HARGA DIRI REMAJA YANG MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS DI DUSUN KRAJAN DESA RANUYOSO KECAMATAN RANUYOSO KABUPATEN LUMAJANG GILANG NANDA SONDI W. 1212010014 SUBJECT: Remaja, Harga Diri, Minuman Keras DESCRIPTION: Pengangguran dan faktor lingkungan merupakan masalah yang cukup komplek mempengaruhi harga diri remaja. Pengganguran dapat berdampak buruk bagi mental remaja salah satunya adalah perasaan rendah diri serta dapat meningkatkan kenakalan remaja seperti minum alkohol, narkoba dan meningkatkan angka kriminalitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harga diri remaja yang mengkonsumsi minuman keras. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Variabel penelitian adalah harga diri remaja yang mengkonsumsi minuman keras. Populasi adalah 32 remaja peminum minuman keras dengan sampel sebanyak 32 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan di Dusun Krajan Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang pada tanggal 3-6 Juli 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI). Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mengalami harga diri rendah yaitu sebanyak 28 responden (87,5%). Harga diri tinggi dimiliki oleh 1 responden (3,1%). Hampir seluruh remaja yang mengkonsumsi minuman keras mengalami harga diri rendah, karena banyak dari responden yang tidak bekerja atau pengangguran. Lingkungan juga dapat menentukan harga diri remaja, remaja yang kurang bisa menerima lingkungannya dapat menyebabkan seseorang mempunyai harga diri rendah. Faktor teman sebaya merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi harga diri rendah pada remaja. Petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan upaya penanganan pecandu minuman keras khususnya remaja dengan meningkatkan harga diri pada remaja. ABSTRACT Unemployment and environmental factors is a fairly complex problem affecting adolescent self-esteem. Unemployment can be bad for mental teens one of them is a feeling of inferiority and increase delinquency such as drinking alcohol, drugs and increase the number of criminals. The purpose of this study is to describe the self-esteem of teenagers who consume liquor. This research is a descriptive study. The research variables are the self-esteem of teenagers who consume liquor. The population was 32 adolescent drinkers with a sample of 32 respondents. The sampling technique used is consecutive sampling. Data is collected in the District Ranuyoso Krajan Ranuyoso Lumajang on July 3 to 6, 2015. The collection of data by using the Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI). Data were analyzed using frequency distribution. 1
The results showed that nearly all respondents had low self esteem as many as 28 respondents (87.5%). High self-esteem is owned by one of the respondents (3.1%). Almost all teenagers who consume liquor experiencing low self esteem, because many of the respondents who do not work or unemployment. Environment can also determine the price of adolescents, adolescents are less able to accept the environment may cause a person to have low self esteem. Factors peers is the most dominant factor influencing low self esteem in adolescents. Health workers are expected to do the handling of alcoholic particularly adolescents with increasing self-esteem in adolescents. Keywords: Self-Esteem, Youth, Liquor Contributor
: 1. Budi Prasetyo, M.Kep.,Ns. 2. Yudha Laga HK, S.Psi Date : 31 Juli 2015 Type Material : Laporan Penelitian Identifier :Right : Open Document SUMMARY : Latar Belakang Harga diri bagi remaja merupakan penilaian, perasaan atau pandangan individu terhadap dirinya atau hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan pada dimensi keberartian, kekuatan, kemampuan, kebijakan. (Rosenberg, 1978 dalam Yusuf dan Chandra, 2012). Pengangguran dan faktor lingkungan merupakan masalah yang cukup komplek mempengaruhi harga diri remaja. Penganggguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan merosot. Pengganguran dapat berdampak buruk bagi mental remaja salah satunya adalah perasaan minder (harga diri rendah) serta dapat meningkatkan kenakalan remaja seperti minum alkohol, narkoba dan meningkatkan angka kriminalitas (Sumarlin, 2012). Remaja yang mempunyai harga diri yang tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil, ia akan bersikap realistis dalam melihat kemampuan dirinya, sebaliknya dengan remaja yang mempunyai harga diri rendah, ia akan melakukkan segala upaya agar terlihat mampu melakukan sesuatu seperti orang lain tanpa melihat realita yang ada dengan mengkonsumsi minuman keras (Lukito, 2009). Remaja sering mengalami perubahan harga diri dalam dirinya, mereka sering merasa kurang percaya diri dan gangguan emosional yang menyebabkan harga diri rendah. Remaja yang mempunyai harga diri rendah biasanya menganggap dirinya tidak berharga