STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PANTI SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh MAGHFIROH 111 09 043
JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN) SALATIGA 2013
ii
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PANTI SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh MAGHFIROH 111 09 043
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 Eksemplar Hal
: Pengajuan Skripsi Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadaka perbaikan seperlunya, maka bersama ini
kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi:
Nama
: Maghfiroh
NIM
: 11109043
Jrusan/Progdi
: Tarbiyah/ PAI
Judul
: STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
PANTI SOSIAL BINA
GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Wassalamu’alaikum.Wr. Wb.
Salatiga, 10 November 2013 Pembimbing
Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si NIP. 19681104 199831 0 032
iv
v
vi
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Motto "Dan
hendaklah
takut
kepada
Allah
orang-orang
yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar" (Q.S. An-Nisa':9) . "Hati yg bersih akan peka terhadap pengetahuan, apapun yang dilihat, didengar, dirasakan, jadi samudera pengetahuan yang membutnya semakin bijak arif dan pas saat menyikapi hidup ini".
vii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERSEMBAHAN Tak ada langit yang berawan, tak ada gading yang tak
retak, tak ada mawar yang berduri, tak ada manusia yang sempurna. Semua berjalan mengalir dan bergulir saling melengkapi.
Begitu
pula
karya
tulis
ini
tak
dapat
terselesaikan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu selain ucapan syukron katsir, karya kecil ini selayaknya saya persembahkan pada orang-orang yang tercinta yang andil dalam penyelesaian karya tulis ini. Suamiku tercinta (Joko Susilo) yang senantiasa memberikan
do'a, support, semangat dan dukungannya baik materiil maupun moril yang sangat besar pengaruhnya terhadapku. Orang tuaku tercinta Ibunda (Mubarokah) dan Ayahanda
(Pramono) yang dengan kemuliaannya dan do'a-do'anya yang suci, selalu berusaha melakukan yang terbaik demi keberhasilan dan kebahagiaan anaknya. Bapak/Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah menyampaikan
ilmu
kepadaku,
semoga
ilmu viii
yang
disampaikan
dapat
bermanfaat pada diriku dan orang lain di dunia sampai akherat kelak. Anakku tersayang (Ata Nisrina Fatih) keceriaanmu selalu
menjadikan inspirasi buatku. Sahabat-sahabatku di Ponpes Nurul Asna dan sahabat-
sahabatku
di
kelas
PAI
B
maupun
sahabat-sahabat
seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi, saran dan do'a. Semoga tali persaudaraan ini selalu terjaga sampai akhir hayat nanti.
ix
ABSTRAK
Maghfiroh. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. HJ. Lilik Sriyanti, M.Si. Kata Kunci: Strategi pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, tunagrahita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?, dan (2) bagaimana hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dengan strategi tersebut bagi anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil latar di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor tepatnya berada di wilayah Jl.Nanggewer-Karadenan/SKB No.3 Cibinong, Bogor. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data diuraikan dengan mendeskripsikan data-data yang diperoleh di lapangan serta memberikan makna dari data yang berhasil dikumpulkan dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor adalah dengan menggunakan model pembelajaran efektif dan metode pembelajaran dengan berbagai metode diantaranya metode ceramah, keteladanan dan praktek dapat dikatakan baik. Terlihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam melaksanakan tuganya sesuai dengan kriteria yang dibuat guru dalam penilaian. Sebagian dari mereka juga sudah dapat menerapkan sikap bersosialisasi dengan baik.
x
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kepada Illahi Robbi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahNya kepada kita semua. Dengan seijin-Mu, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan (skripsi) ini yang berjudul Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, Rasul yang membawa kita dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju zaman yang penuh peradaban dan semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Amin. Dalam menulis skripsi ini, banyak pihak yang banyak berjasa dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyakbanyak ucapan terima kasih kepada: a.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
b.
Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.
c.
Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini. Yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan xi
kesabaran. d.
Bapak Jaka Siswanta, M.Pd selaku pembimbing akademik.
e.
Bapak dan Ibu dosen yang telah tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.
f.
Semua pihak yang telah menbantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dengan iringan do'a semoga Allah SWT akan membalas semua
amalan mereka dengan pahala yang berlipat ganda, di dunia dan di akherat. Penulis menyadari walaupun telah berusaha secara maksimal, akan tetapi masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, para pembaca dapat memperbaiki dan melanjutkan sebagai pengembangan dan perbaikan yang lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap apa yang dipersembahkan dalam bentuk karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Amin.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................................................
ii
PENGESAHAN ........................................................................................................
iv
DEKLARASI ............................................................................................................
v
MOTTO ....................................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN .....................................................................................................
vii
ABSTRAK....................................................................................................... ..........
ix
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
x
DAFTAR ISI .............................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian................................................................... ...........
7
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
7
E. Penegasan Istilah.................................................................... ...........
8
F. Metodologi Penelitian .......................................................................
10
G. Sistematika Penulisan .......................................................................
17
KAJIAN PUSTAKA 2. Strategi Pembelajaran .........................................................................
20
1. Pengertian Strategi Pembelajaran ...............................................
20
2. Macam-macam Strategi Pembelajaran ........................................
24
3. Bentuk-bentuk
Strategi
Pembelajaran
Pada
Anak
Tunagrahita ................................................................................. xiii
26
3. Pendidikan Agama Islam......................................................... ........... 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam...............................
27
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam................................. 31 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam..................................
35
4. Materi Pendidikan Agama Islam..................................
39
4. Tunagrahita.......................................................................... ...............48
BAB III
1. Pengertian Tunagrahita...................................................
48
2. Karakteristik dan Klasifikasi Tunagrahita....................
51
3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita..............................
56
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor........................................................
58
A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor................................................
58
B. Visi, Misi dan Tujuan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor......................................................
59
C. Sasaran Program Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.......................................................
60
D. Keadaan Pegawai dan Kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor..........................................
61
E. Struktur Organisasi............................................................
65
B. Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor...
67
C. Proses Penanaman Nilai-nilai dalam Bimbingan Pendidikan Agama xiv
27
Islam terhadap Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor....................................................
72
D. Hasil Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor..........................................................................................
73
BAB IV PEMBAHASAN 1.
Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor...................... 77
2.
Proses Penanaman Nilai-nilai dalam Bimbingan Pendidikan Agama Islam terhadap Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor................................................
3.
82
Hasil Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor........................................................................................... 84
BAB V PENUTUP D. Kesimpulan................................................................................. 87 E. Saran-saran................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
88
BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan bahkan pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan, baik kehidupan keluarga, diri sendiri maupun kehidupan dalam masyarakat dan negara. Dalam buku pengantar dasar-dasar kependidikan, dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian anak dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir,cipta,rasa dan budi nurani) dan jasmani (panca indra dan keterampilan). Sedangkan dalam buku paradigma pendidikan Islam disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan dan atau pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (Muhaimin, 2001:37). Dan di sini dapat dipahami bahwa dalam kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan terkandung makna pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan suatu bangsa. Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu membutuhkan orang lain. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia senantiasa berusaha untuk mengembangkan akal dan segala kemampuannya. Oleh karena itu, manusia dalam menghadapi problema kehidupan tidak pernah statis, sejak lahir sampai meninggal selalu mengalami perubahan. Pembelajaran sendiri merupakan bagian dari pendidikan yang berusaha memberikan pengetahuan dengan binaan dari segi kognitif, dan 2
psikomotor pada anak, agar mereka lebih banyak pengetahuan, lebih cakap berfikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil dalam melakukan sesuatu, misalnya terampil menulis dan menjadi manusia yang berkualitas. Dalam pembentukan manusia yang berkualitas memang tidak lepas dari peran pendidikan dan pembelajaran, karena dengan pendidikan dan pembelajaran itulah manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan sekaligus untuk meningkatkan kemajuan bangsa dan negaranya. Hal itulah kemudian Drs. Amin Daim Indrakusuma dalam bukunya pengantar ilmu pendidikan dengan tegas menyatakan maju mundurnya suatu bangsa dan negara sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan itu sendiri. Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan
persatuan
nasional (Muhaimin, 1996:1). Oleh karena itu, dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
mental
spiritual,
maka
penyelenggaraan pendidikan agama
anak
didik
perlu
mendapakan
sebagai pegangan hidup yang akan
membawanya pada kehidupan yang lurus, sebab dalam fitrahnya manusia itu adalah manusia homo religius (makhluk beragama), sehingga kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan atau beragama adalah karena di dalam jiwa manusia itu sudah terdapat suatu naturaliter religius. 3
Pada dasarnya pendidikan Islam harus didasarkan atas dasar pokok yaitu bahwa manusia
itu adalah makhluk Allah dan diberi tugas untuk
memikul amanah. Dalam permasalahan pendidikan, kita tidak boleh membedakan antara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya, dengan anak yang mengalami kecacatan baik mental ataupun fisik. Pendidikan dan pengajaran adalah hak bagi seluruh masyarakat baik yang normal maupun yang cacat. Lebih lanjut dari hal-hal yang fundamental yang tercantum dalam batang tubuh UUD 1945 Bab XIII tentang pendidikan pasal 31 Ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap Warga Negara berhak mendapatkan pengajaran (UUD 1945:28). Oleh sebab itu, kesempatan untuk menjadi manusia mulia sebagai orang yang bertakwa diberikan kepada semua manusia, baik kaya, miskin, cacat atau tidak, semuanya sama dihadapan Allah SWT. Sebagai warga negara, seseorang yang mengalami kelainan cacat fisik maupun mental (abnormal), tidak didiskriminasikan untuk memperoleh pendidikan. Sebab, ketika menusia dilahirkan sesungguhnya ia dalam keadaan tidak bisa apa-apa seperti dijelaskan dalam firman Allah dalam surat An-Nahl:78:
Artinya: 4
"Allah mengeluarkan bayi dari rahim ibunya dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Ia hanya bisa merasakan karena saat itu Allah telah memberi pendengaran, penglihatan dan hati".(QS. An-Nahl (16): 78). Seiring dengan pertumbuhannya maka ia akan berkembang sesuai fase dan usianya. Dalam perkembangan manusia tersebut pada dasarnya anak butuh bimbingan dan arahan bagaimana ia harus melangkah untuk membentuk kepribadian dan mentalnya agar menjadi manusia yang baik dan dapat mengurus dirinya sendiri, menyesuaikan dengan lingkungan dan bergaul. Anak tunagrahitapun butuh seseorang untuk mengarahkan dirinya. Oleh karena itu, orang-orang yang menderita cacat atau kelainan juga mendapat perlindungan hak seperti yang tertuang pada UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 5 Ayat 2 menyebutkan bahwa Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau
social
berhak memperoleh pendidikan khusus (UUD No.20, 2006:7). Pendidikan khusus dalam hal ini biasanya disebut dengan Pendidikan Luar Biasa atau dalam penelitian penulis disebut dengan Panti Sosial Bina Grahita. Dengan adanya Panti Sosial Bina Grahita ini, sangat membantu bagi mereka yang mempunyai kelainan fisik atau mental, karena (PSBG) merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan khusus bagi anak abnormal, sepeti cacat intelektual/grahita, cacat netra, cacat rungu dan cacat daksa. Dalam kurikulum (PSBG) komponen-komponen kegiatan yang diajarkan adalah sama seperti yang terdapat didalam kegiatan pendidikan pada umumnya termasuk didalamnya adalah pendidikan agama. Dengan demikian kehadiaran (PSBG) secara esensial merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengelola dan mendidik siswa jasmani dan rohani, yang saat ini berkembang 5
dan meningkat sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat. Namun dalam kenyataannya jumlah prosentase anak penyandang cacat yang mendapatkan pelayanan pendidikan amat sedikit, hal ini dikarenakan hambatan dari pola pikir masyarakat yang masih menganggap bahwa anak dengan penyandang cacat kurang memiliki potensi. Padahal kenyataan banyak membuktikan bahwa banyak karya-karya yang dihasilkan oleh penyandang cacat tersebut. Selama ini Pendidikan Agama Islam sudah terbiasa diajarkan di sekolah-sekolah umum, apalagi sekolah berbasis agama atau madrasah, akan tetapi kita juga perlu mengetahui bagaimana mengajarkan pendidikan agama bagi anak-anak yang memiliki kekurangan dan keterbatasan mental (tunagrahita). Tentunya membutuhkan pembinaan dan bimbungan khusus untuk mengajarkan kepada mereka tentang pendidikan agama. Untuk itu, strategi pembelajaran yang digunakan guru sangat penting bagi perkembangan anak tunagrahita, untuk membimbing anak tunagrahita perlu kesabaran. Untuk itu, strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pendidikan agama dan membina mereka juga harus sesuai dengan kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh anak tunagrahita. Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan oleh guru agama islam di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor .
6
Peneliti
mengambil
PEMBELAJARAN
judul
PENDIDIKAN
sebagai
berikut
AGAMA
:
ISLAM
"STRATEGI DI
PANTI
SOSIAL BINA GRAHITA (PSBG) "CIUNGWANARA" BOGOR TAHUN 2013".
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?
2.
Bagaimana proses penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?
3.
Bagaimana hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dengan strategi tersebut bagi anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor?
C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor.
2. Untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor.
7
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dengan strategi tersebut bagi anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor.
F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1.
Secara Teoritis a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan khasanah keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada tunagrahita.
2.
Secara Praktis a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi baru tentang strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita "Ciungwanara" Bogor. b. Dengan penelitian ini diharapkan pembimbing atau guru diharapkan dapat mengembangkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tepat bagi anak tunagrahita.
8
G. Penegasan Istilah Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut: 1.
Strategi pembelajaran Secara umum, kata strategi mengandung makna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Tarigan, 1993:2). Bila dalam belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan pembelajaran merupakan proses perubahan yakni perubahan dalam perilaku sebagai hasi interaksi seseorang dengan lingkungannya. Jadi yang dimaksud dengan strategi pembelajaran dalam hal ini adalah tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar (Nana, 1989:147).
2.
Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidik Agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi Way of
Life
(pandangan dan sikap hidup seseorang) (Muhaimin,2001:75). Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam adalah proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia ini sebagai khalifahNya di bumi. 3.
Siswa Tunagrahita 9
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental yang artinya terbelakang mental. Arti tunagrahita sendiri ialah peserta didik yang mengalami kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual sejak bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh faktor organik biologis maupum faktor fungsional, ada kalanya disertai dengan cacat fisik sejak lahir (http//.panti.tripod.com.). Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Diharapkan dengan strategi pembelajaran yang baik, nantinya akan mempermudah guru atau pembimbing dalam membimbing anak-anak yang mengalami tunagrahita
atau keterbelakangan mental untuk mengerjakan ilmu
tentang Pendidikan Agama Islam yang diharapkan nantinya akan menjadikan anak tersebut menjadi lebih baik dan terarah kehidupannya.
