Pembelajaran Finger Painting...(Amus Donatus Kulung) 984
PEMBELAJARAN FINGER PAINTING PADA ANAK AGRESIF DI SEKOLAH LUAR BIASA PRAYUWANA YOGYAKARTA FINGER PAINTING ACTIVITY ON LEARNING OF AGGRESISIVECHILD IN PRAYUWANA SPECIAL SCHOOL YOGYAKARTA Oleh: Amus Donatus Kulung Program Studi Pendidikan Luar Biasa Email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran finger painting pada anak agresif di Sekolah Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian berada di SLB-E Prayuwana Yogyakarta. Subjek penelitian yaitu kepala sekolah dan guru. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran finger painting pada anak agresif di Sekolah Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta tahapannya meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan yang dilakukan oleh guru yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran finger painting. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran guru memberikan contoh cara melakukan finger painting dengan menempelkan alas tempat melukis di papan lukis. Pada tahap evaluasi guru memberikan penguatan positif, motivasi, dan reward. Guru mengumpulkan hasil karya anak dan memberikan pujian kepada anak yang berhasil melakukan finger painting dengan rapi. Pembelajaran menggunakan finger painting dianggap berhasil karena mampu membuat siswa tenang dan lebih fokus serta mudah dikendalikan. Kata Kunci: Pembelajaran Finger Painting, dan Perilaku Anak Agresif Abstract This study aimed to describe the learning finger painting on aggressive children at Special School Prayuwana Yogyakarta. This research is a descriptive qualitative approach. The research location is in SLB-E Prayuwana Yogyakarta. Subject of research that principals and teachers. Methods of data collection using interviews, observation, and documentation. Data were analyzed using qualitative descriptive analysis. Technique authenticity of data using triangulation techniques and methods. The results of this study indicate that the learning finger painting on aggressive children in Special Schools Prayuwana Yogyakarta stage includes the preparation, implementation, and evaluation. At this stage of preparations made by the teacher is to prepare the tools and materials required in learning finger painting. During the implementation phase of learning the teacher gives an example of how to do finger painting with a paint stick pads on the board painting. At the stage of evaluation of teachers give positive reinforcement, motivation and reward. The teacher collects the students' work and give praise to the children who managed to do finger painting neatly. Learning to use finger painting was considered successful because it makes the students calm and more focused and easier to control. Keywords: Learning Finger Painting, and Child's Aggressive Behavior
PENDAHULUAN Masalah perilaku
merupakan masalah yang sangat penting anak
agresif
bukanlah suatu masalah baru bagi orang tua dan guru. Masalah perilaku agresif pada anak
karena
berdampak
perkembangan,
masa
bagi depan
pertumbuhan, anak,
dan
tentunya perilaku agresif tersebut dapat
985 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
berdampak negatif pada kehidupan anak di
jelas akan memicu perilaku agresif anak
kemudian hari. Deddy Mulyono (2004: 44)
untuk
mendefinisikan agresif sebagai suatu cara
agresif.
untuk
melawan
dengan
sangat
memberontak
Bentuk
kuat,
perilaku
dengan
berperilaku
agresif
memiliki
berkelahi, melukai, menyerang, membunuh,
karakteristik yang sangat beragam dari yang
atau menghukum orang lain.
ringan hingga yang berat dan biasanya dapat adalah
dinyatakan secara perkataan (verbal) maupun
tindakan yang dimaksudkan untuk melukai
dalam perbuatan (non-verbal). Purwata Edi
orang lain atau merusak milik orang lain.
(2005: 30-31) menjelaskan bahwa perilaku
Namun, yang menjadi masalah serius adalah
agresif secara verbal menurut memiliki ciri-
apabila pola-pola agresif ini menetap dan
ciri antara lain adanya penggunaan bahasa
berlebihan. Anak yang agresif cenderung
yang
menampilkan
menyerang,
mengkritik dengan pedas, menghina dan
bertingkah laku temperamental bila merasa
memanggil orang lain dengan nama yang
frustrasi, suka bertengkar, memilih berkelahi
tidak disukai oleh orang lain. Sedangkan ciri-
untuk menyelesaikan masalah, bahkan tidak
ciri perilaku agresif secara fisik atau non-
memperdulikan hak dan harapan orang lain.