dan cenderung melakukan hal-hal negatif yang menurutnya dianggap ideal untuk menutupi rasa tidak berharga pada dirinya, meskipun perilaku mereka terkadang dianggap tidak ideal bagi lingkungan masyarakat. Perilaku yang negatif dari remaja yang mengalami harga diri rendah adalah pembentukan perilaku minum minuman beralkohol (Cipto dan Kuncoro, 2009). Minuman Keras (Miras) sudah sangat akrab di lingkungan masyarakat. Remaja merupakan salah satu konsumen miras yang paling banyak di Indonesia. Masa remaja mereka selalu ingin berkelompok dalam hidupnya, mereka ingin diterima dan diperlakukan yang sama oleh anggota kelompok yang lain, untuk itu mau tidak mau mereka berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok yang berlaku agar mereka bisa diterima dalam kelompoknya (Sumarlin, 2012). World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa 65 persen masyarakat di dunia mengkonsumsi alkohol, sebagian besar memulai kebiasaan ini sejak awal hingga
2
pertengahan remaja. Remaja saat akhir pendidikan SMA, 80 persen dari siswa sudah mengkonsumsi alkohol dan lebih dari 60 persen ketergantungan (Kaplan & Sadock, 2007). Prevalensi konsumsi minuman keras di Indonesia selama tujuh tahun belakangan ini terjadi peningkatan luar biasa di kalangan remaja. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan tahun 2014 berdasarkan jumlah remaja Indonesia yang mengkonsumsi miras melonjak drastis hingga menyentuh angka 23% dari total jumlah remaja Indonesia yang saat ini berjumlah 63 juta jiwa atau sekitar 14,4 juta orang (Khabibi, 2015). Badan Litbang Kesehatan (2008) menerangkan bahwa hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan persentase peminum minuman beralkohol di Jawa Timur pada tahun 2007 sebesar 1,9% dan di Kabupaten Lumajang sendiri presentase peminum minuman alkohol cukup tinggi, yakni sebesar 4.8% (BPPK, 2008). Berdasarkan hasil survei Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) Polres Lumajang memperlihatkan bahwa penyalahgunaan zat termasuk alkohol tahun 2013 terjadi 8.158 kasus penyalahgunaan narkotika, 1.318 kasus penyalahgunaan psikotropika dan 639 kasus penyalahgunaan zat adiktif. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan pendidikan formal, SLTP dan SLTA menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus, SD dengan 8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus (Verdian, 2014). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dusun Krajan Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang data yang diperoleh dari keterangan kepala desa jumlah remaja pecandu minuman keras tahun 2015 sebanyak 38 orang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 5 remaja pecandu minuman keras didapatkan bahwa semua remaja sering merasa kurang percaya diri ketika bergaul dengan teman sebaya, tidak diakui jika tidak mengikuti temannya, perasaan seperti ini yang dapat menyebabkan remaja mengalami harga diri rendah dan menjadi pecandu minuman keras. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cipto dan Kuncoro (2009) yang berjudul harga diri dan konformitas terhadap kelompok dengan perilaku minum minuman beralkohol pada remaja didapatkan hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi ketiga variabel yaitu harga diri dan konformitas terhadap kelompok dengan perilaku minum minuman beralkohol pada remaja. Harga diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis kelamin, faktor sosial ekonomi, faktor usia, lingkungan keluarga, kondisi fisik, faktor psikologi individu dan lingkungan sosial (Lubis, 2009). Faktor psikologi dan lingkungan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap harga diri remaja. Kepribadian pada remaja yang sering mengalami gangguan emosional, kurangnya rasa percaya diri mempengaruhi harga diri remaja. Remaja dalam kondisi kejiwaan yang labil akan mudah terpengaruh. Remaja cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya, salah satunya adalah dengan mengkonsumsi minuman beralkohol atau miras (Sumarlin, 2012). Meminum minuman keras dapat menimbulkan dampak-dampak negatif dalam perkembangan seperti penurunan daya ingat, perasaan was-was yang luar biasa, kesulitan pemecahan masalah, stroke, impoten, mandul, penyakit hati (liver), kecanduan, freesex dan kematian (Sumarlin, 2012). Remaja diharapkan dapat menghindari dan tidak mengkonsumsi minuman keras. Hendaknya perawat dapat meningkatkan peranannya sebagai edukator, yaitu memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada masyarakat dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan khususnya tentang penggunaan obat berbahaya bagi kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku pada masyarakat setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Purnomo, 2013). Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang harga diri remaja yang mengkonsumsi minuman keras.