10
H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yakni penelitian yang berusaha untuk memecahkan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menganalisis dan menginterpretasi data. Penelitian kualitatif lebih banyak bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan tertentu (Moleong, 2002:3). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberikan gambaran atau uraian suatu kejadian sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2004:53-54). Dalam penelitian ini data memungkinkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. 2. Kehadiaran Peneliti Kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk menemukan dan mengeksplorasi data-data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Jadi kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat penuh. 3. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil obyek penelitian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, yang tepatnya di Jl. NanggewerKaradenan/SKB No.3 Cibinong, Bogor.
11
4. Sumber Data Data yang akan terkumpul dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan focus penelitian yaitu tentang Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Sumber data adalah subyek dari mana data data itu diperoleh (Arikunto, 2002:107). Jadi, sumber data itu menunjukkan asal informasi. Data itu harus diperoleh dari sumber yang tepat, jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan menjadi dua, yaitu: 1.
Data Primer, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga data asli atau data baru. Sumber data langsung diperoleh dengan cara observasi dan mewawancarai Kepala Panti, Kepala Seksi Rehabilitasi dan guru atau pembimbing Pendidikan Agama Islam. Data yang dihasilkan diantaranya data tentang kondisi dan keberadaan panti, fasilitas panti, kondisi
mental
siswa
atau
kelayan
dan
penerapan
strategi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2.
Data Sekunder, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder disebut juga data yang tersedia (Hasan Iqbal, 2002:82), atau sumber tertulis. Data sekunder berasal dari sumber buku, majalah ilmiah, dokumen 12
pribadi, dokumen resmi panti, arsip dan lain-lain. Data ini berguna untuk melengkapi data primer. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini diantaranya data tentang profil Kepala Panti, profil, visi dan misi panti. 5. Prosedur Pengumpulan Data Untuk memperoleh data tentang masalah yang akan diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode diantaranya: g. Metode Observasi Sering kali orang mengartikan observasi sebagai aktifitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fakta-fakta yang diteliti. Menurut Sutrisno Hadi, obsevasi adalah metode ilmiah yang diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Setting dan peristiwa yang diamati yaitu fisik dan kegiatan pembelajaran. h. Metode Interview (wawancara)
13
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner
lisan,
pewawancara
adalah
sebuah
(interviewer)
untuk
dialog
yang dilakukan
memperoleh
informasi
oleh dari
terwawancara (Hasan Iqbal, 2002:132). Wawancara dilakukan dengan cara berhadapan langsung antara interviewer dengan responden, serta kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara lisan. Strategi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang masih kurang dan memerlukan penjelasan secara langsung. Dalam
melaksanakan
teknik
interview
(wawancara),
pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja sama dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis), yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan menghindari pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan
yang muncul ketika kegiatan wawancara
berlangsung.
Adapun sumber informasinya adalah
14
1) Kepala Panti Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor untuk mendapatkan informasi tentang profil Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. 2) Kepala Seksi Rehabilitasi untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran dan bimbingan bagi anak berkebutuhan khusus di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. 3) Pembimbing Pendidikan Agama Islam untuk mendapatkan informasi berlangsungnya kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
i. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode metode penelitian untuk memperoleh keterangan dengan cara memeriksa dan mencatat laporan. Adapun dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan Penetapan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), persiapan strategi pembelajaran yang digunakan guru atau pembimbing, visi, misi dan tujuan, sarana prasarana serta data pembimbing dan siswa.
6. Metode Analisis Data Metode analisis adalah suatu cara penanganan terhadap obyek ilmiah tertentu dengan jalan memilah, memilih antara pengertian yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menerapkan metode berpikir induktif, yaitu suatu metode berpikir yang 15
bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum (Cristine, Daymon 2008:369). Data yang diperoleh dari penelitian bersifat kompleks dan rumit direduksi, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok. Data hasil penelitian direduksi, baik dari hasil penelitian lapangan atau kepustakaan kemudian dibuat rangkuman. Data yeng telah dirangkum tadi kemudian dipilih. Sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian. Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini akan diikuti bukti-bukti yang diperoleh ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan mengenai strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan permasalahannya. 7. Pengecekan Keabsahan Data Proses pengecekan data dalam hal ini dapat dilakukan melalui triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda. Artinya dalam pencapaiannya bisa dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan(Moleong, 2002:178). Dalam
penelitian
ini,
peneliti
mendasarkan
pada
prinsip
obyektifitas yang dinilai dari validitas dan reabilitasnya. Validitas dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya, 16
yaitu agar temuan dan penafsirannya sesuai dengan yang sebenarnya dan temuan disetujui oleh subyek yang diteliti. Reabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subyek atau informan. Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subyek dan memperhatikan sesuatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan penggunaan teknik yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumen, yang masingmasing dibandingkan sebagai upaya pengecekan keabsahan.
8. Tahap-Tahap Penelitian a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini peneliti melakukan observasi pendahuluan untuk memperoleh gambaran umum serta permasalahan yang sedang dihadapi dalam proses pembinaan Agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina Grahita(PSBG) "Ciungwanara" Bogor guna dijadikan rumusan permasalahan yang diteliti. Observasi tersebut berguna sebagai bahan acuan dalam pembuatan proposal skripsi dan pengajuan judul skripsi, untuk memperlancar pada waktu tahap pelaksanaan penelitan, maka peneliti mengurus surat ijin penelitian. b. Pengembangan desain 17
Setelah administrasi selesai, maka peneliti membuat rancangan/desain penelitian agar penelitian yang dilakukan lebih terarah. Selain itu peneliti juga membuat pertanyaan sebagai pedoman wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan dicari jawaban dan pemecahannya, sehingga data yang diperoleh lebih sistematis dan mendalam. c. Penelitian sebenarnya Peneliti mengkaji antara informasi yang terdapat dalam buku-buku mengenai strategi pembelajaran Pendididkan Agama Islam dengan data yang diperoleh di lapangan.
I.
SISTEMATIKA PENULISAN Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut: BAB I: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan : A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, D. Manfaat Penelitian, E. Penegasan Istilah, F. Metodologi Penelitian yang terdiri dari : 1. Jenis Penelitian, 2. Kehadiran Peneliti, 3. Lokasi Penelitian, 4. Sumber Data, 5. Prosedur Pengumpulan Data, 6. Metode Analisis Data, 7. Pengecekan Keabsahan Data, 8. Tahap-tahap Penelitian dan H. Sistematika Penulisan. BAB II: Kajian Pustaka. Dalam bab ini dibahas tentang A. Strategi Pembelajaran yang meliputi: 1. Pengertian Strategi Pembelajaran, 2. Macammacam Strategi Pembelajaran, 3. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran pada 18
Anak Tunagrahita
B. Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari: 1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam, 2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam, 4. Materi Pendidikan Agama Islam
C. Tunagrahita yang terdiri dari: 1. Pengertian Tunagrahita, 2.
Karakteristik dan Klasifikasi tunagrahita, 3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita. BAB III : Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian, terdiri dari: 1. Sejarah singkat berdirinya Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 2. Visi, misi dan tujuan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 3. Sasaran program Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 4. Keadaan pegawai dan kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 5.
Struktur
Organisasi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 6. Deskripsi dan hasil penelitian. BAB IV: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuantemuan mengenai 1) Penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Aama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, 2) Penanaman nilai-nilai keislaman terhadap anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. 3) Hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. BAB V: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan
skripsi
yang
penulis
susun.
Dalam
bab
ini
penulis
mengemukakan kesimpulan dari seluruh penelitian, saran-saran ataupun 19
rekomendasi dalam rangka meningkatkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Dalam proses pelaksanaan suatu kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non operasional harus disertai dengan perencanaan yang memiliki strategi yang baik dan sesuai dengan sasaran. Sedangkan peran strategi dalam mengembangkan jiwa keagamaan peserta didik ini sangat diperlukan. Secara umum, kata "Strategi" mengandung makna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Pengertian lain dari kata strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Untuk memahami makna "strategi" atau "teknik" secara mantap, maka penjelasannya biasanya dikaitkan dengan istilah "pendekatan" atau "metode" (Tarigan, 1993:2 ). Istilah strategi sering digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana sebagai berikut: "strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien"(Rohani, 1991:33). Secara umum srategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk 21
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Strategi digunakan sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan diterapkan dengan baik. Sedangkan pembelajaran secara umum merupakan proses perubahan yakni perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya. Secara lengkap pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk sebuah perubahan baru secara keseluruhan sebagai pengalaman diri sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ada pengertian lain mengenai pembelajaran diantaranya pembelajaran dan latihan. Keduanya memiliki keterkaitan yang erat meskipun tidak identik. Keduanya menjadikan perubahan perilaku aspek perilaku yang berubah karena latihan, adalah perubahan dalam bentuk skill atau keterampilan. Pembelajaran akan lebih berhasil ketika disertai dengan latihan (Surya, 2004:7-11). Guru atau pembimbing dalam hal ini memiliki peran yang utama dalam proses belajar mengajar, apalagi menghadapi siswa tunagrahita. Guru tidak hanya sebatas menyampaikan pengetahuan akan tetapi lebih sebagai perancang pengajaran, manajer pelajaran, pengevaluasi hasil balajar dan sebagai direktur belajar (Surya, 2004:55-56). Seiring dengan berjalannya waktu, dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang dan bervariasi. Pendidikan sangat penting terutama bagi anak, masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak-anak matang secara seksual, yakni kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk 22
pria. Selama periode ini (kira-kira 11 tahun bagi wanita dan 12 tahun bagi pria) terjadi sebuah perubahan secara signifikan, baik secara fisik maupun psikologis. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua yaitu masa anak-anak awal yaitu pada umur 2 sampai 6 tahun dan masa anak-anak akhir yaitu umur 6 sampai saat anak matang secara seksual (Desmita, 2005:127). Ada beberapa teori belajar yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan pendidikan diantaranya: a. Teori belajar Thorndike Thorndike memandang belajar sebagai suatu usaha memecahkan problem. Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar, yaitu: 1) Law of effect, menyatakan bahwa tercapainya kegiatan yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara stimulus (S) dan respon (R). Maksudnya, bila respon terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang memuaskan (mengenakkan misalnya), maka bila stimulus seperti itu muncul lagi subjek akan memberikan respons yang lebih tepat, cepat dan intens. Bila hubungan S-R tidak diikat oleh sesuatu yang memuaskan maka respons itu akan melemah atau bahkan tidak akan ada respons sama sekali. Secara umum law of effect berbunyi: sesuatu yang menimbulkan efek yang mengenakan akan cenderung diulangi dan sebaliknya. Hukum ini dapat bermanfaat di dalam proses belajar mengajar bila program pengajaran menghasilkan keuntungan pada murid. Kalau demikian maka hadiah dalam ukuran yang tepat serta hukuman yang wajar akan bermanfaat bagi keberhasilan pendidikan. Selain itu, hasil 23
belajar itu sendiri berfungsi sebagai hadiah (yang mengenakan) bagi murid. 2) Law of exercise, menyatakan bahwa respons terhadap stimulus dapat diperkuat dengan seringnya respons itu dipergunakan. Hal ini menghasilkan implikasi bahwa praktek, khususnya pengulangan dalam pengajaran adalah penting dilakukan. 3) Law of eadiness, mengajarkan bahwa dalam memberikan respons subjek harus siap dan disiapkan. Hukum ini menyangkut syarat kematangan dalam pengajaran, baik kematangan fisik maupun mental dan intelek. Stimulus tidak akan direspons, atau responsnya akan lemah saja, bila pelajar kurang atau belum siap. b. Teori belajar Clare L. Hull Hull menghasilkan teori umum tentang tingkah laku. Teori ini sesungguhnya tidak berbeda dengan law of effect dari Thorndike; "keadaaan yang memuaskan" diganti dengan "pengurangan dorongan". Dalam percobaannya, tikus dilaparkan agar ia mencari
makan;
setelah
tikus
memperoleh makanan maka berarti dorongannya (untuk makan) diturunkan. c. Teori belajar B.F. Skinner (1904) Skinner
melakukan
percobaannya
pada
burung
merpati.
Kesimpulannya ialah : binatang dapat belajar dan dapat "diajar". Sesungguhnya tidak ada perbedaan mendasar antara teori belajar dari Skinner dengan teori belajar dari Thorndike maupun dengan teori belajar dari Clare L. Hull. Konsep kunci dalam tiga teori dari tiga tokoh itu terletak pada pentingnya motivasi belajar; motivasi itu perlu untuk memperkuat hubungan 24
antara stimulus dan respons. Ringkasnya, teori belajar ketiga tokoh itu dapat disimpulkan sebagai berikut: belajar adalah suatu "mekanisme" stimulus dan respons. Yang berbeda adalah tehnik-tehnik yang mereka kembangkan untuk memperkuat hubungan S-R (Tafsir, 1992:29-30). Jadi, yang dimaksud dengan strategi pembelajaran dalam hal ini adalah rencana atau pola yang digunakan guru dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam untuk perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi siswa dengan lingkungan baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
2. Macam-macam Strategi Pembelajaran Perlu disampaikan disini mengenai perbedaan strategi dan metode. Strategi yaitu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran, sedangkan metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Berikut ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya: a. Metode Ceramah Metode
ceramah
ialah
sebuah
metode
mengajar
dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya guru memberikan uraian mengenai topik tertentu di tempat tertentu dan dengan alokasi tertentu pula. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah, perhatian terpusat pada guru sedangkan para siswa hanya menerima secara pasif, mirip anak balita yang sedang disuapi. Dalam hal ini, timbul kesan siswa 25
hanya sebagai objek yang selalu menganggap benar apa-apa yang disampaikan guru. Padahal, posisi siswa selain sebagai penerima pelajaran, ia juga menjadi subjek pengajaran dalam arti individu yang berhak untuk aktif mencari dan memperoleh sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Metode ini hanya cocok digunakan untuk menyampaikan informasi, kalau bahan itu cukup diingat sebentar, untuk memberi pengantar dan untuk menyampiakn materi yang berkenaan dengan pengertian-pengertian atau konsep-konsep. b. Metode Praktek Dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksud. c. Metode Keteladanan Keteladanan merupakan suatu metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam moral, spiritual dan sosial. Penanaman nilai keagamaan dengan keteladanan dalam pendidikan dengan memberi contoh baik berupa tingkah
laku,
sifat,
cara
berfikir
dan
sebagainya
(http://jawaposting.blogspot.com/2012/12/metode-pembelajaranagama.html).
26
3. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran Pada Anak Tunagrahita Selain metode, model juga merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Secara umum ada berbagai model strategi pembelajaran yang digunakan
untuk
menyampaikan
materi
pelajaran
bagi
anak-anak
berkebutuhan khusus dalam hal ini adalah anak-anak tunagrahita yang memiliki kelemahan mental. Untuk itu perlu adanya cara khusus untuk memudahkan mereka dalam menerima pelajaran tersebut. Ada beberapa model strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran bagi anak tunagrahita sebagai berikut: a.
