Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan .... (Bangun Prihanto) 23
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN THE IMPLEMENTATION OF LEARNING WOODCARFT SKILLS OF CHILDREN WITH MILD MENTAL RETARDATION IN SLB YAPENAS SLEMAN Oleh: Bangun Prihanto, Pendidikan Luar Biasa, Email:
[email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran, ketercapaian hasil dan kemampuan anak dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subyek penelitian yaitu seorang guru keterampilan kriya kayu dan dua anak tunagrahita kategori ringan kelas X. Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dengan mereduksi data, display data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan guru mengawal tahapan persiapan pembelajaran dengan menentukan tujuan pembelajaran, materi dan metode dilanjutkan proses pembelajaran. Materi yang diberikan mengenai tahapan pengerjaan produk dari penyiapan alat dan bahan, proses pengerjaan, dan proses finishing. Metode yang digunakan guru yaitu metode ceramah dan pemberian tugas, sedangkan strategi pembelajaran yang digunakan yaitu shaping, prompting, dan fading. Evaluasi melalui praktek kerja setiap tahapan pengerjaan produk. Kedua subyek mampu menyiapkan dan menggunakan peralatan manual, semi manual serta menguasai sebagian teknik kerja kayu. Kesulitan yang dialami oleh kedua subyek meliputi, desain produk, penandaan pengukuran bahan dan pengoperasian peralatan masinal. Kata kunci: pembelajaran keterampilan kriya kayu, anak tunagrahita kategori ringan Abstract This research aims to describe the implementation of learning, achievement of results and the ability of children in learning wood craft skills of the children with mild mental retardation in SLB Yapenas Sleman. This research was a descriptive study using qualitative approach. The subjects of this research was a wooden craft skills teacher and two children with mild mental retardation form the studens of grade 10. Methods of the data collection that was interview , observation , and documentation. Step analyze the data that was reducing the data , making display and draw conclusions. The results showed the teacher started teaching with preparation, including learning objectives and instructional material. The material provided concerning the construction stage of a product of the preparation of tools and materials, the process, and finishing prosess. The method used by the teacher was lecturing and giving tasks, while learning strategies used by teachers are shaping, prompting and fading. The evaluation process through each stage of the working practices of workmanship of the product. Two subjects were able to prepare and use the equipment manual, semi-manual and controlled most of the wood working techniques. Difficulties experienced by two subjects include, product design, marking the measurement of material and equipment operation masinal. Keywords: woodcraft skill learning , children with mild mental retardation .
24 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 1 Tahun 2017
Meskipun anak tunagrahita kategori ringan
PENDAHULUAN Anak
berkebutuhan
khusus
memiliki
hambatan,
namun
anak
yang
tunagrahita ringan masih memiliki potensi
pada
yang dapat dikembangkan. Optimalisasi
umumnya, dilihat dari berbagai aspek
potensi anak tunagrahita kategori ringan
seperti pendidikan, kemandirian, interaksi
dilakukan dengan harapan agar mereka
sosial
Sehubungan
dapat hidup dan memiliki kemandirian,
dengan hal tersebut maka perlu diciptakan
sehingga tidak menggantungkan diri pada
langkah-langkah efektif agar pendidikan
orang lain. Salah satu upaya yang dapat
bagi anak berkebutuhan khusus dapat
dilakukan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
kemampuan anak tunagrahita ringan yaitu
yakni menumbuhkan kemandirian anak.
memberikan
Menurut Mimin Casmini (2007:3) Sekolah
Menurut
Dwi
Luar Biasa (SLB) merupakan salah satu
pendidikan
keterampilan
lembaga pendidikan yang dipersiapkan
membantu peserta didik mengembangkan
untuk
kemampuan, kesanggupan dan keterampilan
memerlukan berbeda
layanan
dengan
dan
anak
normal
keterampilan.