verbal antara lain menggigit, menendang,
Dampak yang sangat merugikan apabila
memberontak,
orang tua dan guru tidak dengan sungguh-
mendorong,
sungguh mengatasi perilaku anak agresif
berkelahi, memukul serta perilaku destruktif
tersebut
lain yang mengganggu kesenangan dan
Secara
singkatnya
sikap
adalah
agresif
yang
mampu
membahayakan
dirinya dan lingkungan sekitarnya. Penyebab
meningkatnya
kasar,
sering
bertengkar
mengganggu, menyerang,
mulut,
merusak,
mendominasi,
ketenangan orang lain (Anatasari, 2006: 7). perilaku
Anak
tunalaras
memiliki
perilaku
agresif dapat berasal dari berbagai faktor.
agresif
Anatasari (2006: 25) menyebutkan bahwa
perbuatan (non-verbal). Secara verbal terlihat
salah
timbulnya
bahwa anak tunalaras menggunakan bahasa
perilaku agresif adalah faktor keluarga.
yang kasar baik kepada teman sebaya
Faktor
lain
maupun kepada guru yang mengajar apabila
komunikasi yang kurang baik antara orang
guru tersebut tidak menuruti keinginannya.
tua dan anak, tidak konsistennya orang tua
Selain itu, anak tunalaras suka menghina dan
dalam menerapkan aturan dan disiplin,
memanggil orang lain dengan nama julukan.
satu
faktor
keluarga
penyebab
tersebut
antara
secara
perkataan
perbuatan
(verbal)
dan
misalnya orang tua melarang sesuatu untuk
Secara
tidak dilakukan anak padahal orang tua
berdasarkan
tersebut bertindak sebaliknya. Kondisi ini
tunalaras pernah melakukan tindakan seperti
informasi
dari
(non-verbal) guru,
anak
Pembelajaran Finger Painting...(Amus Donatus Kulung) 986
menendang,
cara
para peserta didik dapat mengeksplorasi
keluar kelas apabila pelajarannya tidak
perasaannya, memperoleh wawasan tentang
disukai, mengganggu teman sebaya di kelas,
nilai,
mendominasi,
mengembangkan
perilaku
memberontak
berkelahi,
destruktif
dengan
memukul
dan
persepsi,
serta
keterampilan
dalam
seperti
memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini
mengempeskan ban kendaraan bermotor
menjadi penting mengingat, melalui proses
guru yang tidak disukai anak tunalaras secara
pembelajaran
berulang-ulang.
meningkatkan kepercayaan diri dan dapat
Berdasarkan
lain
serta
sikap,
permasalahan
di
atas
digunakan
finger
secara
painting
mampu
maksimal
untuk
maka perlunya pendekatan yang dapat
mengekspresikan diri anak dengan perilaku
digunakan untuk mengatasi perilaku anak
agresif.
agresif,
METODE PENELITIAN
salah
pembelajaran
satunya finger
adalah
melalui
painting.
Finger
Jenis Penelitian
painting adalah kegiatan membuat gambar
Penelitian ini merupakan penelitian
yang dilakukan dengan mengoleskan adonan
deskriptif. Penelitian yang digunakan adalah
warna (bubur warna) secara langsung dengan
penelitian
deskriptif.
jari tangan secara bebas di atas bidang
digunakan
pada
gambar (Pamadi dan Sukardi, 2010: 35).
pendekatan kualitatif. Metode penelitian
Pembelajaran menggunakan finger painting
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bukan hanya tangan saja yang bergerak tetapi
studi kasus (case study) dimana peneliti
juga seluruh anggota tubuh ikut dilibatkan.
berusaha
Finger painting dipilih oleh peneliti sebagai
pembelajaran
pendekatan dalam pembelajaran di SLB-E
perubahan perilaku anak agresif di SLB-E
Prayuwana Yogyakarta karena pembelajaran
Prayuwana Yogyakarta.