Model pembelajaran efektif, model ini sebagai dasar dalam pembelajaran anak hambatan mental, disamping menggunakan berbagai pendekatan didalam pembelajaran. Model pembelajaran ini dengan pengaturan berbagai pengkondisian pembelajaran supaya efektif yaitu pengkondisian sebelum mengajar, pengkondisian saat proses pembelajaran dan tindak lanjut setelah mengajar (Mumpuniarti, 2007:46).
b. Model pembelajaran berbasis kompetensi dengan model gerak irama dalam pembelajaran. Model ini berdasar kurikulum berbasis kompetensi dengan model pengembangan lingkungan secara terpadu dengan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran meliputi motivasi, konteks, keterarahan, hubungan sosial, belajar sambil bekerja, individualisasi, penemuan dan pemecahan masalah (Delphie, 2006:22-23). Gerak irama sebagai pendekatan didalam pembelajaran adalah berdasarkan tujuan utama yang menyatakan bahwa pola gerak dan irama memiliki kepentingan dalam mengembangkan potensi dan kemampuan 27
kognitif serta sosial peserta didik untuk mencapai kompetensi dirinya secara utuh. Guru memerlukan pendekatan untuk mengetahui keberadaan peserta didik selanjutnya pola gerak yang disusun disesuaikan dengan irama yang cocok bagi peserta didik. Suatu pola gerak yang bervariasi dapat meningkatkan potensi anak dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi dan
sosialisasi dan daya nalar. Harus
diketahui bahwa gerak dan irama merupakan
salah
satu
faktor
yang
berpengaruh dalam keterampilam olah tubuh (Delphie, 2006:22-23).
B. Pendidikan Agama Islam 3. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dari segi bahasa, kata " pendidikan " yang umum kita gunakan sekarang dalam bahasa Arabnya adalah " tarbiyah " dengan kata kerja "rabba". Kata " pengajaran " dalam bahasa Arabnya adalah " ta'lim " dengan kata kerja " 'allama ". Sedangkan Pendidikan Agama Islam dalam bahasa Arabnya adalah " Tarbiyah Islamiyah "(Darajat, 1992:25). Marimba ( 1962:15 dalam Ahmad Tafsir ) mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama ( Tafsir, 1992:6). Mengenai agama, perlu dijelaskan lebih dahulu. Agama adalah "the problem of ultimate concern" : masalah yang mengenai kepentingan mutlak setiap orang (Daud, 1998:39). Oleh karena itu menurut Paul Tillich, setiap orang yang beragama selalu berada dalam keadaan involved (terlibat) dengan 28
agama yang dianutnya. Memang, kata Profesor Rasjidi, manusia yang beragama itu aneh. Ia melibatkan diri dengan agama yang dipeluknya dan mengikatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi bersamaan dengan itu ia merasa bebas menjalankan sesuatu menurut keyakinannya. Karena agama mengenai kepentingan mutlak setiap orang dan setiap orang beragama terlibat dengan agama yeng dipeluknya, maka tidaklah mudah membuat sebuah definisi yang mencakup semua agama. Kesulitannya adalah karena setiap orang beragama cenderung memahami agama menurut ajaran agamanya sendiri. Hal ini ditambah fakta bahwa agama di dunia ini amat beragam. Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu. Selain terdapat persamaan, antara agama yang beragam itu juga terdapat perbedaanperbedaan, seperti yang telah disebutkan diatas. Dalam menghadapi perbedaan tersebut masyarakat hendaknya bersikap setuju atau hidup bersama dalam perbedaan. Islam sendiri berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan , penyerahan diri, ketaatan dan kepatuhan (Daud, 1998:49). Intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh dan taat dengan sepenuh hati dengan kehendak Illahi. Kehendak Illahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia itu manfaatnya untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia kepada Allah, sesama manusia dan manusia kepada lingkungan hidupnya. Kehendak Allah telah disampaikan oleh malaikat Jibril (terakhir) kepada Nabi Muhammad 29
sebagai RasulNya berupa wahyu yang kini dapat dibaca dan dikaji selengkapnya dalan Al-Qur'an. Islam sebagai agama wahyu yang memberikan bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek kehidupan, diantaranya dapat diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang dituju, tempat tertinggi dan mulia. Jalan raya itu panjang dan lebar, kiri kanannya berpagar Al-Qur'an dan AlHadis. Pada jalan itu juga terdapat rambu-rambu, tanda-tanda serta jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan manusia. Siapa saja yang memasuki gerbang jalan raya itu baik karena keturunan maupun karena mengucapkan dua kalimat syahadat, wajib memperhatikan rambu-rambu, tanda-tanda dan berjalan melalui jalur-jalur yang telah ada. Selama pemikiran, sikap dan perbuatan seorang muslim masih berada di dalam batas kedua pagar tersebut (Al-Qur'an dan Al-Hadis), dalam pengertian tidak keluar dan tidak bertentangan dengan wahyu yang terdapat dalam istilah pagar di atas, selama itu pula pemikiran, sikap dan perbuatan mereka dapat disebut sebagai Islami. Pendidikan
yang diselenggarakan oleh
umat manusia selalu
disandarkan pada pandangan hidup atau falsafah yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan, karena setiap masyarakat menpunyai falsafah atau pandangan hidup sendiri. Falsafah Pendidikan Agama Islan adalah pandangan manusia
muslim berdasarkan ajaran agama, tentang proses
pemindahan nilai atau norma serta usaha pengembangan potensi, bakat dan kemampuan manusia agar dapat menentukan status, tugas dan fungsinya di dunia ini dan menjalankan hidupnya menuju ke akherat kelak. Dan bertolak 30
dari pandangan ini, yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia ini sebagai khalifahNya di bumi, dengan selalu taqwa dalam makna memelihara hubungannya dengan Allah, diri sendiri, masyarakat dan lingkungan sekitar. Seperti yang terdapat dalam firman Allah surat Adz-Zariyat: 51
Artinya : "Dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu" (Adz-Dzariyat (51):51). Dalam firman Allah yang lain:
Artinya: " Ingatlah kepada Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat keruskan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Al-Baqarah (2): 30). Pendidikan Agama Islam disini termasuk didalam salah satu bimbingan yang diajarkan pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Yang didalamnya berisi tentang materi-materi 31
Agama Islam. Dengan diajarkannya Pendidikan Agama Islam nantinya dapat membantu anak-anak tunagrahita dalam lingkungan sosialnya. Seperti kita ketahui bahwa tidak hanya di sekolah-sekolah umum dan agama saja mata pelajaran agama Islam diajarkan tapi di Panti atau sekolah bagi mereka yang memiliki keterbatasan mental juga diajarkan. Hal tersebut guna membantu perkembangan kepribadian mereka. Bagaimanapun juga anak-anak yang mengalami kekurangan berhak mendapat pendidikan sebagaimana anak-anak normal lainnya. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 juga dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bagi warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (UU No. 20, 2003:13). 2.
Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Dalam Pendidikan Agama Islam ada beberapa hal yang dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaanya yakni: a. Dasar Yuridis atau Hukum 1) Dari segi yuridis yang mendasari adalah dasar falsafah negara Indonesia yakni Pancasila, yang terdapat pada sila ke satu yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa". 2) Dasar konstitusionalnya yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pada pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: a) Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa b) Negara Menjamin Kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk 32
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu (UU No.20, 2003:12). b. Dasar Religius Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal yang dapat digunakan untuk berpikir. Dasar religius yang menjelaskan tentang menuntut ilmu umum maupun agama adalah sebagai berikut: 1) Dalam QS. Al-Mujaddilah: 11
Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pemgetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan " (QS. Al-Mujaddilah (58):11). 2) Dalam QS. At Taubah: 122
33
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. " (QS. At Taubah (9): 122). 3) Hadis Rasulullah : Dalam hadis Nabi dijelaskan:
العلم Artinya: " Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim..." (Majjah: 1991). Agama bagi kehidupan manusia adalah merupakan undang-undang dasar dan pedoman hidup (way of life). Maka dari itu terang bahwa agama sangat berfaedah bagi manusia, terutama bagi pemeluk-pemeluknya sebab agama adalah: 1) Dapat mendidik jiwa manusia menjadi tenteram, sabar, tawakal dan sebagainya. Lebih-lebih ketika dia ditimpa kesusahan dan kesulitan. 2) Dan Dapat memberi modal kepada manusia utuk menjadi manusia yang berjiwa besar, kuat dan tidak mudah ditundukkan oleh siapapun. 3) Dapat mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan takut untuk melakukan kesalahan. 4) Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat menghormati dan sebagainya. Agama melarang orang untuk bersifat sombong, congkak, riya dan sebagainya (Ahmadi, 1991: 11).
34
Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita yang ada di Bogor. Tentunya dalam sebuah lembaga pendidikan seperti PSBG memiliki materi yang yetangkum dalam sebuah program bimbingan rehabilitasi yang diajarkan kepada siswanya. Salah satunya adalan Pendidikan Agama Islam. Sebagian besar siswa di PSBG beragama Islam dan berasal dari Jabodetabek. c. Dasar Psikologi Umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya menyetujui adanya hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat, tak mungkin dipisahkan. Memori seseorang yang biasa diartikan ingatan sesungguhnya adalah fungsi mental yang dapat menangkap informasi dan stimulus artinya sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan adalah terdapat pada otak manusia. Oleh karena itu pendidikan biasa terkait dengan belajar. Bagaimana seseorang memperoleh sebuah ilmu kemudian diaplikasikan untuk pengembangan dirinya (Muhibin, 2004:96). Usaha pembinaan mental melalui Pendidikan Agama Islam adalah suatu cara yang efektif dalam membentuk kepribadian remaja, segala kegiatan remaja yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga terwujud perilaku yang baik. Pada dasarnya tujuan pembinaan mental remaja melalui Pendidikan Agama Islam adalah peningkatan diri remaja, yaitu berusaha membina akhlak, mengembangkan akal, serta mengadakan perilaku-perilaku yang baik pada pribadi remaja sehingga memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan dalam 35
menjalankan agamapun mereka mempunyai kepribadian yang mantap. 3.
Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan Pendidikan Agama Islam identik dengan tujuan agama Islam, karena tujuan agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan. Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam adalah suatu harapan yang diinginkan oleh pendidik Islam itu sendiri. Zakiah Daradjad dalam Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut : Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat. Yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia, dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia atau mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan manusia yang : a. Berjiwa Tauhid Tujuan pendidikan Islam yang pertama ini harus ditanamkan pada peserta didik,sesuai dengan firman Allah:
36
"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya,Hai Anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah benar-benar kezhaliman yang besar" (QS.Luqman (31):13).
Manusia yang mengenyam pedidikan seperti ini sangat yakin bahwa ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah, dengan demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah. b. Takwa Kepada Allah SWT Mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah merupakan tujuan pendidikan Islam, sebab walaupun ia genius dan gelar akademiknya sangat banyak, tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah maka ia dianggap belum atau tidak berhasil. Hanya dengan ketaqwaan kepada Allah saja akan terpenuhi keseimbangan dan kesempurnaan dalam hidup ini. Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang paling Taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS.Al-Hujurat (49):13).
37
c. Rajin Beribadah dan Beramal Saleh Tujuan pendidikan Islam juga adalah agar peserta didik lebih rajin dalam beribadah dan beramal saleh, apapun aktivitas dalam hidup ini haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini. Firman Allah :
"Dan aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya beribadah kepadaKu”(QS.Adz-Dzariyaat (51):56). Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut adalah beramal shalih (berbuat baik) kepada sesama manusia dan semua mahkluk yang ada di alam ini, karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan dan kesempurnaan hidup. d. Ulil Albab Tujuan pendidikan Islam berikutnya adalah mewujudkan Ulil albab yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam kitab suci AlQur'an dan Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual, tetapi mereka juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah:
38
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS.Ali Imran (3):190-191).
e. Berakhlakul Karimah Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencetak manusia yang memiliki kecerdasan saja, tapi juga berusaha mencetak manusia yang berahklak mulia. Ia tidak akan menepuk dada atau bersifat arogan (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya, sebab ia sangat menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong bila dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki pun serta yang membuat ia sampai pandai adalah berasal dari Allah. Apabila Allah berkehendak Dia bisa mengambil ilmu dan kecerdasan yang dimiliki mahkluknya (termasuk Manusia) dalam waktu seketika. Allah mengajarkan manusia untuk bersifat rendah hati dan berakhlak mulia. Sebagaimana dalam firman Allah:
39
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakandiri”(QS.Luqman(31):18). (Http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/04/28/dasar-dan-tujuanpendidikan-Islam).
4.
Materi Pendidikan Agama Islam a. Wudhu Wudhu menurut Syari'at Islam artinya menggunakan air untuk anggota badan yang tertentu dimulai dengan niat. Wudu dapat juga diartikan menyengaja membasuh anggota badan tertentu yang telah disyariatkan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang membutuhkannya, seperti shalat dan thawaf (Supiana, 2009:4). Dalil wajibnya wudhu didasarkan pada Al-Qur'an QS. Al-Maidah:6
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki" (QS. Al-Maidah(5):6). 1) Syarat-syarat Wudhu: a) Islam b) Tamyiz (memasuki usia dewasa) c) Dengan air suci lagi mensucikan (mutlak) d) Mengerti cara berwudhu e) Air harus mengalir pada anggota tubuh yang harus dibasuh 40
f) Tidak ada sesuatu yang menghalangi air ke anggota wudhu, seperti cat, getah, lilin dan sebagainya g) Masuk waktu shalat 2) Fardhu Wudhu a) Niat, niat hanya dilakukan di dalam hati, bersamaan dengan membasuh muka. Kewajiban niat didasarkan pada hadis Nabi SAW:
انمااالءعمال بالنية Artinya: "Sesungguhnya, segala perbuatan hanya sah dengan niat". Hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap ibadah hanya sah bila disertai dengan niat. Karena wudhu termasuk ibadah, maka ia tidak sah tanpa niat. b) Membasuh muka (bersamaan dengan niat), dimulai dari pertumbuhan rambut kepala hingga bwah dagu, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri. c) Membasuh kedua belah tangan sampai dengan siku-siku. d) Mengusap sebagian kepala. e) Membasuh kedua belah kaki sampai dengan mata kaki. f) Tertib atau mendahulukan mana yang harus dahulu dan mengakhirkan mana yang harus diakhirkan. 3) Sunnat-sunnat Wudhu a) Membaca Basmallah pada permulaan wudhu. b) Mencuci kedua telapak tangan sebelum dimasukkan ke dalam wadah air. c) Berkumur dan menghirup air dengan hidung. 41
d) Menyapu seluruh kepala dengan air. e) Mengusap kedua telinga luar dalam dengan air yang baru. f)Menyela-nyela (mengusap sela-sela) rambut janggut yang tebal. g) Mendahulukan anggota yang kanan atas yang kiri. h) Meniga kalikan penyucian atau usapan setiap bagian anggotaanggota wudhu. i) Muwalah, yakni melakukan perbuatan wudhu itu secara beruntun atau bersambung tanpa berhenti. j) Membaca do'a setelah wudhu. 4) Batal Wudhu Hal-hal yang membatalkan wudhu yaitu: a) Segala sesuatu yang keluar dari kedua kemaluan (kubul atau dubur), kecuali mani b) Tidur tidak dalam keadaan duduk. c) Hilangnya akal sebab gila, pingsan atau mabuk. d) Tersentuhnya kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dengan tidak memakai tutup. e) Menyentuh kemaluan (kubul atau dubur) dengan telapak tangan meskipun kemaluan sendiri. f) Menyentuh lubang dubur manusia.