menangani
pelayanan
pendidikan
dan
pendidikan
penyandang
jenis
memberikan khusus
kelainan
bagi tertentu,
yang
anak tunagrahita kategori ringan. Pada dasarnya anak tunagrahita kategori ringan masih mampu untuk mempelajari hal-hal yang bersifat akademik seperti membaca, menulis,
dan
berhitung
yang
sifatnya
terbatas. Anak tunagrahita kategori ringan mengalami
keterlambatan
dalam
perkembangan kognitif, sosial, dan perilaku adaptif yang berdampak pada kemampuan belajar,
kemampuan
beradaptasi
serta
mengalami hambatan dalam menolong diri, sehingga
anak
membutuhkan Psychiatric
tunagrahita
ringan
bimbingan
(American
Association,
2013:33).
mengoptimalkan
pendidikan
keterampilan.
Sugiyanto
diperlukan
(2011:7)
adalah
untuk
proses
menjalankan
kehidupan.
termasuk di dalamnya anak tunagrahita. Salah satu klasifikasi anak tunagrahita yaitu
untuk
Salah satu bentuk keterampilan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita kategori ringan yaitu keterampilan kriya kayu. Menurut Enget (2008:2) berpendapat bahwa seni kriya kayu adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian khusus yang berkaitan dengan tangan atau disebut kerajinan tangan dalam mengolah bahan
mentah
keterampilan tunagrahita
kayu.
kriya kategori
kayu ringan
Pembelajaran untuk
anak
merupakan
bidang pengajaran yang diberikan kepada anak
untuk
melatih
keterampilan,
menciptakan sesuatu karya dari kayu dan mempersiapkan anak dalam bekerja serta usaha untuk mengembangkan kemampuan
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan .... (Bangun Prihanto) 25
yang dimilikinya. Keterampilan kriya kayu
memiliki
merupakan salah satu bekal keterampilan
Meskipun sekolah sudah memiliki peralatan
yang diberikan di SLB Yapenas untuk
yang bervasiasi, namun jumlahnya hanya
menyiapkan anak dalam menghadapi dunia
mencukupi untuk sebagian anak. Hal tersebut
kerja.
menyebabkan
Tujuan
lain
dari
pemberian
tingkat
anak
pengoperasian
harus
sulit.
menggunakan
keterampilan kriya kayu menurut Depdiknas
peralatan secara bergantian. Sementara untuk
(2006:1)
untuk,
ruang keterampilan kriya kayu dengan luas
menumbuhkembangkan daya apresiasi dan
6x5 meter menyebabkan anak mengalami
etos kerja dalam bidang seni dan kerajinan
kesulitan untuk melakukan mobilitas.
bertujuan
sesuai dengan kemampuan peserta didik,
Anak tunagrahita kategori ringan
imajinatif,
dalam menggunakan peralatan keterampilan
pengetahuan,
kriya kayu sering tidak tepat atau masih salah
keterampilan dan sikap sebagai bekal bagi
dalam penggunaannya. Misalkan, anak masih
peserta didik di dalam memasuki kehidupan
mengalami kesulitan untuk memotong kayu
di
mengembangkan intelektual,
kemampuan
kreatifitas,
masyarakat,
dan
menggunakan gergaji sesuai ukuran yang
kepercayaan
diri
ditentukan, anak mengalami kesulitan dalam
bagi peserta didik agar mampu memecahkan
menggunakan peralatan semimasinal seperti
problema
bor dan ketam mesin, serta anak belum dapat
tengah
–
tengah
menumbuhkembangkan
hidup
dan
kehidupan
di
menggunakan
masyarakat.
peralatan
masinal
seperti
SLB
mesin bubut dan mesin gergaji duduk.
