C. Butir-butir Pertanyaan Daftar pertanyaan wawancara orangtua wali murid tuna grahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. 1. Anak anda kelas berapa? 2. Bagaimana nilai mata pelajaran PAI pada anak ibuk? 3. Apakah anak ibuk mau melakukan sholat dirumah? 4. Bagaimana cara ibuk mengajak anak anda agar mau melakukan sholat?
100
5. Apakah anak ibuk mau mengaji? 6. Bagaimana cara ibuk mengajak anak anda agar mau mengaji? 7. Apakah ada kendala dalam mengajari anak anda agar mau melakukan sholat? 8. Kalau ada kendala, dengan cara apa ibuk mengatasi kendala tersebut? 9. Setiap kali anak anda mau melaksanakan sholat apakah ada hadiah yang diberikan untuk anak anda? 10. Hadiah seperti apa yang anda berikan? 11. Setelah mendapat hadiah apa anak anda akan mau mengulangi melaksanakan sholat setiap harinya,,meskipun tanpa ada hadiah? 12. Jika anak tidak melaksanakan sholat, apa anda memberikan hukuman pada anak anda?
101
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Wawancara hari/tanggal
:
5. Waktu
:
B. Sasaran Wawancara 1. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tuna grahita. 2. Faktor- faktor penghambat model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tuna grahita. 3. Faktor-faktor pendukung model Pembelajaran Agama Islam pada Anak Tuna grahita.
C. Butir-butir Pertanyaan Daftar
pertanyaan wawancara siswa-siswi di SLB Negeri Pembina
Yogyakarta. 1. Anda kelas berapa? 2. Bagaimana nilai mata pelajaran PAI? 3. Apakah anda melakukan sholat dirumah? 4. Kalau iya, hafal tidak gerakan dan bacaan sholatnya?
102
5. Apakah anda mau mengaji? 6. Siapa yang mengajari anda mengaji? 7. Sudah sampai iqro’ berapa? 8. Apakah anda diberi hadiah oleh ibu/bapak ketika anda melakukan sholat/ngaji? 9. Apakah anda dimarahi ketika tidak ngaji/ sholat? 10. Senang tidak dengan pelajaran agama Islam?
103
VERBATIM WAWANCARA KEPADA PEMBIMBING AGAMA ISLAM
A. Identitas Informan 1. Nama informan
: IN
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Alamat
: Melati, Sleman, Yogyakarta
4. Waktu wawancara : Kamis, 26 juli 2012 dan senin,30 juli 2012
B. Hasil Wawancara No 1
Pertayaan
Jawaban
Keterangan
Model pembelajaran
Model pembelajaran yang Model
seperti apa yang
digunakan
diterapkan ibu dalam
menyampaikan pelajaran
memberikan
PAI
pelajaran PAI ?
menggunakan PAI adaptif , yaitu
untuk Pembelajaran.
adalah
dengan
menyesesuaikan
kebutuhan anak
dengan
berbagai metode
seperti
metode
pembiasaan,
ceramah dan demontrasi. 2.
Apakah materi yang
Materi
yang
diberikan Materi
ibu diberikan sama
jelas beda mbk, karena
dengan materi
tingkat intelegenci anak
disekolah umum?
tunagrahita yang rendah tidak mungkin diberikan materi yang sama seperti anak umum. Materinya pun tidak sesuai dengan kurikulum
104
yang
ditentukan
mbk
hanya
mencakup
materi-materi
yang pokok seperti sholat, wudhu
dan
surat-surat
pendek
serta
sholawat
saja. 3
Apakah anak-anak
Belum bisa mbk, Anak-
juga bisa
anak melaksakan shalat
melaksanakan shalat
masih
dengan bacaan shalat
bimbingan karena mereka
yang benar?
masih lupa, wudhunyapun
perlu
juga
adanya
masih
bimbingan
dengan
mbk,
tapi
setidaknya mereka mau melakukan sholat. 4
Untuk pembelajaran
Mereka sudah mengikuti
yang lain selain
semua
tetapi
masih
shalat, seperti
banyak
yang
kurang
membaca iqra,
bahkan
kadang-kadang
shalawatan, dan
ada
menghafalkan surat-
seperti sholat dan wudhu
surat pendek apakah
tadi.
yang
lupa
sama
sudah benar bu? 5
Apakah ada kendala
Kendala yang dihadapi Faktor
yang dihadapi
dengan
model
dengan model
adalah
penyerderhanaan
pembelajaran yang
materi,
ibuk gunakan?
ketidaksempurnaan anak
serta
tersebut penghambat
fisik
tingginya
standar kompetensi yang
105
ditentukan. 6
Selain kendala
Kendala
umum
yang
dengan
dihadapi
model,apakah ada
kurangnya guru dan PAI
kendala lain yang
yang
dihadapi dalam
dengan
pembelajaran PAI?
melainkan diawasi oleh
adalah
tidak
diawasi kemenak
kemendiknas. 7
Menurut ibu adakah
Faktor pendukung dalam Faktor
faktor pendukung
PAI adalah dari
dalam pembelajaran
sendiri
PAI?
bersemangat memberikan
diri pendukung
untuk
selalu
pembelajaran anak-anak
kepada agar
bisa
bermanfaat untuk dirinya sendiri
dan
tidak
mengganggu orang lain. 8
Bagaimana tingkat
Tingkat
keberhasilan dengan
dengan
menggunakan model
diterapkan
pembelajaran yang
adalah anak-anak dapat
ibu terapkan?
bermanfaat bagi dirinya sendiri
keberhasilan Tingkat model
yang keberhasilan
antara
seperti
lain
terbiasa
melaksanakan sholat, dan menghafal pendek
ayat-ayat serta
tidak
mengganggu orang lain.