42
b. Shalat Kata shalat, secara etimologis berarti do'a. Sedangkan secara terminologis artinya seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Supiana, 2009:23). Dasar-dasar shalat tertera dalam AlQur'an surat Al-Bayyinah:5
Artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepadaNya dalam mengerjakan agama dengan lurus dan supaya mereka mengerjakan shalat dan menunaikan zakat dan demikian itulah agama yang lurus" (QS. AlBayyinah(98):5). Firman Allah yang lain:
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya" (AlMu'minun(23):1-2). Orang tualah yang wajib menyuruh anaknya mengerjakan shalat sejak umur tujuh tahun, dan wajib meningkatkan perintahnya mulai umur sepuluh tahun, bahkan wajib memukulnya jika tidak mau mengerjakan shalat,
dengan
maksud
agar
mengerjakannya. 43
setelah
dewasa
anak
tetap
rajin
1) Syarat-syarat Shalat Syarat-syarat shalat sebelum seseorang mengerjakannya adalah sebagai berikut: a) Mensucikan seluruh anggota tubuh dari hadats besar, kecil dan najis. b) Menutup aurat dengan pakaian yang bersih dan suci. c) Berdiri atau berada di tempat yang suci. d) Mengetahui masuknya shalat. e) Menghadap kiblat. 2) Rukun Shalat a) Niat. b) Berdiri bagi yang mampu. c) Membaca takbiratul-ihram. d) Membaca Fatihah pada tiap-tiap rakaat sedang Basmallah termasuk ayat surah tersebut. e) Ruku'. f) Tuma'ninah (tenang) di dalam ruku'. g) I'tidal (berdiri tegak setelah ruku'). h) Tuma'ninah di dalam i'tidal. i) Sujud dua kali tiap satu rakaat. j) Tuma'ninah di dalam sujud. k) Duduk diantara dua sujud. l) Tuma'ninah di dalam duduk diantara dua sujud. m) Duduk tasyahhud akhir. n) Membaca tasyahhud di dalam duduk tasyahhud akhir. 44
o) Membaca shalawat Nabi di dalam membaca tasyahhud akhir. p) Membaca salam yang pertama. q) Niat keluar dari shalat. r) Tertib rukun menurut urutan 3) Yang membatalkan Shalat Hal-hal yang membatalkan shalat yaitu: a) Berkata dengan sengaja. b) Bergerak atau mengerjakan sesuatu yang banyak yang bukan pekerjaan shalat. c) Berhadats meskipun tidak disengaja. d) Terkena najis yang tidak dimaafkan. e) Terbuka auratnya, kecuali terbuka oleh angin dan segera ditutup. f) Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalatnya. g) Membelakangi kiblat. h) Makan, meskipun sedikit dari sisa-sisa makanan dimulut. i) Minum, meskipun berupa ludah yang bercampur dengan sisa makanan. j) Tertawa berbahak-bahak. k) Murtad atau keluar dari Islam.
c. Akidah Yang dimaksud akidah dalam bahasa Arab, menurut etimologis adalah ikatan, sangkutan (Supiana, 2009:199). Disebut ikatan atau sangkutan karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan 45
segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Akidah Islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam. Akidah Islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat dan wujudNya, kemahaesaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudNyaitu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima causa (asal yang pertama dan asal dari segala-galanya) seluruh keyakinan Islam. Pokok-pokok keyakinan yang terangkum dalam istilah Rukun Iman ada enam yaitu (a) keyakinan kepada Allah SWT, (b) keyakinan pada Malaikat-malaikat, (c) keyakinan pada Kitab-kitab suci, (d) keyakinan pada para Nabi dan Rasul Allah, (e) keyakinan akan adanya Hari Akhir, dan (f) keyakinan pada Qada' dan Qadar Allah. Pokok-pokok keyakinan atau Rukun Iman ini merupakan akidah Islam.
d. Akhlak Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq, bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahanperubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku (Supiana, 2009:346). Dalam kepustakaan akhlak diartikan sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku atau tingkah laku) baik ataupun buruk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Baik budi pekerti 46
maupun akhlak mempunyai makna yang sama, tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang positif, negatif, baik atau buruk. Yang menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah nilai dan norma agama, juga kebiasaan atau adat istiadat. Akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap Allah atau Khalik (Pencipta) dan akhlak terhadap sesama makhluk (semua ciptaan Allah). 1) Akhlak terhadap Allah (Khalik) Akhlak terhadap Allah diantaranya adalah: a) Mencintai Alah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firmanNya dalam Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dan kehidupan. b) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. c) Mengarapkan dan berusaha memperoleh keridhoan Allah. d) Mensyukuri nikmat dam karunia Allah. e) Menerima dengan ikhlas semua takdir Allah setelah berikhtiar . f)
Memohon ampunan hanya kepada Allah.
g) Bertaubat hanya kepada Allah. h) Tawakal atau berserah diri kepoada Allah. 2) Akhlak terhadap Makhluk a) Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad), antara lain: mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya, menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan dalam hidup, dan menjalankan apa yang disuruhnya dan tidak melakukan segala yang menjadi larangannya. 47
b) Akhlak terhadap orang tua, antara lain: mencintai mereka melebihi kerabat yang lainnya, merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang, berkomunikasi dengan khidmat dan kata-kata yang lembut, berbuat baik dengan sebaikbaiknya, mendo'akan keselamatan dan keampunan bagi mereka walaupun seorang atau kedua-duanya telah meninggal. c) Akhlak terhadap diri sendiri, antara lain: memelihara kesucian diri, menutup aurat, jujur dalam perbuatan dan perkataan, ikhlas, sabar, rendah hati, malu melakukan perbuatan jahat, menjauhi dengki, menjauhi dendam, berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain, dan menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia. d) Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain: saling membina rasa cinta dan kasih sayang terhadap keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu
bapak,
mendidik
anak-anak
dengan
kasih
sayang,
memelihara hubungan silaturahmi. e) Akhlak terhadap masyarakat, antara lain: memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, saling tolong menolong dalam kebajikan, bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama. f)
Akhlak terhadap bukan manusia atau lingkungan hidup, antara lain: sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, sayang pada sesma makhluk. 48
C. Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang berarti "merugi" sedangkan grahita yang berarti "pikiran". Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental Retardation) yang artinya terbelakang mental. Tunagrahita juga memiliki istilah sebagai berikut: a. Lemah pikiran (feeble minded) b. Terbelakang mental (Mentally Retarded) c. Bodoh atau dungu (idiot) d. Cacat mental e. Mental Subnormal, dll Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut American Asociation on Mental Deficiency mendefinisikan Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya dibawah rata-rata yaitu IQ 84 ke bawah. Biasanya anak-anak Tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam "Adaptive Behavior" atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak Tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standar) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya. Anak yang sulit berkomunikasi itu tidak selamanya itu anak tunagrahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme. Antara autisme dan Tunagrahita terdapat perbedaan mendasar sehingga perlakuan yang diberikan pun harus berbeda. 49
Menurut Mudjito, autisme adalah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan dan fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja. Survei menunjukkan anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tidak seimbang. Adapun Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental, jauh dibawah rata-rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi syarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu-ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika di kandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi. Anak Tunagrahita memiliki fungsi intelekual tidak statis. Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari down syndrome, memiliki kelainan fisik dibanding teman-teman lainnya. Dari kebanyakan kasus anak tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin dapat dijadikan indikator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang. Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak. Yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan dalam satu dua hal tetapi hampir 50
segala-galanya.
Lebih-lebih
dalam
pelajaran
seperti
mengarang,
menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya (www. Google.com). Penyandang tunagrahita atau cacat grahita adalah mereka yang mempunyai kemampuan intelektual atau IQ dan keterampilan penyesuaian dibawah rata-rata. Sama seperti yang telah dijelaskan diatas bahwasanya tunagrahita adalah sebutan bagi anak yang memiliki kondisi dimana ia berada pada kemampuan dibawah rata-rata. Tidak seperti anak-anak pada umumnya yang
lahir
normal
dan
memiliki
kecerdasan
baik.
Ketunaan
ini
dikelompokkan menjadi beberapa golongan yakni golongan ringan atau mampu didik, golongan sedang atau mampu latih dan golongan cacat grahita berat. Cacat grahita ini umumnya ganda, bercampur dengan kecacatan yang lain. Kelainan ini akan terlihat jelas setelah anak memasuki taman kanakkanak, atau setelah masuk sekolah. Karena di tempat barunya itu anak dituntut untuk unjuk kerja akademik (Nur'aeni, 1997:105-106). Dalam istilah lain, tunagrahita juga disebut penyandang hambatan mental. Istilah hambatan mental (mentally handicap) telah banyak disebut dengan istilah tunagrahita. Hambatan mental dipakai dalam istilah tersebut oleh Oliver & Williams (2006): anak yang dipandang hambatan mental adalah yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus dan kekhususan itu dipandang jika memerlukan penanganan secara kontekstual terkait dengan kesulitan individu dan sosial.
51
Ada beberapa pendekatan pembelajaran bagi hambatan mental atau tunagrahita dan ini diperlukan beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut berdasarkan karakteristik penyandang tunagrahita tersebut. Adapu prinsipprinsip khusus yang perlu diperhatikan antara lain prinsip pendidikan berbasis kebutuhan individu, analisis penerapan tingkah laku, prinsip relevan dengan kehidupan sehari-hari, dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan masyarakat dan prinsip berinteraksi maknawi secara terus menerus dengan keluarga (Mumpuniarti, 2007:53-55). Diharapkan dengan strategi pembelajaran yang baik, nantinya akan mempermudah guru dan orang tua dalam membimbing anak-anak yang mengalami tunagrahita atau keterbelakangan mental untuk mengerjakan ilmu tentang Pendidikan Agama Islam yang diharapkan nantinya akan menjadikan anak tersebut menjadi lebih baik dan terarah kehidupannya.
2.
Karakteristik dan Klasifikasi Tunagrahita Ada beberapa klasifikasi tunagrahita yang dapat dilihat berdasarkan medis-biologis,
sosial
psikologis
dan
klasifikasi
untuk
keperluan
pembelajaran. a. Klasifikasi medis-biologis Medis memandang tunagrahita sebagai akibat dari penyakit atau kondisi biologis yang tidak sempurna. Hal ini didasarkan pada faktor penyebabnya. Adapun beberapa penyakit yang dapat menyebabkan tunagrahita seperti karena infeksi, akibat rudapaksa, atau sebab fisik lain, akibat metabolisme, pertumbuhan atau gizi, akibat penyakit otak yang 52
nyata, akibat penyakit atau pengaruh prenatal yang tidak diketahui, akibat kelainan kromosom, gangguan waktu kehamilan, pengaruh-pengaruh lingkungan dan akibat-akibat kondisi lainnya. b. Klasifikasi sosial-Psikologis Menurut sosial-psikologis ada dua kriteria seseorang dapat dikatakan sebagai tunagrahita, dapat dilihat dari kriteria psikometrik dan kriteria perilaku adaptif yakni seorang individu harus memperlihatkan adanya penyimpangan-penyimpangan baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang terukur. Biasanya ada alat yang digunakan untuk mengukur taraf ketunagrahitaan seseorang yakni dengan menggunakan skala kematangan sosial vineland (Muldjono: 24-26). Klasifikasi menurut pandangan sosiologis memandang seseorang yang memiliki keterbatasan mental dalam kemampuannya mandiri dalam masyarakat. Menurut klasifikasi ini, tunagrahita digolongkan menjadi tunagrahita ringan, dalam hal ini anak mampu bergaul, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat dan semi terampil. Tunagrahita sedang yaitu mampu
melakukan
keterampilan
mengurus
diri
sendiri,
mampu
menyesuaikan dengan lingkungan terdekat dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin (aktifitas sehari-hari). Tunagrahita berat dan sangat berat yaitu dalam hidup mereka selalu membutuhkan bantuan orang lain, meski terkadang diantara mereka ada yang mampu dilatih untuk
mengurus dirinya sendiri (Mumpuniarti,
2007:13). 53
c. Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran Menurut
Muldjono
ada
empat
kelompok
untuk
keperluan
pembelajaran yaitu: 1) Taraf pembatasan (lamban belajar) IQ 70-85. 2) Tunagrahita mampu didik, anak ini setingkat dengan IQ berkisar 50-70 atau 75. 3) Tunagrahita mampu latih dengan IQ 30 atau 35 sampai 50 atau 55. 4) Tunagrahita mampu rawat IQ berkisar dibawah 25-30. Pengelompokan
tunagrahita
umumnya
didasarkan
pada
taraf
intelegensinya yakni terdiri atas keterbelakangan ringan, sedang dan berat. Berikut
adalah
klasifikasi
tunagrahita
menurut
kecerdasan
(IQ),
dikemukakan oleh Grosman: Term
IQ Range For Level
Mild Mental Retardation
55-70 to Aprox, 70
Moderate Mental Retardation
35-40 to 50-55
Severe Mental Retardation
20-25 to 35-40
Profound Mental Retardation
Bellow 20-25
Berdasarkan pengelompokan diatas dapat dikatakan bahwa anak tunagrahita mampu didik dipandang masih mempunyai potensi untuk dapat menguasai pelajaran yang diajarkan. Sedangkan anak tunagrahita mampu latih, dipandang sebagai anak yang tidak dapat mengikuti pelajaran sebagaimana anak tunagrahita ringan yang mampu didik. Tunagrahita mampu latih masih memiliki kelebihan 54
lain diantaranya ia masih dapat dilatih keterampilan untuk menolong dirinya sendiri, penyesuaian dalam lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar. Selain itu ia juga dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja terlindung. Tunagrahita mampu rawat yakni anak karena retardasi mental sangan berat, ia tidak dapat dilatih menolong dirinya sendiri maupun bersosialisasi dengan orang lain. Anak yang mengalami tunagrahita berat seperti ini memerlukan perawatan dan pengawasan secara total (Muldjono: 27). Adapun karakteristik tunagrahita antara lain: a) Tunagrahita ringan Hambatan mental ringan ini memiliki fisik yang hampir sama dengan anak yang normal, hanya saja menurut Astati (2001:5) keterampilan motoriknya cenderung lebih rendah dari anak normal. Tunagrahita ringan memiliki kecerdasan IQ berkisar 55-70 dan sebagian dari mereka mencapai usia kecerdasan atau mental yang sama dengan anak normal usia 12 tahun ketika mencapai usia kronologis dewasa. Mereka mengalami keterlambatan 2 atau 5 tingkatan dibanding dengan anak normal dalam hal kognitifnya. Semakin bertambah usia anak hambatan mental ringan, ketertinggalan dibanding anak usia sebayanya dewasa normal semakin jauh. Perkembangan kognitif terbatas pada tahap operasional konkret ( Mumpuniarti, 2007: 15-16 ). b) Tunagrahita sedang Tunagrahita sedang termasuk dalam kategori dengan kemampuan intelektual dan adaptasi perilaku dibawah tunagrahita ringan. Kelompok 55
ini masih mampu dioptimalkan dalam mengurus diri sendiri, dapat belajar keterampilan akademis yang sederhana, seperti membaca tandatanda, berhitung sederhana, dan mengenal nomor-nomor, selain itu dapat juga bekerja di tempat terlindung dengan pengawasan. IQ tunagrahita sedang berkisar antara 30-50 menurut Amin (1995: 25). Dan prevalensinya sekitar 20% dari seluruh jumlah anak retradasi mental . Hal ini menunjukkan tunagrahita sedang lebih sedikit dari tunagrahita ringan. Adapun karakteristik aspek individu mereka diantaranya: 1) Karakteristik fisik, umumnya tingkat tunagrahita sedang lebih menunjukkan kecacatannya. 2) Karakteristik psikis, pada umur yang dewasa mereka baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7 tahun atau 8 tahun, kekanakkanakan, sering melamun atau sebaliknya hiperaktif. 3) Karakteristik sosial, sikap sosial yang ditunjukkan anak tunagrahita sedang kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tidak memiliki rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan (Mumpuniarti, 2007:25). c) Tunagrahita berat Tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal mengurus diri sendiri. Tunagrahita berat ini memiliki IQ sekitar 20-25. Kemampuan mental age atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.