Yapenas Sleman pelaksanaan pendidikan
Kesulitan lain yang masih dialami oleh anak
keterampilan
tunagrahita
Berdasarkan
anak
observasi
di
tunagrahita
kategori
kategori
ringan
dalam
ringan dalam keterampilan kriya kayu sudah
keterampilan kriya kayu yaitu desain produk
berjalan dan sudah menghasilkan berbagai
dan pengukuran bahan. Untuk mengurangi
macam produk keterampilan dari kayu.
kesalahan yang dilakukan oleh anak perlu
Peralatan
diberikan latihan dan bimbingan secara terus
yang
digunakan
dalam
keterampilan kriya kayu sudah bervariasi dari
– menerus.
peralatan yang tradisional sampai yang modern. Penggunaan peralatan tersebut bagi
METODE PENELITIAN
anak tunagrahita kategori ringan di SLB
Jenis Penelitian
Yapenas belum dapat dilakukan dengan baik
Penelitian
karena
guru
baru
mengajarkan
penggunaan
peralatan
semimasinal,
guru
pengoperasian
peralatan
menggunakan
cara
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
dan
deskriptif. Penelitian deskriptif ditunjukkan
mengajarkan
untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan
manual
belum
ini
masinal
karena
fenomena-fenomena yang bersifat alamiah
26 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 1 Tahun 2017
atau rekayasa manusia (Nana Syaodih,
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
2007:72).
lebih
Penelitian
ini
bermaksud
cermat,
lengkap,
dan
sistematis
mendeskripsikan pelaksanaan pemebelajaran
sehingga lebih mudah diolah seperti yang
keterampilan
disebutkan oleh Suharsimi Arikunto (2002:
kriya
kayu
pada
siswa
tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas.
160).
Waktu dan Tempat Penelitian
Tabel 1. Kisi – kisi instrumen observasi guru dan anak dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan
Penelitian
dilaksanakan
di
SLB
Yapenas Sleman yang beralamat di Jalan Sepakbola, Ngalren, Condongcatur, Depok,
N o
Sub Variabel
Indikator
1
1. Pengam atan terhada pa guru
1. Cara guru menyampaiakan tujuan pembelajaran 2. Cara guru menyampaikan materi pembelajaran 3. Alokasi waktu pembelajaran yang digunakan guru untuk menyampaikan materi dan praktek 4. Penggunaan sarana dan prasarana oleh guru dalam pembelajaran 5. Metode dan strategi pembelajaran yang digunakan guru 6. Cara guru membuka dan menutup pembelajaran 7. Cara guru mengapersepsi anak pada pelajaran 8. Cara guru memberikan contoh 9. Cara guru menegur dan memuji anak 10. Cara guru melakukan evaluasi
2. Pengam atan terhada p anak
11. Sikap anak dalam mengikuti pembelajaran 12. Sikap anak ketika menggunakan peralatan 13. Sikap anak terhadap guru dan teman
Sleman, Yogyakarta pada pertengahan bulan April 2015 sampai awal Juni 2015.
Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seorang guru keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas dan 2 siswa tunagrahita kategori ringan yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data diambil dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan,
dokumentasi.
Data
tersebut
untuk
menggambarkan pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panduan observasi dan panduan wawancara. Instrumen penelitian adalah
suatu
digunakan
alat oleh
atau
fasilitas
peneliti
yang dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
Tabel 2. Kisi – kisi instrumen observasi kemampuan anak dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan . No
Variabel
Sub Variabel
1.
Pembelajara n Keterampila n Kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan
1.
Kemampuan siswa mempersiapkan alat dan bahan keterampilan kriya kayu 2. Kemempuan siswa dalam menggunakan peralatan keterampilan kriya kayu 3. Kemampuan siswa dalam penguasaan teknik kriya kayu 4. Kemampuan siswa dalam proses penyelesaian/ finishing produk kriya kayu
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan .... (Bangun Prihanto) 27
Tabel 3. Kisi – kisi instrumen wawancara dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan. Sub Variabel
Indikator
1
Pelaksanaan proses pembelajara n keterampilan kriya kayu
Penentuan tujuan pembelajaran Penentuan materi pembelajaran Waktu pelaksanaan pembelajaran Sarana prasarana yang digunakan Penggunaan strategi dan metode pembelajaran Penggunaan teknik evaluasi pembelajaran Kompetensi guru Kendala/kesulitan yang dihadapi dalam pemebelajaran kriya kayu dan cara mengatasinya Prosedur keselamatan kerja Jenis-jenis produk keterampilan kriya kayu yang dihasilkan Karakteristik masingmasing anak Kemampuan anak dalam pengetahuan dan pengoperasian alat Kemampuan anak dalam pengetahuan bahan Kemmpuan anak dalam penguasaan teknik kerja Pengetahuan anak mengenai produk kriya
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
1. Kemamp uan anak
10. 11.
