UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAVI PADA PESERTA DIDIK KELAS IX B SMP NEGERI 1 RANUYOSO LUMAJANG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334) 441528 Abstrak: Dalam proses pembelajaran, baik materi, metode, maupun media, harus mengalami perubahan ke arah pembaharuan (inovasi). Dengan adanya inovasi, seorang pendidik dituntut untuk kreatif dan inovatif. Model dan metode yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam pembentukan life skill yang berpijak pada lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (a) peningkatan hasil belajar Matematika setelah diterapkannya pembelajaran SAVI, dan (b) pengaruh terhadap motivasi belajar Matematika setelah diterapkannya pembelajaran SAVI. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) dengan tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rancanan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, serta revisi. Sasaran penelitian ini adalah peserta didik kelas IX B SMP Negeri 1 Ranuyoso Lumajang semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Data yang diperoleh berupa hasil uji kompetensi dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis data menyatakan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan pada setiap siklus dengan nilai secara berturut-turut 70, 74, dan 79. Sedangkan tingkat ketuntasan belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika juga meningkat dengan prosentase pada setiap siklus secara berturutturut adalah 70%, 74%, dan 79%. Tingkat minat peserta didik terhadap pembelajaran Matematika dengan diterapkannya pembelajaran SAVI pada tiap siklus secara berturut-turut adalah 29%, 37%, dan 46%. Tingkat perhatian peserta didik terhadap pembelajaran Matematika dengan diterapkannya pembelajaran SAVI pada tiap siklus secara berturut-turut adalah 29%, 37%, dan 46%. Tingkat partisipasi peserta didik terhadap pembelajaran Matematika dengan diterapkannya pembelajaran SAVI pada setiap siklus secara berturut-turut adalah 29%, 37%, dan 46%. Kata Kunci: Matematika, Pembelajaran SAVI, Hasil Belajar, Motivasi Belajar.
PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Begitu pentingnya membangun kemampuan berpikir matematis, maka Matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Masalah yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pembelajaran matematika agar dapat memberikan hasil
seperti yang diharapkan adalah penyelenggaraan pembelajaran yang masih banyak didominasi pendidik, pembelajaran yang masih kurang memperhatikan aspek kemampuan peserta didik, dan sejauh mana pembelajaran dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pemahaman dan penalaran berpikir peserta didik. Peningkatan kualitas pembelajaran matematika diharapkan mengacu pada Standar Proses yang dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 yang mengemukakan bahwa Standar Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran matematika merupakan aktivitas mental yang harus selalu di kondisikan dalam setiap situasi belajar. Winkel (dalam Yuhasriati, 2002) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahanam, keterampilan, dan nilai sikap yang relatif konstan dan berbekas. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki peserta didik Adapun kerangka Pembelajaran SAVI dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Pada tahap persiapan (kegiatan pendahuluan), pendidik membangkitkan minat peserta didik, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Hal ini secara spesifik meliputi: (1) memberikan sugesti positif, (2) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada peserta didik, (3) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna, (4) membangkitkan rasa ingin tahu, (5) menciptakan lingkungan fisik, emosional, dan sosial yang positif, (6) menenangkan rasa takut, (7) menyingkirkan
hambatan-hambatan belajar, (8) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, (9) merangsang rasa ingin tahu peserta didik, dan (10) mengajak peserta didik terlibat penuh sejak awal. Pada tahap kedua, yaitu penyampaian (kegiatan inti), pendidik hendaknya membantu peserta didik menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan pendidik antara lain: (1) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, (2) pengamatan fenomena dunia nyata, (3) pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh, (4) presentasi interaktif, (5) grafik dan sarana yang presentasi berwarna-warni, (6) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar, (7) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim, (8) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok), (9) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual, dan (10) pelatihan memecahkan masalah. Pada tahap ketiga, yaitu pelatihan (kegiatan inti), pendidik hendaknya membantu peserta didik mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan pendidik yaitu melakukan: (1) aktivitas pemrosesan peserta didik, (2) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali, (3) simulasi dunia-nyata, (4) permainan dalam belajar, (5) pelatihan aksi pembelajaran, (6) aktivitas pemecahan masalah, (7) refleksi dan artikulasi individu, (8) dialog berpasangan atau berkelompok, (9) pengajaran dan tinjauan kolaboratif, (10)