56
3.
Faktor-faktor penyebab Tunagrahita Ada beberapa penyebab seseorang mengalami tunagrahita diantaranya: a. Faktor genetik, penyebab tunagrahita adalah adanya kerusakan biokimia dan
abnormalitas
kromosomal,
yakni
ditemukannya
penyakit
Phenylketonria (senyawa kimia bergugus keton yang tidak boleh ada di dalam gugus ekskresi tubuh manusia) sebagai penyakit yang diturunkan dan menyebabkan retardasi mental, selain itu dapat dikarenakan terjadi abnormalitas kromosomal yakni anak yang dilahirkan dengan syndroma down (adanya kelainan pada kromosom yang dapat mengakibatkan terjadinya kecacatan) mengalami retardasi mental dengan mayoritas rentangan IQ 30-50. b. Terjadinya tunagrahita pada masa prenatal, terjadi infeksi rubella (cacar) biasanya mengenai ibu pada tiga bulan pertama kehamilan yang memungkinkan terjadinya retardasi mental pada anak. Selain infeksi rubella juga dapat berupa faktor Rhesus (Rh) yakni adanya hubungan antara keberadaan Rh darah yang incompatible pada penderita retardasi mental. c. Penyebab prenatal, yakni terjadi berbagai peristiwa pada saat kelahiran yang memungkinkan terjadinya retardasi mental yang terutama adalah luka-luka saat kelahiran, sesak napas dan prematuritas. d. Penyebab postnatal, adalah terjadinya retardasi mental dikarenakan adanya penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi yang diderita pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak. Selain itu kekurangan nutrisi sering dianggap sebagai penyebab terjadinya retardasi mental. 57
e. Penyebab
sosiokultural,
para
psikolog
dan
pendidik,
umumnya
mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh dalam kemampuan intelektual. Lingkungan sosial tersebut meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
58
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor 1. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Pada tanggal 5 September 1985 diresmikan berdirinya panti yang berlokasi di Jl. SKB No.3 Desa Karadenan Kecamatan Bogor, dengan nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM) Retardasi, dan peresmiannya dilakukan oleh Bupati KDH TK.II Kabupaten Bogor. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI. No. 14 Tahun 1994, tanggal 23 April 1994 nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM) diganti nama menjadi Panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara, yang didalamnya terdapat beberapa fasilitas panti diantaranya Kantor, Ruang data/perpustakaan, Ruang kesehatan (Poliklinik), Ruang pamer/show room hasil karya/kerajinan, Rumah dinas pegawai, Aula, Gudang dan Garasi, Ruang observasi, Local pendidikan dan local keterampilan, Musholla, Ruang kesenian dan sarana olahraga, Asrama kelayan(terdiri dari 8 asrama), Ruang makan dan dapur, Wisma tamu, Sarana air bersih, taman bermain dan penerangan listrik dan Pos jaga/Satpam. Kepala Panti dipimpin oleh Bpk. Cecep Sutriaman, S. Sos, MPS.Sp, dan Kepala Seksi Rehabilitasi dipimpin oleh Dra. Adiningsih, dengan 45 orang Pegawai dan 21 orang sebagai Tenaga Profesi. Kelayan yang dibimbing berjumlah 75 anak 59
dengan klasifikasi yang berbeda-beda. Sebagian besar kelayan tinggal di asrama. Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita di lingkungan Kementrian Sosial RI, yang berada dibawah tanggungjawab Kepala Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor mempunyai tugas melaksanakan rehabilitasi sosial, resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita
agar
mampu
berperan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, rujukan nasional, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi dan koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga berdasarkan Surat Keputusan Menteri RI. No.59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003 Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor diklasifikasikan ke dalam Panti Sosial type A (Eselon IIIa).
2. Visi, Misi dan Tujuan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. a.
Visi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. Mewujudkan
kemandirian
orang
dengan
kecacatan
Intelektual/Grahita. b.
Misi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. 60
(ODK)
1) Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi bagi orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita.
2) Meningkatkan profesionalisme petugas pelayanan orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita. 3) Menjalin kerjasama dengan organisasi sosial /LSM dan Instansi terkait. 9.
Tujuan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. 1) Pulihnya
kemauan,
kemampuan
dan
harga
diri
ODK
Intelektual/Grahita, sehingga dapat melaksanakan kegiatan seharihari serta dapat bergaul dan mengembangkan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. 2) Mencegah tumbuh dan berkembangnya pandangan yang negatif dari masyarakat terhadap ODK Intelektual/Grahita. 3) Menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang keaadaan, permasalahan, dan kebutuhan ODK Intelektual/Grahita sehingga masyarakat tergerak untuk mendukung usaha-usaha rehabilitasi sosial bagi ODK Intelektual/Grahita.
3. Sasaran Program Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. Sasaran program rehabilitasi sosial adalah orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita yang mempunyai masalah sosial dengan kriteria sebagai berikut: 61
a. Memiliki hambatan fisik atau mobilitas dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. b. Memiliki hambatan mental psikologis yang menimbulkan rasa rendah diri, isolatif dan kurang percaya diri. c. Memiliki hambatan dalam melaksanakan keterampilan usaha/kerja produktif. d. Memiliki hambatan dalam melaksanakan kegiatan sosial. e. Usia sekolah sampai usia produktif (15-35 tahun). f. Rawan kondisi sosial ekonomi. g. Sehat (tidak mengidap penyakit menular) dengan surat keterangan dokter. h. Orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita yang mampu didik (IQ 50-70) dan mampu latih (IQ 30-49). i. Tidak mengidap epilepsi. j. Tidak menderita cacat ganda (tuna netra, bisu tuli). k. Tidak menderita gangguan jiwa.
4. Keadaan Pegawai dan Kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. a. Keadaan Pegawai Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. Mengenai jumlah tenaga kepegawaian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor terdiri dari 46 orang, dimana dari jumlah tersebut terdiri dari Kepala Panti, Sub Bagian Tata 62
Usaha, Seksi Rehabilitasi Sosial, Seksi PAS, Pekerja Sosial dan Tenaga Profesi. Pegawai yang berada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor sebagian besar adalah beragama Islam, akan tetapi tidak semua pegawai dapat memberikan bimbingan Agama Islam, karena pada dasarnya bagi pembimbing agama Islam harus mermpunyai keahlian khusus terutama mengenai keislaman dalam menangani kelayan. Pembimbing Agama Islam bertanggungjawab atas layanan yang disampaikan dengan membuat strategi khusus demi tercapainya
target
bimbingan
serta
menetapkan
nilai-nilai
keislaman bagi kelayan. Adapun daftar Petugas Bimbingan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor adalah sebagai berikut: TABEL I Daftar Petugas Bimbingan Fisik, Mental, Sosial dan Keterampilan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. NO
JENIS BIMBINGAN
A
Fisik C. Olahraga
B
D. kesehatan Mental 1. Mental Keagamaan - Islam - Kristen
JUMLAH JAMLAT/J AM LATIHAN
PETUGAS
PEKERJA SOSIAL/PENDAMPI NG
16
Suroto
Budhy Budiarto
16
Erica Sri R, AMK
Siti Isnaeni
16 4
M. Nur Anna Br Tamba
R. Uwes
63
C
2. Kecerdasan Sosial c. ADL (Activity of Daily Living) Pribadi
20
Susi Dewi, S. Psi
Dra. Nitah Cipto R
32
Diah Martiana S, A .Md.OT
Djunaedi,Magdalena.
d.
ADL (Activity of Daily Living) Umum
32
Awa Rosmiati
Dra. Hariaty; Ikar, S.IP
e.
Budi Pekerti 16
Dewi Rubinyati, S. Sos. I Indah Permata Kesuma, S. ST Azmi Rahmi Deni Aziz, S. ST
Dra. Wiwik Kusdiyanti Tarsono Ari P
f.
Kesenian
g.
Komunikasi Sosial
20 16
Siti Wakingah, S. IP
D
Pramuka
16
R. Uwes
Agustin Indriyani
E
PLM (Perception Learning Motion) Keterampilan j. Olah Pangan k. Kesed
16
Susanawati, S. IP
Anna Br Tamba
20 20
Siti Isnaeni Budhy Budiarto
Awa Rosmiati Siti Wakingah, S. IP
l.
20
Anna Br Tamba
m. Menjahit
20
Agustin Indriyani
Dedek Roslina, S. Sos Dra. Wiwik Kusdiyanti Dra. Hariaty
n.
Handycraft
20
Dra. Nitah Cipto Renggani
o.
Pertanian
20
Tarsono Ari Priyatno
F
Menyulam
Suroto
b. Keadaan Kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. Berdasarkan data statistik pada bulan Mei Tahun 2013 yang mengikuti bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan keseluruhannya berjumlah 75 kelayan yang terdiri dari 34 kelayan 64
wanita dan 41 kelayan pria. Dari jumlah keseluruhan tersebut, hanya 6 kelayan yang beragama Katholik dan Kriten. Dan terdapat 29 kelayan yang masuk dalam persyaratan calon kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, yaitu mereka yang mampu didik/Debil (50 s/d 70) dan mampu latih/Imbesil (IQ 30 s/d 49). Untuk lebih jelasnya keadaan kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL II Keadaan Kelayan dengan klasifikasi Debil pada bulan Mei Tahun 2013 NO
NAMA
L/P
IQ
1
Zulkifli
L
53
2
Cepi Adistira
L
53
3
Selva Safarila
P
51
4
Eska Yudha Pratama
L
51
5
Ardi Yudha Pranata
L
61
6
Sugeng
L
50
7
Septanto
L
50
8
Imas Maryati
P
65
9
Syifa Nurpadhillah
P
60
10
M. Renaldi Rachmat
L
60
65
11
Minhajutholibin
L
58
12
Asam M. Hamzah
L
64
TABEL III Keadaan Kelayan dengan klasifikasi Imbesil pada Bulan Mei Tahun 2013
4.