12. 13. 14.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif
No
1.
Teknik Analisis Data
yaitu menyajikan data
dalam bentuk narasi. Adapun langkah analisis data kualitatif yaitu reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan seperti disebutkan oleh Sugiyono (2010: 338-345).
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN Proses kriya kayu
pembelajaran
keterampilan
bagi anak tunagrahita kategori
ringan di SLB Yapenas Sleman dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian pengerjaan
secara
keberhasilan
umum
dalam
menunjukkan pembelajaran.
Pembelajaran keterampilan kriya kayu yang bertujuan untuk memberikan pengalaman dan keterampilan dalam pembuatan suatu produk dari bahan baku kayu melalui tahapan memilih bahan, proses pengerjaan hingga penyelesaian
pengolahan
kayu
sehingga
dapat menjadi modal untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan secara mandiri.
Pemeriksaan Keabsahan Data
Tujuan
yang
ingin
dicapai
dalam
Untuk mengetahui keabsahan data
pembelajaran keterampilan kriya kayu pada
dalam penelitian ini menggunakan cross
anak tungrahita kategori ringan di SLB
check data yang diperoleh dari beberapa
Yapenas Sleman sejalan dengan pemaparan
metode. Cross check data yang diperoleh dari
Depdiknas (2006:1) yang menjelaskan bahwa
metode wawancara dengan observasi, data
pembelajaran
wawancara
dengan
merupakan
mengecek
data
dokumentasi.
dokumentasi observasi
serta dengan
keterampilan sarana
pengembangan
untuk
kriya
kayu
latihan
dan
kemampuan
dasar
keterampilan kriya kayu, agar anak tungrahita kategori ringan dapat melakukan tahapan-
28 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 1 Tahun 2017
tahapan dalam keterampilan kriya kayu
guru menggunakan strategi pembelajaran
sebagai modal di kehidupan masyarakat.
sesuai dengan pendapat Mulyono dalam
Pada pemberian materi pembelajaran
Mumpuniarti
(2007:59)
yaitu
shaping,
anak
prompting dan fading. Shaping dilakukan
tunagrahita kategori ringan guru mengambil
dengan pemberian bantuan kepada anak,
dari tahapan setiap proses pengerjaan suatu
prompting dilakukan guru dengan pemberian
produk. Pemberian materi tersebut meliputi
contoh atau model dari suatu kegiatan dan
tahapan perencanaan, penyiapan alat dan
fading dilakukan dengan mengurangi bantuan
bahan, pengerjaan, dan proses finishing, yang
yang diberikan kepada anak secara bertahap.
setiap tahapan terdapat beberapa indikator
Penerapan
pengerjaan. Hal tersebut sesuia dengan ruang
dimaksudkan
lingkup materi pembelajaran kriya kayu yang
keahlian keterampilan kriya kayu secara
dijelaskan
bertahap
keterampilan
kriya
kayu
Depdiknas
pada
(2006:1-2)
bahwa
strategi untuk
kepada
pembelajaran memberikan
anak,
dari
suatu
pemberian
materi keterampilan kriya kayu meliputi
bantuan pada setiap langkahnya hingga
pengenalan alat dan bahan, pengukuran dan
melepaskan anak untuk melakukan suatu
penandaan,
kegiatan tanpa bantuan.
memotong
dan
membelah,
Pelaksanaan
mengetam, menyambung dan merakit, kerja mesin dan finishing. Pemberian materi
keterampilan
tersebut disusun berdasarkan pada prinsip
tunagrahita
dari hal yang kongkrit ke hal abstrak, dari
dilaksanakan
sederhana
seminggu dari pukul 07.30 sampai 12.00.