aktivitas praktis membangun keterampilan, dan (11) mengajar balik. Pada tahap terakhir, yaitu penampilan hasil (kegiatan penutup), pendidik hendaknya membantu peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah: (1) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera, (2) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, (3) aktivitas penguatan penerapan, (4) materi penguatan prsesi, (5) pelatihan terus menerus, (6) umpan balik dan evaluasi kinerja, (7) aktivitas dukungan kawan, dan (8) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung. Berdasarkan paparan yang telah diuraikan, dilakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran SAVI pada Peserta Didik Kelas IX B SMP Negeri 1 Ranuyoso Lumajang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015“. Dalam penelitian ini, akan diuraikan mengenai peningkatan hasil belajar matematika dengan diterapkannya model SAVI dan pengaruh pembelajaran SAVI terhadap minat, perhatian dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran Matematika pada peserta didik Kelas IX B SMP Negeri 1 Ranuyoso Lumajang semester genap tahun pelajaran 2014/2015. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ranuyoso Lumajang pada bulan April-Juni tahun 2009 di kelas IX B pada mata pelajaran Matematika dengan materi pokok melakukan operasi aljabar yang melibatkan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini antara lain: (1) rencana awal sebelum mengadakan penelitian yaitu menyusun rumusan masalah, tujuan, dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran; (2) kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep peserta didik serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran SAVI; (3) refleksi dimana peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat; serta (4) rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Pengamatan atau observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu materi pokok yang diakhiri dengan uji kompetensi di akhir masing-masing putaran. Siklus ini
berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan pendidik yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik peserta didik telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu; (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) untuk memperoleh suatu nilai. Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik secara individu maupun secara klasikal. Disamping itu, tes berguna untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta didik sehingga dapat dilihat letak kelemahannya, khususnya mengenai indikator yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan maka digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah: (1) merekapitulasi hasil tes, (2) merekapitulasi hasil pengamatan, (3) menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing peserta didik dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu peserta didik dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 75, sedangkan secara individual mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 75.
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Hasil pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran SAVI diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik adalah 70 dan ketuntasan belajar mencapai 70%, atau ada 25 peserta didik dari 35 peserta didik sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasik peserta didik belum tuntas belajar, karena peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 70%, lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena peserta didik masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan pendidik dengan menerapkan pembelajaran SAVI. Hasil analisis data minat diperoleh hasil sebanyak 10 anak (29%) memiliki minat baik, 12 anak (34%) memiliki perhatian cukup, dan 13 anak (37)% memiliki minat kurang. Hasil analisis data perhatian diperoleh hasil sebanyak 10 anak (29%) memiliki perhatian baik, 13 anak (37%) memiliki perhatian cukup, dan 12 anak (34%) memiliki perhatian kurang. Hasil analisis data partisipasi diperoleh hasil sebanyak 10 anak (29%) memiliki partisipasi baik, 14 anak (40%) memiliki partisipasi cukup, dan 11 anak (31)% memiliki pastisipasi kurang. Refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan yaitu: (1) pendidik kurang maksimal dalam memotivasi peserta didik dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) pendidik kurang maksimal dalam pengelolaan waktu, dan (3) peserta
didik kurang aktif selama pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran pada siklus I ini perlu dilakukan revisi. Adapun revisinya adalah pendidik perlu lebih terampil dalam memotivasi peserta didik dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana peserta didik diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. Pendidik perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. Pendidik juga harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi peserta didik sehingga peserta didik bisa lebih antusias. Siklus II Dari pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran SAVI di siklus II, diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik adalah 74 dan ketuntasan belajar mencapai 74% atau ada 30 peserta didik dari 35 peserta didik sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar peserta didik ini karena setelah pendidik menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes, sehingga pada pertemuan berikutnya peserta didik lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu, peserta didik juga sudah mengerti apa yang dimaksud dan diinginkan pendidik dengan menerapkan pembelajaran SAVI. Hasil analisis data minat diperoleh hasil sebanyak 13 anak (37%) memiliki minat baik, 12 anak (34%) memiliki minat cukup, dan 10 anak (29%) memiliki minat kurang. Hasil analisis data perhatian