finger painting ini mempunyai kelebihan
Waktu dan Tempat Penelitian
yang dapat digunakan untuk membantu anak dalam mengekspresikan emosi mereka. Selain itu, pada proses pembelajaran finger painting terdapat suatu hubungan
untuk
Pendekatan
penelitian
ini
mengetahui
finger
yang adalah
bagaimana
painting
terhadap
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2016. Lokasi penelitian berada di SLB-E Prayuwana Yogyakarta. Subjek Penelitian
antara tindakan fisik dan menyentuh cat
Subjek penelitian ini adalah kepala
dengan sesuatu di dalam diri mereka. Finger
sekolah, dan guru. Objek penelitian ini
painting juga mempunyai potensi untuk
adalah
spiritual dan kesehatan psikologi. Melalui
painting pada anak tunalaras tipe agresif di
pembelajaran finger painting
SLB-E Prayuwana Yogyakarta.
diharapkan
mengenai
pembelajaran
finger
987 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data Teknik
pengumpulan
data
menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
mengumpulkan
digunakan informasi
untuk mengenai
pembelajaran finger painting pada anak agresif di Sekolah Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta. Observasi digunakan untuk serta
mengumpulkan
data
mengenai pembelajaran finger painting pada anak
agresif
menyediakan handuk dan lap untuk melap tangan setelah melakukan kegiatan finger painting (Wawancara Guru, 18 Juli 2016). Finger painting ini dapat mempergunakan
Wawancara
mengamati
menyediakan air untuk mencuci tangan, dan
di
Sekolah
Luar
Biasa
berbagai
data mengenai pembelajaran finger painting pada anak agresif di Sekolah Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta. Teknik keabsahan data yang diperoleh menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran Finger Painting Pada Anak Agresif di Sekolah Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta Persiapan Guru Pada Pembelajaran Finger Painting di Sekolah Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta Persiapan yang dilakukan oleh guru
dan
warna,
dengan
menggunakan tepung kanji, adonan kue, pasir dan sebagainya. Aktifitas ini penting dilakukan sebab akan memberikan sensasi pada jari sehingga dapat merasakan kontrol gerakan jarinya dan membentuk konsep gerak untuk menuangkan emosi yang dialami anak agresif.
Prayuwana Yogyakarta. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
media
Berdasarkan dilakukan
hasil
peneliti,
observasi
yang
kegiatan finger
painting di Sekolah Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta dilaksanakan di luar ruang kelas. Guru memilih halaman depan kelas sebagai tempat anak untuk melaksanakan kegiatan. Selain untuk memberikan suasana yang berbeda di kelas saat melakukan kegiatan pembelajaran, menurut guru di Sekolah Luar Biasa
Prayuwana
Yogyakarta
tersebut
pemilihan kegiatan di luar kelas juga bertujuan untuk memberikan kesan bebas agar anak dapat mengerjakan tugasnya secara leluasa. Sebelum menyiapkan
kegiatan
dimulai
peralatan finger
guru
painting
pada pembelajaran finger painting di Sekolah
terlebih dahulu. Cat untuk kegiatan finger
Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta yaitu
painting dibagi dalam tiga warna yaitu
guru menyediakan kertas karton untuk
merah, hijau, dan kuning. Masing-masing cat
melukis, beberapa mangkok yang berisi kanji
lalu diletakkan pada mangkuk-mangkuk
yang sudah diberi berbagai macam warna,
kecil sehingga setiap anak bebas memilih
Pembelajaran Finger Painting...(Amus Donatus Kulung) 988
warna
apa
yang
mereka
sukai
untuk
melakukan finger painting.
membantu
Setelah itu guru memberikan contoh cara
melakukan finger
painting diadakan
painting dengan
karena
kreativitas
kegiatan anak
ini dan
mengembangkan keterampilan motorik halus anak karena kegiatan ini langsung dengan
menempelkan alas tempat melukis di papan
jari-jari
lukis.
cara
painting, kendala yang dijumpai guru adalah
mengambil cat agar anak tidak terlalu banyak
kemauan anak untuk memegang cat warna
mengambil
untuk
dengan menggunakan jari mereka. Terlihat
melukis. Guru memberikan contoh cara
beberapa waktu anak merasa jijik memegang
melukis di dalam lingkaran agar anak dapat
cat warna yang lengket bahkan guru perlu
memenuhi lingkaran dengan cat warna
membujuknya. Untuk mengatasi kendala
dengan kombinasi warna sesuai keinginan
tersebut maka guru selalu memberikan
anak secara merata dan rapi dengan jari
motivasi kepada anak untuk tidak takut kotor
mereka.
menyentuh
Guru
memberikan
cat
yang
contoh
digunakan
Setelah guru menerangkan cara-cara
anak.
cat
Dalam
warna
kegiatan finger
dan
melakukan
pendampingan individu kepada anak yang
melakukan finger painting, anak diminta
tidak
untuk menirukan aktivitas guru. Pada saat
painting sampai
anak melaksanakan kegiatan finger painting,
melakukan kegiatan.
guru memberikan penguatan positif kepada
Pembelajaran Finger Painting Pada Anak Agresif di Sekolah Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta
anak seperti “pintar”, “bagus”, atau “oke”
mau
mengerjakan finger anak
tersebut
bersedia
dan memberikan motivasi kepada mereka untuk tidak jijik memegang cat warna dengan
jari.
Anak
yang
telah
selesai
mengerjakan tugas lalu menunjukkan hasil karyanya
kepada
guru
lalu
guru
mempersilahkan anak untuk menjemur hasil karya mereka di dekat kelas agar kering. Setelah hasil karya anak cukup kering, guru mengumpulkan
hasil
karya
anak
dan
memberikan pujian serta reward kepada anak untuk anak yang berhasil melakukan finger painting dengan rapi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas, kegiatan finger
Selain itu, hasil pengamatan kepada Siswa “RD” sebagai anak dengan perilaku agresif di SLB-E Prayuwana Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa “RD” merupakan anak yang memiliki perilaku agresif secara perkataan (verbal) dan perbuatan (nonverbal). Secara verbal terlihat bahwa siswa “RD” menggunakan bahasa yang kasar baik kepada teman sebaya maupun kepada guru yang mengajar apabila guru tersebut tidak menuruti keinginannya. Selain itu, siswa “RD” suka menghina dan memanggil orang lain dengan nama julukan. Sedangkan, secara
989 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
berdasarkan
konsentrasi untuk belajar mereka kurang. Hal
informasi dari guru, siswa “RD” pernah
ini dikarenakan siswa RD lebih menyukai
melakukan tindakan seperti menendang,
kegiatan bermain dari pada belajar. Selain
memberontak dengan cara keluar kelas
itu,
apabila
disukai,
pembelajaran seperti biasa akan tetapi siswa
kelas,
RD sering meninggalkan ruangan kelas
perbuatan
(non-verbal)
pelajarannya
tidak
mengganggu
teman
mendominasi,
berkelahi,
perilaku
sebaya
destruktif
di
memukul lain
serta seperti
meskipun
apabila
sudah
siswa
RD
bosan
mengikuti
dengan
proses
pembelajaran.
mengempeskan ban kendaraan bermotor
Tindakan guru dalam menghadapi
guru yang tidak disukai siswa “RD” secara
siswa berdasarkan hasil wawancara dapat
berulang-ulang.
dijelaskan bahwa guru melakukan tindakan
Ditinjau dari perilaku belajarnya siswa
yang
lebih
kepada
siswa
agar
dapat
“RD” merupakan siswa yang lebih menyukai
mendengarkan
bermain dari pada belajar. Hal ini senada
menasehati siswa, memperlakukan siswa
dengan pernyataan subjek yang menyatakan
dengan bijaksana bagaimanapun perilaku
bahwa “lebih suka main daripada belajar”
agresif siswa tersebut. Selain itu, bersikap
(Wawancara Guru, tanggal 18 Juli 2016).
selalu tenang dan sesantai mungkin dalam
Kegiatan
kegiatan
menasehati siswa RD. Hal ini menjadi
menyenangkan karena tidak ada tuntutan
penting mengingat, siswa RD memiliki sikap
seperti pada saat belajar misalnya membuat
mudah marah ketika sesuatu tidak berjalan
PR, mengumpulkan tugas, dll. Disamping
sesuai
itu, perilaku belajarnya yang rendah juga
ditimbulkan siswa RD diantaranya memukul,
disebabkan karena kecerdasan intelegensi
berteriak dan melemparkan sesuatu ke siapa
siswa RD berbeda dengan siswa dikelasnya.
saja (Wawancara Kepala Sekolah, tanggal 18
Karena kegemarannya yang lebih menyukai
Juli 2016).
bermain
dianggap
penjelasan
kemauannya.
guru,
Dampak
seperti
yang
bermain dari pada belajar menyebabkan
Tindakan lainnya yang dilakukan guru
siswa RD susah untuk diajak belajar atau
adalah dengan memberikan dia sebuah buku
mempelajari
terkecuali
atau bacaan lainnya untuk membaca tentang
menggambar dan olah raga (Wawancara
suatu cerita yang menarik disertai dengan
Kepala Sekolah, tanggal 18 Juli 2016).
adanya berbagai macam gambar. Selain itu,
suatu
Berdasarkan
pelajaran
dan
guru juga membiarkan siswa RD ke luar
observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
kelas supaya tidak menggangu pembelajaran
pada
di
dasarnya
hasil
siswa
wawancara
RD
mengikuti
pembelajaran seperti anak biasa, namun
kelas.
Hal
ini
dilakukan
sebagai
pengalihan kemarhan siswa RD supaya tidak
Pembelajaran Finger Painting...(Amus Donatus Kulung) 990
membahayakan siswa lainnya yang ada
tangan yang penuh cat tersebut di atas kertas
disekitarnya (Wawancara Guru, tanggal 18
dengan menggunakan gerakan memutar-
Juli 2016).
mutar (Hasil Observasi, 18 Juli 2016).
Penggunaan
finger
painting yang
Finger painting dapat membuat Siswa
diberikan kepada Siswa RD mendapatkan
RD tenang dan lebih fokus serta mudah
respon yang sangat baik (Wawancara Guru,
dikendalikan. Seperti orang yang sedang
tanggal 18 Juli 2016). Siswa RD sangat
berada di dalam dunianya sendiri dan seperti
berantusias
lepas dari lingkungan sekitarnya. Siswa RD
dalam
mengikuti
kegiatan
menggambar menggunakan cat. Berbeda
seperti
dengan pembelajaran menggambar biasanya,
menuangkan apa yang dirasakan melalui
siswa RD cepat sekali bosan, kurang
sebuah gambar dan cat tanpa ada batasan.
bersemangat dan waktu menggambar sangat
Hasil dari gambar siswa RD sangat tidak
singkat, sedangkan dengan aktivitas finger
berbentuk
drawing, siswa RD dapat menghabiskan
penggunaan
waktu hampir 2 jam (Wawancara Guru,
membuat siswa RD terlihat sangat senang
tanggal 18 Juli 2016).
dan sangat menikmati tindakannya tersebut.
diberikan
atau
kebebasan
abstrak. finger
Akan
dalam
tetapi
painting tersebut
Hasil observasi menunjukkan bahwa
Terkadang Siswa RD sambil tertawa kecil,
siswa RD terkadang berteriak-teriak atau
dan kembali memainkan cat yang ada di
ribut karena merasa senang dan dapat
telapak tangannya.
mengekspresikan
emosi
dan
Hal ini sejalan dengan teori Bandi
menggambar
dan
Delphie (2006: 66) yang menyatakan bahwa
mewarnai. Pada proses tersebut, Siswa RD
pendekatan seni sebagai media pelepasan
juga
mengekspresikan
bagi anak karena seni adalah media yang
kesenangannya dan tanpa sadar hampir
paling mudah bagi anak untuk mengeluarkan
merusak gambar itu sendiri (Hasil Observasi,
perasaan, kekerasan, cinta, konflik dan
18 Juli 2016).
kebingungan. Seni dapat digunakan untuk
perasaanya
melalui
terlihat
Siswa
seluruh
RD
terlihat
bermain-main
membantu mengatasi perasaan cemas dan
dengan cat dan kertas yang digunakan
ketidakberdayaan Segala bentuk ekspresi dan
menggambar. Siswa RD meminta peneliti
seni dapat menjadi jalan untuk rnendapatkan
untuk menuangkan cat di atas kedua telapak
kesenangan,
tangan Siswa RD. Setelah itu, siswa RD
pengungkapan kemarahan bagi anak.
pelepasan
ketegangan
atau
beraksi dengan melumuri tangannya dan
Finger painting dipilih oleh peneliti
mencampurkan cat tersebut dengan kedua
sebagai pendekatan dalam pembelajaran di
tangannya dan kemudian mulai menaruh
SLB-E
Prayuwana
Yogyakarta
karena
991 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
pembelajaran finger painting ini mempunyai
Anak-anak
yang
frustasi
kelebihan yang dapat digunakan untuk
mengeluarkan
membantu anak dalam mengekspresikan
mengaduk-aduk cat dengan kedua tangannya
emosi mereka. Selain itu, pada proses
di atas kertas atau dengan menciprat-
pembelajaran finger painting terdapat suatu
cipratkan air atau dengan meremas-remas
hubungan
dan
spon. Dengan kegiatan tersebut, anak dapat
menyentuh cat dengan sesuatu di dalam diri
memindahkan energi-energi yang kurang
mereka. Finger painting juga mempunyai
baik ke bentuk yang tidak membahayakan
potensi
(Sunardi, 1995). Secara khusus tujuan finger
antara
untuk
psikologi.
tindakan
spiritual
Melalui
fisik
dan
kesehatan
pembelajaran
frustasinya
dengan
dapat cara
finger
painting adalah melatih keterampilan tangan,
painting diharapkan para peserta didik dapat
kelentukan, kerapian, dan keindahan. Sejalan
mengeksplorasi perasaannya, memperoleh
dengan pendapat Triyatno Pristiwoluyo &
wawasan tentang nilai, sikap, dan persepsi,
Sodiq (2005: 132) bahwa kegiatan finger
serta mengembangkan keterampilan dalam
painting dapat membantu anak untuk melatih
memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini
gerakan tubuh.
menjadi penting mengingat, melalui proses pembelajaran
finger
painting
mampu
Finger painting dipilih oleh peneliti sebagai pendekatan dalam pembelajaran di
meningkatkan kepercayaan diri dan dapat
SLB-E
digunakan
untuk
pembelajaran finger painting ini mempunyai
mengekspresikan diri anak dengan perilaku
kelebihan yang dapat digunakan untuk
agresif.
membantu anak dalam mengekspresikan
secara
maksimal
Prayuwana
Yogyakarta
karena
Penggunaan finger painting pada siswa
emosi mereka. Selain itu, pada proses
RD menyebabkan adanya perubahan perilaku
pembelajaran finger painting terdapat suatu
pada saat pembelajaran. Berdasarkan hasil
hubungan
wawancara dengan guru diketahui bahwa
menyentuh cat dengan sesuatu di dalam diri
siswa RD terlihat lebih tenang, lebih
mereka. Finger painting juga mempunyai
terkendali, ceria, senang, dan lebih fokus
potensi
pada menggambarnya dan kelihatan lebih
psikologi.
puas karena mampu meluapkan segala
painting diharapkan para peserta didik dapat
emosinya melalui menggambar. Hal ini
mengeksplorasi perasaannya, memperoleh
sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
wawasan tentang nilai, sikap, dan persepsi,
aktivitas bermain air dan mencat dengan
serta mengembangkan keterampilan dalam
tangan, dapat menenangkan anak.
memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini
antara
untuk
tindakan
spiritual
Melalui
dan
fisik
dan
kesehatan
pembelajaran
finger
menjadi penting mengingat, melalui proses
Pembelajaran Finger Painting...(Amus Donatus Kulung) 992
pembelajaran
finger
mampu
menyediakan air untuk mencuci tangan, dan
meningkatkan kepercayaan diri dan dapat
menyediakan handuk dan lap untuk melap
digunakan
untuk
tangan setelah melakukan kegiatan finger
mengekspresikan diri anak dengan perilaku
painting. Setelah itu guru memberikan
agresif.
contoh
secara
Sehingga
painting
maksimal
dapat
dijelaskan
bahwa
adanya penggunaan finger painting di SLB-E
melakukan finger
cara
painting dengan menempelkan alas tempat melukis di papan lukis.
Prayuwana Yogyakarta ternyata memiliki
Guru
memberikan
contoh
cara
dampak positif bagi lingkungannya. Hal ini
mengambil cat agar anak tidak terlalu banyak
ditunjukkan dari perilaku RD sebagai anak
mengambil
agresif
untuk
melukis. Guru memberikan contoh cara
kegiatan
melukis di dalam lingkaran agar anak dapat
menggurangi
memenuhi lingkaran dengan cat warna
tingkah laku agresif siswa terhadap teman-
dengan kombinasi warna sesuai keinginan
temannya dan lebih focus pada aktivitasnya
anak secara merata dan rapi dengan jari
dalam menggambar. Dampak positif yang
mereka. Setelah guru menerangkan cara-cara
dirasakan oleh guru yaitu guru dapat
melakukan finger painting, anak diminta
memonitoring
aktivitas
untuk menirukan aktivitas guru. Pada saat
menggambar, dan memudahkan guru dalam
anak melaksanakan kegiatan finger painting,
memberikan
selanjutnya.
guru memberikan penguatan positif kepada
Selain itu, dampak bagi teman sekelas RD
anak seperti “pintar”, “bagus”, atau “oke”
yaitu teman-teman RD tidak terganggu oleh
dan memberikan motivasi kepada mereka
sikap agresif RD, karena RD mempunyai
untuk tidak jijik memegang cat warna
kesenangan yang membuat lebih focus pada
dengan jari.
lebih
meluapkan
bisa
berekpresi
emosinya
menggambar,
dan
melalui
mampu
siswa
dalam
pembelajaran
aktivitas menggambarnya.
cat
yang
digunakan
untuk
Anak yang telah selesai mengerjakan
SIMPULAN
tugas lalu menunjukkan hasil karyanya
Simpulan
kepada guru lalu guru mempersilahkan anak
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
untuk menjemur hasil karya mereka di dekat
bahwa Persiapan yang dilakukan oleh guru
kelas agar kering. Setelah hasil karya anak
pada pembelajaran finger painting di Sekolah
cukup kering, guru mengumpulkan hasil
Luar Biasa Prayuwana Yogyakarta yaitu
karya anak dan memberikan pujian serta
guru menyediakan kertas karton untuk
reward kepada
melukis, beberapa mangkok yang berisi kanji
berhasil melakukan finger painting dengan
yang sudah diberi berbagai macam warna,
rapi.
anak
Pembalajaran
untuk
anak
menggunakan
yang
finger
993 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 10 Tahun 2016
painting
dianggap
berhasil
karena
pembelajaran menggunakan finger painting pada siswa yang memiliki perilaku agresif dapat membuat Siswa RD tenang dan lebih fokus serta mudah dikendalikan. Saran Be asarkan hasil penelitian maka saran penelitian sebagai berikut. Bagi Kepala Sekolah 1. Kepala sekolah hendaknya melakukan evaluasi secara berkala terhadap guru kelas dalam penanganan siswa. 2. Hendaknya mengadakan pertemuan secara kontinu bagi kepala sekolah, guru kelas, dan orang tua dengan mengundang para ahli
di
bidangnya
untuk
membahas
pelayanan pendidikan dan persoalan yang ada di lapangan. Hal ini dilakukan supaya dapat mengatasi dengan dini segala bentuk permasalahan yang ditimbulkan dari siswa. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti
lain
hendaknya
melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan yang berbeda dan dengan objek yang berbeda pula, sehingga hasil dari penelitian akan dapat lebih menyempurnakan hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anatasari. (2006). Menyikapi perilaku agresif anak. Yogyakarta: Kanisius. Bandi Delphie. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama Deddy Mulyono. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya Bandung. Purwanta Edi. (2005). Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas, Dikti, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan PerguruanTinggi. Sunardi (1995). Ortopedagogik Anak Tunalaras. Surakarta: Dikjen Dikti. Depdikbud DIKTI Proyek Pendidikan Tenaga Guru Triyatno Pristiwoluyo & Sodiq. (2005). Pendidikan Anak Gangguan Emosi. Jakarta: Dikjen Dikti. Depdikbud DIKTI Proyek Pendidikan Tenaga Guru.