3
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah harga diri remaja yang mengkonsumsi minuman keras. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja peminum minuman keras di Dusun Krajan Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang sebanyak 32 orang dengan sampel sebanyak 32 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan di Dusun Krajan Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang pada tanggal 3-6 Juli 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesoner Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI). Analisa data menggunakan deskriptif statistik tipe distribusi frekuensi. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mengalami harga diri rendah yaitu sebanyak 28 responden (87,5%). Pengangguran dan faktor lingkungan merupakan masalah yang cukup komplek mempengaruhi harga diri remaja. Penganggguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan merosot. Pengganguran dapat berdampak buruk bagi mental remaja salah satunya adalah perasaan rendah diri serta dapat meningkatkan kenakalan remaja seperti minum alkohol, narkoba dan meningkatkan angka kriminalitas (Sumarlin, 2012). Pembentukan harga diri individu tergantung pada kemampuan individu menentukan sikap terhadap suatu masalah dan kehendak individu untuk mengerti masalah yang dihadapi. Hal ini berarti harga diri memungkinkan untuk menentukan corak perilaku seseorang (Anindyajati, 2014). Hasil penelitian ditemukan hampir seluruh remaja yang mengkonsumsi minuman keras mengalami harga diri rendah, hal ini disebabkan karena banyak dari responden yang tidak bekerja atau pengangguran. Remaja yang menganggur atau tidak bekerja dapat memperburuk mental remaja salah satunya adalah perasaan rendah diri dengan orang/teman yang mempunyai pekerjaan atau materi lebih. Remaja yang menganggur akan meningkatkan kenakalan remaja seperti minum alkohol. Selain itu harga diri rendah pada remaja yang mengkonsumsi minuman keras dipengaurhhi oleh tingkat pendidikan, dimana banyak dari remaja yang masih berpendidikan SD dan ada juga yang tidak sekolah sehingga remaja tidak dapat berfikir secara sehat. Harga diri menurut Coopersmith terdiri 4 aspek, yaitu diri sosial, teman sebaya, orang tua dan akademis. Berdasarkan parameter diri sosial, remaja yang mengkonsumsi minuman keras mempunyai harga diri rendah sebanyak 19 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Haryati (2014) yang menerangkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara harga diri terhadap kepercayaan diri sebesar = 4,68%. Kepercayaan diri (Self confidence) merupakan salah satu tujuan penting pendidikan dasar di Indonesia yang perlu diperhatikan dan ditumbuhkan pada siswa agar kelak mereka dapat menjadi manusia yang mampu mengontrol berbagai aspek yang ada pada dirinya, sehingga siswa lebih jernih dalam mengatur tujuan dan sasaran pribadi yang jelas dan lebih mampu dalam mengarahkan perilaku menuju keberhasilan. Harga diri rendah pada remaja pencandu minuman keras disebabkan karena kurangnya kepercayaan diri, perasaan kurang kepercayaan diri menyebabkan remaja sulit bergaul dengan orang/teman lain, terutama pada orang yang mempunyai derajat yang lebih tinggi darinya. Pada aspek tersebut responden menyatakan sering melamun dan tetap merasa muda.
