22
BAB II POLA PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA A. POLA PEMBINAAN KEAGAMAAN 1. Pengertian Pembinaan Keagamaan Pembinaan berasal dari kata dasar bina, yang berasal dari bahasa arab “bana” yang berarti membina, membangun, mendirikan, dan membentuk. Kemudian mendapat awalan pe- dan –an sehingga menjadi kata pembinaan yang mempunyai arti usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan
secara
efektif
untuk
memperoleh
hasil
yang
lebih
baik.1Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan.2 Agama secara etimologi adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa, dan sebagainya). Serta dengan ajaran kebaktian dan kewajiban – kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.3 Kata “Agama” berarti menjalankan segala sesuatu menurut aturan agama atau ajaran sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya.4 Sedangkan, secara terminologi agama adalah ikatan, karena
1
Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), hlm.
152 2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bsear Bahasa Indonesia pusat bahasa edisi ke 4, (Jakarta: PT. Gramedia pustaka Utama, 2012), hlm. 193 3 W.JS.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm.18 4 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hlm. 15
22
23
itu agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi manusia. Ikatan yang di maksud derasal dari suatu kekuatang yanng lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat di tangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari - hari.5 Menurut Durkheim yang di kutip oleh Abdul Rachman Assegaf, Agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubbungan dengan hal – hal yang suci. Agama merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang benar. Keyakinan agama mengikat pemeluknya secara moral.6 Dan agama yang dimaksud penulis adalah agama Islam. Keagamaan berarti sifat-sifat yang terdapat dalam agama, segala sesuatu mengenai agama. Jadi agama yang di maksud di sini adalah agama Islam sebagaimana Allah telah menyatakan bahwa agama Islam adalah satu– satunya agama yang di ridhai dan di terima-Nya, selain agama Islam tidak akan di terima- Nya dan apabila di peluk oleh manusia. Maka mereka akan termasuk dalam orang – orang yang merugi. Dalil naqlinya firman Allah SWT :
5
Jalaluddin, Psikoilogi Agama, Cet 8, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004) , hlm.12 Abdul Rachman Assegaf, Desain Riset Sosial Keagamaan Pendekatan Integratif – Interkonektif, (Yogyakarta: Maga Media,2007), hlm.59 6
23
24
Artinya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekalikali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”7 Sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan, perasaan dengan serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang.8 Hal ini menunjukkan dari sikap keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala (psikologi). Dan pengaruh psikologis ini pola yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku keagamaan manusia baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosialnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembinaan keagamaan adalah suatu usaha kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan pada sifat-sifat yang terdapat dalam agama, atau segala sesuatu mengenai agama. 2. Hakekat Pembinaan Keagamaan Pembinaan merupakan suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan dasar agama sendiri pada hakikatnya adalah perihal batin berupa ilmu dan amal.
9
Agama sangat menghargai dan menjunjung ilmu
pengetahuan yang menjadi sumber penguasaan potensi kekayaan alam yang mendatangkan kemakmuran. Di samping itu Agama juga memandang indah akhlak, dilihat dari segi istilah (terminologi) akhlak adalah keadaan jiwa
7
Al-Jumanatul Hadi, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Jumanatul ALI-ART), hlm. 46, (Q.S. Ali Imron: 85) 8 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 197 9 Ibnu Taimiyah, Amalan hati, (Jakarta: Cendekia sentra Muslim, 2003), hlm. 35
24
25
yang mendorong timbulnya suatu perbuatan dengan mudah karena dibiasakan sehingga tidak memerlukan pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.10 dan nilai-nilai moral manusia. Dengan ilmu, manusia menguasai alam yang disediakan oleh Tuhan untuk memberikan kemakmuran dan juga dengan manusia yang berilmu dan berakhlak. Untuk mencapai itu semua, umat Islam di anjurkan untuk menuntut ilmu. Anjuran untuk menuntut ilmu pendidikan sebagai dasar dan pedomanan untuk memahami dan melaksanakan ajaran agama islam, seperti firman Allah SWT dalan Alqur‟an yang menunjukkan perintah untuk mencari ilmu pengetahuan. Allah SWT dalam surat al –Alaq yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” 11 Menuntut ilmu itu ada yang bermacam–macam diantaranya adalah ilmu agama yang berkaitan dengan antara manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan manusia.
10
Imam Suraji, Etika Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Al-Hadits, (Jakarta:PT.Pustaka Al Husana Baru,2006), hlm.1 11 Al-Jumanatul Hadi, op.cit.,hlm. 459 (Q.S Al Alaq: 1- 5)
25
26
Dalam ajaran Islam berintikan pada:12 a. Ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi: tentang kepercayaan dan penyembahan . b. Ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungan sekitarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa agama Islam adalah agama yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW, Yang diturunkan oleh Allah SWT. Seperti yang telah ditentukan dalam al-qur‟an dan sunahnya, yang mana di dalamnya terdapat berbagai aturan hidup bagi umatnya demi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat . Dan dengan adanya ilmu kemakmuran akan dikuasai dan dibagi secara adil untuk kemanusiaan. Hal ini akan memelihara manusia dari kehilangan kemanusiaannya dan akan tetap menjamin ketaqwaan serta kebaktiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pandangan ini seharusnya menjadi landasan dan ukuran untuk metode dan langkah-langkah maju di dalam ikhtiar pembangungan yang kita jalankan. Usaha pembangunan itu harus dapat dipertanggung jawabkan dari sudut tingkah laku yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disinilah harus disadari bahwa agama dan motivasi-motivasi yang hidup dimasyarakat bukan merupakan sarana yang harus dimanfaatkan melainkan harus menjadi salah satu sumber kegairahan suatu bangsa untuk
12
Abu Ahmadi, dasar – dasar pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2000) , hlm.17
26
27
membangun dan memperbaiki nasibnya serta menjadi arah tujuan yang pada akhirnya untuk kebatian kepada Tuhan Yang Maha Esa.13 Maka dapat disimpulkan bahwa hakekat dari pembinaan keagamaan tersebut adalah aplikasi daru suatu usaha membina penerapan kegiatn-kegiatan yang mengenai keagamaan. Karena dengan adanya penerapan tersebut dapat membentuk seorang manusia yang berakhlakul karimah dengan didasari ilmu dan agama yang kuat.Karena inti dari ajaran akhlak itu sendiri adalah berlandas pada niat atau iktikad untuk berbuat atau berbuat sesuatu sesuai dan mencari ridha Allah.14 3. Bentuk Dan Kegunaan Pembinaan Keagamaan Agama menyangkut kehidupan batin manusia. Oleh karena itu, kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia gaib.15Ajaran agama islam
yang sesungguhnya
mengandung banyak aspek sosial dan pedoman akhlakul karimah harus dicari caranya sedemikian rupa agar dapat didekatkan dengan kenyataan kehidupan remaja, sehinggan tidak terlepas partisipasi dan pandangan mereka terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan, yang lebih luas tidak sekedar berada di Masjid atau Langgar pada saat upacara beramai-ramai
13
Kafrawi, Pola Bimbingan Masyarakat Islam, (Jakarta : CV. MULTY YASA, 2001), hlm.