106
VERBATIM WAWANCARA KEPADA WALI MURID SLB NEEGERI PEMBINA
A. Identitas Informan 1. Nama informan
: WM
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Alamat
: Imogiri Yogyakarta
4. Waktu wawancara : Selasa, 31 juli 2012
B. Hasil Wawancara NO 1
Pertanyaan
Jawaban
Apakah anak ibuk mau
Iya, mbk alhamdulilah
melakukan shalat dirumah
mau mbk, tapi masih
tanpa diingatkan olehh
tergantung dengan saya
ibu?
mbk, kalau saya ingatkan” dek udah waktunyashalat” gitu dulu baru mau shalat mbk.
2
Kalau untuk gerakan dan
Hemm,belum mbk,
bacaan shalanya, apakah
bacaanya pun hanya
sudah hafal buk?
suratfatehahnya aja,sedangkan gerakan anak saya masih saya ingatkan juga mbk.
3
Apakah anak ibuk mau
Dulu mau mengaji di
mengaji buk?
Tpa mbk, tapi diejekin teman-temanya,ahirnya dia gak mau ngaji lagi mbk.
107
Keterangan
4
Kalau untuk puasa mau
Puasa mau mbk, tapi
berpuasa tidak ibuk?
hanya setengah hari aja, mbk, kadang jam 10 udah buka kulkasmakan mbk, tapi nanti saya ingatkan kalau dia sedang berpuasa
5
Bagaimana nilai PAI anak
Alhamdulilah nilainya
ibuk?
bagus mbk, yang penting mau masuk kelas pas pelajaran agama mbk.
6
7
8
Apakah ada hadiah untuk
Iya mbk ada, biar anak
anak jika dia mau
mau untuk melakukan
melakulan shalat maupun
shalat dan puasa itu
puasa?
mbk.
Apakah keluarga ibuk
Ya paling Cuma saya,
juga membantu dalam
ayah nya dan kakaknya
memberikan pembelajaran
saja mbk, diajarin ngaji
agama pada anak ibuk?
iqro’ gitu mbk
Apakah ada kesulitan
anak gampang lupa mb,
yang dihadapi ibu ketika
jadi harus diingatkan
memberikan pengajaran
trus ketika sholat, trus
kepada anak?
mertua saya yang tidak bisa menerima kondisi anak saya, selain itu tetangga saya yang mengejek anak saya sehingga dia tidak mau TPA lagi
108
VERBATIM WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKOLAH SLB NEGERI PEMBINA
A. Identitas Informan 1. Nama informan
: PKS
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Alamat
: Sleman, Yogyakarta
4. Waktu wawancara : Selasa, 31 juli 2012
B. Hasil Wawancara NO 1
Pertanyaan
Jawaban
Ada berapa guru untuk
Disini Cuma ada 2 guru
pelajaran PAI disini pak?
PAI, 1 untuk jenjang SD dan 1 nya untuk SMP dan SMA.
2
Apakah dengan 2 orang
Sebetulnya tidak mbk,
guru pembelajaran dapat
kita disini kekurangan
berjalan dengan baik?
guru agama, tapi walaupun kekurangan guru beliau-beliau tetap memberikan yang terbaik untuk muridmuridnya.
3
Ada berapa kali
Ada satu kali pertemuan
pertemuan untuk pelajaran
dalam satu minggunya.
PAI di SLB ini pak?
109
Keterangan
4
Adakah Program
Ada mb. Disini ada
Tambahan untuk Pelajaran extra seni robana, selain PAI?
itu disini juga ada asrama untuk anak yang mana disitu juga diajarkan tentang ilmu agama.
5
Apakah ada kendala
Ya pastinya ada mb,
dalam tambahan program
seperti anak yang
tersebut?
kadang waktunya extra malah tidak masuk kelas tapi malah jajan, kadang juga lupa tepukan robananya.
6
Bagaimana tingkat
Ya sudah ada kemajuan
keberhasilan program
mb, lama kelamaan
tersebut
anak juga bisa sendiri, yang penting anak bisa memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang positif seperti extra robana.
110
VERBATIM WAWANCARA KEPADA SISWA-SISWI SLB NEGERI PEMBINA
A. Identitas Informan 1. Nama informan
: SS
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Alamat
: Imogiri, Bantul
4. Waktu wawancara : Sabtu, 4 Agustus 2012
B. Hasil Wawancara NO
Pertanyaan
Jawaban
1
Anda kelas berapa?
Kelas 1 SMP TI
2
Apakah
Iya kadang-kadang
anda melak
sholat kadang tidak.
ukan sholat dirum ah? 3
Kalau
iya, hafal tidak
Aku hafal gerakanya, tapi kadang aku lupa, baca nya fatehah.
gerak an dan bacaa n
111
Keterangan
sholat nya? 4
Apakah anda mau
Iya saya ngaji
meng aji? 5
Siapa
yang meng
Kadang ibu kadang ngaji sendiri.
ajari anda meng aji? 6
Dimarahi ibu tidak
Iya ,dimarai
kalau tidak sholat atau ngaji? 7
Suka pelajaran PAI
Suka, gurunya lucu.
tidak?
112
Lampiran 4
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SLB NEGERI YOGYAKARTA
113
114
115
116
117
118
119