disesuaikan
ke
yang dengan
komplek,
serta
kebutuhan
dan
keterampilan
kriya
kayu
di
SLB
dalam
kayu
pada
Yapenas dua
pembelajaran
Sleman
hari
ini
anak
selama
didukung
dengan adanya ruang keterampilan dan
perkembangan peserta didik. Pelaksanaan
Pelaksanaan
kriya
pembelajaran
pembelajaran
peralatan yang dimiliki oleh pihak sekolah.
pada
Proses
anak
pembelajaran
dilakukan
secara
tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas
bertahap sesuai dengan tahapan pengerjaan
Sleman tidak terlepas dari penggunaan
suatu
metode dan strategi pembelajaran dalam
mengkondisikan anak untuk belajar serta
penyampaian tujuan yang akan dicapai.
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
Metode yang digunakan cukup bervariasi
dicapai kemudian dilanjutkan menyiapkan
yaitu metode ceramah dan pemberian tugas.
peralatan dan bahan yang digunakan bersama
Dengan adanya metode yang bervariasi ini
anak. Sebelum melaksanakan suatu tahapan
diharapkan agar siswa dapat mengikuti
pengerjaan suatu produk, guru terlebih
pembelajaran keterampilan kriya kayu sesuai
dahulu memberikan penjelasan dan contoh
dengan yang diajarkan oleh guru. Sementara
secara langsung dari tahap demi tahap
produk.
Terlebih
dahulu
guru
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan .... (Bangun Prihanto) 29
pengerjaan yang kemudian dipraktekkan oleh
setiap pengerjaan yang dilakukan oleh anak.
anak. Tahapan tersebut meliputi mengukuran
Teknik evaluasi yang digunakan tersebut
dan penandaan bahan, pemotongan bahan,
sesuai dengan pendapat Sudijono (2012:62)
perakitan
bahan,
yang menjelaskan bahwa teknik evaluasi
mesin, dan
dapat dilakukan dengan teknik tes dan non tes
atau
perangkaian
pengamplasan bahan,
kerja
finishing produk. Selain penjelasan dan
untuk
mendapatkan
petunjuk
mengenai
contoh langsung, guru selalu mengawasi
tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan
ketika anak sedang melakukan tugas yang
pembelajaran.
memberikan
Kemampuan yang dimiliki oleh oleh
penjelasan dan contoh secara langsung secara
subyek BP dalam pembelajaran keterampilan
berulang ketika ada anak yang mengalami
kriya kayu untuk mempersiapkan alat tidak
kesulitan dalam menyelesaiakan tugas yang
mengalami kesulitan. Subyek BP sebagian
diberikan. Selain itu, guru juga mengerjakan
besar sudah mengetahui nama dan cara
suatu
penggunaan
diberikan.
Guru
pengerjaan
selalu
yang
membutuhkan
setiap
peralatan,
sementara
ketelitian tinggi dan penggunaan pelaratan
dalam mempersiapkan bahan subyek BP
yang berbahaya untuk mengurangi kesalahan
masih mengalami kesulitan dalam pemilihan
dan kecelakaan kerja pada anak.
kayu sebagai bahan baku. Subyek BP hanya
Pelaksanaan pembelajaran tersebut
dapat menyiapkan bahan pembantu dan
dilakukan secara berulang sesuai tahapan
bahan finishing. Subyek BP sudah dapat
yang dikerjakan sampai produk selesai dan
menggunakan dan mengoperasikan peralatan
siap digunakan. Pemberian materi dalam
manual dan semi masinal. Sementara untuk
pelaksanaan pembelajaran kriya kayu di SLB
teknik kerja yang dikuasai oleh subyek BP
Yapenas dapat dikatakan sudah sesuai dalam
yaitu teknik kerja bangku dan teknik kerja
Depdiknas
ruang
sekrol. Subyek BP untuk proses penyelesaian
lingkup materi yang diberikan pada anak
produk menggunakan teknik cat duko belum
tunagrahita dalam pembelajaran kriya kayu.