28 14
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008), hlm.33 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.257
15
27
28
dalam suatu perayaan agama saja, tetapi diharapkan adanya konsep-konsep tentang bentuk da‟wah yang seirama dengan jiwa remaja. Ada dua sasaran dan kerangka bimbingan dan da‟wah yang harus digairahkan diantaranya adalah : a) Sasaran Horizontal Yaitu usaha melebar dan meluaskan jangkauan da‟wah. Secara regional sasaran da‟wah harus menjangkau ke seluruh penjuru tempat dimana ada umat islam. Da‟wah harus digairahkan dikota-kota besar ke dalam Masjid, Musholla, Ruang-Ruang Kantor, Gedung-Gedung Bertingkat, Pabrik-pabrik, Bengkel-Bengkel, Flat-Flat, Asrama- Asrama, Hotel-Hotel, Kompleks-Kompleks Perumahan, Pusat-pusat kesibukan seperti: Stasiun-stasiun; Terminal-terminal; Air port; Pelabuhan; Pusatpusat hiburan dan rekreasi, hatta pada tempat-tempat maksiat sekalipun kalau mungkin. Di desa-desa, da‟wah harus mencapai pelosok-pelosok terpencil dan daerah-daerah pedalaman agar dengan demikian seluruh rongga kehidupan mendapat da‟wah dan bayu segar keagamaan yang dikandung oleh ajaran agama islam.16 b) Sasaran Vertikal Yaitu meningkatkan dan meninggikan mutu da‟wah, isi dan cara bimbingan, sasaran dan fasilitas, pemilihan bidang dan kegiatan, sesuai dengan kelompok sosial remaja, orang dewasa, keluarga dan masyarakat umum untuk meningkatkan ketaqwaan.
16
Kafrawi, op.,cit, hlm. 105
28
29
Dalam hubungan dengan kedua sasaran da‟wah di atas, maka da‟wah di kalangan remaja menempati posisi kunci, strategis dan fundamental dalam usaha “menggairahkan bimbingan kehidupan beragama” yang menjadi kewajiban Nasional dan tanggung jawab suci setiap pemeluk agama. Dengan da‟wah di kalangan remaja itu, maka diharapkan dapat memberikan jawaban dan pemecahan untuk : 1. Membendung segi-segi gejala kota yang tidak sehat yang bertentangan dengan norma-norma agama agar tidak lebih merambat ke dalam desa-desa
dan
kampung-kampung,
sekaligus
menghidupkan
lingkungan desa yang murni dan ber-rokhani yang tampaknya terdesak, dalam komunikasi yang seimbang dan harmonis dalam kehidupan remaja di kota maupun di desa. Karena bagi remaja normanorma agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.17 2. Menciptakan aspirasi karya dan program yang berguna untuk mengisi waktu luang sepanjang pergaulan dan kehidupan remaja. 3. Meluaskan dan meningkatkan nilai-nilai agama dan akhlakul karimah agar menjiwai seluruh kegiatan aktifitas remaja. Karena akhlakul
17
M. Sugeng Sholehudin, Psikologi Perkembangan Dalam Perspektif Pengantar, (Pekalongan : STAIN Press, 2009), hlm.145
29
30
karimah merupakan sikap yang melekat pada seseorang berupa ketaatan pada aturan dan ajaran syariah Islam yang tercermin dalam berbagai amal, baik amal batin seperti zikir, berdoa maupun amalan lahir seperti kepatuhan pelaksanaan ibadah dan sikap tata krama berinteraksi dengan orang lain.18 Pembinaan kehidupan beragama Generasi Muda dan Kaum remaja untuk peningkatan rasa tanggung jawabnya dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia, perlu secara sungguh-sungguh ditangani. Pendidikan yang diberikan kepada murid S.D s/d Perguruan Tinggi sebagai pendidikan formal, dirasakan masih kurang efektif. Dirasakan perlu adanya kegiatan pendidikan non-formal yang digarap oleh Pemerintah (departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam; c.q. Direktorat Penerangan Agama Islam) untuk mengisi waktu luang bagi para remaja. Kegiatan da‟wah sebagai kegiatan pendidikan nonformal untuk terbinanya learning society masyarakat Islam. Pembinaan akhlak remaja, sebagai generasi penerus dan pengaman kelestarian bangsa dan Negara Indonesia harus dilaksanakan. Tidak terbinanya akhlak remaja pada masa kini, akan menjadi berkepanjangan adanya problem “kenakalan remaja” tersebut. Apa yang dinamakan “kenakalan remaja” di Indonesia telah sampai pada fase di mana banyak pihak membicarakan, karena meluas persoalannya.
18
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter berbasis Al-Qur’an, (Jakarta : Rajawali Press, 2012), hlm. 75
30
31
Dalam usaha merumuskan langkah-langkah pragmatis yang tepat tidak mungkin dapat dilakukan secara umum, melainkan harus kasus perkasus yang berbeda antara tempat yang satu dengan tempat lainnya, untuk itu dalam hal ini peranan penelitian adalah amat penting. 19 Pada dasarnya program peningkatan da‟wah di kalangan remaja, sebagai usaha pembinaan rokhani remaja dan mengatasi “kenakalan remaja” adalah bertujuan dalam jangka panjang melenyapkan sebabsebab dari “kenakalan remaja” dan meneruskan cara-cara dan pola pembinaan remaja di dalam dan di luar rumah. Sedangkan dalam jangka pendek yaitu : aktif dalam usaha pembinaan kehidupan agama remaja dan mengatasi “kenakalan remaja” yang tengah berlangsung dalam berbagai bentuk, hingga mengurangi kasus-kasus “kenakalan remaja” terseut. Peningkatan da‟wah di kalangan remaja, yang bersifat pembinaan ini diusulkan 4 (empat) program yaitu: melalui (1)penelitian,(2) mengadakan sejumlah Lokakarya pola pembinaan remaja dalam Rumah Tangga dan tentang pola penggunaan waktu luang buat remaja yang diikuti dengan tindak lanjutnya, (3)Pengisian jiwa keagamaan pada gelanggang remaja, Karang Taruna dan Panti-panti kegiatan remaja dan(4) Penataran tenaga pelatih/pembimbing.20 Untuk melaksanakan program-program tersebut diperlukan sikap “tutwuri handayani”, di mana Direktorat Penerangan Agama Islam
19 20
Kafrawi, op.cit.,hlm. 107 Ibid.,hlm.107
31
32
memberikan bimbingan, pengarahan dan penugasan kepada remaja dan penugasan
kepada
remaja dan
organisasi
kaum
remaja
untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan program da‟wah tersebut. Pemberian aktifitas yang berefek timbul dan tumbuhnya ketrampilan kaum remaja adalah cara yang efisien dan efektif; di samping berefek pendalaman pemahaman, pengertian dan penghayatan kaum remaja terhadap nilainilai Islam. Melatih para remaja bekerja dengan tanggung jawab, penuh kreasi, adalah metode terbaik dalam bimbingan. Selain itu melatih remaja dengan kejujuran karena kejujuran adalah yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, jujur juga berarti sesorang bersih hatinya dari
perbuatan-perbuatan
yang
dilarang
oleh
agama
dan
hukum.21Pendekatan kepada remaja melalui dorongan positif dan pengarahan aktifitas remaja, di samping mempunyai kegunaan untuk peningkatan ketahanan dan stabilitas, juga merupakan penanaman modal (human investment) bagi perkembangan masa mendatang.22 Adapun Bentuk – Bentuk Pembinaan Keagamaan yang lain diantaranya adalah: 1) Melalui Pendekatan keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan, perasaan dengan serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang. sehingga dalam mengimplementasikannya diperlukan
21 22
Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, (jakarta: Bumi Aksara,2010), hlm. 115 Kafrawi, op.cit., hlm. 105-108
32
33
upaya pembinaan keagamaan terus menerus dan berkesinambungan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.23 Untuk mewujudkan tingkah laku keagamaan pada diri remaja tidaklah mudah karena menyangkut kebiasaan hidup, pembinaan akan berhasil hanya dengan usaha keras dan penuh kesabaran dari para guru selain itu harus didukung oleh peran serta dari orang tua dan masyarakat, dalam pembinaan moral remaja diperlukan upaya keras dari semua pihak yang terlibat secara bersama-sama, konsisten dan berkesinambungan dengan pendekatan yang tepat, yaitu sebagai berikut: 1) Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau yang mendukung terwujudnya moral pada diri remaja dalam lingkungan keluarga, situasi kondusif antara lain dapat tercermin dengan adanya suasana damai, sejuk, penuh kekeluargaan dan kebersamaan, situasi kondusif dapat terwujud dengan pendekatan: (a) Dialogis antara orangtua dan anak dilakukan secara pribadi atau dengan seluruh anggota keluarga. (b) Komunikatif Apa saja yang ingin anak laksanakan, dan ada hal-hal penting yang perlu disampaikan, maka sampaikanlah pada orangtua
23
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 133.
33
34
secara pribadi, dengan anggota keluarga, atau dengan teman sebaya dalam lingkungan masyarakat. (c) Keterbukaan Dialog ataupun komunikasi yang dilakukan harus terbuka, anak diberi kesempatan untuk mengembangkan pendapatnya. 2) Peningkatan kerja sama dengan kedua orang tua maupun anggota keluarga dan masyarakat. Peran
orangtua
dalam
menyukseskan
pembinaan
keagamaan bagi anak remajanya sangat besar, hal ini dikarenakan pada dasarnya sikap, tingkah laku, dan moral anak itu dimulai dari keluarga, orangtualah yang mengajarkan kepada anak tentang moral melalui keteladanan dan penerapan aturan yang berlaku dilingkungan keluarga. Selain itu keluarga memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah keluarga merupakan lembaga penyebar dan penanam dasar-dasar kepribadian.24 serta keluarga juga dapat menanamkan rasa keagamaan dan kemauan. Sedangkan peran masyarakat dalam pembinaan keagamaan juga tidak kalah penting, kehidupan remaja tidak lepas dari kehidupan masyarakat disekitarnya, remaja yang tidak beragama
24
Yatimin, Etika Seksual Dan Penyimpangannya Dalam Islam, (Jakarta: AMZAH, 2003), hlm. 86
34
35
banyak mengganggu ketenangan hidup masyarakat melalui berbagai sifat kenakalan remaja pada umumnya. 25 2) Pendidikan melalui Pembiasaan Pembinaan dan pendidikan di lingkungan keluarga lebih diarahkan penanaman nilai-nilai moral keagamaan,pembentukan sikap serta
perilaku
yang
diperlukan
agar
anak
remaja
mampu
mengembangkan dirinya secara optimal. Penanaman nilai-nilai moral agama ada baiknya diawali dengan pengenalan simbol-simbol agam, tata
cara
ibadah
(salat),
bacaan
al-Qur‟an,
do‟a-do‟a
dan
seterusnya.Orang tua diharapkan membiasakan diri melaksanakan salat, membaca al-Qur‟an, dan mengucapkan kalimah thayyibah. Pada saat salat berjamaah anak-anak belajar, mengenal danmengamati bagaimana salat yang baik, apa yang harus dibaca, kapan dibaca, bagaimana membacanya, bagaimana menjadi makmum, imam, muazin, iqamat, salam dan seterusnya. Ketika salat telah terbiasa dan menjadi bagian dari hidupnya, maka dimana pun mereka merasakan ada sesuatu yang hilang dan merasa bersalah. Orang yang meninggalkan sholat adalah orang yang tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan Sang pencipta. Karena Al-qur‟an menegaskan perintah melaksanakan ibadah salat: )۲۳۱ : ًََصلى (ط
25
صلَ َُ ِة َاصْ طَبِرْ َعلَ ْيٍَا َّ ََ ْأ ُمرْ أَ ٌْلَكَ بِاا
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 81.
35
36
Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu (istri/suami dan anak – anakmu) mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” 26 Dalam hadits Rasullah saw menganjurkan untuk membiasakan salat (berjama‟ah) dan membaca al-Qur‟an di rumah sebagai bagian dari usaha mengkondisikan lingkungan pendidikan keluarga.
)صالَ ِة ََقِ َراَ ِة ْالقُرْ أَ ِن (رَاٌالبيٍقى َّ َازلَ ُك ْم بِاا ِ و َُِّرَُْ ا َمى “Hiasilah atau sinarilah tempat tinggalmu dengan (membiasakan) salat (berjama‟ah) dan (membiasakan) membaca al-Qur‟an (bersama).”27 3) Pendidikan dengan Keteladanan Untuk menanamkan nilai-nilai agama, termasuk pengalaman agama, terlebih dahulu orang tua harus sholat, bila perlu berjama‟ah. Metode keteladanan memerlukan sosok pribadi yang secara visual dapat dilihat, diamati, dan dirasakan sendiri oleh anak. Coth lain, kalau orang tua melarang merokok di hadapan anak, sebab anak akan mengikuti apa yang dilakukan bapaknya. 4) Pendidikan melalui nasihat dan dialog Penanaman nilai-nilai keimanan, moral agama atau akhlak serta pembentukan sikap dan perilaku merupakan proses yang sering menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Orang tua sebaiknya
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Pustaka Amani), hlm. 272, (Q.S. Thaha: 132). 27 Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 21 (H.r. al Baihaqi)
36
37
memberikan perhatian, melakukan dialog, dan berusaha memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya. Adapun bahan bacaan, cerita, komik atau film yang oleh anak-anak mempunyai kualitas dan nilainilai paedogogis dan psikologis, agar mereka menemukan teladanteladan yang baik dalam cerita yang disajikan. Hal ini karena anak cenderung meniru, menghayalkan atau mengidentifikasikan dirinya dengan cerita-cerita tersebut. Untuk itu diperlukan penyaringan buku cerita, komik, film, sebelum sampai ketangan mereka.28 5) Pendidikan melalui pemberian penghargaan dan hukuman Menanamkan nilai-nilai keagamaan, sikap dan perilaku juga memerlukan
pendekatan
atau
metode
dengan
memberikan
penghargaan atau hukuman. Metode ini secara tidak langsung juga menanamkan etika perlunya menghargai orang lain. Sebagai contoh, orang tua akan arif jika anaknya (perempuan dan laki-laki) yang membantu di rumah di ucapkan “terima kasih”. Selain itu dapat berupa pujian melalui kata-kata yang baik, ketika melihat sikap anak yang baik, seperti “bagus” atau ucapan selamat. Atau pujian dalam bentuk mimik atau gerakan anggota badan yang mmberikan kesan pada mereka. Rasuluallah saw berpesan agar orang tua menyuruh anaknya salat pada usia 7 tahun, dan bila sampai usia 10 tahun masih
28
Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 2011), hlm. 125.
37
38
belum juga salat, hendaknya dieri hukuman berupa peringatan keras “pukullah”.29 6) Pendidikan melalui kegiatan –kegiatan keagamaan seperti: a. Kegiatan Harian Yaitu kegiatan yang dilakukan anak secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh: sholat, mengaji, belajar, menyapu, dan membantu orangtua dengan tugas lain. b. Kegiatan Mingguan Yaitu kegiatan yang dilakukan setiap satu minggu sekali yang dimana sudah menjadi kegiatan mingguan. Contohnya: 1) Tahlilan Tahlil berasal dari kata dasar hallala yuhallilu tahlilan, yang artinya membaca kalimat laila..........Menurut pengertian yang dipahami dalam perkataan sehari-hari, tahlil berarti”membaca serangkaian surat-surat al-qur‟an, ayat-ayat pilihan , dan kalimah-kalimah zikir pilihan , yang diawali dengan membaca surat al-Fatihah dengan meniatkan pahalanya untuk untuk para arwah yang dimaksudkan oleh si pembaca atau si empunya, dan kemudian ditutup dengan do‟a.30”
29
Fuaduddin, Pengasuhan anak dalam keluarga Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, 2000), hlm. 30- 37 30 Madchan anies, Tahlil dan Kenduri [tradisi santri dan Kiai], (Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang, 2009), hlm. 2
38
39
2) Berzanjinan Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do‟a-do‟a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifatsifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.31 c. Kegiatan Bulanan Yaitu kegiatan yang dilakukan setiap satu bulan sekali. Contohnya adalah manaqiban. Manaqib yaitu riwayat hidupnya orang-orang yang sholeh. Sedangkan riwayat hidup orang-orang yang zholim tidak disebut manaqib. Dalam Al-Quran dikatakan: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar".32
31 32
Achmad Najieh, Terjemah Al Barzanjie, (Jakarta: Pustaka Amani, 2004), hlm. 1 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 272, (At-Taubat : 100).
39
40
d. Kegiatan Tahunan Yaitu kegiatan keagamaan yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Contohnya yaitu kegiatan halal bihalal yang dilakukan pada hari raya idul fitri dan kegiatan takbir keliling yang dilakukan setiap hari raya idul adha. 4. Faktor-faktor yang menghambat dan menunjang pembinaan kegiatan keagamaan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak baik dari dalam dan atau dari luar diri anak. Dari dalam diri anak terdapat potensi yang berupa dasar yang menurut para ahli tentang perkembangan anak berpendapat faktor dasarlah yang berperan dalam proses perkembangan anak. Lawan dari pendapat di atas, beranggapan bahwa pengalaman dan pendidikan yang lebih dominan dalam mempengaruhi proses perkembangan anak, sebenarnya kedua perkembangan di atas bukanlah kontradiksi sifatnya melainkan terdapat kemungkinan saling mempengaruhi dan mengisi, yakni antara dasar dan ajar, terbukti munculnya pendapat yang beranggapan bahwa antara dasar dan ajar saling mempengaruhi dan saling mengisi terhadap proses perkembangan anak.33 Menurut versi Islam, justru kedua faktor itulah yang mempengaruhi proses perkembangan anak, yaitu hereditas dan lingkungan (dasar dan ajar).
33
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 43.
40
41
Jadi telah jelas, antara faktor pembawaan atau kodrati dan pengaruh lingkungan menentukan perkembangan anak lebih lanjut. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa dasar atau ajar anak adalah baik (Ala Hilqah Islamiyah), bisa berubah karena oleh tangan atau didikan dan hasil ciptaan orang tua.
ْ ِلى ْالف )طر ِة فَااَبَ َُايُ يٍَُ ُِّ َداوِ ًِ ََيُىَصِّ َراوِ ًِ ََيُ َمجِّ َسا وِ ًِ(رَاي مسلم َ َما ِم ْه َمُْ لُُْ د اِلَّيُُْ لَ ُد َع Artinya : “Tidak ada anak lahir melainkan dilahirkan atas fitrah, maka tergantung kedua orang tuanyalah yang menjadikah Yahudi, Nasrani atau Majusi”.34 Uraian di atas menjelaskan : Meski Allah memberikan ketentuan fitrah, namun pengaruh dari luar yakni pengalaman dan pendidikan tetap berperan dalam rangka pembentukan kepribadian anak (pendidikan anak). Dibawah ini adalah beberapa faktor-faktor yang menghambat pembinaan kegiatan keagamaan diantaranya yaitu : a) Ketidak harmonisan dalam keluarga b) Kesibukan para orang tua sehingga tidak dapat mencurahkan rasa cinta kasihnya pada remaja c) Pengaruh kuat dari sejumlah kebudayaan asing yang negatif melalui film dan media massa lainnya d) Tidak tepatnya menggunakan waktu luang tersebut. e) Kurangnya wibawa dan peran orang tua serta waktu luang yang tidak efektif dan produktif di kalangan remaja.35
34
Syekh Mansyur Ali Nashif, Mahkota pokok-pokok Hadist Rasuluallah SAW jilid 5, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1996), hlm. 590-591 35 Kafrawi, op.,ci., hlm 107-107
41
42
B. REMAJA 1. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa perkembangkan yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai pada usia sekitar 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 21 tahun. Dalam menulusuri remaja kita harus tetap mengingat bahwa tidak semua remaja sama etnis, budaya, sejarah, gender, sosial ekonomi dan gaya hidup yang bervariasi, mewarnai lintasan kehidupan mereka .36 Masa remaja adalah masa ujian, masa penuh tantangan, masa sukar dimengeti yang harus dipahami masa bergelora yang harus diselami, baik oleh remaja itu sendiri maupun oleh siapa saja yang berkepentingan dengannya.37 Menurut Kathryn G. Masa remaja adalah masa perubahan, masa ketika anak muda mengahadapi berbagai pengalaman baru, berbagai lingkungan tempat mereka bergerak di dalamnya menghadirkan situasi dan peristiwa baru serta tidak terduga yang memerlukan respon yang sebelumnya belum pernah mereka terapkan. Berhadapan situasi yang tidak terduga yang perlu dipergunakannya respon-respon baru yang belum teruji jelas menimbulkan kecemasan dan menyebabkan stres.38
36
Laura A. King, Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 188. 37 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), hlm. 162. 38 Kathryn Geldard dan David Geldard,op.,cit, hlm. 49.
42
43
Remaja merupakan kelompok usia yang menjadi perhatian banyak kalangan, perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat ditangani dengan baik, pada fase ini disatu sisi masih menunjukan sifat kekanak-kanakan, namun disisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannnya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya, dan mulai melepas dari ikatan dan ketergantungan kepada orangtuanya, dan sering menunjukan sikap menantang otoritas orangtuanya. Dalam fase remaja identitas menjadi sangat penting. Mereka mendambakan idola, semua perilaku diusahakan sama dengan idolanya.39 Senyuman Ustadz muhammad kembali tersinggung kepada semua yang hadir. Dengan mantap diiringi tatapan tajam, ia melanjutkan uraiannya penuh semangat, “ Nah, berdasarkan hasil analisis, arti dari masa remaja adalah sebagai berikt: a. Masa Pancaroba Merupakan suatu masa yang diiringi perubahan cepat dan menyeluruh pada sisi psikologis, fisik, akal, dan ruhani. b. Masa Transisi Adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
39
Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang , 2002), hlm.166.
43
44
c. Sangat tergantung Limit maktu masa remaja bisa panjang dan bisa pula pendek. Semua tergantung pada peradaban masyarakat tempat ia hidup. d. Tanpa Gejolak Pertumbuhan
fisik
remaja
terkadang
tidak
harus
selalu
menimbulkan gejolak. Hanya saja, pola hidup masyarakat modern yang biasanya membuat mereka mengalami gejolak. Jelas, mereka harus bertanggungjawab atas meluapnya badai gejolak pada remaja. e. Remaja Tidak Harus Selalu Ada dalam Masyarakat Kalau kita mencermati masyarakat Islam generasi awal, kita akan disuguhkan pada realitas bahwa remaja dan pemudalah yang menjadi penggerak aksi-aksi kepahlawanan, jihad, dakwah, ibadah, ilmu, dan banyak hal mulia lainnya.40 Remaja yang salah penyesuaian banyak terjadi, mereka melakukan tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya, perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dengan minuman beralkohol bahkan sampai mencapai tingkat kebergantungan.41 Inti dari periode ini adalah pembentukan identitas diri sendiri, hal ini biasanya bersamaan dengan adanya konflik-konflik dalam situasi keluarga
40
Akram Ridha, Manajemen Gejolak Panduan Ampuh Orangtua Mengelola Gejolak remaja, (Bandung : Syamil Cipta Media, 2006), hlm 45-46 41 Ibid., hlm. 166
44
45
karena remaja mencoba melepaskan diri dan kelompok/keluarga yang dengan cara ini membangun identitasnya sendiri.42 2. Karakteristik Remaja Banyak ciri ada dalam perkembangan psikologis kaum remaja. Anak remaja makin lancar dalam mempergunakan cara berpikir dan makin terlepas dari dunia kanak-kanak serta makin mandiri.43 Masa remaja meliputi perkembangan, pertumbuhan dan permasalahan yang jelas berbeda dengan masa sebelumnya maupun masa seseudahnya. Remaja pun memiliki ciri khas sendiri-sendiri, Dibawah ini akan disebutkan beberapa ciri khas remaja awal dan madya (12-19 tahun) diantaranya yaitu sebagai berikut: a. Status tidak menentu Pada masa ini status anak remaja dalam masyarakat tidak dapat ditentukan atau membingungkan. Pada suatu waktu dia diperlakukan seperti anak-anak, akan tetapi bila ia diperkenankan oleh sekelompok masyarakat. b. Emosional Selain memiliki pembawaan yang bersifat unik, manusia memiliki kekayaan dalam mengekspresikan emosinya. Kekayaan ini dapat dilihat
42
Samsunu wiyati mar‟at dan Keke Indianingsih, Perilaku Manusia, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), hlm. 42. 43 Robert W. Crapps, Perkembangan Kepribadian Dan Keagamaan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 23
45
46
dari muatan, intensitas, dan juga jenis emosi yang dikeluarkan saat menghadapi atau mengalami sesuatu.44 Faktor-faktor yang menjadi ciri khasnya adalah : 1. Pemalu dan cenderung mengisolasi diri 2. Salah tingkah dan merasa berdosa, khusus berkaitan dengan jenis kelamin 3. Ragu-ragu, akobat kurang percaya diri 4. Memiliki khayalan tingkat tinggi dan banyak melamun.45 Umumnya, pada remaja terjadi „strum un drug‟. Artinya, suatu masa dimana terdapat ketegangan emosi yang dipertinggi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam keadaan fisik. Selain itu juga mengenai hubungan sosial, yang dimana hubungan anak dengan orang lain atau masarakat pada masa ini tentunya mengharapkan reaksi yang lain daripada dia masih kanak-kanak. Akan tetapi tidak semua remaja mengalami sturn un drag atau masa stourm and stress ini dengan hebat. Namun pada umumnya demikianlah yang terjadi pada remaja. c. Tidak Stabil Keadaannya Karena mengalami ketegangan-ketegangan sebagaimana di atas, maka remaja tidak stabil keadaannya. Kegembiraan berganti menjadi kesedihan, percaya diri berubah dengan rasa meragukan diri sendiri, altruisme berganti menjadi egoisme, antusiasme secara tiba-tiba berubah
44
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 162 45 Akram Ridha, Op. Cit.,hlm. 78
46
47
menjadi acuh tak acuh. Selain itu juga nampak pada pola hubungan sosial. Keadaan ini akibat dari perasaan yang tidak pasti mengenai dirinya. d. Mempunyai banyak masalah 1) Masalah berhubungan dengan keadaan jasmaninya Karena remaja sudah mulai memikirkan tampangnya dan bentuk badan yang diidam-idamkannya. Hal ini sangat mempengaruhi terhadap tingkah laku remaja. oleh karena itu, amat penting artinya kemampuan anak remaja untuk melaksanakan tugas perkembangan berupa menerima keadaan jasmaninya. 2) Masalah berhubungan dengan kebebasannya Dalam hal ini orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak remaja untuk mengambil keputusan sendiri dan belajar bertanggung jawab. 3) Masalah berhubungan dengan nilai-nilai Remaja seringkali bertentangan dengan orang tua, dan seringkali pula bahwa apa yang dikemukakan oleh orang tua itulah yang benar. Akan tetapi mereka lebih puas jika telah mendapatkan pengalaman sendiri. Dengan hal tersebut orang tua harus siap mendukung, siap melayani, siap membantu serta bagi remajanya sendiri dapat dipercanya dan
47
48
konsisten dalam melaksanakan sesuatu semisal suatu perjanjian, yang dimana perjanjian iyu harus ditepati.46 4) Masalah berhubungan dengan peranan wanita dan pria Remaja ingin sekali menjalankan peranannya sebagai pria atau manita yang baik. Oleh karenanya, ia ingin membicarakan maslahnya dengan orang dewasa yang ia percaya dan hargai. 5) Masalah berhubungan dengan hubungan dengan lawan jenis Tentang bagaimana menghilangkan rasa malu, bagaimana menark perhatian, bagaimana pergaulan antara wanita dan pria dan sebagainya. Alangkah baiknya jika ada orang dewasa atau orang tuanya menyediakan waktu untuk membicarakan hal tersebut. 6) Masalah berhubungan dengan hubungan dalam masyarakat Dalam usahanya untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, anak perlu bantuan dan dukungan kelompok sebaya, sehingga ia harus mengikuti norma-norma kelompoknya. 7) Masalah berhubungan dengan jabatan Remaja membutuhkan kesempatan untuk membuat keputusan mengenai masa depannya sendiri disertai dengan bimbingan orang dewasa.
46
Linda dan Richard Eyre, Mengajarkan Nilai-Nilai Kepada Anak, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm.101
48
49
8) Masalah berhubungan dengan kemampuan Remaja ingin berhasil mengerjakan sesuatu, dan untuk dapat memiliki rasa mampu maka ia harus dapat berhasil menyelesaikan sesuatu. Seyogyanya
remaja
harus
diberi
cukup
kesempatan
untuk
menunjukkan kemampuannya mengerjakan sesuatu. e. Masa yang kritis Remaja dikatakan masa kritis dikarenakan dalam masa ini ditentukan apakah anak dapat menghadapi persoalan-persoalannya dengan baik. Yang mana kemampuannya tersebut dapat mempengaruhi jika ia telah dewasa kelak.47 3. Perkembangan Remaja Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif, selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa.48
47
Elfi Yuliaani rochmah, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 186-
189 48
Hendrianti Agustiani, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), hlm. 28.
49
50
a.
Perkembangan fisik pada remaja Perubahan fisik secara dramatis mewarnai masa remaja, terutama pada awal masa remaja. perubahan besar atas fisik remaja adalah yang melibatkan masa puber serta otak. 1) Perubahan Pubertas Penanda perubahan fisik pada remaja adalah pubertas yaitu masa saat tulang-tulang tumbuh besar dan kematangan seksual terjadi, pertumbuhan cepat dari segi tinggi dan berat badan mewarnai perubahan pubertas yang terjadi kira-kira 2 tahun lebih awal pada anak perempuan, dibandingkan pada anak laki-laki. Perubahan hormonal menjadi pusat perkembangan pubertas, konsentrasi dari sejumlah hormon itu meningkat secara tajam selama masa puber.49 2) Otak Menurut Gied Kemajuan dalam pencitraan otak manusia telah memungkinkan para peneliti untuk menemukan beberapa perubahan penting pada otak selama masa remaja. Perubahanperubahan ini berfokus pada awal perkembangan di amigdala, yang melibatkan emosi dan perkembangan selanjutnya pada korteks prefrontal, bagian tertinggi otak yang melibatkan penalaran dan pengambilan keputusan.50
49 50
Laura A. King, op.,cit. hlm. 188. Ibid., hlm. 189.
50
51
Menurut
Stainberg
para
ahli
saraf
dan
psikolog
perkembangan yang mempelajari remaja berkesimpulan, perubahanperubahan pada otak mungkin dapat menjelaskan bahwa mengapa remaja sering menunjukan emosi yang kuat, namun belum dapat mengontrolnya dan menunjukan otak mereka belum memiliki rem untuk memperlambat emosi mereka. Hal ini disebabkan karena perkembangan korteks prefrontal mereka cenderung lambat, dan perlu waktu untuk matang hingga pada usia dewasa awal, maka remaja memiliki kekurangan dalam hal kemampuan kognitif mereka untuk mengendalikan pencarian kepuasan secara efektif. Ketidak seimbangan perkembangan ini mungkin yang bertanggung jawab atas peningkatan pengambilan risiko serta beragam masalah lain pada remaja. 51 b. Perkembangan kognitif pada remaja Pieget mengatakan bahwa remaja memasuki tahapan paling terdepan dari perkembangan kognitif, yang disebut dengan tahap formal operasional, pada usia 11 hingga 15 tahun. Hal ini ditandai dengan pemikiran yang abstrak, idealis, dan logis.52 Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional tersebut semakin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga sedang mengalami perubahan kognitif, dalam tahapan ini remaja tidak
51
Steinberg, The Sosial Psychology of education, (New York: Holt Rinehart, 2007), hlm.
52
Laura A. King, op.,cit. hlm. 191.
177.
51
52
lagi terikat pada realitas yang konkrit dari apa yang ada, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat sebagai satusatunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya, dan aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang tak mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang pada gilirannya kemudian memberikan peluang bagi individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal. Imajinasi ini bisa terkait pada kondisi masyarakat, diri sendiri, aturan-aturan orang tua, atau apa yang akan dia lakukan dalam hidupnya.53 c. Perkembangan sosial emosional pada remaja Akibat dari perubahan fisik dan hormonal adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan fisik remaja.54 Hormonal menyebabkan perubahan sosial dan menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan baru. Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan hal-hal yang belum pernah
53 54
Hendriantin Agustiani, op.,cit, hlm.31. Ibid., hlm. 30
52
53
dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya untuk secara kognitif mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa perubahan besar dalam fluktuasi emosinya. Dikombinasikan dengan pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan dari teman sebaya, media masa, dan minat pada jenis seks lain, remaja menjadi lebih terorientasi
secara
seksual.
Ini
semua
menuntut
kemampuan
pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya.55 Peningkatan pemikiran abstrak dan idealis pada masa remaja menjadi dasar untuk mencari identitas diri sendiri. Banyak aspek dari perkembangan sosial-emosional seperti hubungan dengan orang tua, interaksi dengan teman sebaya dan persahabatan, serta nilai-nilai budaya dan etnis yang berkontribusi terhadap perkembangan identitas remaja. Sedangkan menurut Erikson yang dikutip oleh Laura A. King menjelaskan bahwa masa remaja sebagai masa penangguhan, masa penangguhan adalah celah pada perkembangan pikiran antara keamanan pada masa kanak-kanak dengan kemandirian pada masa dewasa. Dalam mencari identitas, remaja menghadapi tantangan untuk menemukan siapa mereka, apa peran mereka dan kemana mereka akan pergi di dunia ini. Remaja dihadapkan dengan banyak peranan baru dan status dewasa baik dari segi pekerjaan maupun percintaan. Bila mereka tidak mencari identitas mereka dengan cukup pada tahap ini, maka mereka akan mengalami kebingungan mengenai siapa mereka. Dengan demikian
55
Ibid., hlm. 30
53
54
menurut Erikson orang tua harus mengizinkan remaja untuk menggali beragam peran dan jalan, serta tidak memaksakan identitas tertentu pada mereka.56 Sedangkan tugas perkembangan dari remaja itu sendiri adalah sebagai berikut :57 a. Menerima perubahan tubuhnya dan belajar menggunakannya secara efektif. b. Mencapai kepuasan dan secara sosial menerima peran jendernya. c. Menemukan diri
sebagai
anggota generasinya dengan cara
mengembangkan relasi yang matang dengan teman sebayanya. d. Mencapai ketakbergantungan emosi dengan orang tua maupun orang dewasa lainnya. e.
Memilih dan mempersiapkan pekerjaan dan ketakbergantungan ekonomi.
f. Mempersiapkan kehidupan pernikahan dan keluarga. g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan sensitivitas sosial yang diperlukan sebagai warganegara. i. Membentuk identitas diri sebagai pribadi yang memiliki tanggung jawab sosial.
56 57
Laura A. King, op.,cit. hlm. 192. Kusdwiratri setiono, Psikologi Keluarga, (Bandung : PT. Alumni, 2011), hlm 66-67
54
55
4. Kenakalan Remaja Kenakalan remaja merupakan proses kejiwaan yang penuh gejolak yang harus dilalui untuk mencapai kematangan pola pikir dan berperilaku pada saat mereka dewasa, terkadang kenakalan anak membuat orangtua merasa bingung. Masa gisorginasisasi jiwa remaja merupakan masa transisi menuju dewasa, kondisi jiwa yang tak stabil membuat getaran batin yang tak tenang, kemudian perilaku anak menyimpang dari norma.58 Kenakalan remaja itu merupakan persoalan yang sering diperhatikan oleh orangtua, guru, masyarakat dan orang-orang yang bekerja di bidang sosial dan agama, kenakalan remaja terdapat dalam tiap-tiap masyarakat, namun ada perbedaan tentang meluas atau tidaknya hal itu dikalangan remaja. Di negara kita persoalan ini juga sangat memprihatinkan karena banyak anak belasan tahun yang kenakalannya menjurus pada tindak kriminal, seperti mengganggu ketentraman umum, misalnya menodong, mengebut, berkelahi, minum-minum dan sebagainya.59 Bagian dari perkembangan remaja adalah bereksplorasi, mencari tahu dan melakukan eksperimen. Remaja memiliki rasa ingin tahu, mereka ingin lebih tau tentang dunia tempat mereka secara progresif memiliki kebebasan lebih untuk membuat keputusan sendiri. Eksperimen yang dilakukan oleh remaja bisa melibatkan perilaku beresiko. Banyak diantara mereka yang gemar akan kesenangan dan kegembiraan dan melakukan hal-
58
Yusak Burhanudin dan Maman Abd. Djaliel, Kesehatan Mental, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2000), hlm. 84. 59 Ibid., hlm. 85.
55
56
hal yang dilarang oleh orang tua mereka. Hal ini mengarahkan mereka untuk mempertimbangkan terlibat dalam perilaku anti-sosial. Mereka bisa tergoda
untuk
melakukan,
Sebagian
akibatnya,
mereka
akan
mempertimbangkan untuk bereksperimen dengan hal-hal yang termasuk dalam kenakalan remaja, seperti: merokok, alkohol, obat-obatan terlarang, kebut-kebutan, vandalisme, terlibat geng.60 a. Merokok Terlibat dalam kegiatan merokok merupakan bahaya yang dihadapi sebagian
anak
remaja.