diperoleh hasil sebanyak 13 anak (37%) memiliki perhatian baik, 13 anak (37%) memiliki perhatian cukup dan 9 anak (26%) memiliki perhatian kurang. Hasil analisis data partisipasi diperoleh hasil sebanyak 13 anak (37%) memiliki partisipasi baik, 14 peserta didik (40%) memiliki partisipasi cukup, dan 8 anak (23%) memiliki partisipasi kurang. Refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan adalah: (1) memotivasi peserta didik, (2) membimbing peserta didik merumuskan kesimpulan atau menemukan konsep, dan (3) pengelolaan waktu. Revisi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II adalah: (1) pendidik dalam memotivasi peserta didik hendaknya dapat membuat peserta didik lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung, (2) pendidik harus lebih dekat dengan peserta didik sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri peserta didik baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya, (3) pendidik harus lebih sabar dalam membimbing peserta didik merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, (4) pendidik harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan (5) Pendidik sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada peserta didik untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. Siklus III Dari pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran SAVI di siklus III, diperoleh nilai rata-rata uji kompetensi sebesar 79 dan dari 35 peserta didik yang
telah tuntas sebanyak 30 peserta didik dan 5 peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 79% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan pendidik dalam menerapkan pembelajaran SAVI sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Hasil analisis data minat diperoleh hasil sebanyak 16 anak (46%) memiliki minat baik, 12 (34%) anak memiliki minat cukup, dan 7 anak (20%) memiliki minat kurang. Hasil analisis data perhatian diperoleh hasil sebanyak 16 anak (46%) memiliki perhatian baik, 12 anak (34%) memiliki perhatian cukup, dan 7 anak (20%) memiliki perhatian kurang. Hasil analisis data partisipasi diperoleh hasil sebanyak 16 anak (46%) memiliki partisipasi baik, 11 anak (31%) memiliki partispasi cukup, dan 8 anak (23%) memiliki partisipasi kurang. Refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan adalah: (1) selama proses belajar mengajar pendidik telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi prosentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar; (2) berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa peserta didik aktif selama proses belajar berlangsung; (3) kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik,
serta (4) hasil belajar peserta didik pada siklus III mencapai ketuntasan. Pada siklus III pendidik telah menerapkan pembelajaran SAVI dengan baik dan dilihat dari aktivitas peserta didik serta hasil belajar peserta didik, pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, tidak diperlukan revisi terlalu banyak. Namun demikian, yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran SAVI dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembahasan Ketuntasan hasil belajar peserta didik melalui pembelajaran SAVI memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan pendidik (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 70%, 74%, dan 79% secara berurutan. Pada siklus III ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal telah tercapai. Kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran SAVI dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar peserta didik yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata peserta didik pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan melakukan operasi aljabar yang melibatkan bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar dengan pembelajaran SAVI yang paling dominan adalah belajar dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan pendidik dan diskusi antar peserta didik atau antara peserta didik dengan pendidik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktivitas peserta didik dapat dikategorikan aktif. KESIMPULAN DAN SARAN Model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan analisis data tingkat minat, perhatian, dan partisipasi peserta didik. Selain itu, pembelajaran SAVI memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar peserta didik di setiap siklus, yaitu siklus I (70%), siklus II (74%), dan siklus III (79%). Peserta didik dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok. Penerapan pembelajaran SAVI mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan partisipasi belajar peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya, agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan memberikan hasil yang lebih optimal bagi peserta didik, maka
disampaikan saran sebagai berikut: (1) untuk melaksanakan model pembelajaran SAVI memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga pendidik harus mampu menentukan atau memilih topik yang benarbenar bisa diterapkan dengan pembelajaran SAVI dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal; (2) dalam rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik, pendidik hendaknya lebih sering melatih peserta didik dengan berbagai metode pengajaran, walaupun dalam taraf yang sederhana dimana peserta didik nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga peserta didik berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penelitian yang lebih lanjut perlu dilakukan karena hasil penelitian ini terbatas hanya dilakukan di kelas IX B SMP Negeri 1 Ranuyoso Lumajang semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Ali, Muhammad. 1996. Pendidik dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Kelas IX B. Jakarta: Erlangga. Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya: University Press. Melvin, L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Peserta Didik Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa. Marsell, James. Tanpa Tahun. Succesfull Teaching. Terjemahan. Bandung: Jemmars. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Mohammad. 2001. Pemotivasian Peserta Didik untuk Belajar. Surabaya: University Press. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia. Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Pendidik Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wetherington, H.C & Burton, W.H. Walt. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. Terjemahan. Bandung: Jemmars.