4
Berdasarkan parameter teman sebaya, remaja pecandu minuman keras mempunyai harga diri rendah sebanyak 21 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Haryati (2014) yang menerangkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi teman sebaya dengan harga diri sebesar 25,12%. Semakin tinggi interaksi teman sebaya, maka semakin tinggi pula kepercayaan diri, begitu sebaliknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan keluarganya. Teman sebaya sangat besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi selama masa remaja. Remaja yang memiliki harga diri yang rendah cenderung kurang mempunyai kemampuan dalam bergaul, mereka hanya dengan teman sebaya dan hanya berkumpul pada teman yang dikenalnya saja/kelompoknya. Proses terbentuknya harga diri seharusnya didapatkan dari teman. Karena teman merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan pengalaman keberhasilan dan dukungan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Pada aspek tersebut responden menyatakan kurang suka berada bersama-sama orang lain dan orang-orang sering mengejek dirinya. Berdasarkan parameter orang tua, harga diri pecandu minuman keras mempunyai harga diri rendah sebanyak 18 responden. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Itayanti (2013) yang menerangkan bahwa terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan harga diri remaja yakni sebesar 0,01. Orang tua yang terlalu sibuk dalam pekerjaannya, orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara memberikan pola asuh yang benar atau orang tua yang tidak pernah peduli dengan anaknya, penolakan dari orang tua, serta harapan dari orang tua yang tidak realistis akan menimbulkan masalah pada remaja. Biasanya remaja menjadi sering melakukan perilakuperilaku yang menyimpang bahkan remaja dapat mengalami harga diri yang rendah. Rendahnya harga diri remaja dapat menimbulkan banyak masalah seperti remaja menjadi tidak berkembang, pemalu, dikelas maupun di lingkungan masyarakat jarang aktif, anoreksia nervosa, jika dilihat dari segi kejiwaan harga diri rendah dapatmenyebabkan seseorang mengalami depresi, bahkan bisa mengarah ke perilaku kekerasan sampai dengan bunuh diri serta masalah penyesuaian diri lainnya. Harga diri rendah yang dimiliki responden disebabkan karena dukungan dan peran dari orang tua yang masih rendah. Harga diri rendah muncul ketika orangtua yang sering memberikan hukuman dan larangan tanpa alasan yang boleh diterima dan wajar akan menyebabkan anak merasa tidak dihargai. Selain itu orang tua yang tidak melakukan pengawasan terhadap tingkah laku anaknya dan anak dibiarkan untuk mengambil keputusan sendiri dan bebas melakukan apa saja sesuai keinginannya menyebabkan remaja merasa rendah diri sehingga remaja dapat terjerumus dalam pergaulan bebas salah satunya minum minuman keras. Pada aspek tersebut responden menyatakan bahwa keluarganya mengharapkan terlalu banyak hal darinya dan sering dimarahi atau dibentak. Berdasarkan parameter akademis, remaja pencandu minuman keras mempunyai harga diri rendah sebanyak 18 responden. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anindyajati (2014) yang menerangkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pendidikan dengan perilaku minum-minuman keras pada remaja. Remaja yang berpendidikan rendah maka pengetahuan dan wawasan berpikirnya sangat terbatasa sehingga kemampuan untuk mengembangkan diri lebih tertutup, maka tidak mengherankan bila remaja memiliki harga diri rendah yang terlihat dari kecenderungan menampilkan perilaku yang menyimpang dalam hal ini konsumsi minuman keras. Rendahnya harga diri yang dimiliki remaja menjadi salah satu aspek yang diidentifikasikan berperan penting dalam penyalahgunaan alkohol pada remaja. Remaja pecandu minuman keras yang mempunyai harga diri yang rendah cenderung mempunyai pendidikan rendah, remaja yang kurang memahami akan pentingnya belajar
5
dan tidak percara diri dengan kemampuannya akan memiliki harga diri yang rendah. Remaja memandang bahwa mereka lebih sering gagal dalam melakukan pekerjaan. Banyak remaja yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan pola berfikirnya masih labil dan mudah terpengaruh oleh dunia luar termasuk teman-teman dekatnya yang mempunyai kebiasaan minum minuman keras. Pada aspek tersebut responden menyatakan bahwa orang-orang tidak memberitahu tentang pekerjaan yang harusnya dilakukan dan mudah menyerah. Harga diri rendah yang terjadi pada responden dipengaruhi oleh usia. Sebagian besar responden berumur 17-21 tahun yaitu sebanyak 17 responden. Harga diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan usianya. Pada usia remaja keinginan untuk diterima oleh lingkungannya terutama oleh teman sebaya sangat tinggi, pada masa remaja adalah masa peralihan yang selalu mencoba hal yang baru dan kurang mampu memanfaatkan waktu luang, sehingga diisi untuk hura-hura atau foya-foya. (Lubis, 2009). Kegagalan untuk memenuhi tuntutan dari lingkungan sekitar dan nielaksanakan tugas perkembangannya sering dianikan sebagai ketidakmampuan yang akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri, perhatian pada orang lain berkurang, menyalahkan diri dan orang lain yang akhirnya ditunjukkan dengan penurunan motivasi untuk melakukan aktivitas dan merasa tidak mampu atau tidak percaya diri. Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi harga diri rendah yang terjadi pada responden, dimana seluruhnya responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 32 responden. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Lubis (2009) yang menerangkan bahwa seorang wanita selalu menganggap dirinya lebih rendah daripada pria. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih mempunyai ego yang tinggi bila dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki lebih mudah marah jika terdapat hal yang mereka tidak suka. Pekerjaan dapat mempengaruhi harga diri rendah yang terjadi pada responden, dimana hampir setengah responden tidak bekerja yaitu sebanyak 15 responden, hal ini tidak sesuai dengan teori Townsend (2005) yang menerengkan bahawa banyak hal yang telah dicoba untuk dikaitkan dengan masalah harga diri rendah. salah satunya akan terkait dengan masalah status sosial. Faktor status sosial ekonomi yang rendah lebih banyak mengalami harga diri rendah yang menyebabkan kurangnya motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-jhari dibandingkan pada tingkat sosial ekonomi tinggi. Hampir setengah responden berpendidikan SMP mengalami harga rendah yaitu sebanyak 15 responden. Hal ini sesuai dengan teori Potter dan Perry (2005) mengatakan bahwa harga diri rendah biasanya banyak terjadi pada pasien yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Faktor pendidikan mengekspos individu terhadap efek psikososial sehingga individu terdiskriminasi atau terisolasi. Tidak percaya diri dan menisak diri sendiri yang akan berkontribusi terhadap tekanan psikologis. Perkembangan intelektual dapat ditingkatkan melalui berbagai kegiatan diantaranya pemantauan diri perkembangan dan pertunbuhan anak oleh ibu, kegiatan ini bertujuan untuk mencegah adanya gangguan maupun kecacatan intelektual. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh perawat dan kader merupakan strategj pence gahan yang membantu dalam meningkatkan fungsi keluarga dalam hal pendidikan. Upaya promosi kesehatan peningkatan harga diri untuk anak-anak dan remaja di sekolah melalui penanaman perilaku sosial. Simpulan Hampir seluruh remaja yang mengkonsumsi minuman keras di Dusun Krajan Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang mengalami harga diri rendah yaitu sebanyak 28 responden (87,5%).
6
Rekomendasi 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian pada pecandu minuman keras yang semakin meningkat dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya minuman keras bagi kesehatan serta merubah stigma atau pola pikir masyarakat tentang larangan dalam penyalahgunaan alkohol. 2. Bagi Responden Remaja diharapkan dapat menghindari dan tidak mengkonsumsi minuman keras dan mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki mengacu pada diri sendiri, dukungan sosial, peningkatan kemandirian dan aktifitas sehari-hari terutama dalam memilih teman. 3. Bagi Institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi peluang bagi pelaksanaan tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan dan pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam penanganan kesehatan mental remaja. 4. Bagi Peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep atau melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri remaja yang mengkonsumsi minuman keras. Alamat Correspondensi : - Alamat rumah : Desa Ranuyoso Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang - Email :
[email protected] - No. HP : 082141794229
7