Rokok
menghadirkan
tantangan
yang
sesungguhnya, walaupun secara luas telah diketahui bahwa merokok merupakan bahaya bagi kesehatan. Pengaruh teman sebaya terutama sangat penting dalam kaitannya dengan merokok.61 Dalam penelitian M.Q Wang dan L.Michael, yang dikutip dalam buku Kathryn Geldard berjudul Konseling Remaja, menemukan bahwa perilaku merokok teman-teman dekat merupakan satu-satunya faktor sosial yang konsisten dan penting untuk menduga perilaku merokok seorang anak muda, dan mereka mencatat bahwa penelitian sebelumnya telah mengatakan bahwa perokok memersuai orang lain untuk merokok melalui paksaan, godaan atau penolakan untuk masuk dalam sebuah kelompok yang diingini, namun penelitian mereka menemukan bahwa proses awal merokok tersebut cukup kompleks dan mencakup juga unsur
60
Kathryn Geldard dan David Geldard, op.,cit. hlm. 75. FB. Hu, Flak BR dan Syddiqui, The influence of friend and parental smoking on adolescent smoking behaviour, (New Haven: Journal Psikologi Sosial, 2000). hlm. 2018. 61
56
57
perilaku menentukan diri seorang anak muda. Hal ini mengindikasikan bahwa individu bisa jadi memainkan peran yang lebih aktif dalam awal mula dia merokok dari pada yang sebelumnya diakui dan bahwa tekanan sosial, selain tekanan teman sebaya, perlu juga untuk dipertimbangkan.62 Pendapat ini sesuai dengan teori perkembangan remaja dimana remaja meskipun sangat menginginkan untuk diterima menjadi bagian dari sebuah kelompok teman sebaya, juga bergerak menuju individuasi dan penciptaan sebuah identitas pribadi. Menurut Wills dkk, yang dikutip dalam buku Kathryn, data tentang merokok menunjukan bahwa awal merokok biasanya terjadi pada masa remaja melalui proses perubahan bertahap dari tidak merokok, rawan merokok, eksperimen hingga penerimaan untuk merokok secara reguler , sebagai akibatnya dari sebuah sudut pandang kesehatan masyarakat adalah penting untuk membahas isu merokok selama masa remaja.63 b. Minum-minuman Alkohol Faktor utama dalam penggunaan alkohol oleh remaja dikaitkan dengan
kecenderungan
mencari
sensasi
dan
kegiatan
beresiko,
kecenderungan ini merupakan bagian proses perkembangan yang normal bagi remaja. Remaja berada dalam tahap kehidupan mereka ketika melakukan eksperimen dan mencari berbagai pengalaman baru. Remaja ingin mencoba banyak hal untuk pemahaman mereka sendiri dari pada
62 63
Kathryn Geldard dan David Geldard, op.,cit. hlm. 74. Ibid., hlm. 75.
57
58
bergantung pada informasi yang diberikan orang lain. Keadaan ini menempatkan mereka pada posisi yang lemah terhadap godaan untuk bereksperimen dengan alkohol. c. Obat-obatan terlarang Remaja cenderung membenarkan penggunaan obat-obat terlarang oleh mereka dengan ungkapan “keren”, tekanan dari teman sebaya merupakan faktor utama yang memperkenalkan remaja pada penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba (obat jenis khamar) yang dimana menyebabkan pengelakan tingkah laku yang dipelajari yang dicetuskan oleh kecemasan dan dipertahankan untuk mebgurangi kecemasan yang akhirnya
menjadikan
remaja
terbiasa
melakukan
penyimpangan
dilingkungannya.64mariyuana, ekstasi, heroin, kokain. Dalam penelitian B.M Yarnold dan V. Patterson yang dikutip dalam buku Kathryn menemukan bahwa, remaja pengguna kokain cenderung memiliki teman yang juga pengguna, hubungan antara penggunaan obat-obatan dan teman yang menjadi pengguna tidak mengejutkan, karena remaja berusaha mencari penerimaan teman-teman sebaya mereka. Kedua, mereka yang berteman dengan pengguna akan memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan obat terlarang yang digunakan dikalangan mereka. 65 d. Perilaku seksual
64 65
Yatimin, op.cit., hlm. 79 FB. Hu, Flak BR dan Syddiqui,op.cit., hlm. 78.
58
59
Dikalangan remaja terdapat perilaku sosial beresiko, seorang remaja yang pernah melakukan hubungan seksual akan cenderung terlibat dengan perilaku seperti ini dengan frekuensi yang cukup tinggi dari pada sekedar sekali waktu. Tentu saja, terdapat resiko yang cukup serius dalam perilaku seksual, terdapat resiko kehamilan dan penyakit, juga resiko citra diri jika aktivitas seksual dilakukan tidak dalam konteks penghormatan dan kepedulian. e. Kebut-kebutan Remaja
tergoda
mengemudi
mobil
secara
ugal-ugalan.
Sebagaimana telah disebutkan, mereka sering memiliki kesan tangguh. Mereka mencari sebuah identitas yang bisa dibanggakan. Oleh karenanya mereka sering menguji kemampuan mereka dalam situasi sulit, kebutkebutan meningkatkan tingkat adrenalin, beresiko, mendebarkan, menyenangkan dan memberi mereka kesempatan untuk unjuk gigi di depan teman sebaya mereka. f. Vandalisme Banyak remaja merasa tidak berdaya dan tidak dihargaioleh masyarkat secara umum, sehingga sebagai akibatnya mereka menjadi frustasi dan marah. Perasaan seperti ini akan mereka lepaskan melalui vandalisme.66
66
Ibid., hlm. 81.
59
60
g. Geng Punk Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota geng yang biasanya terdiri anakanak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku sosial.67 Istilah “geng” sering ditulis dalam gaya gaul anak muda sebagai “genk” berasal dari vocabulary Inggris “gang” yang berarti kelompok atau gerombolan.68 Kependekan dari gangster yang terjemahannya adalah bandit atua penjahat. Sedangkan penulisan “geng” sebagai kata serapan dalam bahasa Indonesia, jelas menyesuaikan pada fonetik asalnya.69 Dari uaraian diatas, yang sering kita sebut geng “punk” adalah sekumpulan para pemuda yang terorganisir, yang mempunyai aturanaturan didalamnya, baik dalam tingkah lakunya, dalam berpakaian dan lain sebagainya. Mereka kompak dalam setiap ada masalah, kebanyakan dari mereka adalah kaum remaja. Disamping itu anggota geng “punk” dikatakan bukan sembarang pria, mereka di katakan jantan dan diaggap paling sejati karena memiliki
67
M. Sugeng Sholehudin, op.cit., hlm. 149 Sidik Jatmika, Geng Remaja, “Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi”, (Yogyakarta: kanisius, 2010), hlm. 5. 69 Ibid.,hlm. 5. 68
60
61
kepribadian pemberani, maka mereka akan mendapatkan kedudukan atau tempat yang terhormat di kalangan anggotanya.
61