BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA’IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN
A. Analisis profil keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia prasekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personilpersonilnya. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan dimana sikap, sifat, watak serta kepribadian seseorang terbentuk dan akan menjadi dasar karakter yang akan dibawa di kehihupan masyarakat. Peranan keluarga dalam membangun akhlak, karena dimana seorang anak apabila didik dengan baik oleh keluarganya maka tidak mustahil seorang anak akan berkelakuan baik,
tetapi juga sebaliknya apabila keluarga tidak pernah atau jarang mendapat pendidikan moral dari keluarga atau keluarga hanya membiarkan saja pola tingkah anak maka tidak mustahil anak akan mempunyai sifat yang buruk. Sifat seseorang tidak akan jauh dari sifat keluarganya, dikarenakan keluarga merupakan pihak yang pertama yang mengajarkan segala sesuatu dalam kehidupan masyarakat kelak. Setiap keluarga pasti menginginkan anak turunya mempunyai sifat serta kelakuan yang baik tidak terkecuali di Dusun Katibayan, keluarga sudah berusaha semaksimal mungkin dengan berbagai cara mendidik anak supaya bersifat akhlaqul karimah. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peranan keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dalam mendidik anak sudah dapat dikatakan cukup baik. Mereka mengajarkan tutur kata yang sopan, memerintahkan anak supaya ikut TPQ, menyuruh anak supaya ikut ngaji sama Pak Kyai, mengajarkan anak-anak selalu mengerjakan sholat. Tapi dapat disayangkan mereka tidak membatasi pergaulan anak mereka
cenderung
membiarkan
pergaulan
anak,
hal
yang
paling
mengkhawatirkan adalah dimana pergaulan dapat merubah karakter anak yang dibangun oleh keluarga. Peran serta keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dalam menjaga akhlak anak tidak terbatas hanya ketika masih anak, ketika anak menginjak remaja pun seharusnya keluarga selalu mengawasi dan membimbing anak, keluarga harus bisa mempunyai ketegasan
dalam mengingatkan apabila anak melakukan tindakan yang menyimpang dari kaedah agama dan bermasyarakat. Kesibukan orang tua bukan alasan untuk memberikan pendidikan akhlak kepada anak, perhatian kepada anak merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh anak, tetapi perhatian yang berlebihan juga tidak baik untuk anak, karena dapat memberikan tekanan tersendiri bagi anak. Komunikasi sangatlah penting karena dengan komunikasi segala yang terjadi pada anak dapat diutarakan dengan terbuka. Orang tua merupakan orang yang paling utama yang dikenal oleh anak dimana orang tua harus ada setiap anak membutuhkannya. Keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan senantiasa membimbing setiap tingkah laku, sikap dan sikap yang baik kepada anak, selalu mengawasi pergaulan anak menjadi hal yang wajib apabila keluarga menginginkan anaknya memiliki akhlak yang karimah. Sebab dalam berinteraksi sosial dalam masyarakat seseorang akan mudah mengikuti apa yang telah menjadi keseharian dalam masyarakat tersebut, apabila tidak dibekali keimanan maka seseorang dengan mudah akan mengikuti hal-hal yang buruk dalam pergaulan di masyarakat. Bagi keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, penanaman agama sejak usia dini sangatlah penting, dimana agama dapat membentengi diri dari perbuatan-perbuatan yang berbau maksiat yang merusak moral di masyarakat, dengan penanaman agama yang kuat seseorang tidak akan mudah untuk tertarik dalam pergaulan yang
menyesatkan. Penurunan akhlak lebih disebabkan karena penanaman agama oleh keluarga sangat kurang karena orang tua di dukuh katibayan sering tidak memperhatikan masalah agama, mereka hanya memberikan dan memberi pengarahan agama kepada anak hanya sekedar anak untuk mengikuti TPQ setiap sore hari dan mengikuti ngaji sama Pak Kyai tiap habis sholat maghrib. Pengaruh lingkungan yang sangat begitu besar, lingkungan buruh dan pegawai yang menjadi karakter sikap dan sifat di keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, kebiasaan baik seperti mengaji, shalawat, berzanji, dan tadarus, menjadi ciri khas sebagian besar keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh dan pegawai sehingga mengikuti perbuatan-perbuatan tersebut. Hal ini juga yang menjadi ciri keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan sehingga dalam membentuk akhlaqul karimah yang sebenar-benarnya adalah hal yang mudah, karena sikap dan perbuatan agamis yang melekat sejak dini pada anak, sebagian besar keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan masih mengikuti sikap dan sifat yang diturunkan oleh nenek moyang mereka dan condong menginginkan akan perubahan sikap dan sifat yang baik sesuai dengan syariat islam.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa berdasarkan observasi dan interview pada bab sebelumnya didapatkan informasi tentang profil keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Melihat kehidupan sehari-hari dari keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan maka peneliti dapat mengatakan bahwa kehidupan keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan bersifat agamis dan sederhana. Namun untuk masalah pergaulan mereka sedikit tertutup, artinya bahwa keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan lebih mementingkan untuk bergaul dengan lingkungan intern (dalam kelompok mereka saja) ketimbang bergaul dengan masyarakat luar. Hal ini dapat dilihat dari kepribadian dan tingkah laku mereka sehari-hari serta dari cara berpenampilan mereka yang suka menggunakan kain tapeh atau sarung dan baju kebaya.