dapat mencampur cat dengan air, tetapi sudah
Teknik
dapat
(2006:1-2)
yang
mengenai
digunakan
dalam
proses
melakukan
pengamplasan,
dan
evaluasi pembelajaran keterampilan kriya
mengoles cat serta clear. Sementara dalam
kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di
menjaga keselamatan kerja, subyek BP selalu
SLB
dengan
mengenakan pakaian bengkel dan sudah
perencanaan yang dibuat oleh guru, dalam
memahami tataletak serta instalasi listrik
perencanan terdapat teknik evaluasi tes dan
untuk
nontes tetapi dalam pelaksanaannya hanya
pembelajaran
subyek
menggunakan teknik nontes. Teknik nontes
membereskan
peralatan
dilakukan dengan cara mengamati hasil dari
pengerjaan kayu. Sedangkan subyek BE
Yapenas
tidak
sesuai
penggunaan
alat.
Di BP dan
akhir selalulu limbah
30 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 1 Tahun 2017
dalam mempersiapkan alat dan bahan juga
bahan, teknik kerja krita kayu, serta teknik
sudah dapat melakukannya,tetapi terkadang
finishing. Pelaksanaan
hanya mengidentifikasi jenis alat melalui
pembelajaran
bentuk dan fungsinya. Subyek BE masih
keterampilan
mengalami kesulitan dalam pemilihan bahan
tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas
baku kayu, sehingga hanya menyiapan bahan
bertujuan untuk memberikan pengalaman dan
tambahn dan finishing. Subyek BE sudah
keterampilan dalam pembuatan suatu produk
dpat
manual,
dari bahan baku kayu yang memiliki nilai jual
sedangnya peralatan semi masinal hanya
di masyarakat. Jenis produk yang telah
dapat menggunakan mesin amplas. Untuk
dihasilkan oleh anak melalui pembelajaran
teknik kerja kayu, subyek BE belum dapat
keterampilan
menguasai secara keseluruan baru sebatas
wawancara dengan guru dan dokumentasi
penggunaan alat. Subyek BE untuk proses
yang diamati berupa meja belajar, kursi,
penyelesaian produk menggunakan teknik cat
almari
duko belum dapat mencampur cat dengan air,
gantungan baju, rak buku, figura, papan nama
tetapi sudah dapat melakukan pengamplasan,
kelas, puzzle, serta papan pengumuman.
dan mengoles cat serta clear. Sedangkan
Hasil
untuk menjaga keselamatan kerja subyek BE
dimaksudkan oleh Enget (2008:2) bahwa
selalu mengenakan pakaian bengkel secara
kriya kayu merupakan semua hasil karya
lengkap serta sudah mengetaui tata letak dan
yang menggunakan nbahan kayu. Produk
instalasi listris untuk menggunakan peralatan.
yang
menggunakan
peralatan
kriya
kriya
belajar,
tersebut
dihasilkan
kayu
bagi
kayu
tempat
sesuai
tersebut
anak
berdasarkan
pensil,
asbak,
dengan
lebih
yang
banyak
Kemampuan yang dimiliki oleh kedua
dimanfaatkan untuk keperluan di sekolah dan
subyek tersebut menggambarkan bahwa anak
disimpen sebagai bukti hasil pembelajaran.
tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas
Produk yang dihasilkan selain dimanfaatkan
Sleman mengalami kesulitan dalam tahapan
untuk keperluan sekolah, produk tersebut
pembuatan
juga diikutkan dalam beberapa pameran hasil
desain,
pengukuran
dan
penandaan serta pengoperasian peralatan masinal yang mempunya resiko kecelakaan tinggi. Hal tersebut menurut pendapat Enget (2008:229) kemampuan
belum yang
harus
menggambarkan dimiliki
oleh
seseorang dalam keterampilan kriya kayu, dimana keterampilan yang harus dimiliki meliputi kemampuan persiapan alat dan
keterampilan anak berkebutuhan khusus. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran keterampilan kriya kayu di
SLB
Yapenas
Sleman
sudah
melalui tahapan yang cukup baik.