NO
NAMA
L/P
IQ
1
Yuni
P
40
2
Andrean Dewantoro
L
30
3
Ringgas Tambunan
P
42
4
Dewi Sifa
P
30
5
Gian Al Athur
L
42
6
Dwi Marsono
L
31
7
Atun Murdiatun
P
40
8
Lia Yulianingsih
P
30
9
Rifqi Firmansyah
L
41
10
Rudi Barus
L
30
11
Ema Tiara Mustikawati
P
42
12
Wenny Helfinda
P
35
13
Mei Hendi
L
46
14
Dita Dewi Anjani
P
35
15
Herry Soesanto
L
35
16
Muhammad Reza
L
49
17
Aditia Pratama Hamka
L
-
Struktur Organisasi 66
Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Didalamnya terdapat beberapa orang yang saling berpengaruh satu dengan yang lain dengan hubungan yang baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor memiliki banyak struktur organisasi karena terdiri dari berbagai bimbingan. Akan tetapi disini penulis hanya membahas pada struktur organisasi dibidang Rehabilitasi Sosial, karena didalam bidang inilah terdapat kegiatan yang termasuk ke dalam pembelajaran keagamaan. STRUKTUR ORGANISASI PSBG "CIUNGWANARA"" BOGOR TAHUN 2013
Kepala
Sub bag Tata Usaha
Seksi Program & Advokasi Sosial
Seksi Rehabilitasi Sosial
Kelompok Jabatan Fungsional
Instalasi Produksi (Workshop)
Keterangan: Kepala : Cecep Sutriaman, S.Sos, MPS.Sp 67
Sub bag Tata Usaha : Drs. Jarmadi, M.Si Seksi Program & Advokasi Sosial : Dra. Eja Tejaningsih, Mm. Seksi Rehabilitasi Sosial : Dra. Adiningsih
B. Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Sesuai dengan hasil observasi, pengamatan dan wawancara serta dokumentasi dilokasi penelitian yaitu di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, penulis mendapatkan beberapa hal diantaranya: 1. Proses Kegiatan Bimbingan Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor Kegiatan bimbingan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor dilaksanakan setiap hari diluar jam kerja, dimulai dari pukul 18.00 yaitu mulai masuk waktu Magrib sampai dengan waktu Isya'. Tidak ada perbedaan antara kelayan laki-laki
dan
kelayan
perempuan,
semua
pelaksanaan
bimbingan
Pendidikan Agama Islam dilaksanakan di Mushola yang terdapat di dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. Dalam pelaksanaan bimbingan Pendidikan Agama Islam, para pembimbing memberikan arahan agar para kelayan dapat belajar tentang agama Islam dengan baik. Pernyataan tersebut disampaikan oleh salah satu pembimbing Agama 68
Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor: " Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat penting diajarkan bagi mereka karena agama adalah sebagai pedoman hidup. Dengan berbekal agama tersebut akan sangat membantu mereka dalam menjalani kehidupan sehingga bisa terahkan. Karena dalam Islam sendiri tidak memandang perbedaan, walaupun mereka memiliki kekurangan, tetapi banyak juga kelebihan yang mereka miliki". Dengan demikian dari pernyataan Bapak MN diatas dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus diterapkan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor untuk bekal hidup mereka di dunia dan di akhirat. Kegiatan bimbingan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor menggunakan beberapa strategi, sebagaimana yang dipaparkan oleh bapak MN, yaitu: "Sejauh ini strategi yang saya dan pembimbing agama Islam lain terapkan diantaranya melalui metode ceramah, tapi langsung dengan praktek sehingga kegiatan pelajaran bisa berjalan dengan efektif. Seperti contohnya praktek shalat, yang kebetulan tempat belajarnya memang di ruang mushola". Melihat keterangan informan dari salah seorang pembimbing agama Islam, yaitu dengan bapak MN diatas, penulis mengikuti kegiatan bimbingan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, adapun gambaran pelaksanaan kegiatan bimbingan Pendidikan Agama Islam tersebut adalah sebagai berikut: a. Metode Ceramah Penerapan
meode
ceramah
dalam
kegiatan
bimbingan
Pendidikan Agama Islam dilaksanakan secara klasikal atau secara 69
keseluruhan. Kelayan dikelompokkan dalam satu ruangan yaitu mushola untuk melaksanakan bimbingan agama Islam. Kegiatan mengenai penggunaan metode ceramah ini dapat digambarkan dari hasil pengamatan penelitian cacatan lapangan sebagai berikut: Begitu adzan shalat Magrib tiba, semua kelayan bersiap-siap datang ke mushola. Mereka memakai pakaian muslim. Setelah tiba di mushola, ada yang bergegas untuk mengambil air wudhu dan ada yang langsung duduk di dalam mushola. Setelah semua kelayan berkumpul, pembimbing langsung mengkondisikan agar tenang dan tertib dalam barisan jamaah shalat Magrib. Kebanyakan kelayan terlihat tenang tetapi ada juga yang menggangu teman sebelah maupun pulang terlebih dahulu. Setelah selesai melaksanakan kewajiban shalat Magrib, para kelayan berkumpul kembali untuk mendengarkan siraman rohani sekaligus materi pelajaran yang akan diajarkan oleh pembimbing agama Islam. Dari keterangan catatan lapangan dan hasil wawancara dengan bapak MN diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah ini dipergunakan diawal-awal kegiatan pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak mengalami kejenuhan dan memiliki semangat untuk belajar. b. Metode Keteladanan Penggunaan metode keteladanan dalam kegiatan bimbingan Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor dapat digambarkan sistem pelaksanaan dari hasil pemaparan dari bapak MN sebagai berikut: "Alhamdulillah untuk sikap dan perilaku atau tingkah laku para kelayan disini sudah menunjukkan hasil yang baik, seperti contohnya anak-anak akan menundukkan kepala ketika mengetahui ada pembimbing yang lewat. Ketika berpapasanpun mereka langsung mengulurkan tangan mengajak bersalaman, 70
seperti halnya setiap pagi setelah apel pagi kami selalu membiasakan berjabat tangan"
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode keteladanan adalah strategi bimbingan Pendidikan Agama Islam dimana seorang pendidik dianggap sebagai contoh yang baik menurut pandangan anak-anak bahkan terkadang anak-anak menjadikan figur guru untuk ditiru dalam segala tindak tanduknya. Penanaman nilai keagamaan berarti memberikan contoh baik itu berupa tingkah laku, tutur kata dan cara berfikir.
2.
Penggolongan Kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor Setiap kelayan yang telah diterima di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor disediakan sarana dan prasarana dengan memperhatikan kondisi masing-masing kelayan, berupa penempatan di asrama, pemenuhan kebutuhan makan, pemenuhan kebutuhan sandang, pemenuhan kebutuhan kebersihan dan pemeliharaan kesehatan dan pengisian waktu luang. Kemudian para pembimbing melakukan orientasi dan konsultasi, sosialisasi program, identifikasi/pendataan, motivasi dan seleksi. Dengan demikian kelayan kemudian dikelompokkan sesuai karakteristik orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita agar dalam pemberian bimbingan tidak terjadi kesalahan. Setelah itu dilakukan kegiatan Assesmen yaitu kegiatan kajian awal 71
tentang orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita, keluarga, masyarakat,
dan
sistem
sumber
sebagai
langkah
awal
untuk
mengungkapkan kondisi obyektif pada aspek fisik, mental, sosial, keterampilan,
dan
problematika
orang
dengan
kecacatan
(ODK)
Intelektual/Grahita. 3.
Kehidupan Sosial dan Sikap Keberagaman Kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor Kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor memang tidak semuanya memeluk agama Islam dan tidak hanya berasal dari sekitar kota Bogor. Akan tetapi dalam penggolongan di asrama tidak dibedakan antara yang beragama Islam dan non Islam. Kehidupan sosial kelayan dengan pembimbing, kelayan dengan sesama kelayan dan kelayan dengan pegawai di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor sangat baik. Memang pada dasarnya sikap keberagaman kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor tidak sama dengan sikap keberagaman orang normal pada umumnya. Akan tetapi, penulis mendapati beberapa hal tentang sikap kelayan yang mengetahui ada kelayan non Islam yang ikut dalam bimbingan agama Islam, kemudian mereka menegor kelayan tersebut. Kelayan yang beragama Islam ketika mendengar adzan Magrib wajib datang ke Mushola untuk mengikuti shalat berjamaah yang diteruskan dengan bimbingan agama Islam. Dan diwajibkan menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
4.
Absensi Kelayan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor 72
dalam mengikuti Bimbingan Agama Islam Melihat dari data pada bulan Juni tahun 2013, semua kelayan yang beragama Islam diwajibkan mengikuti kegiatan bimbingan agama Islam. Akan tetapi ada saja kelayan yang tidak mengikuti shalat berjamaah dengan berbagai alasan. Dari hasil wawancara dengan pembimbing MN, beliau memaparkan: "Kalau waktunya shalat berjamaah sebagian besar dari mereka semangat sekali, sedikit yang bolos paling anak cewek yang bohong, bilangnya haid gitu. Ada juga yang shalat tapi tidak wudhu, itu nanti yang negor malah temannya. Sosialisasi mereka tinggi malahan mbak, contohnya ya itu saling mengingatkan satu sama lain". Dengan demikian dari keterangan pembimbing MN tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa kelebihan dari orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita diantaranya rajin shalat berjamaah dan bersosialisasi tinggi.
C. Proses Penanaman Nilai-nilai Keislaman terhadap Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Sesuai dengan keperluan dan kebutuhan akan modal dasar hidup (keimanan) dan lingkungan sosial, para pembimbing agama Islam serta para petugas yang berada di bidang resosialisasi memberikan arahan dan bimbingan secara berkelanjutan mulai dari kebutuhan dunia sampai kebutuhan akhirat. Dari hasil pengamatan kegiatan di bidang resosialisasi adalah sebagai berikut: Kelayan mengikuti kegiatan bimbingan agama Islam dengan maksud agar kelayan memiliki keimanan, mengenal nilai/norma yang berlaku 73
di masyarakat, memiliki rasa percaya diri, harga diri serta memiliki kondisi psikologis yang sehat dalam berfikir, bersikap dan bertindak. Selain itu, kebutuhan kelayan di lingkungan keluarga dan masyarakat yaitu mengenal lingkungan. Dengan hal tersebut, para pembimbing yang berada di bidang resosialisasi memberikan pengarahan , membina kesadaran dan tanggung jawab sosial agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Di bidang ini kelayan diberikan bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat, bimbingan sosial hidup masyarakat, bimbingan pembinaan bantuan/stimulan usaha produktif seperti menyulam, membuat kesed dan menganyam tambang dan penempatan kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian bimbinganbimbingan semacam ini, maka dapat memberikan ide-ide kepada pasien menurut kreativitasnya. Ketika kelayan sudah masuk ke tahap Terminasi, yaitu pemutusan pelayanan dan rehabilitasi, sehubungan telah berakhirnya rehabilitasi terhadap orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita , kelayan sudah memiliki bekal hidup di lingkungan keluarga dan dapat menempatkan diri pada dunia kerja atau lapangan usaha sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. Melalui strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada kelayan agar mampu menjaga kesehatan mental baik jasmani maupun rohani, berikut pemaparan dari bapak MN: "Sejauh ini nilai-nilai yang kami tanamkan pada mereka diantaranya tentang akhlak dan fiqh, karena dengan menekankan materi akhlak dan fiqh diharapkan para kelayan dapat berakhlak mulia dan bertingkah laku yang baik kepada orangtua, guru, dan teman baik di lingkungan panti, keluarga maupun lingkungan masyarakat". Dari paparan hasil wawancara dengan bapak MN diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai keislaman yang ditanamkan kepada kelayan dalam menjaga kesehatan mental baik jasmani maupun rohani yaitu mengajarkan ajaran Islam berupa berakhlakul yang baik dan mengajarkan 74
bagaimana cara bersosialisasi dengan baik. Namun dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak selalu berjalan lancar. Sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak MN yaitu: "Hambatan-hambatan tentu ada, tingkatan dalam menangkap apa yang diajarkan berbeda-beda tergantung karakteristik masing-masing anak. Tentunya kita harus sadar bagaimana keadaan siswa yang kita ajarkan ini. Contohnya, ketika mengajarkan wudhu, ada saja anak yang melarikan diri langsung pergi begitu saja. Tapi saya rasa itu hal yang wajar". Dari keterangan bapak MN diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
srategi
pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
harus
dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan perlu adanya pengawasan ketika berlangsungnya proses pembelajaran. D. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Para pembimbing agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor pada umumnya memahami karakteristik orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita yang muncul dari kelayan saat kelayan mulai dimasukkan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. Dalam
memahami
karakteristik
orang
dengan
kecacatan
(ODK)
Intelektual/Grahita, para pembimbing dan petugas sudah berpegang pada pedoman yang sudah ditentukan. Hal ini dipaparkan oleh ibu AN sebagai berikut: "Orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita atau yang sering kita sebut Tunagrahita adalah anak yang mempunyai kemampuan dibawah kemampuan anak normal, IQ mereka dibawah 70. Dengan kriteria anak mampu didik yaitu IQ 50 s/d 70 dan mampu latih yaitu IQ 30 s/d 49. Pemahaman pembimbing terhadap orang dengan 75
kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor yaitu melakukan kegiatan Assesmen yaitu kajian awal guna mengetahui keadaan, permasalahan dan mengungkapkan kondisi/tingkat kecacatan untuk menentukan jenis pelayanan yang akan diberikan". Dari keterangan ibu AN diatas dapat disimpulkan bahwa para petugas dan pembimbing dalam memberikan pelayanan tidak asal-asalan. Akan tetapi memiliki pedoman dalam melakukan kegiatan rehabilitasi. Adapun pemahaman dari para pembimbing agama Islam tentang Tunagrahita sama dengan pembimbing yang lain, yaitu anak yang mempunyai kemampuan dibawah kemampuan anak normal, IQ mereka dibawah 70. Dengan kriteria anak mampu didik yaitu IQ 50 s/d 70 dan mampu latih yaitu IQ 30 /d 49. Namun dalam pendekatan keagamaan orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita tidak sama dengan para pembimbing lain. Dari hasil wawancara kepada salah seorang pembimbing agama Islam sebagai berikut: "Melalui pendekatan kekeluargaan kita tidak hanya mengajarkan meteri saja, tapi prakteknyapun harus kita terapkan juga. Kita menganggap mereka bukan hanya sebagai murid saja, akan tetapi lebih ke bagian dalam keluarga". Dari keterangan bapak MN diatas dapat disimpulkan bahwa para pembimbing agama Islam harus memiliki beberapa pendekatan guna meningkatkan hubungan yang baik dengan kelayan sehingga materi ataupun praktek tentang ajaran agama Islam dapat diterima oleh kelayan dengan baik pula. Hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan barometer bagi baik buruknya pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan atau belum. 76
Indikasi keberhasilan dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor antara lain: kebiasaan buruk siswa sedikit demi sedikit sudah berkurang, siswa dapat menunjukkan sikap atau perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik sesama guru atau pembimbing, teman dan orang tua, siswa dapat melakukan sholat dan wudhu sesuai dengan syari'at agama meskipun belum menunjukkan hasil yang maksimal dikarenakan keterbatasan intelektual mereka. Dari hasil penelitian mengenai hasil pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama
Islam
di
Panti
Sosial
Bina
Grahita
(PSBG)
"Ciungwanara" Bogor dapat dilihat dari wawancara dengan bapak MN: "Untuk tingkat keberhasilan anak didik kita,,belum bisa dikatakan maksimal tetapi yang saya lihat sudah ada perubahan yang signifikan, seperti contohnya ketika anak pertama kali masuk kesini banyak dari mereka yang masih kurang mengenal dengan ibadah baik mulai dari wudhu, shalat, ngaji. Tetapi alhamdulillah berkat para pembimbing yang senantiasa sabar dan teliti dalam memperhatikan maupun membimbing anak-anak tersebut, sedikit demi sedikit mereka paham akan pentingnya beribadah. Memang untuk bacaan masih berantakan, bahkan ada yang sama sekali tidak bisa melafadkan, tetapi untuk gerakan mereka sudah bisa" Lebih lanjut dinyatakan oleh ibu AN mengenai hasil pelaksanaan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: "Selama mereka mengikuti kegiatan bimbingan disini, mereka banyak mengalami perubahan baik dari segi intelektualnya maupun spiritualnya. Banyak anak yang pertama kali masuk kesini belum tau menau tentang gerakan wudhu, shalat karena memang belum diajarkan di tempat asal mereka. Tetapi setelah mengikuti beberapa kegiatan diantaranya kegiatan bimbingan keagamaan disini mereka jadi paham tentang tata cara wudhu dan shalat"
Dalam strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial 77
Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor juga menuntut para pembimbing untuk dapat memberikan contoh atau teladan yang baik bagi para kelayan, sebagaimana pernyataan dari bapak MN sebagai berikut: "Alhamdulillah untuk sikap dan perilaku atau tingkah laku para kelayan disini sudah menunjukkan hasil yang baik, seperti contohnya anak-anak akan menundukkan kepala ketika mengetahui ada pembimbing yang lewat. Ketika berpapasanpun mereka langsung mengulurkan tangan mengajak bersalaman, seperti halnya setiap pagi setelah apel pagi kami selalu membiasakan berjabat tangan"
78
BAB IV PEMBAHASAN F. Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan kegiatan yang berusaha menolong anak yang mengalami keterbelakangan mental menuju kedewasaan. Hal ini memerlukan rangkaian pemikiran yang cermat agar kegiatan yang dipilih dan ditetapkan dapat memberikan hasil yang sesuai. Kegiatan guru atau pembimbing yang berkaitan dengan penelusuran, pemilihan dan prosedur kegiatan pembelajaran yang disebut dengan pemilihan strategi pembelajaran. Dalam proses pendidikan diperlukan suatu strategi atau perhitungan tentang kondisi dan situasi dimana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Karena strategi itu merupakan bagian dari suatu garis-garis besar haluan yang bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang ditentukan. Apabila dihubungkan dengan strategi belajar mengajar, maka strategi diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan yang telah digariskan. Strategi pembelajaran berkaitan dengan pendekatan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik dan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Setiap guru atau pembimbing mempunyai cara tersendiri untuk menentukan 79
urutan kegiatan pembelajarannya. Setia cara dipilih atas dasar keyakinan akan berhasil menggunakannya dalam mengajar. Pemilihan cara mengajar mungkin didasarkan atas intuisi, kepraktisan, atau mungkin pula atas dasar teori-teori tertentu. Istilah strategi sering digunakan dalam bentuk konteks dengan makna yang tidak selalu sama dengan konteks pengajaran. Nana Sujana mengatakan strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (pembelajaran) agar dapat mempengaruhi siswa (peserta didik) untuk mencapai tujuan pengajaran (TIK) secara efektif dan efisien (Rohani, 1991:33). Strategi pembelajaran dalam hal ini adalah rencana atau pola yang digunakan guru dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam untuk perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi siswa dengan lingkungan baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Bagi seorang guru, menyusun strategi pembelajaran merupakan suatu modal utama dalam merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis. Apa yang akan diajarkannya bukan hanya harus relevan dengan kebutuhan peserta didik dan tujuan pembelajaran. Melainkan juga harus dapat dikuasai, dimiliki dengan baik oleh peserta didik yang dibimbingnya. Disamping itu, kegiatan pembelajaran juga harus menarik dan bervariasi. Strategi pembelajaran dalam pendidikan jenisnya beraneka ragam, namun tidak semua strategi pembelajaran tersebut dapat diterapkan dalam Pendidikan Agama Islam, terutama dalam pembelajaran pada anak yang memiliki keterbelakangan mental atau tunagrahita. Berdasarkan paparan data 80
dalam kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi jiwa peserta didik harus benar-benar diperhatikan. Menurut Zakiyah dalam Pendidikan Agama, bahwa dalam penyajian Pendidikan Agama hendaknya memperhatikan keadaan jiwa anak yang dihadapi. Jadi, guru atau pembimbing Pendidikan Agama Islam yang bijaksana dapat memilih metode dan materi Pendidikan Agama Islam yang cocok dengan anak didik yang dihadapinya dan menyadari bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membina mental anak didik. Dalam penerapan strategi pembelajaran, guru atau pembimbing Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor melakukan berbagai macam komponen diantaranya: 4.
Proses kegiatan bimbingan Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Proses berlangsungnya kegiatan bimbingan Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor dilaksanakan setiap hari, dimulai dari pukul 18.00 yaitu mulai masuk waktu Magrib sampai dengan waktu Isya'. Tidak ada perbedaan antara kelayan laki-laki dan kelayan perempuan, semua pelaksanaan bimbingan Pendidikan Agama Islam dilaksanakan di Mushola yang terdapat di dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor. Dalam pelaksanaan bimbingan Pendidikan Agama Islam, para pembimbing memberikan arahan agar para kelayan dapat belajar tentang agama Islam dengan baik.
5.
Metode pembelajaran, yang biasanya terdiri atas berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan 81
pembelajaran.
Setiap
langkah
tersebut
mungkin
tidak
hanya
menggunakan satu atau beberapa metode saja, tetapi biasanya sering menggunakan lebih dari satu metode, sebab metode pembelajaran itu diharapkan mampu mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan cara-cara yang tepat sehingga memberi kemudahan peserta didik dalam belajarnya. Selain itu fungsi metode pembelajaran akan optimal apabila didalam penggunaanya mampu memberikan kesenangan atau kegembiraan bagi peserta didik terutama di Panti Rehabilitasi bagi anak yang mengalami keterbelakangan mental atau tunagrahita. Sebagai strategi yang digunakan oleh guru atau pembimbing untuk mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya dengan memilih dan menetapkan metode yang tepat. Metode pembelajaran yang digunakan oleh pembimbing agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor terdiri dari berbagai jenis: 3.
Metode Ceramah Metode ceramah merupakan bentuk atau cara penyampaian materi pelajaran dengan memberi penjelasan atau deskripsi secara sepihak oleh seorang guru dengan bertujuan agar siswa mampu memahami kesatuan bahan pelajaran tersebut. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor digunakan atau diterapkan diawal-awal pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung yang dimaksudkan agar peserta didik tidak mengalami kejenuhan dan memiliki semangat untuk belajar. Seperti 82
contohnya, setelah pembimbing selesai menerangkan materi tentang shalat berjamaah, pembimbing memberikan contoh praktek shalat kemudian siswa diminta untuk mempraktekkan langsung shalat berjamaah tersebut.
b.
Metode Keteladanan Keteladanan merupakan suatu metode yang
paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak dalam moral spiritual dan sosial. Hal ini karena pendidikan adalah contoh terbaik dalam pandangan anak sehingga terkadang anak itu akan menjadikan figure guru untuk ditiru dalam segala tindak-tanduknya. Penanaman nilai keagamaan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya. Seperti yang dilakukan oleh para pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor, dalam mendidik siswanya selalu menggunakan bahasa yang lembut, bersikap sabar, memberi contoh perilaku yang baik, ramah dan supel sehingga siswa tertarik dan timbul kepercayaan dan akhirnya bersemangat untuk melakukan saran-saran dari pembimbing tersebut. Pembimbing agama Islam di PSBG juga harus memberikan contoh yang baik dalam hal kebiasaan sehari-hari seperti contohnya selalu membiasakan berjabat tangan setiap pagi setelah apel pagi dan ketika bertemu dengan guru atau pembimbing. Keteladanan pendidik yang diikuti dengan latihan83
latihan keagamaan dan pembiasaan oleh anak-anak akan lebih meresap dalam jiwanya. Dan kecenderungan mencontoh itu sangat besar
peranannya
pada
anak-anak,
sehingga
sangat
besar
pengaruhnya bagi perkembangan (Nawawi, 1993:213).
10. Metode Praktek Metode
praktek
sangat
ditekankan
dalam
proses
pembelajaran agar materi yang diberikan oleh guru atau pembimbing akan lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh peserta didik, khususnya bagi anak yang mengalami keterbelakangan mental atau tunagrahita.
Seperti
contohnya,
setelah
pembimbing
selesai
menerangkan materi tentang wudhu, pembimbing memberikan contoh praktek wudhu dengan tertib kemudian siswa diminta untuk mempraktekkan langsung wudhu dengan tertib. Berbicara mengenai strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara"
Bogor
dapat
disimpulkan
bahwa
strategi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan proses kegiatan bimbingan Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan beberapa metode
pembelajaran
sesuai
ajaran
agama
Islam
dengan
memperhatikan kondisi jiwa peserta didik.
E. Proses Penanaman Nilai-nilai Keislaman Terhadap Anak Tunagrahita di 84
Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor Mengenai pedoman yang digunakan pembimbing agama Islam yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor dalam proses bimbingan agama Islam adalah berpedoman pada Al-Qur'an dan hadis, karena Al-Qur'an dan hadis merupakan pedoman bagi seluruh umat Islam. Dengan berpedoman Al-Qur'an dan hadis, pembimbing akan lebih mudah dalam menyampaikan nasihat-nasihat dan menerapkan nilai-nilai keislaman bagi kelayan secara benar sesuai dengan petunjuk Allah SWT.
Berkenaan
dengan hal proses penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam bidang layanan bimbingan agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor menyangkut pada tiga unsur pokok yang harus diperhatikan yaitu pembimbing agama Islam, kelayan dan nasihat-nasihat atau materi-materi yang harus disampaikan. Para pembimbing agama Islam sudah ditempatkan sesuai dengan keahliannya dimana pembimbing agama Islam sudah memiliki keahlian khusus dalam bidang keagamaan sehingga saat melaksanakan tugasnya tidak merasa terbebani. Selain kemampuan dari segi keagamaan, para pembimbing juga harus memiliki beberapa pendekatan guna meningkatkan hubungan yang baik dengan kelayan, memiliki kemampuan dalam segi komunikasi, kesabaran, dan penanganan terhadap kelayan dengan baik. Materi yang berkenaan dengan penanaman nilai-nilai keislaman diantaranya materi tentang akhlak dan fiqh, karena dengan menekankan materi tentang akhlak dan fiqh diharapkan siswa atau kelayan nantinya mampu berakhlak baik dan bertingkah laku yang baik kepada orang tua, guru 85
atau pembimbing dan teman baik di lingkungan panti, keluarga maupun lingkungan masyarakat, serta dapat melaksanakan shalat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pembimbing agama Islam harus dapat memahami karakteristik dari masing-masing kelayan sehingga dalam penyampaian nasihat atau materi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan keadaan dan kondisi para kelayan. Dengan demikian, pembimbing agama Islam harus mempunyai keahlian khusus karena selain menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam kepada kelayan yang memang harus lebih disederhankan, dan diturunkan bobot materinya, tetapi juga memiliki tugas menanamkan nilai-nilai keislaman dan keimanan serta meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT sesuai dengan pedoman umat Islam yaitu Al-Qur'an dan hadis dengan tujuan memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam demi membentuk manusia seutuhnya.
c.
Hasil Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam dengan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunagrahita Sesuai dengan hasil data yang diperoleh peneliti selama melakukan pengamatan, terhadap proses penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor ditemukan bahwa kondisi mental siswa mengalami keterbelakangan mental, mereka juga mengalami keterbelakangan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan halhal yang bersifat abstrak, yang sulit-sulit dan yang berbelit-belit. 86
Kondisi siswa yang mengalami keterbelakangan mental tersebut sangat memerlukan bimbingan mental agar nantinya bisa diarahkan untuk mampu memecahkan segala kesulitan yang dialami dengan kepercayaan diri dan keberanian. Disamping itu, dengan adanya penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tepat akan mampu membina akhlak yang baik, mengembangkan akal sehingga mempunyai kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Selain itu ada berbagai macam tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu: 4) Berjiwa Tauhid 5) Takwa kepada Allah SWT 6) Rajin beribadah dan beramal shaleh 7) Ulil Albab, yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur'an dan Ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual, tetapi mereka juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT. 8) Berakhlakul karimah Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Islam memiliki nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan al-hadist. Pada dasarnya Pendidikan Agama Islam itu sendiri memiliki peran yang konkrit dalam pembentukan mental keagamaan anak, terlebih lagi dengan pendidikan akhlak, pendidikan akhlak mampu menjadi tolak ukur bagi perkembangan mental anak. Srtategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor lebih menekankan pada tingkah laku 87
anak serta bagaimana mereka bisa mengenal adanya Allah SWT, bagaimana cara shalat, wudhu, puasa. Proses penerapan strategi pembelajaran tersebut tidak hanya berlangsung dalam waktu
yang singkat, akan tetapi
membutuhkan waktu yang cukup lama agar tujuan dari strategi tersebut bisa dikatakan memperoleh hasil, walaupun tidak signifikan, mengingat bahwa yang dibina itu adalah anak-anak yang mengalami kekurangan. Oleh karena itu, penerapan strategi pembelajaran tersebut perlu dilakukan berulang-ulang karena pengalaman-pengalaman yang sedang dilaluinya dapat mempengaruhi dan merusak mental yang telah dibina itu. Terlebih dengan beberapa hambatan-hambatan yang dialami oleh pembimbing dalam menyampaikan materi diantaranya tingkatan dalam menangkap apa yang diajarkan yang tergantung dari karakteristik masing-masing anak dan kurangnya pengawasan ketika berlangsungnya proses pembelajaran. Strategi pembelajaran bukanlah suatu proses yang dapat terjadi dengan cepat dan terpaksa, tapi haruslah secara berangsur-angsur wajar sesuai dengan pertumbuhan dan kemampuan serta kondisi yang sedang dihadapi. Pendidikan Agama Islam termasuk ke dalam program bimbingan mental keagamaan yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. Pembelajaran yang ada di PSBG sesungguhnya lebih menekankan pada pelayanan individu meski pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran efektif. Karena untuk anak-anak tunagrahita memang lebih ditekankan dalam aspek kemandiriannya. Hasil dari pengamatan yang dilakukan peneliti, memperoleh beberapa indikator keberhasilan dari strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di 88
Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor diantaranya kebiasaan buruk siswa atau kelayan sedikit demi sedikit sudah mulai berkurang, kelayan atau siswa dapat menunjukkan sikap atau perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, baik sesama guru atau pembimbing, teman dan orang tua baik di lingkungan panti, keluarga maupun lingkungan masyarakat.
89
BAB V PENUTUP
F. Kesimpulan 9) Penerapan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor diwujudkan dalam bentuk bimbingan dan pengarahan-pengarahan dari para pembimbing agama Islam yang diberikan kepada para kelayan dengan menggunakan metode ceramah, keteladanan dan praktek. Materi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan ditentukan sendiri oleh panti dan materi yang diberikan adalah materi yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan islami. p.
Proses penerapan nilai-nilai keislaman terhadap anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor yang ditanamkan oleh para pembimbing Pendidikan Agama Islam adalah dengan menerapkan materi-materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam diantaranya materi tentang akhlak dan fiqh, yang ditunjukkan dengan bersikap dan bertingkah laku yang baik kepada orang tua, guru atau pembimbing dan teman baik di lingkungan panti, keluarga maupun lingkungan masyarakat, serta dapat melaksanakan shalat dalam kehidupan sehari-hari
q.
Hasil pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor membawa dampak positif bagi kelayan atau siswa diantaranya kebiasaan buruk siswa atau kelayan sedikit demi sedikit sudah mulai berkurang, kelayan atau siswa dapat menunjukkan sikap atau perilaku yang baik dalam 90
kehidupan sehari-hari 11. Saran-saran 4.
Lembaga Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor. 5.
Pembimbing agama Islam Pembimbing agama Islam merupakan unsur atau elemen utama dalam proses bimbingan kelayan baik dari segi jasmani maupun rohani. Untuk itu, pembimbing agama Islam harus mampu menumbuhkan minat belajar siswa, salah satunya dengan membuat model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Pembimbing agama Islam juga harus memiliki keahlian khusus dalam hal keagamaan dan penanganan terhadap siswa yang memiliki keterbatasan mental yaitu kesabaran, sehingga dalam penyampaian nasehat-nasehat atau materi-materi pelajaran tidak merasa terbebani dengan tugasnya.
G. Penambahan tenaga pembimbing agama Islam Melihat dari banyaknya kelayan yang mengikuti kegiatan bimbingan Pendidikan Agama Islam seharusnya lembaga Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor menambahkan tenaga pekerja di bidang pembinaan dalam bimbingan agama Islam. Karena saat ini pembimbing agama Islam hanya berjumlah dua orang, sedangkan kelayan berjumlah 75 kelayan.
91
c.
Masyarakat Bagi masyarakat diharapkan mampu menciptakan pola pikir masyarakat yang mampu menganggap bahwa anak dengan penyandang cacat banyak memiliki potensi. Dengan melihat bahwa banyak karyakarya yang dihasilkan oleh penyandang cacat tersebut. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah prosentase anak penyandang cacat yang mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan demikian anak penyandang cacat tersebut mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat.
92
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan terjemahannya, 1997, Jakarta,: CV Pustaka Mantiq Abdurachman, Muldjono, Sudjadi S. tt. Pendidikan Luar Biasa Umum, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Ahmadi, Abu, Noor Saliwi, 1991, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Jakarta :Bumi Aksara. Ali, Mohammad Daud, 1998, Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo. Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT Rineka Cipta. Darajat, Zakiyah, dkk, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. Delphie, Bandi, 2006, Pembelajaran Anak Tunagrahita ;Suatu Pengantar Dalam Pendidikan Inklusi, Bandung : PT. Refika Aditama. Desmita, 2005, Psikologi Perkembangan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Daymon , Kristina, 2008 ,Metode-metode Riset Kualitatif dalam Publik Relation dan Marketing Communication, Yogyakarta : PT Bentang Pustaka. Hasan, M. Iqbal, 2002, Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya Jakarta : Ghalia Indonesia. Kountur, Ronny, 2004, Metode Penelitian;Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta : PPM. Muhaimin, dkk, 2001, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Muhaimin, 1996, Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pendidikan Agama, Surabaya : CV Citra Media Karya Anak Bangsa.
93
Moleong, Lexy J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Nawawi, Hadari, 1993, Pendidikan dalam Islam, Surabaya : Al Ikhlas. Nura'eni, 1997, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, Jakarta : Rineka Cipta. Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta Sudjana, Nana, 1989, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Jakarta:PT Sinar Baru Al gensindo. Surya , Mohammad, 2004, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung : Pustaka Bani Quraisy. Sunah Ibnu Majjah, Dalam Muqoddimah Bab Fadhlul Ulama Walkhasi' Ala Tholabil Ilmi . (CD. Mausu'ah Hadits Vol. 2.1991/1997) Supiana, 2009, Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Syah, Muhibin, 2004, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Tafsir, Ahmad, 1992, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Taringan, Henry Guntur, 1993, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran, Bandung : Angkasa. Tim Penyusun Kamus Besar, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka . Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2006. Bandung : Fokus Media. UUD 1945 beserta Amandemennya , Surabaya : Sentral Jaya Prees. Http://kiflipaputungan.wordprees.com/2010/04/28 Islam http //panti .tripod.com
94
dasar-dan-tujuan-pendidikan-
PEDOMAN OBSERVASI
1.
Mengamati keadaan dan letak geografis Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.
2.
Mengamati kondisi lingkungan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.
3.
Mengamati kondisi fasilitas, sarana dan prasarana Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.
4.
Mengamati keadaan guru, karyawan dan siswa Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor.
95
PEDOMAN WAWANCARA
Pertanyaan: 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam? 2. Apakah strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam termasuk bimbingan khusus dalam pembinaan mental? 3. Menurut anda pentingkah adanya strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti ini? 4. Bagaimanakah pendapat anda terhadap strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tunagrahita? 5. Strategi pembelajaran seperti apakah yang mampu menumbuhkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita? 6. Bagaimanakah strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor dalam kaitannya dengan upaya menumbuhkan kemauan dan kemampuan orang dengan kecacatan(ODK) intelektual/grahita? 7. Melalui strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, nilai-nilai apakah yang ditanamkan pada anak tunagrahita agar mampu menjaga mental? 8. Apakah pendidik di PSBG ini harus mempunyai kualifikasi akademik khusus? 9. Bagaimanakah proses penanaman nilai-nilai keislaman dalam strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PSBG ini? 10. Apakah kurikulum yang diterapkan sama seperti kurikulum sekolah pada umumnya? 11. Bagaimanakah bentuk program atau rencana guna terlaksanakannya strategi 96
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PSBG ini? 12. Materi yang diajarkan apakah sama dengan materi pelajaran pada sekolah umum? 13. Bagaimanakah penerapan waktu dalam penyampaian materi pelajaran? 14. Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, apakah ada hambatan-hambatan dalam penyampaian materi terhadap peserta didik? 15. Dari sekian banyak peserta didik, apakah semuanya aktif mengikuti pembelajaran atau masih ada yang perlu mendapatkan dorongan? 16. Apakah peserta didik yang mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat menerima materi yang disampaikan? 17. Bagaimana cara mengatasi peserta didik yang dirasa sulit menerima pembelajaran ini? 18. Apakah peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar di PSBG? 19. Bagaimanakah hasil yang diperoleh dengan menggunakan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut?
97
Verbatin wawancara kepada Seksi Rehabilitasi Sosial A. Identitas Informan H. Nama Informan I. Jenis kelamin J. Alamat K. Bidang Layanan L. Waktu Wawancara
: Ibu AN : Perempuan : Karadenan, Cibinong Bogor : kepala Seksi Rehabilitasi Sosial : Selasa, 18 Juni 2013
G. Hasil Wawancara No 1
Pertanyaan Menurut ibu, apa yang dimaksud dengan Tunagrahita?
Jawaban Tunagrahita itu adalah anak yang mempunyai kemampuan dibawah kemampuan anak normal, IQ mereka dibawah 70. Dengan kriteria anak mampu didik yaitu IQ 50 s/d 70 dan mampu latih yaitu IQ 30 s/d 49.
Keterangan Pengertian tunagrahita
2
Aspek apa saja yang lebih ditekankan pada anak didik di PSBG ini?
Mereka lebih kita arahkan pada aspek kemandiriannya, kalau di rumah kan mereka masih mendapatkan bantuan orang tua untuk melakukan pekerjaan. Nah disini mereka diajarkan berbagai keterampilan baik keterampilan mengurus dirinya sendiri maupun keterampilan-keterampilan lain yang berguna kelak ketika mereka sudah keluar dari PSBG ini. Contohnya keterampilan menganyam tambang, membuat kesed, menyulam, menjahit dan bercocok tanam.
D. Aspek yang ditekankan pada kelayan
3
Apakah strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam termasuk bimbingan khusus dalam pembinaan mental pada anak Tunagrahita? Apakah pembimbing di
Ya termasuk dari salah satu program pembinaan mental disini mbak.
4
Salah satu program atau 98
PSBG harus mempunyai kualifikasi akademik khusus?
rencana kami begitu, akan tetapi masih perlu diklatdiklat khusus terlebih dahulu, terutama pada pembimbing keagamaan. Kalau pembimbing olahraga tentu saja sudah mempunyai kualifikasi khusus mbak, karena cara mengajarnya tentu saja berbeda dengan cara mengajar anak normal.
5
Bagaimana penerapan waktu dalam penyampaian materi pelajaran?
Kegiatan disini berlangsung setiap hari, libur hari sabtu dan minggu. Kalau masalah waktu saya rasa cukup untuk kegiaan bimbingan bagi anak yang memiliki keterbatasan seperti mereka. Akan tetapi kita sedikit mempunyai kendala pada pembimbing yang masih perlu latih karena keterbatasan tenaga, saya rasa masih kurang efektif karena hanya satu orang dalam satu bimbingan.
6
Apakah peserta didik yang mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat menerima materi yang disampaikan? Bagaiamana bentuk program atau rencana guna terlaksanakannya pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PSBG ini?
Bisa, meskipun sesuai tingkat kemampuan mereka masingmasing dalam menerimanya.
7
Program kedepan sudah ada mbak, tapi kita baru mencaricari referensi, efektif tidaknya.
99
Verbatin wawancara kepada pembimbing agama Islam A. Identitas Informan 5. Nama Informan 6. Jenis kelamin 7. Alamat 8. Bidang Layanan 9. Waktu Wawancara
: Bapak MN : Laki-laki : Karadenan, Cibinong Bogor : Pembimbing Agama Islam : Kamis, 13 Juni 2013
M. Hasil Wawancara No 1
Pertanyaan Menurut anda apakah yang dimaksud dengan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
2
Apakah strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam termasuk bimbingan khusus dalam pembinaan mental?
3
Menurut anda pentingkah adanya strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Panti ini?
4
Bagaimana pendapat anda terhadap strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Jawaban Taktik atau cara kita mengajar, yaitu bagaimana kita bisa masuk ke dalam dunia mereka(anak tunagrahita) Disini bimbingan keagamaan hanyalah sebagai kegiatan ekstrakurikuler di luar jam pelajaran, ya bisa dikatakan sebagai keiatan tambahan atau penunjang kegiatan-kegiatan yang sudah ada. Sangat penting mbak, karena agama adalah sebagai pedoman hidup. Dengan berbekal agama tersebut akan sangat membantu mereka dalam menjalani kehidupan sehingga bisa diarahkan untuk menjadi lebih baik. Seperti kita ketahui bahwa di dalam Islam tidak memandang perbedaan, dibalik kekurangan mereka tentu saja ada banyak kebaikan di dalamnya. Seperti yang saya utarakan diatas mbak, bahwa sangatlah penting menyusun strategi pembelajaran guna terwujudnya perubahan tingkah laku siswa, bertambahnya ilmu pengetahuan dan menjadikan mereka terampil dalam hal kepribadian, kerohanian 100
Keterangan 6. Pengertian strategi pembelajaran
r.
Tujuan pembelajaran PAI
d.
Tujuan strategi pembelajaran PAI
5
Strategi pembelajaran seperti apakah yang mampu menumbuhkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam bagi anak Tunagrahita?
6
Bagaimana strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) "Ciungwanara" Bogor dalam kaitannya dengan upaya menumbuhkan kemauan dan kemampuan orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita? Melalui strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, nilai-nilai apakah yang ditanamkan pada anak tunagrahita agar mampu menjaga mental? Apakah pendidik di PSBG ini harus mempunyai kualifikasi akademik khusus?
7
8
9
Bagaimana proses penanaman nilai-nilai
maupun sosial lingkungan mereka. Sejauh ini, strategi yang saya dan pembimbing lain terapkan adalah diantaranya menggunakan metode ceramah, tapi langsung dengan praktek sehingga kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan efektif. Seperti contohnya praktek shalat yang kebetulan praktek belajarnya memang di mushola. Kemudian kami juga menerapkan metode keteladanan dalam pembelajaran mengaji, yang sekaligus bermanfaat bagi diri kami(pembimbing) agar lebih berperilaku atau bersikap lebih baik. Melalui pendekatan kekeluargaan, jadi disini kita tidak hanya mengajarkan materi saja, akan tetapi prakteknyapun harus kita terapkan juga. Kita menganggap mereka bukan hanya sebagai murid saja, akan tetapi lebik ke bagian dalam keluarga. Sikap saling tolong menolong, saling membantu, itu bisa membantu menjaga atau mengendalikan mental mereka. Kalau menurut saya pribadi, semua itu berawal dari kemauan mengajar. Iya tentu, pengajar disini harus mempunyai modal khusus dalam penanganan anak yang memiliki keterbatasan mental. Seperti yang sudah diketahui tentang strategi yang 101
5.
Macam-macam strategi pembelajaran PAI
Macam-macam pendekatan dalam strategi pembelajaran PAI
keislaman dalam strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PSBG ini?
10
Apakah kurikulum yang diterapkan sama seperti kurikulum sekolah pada umumnya?
11
Bagaimanakah bentuk program atau rencana guna terlaksanakannya strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PSBG ini? Materi yang diajarkan apakah sama dengan materi pelajaran pada sekolah umum?
12
13
Bagaimanakah penerapan waktu dalam penyampaian pelajaran?
14
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, apakah ada hambatan-hambatan dalam penyampaian materi terhadap peserta didik?
diterapkan disini, prosesnya mungkin hanya membutuhkan kesabaran saja, kita disini dituntut untuk memahami karakteristik masing-masing anak. Ya tidak jauh berbeda ketika kita mengajar di sekolah umum. Beda mbak, dari segi mata pelajaran, waktu itu beda. Disini pembelajaran hanya berlangsung selama 5hari saja dimulai dari jam 08.00 setelah apel pagi sampai siang. Kita membentuk grup shalawat, mahir Al-Qur'an, kajian-kajian, Qiroah
Disini hanya diajarkan materi sekaligus praktek tentang shalat, ngaji, shalawat, kadang juga diselingi dengan ceritacerita Nabi. Bimbingan keagamaan dimulai dari Maghrib sampai Isya'. Setelah adzan Maghrib, kita shalawatan bersama, kemudian shalat Maghrib berjamaah diteruskan ngaji setelah itu shalat Isya berjamaah. Jadi kegiatan keagamaan berlangsung waktu malam hari. Tentu ada, tingkatan dalam menangkap apa yang diajarkan berbeda-beda tergantung karakteristik masing-masing anak. Tentunya kita harus sadar bagaimana keadaan siswa yang kita ajarkan ini. Contohnya ketika mengajarkan wudhu, ada saja anak yang melarikan diri, langsung pergi begitu saja. Tapi saya rasa itu hal yang 102
2.
Tingkatan penalaran dalam menangkap pelajaran
wajar. 15
Dari sekian banyak peserta didik, apakah semuanya aktif mengikuti pembelajaran atau masih ada yang perlu mendapatkan dorongan?
16
Apakah peserta didik yang mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat menerima materi yang disampaikan? Bagaimana cara mengatasi peserta didik yang dirasa sulit menerima pembelajaran ini?
17
18
Apakah peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar di PSBG?
Kalau waktunya shalat berjamaah sebagian besar dari mereka semangat sekali, sedikit yang bolos shalat palingan anak cewek yang bohong bilangnya lagi haid gitu. Ada juga yang shalat tapi belum wudhu, itu nanti yang negor malah temannya. Sosialisasi mereka tinggi malahan mbak, contohnya ya itu, saling mengingatkan satu sama lain. Kalau dorongan, misal ketika mereka ramai sendiri gitu saya diemin mbak, nanti anak-anak akan diem sendiri. Belum tentu, tergantung anak itu sendiri.
Melalui pendekatan langsung atau face to face, kita arahkan anak tersebut pelan-pelan. Jangan sampai dengan sikap marah-marah, karena itu tidak akan berhasil. Tentu, mereka merasa senang belajar, itu dapat dilihat dari lebih banya anak yang mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran, daripada yang tidak.
103
10) Macam-macam pendekatan dalam strategi pembelajaran PAI
104
105
106
107
108
109
110
111