B. Analisis pola pendidikan keagamaan anak di keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Manusia merupakan makhluk sosial yang secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan orang lain, tidak terkecuali adalah penanaman akhlak seseorang, meskipun pendidikan yang diberikan keluarga baik tidak jarang setelah bergaul dengan masyarakat menjadi buruk dan hal itu tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan sifat, karakter anak dengan mudah akan berubah apabila keluarga membiarkan saja pola tingkah
anak dalam mengenal lingkungan masyarakat yang homogen, karena sifat dasar anak adalah rasa penasaran ingin mencoba, melakukan apa yang dilihat dan didengar oleh anak. Sifat dan sikap lingkungan keluarga secara langsung maupun tidak langsung merupakan warisan terdahulu mereka, apabila lingkungannya buruk misal lingkungan sering mabuk-mabukan maka generasi mereka juga akan ikut mabuk-mabukan tanpa harus diajari, dan juga sebaliknya apabila lingkungan agamis maka generasi mereka akan menjadi lingkungan agamis pula. Di
lingkungan
keluarga
Rifa’iyah
Desa
Paesan
Kecamatan
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tidak ada yang suka mabuk-mabukan, bicara kasar, bicara kotor, dan lain sebagainya. Akan tetapi di lingkungan keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan memegang teguh syari’at Islam, bahkan untuk masalah pergaulan mereka cenderung tertutup dan lebih mementingkan pergaulan intern. Dari hasil observasi didapatkan informasi bahwa faktor yang mempengaruhi pola pendidikan keagamaan anak di keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan yang agamis antara lain: 1. Faktor intern Faktor intern atau sering disebut juga faktor dari dalam, disini faktor intern yaitu faktor dari dalam keluarga. Keluarga sangatlah besar peranannya dimana keluarga merupakan cikal bakal terbentuknya akhlak yang dimiliki oleh seseorang. Keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan memberikan pemahaman agama dan akhlak yang baik kepada anak sehingga anak mengerti mana perbuatan baik dan mana perbuatan yang tidak baik. Mereka tidak hanya sekedar memberi peringatan kepada anak apabila anak melakukan perbuatan yang tidak baik namun juga memberi pengarahan dan meluruskan perbuatan yang tidak baik. Keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan mempunyai peranan yang sangat penting untuk membatasi pergaulan yang tidak baik yang menyimpang dari akidah agama Islam, keluarga merupakan tempat seorang anak mendapat perlindungan dan pengararah yang baik, apabila keluarga tidak membatasi pergaulan yang kurang baik maka secara langsung tingkah laku anak akan jauh dari perbuatan yang akhlaqul karimah. Akhlaqul karimah tidak akan terbentuk bila tidak ada peranan dari pihak keluarga. Dasar dari pembentukan akhlaqul karimah yakni bagaimana peranan keluarga dalam memberi bimbingan perbuatan yang baik, pergaulan yang buruk dapat dihindari apabila keluarga dapat memberikan bimbingan yang benar dan terus membatasi pergaulan anak. 2. Faktor ekstern Faktor yang juga membentuk akhlak seseorang yaitu lingkungan masyarakat, lingkungan masyarakat turut andil dalam membentuk akhlak seseorang, karena manusia adalah mahluk sosial maka manusia membutuhkan orang lain. Peran serta masyarakat dalam perubahan
akhlak tidak dapat dipungkiri, apabila seseorang terjun dalam masyarakat maka akan condong akan mengikuti adat dan tradisi yang ada di masyarakat. Tingkah laku dalam masyarakat pasti akan ditiru dan akan digunakan dalam adab pergaulan di masyarakat tersebut. Keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tidak membiarkan pergaulan anak-anaknya mengikuti tradisi masyarakat yang kurang baik tanpa adanya pembatasan dalam pergaulan anak, karena disebabkan kurangnya pemahaman serta kesadaran masyarakat terhadap akhlaqul karimah dan dasar agama yang kuat.
Sebaliknya
keluarga
Rifa’iyah
Desa
Paesan
Kecamatan
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan lebih bersifat tertutup dan otoriter dalam memberikan pendidikan keagamaan kepada anak mereka. Berdasarkan penjelasna di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendekatan pola asuh yang diterapkan di keluarga Rifa’iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan adalah otoriter. Pola asuh otoriter merupakan kegiatan mendidik atau membimbing dengan cara keras, tegas dan harus dilakukan oleh anak setelah diperintah oleh kedua orang tuanya. Tindakan pola pendidikan dan bimbingan ini dipengaruhi oleh adat istiadat, agama dan norma atau lingkungan keluarga yang menerapkan sistem militer. Tujuan dari pola semacam ini adalah supaya anak menjadi menurut, disiplin, tertib dan tidak banyak kemauan atau melawan. Model disiplin ini yaitu orang tua atau guru memberikan anak peraturan-peraturan dan anak harus mematuhinya. Tidak ada penjelasan pada anak mengapa ia
harus mematuhi, dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang aturan itu. Anak harus mentaati peraturan itu, jika tidak mau dihukum. Hukuman yang diberikan pun sedikit keras, karena dianggap merupakan cara terbaik agar anak tidak melakukan pelanggaran lagi di kemudian hari. Karakter atau penandaan terhadap pola asuh otoriter yang menunjukkan pada cara pengasuhan anak dengan aturan-aturan yang begitu banyak dan ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua). Kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tuanya. Orang tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak. Pola asuh semacam ini juga ditandai dengan hukuman yang keras atau tindakan fisik. Jika anak mempunyai suatu keinginan yang sebenarnya baik tetapi orang tuanya tidak setuju, maka anak terpaksa harus mengurungkan keinginannya dan mengikuti perintah orang tua. anak dianggap tidak mampu dalam segala hal. Orang tua yang otoriter menganggap dirinya memiliki kekuasaan yang absolut dalam keluarganya, terutama dalam memimpin anak-anaknya. Orang tua dengan mudah menyuruh atau memerintahkan kepada anak atas segala apa yang menjadi keinginan, tanpa memperhatikan apakah yang diperintahkan itu sesuai dengan kemuan anaknya. Anak hampir tidak dapat memberi suara dalam keputusan-keputusan yang menyangkut tentang dirinya dan keluarga. Sedikit sekali kesempatan yang diberikan orang tua untuk saling
mengomunikasikan keinginan-keinginan anak, karena dari anak-anak hanya dituntut bahwa mereka harus melakukan apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Orang tua yakin bahwa dengan ketaatan semua akan menjadi beres atau berhasil. Pola asuh atau pendidikan orang tua yang bersifat otoriter kepada anak-anaknya secara umum tidak menghasilkan hal-hal yang positif, tetapi seringkali membawa pada akibat atau dampak negatif.
Pola pendidikan
otoriter boleh dilakukan hanya pada hal-hal tertentu semisal dalam hal pendidikan agama agar anak menghindari perbuatan keji dan kemungkaran. Pendidikan secara otoriter hanya akan menghambat kesehatan jiwa anak sehingga anak menjadi pribadi yang lemah setelah ia menjadi dewasa. Dengan demikian pola asuh otoriter merupakan salah satu cara mendidik anak dengan model anak harus mengikuti apa yang menjadi kehendak orang tua, kemampuan anak seringkali terabaikan dan anak seringkali dianggap tidak memiliki kemapuan apapun.