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan .... (Bangun Prihanto) 31
Tujuan
pembelajaran
kesulitan
untuk
dalam
mengidentifikasi
memberikan pelatihan keterampilan
peralatan dan bahan yang digunakan.
dan
dalam
Subyek BE dapat mengoperasikan
pembuatan suatu produk berbahan
peralatan manual dan mesin amplas.
baku
menggunakan
Kemampuan finishing kedua subyek
berbagai teknik kerja sebagai bekal
memiliki kemampuan yang relatif
keterampilan
sama.
pengalaman
kayu
anak
dengan
anak
bekerja
masyarakat. pembelajaran
dimulai
persiapan
pengerjaajn
keselamatan
dari
mengenakan
tahap
Materi
menjaga
kedua pakai
subyek
bengkel,
dan
memahami tata letak instalasi listrik
proses
produk
Kemampuan
Pelaksanaan
hingga
pembelajaran.
di
Kesulitan
tahapan
yang
dialami
yaitu
pembuatan desain produk, pemilihan
disampaikan dan
kayu, pengukuran dan penandaan,
pemberian tugas, sedangkan strategi
perakitan produk, dan penggunaan
pembelajaran
peralatan masinal.
dengan
metode
ceramah
dengan
shaping,
prompting, fending. 2. Ketercapaian hasil dari pembelajaran keterampilan
kayu
yaitu
mendapatkan
keterampilan
anak
Saran 1. Pelaksanaan
pembelajaran
dalam
keterampilan kriya kayu sebaiknya
penggunaan peralatan, pengetahuan
menggunakan perencaan yang dibuat
tentang
dalam
bahan
dan
keterampilan
rencana
pelaksanaan
membuat suatu produk. Pembelajaran
pembelajaran,
keterampilan menghasilkan berbagai
pengerjaan produk pesanan dari guru
produk jadi dari bahan kayu. Hasil
atau masyarakat.
produk
tersebut
dibuat
secara
2. Guru
khususnya
sebaiknya
untuk
memaksimalkan
bersama-sama dengan bantuan dari
penggunaan peralatan yang dimiliki
guru.
oleh
3. Kemampuan subyek BP lebih unggul bila dibandingkan dengan subyek BE. Subyek BP sudah dapat memahami kegunaan
peralatan
dan
bahan.
sekolah
dengan
cara
mengajarkan kepada anak mengenai penggunaan peralatan masinal. 3. Pihak
sekolah
sebaiknya
memperhatikan penambahan tenaga
Subyek BP dapat mengoperasikan
pengajar
sebagian besar peralatan manual dan
keterampilan kriya kayu sehingga
semi masinal, menguasai teknik kerja
guru
bangku dan sekrol. Subyek BE masih
mengawasi
dapat
dalam
saling proses
pembelajaran
bekerja
sama
pembelajaran
32 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 1 Tahun 2017
untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. 4. Pihak
sekolah
memperhatikan keterampilan
sebaiknya
penataan kriya
kayu
ruang karena
ruangan digunakan untuk ruang kelas, ruang penyimpanan alat dan produk sehingga ruangan terhihat penuh.
DAFTAR PUSTAKA American Psychiatric association. (2013). Diagnotic And Statistical Manual Of Mental Disorder DSM-5. American Psychiatric Publishing. Anas Sudijono. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Depdiknas. (2006). Panduan Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Khusus. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. Dwi
Sugiyanto. (2011). Implementasi Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar dalam Penyelenggaraan Pendidikan Keterampilan (kecakapan) Hidup di Tingkat Pendidikan Dasar. Malang: Universitas Negeri Malang.
Enget dkk. (2008). Kriya Kayu Jilid 1. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. dkk. (2008). Kriya Kayu Jilid 2. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Mimin Casmini (2007). Modul 1 Pendidikan khusus- Pendidikan Segresi. Bandung. Direktorat Universitas Pendidikan Indonesia. Mumpuniarti. (2007). Pendekatan Pembelajaran Bagi Bambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Plubisher.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabet.